Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Penderes Di Ptpn Iii Kebun Sei Silau Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitin ini bersifat survey analitik yaitu penelitian untuk mencari

hubungan antara pemakaian APD terhadap kejadian kecelakaan kerja. Dengan
menggunakan desain studi cross-sectional yaitu mencari hubungan dengan
variabel dependen (informasi dan gambaran analisis mengenai situasi yang ada)
dalam waktu yang bersamaan.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PTPN III Kebun Sei Silau afdeling 1.

Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan. Peneliti mengambil lokasi di Afdeling
1 karena jarak yang dekat dengan pasar sehingga mudah dijangkau dan
memudahkan peneliti untuk meneliti. Waktu penelitian dilaksanakan pada Januari
2017 sampai dengan selesai.
3.3.


Populasi dan Sampel

3.3.1

Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah karyawan
penderes Afdeling 1 Kebun Sei Silau PTPN III yang berjumlah 49 orang.
3.3.2

Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi

yang berjumlah 49 orang.

Universitas Sumatera Utara

3.4


Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan

sekunder, yaitu:
3.4.1

Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan membagikan kuesioner

kepada karyawan penderes afdeling 1 PTPN III Kebun Sei Silau yang menjadi
responden. Kuesioner untuk penilaian pemakaian APD dan kejadian kecelakaan
kerja menggunakan kuesioner dari penelitian Inna Nesyi Barizqi (2015) yang
dimodifikasi.
3.4.2

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari

orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder

dalam penelitian ini meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian ini yang
berhubungan dengan data primer pada pekerja. Data-data sekunder tersebut yang
berasal dari perusahaan berupa data responden, kebijakan kesehatan dan
keselamatan kerja PTPN III Kebun Sei Silau, Struktur Organisasi P2K3 Kebun
Sei Silau dan data kecelakaan kerja.
3.5

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1

Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Variabel dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Variabel Indenpenden (Variabel Bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalah Pemakaian APD kacamata, Pemakaian APD sepatu boot.
2. Variabel Dependen (Variabel Terkait)
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
kejadian kecelakaan kerja.
3. Variabel Confounding (Variabel Perancu)
Variabel

yang

tidak

termasuk

dalam


penelitain,

namun

dapat

mempengaruhi variabel dependen. Variabel ini perlu dikendalikan dan diukur
secara langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Variabel perancu dalam
penelitian ini, yaitu umur, masa kerja, dan pendidikan.
3.5.2

Defenisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Pemakaian APD berupa Kacamata dan Sepatu bood yang dipakai sacara
disiplin selama jam kerja dengan kondisi APD yang masih bagus, agar
terlindung dari kecelakaan kerja.
2. Kejadian Kecelakaan Kerja adalah ada atau tidak adanya kecelakaan (mata)
pada pekerja penderes selama bekerja.
3. Umur adalah jumlah tahun responden dari mulai tahun lahir sampai tahun

dilakukannya penelitian.

Universitas Sumatera Utara

4. Masa Kerja adalah lama responden bekerja sebagai pekerja penderes sampai
dilakukannya penelitian.
5. Pendidikan data diri responden yang diukur dari jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditempuhnya.
3.6

Metode Pengukuran

1.

Pemakaian Alat Pelindung Diri
Untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri kacamata dan sepatu

bood pekerja penderes, maka diukur dengan kuesioner bagian II yang berisi 3
pertanyaan, menggunakan skala Guttman dengan skor untuk pertanyaan :
1 : Pakai

2 : Tidak Pakai
Pekerja dikatakan menggunakan APD secara lengkap apabila pekerja
menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 1 & 2 tentang pemakaian alat pelindung
diri.
2.

Umur
Umur diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian I

yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan dikategorikan
menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapat.
3.

Masa Kerja
Masa kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner

bagaian I yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan
dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan median yang didapat.

Universitas Sumatera Utara


4.

Pendidikan
Pendidikan diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner

bagaian I yang bersifat terbuka. Jawaban responden selanjutnya akan
dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu “Rendah” jika responden menjawab
SD, “Sedang” jika responden menjawab SMP, dan “Tinggi” jika responden
menjawab SMA.
5.

Kejadian Kecelakaan Kerja
Untuk mengetahui kecelakaan kerja pada pekerja penderes, maka diukur

dengan kuesioner bagian III yang berisi 3 pertanyaan, menggunakan skala
Guttman dengan skor untuk pertanyaan :
1

: Pernah


2

: Tidak Pernah

Pekerja dikatakan pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja apabila pekerja
menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 1 bagian III tentang kejadian kecelakan
kerja.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
1.

Editing, memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.

2.

Coding, menyederhanakan data dengan memberikan kode-kode tertentu.

3.


Processing, setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga
telah melewati tahap pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.
4.

Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry ke komputer.

3.7.2 Teknik Analisi Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisa data, yaitu :
1.

Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui secara deskriptif variabel yang
diteliti, dihitung skor rata-rata dan persentasenya lalu ditampilkan berupa

tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi dengan pengujian statistik (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, Uji statistik dalam
penelitian ini adalah uji chi-square. Analisis bivariat menggunakan uji chiSquare dengan derajat kepercayaan 95%. Jika P-value ≤ 0,05, maka
perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna
antara variabel bebas dengan terikat. Jika P-value > 0,05 maka perhitungan
secara statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara
variabel bebas dengan terikat (Soekidjo Notoatmodjo, 2012). Bila tidak
memenuhi syarat uji chi square digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1

Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1

Gambaran Umum PTPN III Kebun Sei Silau
PTPN III Kebun Sei Silau yang menjadi lokasi penelitian berada di

kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Jarak dengan
Kota Kisaran ± 15 km dan ± 174 km dari Kota Medan. Kebun Sei Silau
merupakan perusahaan munafuktur yang bergerak dalam bidang perkebunan dan
industri khususunya perkebunan karet dan kelapa sawit. Perusahaan ini memiliki
8 (delapan) afdeling dan 1 (satu) Pabrik Pengolahan Karet (PPK) yang mengolah
lateks dari seluruh afdeling menjadi ribbed smoked sheet.
Manajemen team Kebun Sei Silau terdiri dari 16 orang Karyawan
Pimpinan yaitu 1 orang Manager, 2 Asisten Kepala, 8 orang Asisten Tanaman, 1
orang Asisten Teknik, 1 orang Asisten Pengolahan Karet, 1 orang Asisten Tata
Usaha, 1 orang Asisten Personalia Kebun dan 1 orang Perwira Keamanan.
Managemen Kebun Sei Silau didukung oleh 894 orang karyawan pelaksana.
Luas areal Kebun Sei Silau berdasarkan PBT (Peta Bidang Tanah) yaitu
6.575,99 Ha yang di dalamnya terdapat areal garapan seluas 798,88 Ha, yang
mana telah diambil alih melalui jalur persuasive (sugu hati) seluas 145,37 Ha yang
telah dimulai dari tahun 2010-2016.

Universitas Sumatera Utara

4.2

Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1

Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel confounding (umur, masa kerja, dan
pendidikan), variabel bebas (pemakaian alat pelindung diri) dan variabel terikat
(kejadian kecelakaan kerja) yang telah diperoleh dari hasil penelitian.
4.2.1.1 Umur
Umur pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi umur responden pada pekerja penderes di PTPN III
Kebun Sei Silau tahun 2017
Umur (Tahun)

n

%

≤ 34
>34

28
21

57,1
42,9

Jumlah

49

100

Umur responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 34 tahun dan > 34 tahun. Dari data
hasil penelitian, umur responden yang terendah adalah 23 tahun dan yang
tertinggi adalah 54 tahun. Berdasarkan tebel diatas, diketahui bahwa umur
pekerja penderes ≤ 34 tahun yaitu 28 orang (57,1%), dan > 34 tahun yaitu 21
orang (42,9%).
4.2.1.2 Masa Kerja
Masa kerja pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
dapat dilihat pada tebel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi masa kerja responden pada pekerja penderes di PTPN

Universitas Sumatera Utara

III Kebun Sei Silau tahun 2017
Masa Kerja (Tahun)

n

%

≤6
>6
Jumlah

25
24
49

51,0
49,0
100

Masa kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 6 tahun dan > 6 tahun. Dari data hasil
penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 4 tahun dan yang tertinggi
adalah 35 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja pekerja
penderes ≤ 6 tahun yaitu 25 orang (51,0%), dan masa kerja > 6 tahun yaitu 24
orang (49,0%).
4.2.1.3 Pendidikan
Pendidikan pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi pendidikan responden pada pekerja penderes di PTPN
III Kebun Sei Silau tahun 2017
Pendidikan (Tahun)

n

%

Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah

20
9
20
49

40,8
18,4
40,8
100

Pendidikan responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah (SD), sedang (SMP), dan tinggi
(SMA). Dari data hasil penelitian, pendidikan responden terendah adalah SD dan
yang tertinggi adalah SMA. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa
pendidikan pekerja penderes rendah (SD) yaitu 20 orang (40,8%), pendidikan

Universitas Sumatera Utara

sedang (SMP) yaitu 9 orang (18,4%), dan pendidikan tinggi (SMA) yaitu 20
orang (40,8%).
4.2.1.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pemakaian alat pelindung diri pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei
Silau tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Distribusi pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) responden pada
pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Pemakaian Alat
Pelindung Diri
Pakai
Tidak Pakai
Jumlah

n

%

22
27
49

44,9
55,1
100

Pemakaian alat pelindung diri pada pekerja penderes diukur dengan
menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu pakai dan tidak pakai. Tabel diatas menunjukkan dari 49 pekerja, pekerja
yang pakai APD yaitu 22 orang (44,9%), dan pekerja yang tidak pakai APD yaitu
27 orang (55,1%).
4.2.1.5 Kejadian Kecelakaan Kerja pada Mata
Kejadian kecelakaan kerja pada mata pekerja penderes di PTPN III
Kebun Sei Silau tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi kejadian kecelakaan kerja responden pada pekerja
penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Kejadian Kecelakaan
Kerja
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah

N

%

10
39
49

20,4
79,6
100

Kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes diukur dengan
menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori

Universitas Sumatera Utara

yaitu pernah dan tidak pernah. Tabel diatas menunjukkan dari 49 pekerja, pekerja
yang pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja yaitu 10 orang (20,4%), dan
pekerja yang tidak pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja yaitu 39 orang
(79,%).
4.2.2

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ChiSquare. Jika P value ≤ 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika Pvalue > 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa tidak adanya
hubungan bermakna antara variabel bebas dengan. Syarat uji Chi-Square adalah
tidak ada sel yang mempunyai nilai expected (E) kurang dari 5. Apabila syarat uji
tidak terpenuhi, maka uji alternatif yang digunakan adalah uji Fisher Exact Test.
4.2.2.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
Untuk menguji variabel umur dengan kejadian kecelakaan kerja digunakan
uji statistik Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Kejadian Kecelakaan Kerja
Umur
(Tahun)

Pernah
n
%

Tidak Pernah
n
%

n

≤ 34

2

4,1

26

53,1

28

57,1

> 34

8

16,3

13

26,5

21

42,9

Jumlah

17

20,4

39

79,6

49

100

Jumlah
%

P value
0,012

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan kerja
yang pernah dialami pekerja dengan umur ≤ 34 tahun sebanyak 2 orang (4,1%)

Universitas Sumatera Utara

dan umur > 34 tahun sebanyak 8 orang (16,3%), sedangkan pekerja yang tidak
pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja dengan umur ≤ 34 tahun sebanyak
26 orang (53,1%) dan umur > 34 tahun sebanyak 13 tahun (26,5%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,012 < 0,05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan
kejadian kecelakaan kerja.
4.2.2.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
Untuk menguji hubungan variabel masa kerja dengan kejadian kecelakaan
kerja digunakan uji statistik Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Kejadian Kecelakaan
Kerja
Pernah Tidak Pernah
n
%
N
%

Jumlah
n
%

≤6

2

4,1

23

46,9

25

51,0

>6

8

16,3

16

32,7

24

49,0

Jumlah

10

20,4

39

79,6

49

100

Masa Kerja
(Tahun)

P value
0,037

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kajadian kecelakaan kerja
yang pernah dialami oleh pekerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun sebanyak 2 orang
(4,1%) dan > 6 tahun sebanyak 8 orang (16,3%), sedangkan pekerja yang tidak
pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun
sebanyak 23 orang (46,9%) dan > 6 tahun sebanyak 16 orang (32,7%).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,037 < 0,05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja
dengan kejadian kecelakaan kerja.
4.2.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
Untuk menguji hubungan variabel pendidikan dengan kejadian kecelakaan
kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat
dilihat pada tabel beriku ini:
Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Kejadian Kecelakaan
Kerja
Pernah Tidak Pernah
n
%
N
%

Jumlah
n
%

Rendah

8

16,3

12

24,5

20

40,8

Sedang
Tinggi
Jumlah

2
0
10

4,1
0
20,4

7
20
39

14,3
40,8
79,6

9
20
49

18,4
40,8
100

Pendidikan

P value
0,004

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan kerja
yang pernah dialami oleh pekerja dengan pendidikan rendah sebanyak 8 orang
(16,3%), pendidikan sedang sebanyak 2 orang (4,1%), dan pendidikan tinggi tidak
ada. Pekerja yang tidak pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja dengan
pendidikan rendah sebanyak 12 orang (24,5%), pendidikan sedang sebanyak 7
orang (14,3%), dan pendidikan tinggi sebanyak 20 orang (40,8%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,004 < 0,05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan
dengan kejadian kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2.4 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja
Untuk menguji hubungan variabel pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
dengan kejadian kecelakaan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji
Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja
Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Kejadian Kecelakaan
Kerja
Pernah Tidak Pernah
n
%
N
%

Jumlah
n
%

Pakai

1

2,0

21

42,9

22

44,9

Tidak Pakai

9
10

18,4
20,4

18
39

36,7
79,6

27
49

55,1
100

Pemakaian
Alat
Pelindung
Diri (APD)

Jumlah

P value
0,015

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kejadian kecelakaan kerja
dialami oleh pekerja yang memakai alat pelindung diri sebanyak 1 orang (2,0%)
dan pekerja yang tidak pakai alat pelindung diri sebanyak 9 orang (18,4%),
sedangkan pekerja yang tidak mengalami kejadian kecelakaan kerja oleh pekerja
yang memakai alat pelindung diri sebanyak 21 orang (42,9%) dan pekerja yang
tidak pakai alat pelindung diri sebanyak 18 orang (36,7%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,015 < 0,05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pemakaian alat
pelindung diri dengan kejadian kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pemakain Alat Pelindung Diri pada Pekerja Penderes di
PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Pemakaian alat pelindung diri berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,015 < 0,05 yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri dengan
kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau
tahun 2017.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswar
(2016) dengan p value < α sehingga terdapat hubungan antara penggunaan APD
dengan kecelakaan kerja, dimana nilai kedua hubungan variabel bernilai sedang
(phi = 0,418).
Pemakaian alat pelindung diri merupakan alternatif terakhir sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja. Penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja
disesuaikan dengan pajanan bahaya yang dihadapi di area kerja. Untuk itu
pemakain alat pelindung diri sangat penting nilainya sebagai pencegahan
terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja dapat menimpa setiap pekerja dalam melakukan
pekerjaan, karena kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses dalam suatu pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Kejadian kecelakaan kerja pada tahun 2016 di PTPN III Kebun Sei Silau
mengalami peningkatan di tahun 2017. Menurut jawaban dari responden
kecelakaan yang sering terjadi yaitu mata terkena percikan getah saat menderes.
Hal ini disebabkan karena pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri
kacamata saat bekerja. Peningkatan kejadian kecelakaan kerja disebabkan karena
pekerja yang terkena percikan getah tersebut tidak melapor ke petugas kesehatan,
sehingga kecelakaan tersebut tidak terdaftar dibuku kecelakaan kerja. Alasan
pekerja tidak melapor karena pekerja menganggap bahwa kecelakaan tersebut
tidak berbahaya. Apabila pekerja terkena percikan getah, pekerja biasanya hanya
mengucek mata atau memejam-mejamkan mata beberapa saat saja.
Berdasarkan jawaban dari responden, waktu kejadian kecelakaan kerja
sangat beragam. Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi paling lama waktu
terjadinya lebih kurang yaitu 6 bulan terakhir, dan waktu yang paling cepat yaitu
sekitar satu minggu sebelum diwawancarai dengan kuesioner. Kecelakaan tersebut
terjadi pada mata, yaitu mata terkena percikan getah saat bekerja.
Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri kacamata juga pernah
mengalami kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan pekerja sering membuka dan
menutup kacamata saat bekerja. Menurut beberapa pekerja kacamata yang
digunakan mudah berembun, sehingga sebagian pekerja menganggap bahwa
mengunakan alat pelindung diri kacamata pada saat bekerja tidak nyamanan.
Pekerja menganggap mengganggu produktivitas pekerjaan.
Ketidaklengkapan alat pelindung diri di tempat kerja juga menyebabkan
pekerja terbiasa tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Pemberian

Universitas Sumatera Utara

dan penyediaan alat pelindung diri didapat dari kantor pusat PTPN III, dan untuk
dua tahun terakhir ini perusahaan belum memberikan alat pelindung diri yang
baru. Jadi pekerja masih sering tidak menggunakan alat pelindung diri kacamata
saat bekerja, sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Suasana kerja dengan kenyamanan tempat kerja dan kenyamanan
fasilitas (kondisi APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja,
sehingga dengan demikian diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja
yang menimbulkan kenyamanan dalam pemakaianannya akan dapat digunakan
oleh pekerja secara optimal. Tindakan penggunaan alat pelindung diri sangat
penting karena dapat mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan kecelakaan
akibat suatu pekerjaan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.08/MEN/VII/2010 menyatakan bahwa Alat Pelindung Diri
adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi sesorang dalam
pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
Pengusaha wajib menyediakan APD bagi karyawan/pekerja secara cuma-cuma
dan wajib digunakan di tempat kerja selama bekerja untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.
5.2

Hubungan Umur dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pakerja
Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Umur merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap kejadian

kecelakaan kerja. Berdasarkan tabel hasil dapat diketahui bahwa jumlah pekerja
yang mengalami kejadian kecelakaan kerja sebanyak 10 orang dari 49 orang

Universitas Sumatera Utara

pekerja. Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,012 < 0,05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan
kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau
tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aryantiningsih (2016)
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara umur dengan
kejadian kecelakaan kerja (p value = 0,002) dengan umur yang berisiko
mengalami kecelakaan kerja yaitu > 31 tahun berisiko 15 kali mengalami
kecelakaan kerja.
Hasil penelitian umur dengan kecelakaan kerja di PTPN III Kebun Sei Silau
tahun 2017 menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan kerja. Pekerjaan menderes dilakukan pukul 05.30 mulai menderes
sekitar 750 pohon. Kemudian mengutip hasil dalam bentuk cup lump dan terakhir
menimbang hasil ke TPH (Tempat Pemungutan Hasil). Kegiatan tersebut terus
menerus dilakukan setiap hari. Pekerjaan menderes memerlukan fisik yang kuat
serta kegesitan, karena hasil penderesan akan segera dipungut dan ditimbang
untuk diproduksi.
Berdasarkan data diri responden, pekerja yang paling muda yaitu berumur
23 tahun dan pekerja yang paling tua yaitu berumur 54 tahun. Dari hasil
penelitian, pekerja yang banyak mengalami kejadian kecelakaan kerja yaitu
berumur > 34 tahun. Pekerja penderes yang berumur tua pada umumnya memiliki
fisik yang lebih lemah dan gaya refleks yang lambat, sehingga saat ada bahaya
kecelakaan tidak dapat menghindar secara cepat. Hal ini disebabkan karena

Universitas Sumatera Utara

semakin bertambahnya umur mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
mengalami kecelakaan kerja. Kapasitas fisik menurun sesudah usia 30 tahun atau
lebih. Pekerja penderes yang berumur < 34 tahun juga pernah mengalami kejadian
kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan tersebut karena pekerja yang berumur
muda biasanya bekerja dengan cepat, terburu-buru dan tidak hati-hati.
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan
kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk
mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan golongan umur muda, karena
umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 2000).
5.3

Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Keceakaan Kerja pada
Pekerja Penders di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Masa kerja dalam penelitian ini merupakan kurun waktu atau lamanya

pekerja bekerja sebagai pekerja penderes sejak awal bekerja sampai penelitian
berlangsung dalam hitungan tahun. Masa kerja dilihat dari pertama kali pekerja
bekerja sebagai penderes di PTPN III Kebun Sei Silau yang saat penelitian
berlangsung.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,037 < 0,05
yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja
dengan kejadian kecelakaan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Handayani (2008), menunjukkan bahwa ada adanya hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja (p value = 0,018). Menurut
Hatta (2002) bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tertinggi pada masa
kerja < 5 tahun yaitu 31 orang (51,7%).

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di PTPN III
Kebun Sei Silau menunjukkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang banyak dialami oleh pekerja penderes
dengan masa kerja > 6 tahun. Hal ini dikarenakan pekerja yang memiliki masa
kerja yang lebih lama merasa lebih berpengalaman dan pekerja lebih sering tidak
menggunakan alat pelindung diri (kacamata) saat bekerja, sehingga terjadi
kecelakaan kerja. Pekerja yang sudah lama bekerja seharusnya memberikan
contoh yang baik dengan memakai alat pelindung diri secara lenglap dan berbagi
pengalamannya kepada pekerja yang masih bekerja ≤ 6 tahun untuk selalu
memakai alat pelindung diri saat bekerja. Pekerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun
juga pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja, hal ini dikarenakan pekerja
tersebut tidak memakai alat pelindung diri dan belum memiliki pengalaman yang
bekerja yang lebih lama.
Munurut Suma’mur yang mengungkapkan bahwa pengalaman untuk
waspada terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan pertumbuhan masa
kerja dan lama kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Pekerja yang belum
berpengalaman adalah salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang bekerja > 3 tahun.
Teori dari Max Weber, yang menyatakan bahwa sesorang individu akan
melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalamannya. Petugas kesehatan yang
berpengalaman akan melakukan tindakan sesuai kebiasaan yang diterapkan setiap
harinya berdasarkan dari pengalaman yang didapat selama bekerja. Hal ini sesuai
dengan Siagian dalam Barizqi (2015) yang menyatakan bahwa kualitas dan

Universitas Sumatera Utara

kemampuan kerja sesorang bertambah dan berkembang melalui dua jalur utama
yaitu pengalaman kerja yang didapat mendewasakan sesorang dari pelatihan dan
pendidikan.
5.4

Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017
Pendidikan dalam penelitian ini diukur dari jenjang pendidikan formal

terakhir yang ditempuhnya. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh niai p
value = 0,004 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara
variabel pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dornadia (2016) dengan (p
value = 0,003) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja.
Hasil penelitian pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja di PTPN III
Kebun Sei Silau menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan kerja pada pekerja penderes. Pendidikan yang paling rendah pada
pekerja penderes yaitu pendidikan SD dan yang pendidikan yang paling tinggi
yaitu SMA. Kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi pada pekerja yang
berpendidikan rendah (SD). Pekerja dengan pendidikan rendah umunya lebih
menggunakan fisik dari pada akal, sehingga pekerja jarang menggunakan alat
pelindung diri secara lengkap. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi cara berfikir seseorang dalam menyerap informasi, sehingga lebih
tinggi tingkat pendidikan maka risiko kecelakaan kerja lebih kecil ataupun tidak
pernah.

Universitas Sumatera Utara

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sesorang dalam berperilaku.
Latar belakang pendidikan seseorang akan mempengaruhi persepsi, cara pandang,
dan sikap dalam melihat suatu pekerjaan atau masalah yang dihadapinya di tempat
kerja, dengan semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan
manfaat alat pelindung diri akan tinggi pula dan akan mempengaruhi sikapnya
sehingga apabila mengetahui manfaat dan bagaimana sikap yang harus ditentukan
maka akan mengetahui pula tentang bahaya yang timbul jika tidak memakai alat
pelindung diri di tempat kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 2013).
Tingkat pekerja juga mempengaruhi pengetahun dan perilaku pekerja
terhadap kecelakaan. Menurut hasil penelitian Jantriana (2008) menyebutkan
bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam bekerja. Hal ini
disebabkan karena latar belakang pendidikan mencerminkan kecerdasan dan
keterampilan tertentu, sehingga kesuksesan seseorang yang akan berpengaruh
pada keterampilan kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin
cenderung sukses dalam berkarya (Egriana Handayani, 2010).

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja penderes di
PTPN III Kebun Sei Silau tahun 2017, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pekerja penderes yang mengalami kejadian kecelakaan kerja sebanyak 10
orang (20,4%).
2. Ada hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri (p
value 0,015), umur (p value 0,012), masa kerja (p value 0,037), dan
pendidikan (p value 0,004) dengan kejadian kecelakaan kerja.
6.2 Saran
1. Pekerja sebaiknya memakai alat pelindung diri kacamata yang diameter
dan lebarnya sesuai dengan mata, sehingga pinggiran mata tertutup
dengan rapat.
2. Pekerja lebih berhati-hati dalam bekerja dan pekerja yang sudah lama
bekerja sebaiknya jangan menganggap remeh pekerjaan menderes.

Universitas Sumatera Utara