Pertumbuhan Ekonomi dan Kondisi Tenaga K (1)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KONDISI TENAGA KERJA INDONESIA
Kajian Singkat 1998 - 2012
 

Produktifitas Tenaga Kerja Indonesia
Dalam sebuah perekonomian, produktifitas tenaga kerja diartikan sebagai tingkat pertumbuhan
output per orang dalam perekonomian sehingga pertumbuhan produktifitas adalah tingkat
pertumbuhan output per pekerja.1Ukurannya dapat ditemukan dengan membagi jumlah tenaga
kerja total dalam sebuah perekonomian (negara) dengan total Pendapatan Domestik Bruto
(PDB).2 Berdasarkan hal tersebut, produktifitas tenaga kerja Indonesia selama 1998 – 2012 dapat
ditemukan dalam tabel di bawah ini: 

Tahun
Total Tenaga Kerja (juta) PDB (Milyar Rupiah)
Angka Produktivitas (x10-8)
1998
92734932
955753.5
1999
94847178
1099731.6

2000
95650961
1264918.7
2001
98812448
1467918.7
2002
100779270
1610565
2003
100316007
2013674.6
2004
103973387
2295826.2
2005
105802372
2774281.1
2006
106388935

3339216.8
2007
109941359
3950893.2
2008
111947265
4948688.4
2009
113833280
5606203.4
2010
116527546
6446851.2
2011
117370485
7422782.2
2012
118053110
8241864.3
 

                                                            
1

Karl E. Case&Ray C. Fair, Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi Kedepalan [Principles Economics Eighth
Edition], diterjemahkan oleh H. Wibi Wardani dan Devri Barnadi, S.E., (Ed.), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007),
hal. 43.
2

Frederick C. Mills, “The Role of Productivity in Economic Growth,” The American Economic Review,
Vol. 42, No.2, (Mei, 1952), hal. 546.

1 | P a g e  
 

9.7
8.62
7.56
6.73
6.25
4.98

4.53
3.81
3.18
2.78
2.26
2.03
1.81
1.58
1.43

Pergerakan PDB Per Kapita Indonesia dan Produktivitas Tenaga Kerja 
(1998‐2012)
12

40000000
35000000

10

30000000

8

25000000

6

20000000
15000000

4

PDB per Kapita Indonesia
Produktivitas (x10‐8)

10000000
2

5000000

0

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003


2002

2001

2000

1999

1998

0

Data di atas seolah memperlihatkan hubungan yang bertolak belakang selama 1998 – 2012
antara PDB per kapita Indonesia dan produktifitas tenaga kerja.Dengan naiknya PDB total, PDB
per kapita juga terus naik sedangkan, di lain sisi, produktivitas tenaga kerja makin lama makin
turun dari waktu ke waktu.Fenomena ini dijelaskan Mankiw akibat dua hal. Pertama adalah
karena perkembangan teknologi. Analoginya adalah, ketika perkembangan teknologi ditandai
dengan bertambahnya jumlah unit komputer, maka hubungan antara output (PDB maupun PDB
per kapita) dan produktivitas mudah untuk diukur. Namun, apabila perkembangan teknologi
ditandai dengan komputer yang lebih canggih maka output dan produktivitas lebih sulit untuk

diukur.3
Kedua adalah karena adanya perpindahan sebaran tenaga kerja dari sektor-sektor yang lebih
berwujud (tangible) outputnya seperti pertanian dan industri barang ke sektor-sektor yang
outputnya lebih tidak berwujud (intangible) seperti sektor jasa.4

                                                            
3

N. Gregory Mankiw, Macroeconomics: Seventh Edition, (New York: Worth Publishers, 2010), hal. 236-

237.
4

Ibid, hal. 237.

2 | P a g e  
 

Average Productivity Growth by Sector in the Last Decade
20.0%


17.2%

15.0%

8.1%

10.0%
5.0%

7.8%
5.4% 5.3%

4.6%
3.2%

2.2%
1.5% 1.3%

1.8%


3.8%
3.3%

3.6%

0.0%
‐1.0%
‐5.0%

‐4.2%

2000‐2005
2006‐2011

Sebagaimana dapat dilihat dari data sebaran produktivitas di atas5 maka terlihat produktivitas
yang

paling


signifikan

berasal

dari

sektor

transportasi,

jasa

penyimpanan,

dan

komunikasi.Bandingkan dengan sektor-sektor tangible seperti pertanian dan manufaktur yang
tidak terlalu signifikan. Hal ini bisa jadi hipotesis bahwa permasalahannya adalah lewat
penghitungan produktifitas dibandingkan dengan PDB di mana apabila dilakukan langsung
dengan membandingkan data total angkatan kerja dan PDB maka tidak terlalu mencerminkan
bahwa makin produktif masyarakat makin tinggi output keseluruhan.

                                                            
5

Data diambil dari Rahma Iryanti, “Labor Productivity and Employment Policy in Indonesia,” presentasi
http://betterwork.org/indonesia/wpcontent/uploads/Eurocham_bappenas_presentation_v1.
diambil
dari
ppt+&cd=1&hl=id&ct=clnk, diunduh pada tanggal 22 Desember 2013 pukul 21.36 WIB.

3 | P a g e  
 

Hubungan Employment-Population Ratio dan PDB Indonesia
Sebelum melangkah ke hubungan antara employment-population ratio (EPR) dan PDB, perlu
kembali diingat bahwa terdapat pondasi teori yang menjelaskan relasi antara tenaga kerja dan
pertumbuhan ekonomi yang digagas oleh ekonom bernama Arthur Melvin Okun. Dalam teori
yang dikenal sebagai Hukum Okun (Okun’s Law) dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDB dan tingkat pengangguran sebuah
negara. Hukum Okun mendalilkan bahwa untuk setiap kenaikan sejumlah 1% dari angka tingkat
pengangguran akan mereduksi 2% potensi PDB yang mungkin sebuah negara dapatkan.6 Analogi
Hukum Okun tadi apabila dipakai untuk melihat hubungan antara tingkat penduduk yang bekerja
atau employment-population ratio (EPR) akan membuat kesimpulan bahwa seharusnya
hubungan antara EPR dan PDB adalah positif atau dengan kata lain makin baik pertumbuhan
ekonomi suatu negara makin tinggi EPR-nya.7
Perbandingan EPR dan PDB Indonesia selama periode 1998 hingga 2012 adalah:

Tahun

PDB
EPR
(Milyar
(%)
Rupiah)
955753.5
66.9

1998
1099731.6

67.22

1264918.7

67.76

1467918.7

68.6

1610565

67.76

2013674.6

65.72

2295826.2

67.54

2774281.1

68.02

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
                                                            
6

Edward S. Knotek, “How Useful is Okun’s Law,” Economic Review Federal Reserve Bank of Kansas
City, (2007), hal. 75.
7

Juan M. Sanchez dan Costanza Liborio, “The Relationships Among Change in GDP, Employment, and
Unemployment: This Time, It’s Different,” Economic Synopses, Federal Bank of St. Louis, No. 13, (2012), hal. 1.

4 | P a g e  
 

3339216.8

66.16

3950893.2

66.99

4948688.4

67.18

5606203.4

67.23

6446851.2

67.72

7422782.2

68.34

8241864.3

67.88

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Sedangkan grafik yang memperlihatkan hubungan antara PDB dan EPR tersebut adalah:
9E+15

69

8E+15

68.5

7E+15

68

6E+15
5E+15

67.5
67
66.5

4E+15
3E+15

66

EPR

65.5

2E+15

65

1E+15

64.5

0

PDB

64

Grafik di atas memperlihatkan pergerakan PDB yang terus bertumbuh dari tahun ke tahun pasca
krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998 hingga tahun 2012. Di lain sisi, pergerakan EPR sendiri
tidak konstan seperti PDB yang selalu naik di mana EPR paling tinggi adalah 68,6% di tahun
2001 dan paling rendah adalah 65,72% di tahun 2003. Fluktuasi pergerakan EPR sendiri
menunjukkan bahwa pasca krisis, rata-rata EPR Indonesia adalah 67,4%.
Meski pergerakan PDB yang konstan tidak diikuti EPR yang fluktuatif, kecendrungan hubungan
antara dua variabel tersebut adalah positif di mana, seperti hipotesis di atas, pertumbuhan PDB
5 | P a g e  
 

atau perekonomian yang semakin baik mengakibatkan meningkatknya rasio EPR. Hal tersebut
bisa dilihat dengan menggunakan regresi dengan program Eviews di bawah ini:

Dependent Variable: PDB
Method: Least Squares
Date: 12/22/13 Time: 19:53
Sample: 1998 2012
Included observations: 15
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

EPR
C

7.19E+14
-4.49E+16

8.56E+14
5.77E+16

0.840326
-0.778514

0.4159
0.4502

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.051521
-0.021439
2.45E+15
7.81E+31
-551.7436
0.706149
0.415914

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

3.56E+15
2.43E+15
73.83248
73.92689
73.83147
0.152742

Dari hasil regresi menggunakan Eviews tersebut terlihat bahwa EPR memiliki pengaruh positif
terhadap PDB meskipun model yang dibangun apabila menggunakan sampling periode tahun
1998 hingga 2012 tidaklah besar dengan R2 yang hanya 0.05 atau model hanya dapat
menjelaskan PDB sebanyak 5%.

Simpulan
Dengan membandingkan ukuran produktifitas tenaga kerja dan EPR terhadap PDB di atas,
terlihat jawaban nomor dua dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara lebih sustainable
dalam rentang waktu tertentu. Hal ini berkenaan dengan terbuktinya hipotesis bahwa
pertumbuhan ekonomi yang baik yang ditandai dengan naiknya PDB diikuti dengan makin
besarnya rasio orang yang bekerja dalam populasi yang ditunjukkan dengan rasio EPR.
Berdasarkan publikasi Bank Dunia yang membandingkan EPR antar negara, maka disimpulkan
6 | P a g e  
 

bahwa tingkat EPR yang tinggi adalah di atas 70% sedangkan yang dianggap rendah adalah di
bawah 50%.8 Pasca krisis 1998 hingga tahun 2012, terlihat rata-rata EPR Indonesia adalah
67,4%, atau cukup moderat di mana pada tahun 1998, atau tahun krisis perekonomian, EPR
Indonesia adalah 66,9%. Meski tidak signifikan, terlihat Indonesia cukup bisa mempertahankan
kondisi EPR-nya secara cukup konstan berada di tingkat yang moderat meski belum mencapai
high ratio.

                                                            
8

The World Bank, “Employment To Population Ratio Total (%),”worldbank.org,
http://data.worldbank.org/indicator/SL.EMP.TOTL.SP.ZS, diunduh pada 23 Desember 2013 pukul 4.29 WIB.

7 | P a g e