Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia
H 2 O. satu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature
273,15 K (0oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garamgaram, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik
(Kusmayadi, 2008).
Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat
bertahan hidup

lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga

dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan juga untuk keperluan industri,
pertanian, transportasi dan lain-lain (chandra,2005).
Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan tidak tercemar.
Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan

gas-gas di udara dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya
terkontaminasi selama mengalir diatas permukaan bumi dam dalam tanah.
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (Suripin,2004).

Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Sifat Umum Air
Sifat air yang penting dapat digolongkan kedalam sifat fisis, sifat kimiawi
dan sifat biologis.
Sifat Fisik























Titik beku 0oC
Titik didih 100oC
Wujud padat sebagai es, wujud cair sebagai air dan wujud gas sabagai uap air
Masa jenis es (0oC) 0,92 g/cm3
Masa jenis air (0oC) 1,00 gr/cm3
Specific heat 1/gram/oC
Panas penguapan 540 kal/gram

Temperatur kritis 347oC
Tekanan kritis 217 Atm
Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/ohm-cm
Konstanta dielektrikum (25oC) (Slamet,1994).

Sifat Kimia
Air memiliki PH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/l. Air
merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air.
Air juaga merupakan cairan biologis yakni didapat dalam tubuh semua organisme
(Slamet,1994).
Alkalinitas. Kebanyakan air bersifat alkaline karena garam-garam alkali
sngat umum berada di tanah. Ketidakmurnian air ini akibat adanya karbonat dan
bikarbonat dari kalsium, sodium dan magnesium.

Universitas Sumatera Utara

Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air
bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum
terbentuk busa (Supirin,2004).
Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik engan reaksi:

H 2 O → H+ + OHAir merupakan pelarut yang baik. Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan
asam kuat. Air bereaksi dengan berbagai subtansi membentuk senyawa padat
dimana air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrate (Gabriel, 2001).
Sifat Biologis
Didalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas
bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam
organisme yang native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme
native dalam badan air biasanya merupakan organisme yang tidak patogen
terhadap manusia sedangkan organisme tidak native dapat berasalkan air limbah,
air hujan, debu dan lain-lain (Slamet,1994).
2.1.2 Sumber-Sumber Air
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi:
1. Air Angkasa (hujan)
2. Air Permukaan
3. Air Tanah

Universitas Sumatera Utara

1.


Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat
presipitasu merupakan air paling bersi, air tersebut cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer
itu dapat disebabkan oleh partikel abu, mikroorganisme dan gas misalnya CO 2,
nitrogen dan amonia.
2.

Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya.
3.

Air Tanah


Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2005).
Air tanah terbagi atas:
1. air tanah dangkal.
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.lumpur akan
tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih
tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena
mempunya lapisan tanah yang mempunyai unsure-unsur kimia yang tertentu
untuk lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping

Universitas Sumatera Utara

penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air
yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan
terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk
sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. sebagai sumur air minum,

air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. kuantitas kurang cukup
dan tergantung pada musim.
2. Air tanah dalam.
Terdapat setelah lapisan rapar air yang pertama. pengambilan air tanah dalam, tak
semudah pada air tanah dangkal.
Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. susunan unsur-unsur
kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur,
maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca(HCO 3 ) 2 dan Mg
(HCO 3 ) 2 . jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena
mengandung gas CO 2 dan Mn (HCO 3 ) 2 .
3. Mata air
Adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air
yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas
/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas:
− Rembesan, di mana air ke luar dari lereng-lereng
− Umbul, di mana air ke luar ke permukaan pada suatu dataran (Sutrisno, 2006).

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Pembagian Air
Pembagian air berdasarkan analisis:
a. Air kotor/air tercemar
Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut air
tercemar/air kotor.
Sumber air kotor/air tercemar
Menurut lokasi pencemaran maka air tercemar ini digolongkan dalam 2 lokasi
yaitu:
1. Air tercemar di pedesaan. Sumber pencemar adalah hasil sampah rumah tangga,
hasil kotoran hewan, hasil industri kecil.
2. Air tercemar perkotaan bersumber dari hasil sampah rumah tangga, pusat
perbelanjaan, industri kecil, industry besar, hotel, restoran, tempat keramaian.

b. Air bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi
belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air
dari sumber mata air. Pemanfaatan air bersih Secara umum dapat dikatakan
penggunaan air bersih sebagai berikut:
Akan diolah menjadi air siap minum

Untuk keperluan keluarga (cuci, mandi)
Sarana pariwisata
Pada industri (sarana pendingin)
Sebagai alat pelarut (dalam bidang farmasi/kedokteran)
Pelarut obat-obatan dan infuse (apabila air tersebut telah diolah menjadi air steril)

Universitas Sumatera Utara

Sebagai sarana irigasi
Sebagai sarana peternakan
Sebagai sarrana olahraga (kolam renang)

c. Air siap diminum/air minum
Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia,
bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant
Level).
Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri
koliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air
siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut:











Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik
Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard
Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman (Gabriel, 2001).

2.1.4 Golongan-golongan Air
Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi
beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut.
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Universitas Sumatera Utara

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik dengan air (Effendi, 2002).

2.2 Air Minum/Air bersih
2.2.1 Pengertian Air Minum/Air bersih
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum
meliputi :
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak (Rahayu,2007).
Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting.
Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap
hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap
orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat

Universitas Sumatera Utara

badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi
persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1995).
2.2.2 Syarat-syarat Air Minum/Air bersih
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala
makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia
yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat
untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Air minum yang
memenuhi persyaratan harus memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, serta
level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi
sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri Coliform yang diizinkan dalam batasbatas maksimum (Slamet, 1994).
Dari segi kualitas air minum harus memenuhi :
a. Syarat fisik
Adapun syarat-syarat fisik yang ditentukan, yaitu :
- Air tak boleh berwarna
- Air berasa tawar
- Air tak boleh berbau
- Temperatur normal (sama dengan temperatur udara 20-26oC)
- Air harus jernih.
- Tidak mengandung zat padatan

Universitas Sumatera Utara

Standarisasi kualitas air

bertujuan untuk memelihara,

melindungi, dan

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau
kegiatan usaha. Standarisasi tersebut dapat dilihat dari tabel 2.1.

Tabel 2.1. Persyaratan Air Secara Fisik (Permenkes
NO.907/MENKES/SK/VII/2002)
Parameter Fisik

Satuan

Kadar Maksimum yang
Diperbolehkan

Warna

TCU

15

-

Tidak berbau dan berasa

Temperatur

0oC

Suhu udara 3oC

Kekeruhan

NTU

5

Rasa dan Bau

b. Syarat kimia
- Ph netral (pH = 7)
- Tidak mengandung bahan kimia beracun
- Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
- Kesadahan rendah
- Tidak mengandung bahan organik (Kusnaedi,2010).
c. Syarat biologi
Adalah kandungan bakteri dalam air. E.coli dan Koliform lainnya, Koliform yang
mampu meragikan asam penghasil glukosa dan laktosa. Organisme lain yang
dijadikan parameter mikrobiologi adalah Streptococcus faecalis dan Clostridium
welchii (Rahayu,2007).

Universitas Sumatera Utara

2.3 Pencemaran Air
2.3.1 Definisi Pencemaran Air
Menurut peraturan mentri kesehatan RI no. 173/Menkes/VII/77
Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat ke dalam air yang
mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat menggangu
atau membahayakan kesehatan masyarakat.
Menurut peraturan perintah RI no. 20 tahun 1990
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
enenrgi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang membahayakan yang
mengakibatkan

air

tidak

berfungsi

lagi

sesuai

dengan

peruntuknya

(Mukono,2006).
2.3.2 Beberapa Parameter Untuk Menilai Pencemaran Air
Tujuan analisa ilmiah adalah untuk memastikan komposisi konsentrasi dan
keadaan subyek dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur-unsur pokok
yang menciptakan kesulitan-kesulitan dalam memilih jenis dan tingkat
pembenahan. Adapun parameter untuk menilai pencemaran air adalah:




Suhu



Warna



Nitrogen



Klorida



Pengeruhan



Bau



Nitrit



Amonia
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Universitas Sumatera Utara





Oksigen yang dipakai (COD)
Nilai Permangan (Mahida,1993).

2.3.3 Sumber-sumber Pencemaran Air
1. Domestik (Rumah Tangga)
Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari amar mandi, kakus dan dapur.
2. Industri
Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.Fisik
Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.
b.kimia
Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), cadmium (Cd), Timah hitam
(Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.
c.Mikrobioligi
Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal
dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat pemerahan susu
sapi.
d.Radioaktif
Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh pembangkit Listrik Tenaga Air.

Universitas Sumatera Utara

3. Pertanian dan perkebunan
Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:
a.

Zat kimia

Misalnya berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti (DDT, Dieldrin dan
lain-lain)
b.

Mikrobiologi

misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing
tambang di lokasi perkebunan.
c.

Zat Radioaktif

Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan
buah,mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.Nuklir
(PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air (Mukono,2006).
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Air
1. Mikroorganisme
Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme patogen
dan non patogen didalamnya. Danau atau sungai yang terkontaminasi/tercemar
mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang
tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organic yang tinggi sehingga pada
umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik. Mikroorganisme
heterotropik akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolism,
misalnya bakteri koliform.

Universitas Sumatera Utara

2. Curah Hujan
Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam
rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan di
dalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim
dapat lebih mengencerkan (mendispersikan) air yang tercemar.
3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)
Bila badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil
kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan
lebih cepat terdispersi.
4. Kualitas Tanah
Kualitas tanah (Pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini
berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa
sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida,
logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran
(misalnya open dumping) (Mukono,2006).
2.3.5 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Pencemaran Air
a. Disebabkan oleh mikrobiologi dalam air
Contoh penyakit yang ditimbulkan antara lain:
1. Tifoid, disebabkan oleh kuman salmonella thyphosa
2. Kolera, disebabkan oleh bakteri vibrio kolera
3. Leptospirosis, disebabkan oleh spirochaeta
4. Giardiasis, disebabkan oleh sejenis protozoa

Universitas Sumatera Utara

5. Disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolitytica
b. Disebabkan Oleh Pestisida
Tercemarnya air oleh pestsida dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan,
kerusakan jaringan dan pada konsentrasi tertentu bisa menimbulkan kematian
(Mukono, 2006).

2.4 Manfaat Air Bagi Kesehatan
Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap
saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk
melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri
dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika
kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja,
uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).
2.5 Zat Organik Yang Terdapat Di Air
Zat organik yang terdapat di alam bisa berasal dari :
a. Alam misalnya minyak, tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak
hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan sebagainya.
b. Sintesa misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari
proses-proses dalam pabrik.
c. Fermentasi misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, asam-asam dan
sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan
organik.

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari baham anorganik adalah
sebagai berikut:
-

Mudah terbakar

-

Memiliki titik beku dan titik didih rendah

-

Biasanya lebih sukar larut dalam air

-

Bersifat isomerisme, beberapa jenis bahan organik memiliki tumus
molekul yang sama

-

Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena terjadi bukan
dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul

-

Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1000

-

Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri
(Effendi.2002).

2.5.1 Bahaya Zat Organik Dalam Air
Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya
perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau dan rasa dan
kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui
dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KmnO4 sebagai oksidator
yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara
ini sangat praktis dan cepat pengerjaanya. Standar kandungan bahan organik
dalam air-minum menurut Dep. Kes. R.I. maksimal yang diperbolehkan adalah 10
mg/L. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan
terhadap standar ini adalah timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum, dan
dapat

menyebabkan

sakit

perut

(Sutrisno,

2006).

Universitas Sumatera Utara

2.6 TITRIMETRI
2.6.1 Pengertian Titrimetri
Titrimetri atau volumetric adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat
yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat menguntngkan karena cara
ini lebih akurat dan teliti serta dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat
lain.
Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan
pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang
ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya diketahui konsentrasinya dengan pasti
dan disebut pentiter atau larutan baku. Titrasi adalah proses penambahan peniter
kedalam zat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan bantuan
alat yang disebut buret.
Pada proses titrasi juga ditambahkan larutan untuk menunjukkan titik
akhir titrasi. Pada proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik kesetaraan
(ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan dicapai bila jumlah zat
peniter dan zat yang akan ditentukan telah bereaksi secara stoikiometri.
Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dimana titrasi dapat dihentikan dengan
adanya perubahan warna dari larutan dengan adanya penambahan indikator.
Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil
pemeriksaan yang tepat dan teliti maka persyaratan berikut perlu diperhatikan :
1. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara
stoikiometri dengan faktor stoikiometrisnya berupa bilangan bulat.

Universitas Sumatera Utara

2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi belangsung dengan cepat.
3.Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan hars berlangsung secara
terhitung.
2.6.2 Larutan baku / peniter
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya telah
diketahui dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang lain yang
digunakan dalam analisa volumetris.
Larutan baku ini dapat dibagi dua yaitu larutan baku primer dan larutan
baku skunder. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dan dapat dibuat hanya dengan cara penimbangan dan pengenceran
yang teliti. contoh larutan baku primer antara lain : H 2 C 2 O 4 , Na 2 B 4 O 7 , Ba(OH)2,
dan lain-lain. Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan baku yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara menstandarisasikannya dengan
mengunakan larutan baku primer, contohnya NaOH, HCL, dan lain-lain.
2.6.3 Penggolongan Titrimetri
Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan dengan berbagai
cara tergantung pada jenis interaksi kimia yang terjadi, cara melakukan titrasi dan
jumlah cuplikan yang digunakan dalam pemeriksaan.
Penggolongan

titrimetri

berdasarkan

pertidaksamaan

kimia

dapat

dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
1. Titrasi asam basa
Titrasi asam basa adalah didasrkan pada reaksi perpindahan proton antara
senyawa yang mempunyai sifat asam basa (protolisis).
Dengan metode ini berbagai senyawa organik dan anorganik dapat

Universitas Sumatera Utara

ditentukan dengan mudah. Untuk titrasi basa digunakan larutan baku asam
kuat,misalnya HCL, H 2 SO 4 . Sedangkan asam dititrasi dengan larutan baku basa
kuat, misalnya NaOH, KOH. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan
indikator asam-basa yang sesuai, atau secara potensimetri.
2. Titrasi Kompleksiometri
Titrasi

kompleksiometri

adalah

didasarkan

pada

reaksi

zat-zat

pengkompeks organik tertentu dengan ion-ion logam, menghasilkan senyawa
kompleks yang mantap. Zat pengkompleks yang paling sering digunakan adalah
asam etilendiaminatetra asetat (EDTA), yang membentuk senyawa kompleks
yang mantap dengan beberapa ion logam. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan
indikator logam secara potensiometri dan spektrofotometri.
3. Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah didasarkan pada reaksi pembentukan endapan
yang sukar larut, misalnya ion-ion halida (kecuali flourida), sering ditentukan
dengan cara titrasi dengan larutan perak nitrat. Titik akhir titrasi ini juga
ditentukan dengan bantuan indikator khusus atau secara potensiometri.
4. Titrasi Oksidasi – Reduksi
Titrasi oksidasi – reduksi merupakan titrasi yang didasarkan pada proses
perpindahan elektron antara zat pengoksidasi dengan zat pereduksi. Zat
pengoksidasi dititrasi dengan larutan baku zat pereduksi kuat, misalnya
Na 2 S 2 O 3 ,asam askorbat. Sebaliknya, zat pereduksi dititrasi dengan larutan baku
zat pengoksidasi kuat, misalnya KMnO 4 , KBrO 3 , K2 Cr 2 O 7 . Titik akhir titrasi
ditentukan dengan indikator oksidasi reduksi yang sesuai atau secara

Universitas Sumatera Utara

potensiometri. Sedangkan pada titrasi iodometri (salah satu metode oksidasi
reduksi) digunakan larutan kanji sebagai indikator khusus (Rivai, 1995).
2.7 Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO 4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam
atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang
tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti: 1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H 2 SO 4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang
bersangkutan. 2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan
baku FeSO 4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO 4 .
Kalium Permanganat (KMnO 4 ) telah lama dipakai sebagai oksidator pada
penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal
sebagai parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai bahan organik
total atau TOM (Total Organic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh
permanganat

sangat

bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang

terkandung di dalam air (Effendi, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang di
sebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi, seperti nitrit, sulfida, sulfit dan
sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah.
Uji coba permanganat, yang dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian,
dapat dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji coba
permanganat selama empat jam merupakan uji coba kimia murni dan mengukur
jumlah

zat

pencemar

yang

dioksidasi

secara kimiawi oleh potasium

permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan jumlah yang sesungguhnya
dari pada kotoran-kotoran organik di dalam suatu contoh (Mahida, 1993).
2.7.1 Oksidasi Dengan Kalium Permanganat
Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini paling mula
diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II),
dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
MnO 4 - + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H 2 O
Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606.
Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka
ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat.
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi
reaksi :
2MnO 4 - + 10Cl- + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H 2 O
Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh
sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air

Universitas Sumatera Utara

suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan
organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu
dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah
mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat
setelah didiamkan (Vogel, 1994).
2.7.2 Sumber Kesalahan Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada larutan pentiter KMnO 4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang terkena sinar akan
terurai menjadi MnO 2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah
rosa. Pemberian KMnO 4 yang terlalu cepat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah
ditambahkan H 2 SO 4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara
MnO 4 - dengan Mn2+ :
MnO 4 - + 3Mn2 + + 2H 2 O ↔ 5MnO 2 + 4H+
Pemberian KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah
ditambahkan H 2 SO 4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H 2 C 2 O 4 + O 2 → H 2 O 2 + 2CO 2 ↑ (http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri)

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Bakteri Koliform pada Air Bersih dengan Metode Most Probable Number (MPN) di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) MEDAN

2 64 56

Analisis Zat Organik (KMnO4) Pada Air Bersih Dengan Titrasi Permanganometri di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan

8 80 67

Pemeriksaan Kolifekal Dan Colyform Pada Air Bersih Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit (Btkl Pp) Kota Medan

1 51 26

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 2 12

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 0 2

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 0 4

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan Chapter III V

0 4 10

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 0 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisis Bakteri Koliform pada Air Bersih dengan Metode Most Probable Number (MPN) di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) MEDAN

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Pemeriksaan Kolifekal Dan Colyform Pada Air Bersih Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit (Btkl Pp) Kota Medan

0 0 10