Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk
hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Notoatmodjo, 2010).
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), juga merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme
merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus
Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya,
cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup
perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau
menangis.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer,
karena memperkuat respon. Misalnya, seseorang melaksanakan tugas

dengan baik (respon terhadap tugasnya), kemudian ia memperoleh
penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka orang tersebut
melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.

8
Universitas Sumatera Utara

9

Berdasarkan

teori

S-O-R

tersebut,

perilaku

manusia


dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang
masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan,
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert
behavior) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar.
Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik
ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah.
Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau
dalam bentuk praktik.

Universitas Sumatera Utara


10

Berikut adalah teori S-O-R :

Stimulus

Organisme

Respon Tertutup :
Pengetahuan

Respon Terbuka :
Praktik/Tindakan
Bagan 2.1. Teori Stimulus Organisme Respon.
2.2. Domain Perilaku
Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang-orang yang
bersangkutan.
Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai

berikut :
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi
melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap
objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut
dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang.
Sebagian besar, pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga)
dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

11

b. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh
pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010)
adalah sebagai berikut :
1) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus

2) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluation

(menimbang-nimbang),

individu

menimbang-nimbang

tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses
ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.
4) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.
c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak
(2007) adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dan
kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah (baik formal maupun

nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini dapat
mengubah sikap dan tata laku seseorang dan kelompok serta mampu
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain
itu, pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana semakin tinggi
pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi.

Universitas Sumatera Utara

12

Sehingga semakin banyak informasi semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan.
2) Informasi/ media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi
dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan,

memanipulasi,

mengumumkan,


menganalisis,

dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan
terhadap dunia sekitar.
3) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh seiap
individu.

Universitas Sumatera Utara

13

5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh

kebenaran

pengetahuan

dengan

cara

mengulang


pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa
lalu. Pengelaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan
memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada
usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan
sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
d. Domain pengetahuan
Adapun tingkat

pengetahuan di


dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

14

1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu recall (mengingat
kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh
karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah.
Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar


tentang

objek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. orang yang paham
terhadap

materi

mampu

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (nyata). Aplikasi disini
diartikan

sebagai

penggunaan

hukum-hukum,

metode,

prinsip

pemecahan masalah.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitanya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

15

5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun formulasiformulasi

baru.

Misalnya,

dapat

merencanakan,

meningkatkan,

menyesuaikan dan sebagainya.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya,
membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan
gizi.
e. Indikator pengetahuan kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup pengetahuan tentang caracara memelihara kesehatan. Cara mengukur pengetahuan kesehatan yaitu
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan tertulis atau angket/kuesioner.
Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan” responden
tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang
variabel-variabel kesehatan. Misalnya, berapa persen responden tahu
tentang cara-cara mencegah penyakit demam berdarah atau berapa persen
responden

yang

mempunyai

pengetahuan

tinggi

dan

sebagainya

(Notoatmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

16

2. Sikap
Sik ap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan.
Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan)
(Notoatmodjo, 2010).
3. Tindakan/praktik
Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka.
Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan
nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2010).
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Cara mengukur perilaku
ini bisa secara langsung terhadap tindakan subjek dalam memelihara
kesehatannya. Misalnya, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk
mengamati praktik gizinya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan
menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan
berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
2.2.1. Determinan Perubahan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal (lingkungan). Beberapa teori mengungkapkan determinan perilaku dari
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green.

Universitas Sumatera Utara

17

Dalam teorinya mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat,
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Faktor perilaku (behaviour causes)
2. Faktor diluar perilaku (non-behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu terbentuk dari 3 faktor. Faktor-faktor

yang

berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoadmodjo,
2003) yaitu :
1. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilainilai, tradisi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi
seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan
faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya; posyandu, puskesmas, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.
3. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku.
Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku
sehat, tetapi tidak melakukannya (Notoatmodjo, 2010).
Faktor-faktor pendorong (Reinforcing factors), Menurut Green (1980)
faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang mendukung untuk
menentukan tindakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja bervariasi
tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan,
sebagai contoh, penguatan dapat diberikan oleh rekan kerja, supervisor, pimpinan

Universitas Sumatera Utara

18

serikat buruh dan keluarga. Faktor – faktor pendorong meliputi petugas kesehatan
dan dukungan pasangan.
1. Peran Petugas Kesehatan
Petugas

kesehatan

sangat

berpengaruh

terhadap

pemakaian

alat

kontrasepsi, petugas kesehatan berperan alat kontrasepsi. Petugas kesehatan
sangat banyak berperan dalam memberikan informasi pelayanan, informasi
penyuluhan, dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat
banyak berperan dalam tahap akhir pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi.
Calon akseptor yang masih ragu – ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi
akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan
dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil
peran dalam tahap akhir proses pemilihan dan pemakaian kontrasepsi
(Budiadi,dkk, 2013)
2. Dukungan Pasangan
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita
dan pria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat
dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan
(control).
Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi akan
berpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk mengurangi
ketidaksetaraan gender adalah suami istri diharapkan dapat menjadi motivator
bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan
menjadi motivator bagi masyarakat luas (BKKP, 2004).

Universitas Sumatera Utara

19

Hartanto (2007) mengatakan bahwa metode kontrasepsi tidak dapat
dipakai istri tanpa kerja sama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa
pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik,
saling kerjasama dalam pemakaian membiayai pengeluaran kontrasepsi dan
memperhatikan tanda bahaya pemakaian.
3. Kader Posyandu
Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan terpadu melalui
berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan
kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat
dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya
sudah dimengerti dan di pahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari
atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan
selama ini mampu lebih di tingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005)
2.3 Keluarga Berencana
2.3.1 Pengertian
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif – objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak di inginkan, mendapatkan kelahiran yang memang di
inginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan usia suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hartanto, 2007)

Universitas Sumatera Utara

20

2.4 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode Kontrasepsi jangka panjang adalah metode untuk menjarangkan
kehamilan atau menghentikan masa subur wanita, yang terdiri dari IUD, Implant,
MOW dan MOP.
2.5 Jenis – jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
2.5.1 IUD
IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui
serviks dan di pasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang
menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa
diperiksa oleh akseptor sendiri (Niken, 2010)
2.5.2 Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja IUD yaitu :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk pembuahan.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati,
2009).
Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap bahwa
pada zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim unta mereka dan
ternyata unta mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada
tahun 1909 di polandia, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari

Universitas Sumatera Utara

21

benang sutra tebal yang dimasukkan kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930
berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim
dan hasilnya memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari
plastik yang disebut lippes loop (Niken, 2010).
2.5.3 Efektifitas IUD/AKDR
IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%
tergantung pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti copper T380A
memiliki efektifitas cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun pengguna tidak
ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah
penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4
diantaranya terjadi kehamilan (Niken, 2010).
2.5.4 Jenis IUD/AKDR Yang Beredar
Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah :
1. AKDR yang mengandung tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan nova T
2. AKDR yang berkandungan hormone progesterone, yaitu Mirena.
3. Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR yang telah
dipakainya lebih dari 20 tahun, akan kita dapati bentuk lipes loop (Niken,
2010)
2.5.5 Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR
1. Keuntungan
a. Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan.
b. Reversible dan sangat efektif.
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.
d. Metode jangka panjang (8 tahun).

Universitas Sumatera Utara

22

e. Tidak mengganggu produksi ASI.
f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.
2. Kerugian
a. Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul.
b. Tidak mencegah infeksi menular seksual ( IMS) termasuk HIV/AIDS
sehingga wanita memiliki peluang promiskuitas (berganti – ganti
pasangan)

tidak

direkomendasikan

untuk

menggunakan

alat

kontrasepsi ini.
c. Adanya perdarahan bercak selama 1 – 2 hari pasca pemasangan tetapi
kemudian akan menghilang.
d. Kemungkinan terlepasnya AKDR. (Niken, 2010)
2.5.6 Waktu Pemasangan IUD
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan.
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi, (Sarwono,
2006).

Universitas Sumatera Utara

23

2.6 Implant
Susuk (Implant) adalah suatu

alat kontrasepsi bawah kulit yang

mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon (
polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon golongan progesteron yang
dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk
mencegah kehamilan.
2.6.1 Jenis-Jenis Implant
1. Norplant
Terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm ,
diameter 2,4 mm, berisi 36mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.
2. Jedena dan Indoplant
Terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm,
diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja tiga
tahun.
3. Implanon
Terdiri dari satu batang ilaastik lembut berongga dengan panjang kira –
kira 4,0 cm diameter 2mm, berisi 68mg 3-keto-desogestrel dengan lama
kerja tiga tahun (Niken, 2010)

2.6.2 Keuntungan dan Kerugian Implant
1. Keuntungan
a. Daya guna tinggi.
b. Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan.
c. Tidak mempengaruhi ASI.

Universitas Sumatera Utara

24

d. Mengurangi nyeri haid.
e. Tidak mengganggu proses senggama
2. Kerugian
a. Keluhan nyeri kepala.
b. Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa pendarahan bercak,
c. Nyeri payudara.
d. Perasaan mual.
e. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
(Niken, 2010).
2.7 Metode Operasi Wanita
Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut
tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi. Tubektomi merupakan tindakan
medis berupa penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak
mendapatkan keturuan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.
2.7.1 Efektifitas
1. Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 prempuan selama tahun pertama
penggunaan)
2. Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi. (Hartanto, 2004)
2.7.2 Jenis
1. Laparotomi
2. Minilaparotomi

Universitas Sumatera Utara

25

2.7.3 Manfaat
1. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
2. Tidak bergantung pada factor senggama.
3. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormone ovarium)(Hartanto, 2004,).
2.7.4 Keterbatasan
1. Harus mempertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
2. Klien dapat menyesal kemudian hari.
3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
4. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi)
6. Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS (Hartanto, 2004)
2.7.5. Indikasi
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
2. Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup.
3. Umur 35 tahun dengan 2 anak hidup.

Universitas Sumatera Utara

26

2.8 Faktor – Faktor yang memengaruhi dalam pemakaian Metode
Kontrasepsi
Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan
alat kontrasepsi secara berkesinambungan dan terus menerus, selain karena
mereka memang sudak tidak ingin punya anak lagi atau tidak boleh punya anak
lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya adalah keinginan dan
kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati nuraninya
bukan dari pengaruh orang lain.
Menurut Atikah, dkk (2010) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
memilih metode kontrasepsi antara lain :
1. Faktor Pasangan dan Motivasi antara lain :
a. Umur
b. Gaya Hidup
c. Frekuensi Senggama
d. Jumlah Keluarga yang di inginkan
e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
2. Faktor Kesehatan, meliputi :
a. Status kesehatan
b. Riwayat Haid
c. Riwayat Keluarga
d. Pemeriksaan fisik dan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi, meliputi :
a. Efektifitas
b. Efek samping

Universitas Sumatera Utara

27

c. Biaya
Dalam memutuskan metode kontrasepsi yang akan digunakan, klien
dipengaruhi oleh :
1. Kepentingan pribadi
2. Faktor kesehatan
3. Faktor ekonomi dan aksesbilitas
4. Faktor budaya
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi dapat berubah
seiring dengan bertambahnya usia reproduksi klien sehingga diperlukan reevaluasi terhadap metode apa yang paling baik untuk memenuhi individual
kebutuhan klien (Brahm, 2007)

Universitas Sumatera Utara

28

2.9 Kerangka Konsep
Menurut teori Green et. al (1999) dalam Notoatmodjo (2007), kesehatan
individu dan mayarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan
faktor – faktor diluar perilaku (non perilaku).

Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
Pemakaian
Metode
Kontrasepsi
Jangka Panjang

Faktor Reinforcing :
1. Peran Petugas
Kesehatan
2. Dukungan Suami
3. Kader Posyandu

Berdasarkan kerangka konsep dapat di lihat bahwa

faktor perilaku ini

termasuk dalam hal tindakan pemakaian alat kontrasepsi ditentukan oleh tiga
kelompok faktor meliputi : Faktor predisposisi, faktor penguat (reinforcing) :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor prediposisi mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan
dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak.
2. Faktor Penguat (Reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang
menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber

Universitas Sumatera Utara

29

penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat bisa
berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

1 9 130

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 2 14

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 7

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

1 1 3

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

0 0 47

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 19

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 1 10

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 25