Strategi Pengembangan Peternakan Di Provinsi Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peternakan
Ternak adalah hewan piara yang dalam kehidupannya baik mengenai
tempat, perkembangbiakan serta manfaatnya, diatur dan diawasi manusia serta
dipelihara khusus sebagai bahan-bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan
hidup manusia (Reksohadiprodjo, 1984).
Peternakan merupakan kegiatan untuk mengembangbiakkan serta untuk
membudidayakan hewan ternak lalu kemudian mendapatkan manfaat serta
hasilnya. Ternak dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu ternak ruminansia(sapi,
kerbau, kambing, domba), nonruminansia (babi, kuda, kelinci) dan unggas (ayam
buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, puyuh, merpati, itik manila).
Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan)
dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai hewan
memamah biak. Ternak ruminansia merupakan salah satu ternak yang memiliki
sistem pencernaan yang kompleks dibandingkan ternak lain. Hal ini terlihat dari
kemampuan rumi-nansia dalam memproduksi protein mikroba dalam rumen.
Dimana protein mik-roba berperan besar terhadap ketersediaan total protein yang
tersedia bagi ternak yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan ternak itu sendiri
(Nugroho, dkk., 2013).
Salah satu hewan ruminansia yang paling banyak di konsumsi di Sumatera
Utara adalah sapi. Sapi termasuk dalam filum chordata, (yaitu hewan-hewan yang
memiliki tulang belakang), kelas mamalia (menyusui), ordo artiodaktil (berkuku
atau berteracak genap), sub ordo ruminansia (pemamah biak), family bovidae
10
Universitas Sumatera Utara
11
(tanduk berongga), genus bos (pemamah biak berkaki empat). Spesiesnya
terbagi dua, yaitu bos Taurus (sebagian besar bangsa sapi yang ada) dan bos
indicus (sapi-sapi yang memiliki punuk) (Blakely dan Bade, 1985).
Hewan non ruminansia adalah hewan berperut tunggal dan sederhana. Alat
pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar
dan rektum. Sistem pencernaanya disebut simple monogastric system. Hewan non
ruminansia memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi
penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar
bersama
ekskreta,
oleh
karena
itu
sisa
pencernaan
berbentuk
cair
(Hakim dan ichal, 2009).
Hewan non ruminansia dengan produksi terbesar di Sumatera Utara salah
satunya adalah babi. Menurut Blakely dan Bade (1985) babi terkenal karena
produksinya yang berfluktuasi naik dan turun. Para peternak babi menghadapi
bermacam masalah antara lain : pengetahuan tentang produksi dan teknik beternak
yang lain, karena usaha produksi daging babi merupakan usaha dengan investasi
yang cukup besar. Dalam sejarah pemasaran babi mengalami peningkatan dan
penurunan dengan cepat, seringkali secara sangat mendadak. Namun demikian,
usaha ini masih tetap menguntungkan. Dikatakan bahwa seorang peternak selalu
terjamin akan mendapatkan untung bila :
1.
Pejantan tidak menjadi jelek
2.
Betina mendapat pakan yang baik
3.
Betina tidak mengalami keguguran karena bang atau lepto
4.
Separuh anak-anaknya tidak mati
Universitas Sumatera Utara
12
5.
Penyakit tidak menyerang
6.
Bila induk tidak memakan anaknya
7.
Babi itu tidak diare
8.
Bila edemanya tidak parah
Ternak unggas merupakan ternak yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan karena produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan
mengandung nilai gizi tinggi. Performans yang baik pada unggas akan tampak
apabila faktor genetik dan lingkungan pemeliharaannya juga baik. Ayam boiler
sebagai ayam ras pedaging pertumbuhannya sangat cepat karena mempunyai
kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan sangat efisien.
Kemampuan
ini
akan
ditunjukan
pada
temperature
19-21o
C
(Cahyono dan Bambang, 1995).
Menurut Kamal (1994) unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda
dengan
hewan
lain,
meskipun
mempunyai
kesamaan
pada
prosesnya.
Sebagaimana hewan lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan
tiga prinsip :
a.
Secara mekanik. Pencernaan secara mekanin pada unggas berlangsung pada
empedal. Pakan didalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal
dengan bantuin grit akan diubah menjadi pasta.
b.
Secara khemis/enzimatis. Pencernaan secara enzimatis terutama dibantu
dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh
alat-alat pencernaan.
c.
Secara mikrobiologik. Pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan
adanya mikroba yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam,
Universitas Sumatera Utara
13
pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak
yang lain, hanya sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus
besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa bakteri aktif yang
menghasilkan asam organik seperti asam asetat dan asam laktat dan juga
pada ceca terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh bakteri.
Salah satu unggas favorit untuk di ternakkan adalah ayam piaraan. Ayam
piaraan merupakan jenis unggas yang paling banyak di dunia, termasuk genus
gallus, dan spesies gallus domesticus. Nenek moyang ayam piaraan dapat
dihubungkan kembali pada beberapa spesies liar yang masih hidup sampai saat
ini. Namun demikian, ayam hutan merah dengan nama latin gallus gallus
memiliki penyebaran paling luas dan spesies liar ini kemungkinan merupakan
nenek moyang utama dari gallus domesticus, atau ayam piaraan yang kita kenal
sekarang ini (Blakely dan Bade, 1985).
2.2. Landasan Teori
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tidak lanjut, serta prioritas alokasi
sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adiktif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal
yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2000).
Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan.
Terdapat elemen strategi yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan
kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan
berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan.
Universitas Sumatera Utara
14
Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya dan implementasi yang efektif
(David, 2006).
Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami
seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk
mengetahiu isu apa saja yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa saja
yang harrus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis di dasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Pada analisis SWOT, yang ditinjau adalah perbandingan antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 4. Matriks SWOT
IFAS
EFAS
Strength (S)
(Kekuatan)
Weakness (W)
(Kelemahan)
Strategi (SO)
Strategi (WO)
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Opportunity (O)
(Peluang)
menggunakan
untuk
kekuatan meminimal kelemahan
memanfaatkan untuk
peluang.
memanfaatkan
peluang.
Strategi (ST)
Strategi (WT)
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Treaths (T)
Ancaman)
menggunakan
kekuatan dapat
meminimalkan
untuk dapat mengatasi kelemahan serta dapat
ancaman.
menghindari ancaman.
Keterangan : IFAS = Internal Factors Analisys Summary
EFAS = Eksternal Factors Analisys Summary
•
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
•
Strategi ST
Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
dengan cara menghindari ancaman.
•
Strategi WO
Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan
cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
16
•
Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan ditujukan
untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
(Rangkuti, 2008).
2.3. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat
(originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) penelitian yang sudah
dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan
dalam Tabel 5 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
17
Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Dede
Prasetya
(2013)
Strategi
pengembangan
KUD
Di Kabupaten
Deli Serdang
1.Apa saja faktor
internal
yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli
Serdang?
Deskriptif
dan
SWOT
2.Apa saja faktor
eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli
Serdang?
3.Bagaimana
Menentukan
strategi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli
Serdang?
Hasil Penelitian
Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli Serdang ialah
KUD yang memiliki badan
hukum, struktur organisasi
yang sesuai dengan koperasi,
kepengurusan yang bersifat
demokratis (terbukan dan
transparan),
kepengurusan
sesuai dengan keahlian atau
bidangnya, banyaknya unit
usaha yang dikelola koperasi,
kurangnya sumber modal bagi
koperasi,
pengelolaan/manajemen
usaha yang masih lemah,
pengelolaan yang kurang
inovatif dalam menemukan
ide baru untuk pengembangan
KUD, kurang penguasaan
dalam
mengggunakan
teknologi bagi pengelola
maupun anggota, pengelola
sulit menentukan bisnis inti.
Dan faktor-faktor eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli Serdang ialah
adanya aspek pemerataan
yang diperioritaskan oleh
pemerintah, adanya tuntutan
masyarakat
untuk
lebih
membangun koperasi, adanya
peluang pasar bagi komoditas
yang dihasilkan koperasi,
adanya inverstor yang ingin
melakukan kerja sama dengan
koperasi, adanya UU. No. 12
tahun
1992,
adanya
persaingan
usaha
yang
semakin
ketat,
peranan
IPTEK yang meningkat,
terbatasnya
penyediaan
teknologi, adanya anggapan
negatif
dari
masyarakat,
menurunnya
daya
beli
masyarakat. Serta strategi
yang
cocok
untuk
mengembangkan KUD di
Kabupaten Deli Serdang
adalah
strategi
ST
(Strength-Treath). Strateginya
adalah melakukan program
peningkatan
inovasi
dan
promosi, program divesfikasi
produk atau usaha, dan
program perluasan jaringan
pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
18
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
No
2.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Eko
Ariston
Manik
(2004)
Strategi
Pengembangan
Pasar
Tradisional di
Kota
Medan
(Studi
Kasus:
Pasar
Tradisional Sei
Sikambing
Kecamatan
Medan Helvetia
Dan
Pasar
Tradisional
Pajak
Pagi
Padang Bulan
Kecamatan
Medan Baru)
1.Bagaimana
perkembangan
pasar tradisional
di kota Medan?
Deskriptif
dan
SWOT
2. Apa saja faktorfaktor
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi
pasar tradisional?
3.Apasaja kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman dalam
mengembangkan
pasar tradisional?
4.Bagaimana
strategi
yang
sesuai
dalam
mengembangkan
pasar tradisional?
Hasil Penelitian
1. a. Pasar tradisional yang di
teliti selama 3 tahun yakni
2009
tidak
2007
–
mengalami perkembangan
dalam jumlah kios dan
jumlah pedagang. Hal ini
disebabkan karena jumlah
pasar di kota Medan tetap,
b. Jumlah kios dan jumlah
pedagang
di
pasar
tradisional Sei Sikambing
selama 3 tahun terakhir
yakni 2007 – 2009 tidak
mengalami perkembangan,
c. Jumlah pedagang di
pasar Pagi Padang Bulan
selama 3 tahun terakhir
yakni 2007 – 2009
mengalami perkembangan
begitu juga dengan jumlah
kiosnya.
2. a. Pasar tradisional dalam
usahanya
untuk
menjalankan
strategi
pengembangan
pasar
tradisional
dalam
memanfaatkan
peluang
atau menhindari ancaman
masih dibawah rata – rata.
Hal ini dilihat dari nilai
total skoring sebesar 2,40,
b. Pasar tradisinal dalam
usahanya
untuk
menjalankan
strategi
pengembangan
pasar
tradisional
dalam
memanfaatkan
kekuatan
yang
dimiliki
dan
meminimalisir kelemahan
masih dibawah rata – rata.
Hal ini dapat dilihat dari
nilai skoring pembobotan
adalah 2,86, c. Jika
dibandingkan
faktor
eksternal (peluang dan
ancaman)
dan
faktor
internal (kekuatan dan
kelemahan), makan nilai
skor
faktor
strategis
eksternal lebih kecil dari
nilai skor faktor strategis
internal. Artinya strategi
pengembangan
pasar
tradisional
lebih
memanfaatkan
kekuatan
dan
meminimalisir
kelemahan
daripada
peluang dan ancaman yang
terjadi.
Universitas Sumatera Utara
19
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
No
3.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Dewi
Juwita H
(2008)
Strategi
Pengembangan
Komoditi Jamur
Tiram
Putih
(Pleurotus
Ostreatus)
Di
Kabupaten Deli
Serdang
1.Bagaimana
Ketersediaan
faktor produksi
pertanian primer
(seperti bibit, luas
kumbung, tenaga
kerja,
serbuk
kayu,
bekatul,
gypsum,
kapur
dan modal) pada
pengembangan
usahatani jamur
tiram putih?
R/C
dan
SWOT
2.Bagaimana
Kelayakan
usahatani jamur
tiram putih bila
ditinjau
dari
keadaan
financial?
3.Bagaimana
Potensi
pasar
terhadap
usahatani jamur
tiram putih?
4.Bagaimana
Strategi
pengembangan
komoditi jamur
tiram putih di
daerah penelitian
dengan analisis
SWOT?
Hasil Penelitian
1. Faktor produksi pertanian
primer (seperti bibit, luas
kumbung, tenaga kerja,
serbuk kayu, bekatul,
gypsum, kapur dan modal)
sudah tersedia di daerah
penelitian dalam usaha
kecil
(rumah
tangga)
namun
untuk
mengembangkan
sekala
usaha menjadi lebih besar
sarana produksi belum
tersedia
di
daerah
penelitian.
2.Usaha tani jamur tiram
putih layak diusahakan
karena : -produksi jamur
tiram putih di daerah
penelitian per petani dan
per 500 baglog, telah
melampaui BEP volume
(471,83 kg dan 53,11 kg)
yaitu 1.680,88 kg per
petani dan 195,88 per 500
baglog, -harga jamur tiram
putih di daerah penelitian
adalah Rp. 17.705,88 lebih
besar dari BEP harga
produksi
sebesar
Rp.
4.867,80, -R/C jamur tiram
di
daerah
penelitian
sebesar 3,74 lebih besar
dari 1, makan usahatani
jamur tiram di daerah
penelitian layak untuk di
usahakan.
3. Potensi pasar jamur tiram
di daerah penelitian sangat
baik.
Harga
dan
permintaan meningkat dari
waktu ke waktu sehingga
petani jamur tiram tidak
pernah
mengalami
kesulitan
dalam
memasarkan hasil produksi
jamur tiramnya,
4. hasil analisis SWOT pada
strategi
pengembangan
jamur tiram putih adalah
pada kuadran 1. Hal ini
menyatakan bahwa situasi
pada kuadran 1 merupakan
posisi
menguntungkan
dimana petani mempunyai
peluang dan kekuatan
sehingga
ia
dapat
memanfaatkan
pelung
secara maksimal
Universitas Sumatera Utara
20
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
4.
Boiman
Gultom
(2012)
1. Bagaimana
formulasi
strategi
pengembangan
usaha tani kopi
arabika
di
daerah
penelitian?
SWOT
Alternatif
strategi
yang
diformulasikan
dalam
rangka
pengembangan
usahatani kopi arabikadi
daerah penelitian adalah
strategi defensive (defensive
strategic).
5.
Khairul
Rasyid
(2016)
Strategi
Pengembangan
Usahatani Kopi
Arabika (Studi
Kasus : Desa
Tamba Dolok,
Kecamatan
Sitio-tio,
Kabupaten
Samosir)
Strategi
Pengembangan
Usaha Ternak
Sapi
Potong
(Studi Kasus :
Desa
Paya
Bakung,
Kecamatan
Hamparan
Perak,
Kabupaten Deli
Serdang)
1. Apa saja faktor
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman dalam
pengembangan
usaha
ternak
sapi potong di
daerah
penelitian?
2. Bagaimana
strategi dalam
pengembangan
usaha
ternak
sapi potong di
daerah
penelitian?
SWOT
1. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi
pengembangan
usaha
ternak sapi potong di
daerah penelitian dan
termasuk
kedalam
kekuatan ialah produksi,
ketersediaan
limbah
pertanian yang melimpah,
tersedianya tenaga kerja,
tidak terdapat serangan
virus penyakit mematikan,
pengalaman
beternak.
Serta yang masuk kedalam
kelemahan ialah lahan
yang
tidak
memadai,
teknik pemeliharaan masih
tradisional, modal tidak
tercukupi,
ketersediaan
bibit yang kurang, teknik
pemanfaatan limbah yang
kurang. Dan faktor-faktor
eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan
usaha
ternak sapi potong di
daerah penelitian yang
masuk kedalam peluang
ialah pasar, musim, politik,
keamanan,
pemerintah.
Serta yang masuk kedalam
ancaman yaitu pesaing,
ketidak stabilan harga sapi
potong, hewan ternak
pengganti sapi potong,
pemanfaatan
teknologi
kurang baik, kurangnya
kemitraan.
2. Strategi
pengembangan
usaha ternak sapi potong di
daerah penelitian adalah
strategi WO (weaknessopportunities).
No
Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
21
2.4. Kerangka Pemikiran
Pengembangan peternakan merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang sangat penting, karena salah satu tujuan dari pengembangan peternakan
adalah peningkatan SDM yang unggul. Selain itu pengembangan peternakan
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelestarian
lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara.
Penelitian tentang pengembangan peternakan ini dilakukan di Provinsi
Sumatera Utara. Potensi pengembangan peternakan di Sumatera Utara masih
minim akibat terbatasnya SDM dan dukungan pembiayaan dari perbankan.
Padahal wilayah Sumatera Utara dapat menjadi surga usaha peternakan dengan
dukungan 1,3 juta hektar lahan padang rumput dan 1,9 juta hektar lahan
perkebunan, ditambah limbah pertanian dan perkebunan untuk sumber pakan
ternak.
Salah satu alat analisis strategi pengembangan adalah menggunakan SWOT.
Dengan SWOT maka dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat pengembangan peternakan. Analisis SWOT menghasilkan keputusan
strategi mana yang menjadi prioritas untuk menghasilkan strategi yang dapat
direkomendasikan kepada Dinas Ketahanan Pangan Provinsi dan Peternakan
Sumatera Utara serta pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
Untuk lebih memperjelas mengenai strategi pengembangan peternakan
didaerah penelitian maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
22
Peternakan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
KekuatanStr
ength
Kelemahan
Weakness
Peluang
Opportunity
AncamanTh
reat
(S)
(W)
(O)
(T)
Strategi Pengembangan Peternakan
Keterangan :
: Menyatakan pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan
Peternakan Di Provinsi Sumatera Utara
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang
telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1.
Faktor internal (kekuatan) dan faktor eksternal (peluang) merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap strategi pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
2.
Terdapat 4 alternatif formulasi strategi dalam pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peternakan
Ternak adalah hewan piara yang dalam kehidupannya baik mengenai
tempat, perkembangbiakan serta manfaatnya, diatur dan diawasi manusia serta
dipelihara khusus sebagai bahan-bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan
hidup manusia (Reksohadiprodjo, 1984).
Peternakan merupakan kegiatan untuk mengembangbiakkan serta untuk
membudidayakan hewan ternak lalu kemudian mendapatkan manfaat serta
hasilnya. Ternak dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu ternak ruminansia(sapi,
kerbau, kambing, domba), nonruminansia (babi, kuda, kelinci) dan unggas (ayam
buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, puyuh, merpati, itik manila).
Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan)
dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai hewan
memamah biak. Ternak ruminansia merupakan salah satu ternak yang memiliki
sistem pencernaan yang kompleks dibandingkan ternak lain. Hal ini terlihat dari
kemampuan rumi-nansia dalam memproduksi protein mikroba dalam rumen.
Dimana protein mik-roba berperan besar terhadap ketersediaan total protein yang
tersedia bagi ternak yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan ternak itu sendiri
(Nugroho, dkk., 2013).
Salah satu hewan ruminansia yang paling banyak di konsumsi di Sumatera
Utara adalah sapi. Sapi termasuk dalam filum chordata, (yaitu hewan-hewan yang
memiliki tulang belakang), kelas mamalia (menyusui), ordo artiodaktil (berkuku
atau berteracak genap), sub ordo ruminansia (pemamah biak), family bovidae
10
Universitas Sumatera Utara
11
(tanduk berongga), genus bos (pemamah biak berkaki empat). Spesiesnya
terbagi dua, yaitu bos Taurus (sebagian besar bangsa sapi yang ada) dan bos
indicus (sapi-sapi yang memiliki punuk) (Blakely dan Bade, 1985).
Hewan non ruminansia adalah hewan berperut tunggal dan sederhana. Alat
pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar
dan rektum. Sistem pencernaanya disebut simple monogastric system. Hewan non
ruminansia memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi
penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar
bersama
ekskreta,
oleh
karena
itu
sisa
pencernaan
berbentuk
cair
(Hakim dan ichal, 2009).
Hewan non ruminansia dengan produksi terbesar di Sumatera Utara salah
satunya adalah babi. Menurut Blakely dan Bade (1985) babi terkenal karena
produksinya yang berfluktuasi naik dan turun. Para peternak babi menghadapi
bermacam masalah antara lain : pengetahuan tentang produksi dan teknik beternak
yang lain, karena usaha produksi daging babi merupakan usaha dengan investasi
yang cukup besar. Dalam sejarah pemasaran babi mengalami peningkatan dan
penurunan dengan cepat, seringkali secara sangat mendadak. Namun demikian,
usaha ini masih tetap menguntungkan. Dikatakan bahwa seorang peternak selalu
terjamin akan mendapatkan untung bila :
1.
Pejantan tidak menjadi jelek
2.
Betina mendapat pakan yang baik
3.
Betina tidak mengalami keguguran karena bang atau lepto
4.
Separuh anak-anaknya tidak mati
Universitas Sumatera Utara
12
5.
Penyakit tidak menyerang
6.
Bila induk tidak memakan anaknya
7.
Babi itu tidak diare
8.
Bila edemanya tidak parah
Ternak unggas merupakan ternak yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan karena produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan
mengandung nilai gizi tinggi. Performans yang baik pada unggas akan tampak
apabila faktor genetik dan lingkungan pemeliharaannya juga baik. Ayam boiler
sebagai ayam ras pedaging pertumbuhannya sangat cepat karena mempunyai
kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan sangat efisien.
Kemampuan
ini
akan
ditunjukan
pada
temperature
19-21o
C
(Cahyono dan Bambang, 1995).
Menurut Kamal (1994) unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda
dengan
hewan
lain,
meskipun
mempunyai
kesamaan
pada
prosesnya.
Sebagaimana hewan lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan
tiga prinsip :
a.
Secara mekanik. Pencernaan secara mekanin pada unggas berlangsung pada
empedal. Pakan didalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal
dengan bantuin grit akan diubah menjadi pasta.
b.
Secara khemis/enzimatis. Pencernaan secara enzimatis terutama dibantu
dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh
alat-alat pencernaan.
c.
Secara mikrobiologik. Pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan
adanya mikroba yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam,
Universitas Sumatera Utara
13
pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak
yang lain, hanya sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus
besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa bakteri aktif yang
menghasilkan asam organik seperti asam asetat dan asam laktat dan juga
pada ceca terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh bakteri.
Salah satu unggas favorit untuk di ternakkan adalah ayam piaraan. Ayam
piaraan merupakan jenis unggas yang paling banyak di dunia, termasuk genus
gallus, dan spesies gallus domesticus. Nenek moyang ayam piaraan dapat
dihubungkan kembali pada beberapa spesies liar yang masih hidup sampai saat
ini. Namun demikian, ayam hutan merah dengan nama latin gallus gallus
memiliki penyebaran paling luas dan spesies liar ini kemungkinan merupakan
nenek moyang utama dari gallus domesticus, atau ayam piaraan yang kita kenal
sekarang ini (Blakely dan Bade, 1985).
2.2. Landasan Teori
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tidak lanjut, serta prioritas alokasi
sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adiktif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal
yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2000).
Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan.
Terdapat elemen strategi yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan
kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan
berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan.
Universitas Sumatera Utara
14
Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya dan implementasi yang efektif
(David, 2006).
Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami
seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk
mengetahiu isu apa saja yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa saja
yang harrus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis di dasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Pada analisis SWOT, yang ditinjau adalah perbandingan antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 4. Matriks SWOT
IFAS
EFAS
Strength (S)
(Kekuatan)
Weakness (W)
(Kelemahan)
Strategi (SO)
Strategi (WO)
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Opportunity (O)
(Peluang)
menggunakan
untuk
kekuatan meminimal kelemahan
memanfaatkan untuk
peluang.
memanfaatkan
peluang.
Strategi (ST)
Strategi (WT)
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Treaths (T)
Ancaman)
menggunakan
kekuatan dapat
meminimalkan
untuk dapat mengatasi kelemahan serta dapat
ancaman.
menghindari ancaman.
Keterangan : IFAS = Internal Factors Analisys Summary
EFAS = Eksternal Factors Analisys Summary
•
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
•
Strategi ST
Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
dengan cara menghindari ancaman.
•
Strategi WO
Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan
cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
16
•
Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan ditujukan
untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
(Rangkuti, 2008).
2.3. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat
(originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) penelitian yang sudah
dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan
dalam Tabel 5 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
17
Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Dede
Prasetya
(2013)
Strategi
pengembangan
KUD
Di Kabupaten
Deli Serdang
1.Apa saja faktor
internal
yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli
Serdang?
Deskriptif
dan
SWOT
2.Apa saja faktor
eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli
Serdang?
3.Bagaimana
Menentukan
strategi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli
Serdang?
Hasil Penelitian
Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli Serdang ialah
KUD yang memiliki badan
hukum, struktur organisasi
yang sesuai dengan koperasi,
kepengurusan yang bersifat
demokratis (terbukan dan
transparan),
kepengurusan
sesuai dengan keahlian atau
bidangnya, banyaknya unit
usaha yang dikelola koperasi,
kurangnya sumber modal bagi
koperasi,
pengelolaan/manajemen
usaha yang masih lemah,
pengelolaan yang kurang
inovatif dalam menemukan
ide baru untuk pengembangan
KUD, kurang penguasaan
dalam
mengggunakan
teknologi bagi pengelola
maupun anggota, pengelola
sulit menentukan bisnis inti.
Dan faktor-faktor eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan
KUD
di
Kabupaten Deli Serdang ialah
adanya aspek pemerataan
yang diperioritaskan oleh
pemerintah, adanya tuntutan
masyarakat
untuk
lebih
membangun koperasi, adanya
peluang pasar bagi komoditas
yang dihasilkan koperasi,
adanya inverstor yang ingin
melakukan kerja sama dengan
koperasi, adanya UU. No. 12
tahun
1992,
adanya
persaingan
usaha
yang
semakin
ketat,
peranan
IPTEK yang meningkat,
terbatasnya
penyediaan
teknologi, adanya anggapan
negatif
dari
masyarakat,
menurunnya
daya
beli
masyarakat. Serta strategi
yang
cocok
untuk
mengembangkan KUD di
Kabupaten Deli Serdang
adalah
strategi
ST
(Strength-Treath). Strateginya
adalah melakukan program
peningkatan
inovasi
dan
promosi, program divesfikasi
produk atau usaha, dan
program perluasan jaringan
pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
18
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
No
2.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Eko
Ariston
Manik
(2004)
Strategi
Pengembangan
Pasar
Tradisional di
Kota
Medan
(Studi
Kasus:
Pasar
Tradisional Sei
Sikambing
Kecamatan
Medan Helvetia
Dan
Pasar
Tradisional
Pajak
Pagi
Padang Bulan
Kecamatan
Medan Baru)
1.Bagaimana
perkembangan
pasar tradisional
di kota Medan?
Deskriptif
dan
SWOT
2. Apa saja faktorfaktor
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi
pasar tradisional?
3.Apasaja kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman dalam
mengembangkan
pasar tradisional?
4.Bagaimana
strategi
yang
sesuai
dalam
mengembangkan
pasar tradisional?
Hasil Penelitian
1. a. Pasar tradisional yang di
teliti selama 3 tahun yakni
2009
tidak
2007
–
mengalami perkembangan
dalam jumlah kios dan
jumlah pedagang. Hal ini
disebabkan karena jumlah
pasar di kota Medan tetap,
b. Jumlah kios dan jumlah
pedagang
di
pasar
tradisional Sei Sikambing
selama 3 tahun terakhir
yakni 2007 – 2009 tidak
mengalami perkembangan,
c. Jumlah pedagang di
pasar Pagi Padang Bulan
selama 3 tahun terakhir
yakni 2007 – 2009
mengalami perkembangan
begitu juga dengan jumlah
kiosnya.
2. a. Pasar tradisional dalam
usahanya
untuk
menjalankan
strategi
pengembangan
pasar
tradisional
dalam
memanfaatkan
peluang
atau menhindari ancaman
masih dibawah rata – rata.
Hal ini dilihat dari nilai
total skoring sebesar 2,40,
b. Pasar tradisinal dalam
usahanya
untuk
menjalankan
strategi
pengembangan
pasar
tradisional
dalam
memanfaatkan
kekuatan
yang
dimiliki
dan
meminimalisir kelemahan
masih dibawah rata – rata.
Hal ini dapat dilihat dari
nilai skoring pembobotan
adalah 2,86, c. Jika
dibandingkan
faktor
eksternal (peluang dan
ancaman)
dan
faktor
internal (kekuatan dan
kelemahan), makan nilai
skor
faktor
strategis
eksternal lebih kecil dari
nilai skor faktor strategis
internal. Artinya strategi
pengembangan
pasar
tradisional
lebih
memanfaatkan
kekuatan
dan
meminimalisir
kelemahan
daripada
peluang dan ancaman yang
terjadi.
Universitas Sumatera Utara
19
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
No
3.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
Dewi
Juwita H
(2008)
Strategi
Pengembangan
Komoditi Jamur
Tiram
Putih
(Pleurotus
Ostreatus)
Di
Kabupaten Deli
Serdang
1.Bagaimana
Ketersediaan
faktor produksi
pertanian primer
(seperti bibit, luas
kumbung, tenaga
kerja,
serbuk
kayu,
bekatul,
gypsum,
kapur
dan modal) pada
pengembangan
usahatani jamur
tiram putih?
R/C
dan
SWOT
2.Bagaimana
Kelayakan
usahatani jamur
tiram putih bila
ditinjau
dari
keadaan
financial?
3.Bagaimana
Potensi
pasar
terhadap
usahatani jamur
tiram putih?
4.Bagaimana
Strategi
pengembangan
komoditi jamur
tiram putih di
daerah penelitian
dengan analisis
SWOT?
Hasil Penelitian
1. Faktor produksi pertanian
primer (seperti bibit, luas
kumbung, tenaga kerja,
serbuk kayu, bekatul,
gypsum, kapur dan modal)
sudah tersedia di daerah
penelitian dalam usaha
kecil
(rumah
tangga)
namun
untuk
mengembangkan
sekala
usaha menjadi lebih besar
sarana produksi belum
tersedia
di
daerah
penelitian.
2.Usaha tani jamur tiram
putih layak diusahakan
karena : -produksi jamur
tiram putih di daerah
penelitian per petani dan
per 500 baglog, telah
melampaui BEP volume
(471,83 kg dan 53,11 kg)
yaitu 1.680,88 kg per
petani dan 195,88 per 500
baglog, -harga jamur tiram
putih di daerah penelitian
adalah Rp. 17.705,88 lebih
besar dari BEP harga
produksi
sebesar
Rp.
4.867,80, -R/C jamur tiram
di
daerah
penelitian
sebesar 3,74 lebih besar
dari 1, makan usahatani
jamur tiram di daerah
penelitian layak untuk di
usahakan.
3. Potensi pasar jamur tiram
di daerah penelitian sangat
baik.
Harga
dan
permintaan meningkat dari
waktu ke waktu sehingga
petani jamur tiram tidak
pernah
mengalami
kesulitan
dalam
memasarkan hasil produksi
jamur tiramnya,
4. hasil analisis SWOT pada
strategi
pengembangan
jamur tiram putih adalah
pada kuadran 1. Hal ini
menyatakan bahwa situasi
pada kuadran 1 merupakan
posisi
menguntungkan
dimana petani mempunyai
peluang dan kekuatan
sehingga
ia
dapat
memanfaatkan
pelung
secara maksimal
Universitas Sumatera Utara
20
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Identifikasi
Masalah
Metode
Analisis
4.
Boiman
Gultom
(2012)
1. Bagaimana
formulasi
strategi
pengembangan
usaha tani kopi
arabika
di
daerah
penelitian?
SWOT
Alternatif
strategi
yang
diformulasikan
dalam
rangka
pengembangan
usahatani kopi arabikadi
daerah penelitian adalah
strategi defensive (defensive
strategic).
5.
Khairul
Rasyid
(2016)
Strategi
Pengembangan
Usahatani Kopi
Arabika (Studi
Kasus : Desa
Tamba Dolok,
Kecamatan
Sitio-tio,
Kabupaten
Samosir)
Strategi
Pengembangan
Usaha Ternak
Sapi
Potong
(Studi Kasus :
Desa
Paya
Bakung,
Kecamatan
Hamparan
Perak,
Kabupaten Deli
Serdang)
1. Apa saja faktor
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman dalam
pengembangan
usaha
ternak
sapi potong di
daerah
penelitian?
2. Bagaimana
strategi dalam
pengembangan
usaha
ternak
sapi potong di
daerah
penelitian?
SWOT
1. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi
pengembangan
usaha
ternak sapi potong di
daerah penelitian dan
termasuk
kedalam
kekuatan ialah produksi,
ketersediaan
limbah
pertanian yang melimpah,
tersedianya tenaga kerja,
tidak terdapat serangan
virus penyakit mematikan,
pengalaman
beternak.
Serta yang masuk kedalam
kelemahan ialah lahan
yang
tidak
memadai,
teknik pemeliharaan masih
tradisional, modal tidak
tercukupi,
ketersediaan
bibit yang kurang, teknik
pemanfaatan limbah yang
kurang. Dan faktor-faktor
eksternal
yang
mempengaruhi
pengembangan
usaha
ternak sapi potong di
daerah penelitian yang
masuk kedalam peluang
ialah pasar, musim, politik,
keamanan,
pemerintah.
Serta yang masuk kedalam
ancaman yaitu pesaing,
ketidak stabilan harga sapi
potong, hewan ternak
pengganti sapi potong,
pemanfaatan
teknologi
kurang baik, kurangnya
kemitraan.
2. Strategi
pengembangan
usaha ternak sapi potong di
daerah penelitian adalah
strategi WO (weaknessopportunities).
No
Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
21
2.4. Kerangka Pemikiran
Pengembangan peternakan merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang sangat penting, karena salah satu tujuan dari pengembangan peternakan
adalah peningkatan SDM yang unggul. Selain itu pengembangan peternakan
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelestarian
lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara.
Penelitian tentang pengembangan peternakan ini dilakukan di Provinsi
Sumatera Utara. Potensi pengembangan peternakan di Sumatera Utara masih
minim akibat terbatasnya SDM dan dukungan pembiayaan dari perbankan.
Padahal wilayah Sumatera Utara dapat menjadi surga usaha peternakan dengan
dukungan 1,3 juta hektar lahan padang rumput dan 1,9 juta hektar lahan
perkebunan, ditambah limbah pertanian dan perkebunan untuk sumber pakan
ternak.
Salah satu alat analisis strategi pengembangan adalah menggunakan SWOT.
Dengan SWOT maka dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat pengembangan peternakan. Analisis SWOT menghasilkan keputusan
strategi mana yang menjadi prioritas untuk menghasilkan strategi yang dapat
direkomendasikan kepada Dinas Ketahanan Pangan Provinsi dan Peternakan
Sumatera Utara serta pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
Untuk lebih memperjelas mengenai strategi pengembangan peternakan
didaerah penelitian maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
22
Peternakan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
KekuatanStr
ength
Kelemahan
Weakness
Peluang
Opportunity
AncamanTh
reat
(S)
(W)
(O)
(T)
Strategi Pengembangan Peternakan
Keterangan :
: Menyatakan pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan
Peternakan Di Provinsi Sumatera Utara
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang
telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1.
Faktor internal (kekuatan) dan faktor eksternal (peluang) merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap strategi pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
2.
Terdapat 4 alternatif formulasi strategi dalam pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara