TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH AIK V dan VII

TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH

: AIK V dan VII

DOSEN

: DRS. H. DARWIS MUHDINA, M.AG.

Oleh
NAMA
KELAS
STAMBUK

: SYARIFUDDIN
:K
: K. 10540 12042 15

PROGRAM PPKHB
FKIP UNISMUH MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2015/2016


1. PENGERTIAN AGAMA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian atau definisi agama adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Istilah agama sendiri adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Sanskerta “āgama” yang
memiliki arti “tradisi”.
Istilah asing lainnya yang mempunyai pengertian sama dengan agama adalah religi yang berasal
dari bahasa latin “religio” dan berakar pada kata kerja “re-ligare” yang memiliki arti “mengikat
kembali”. Mengikat di sini maksudnya yaitu dengan ber-religi maka seseorang akan mengikat
dirinya kepada tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak
terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini
dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai
agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya
menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa
itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada
bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti,

Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang
Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu:
menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia
kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan
Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama.
dari segi etimologi terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerte yaitu A dan Gama. A berarti tidak
dan Gama itu berarti kacau jadi agama adalah tidak kacau. Agama pada dasarnya adalah sikap
dasar manusia yang seharusnya kepada Tuhan.
Agama mengungkapkan akan diri di dalam sembah dan bakti sepenuh hati hanyalah kepada
Tuhan. Berbeda dengan iman yang memang didasarkan pada pewahyuan Tuhan, agama
sebenarnya adalah hasil usaha dari manusia, yang telah dikembangkan dalam rangka untuk
mengatur berbagai hal yang berhubungan dengan pengungkapan iman. Dengan demikian agama
itu tidak sama dengan iman, karena seseorang yang beragama barulah merupakan sebuah awal
dari perjalanan panjang yang mesti dilaluinya dalam mengarungi dunia rohani yang tiada
batasnya. Disebutkan tiada batasnya karena yang namanya perjalanan rohani terutama yang

berhubungan dengan sesuatu yang gaib atau transenden. Iman menjadi sebuah tanggapan atau
jawaban manusia atas perwahyuan dari Tuhan; sedangkan bagaimana dengan jawaban manusia
ini akan dikembangkan, diteruskan dan disebarluaskan secara turun-temurun didalam berbagai
kegiatan kerohanian, itulah yang sudah diatur dalam agama. Jadi agama itu lebih menjadi suatu
lembaga atau wadah yang mempersatukan dan mengatur segala aktivitas yang berhubungan
dengan penghayatan dan pengungkapan iman kepada Tuhan. Dengan pengertian tersebut maka
tidak berarti yang namanya agama yang hanya berhubungan dengan hal yang mengarah vertikal
saja sementara untuk aspek horizontalnya atau hubungan kepada sesama itu diabaikan.

Agama sangat jelas dilihat mempunyai ciri sosial yang sangat begitu luas dan sangat dalam.
Agama adalah sebuah ruang tempat atau institusi dan penghayatan atas dimensi sosial yang dari
iman kepada Tuhan.
Pengertian Agama Menurut Para Ahli
Berikut terdapat pengertian agama menurut para ahli berdasarkan pengkajian ilmiahnya:
“Pengertian agama menurut Thomas F.O. Dea menggunakan definisi yang banyak dipakai
didalam teori fungsional. Agama adalah suatu pendayagunaan terhadap sarana-sarana supraempiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra empiris. ” Dalam definisi tersebut sangat
terasa bahwa pendayagunaan sarana-sarana supra empiris itu hanya semata-mata ditujukan untuk
kepentingan supra empiris saja. Seakan-akan orang yang beragama hanyalah perlu
mementingkan kebahagiaan akhirat dan lupa akan kebutuhan mereka yang ada di dunia mereka
sekarang ini. Hal tersebut tidak sesuai dengan pengalaman. Banyak orang yang telah berdoa

kepada Tuhan untuk kebutuhan sehari-hari yang dirasa tidak akan tercapai hanya dengan
mengandalkan kekuatan manusia sendiri. Misalnya menjelang ujian maka banyak anak sekolah
berdoa untuk bisa lulus ujian. Tidak sedikit orang yang memohon Misa Kudus untuk meraih
keberhasilan dalam usaha. Sedang keluarga yang anggotanya sedang ditimpa sakit akan
memohon kesembuhan.
Bagi Joachim Wach aspek yang butuh diperhatikan dengan khussu ialah pertama unsur
teoretisnya, bahwa agama adalah sistem kepercayaan. Kedua, unsur praktis bahwa agama adalah
suatu sistem kaidah yang dapat mengikat yang menjadi penganutnya. Ketiga, pada aspek
sosiologisnya bahwa agama memiliki hubungan dan interaksi sosial. Pada hematnya bahwa jika
salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi maka orang tersebut tidak bisa berbicara mengenai
agama, akan tetapi hanya ada kecenderungan religius.
Menurut Nikolas Luhmann, bahwa aspek yang mesti diperhatikan mengenai definisi
agama adalah pada aspek fungsionalnya. Dia melihat bahwa agama terutama menjadi sebagai
suatu cara dengan memiliki nama atas suatu fungsi yang khas dimana dimainkan didalam situasi
evolusioner yang dapat berubah secara terus menerus.
Pengertian agama menurut Anthony F.C . Wallace bahwa agama adalah sebagai perangkat
upacara yang diberikan rasionalisasi melalui adanya mitos dan menggerakkan sebuah kekuatan
supranatural dengan memiliki maksud agar dapat tercapainya perubahan kondisi pada alam
semesta dan manusia.
Pengertian Agama menurut Luckmann bahwa agama adalah suatu kemampuan organisme

manusia agar bisa mengangkat alam biologisnya dapat melalui pembentukan alam-alam
maknawi yang objektif, mempunyai daya ikat moral dan serba melingkupi.
Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri
orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar
dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan
masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau pengajar utama agama] untuk
berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum,
kata-kata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata
tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau
memperoleh keselamatan [dalam arti seluas-luasnya] secara pribadi dan masyarakat.
Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia
membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta
peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk penyembahan kepada Ilahi [misalnya nyanyian,
pujian, tarian, mantra, dan lain-lain] merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika
manusia mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka
agama pun mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus,

nyanyian, cara penyembahan [bahkan ajaran-ajaran] dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai
dengan sikon dan perubahan sosio-kultural masyarakat.
Secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi [yang

dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada
manusia]; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama] yang
ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataanTUHAN Allah.
Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan
Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya. Makna yang khusus
inilah yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.

2. ISLAM DIENULLAH
Islam sebagai dienullahIslam sebagai dienullah adalah agama terakhir yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Karena yang terakhir maka Islam telahsempurna untuk dijadikan
pedoman hidup dan kehidupan umat manusia. Islam mengatur kehidupan dari persoalan pribadi
sampa iinternasional, maka siapapun yang berpegang teguh pada ajaran Islam akan
dijamin selamat di dunia dan akhirat. Salah satu kesempurnaan Islam adalah keutuhan
ilmu yang bersumber pada satu Dzat, yakni Allah SWT. Maka tidak diragukan sedikitpun
akan kandungan Islam yang memberikan arahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Segala
jenis pengetahuan, dalam tinjauan filsafat, memiliki tiga tiang penyangga. Pertama, ontologi,
yang merupakan asas penetapan ruang lingkup serta asas penafsiran akan hakikat pokok objek
pengetahuan tersebut. Kedua, epistemologi, yang merupakan asas metodologik pemerolehan dan
penyusunan bangunan pengetahuan. Ketiga, aksiologi, yang merupakan asas tujuan dan

pemanfaatan pengetahuan.Konsepsi Islam tentang IlmuKata ilmu dalam bahasa Arab berarti
pengetahuan dalam arti amat luas. Kata ilmu sering disama-artikan dengan kata al-ma'arif, asysyu’ur, walaupun sebenarnya terdapat sejumlah perbedaan mencolok dalam penggunaan. Kata
ma'arif menunjuk pada pemerolehan pengetahuan melalui pengalaman atau perenungan. Karena
itu, ia didahului oleh ketidaktahuan.
Dengan demikian, kata ma’arif tidak dapat diterapkan terhadap pengetahuan Allah. Kata
syu'ur lebih menunjuk kepada persepsi, terutama mengenai rincian hal-ikhwal tertentu, sehingga
kata ini memiliki keterbatasan serta tidak dapat digunakan untuk menjelaskan pengetahuan
Allah.Al-'Alim adalah sifat utama Allah. Ia termasuk dalam tujuh sifat penting Allah yang
dikenal sebagai ummus-shifat (sifat-sifat tertinggi). Karena itu, kata al-'ilmu merupakan satusatunya kata yang bersifat melingkupi (komprehensif), serta dapat digunakan untuk
menggambarkan pengetahuan Allah. Al-Qur’an menyatakan dalam (QS. al-Hasyr: 22): Dialah
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Pengetahuan Allah niscaya melampaui semua gejala,
materi dan alam semesta, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat oleh manusia, yaitu
seluruh ciptaan atau makhluk Allah. Pengetahuan maha luas berikut ekspresi dan manifestasinya
ini yang dimaksud oleh Al-Qur’an (QS. Luqman:27) bahwa: Dan seandainya pohon-pohon di
bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah[1183]. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.kebenaran agama. Akibat lebih lanjut dari cara
pandang demikian adalah munculnya konsep kebenaran keilmuan dan kebenaran agama.Melalui
penelusuran, penafsiran, dan perumusan ulang atas kecenderungan paradigmatik tersebut, uraian

berikut bermaksud mengembalikan pemahaman, kegairahan, dan cita-cita keberilmuan sebagai
bagian dari kemuliaan keberagamaan Islam. Untuk itu, penyajian ditata menjadi empat bagian,
yaitu: (1) konsepsi Islam tentang ilmu, (2) landasan ontologi ilmu Islam, (3)
landasanepistemologi ilmu Islam, dan (4) landasan aksiologi ilmu Islam.Agar dalam mencari
kebenaran tidak jauh menyimpang dari konsepsi Al-Qur’an, secara ringkas dapat dikemukakan
beberapa kaidah dan paduan. Pertama, agama adalah peristilahan Indonesia. Islam adalah
peristilahan Al-Qur’an. Karena itu, makna agama dalam kaitan Islam harus dijabarkan sesuai
dengan konsepsi Al-Qur’an, bukan dengan konsepsi lain karena bisa menjadi berbeda sekali
makna dan ruang lingkupnya. Kedua, peristilahan Al-Qur’an untuk pengganti istilah agama
adalah "Dien" sehingga kata-kata "Dienullah" sering diganti dengan agama Allah, atau kata
Dienul Islam, sering diganti dengan Agama Islam. Jadi penjabaran dari istilah agama Islam
dalam kaitan dengan ad-dien harus dijelaskan dengan konsepsi Al-Qur'an tentang Dien tersebut.

Arti Dienullah pada hakekatnya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem
ciptaan Allah. Termasuk di dalamnya adalah kaidah-kaidah Allah yang melekat dalam sistem
tersebut. Kalau Dienullah dihubungkan dengan kehidupan manusia, maka Dienullah menyangkut
segala sesuatu yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia dengan
lingkungannya, dalam arti lingkungan luas. Keempat, penggambaran pandangan Islam tentang
kehidupan
Islam kepada Dinullah, dinullah itu adalah undang-undang Allah yang di ciptakan khusus

untuk makhluk-makhluk-Nya yang berakal. Rasulullah bersabda “Din itu adalah akal, tidak ada
din bagi siapa yang yidak mempunyai akal”.
Dengan demikian hanya mereka yang berakal sajalah yang mempunyai peluang untuk
melakukan islam terhadap dinullah ini. Dalam kontek ini manusia adalah makhluk yang di
karuniai akal, yakni daya untuk memahami, mempertimbangkan dan menentukan pendapat.
Maka ia dapat menerima sesuatu dan menolak yang lain, menyukai sesuatu dan membenci yang
lain. Karena itu pada segi ini manusia dapat menentukan pilihanya, apakah hendak menjadi
muslim atau bukan muslim. Kebebasan menentukan pilihan inilah yang membagi manusia
menjadi dua macam.
Pertama, manusia yang memilih untuk tunduk dan patuh (islam) kepada dinullah dalam
kehidupanya yang bebas pilih sebagaimana ia telah tunduk dan patuh kepada sunnatullah dalam
kehidupanya yang tidak bebas pilih. Yang pertama di sebut muslim, dan yang kedua disebut
kafir.