Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional) dimana proses pengambilan data dilakukan dalam
waktu yang bersamaan antara faktor-faktor yang memengaruhi dan pemakaian
metode kontrasepsi jangka panjang pada isteri PUS yang berada di wilayah
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2012. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Kecamatan
Doloksanggul pencapaian program KB terutama kontrasepsi jangka panjang masih
rendah. Data pada Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2010,
jumlah isteri PUS

yang berusia 15-49 tahun di Kecamatan Doloksanggul ada

sebanyak 4975 orang, sedangkan yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP) hanya ada sebanyak 383 orang (7,7%).
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.

Universitas Sumatera Utara

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh isteri PUS yang memakai alat
kontrasepsi modern yang bertempat tinggal di Kecamatan Doloksanggul pada bulan
Januari 2012 sebanyak 2061 orang, yang terdiri dari isteri PUS Akseptor KB jangka
panjang sebanyak 642 orang dan yang bukan akseptor KB jangka panjang sebanyak
1419 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh istri dari PUS akseptor KB metode
modern yang tinggal di Kecamatan Doloksanggul yang tercatat dalam laporan bidan
desa. Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk
uji hipotesis satu populasi (Lwanga, 1991) :
2


Dimana :

��1−�/2 ��� �� + �1−� ��� �� �
�=
(�� − �� )2

n = besar sampel
Z 1-α/2

: nilai deviasi standar pada alpha 5% 2 sisi = 1,96

Z 1-β

: nilai deviasi standar pada β 10% 1 sisi = 1,282.

Po

: proporsi isteri PUS yang menjadi akseptor MKJP di Kecamatan
Doloksanggul
= 7,7% ≈ 8 → Qo = 1 – Po


Pa

: proporsi PUS yang diharapkan menjadi akseptor MKJP = 18%

Universitas Sumatera Utara

�=

�1,96�(0,08)(0,92) + 1,282�(0,18)(0,82)� ²

n = 102,43 ≈ 102 orang.

(0,18 − 0,08)²

Tehnik pengambilan sampel

dilakukan secara purposive dengan

sampel


berimbang (proportional sampling). Walaupun karakteristik sama tetapi karena
distribusi PUS yang tidak merata di tiap desa maka dari 28 desa/kelurahan yang ada
diambil 5 gugus/desa yang dipilih secara acak dan karena banyaknya subjek yang
terdapat pada tiap gugus/desa tidak sama sehingga sampel yang diteliti adalah seperti
dalam tabel berikut :
Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012
No

1
2
3
4
5

Nama Desa/
Kelurahan

Jumlah PUS

akseptor
KB Modern

Bonanionan
Kelurahan Pasar
Purba Manalu
Simangaronsang
Sirisirisi
Jumlah

45
593
97
66
62
863

Rekapitulasi Perhitungan
Sampel


Besar
Sampel

45/863 x 102 = 5,3
593/863 x 102 = 70,1
97/863 x 102 = 11,5
66/863 x 102 = 7,8
62/863 x 102 = 7,3

5
70
12
8
7
102

Setelah ditentukan banyaknya sampel pada setiap gugus /desa, selanjutnya
sampel diambil dengan cara acak sederhana (simple random sampling)

dengan


mengacak anggota populasi dengan menggunakan komputer (Notoatmodjo, 2005;
Mantra dan Kastro, 2006; Elfindri, 2011).

Universitas Sumatera Utara

3.4 Metode Pengumpulan Data
Digunakan 2 cara pengumpulan data, yaitu :
1) Data primer, adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung
melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan, di
mana sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
2) Data sekunder, diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Doloksanggul, Kantor KB
Humbang Hasundutan, dan instansi terkait lainnya.
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda maka
dia harus menggunakan timbangan. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita
susun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan total skor kuesioner
tersebut dengan melihat nilai corrected item total correlation (r), dengan ketentuan
jika nilai r hitung > r tabel (=0,361 pada taraf signifikansi 5%, df = 28) maka

pertanyaan valid, dan jika nilai r hitung < r tabel maka pertanyaan tidak valid
(Riduwan, 2002; Notoatmodjo, 2005; Ancok, 2006).
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Pengukuran reliabilitas menggunakan uji statistik
Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Riduwan, 2002; Nursalam, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Uji coba kuesioner sebagai alat pengumpul data dilakukan pada 30 orang isteri
PUS di Desa Sibuntuon Parpea Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang
Hasundutan. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan untuk setiap
variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel

Butir Pertanyaan


Pengetahuan

Pengetahuan 1
Pengetahuan 2
Pengetahuan 3
Pengetahuan 4
Pengetahuan 5
Pengetahuan 6
Pengetahuan 7
Pengetahuan 8
Pengetahuan 9
Pengetahuan 10
Pengetahuan 11
Pengetahuan 12
Pengetahuan 13
Pengetahuan 14
Pengetahuan 15
Pengetahuan 16
Pengetahuan 17
Pengetahuan 18


Corrected Item
Total Correlation
0,429
0,397
0,543
0,624
0,486
0,515
0,291
0,448
0,410
0,376
0,679
0,517
0,379
0,754
0,495
0,386
0,680

0,216

Cronbach’s Alpha (α) : 0,853

Status

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Reliabel

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 3.2
Variabel

Butir Pertanyaan

Persepsi nilai anak

Persepsi nilai anak 1
Persepsi nilai anak 2
Persepsi nilai anak 3
Persepsi nilai anak 4
Persepsi nilai anak 5
Persepsi nilai anak 6
Persepsi nilai anak 7
Persepsi nilai anak 8
Persepsi nilai anak 9
Persepsi nilai anak 10

Dukungan suami

Ada/tidaknya KIE

Corrected Item
Total Correlation
0,404
0,544
0,446
0,386
0,477
0,655
0,405
-0,125
0,555
0,373

Status

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
Valid

Cronbach’s Alpha (α) : 0,738

Reliabel

Dukungan suami 1
Dukungan suami 2
Dukungan suami 3
Dukungan suami 4
Dukungan suami 5
Dukungan suami 6
Dukungan suami 7
Dukungan suami 8

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,406
0,568
0,429
0,547
0,455
0,665
0,592
0,382

Cronbach’s Alpha (α) : 0,793

Reliabel

Ada/tidaknya KIE 1
Ada/tidaknya KIE 2
Ada/tidaknya KIE 3
Ada/tidaknya KIE 4
Ada/tidaknya KIE 5
Ada/tidaknya KIE 6

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,426
0,450
0,450
0,579
0,444
0,522

Cronbach’s Alpha (α) : 0,734

Reliabel

Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa dari 18 butir pertanyaan variabel pengetahuan
16 butir memiliki nilai Corrected Item Total Correlation > 0,361 yang berarti valid

Universitas Sumatera Utara

dan 2 butir (pengetahuan 7 dan 18) memiliki nilai Corrected Item Total Correlation <
0,361 yang berarti pertanyaan tersebut tidak valid sehingga dikeluarkan dari
kuesioner penelitian, dengan nilai Cronbach’s alpha (α) = 0,853 > 0,6 yang berarti
reliabel. Untuk variabel persepsi nilai anak terlihat bahwa 9 dari 10 butir pertanyaan
memiliki nilai Corrected Item Total Correlation > 0,361 (valid) dan ada 1 butir
(persepsi nilai anak 8) yang tidak valid dan dikeluarkan dari kuesioner dengan nilai
Cronbach’s alpha (α) = 0,738 > 0,6 (reliabel). Sedangkan untuk variabel dukungan
suami dan ada/tidaknya KIE semua butir pertanyaan adalah valid dan reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel
Variabel terdiri dari : variabel dependen (pemakaian alat kontrasepsi jangka
panjang pada PUS); dan variabel independen yang terdiri dari karakteristik responden
(umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami, dan
ada/tidaknya KIE dari petugas.
3.5.2 Definisi operasional
1.

Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang adalah kondisi responden/isteri
PUS untuk memakai atau tidak memakai metode kontrasepsi jangka panjang
sebagai alat untuk mencegah kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

2.

PUS (Pasangan Usia Subur) adalah pasangan suami isteri dimana isteri
berusia antara 15-49 tahun.

Universitas Sumatera Utara

3.

Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung
dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

4.

Jumlah anak hidup adalah banyaknya anak hidup (laki-laki dan perempuan) yang
dimiliki responden pada saat penelitian/wawancara.

5.

Pengetahuan

adalah

pengertian/pemahaman

responden

tentang

metode

kontrasepsi jangka panjang, yang mencakup pengertian, manfaat, jenis, cara
pemakaian, efek samping, kelebihan dan kekurangan.
6.

Dukungan suami adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan
suami dalam mengambil keputusan untuk memakai atau tidak memakai metode
kontrasepsi jangka panjang.

7.

Ada/tidaknya KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) adalah pendapat atau
persepsi responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan
informasi dan penjelasan yang lengkap mengenai metode kontrasepsi jangka
panjang.

8.

Persepsi nilai anak adalah tanggapan/wawasan responden terhadap arti
penting/nilai seorang anak.

3.6 Metode Pengukuran
Variabel dependen
1.

Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang adalah kondisi responden untuk
memakai atau tidak memakai metode kontrasepsi jangka panjang pada saat
wawancara dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Kategori :

0 = Menggunakan MKJP
1 = Tidak menggunakan MKJP

Skala

: Ordinal

Variabel Independen
1.

Umur adalah umur responden berdasarkan ulang tahun terakhir. Dikategorikan
berdasarkan batas usia anjuran untuk pemakaian MKJP.
Kategori :

0 = < 30 tahun
1 = ≥ 30 tahun

Skala
2.

: ordinal

Jumlah anak hidup, dikategorikan menjadi 2 berdasarkan anjuran program KB.
Kategori :

0 = ≤ 2 orang
1 = > 2 orang

Skala
3.

: ordinal

Pengetahuan, diukur berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari kategori
pengetahuan kemudian dipersentasikan terhadap total skor yaitu 43. Untuk setiap
jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang tidak benar diberi skor
0. Variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 3 (baik, sedang, kurang) dengan
skor sebagai berikut (Nursalam, 2008) :
Baik

(0)

: bila responden mendapat nilai 76-100% dari total skor

Sedang

(1)

: bila responden mendapat nilai 56-75% dari total skor

Kurang

(2)

: bila responden mendapat nilai < 56% dari total skor

Skala

: ordinal

Universitas Sumatera Utara

4.

Persepsi nilai anak, penilaian responden terhadap pentingnya arti seorang anak
berdasarkan hal-hal yang menguntungkan dan yang merugikan apabila
mempunyai anak. Apabila responden menjawab setuju (S) untuk pertanyaan dari
hal yang menguntungkan diberi skor 1 dan apabila menjawab tidak setuju (TS)
diberi skor 0. Sebaliknya untuk pertanyaan hal yang merugikan, apabila
responden menjawab setuju diberi skor 0 dan bila menjawab tidak setuju diberi
skor 1. Dikategorikan berdasarkan nilai median.
Kategori :

Skala
5.

0 = Persepsi baik

: skor ≥ 5

1 = Persepsi kurang

: skor < 5

: ordinal

Dukungan suami. Apabila responden menjawab ya untuk item pertanyaan
dukungan suami diberi skor 1 dan apabila menjawab tidak diberi skor 0,
kemudian dikategorikan menjadi 2 berdasarkan ada tidaknya dukungan suami.
Pengkategorian ini berdasarkan nilai median.
Kategori :

Skala
6.

0 = Ada dukungan

: skor ≥ 6

1 = Tidak ada dukungan

: skor < 6

: ordinal

Ada/tidaknya KIE. Responden diberi skor 1 untuk setiap jawaban ya dari
pertanyaan ada/tidaknya KIE dan skor 0 untuk jawaban tidak, dikategorikan
menjadi 2 berdasarkan nilai median.
Kategori :

0 = Ada KIE

: skor ≥ 5

1 = Tidak ada KIE

: skor < 5

Universitas Sumatera Utara

Skala

: ordinal

3.7 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Analisis Univariat, yaitu analisis variabel independen dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi (gambaran deskriptif dari semua variabel independen dan
dependen).
2) Analisis Bivariat, untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan yang bermakna
antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dengan variabel terikat. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi Square (χ²) dengan tingkat kemaknaan
2 orang

f

Persentase (%)

44
58

43,1
56,9

26
76

25,5
74,5

22
80

21,6
78,4

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat 58 orang responden (56,9%) memakai metode KB
yang bukan MKJP dan 44 orang (43,1%) memakai MKJP yang terdiri dari IUD
sebanyak 19 orang, Implant 15 orang, dan MOW 10 orang. Berdasarkan umur didapat
bahwa 76 orang (74,5%) berumur 30 tahun atau lebih dan 26 orang (25,5%) berumur
di bawah 30 tahun. Bila dilihat dari jumlah anak hidup sebanyak 80 orang (78,4%)
memiliki anak hidup > 2 orang dan 22 orang (21,6%) memiliki anak hidup ≤ 2 orang.
4.2.2 Pengetahuan
Gambaran pengetahuan responden tentang KB MKJP dapat dilihat dalam
Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Pengetahuan di
Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012
Jawaban
No

Pengetahuan tentang MKJP

B
f

Sepengetahuan ibu apakah metode kontrasepsi
jangka panjang itu ?
a. Metode kontrasepsi yang masa kerjanya lama 89
b. Metode kontrasepsi yang bentuknya panjang 42
2 Yang termasuk metode kontrasepsi jangka panjang
adalah
a. Implan/susuk KB
92
b. AKDR/spiral
88
c. Kontrasepsi mantap/sterilisasi (MOW/MOP) 97
3 Secara ekonomis, metode kontrasepsi jangka
panjang lebih murah dari kontrasepsi jangka
pendek
81
4 Efektivitas metode kontrasepsi jangka panjang
lebih tinggi dibandingkan metode KB lainnya
71
5 Angka kegagalan metode kontrasepsi jangka
panjang sangat rendah < 1%
50

S
%

f

%

87,3
41,2

13
60

12,7
58,8

90,2
86,3
95,1

10
14
5

9,8
13,7
4,9

79,4

21

20,6

69,6

31

30,4

49,0

52

51,0

1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 (Lanjutan)
Jawaban
No

Pengetahuan tentang MKJP

f
Cara kerja AKDR/spiral :
a. Mencegah kehamilan dengan cara mencegah
sperma dan sel telur bertemu
80
b. Mencegah kehamilan dengan cara
membunuh hasil pembuahan
56
7 Beberapa keuntungan AKDR/spiral adalah :
a. Efektif segera setelah pemasangan
83
b. Kesuburan segera kembali jika spiral dibuka 83
c. Tidak mempengaruhi produksi ASI
62
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
61
e. Dapat dipasang segera setelah melahirkan
atau keguguran
71
8 Keterbatasan AKDR/spiral adalah :
a. Tidak mencegah penularan IMS, HIV/AIDS 37
b. Ibu tidak dapat memasang dan melepas
sendiri AKDR-nya
86
c. Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR
dari waktu ke waktu
57
d. Bisa membuat haid menjadi lebih lama
dan banyak serta nyeri
51
9 Cara kerja implan/susuk KB adalah :
a. Mencegah terjadinya pelepasan sel telur
38
b. Mematikan janin yang sudah terbentuk
57
10 Keuntungan pemakaian implan/susuk KB adalah :
a. Tidak menekan pembentukan ASI
62
b. Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan 80
c. Bebas dari pengaruh hormon estrogen
17
d. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
84
11 Keterbatasan implan/susuk KB adalah :
a. Bisa menimbulkan perubahan pola haid
66
b. Membutuhkan tindakan bedah kecil untuk
pemasangan dan pencabutan
90
c. Tidak melindungi penularan IMS, HIV/AIDS
45
d. Bisa timbul keluhan nyeri kepala, berat
67
badan naik, mual, pusing

B

S
%

f

%

78,4

22

21,6

54,9

46

45,1

81,4
81,4
60,8
59,8

19
19
40
41

18,6
18,6
39,2
40,2

69,6

31

30,4

36,3

65

63,7

84,3

16

15,7

55,9

45

44,1

50,0

51

50,0

37,3
55,9

64
45

62,7
44,1

60,8
78,4
16,7
82,4

40
22
85
18

39,2
21,6
83,3
17,6

64,7

36

35,3

88,2
44,1
65,7

12
57
35

11,8
55,9
34,3

6

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 (Lanjutan)
Jawaban
No

Pengetahuan tentang MKJP

12 Cara kerja sterilisasi wanita (MOW) adalah :
a. Menghambat perjalanan sel telur sehingga
tidak dapat dibuahi sperma
b. Mematikan sel telur wanita
13 Keuntungan sterilisasi wanita (MOW) adalah :
a. Efek kontrasepsi langsung setelah sterilisasi
b. Tidak ada efek samping jangka panjang
c. Tidak mengganggu hubungan seksual
d. Mengurangi risiko kanker indung telur
14 Yang tidak boleh menjalani sterilisasi wanita :
a. Menderita penyakit jantung, paru, infeksi akut
b. Perdarahan dari jalan lahir yang belum
diketahui penyebabnya
c. Masih menginginkan anak lagi
15 Cara kerja sterilisasi pria (MOP) adalah :
a. Menghalangi jalannya sperma
b. Mematikan sperma
16 Keuntungan sterilisasi pria (MOP) adalah :
a. Aman, sederhana, mudah dan cepat
b. Klien tidak perlu dirawat di rumah sakit
c. Tidak mengganggu hubungan seksual

B

S

f

%

f

%

57
67

55,9
65,7

45
35

44,1
34,3

51
68
80
23

50,0
66,7
78,4
22,5

51
34
22
79

50,0
33,3
21,6
77,5

51

50,0

51

50,0

50
85

49,0
83,3

52
17

51,0
16,7

52
61

51,0
59,8

50
41

49,0
40,2

83
78
75

81,4
76,5
73,5

19
24
27

18,6
23,5
26,5

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memberi
jawaban yang tidak benar terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut yaitu angka
kegagalan metode kontrasepsi jangka panjang sangat rendah < 1%; AKDR mencegah
kehamilan dengan cara membunuh hasil pembuahan; AKDR tidak mencegah
penularan IMS, HIV/AIDS; AKDR bisa membuat haid menjadi lebih lama dan
banyak serta nyeri; cara kerja implant adalah mencegah terjadinya pelepasan sel telur;

Universitas Sumatera Utara

implant mematikan janin yang sudah terbentuk; keuntungan implant adalah bebas
dari pengaruh hormon estrogen; keterbatasan implant adalah tidak melindungi
penularan IMS, HIV/AIDS; cara kerja MOW adalah mematikan sel telur wanita;
keuntungan MOW adalah mengurangi risiko kanker indung telur; yang tidak boleh
menjalani MOW adalah wanita dengan perdarahan dari jalan lahir yang belum
diketahui penyebabnya; dan cara kerja MOP adalah mematikan sperma.
Sebagaimana hasil distribusi jawaban responden pada tiap item pernyataan
tentang pengetahuan KB MKJP yang telah terurai di atas, maka dapat dirangkum
proporsi kategori pengetahuan responden yang terdiri dari pengetahuan baik, cukup,
dan kurang seperti tersaji pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden tentang KB MKJP
No

Pengetahuan

f

Persentase (%)

1
2
3

Baik
Cukup
Kurang

24
43
35

23,5
42,2
34,3

Jumlah

102

100,0

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi frekuensi pengetahuan responden
tentang KB MKJP yaitu yang berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (23,5%),
berpengetahuan cukup 43 orang (42,2%), dan berpengetahuan kurang 35 orang
(34,3%).

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Persepsi Nilai Anak
Persepsi atau pandangan responden terhadap arti penting atau nilai seorang
anak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Persepsi Nilai
Anak di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012
Jawaban
No
1

2
3
4
5
6
7
8
9

Persepsi Nilai Anak
Orang yang tidak mempunyai anak tidak
akan dapat merasakan kebahagiaan yang
sesungguhnya
Banyak anak banyak rezeki
Anak adalah jaminan hidup di hari tua
Tanpa anak hidup tidak lengkap
Anak adalah pencegah utama terjadinya
perceraian
Anak adalah pemberian Tuhan tidak boleh
dibatasi jumlahnya
Laki-laki adalah penerus marga jadi setiap
keluarga harus punya anak laki-laki
Mengurusi anak melelahkan badan
Anak sering menjadi sumber pertengkaran
suami-isteri

S

TS

f

%

f

%

47
38
76
84

46,1
37,3
74,5
82,4

55
64
26
18

53,9
62,7
25,5
17,6

78

76,5

24

23,5

60

58,8

42

41,2

73
31

71,6
30,4

29
71

28,4
69,6

31

30,4

71

69,6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden tidak setuju
dengan pernyataan orang yang tidak memiliki anak tidak akan dapat merasakan
kebahagiaan yang sesungguhnya dan pernyataan banyak anak banyak rejeki, tetapi
lebih dari 70% responden setuju dengan pernyataan anak adalah jaminan hidup di
hari tua, tanpa anak hidup tidak lengkap, dan anak adalah pencegah utama terjadinya
perceraian. Kemudian lebih dari 60% setuju bahwa anak adalah pemberian Tuhan

Universitas Sumatera Utara

tidak boleh dibatasi jumlahnya dan laki-laki adalah penerus marga jadi setiap
keluarga harus punya anak laki-laki, tetapi hanya 30,4% yang setuju bahwa
mengurusi anak melelahkan badan, dan anak sering menjadi sumber pertengkaran
suami-isteri.
Berdasarkan persepsi nilai anak, 37 orang (36,3%) responden mempunyai
persepsi baik terhadap nilai anak dan 65 orang (63,7%) berpersepsi kurang.
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Persepsi Nilai Anak
No

Persepsi Nilai Anak

1
2

Baik
Kurang
Jumlah

f

Persentase (%)

37
65
102

36,3
63,7
100,0

4.2.4 Dukungan Suami
Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang dukungan suami
dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Dukungan
Suami di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012
Jawaban
No

Dukungan Suami

Ya
f

1
2
3

Suami menganjurkan ibu untuk ber-KB jangka
panjang
Suami memberi kesempatan kepada ibu untuk
memilih metode KB sendiri
Suami mengijinkan ibu untuk ber-KB jangka
panjang

%

Tidak
f
%

46

45,1

56

54,9

89

87,3

13

12,7

86

84,3

16

15,7

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7 (Lanjutan)
4
5
6
7
8

Suami mau menyediakan waktu untuk
mendampingi ibu ber-KB
Suami mau menyediakan dana untuk ibu
ber-KB
Suami membantu mencari informasi tentang
KB yang cocok untuk ibu
Suami selalu mengingatkan ibu untuk kontrol
metode KB ibu
Suami selalu memperhatikan kesehatan ibu

53

52,0

49

48,0

71

69,6

31

30,4

51

50,0

51

50,0

56
91

54,9
89,2

46
11

45,1
10,8

Hasil penelitian dukungan suami menunjukkan bahwa lebih dari 50%
responden menjawab ya untuk hampir semua pertanyaan dukungan suami kecuali
pertanyaan suami menganjurkan ibu untuk ber-KB jangka panjang dan suami
membantu mencari informasi tentang KB yang cocok untuk ibu.
Berdasarkan ada/tidaknya dukungan suami untuk memakai MKJP diperoleh
hasil bahwa 58 responden (56,9%) mendapat dukungan dari suami dan 44 responden
(43,1%) menyatakan tidak ada dukungan dari suami. Keseluruhannya terlihat pada
Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Dukungan Suami untuk Memakai MKJP
No

Dukungan Suami

1
2

Ada
Tidak ada
Jumlah

f
58
44
102

Persentase (%)
56,9
43,1
100,0

Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Ada/Tidaknya KIE
Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ada/tidaknya KIE dari
petugas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Ada/Tidaknya
KIE di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012
Jawaban
No

Ada/Tidaknya KIE

Ya
f

1
2
3
4
5

6

Ibu mendapat informasi dari petugas
mengenai jenis-jenis KB jangka panjang
Petugas menjelaskan keuntungan dan
kerugian metode KB jangka panjang
Petugas menjelaskan efek samping metode
KB jangka panjang
Petugas menganjurkan ibu memakai metode
KB jangka panjang
Petugas menjelaskan dimana tempat
pelayanan/ mendapatkan metode KB
jangka panjang
Petugas menjelaskan apa yang harus
dilakukan jika timbul masalah dalam
pemakaian KB jangka panjang

%

Tidak
f
%

100

98,0

2

2,0

90

88,2

12

11,8

77

75,5

25

24,5

78

76,5

24

23,5

95

93,5

7

6,5

77

75,5

25

24,5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 75% responden menjawab ya
untuk semua pertanyaan ada/tidaknya KIE tentang MKJP dari petugas. Berdasarkan
ada/tidaknya KIE dari petugas tentang MKJP diperoleh hasil bahwa 78 orang (76,5%)
responden mendapat KIE dari petugas dan hanya 24 orang (23,5%) responden tidak
mendapat KIE dari petugas.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan ada/tidaknya KIE dari petugas tentang MKJP diperoleh hasil
seperti yang terlihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Distribusi Ada/Tidaknya KIE tentang MKJP
No

Ada/Tidaknya KIE

1
2

Ada
Tidak ada
Jumlah

f

Persentase (%)

78
24
102

76,5
23,5
100,0

4.3 Analisis Bivariat
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen yaitu
karakteristik responden (umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak,
dukungan suami, dan ada/tidaknya KIE dari petugas dengan variabel dependen yaitu
pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. Untuk mengetahui apakah ada
hubungan yang bermakna di antara variabel independen dengan variabel dependen
dilakukan uji statistik dengan uji Chi Square.
4.3.1 Hubungan Karakteristik Responden
Kontrasepsi Jangka Panjang

dengan

Pemakaian Metode

Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara karakteristik responden
(umur dan jumlah anak hidup)

dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka

panjang, dengan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel 4.11.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemakaian Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Doloksanggul
Tahun 2012

Karakteristik Responden

Pemakaian MKJP
Ya
Tidak
f
%
f
%

Total
f
%

6
38

23,1
50,0

20
38

76,9
50,0

26
76

100,0
100,0

0,031

5
39

22,7
48,8

17
41

77,3
51,2

22
80

100,0
100,0

0,052

p

Umur
< 30 tahun
≥ 30 tahun
Jumlah anak hidup
≤ 2 orang
> 2 orang

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pada responden dengan umur≥ 30
tahun yang memakai MKJP sebanyak 38 orang (50,0%), yang tidak memakai MKJP
sebanyak 38 orang (50,0%) juga dan yang berumur < 30 tahun yang memakai MKJP
sebanyak 6 orang (23,1%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 20 orang (76,9%).
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
pemakaian MKJP (p = 0,031).
Berdasarkan jumlah anak hidup, responden yang memiliki anak hidup 3 orang
atau lebih yang memakai MKJP sebanyak 39 orang (48,8%), yang tidak memakai
MKJP sebanyak 41 orang (51,2%) dan yang memiliki anak hidup ≤ 2 orang yang
memakai MKJP sebanyak 5 orang (22,7%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 17
orang (77,3%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara jumlah anak hidup dengan pemakaian MKJP (p = 0,052).

Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara pengetahuan dengan
pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum
dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang

Pemakaian MKJP
Ya
Tidak
f
%
f
%
10
41,7 14
58,3
21
48,8 22
51,2
13
37,1 22
62,9

Total
f
%
24
100,0
43
100,0
35
100,0

p

0,576

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik
yang memakai MKJP ada sebanyak 10 orang (41,7%), yang tidak memakai MKJP
sebanyak 14 orang (58,3%). Responden dengan pengetahuan cukup yang memakai
MKJP ada sebanyak 21 orang (48,8%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 22
orang (51,2%). Responden yang berpengetahuan kurang yang memakai MKJP ada
sebanyak 13 orang (37,1%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 22 orang (62,9%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan tentang MKJP dengan pemakaian MKJP (p = 0,576).

Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Hubungan Persepsi Nilai Anak dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara persepsi nilai anak dengan
pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum
dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hubungan Persepsi Nilai Anak dengan Pemakaian Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul
Tahun 2012

Persepsi Nilai Anak
Baik
Kurang

Pemakaian MKJP
Ya
Tidak
f
%
f
%
19
51,4 18
48,6
25
38,5 40
61,5

Total
f
%
37
100,0
65
100,0

p
0,291

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan persepsi nilai
anak baik yang memakai MKJP sebanyak 19 orang (51,4%), yang tidak memakai
MKJP sebanyak 18 orang (48,6%), sedangkan responden dengan persepsi nilai anak
kurang yang memakai MKJP sebanyak 25 orang (38,5%) dan yang tidak memakai
MKJP sebanyak 40 orang (61,5%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara persepsi nilai anak dengan pemakaian MKJP (p =
0,291).

Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara dukungan suami dengan
pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum
dalam Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

Dukungan Suami
Ada
Tidak ada

Pemakaian MKJP
Ya
Tidak
f
%
f
%
30
51,7 28
48,3
14
31,8 30
68,2

Total
f
%
58
100,0
44
100,0

p
0,071

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang ada dukungan dari
suami yang memakai MKJP sebanyak 30 orang (51,7%), yang tidak memakai MKJP
sebanyak 28 orang (48,3%), sedangkan responden yang tidak ada dukungan dari
suami yang memakai MKJP sebanyak 14 orang (31,8%) dan yang tidak memakai
MKJP sebanyak 30 orang (68,2%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemakaian MKJP (p =
0,071).
4.3.5 Hubungan Ada/Tidaknya KIE dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel ada/tidaknya KIE
dari petugas dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil
seperti yang tercantum dalam Tabel 4.15.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.15 Hubungan Ada/Tidaknya KIE dengan Pemakaian Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul
Tahun 2012

Ada/Tidaknya KIE
Ada
Tidak ada

Pemakaian MKJP
Ya
Tidak
f
%
f
%
34
43,6 44
56,4
10
41,7 14
58,3

Total
f
%
78
100,0
24
100,0

p
1,000

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang mendapat KIE dari
petugas yang memakai MKJP sebanyak 34 orang (43,6%), yang tidak memakai
MKJP sebanyak 44 orang (56,4%), sedangkan responden yang tidak mendapat KIE
dari petugas yang memakai MKJP sebanyak 10 orang (41,7%) dan yang tidak
memakai MKJP sebanyak 14 orang (58,3%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak
ada hubungan yang bermakna antara ada/tidaknya KIE dengan pemakaian MKJP (p =
1,000).
4.3.6 Hubungan Antar Variabel Independen
Dilakukan tabulasi silang antar sesama variabel independen yaitu karakteristik
responden (umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan
suami, dan ada/tidaknya KIE dari petugas. Hasil uji Chi Square menunjukkan ada
hubungan antara variabel umur dengan jumlah anak hidup (p = 0,001), pengetahuan
dengan ada/tidaknya KIE (p = 0,002), dan dukungan suami dengan ada/tidaknya KIE
(p = 0,001), sedangkan untuk variabel lain tidak ditemukan ada hubungan yang
bermakna. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.16 Hubungan Antara Variabel Umur dengan Jumlah Anak Hidup
Umur
Jumlah anak hidup
≤ 2 orang
> 2 orang

≥ 30

< 30
f
14
12

%
63,6
15,0

f
8
68

%
36,4
85,0

Total
f
%
22
100,0
80
100,0

p
0,001

Pada Tabel 4.16 terlihat bahwa responden yang memiliki jumlah anak hidup ≤
2 orang dan berumur < 30 tahun ada sebanyak 14 orang (63,6%), sedangkan yang
berumur ≥ 30 tahun sebanyak 8 orang (36,4%). Responden yang memiliki jumlah
anak hidup > 2 orang dan berumur < 30 tahun sebanyak 12 orang (15,0%) dan yang
berumur ≥ 30 tahun sebanyak 68 orang (85,0%).
Tabel 4.17 Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan Ada/Tidaknya KIE

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang

Ada/Tidaknya KIE
Ada
Tidak Ada
f
%
f
%
23
95,8
1
4,2
35
81,4
8
18,6
20
57,1 15
42,9

Total
f
%
24
100,0
43
100,0
35
100,0

p

0,002

Dapat dilihat pada Tabel 4.17 bahwa mayoritas (95,8%) responden yang
berpengetahuan baik mengatakan mendapat KIE dari petugas dan hanya 4,2% yang
mengatakan tidak mendapat KIE dari petugas. Sedangkan yang berpengetahuan
cukup sebanyak 35 orang (81,4%) mendapat KIE dari petugas dan 8 orang (18,6%)
tidak mendapat KIE dari petugas. Untuk yang berpengetahuan kurang, 20 orang
(57,1%) mengatakan mendapat KIE dari petugas dan 15 orang (42,9%) tidak
mendapat KIE dari petugas.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.18 Hubungan Antara Variabel Ada/Tidaknya KIE dengan
Dukungan Suami

Ada/tidaknya KIE
Ada
Tidak ada

Dukungan Suami
Ada
Tidak ada
f
%
f
%
52
66,7 26
33,3
6
25,0 18
75,0

Total
f
%
78
100,0
24
100,0

p
0,001

Tabel 4.18 menunjukkan ada sebanyak 52 orang (66,7%) responden yang
mendapat KIE dari petugas juga mendapat dukungan dari suami dan hanya 26 orang
(33,3%) tidak mendapat dukungan dari suami. Sedangkan yang tidak mendapat KIE
dari petugas ada sebanyak 18 orang (75,0%) juga tidak mendapat dukungan dari
suami dan hanya 6 orang (25,0%) yang mendapat dukungan dari suami.
4.4 Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden (umur, jumlah anak
hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami, dan ada/tidaknya KIE dari
petugas terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang di Kecamatan
Doloksanggul, maka dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis
regresi logistik ganda. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh bahwa variabel
independen yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat
adalah umur, jumlah anak hidup dan dukungan suami (p < 0,25).
Selanjutnya adalah pemilihan model yang dilakukan secara hierarkis dengan
cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang paling
tidak signifikan (nilai p terbesar) dikeluarkan satu per satu dari dalam model secara

Universitas Sumatera Utara

bertahap (metode enter). Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.19 Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada
Isteri PUS di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012
Variabel Penelitian
Umur
Dukungan suami

B

Exp (B)

p

CI 95%

-1,171
0,797

0,310
2,218

0,026
0,063

0,110-0,870
0,959-5,130

Tabel 4.19 merupakan hasil akhir analisis multivariat uji regresi logistik
ganda, karena hanya umur yang memiliki p < 0,05 sehingga variabel tersebutlah yang
berpengaruh terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada isteri PUS
di Kecamatan Doloksanggul. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai Exp
(B) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika responden berumur ≥ 30 tahun maka
peluang responden untuk memakai metode kontrasepsi jangka panjang 0,3 kali lebih
besar dibandingkan jika berumur < 30 tahun.
Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 65,7% yang artinya variabel umur
bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka
panjang pada isteri PUS sebesar 65,7%, sedangkan sisanya sebesar

34,3%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (dukungan suami, jumlah anak hidup, ketersediaan
alat kontrasepsi, biaya, jarak, dan lain-lain).

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pemakaian Metode Kontrasepsi
Doloksanggul Tahun 2012

Jangka

Panjang

di

Kecamatan

Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemakaian MKJP yang cukup tinggi
di Kecamatan Doloksanggul yaitu sebanyak 44 orang (43,1%) dari 102 orang
responden, yang terbanyak adalah IUD (18,7%), diikuti Implant (14,7%) dan MOW
(9,8%), sedangkan yang memakai KB jangka pendek (pil, suntik, kondom) sebesar
56,9%. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan data nasional berdasarkan SDKI
2007 dan Riskesdas 2010, dimana persentase tertinggi untuk pemakaian MKJP
adalah IUD (4,9% SDKI 2007; 5,1% Riskesdas 2010) diikuti MOW (3,0% SDKI
2007; 2,1% Riskesdas 2010) dan Implant (2,8% SDKI 2007; 1,4% Riskesdas 2010).
Jumlah PUS di 5 desa yang menjadi lokasi penelitian adalah sebanyak 1670 orang
dan yang memakai KB modern ada sebanyak 863 orang, sehingga bila dihitung
persentase pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang terhadap jumlah PUS maka
diperoleh angka 22,3%. Angka ini di atas angka nasional pemakaian MKJP
(berdasarkan hasil Riskesdas 2010) yang sebesar 8,8% dari semua wanita pernah
kawin berusia 10-49 tahun tetapi masih kurang dari target BkkbN untuk pemakaian
MKJP untuk tahun 2012 yang sebesar 25,9%.
Bila dibandingkan persentase pemakaian MKJP dari hasil penelitian ini
(22,3%) dan data dari bidan desa untuk bulan Januari 2012 (19,1%) dengan data dari

Universitas Sumatera Utara

Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2010 untuk pemakaian
MKJP di Kecamatan Doloksanggul adalah sebesar 7,7% dari semua PUS yang
berusia 15-49 tahun, terlihat adanya peningkatan pemakaian MKJP yang cukup
bermakna dalam 2 tahun terakhir di Kecamatan Doloksanggul, hal ini bisa terjadi
akibat dibukanya klinik KB di Kantor KB Humbang Hasundutan yang terletak di
Kecamatan Doloksanggul yang memberikan pelayanan KB gratis kepada masyarakat
untuk semua jenis KB kecuali MOW yang hanya bisa dilaksanakan 1x per tahun
(juga gratis), dan adanya pelayanan KB ke desa-desa yang dilakukan oleh Kantor KB
Kabupaten Humbang Hasundutan sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkan
pelayanan KB yang bermutu dan gratis. Penelitian Rahayu, dkk (2009) yang
membandingkan pemakaian KB dan pemilihan jenis KB antara data SDKI 1997
dengan SDKI 2007 menemukan pemakaian MKJP di daerah pedesaan pada tahun
2007 menurun dibandingkan tahun 1997, dimana wanita di pedesaan lebih memilih
Pil atau Suntik KB karena harga yang lebih murah. Sementara di Kecamatan
Doloksanggul pelayanan KB untuk semua jenis/metode KB adalah gratis sehingga
memungkinkan terjadi peningkatan pemakaian KB MKJP.
Hal lain yang kemungkinan juga turut memengaruhi adalah status Kecamatan
Doloksanggul sebagai ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan, dimana sebagai
kabupaten yang baru terbentuk terjadi peningkatan jumlah PNS yang cukup tinggi
baik dari penerimaan baru maupun perpindahan dari daerah lain. Selain PNS juga
terjadi peningkatan pegawai dan/atau pengusaha di sektor swasta sebagai akibat
berkembangnya perekonomian daerah. Hal ini memengaruhi karakteristik penduduk

Universitas Sumatera Utara

Doloksanggul yang tadinya mayoritas petani dengan tingkat pendidikan rendah serta
tingkat penghasilan menengah ke bawah berkembang menjadi campuran antara petani
dengan pegawai (negeri maupun swasta) dengan tingkat pendidikan dan penghasilan
yang lebih tinggi yang mempunyai kesadaran dan penerimaan lebih tinggi terhadap
program KB termasuk MKJP.

5.2

Pengaruh Karakteristik Responden
Kontrasepsi Jangka Panjang

terhadap

Pemakaian

Metode

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur dan jumlah anak
hidup.
5.2.1 Pengaruh Umur terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berumur < 30 tahun
sebanyak 25,5% dan yang berumur≥ 30 tahun sebanyak 74,5%. Dari hasil tabulasi
silang dapat dilihat bahwa responden berumur < 30 tahun yang memakai MKJP
sebanyak 23,1% dan yang berumur
≥ 30 tahun yang memakai MKJP sebanyak
50,0%. Hasil uji Chi Square memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara umur dengan pemakaian MKJP (p = 0,031). Pada kelompok responden yang
berumur ≥ 30 tahun (yang sangat dianjurkan untuk memakai MKJP) yang memakai
MKJP sama banyak dengan yang tidak memakai MKJP walaupun pada umur < 30
tahun yang memakai MKJP jauh lebih sedikit dari pada yang tidak. Di sisi lain, ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan jumlah anak hidup (p = 0,00) dimana

Universitas Sumatera Utara

mayoritas responden yang berumur≥ 30 tahun memiliki anak > 2 orang

(85,0%)

sementara yang berumur < 30 tahun sebanyak 63,6% memiliki anak < 2 orang.
Responden dalam penelitian ini mayoritas adalah yang berumur
≥ 30 tahun
dengan jumlah anak hidup > 2 orang sebanyak 68 orang (66,7%) dan kelompok inilah
yang lebih banyak memakai metode kontrasepsi jangka panjang (84,1%), hanya
15,9% dari responden yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang yang
berumur < 30 tahun atau mempunyai anak hidup
≤ 2 orang atau keduanya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Murti (2009), ada hubungan yang kuat antara
umur dengan pemakaian MKJP khususnya IUD dan sterilisasi wanita (MOW) yang
meningkat pemakaiannya sesuai dengan peningkatan umur, sedangkan implant lebih
tinggi pemakaiannya pada umur muda dan menurun pada umur yang lebih tua.
Kehamilan pada usia >30 tahun akan mengakibatkan meningkatnya risiko
komplikasi medis pada kehamilan dan persalinan, meningkatnya risiko terjadinya
keguguran dan janin yang cacat, serta meningkatnya risiko persalinan sulit dengan
komplikasinya. Oleh karena itu wanita yang berusia > 30 tahun dan yang sudah
memiliki beberapa anak sangat dianjurkan

untuk mengakhiri kesuburan dengan

menggunakan metode KB yang sangat efektif dan jangka panjang (MKJP) (BkkbN,
2009c).
Menurut Notoatmodjo (1993), umur merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal pemakaian alat kontrasepsi.
Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat
kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan ada pengaruh umur terhadap
pemakaian MKJP (p = 0,026) sesuai dengan penelitian Kusumaningrum (2009) di
kecamatan Blado Kabupaten Batang yang menemukan umur isteri merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap pemilihan jenis KB (MKJP/Non MKJP).
5.2.2 Pengaruh Jumlah Anak Hidup terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki jumlah anak
hidup ≤ 2 orang sebanyak 21,6% dan yang memiliki jumlah anak hidup > 2 orang
sebanyak 78,4%. Dari hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa responden memiliki
jumlah anak hidup≤ 2 orang yang memakai MKJP sebanyak 22,7% dan yang
memiliki jumlah anak hidup > 2 orang yang memakai MKJP sebanyak 48,8%.
Terlihat peningkatan yang bermakna dari pemakaian MKJP pada responden dengan
jumlah anak hidup > 2 orang dibandingkan
≤ 2 orang, tetapi hasil uji

Chi Square

memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jumlah anak hidup
dengan pemakaian MKJP (p = 0,052). Ini sesuai dengan hasil penelitian Rahayu, dkk
(2009) yang menemukan bahwa peningkatan jumlah anak hidup berbanding lurus
dengan peningkatan pemakaian MKJP tetapi tidak ada hubungan yang bermakna
antara jumlah anak hidup dengan pemakaian MKJP.
Pemakaian MKJP oleh responden dalam penelitian ini tidak secara langsung
dipengaruhi oleh jumlah anak hidup yang dimiliki oleh responden, dimana ada kaitan
yang erat (p = 0,00) antara jumlah anak hidup dengan umur ibu yaitu sebanyak 63,6%
ibu memiliki jumlah anak hidup≤ 2 orang ma sih berumur < 30 tahun yang pada

Universitas Sumatera Utara

umumnya belum mau memakai MKJP. Kemudian ada sebanyak 15% responden yang
telah memiliki anak hidup > 2 orang tetapi umurnya masih < 30 tahun yang pada
umumnya juga belum mau memakai MKJP dengan berbagai alasan antara lain takut
dengan efek samping MKJP, masih ingin menambah anak lagi, dan khusus untuk
MOW memang belum dianjurkan untuk ibu berumur < 30 tahun. Responden dalam
penelitian ini juga mayoritas adalah Suku Batak dan tinggal di daerah pedesaan yang
masih menginginkan anak > 2 orang, terutama apabila masih hanya memiliki anak
laki-laki saja atau perempuan saja, dan masih ada yang memiliki persepsi banyak
anak banyak rejeki.
Seorang ibu sebaiknya tidak hamil dan melahirkan lebih dari 4 kali karena
berbagai penelitian membuktikan bahwa jumlah kehamilan dan persalinan yang
terlalu banyak (lebih dari 3) berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Jumlah anak hidup akan memengaruhi keputusan dari PUS apakah mereka masih
ingin menambah jumlah anak atau tidak. PUS yang tidak ingin lagi menambah
jumlah anak cenderung akan memilih metode KB yang lebih efektif dengan masa
kerja yang lama (MKJP) (BkkbN, 2009c; Alemayehu, 2012).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Purwoko (2000), Purba
(2008) dan Murti (2009) yang menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara
jumlah anak hidup dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi termasuk MKJP.
Perbedaan ini bisa saja terjadi akibat dari perbedaan lokasi dan metode penelitian.

Universitas Sumatera Utara

5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang
Dari hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan
cukup dan kurang (76,5%), sedangkan yang berpengetahuan baik hanya 23,5%. Dari
hasil tabulasi silang terlihat bahwa responden yang memakai MKJP terbanyak adalah
yang berpengetahuan cukup (48,8%) diikuti berpengetahuan baik (41,7%) dan yang
terendah yang memakai MKJP adalah yang berpengetahuan kurang (37,1%). Hasil uji
Chi Square memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan pemakaian MKJP (p = 0,576). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Kusumaningrum (2009).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan peneranganpenerangan yang keliru. Sangat penting untuk diketahui bahwa pengetahuan berbeda
dengan buah pikiran (ideas) karena tidak semua buah pikiran merupakan
pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan
mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, juga diperoleh sebagai akibat
pengaruh dari hubungan dengan orangtua, kakak-adik, tetangga, kawan-kawan
sekolah, dan lain-lain (Soekanto, 2007)
Hasil penelitian menunjukkan masih banyak responden yang memiliki
pengetahuan cukup (42,2%) dan kurang (34,3%) tentang KB MKJP. Pengetahuan
yang kurang baik tentang KB MKJP bisa menjauhkan MKJP sebagai salah satu
pilihan bagi akseptor KB walaupun dari hasil analisis bivariat tidak ditemukan

Universitas Sumatera Utara

adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian KB MKJP.
Pengetahuan yang kurang akan informasi yang benar tentang MKJP menyebabkan
mereka memiliki perasaan takut untuk memilih alat kontrasepsi tersebut. Seperti yang
dikemukakan dalam teori Lawrence Green yakni faktor keputusan konsumen untuk
menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak lepas dari faktor perilaku masingmasing individu. Perilaku individu tersebut disebabkan oleh faktor penyebab
perilaku, yang salah satunya adalah pengetahuan, dimana faktor ini menjadi dasar
atau motivasi bagi individu dalam mengambil keputusan. Faktor pengetahuan yang
kurang selain disebabkan tidak adanya minat dan keinginan untuk mencari tahu juga
disebabkan karena kurang adanya informasi yang cukup tentang KB MKJP itu sendiri
yang seharusnya diperoleh setiap klien saat konsultasi pertama di tempat pelayanan
kesehatan yang dikunjungi.
Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan responden dengan ada/tidaknya KIE dari petugas (p = 0,002) dimana
95,8% dari responden yang berpengetahuan baik mengatakan ada mendapat KIE dari
petugas, sedangkan yang berpengetahuan kurang hanya 57,1% mengatakan mendapat
KIE dari petugas. Sesuai dengan yang tercantum dalam buku Pedoman KIE
Kesehatan Reproduksi yang diterb

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

1 9 130

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 2 14

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 7

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 22

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 19

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 1 10

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 25

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 5