Deiksis Sosial dalam Novel Supernova Episode Gelombang Karya Dee Lestari

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis
untuk menemukan jawaban suatu permasalahan atau konsep adalah gambaran
mental dari objek, proses atau apapun yang di luar bahasa yang digunakan oleh
akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).
2.1.1 Deiksis
Dalam Purwo (1984:2) disebutkan, kata deiksis berasal dari istilah Yunani
Kuno, yaitu deiktikos yang bermakna ‘hal penunjukan secara langsung’ dalam
istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung
sebagai lawan dari istilah elentic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak
langsung.
Pada kesempatan lain, Lyons (dalam Purwo 1977:636) menyebutkan
bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau
kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya
dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau
yang diajak bicara.
Cummings (dalam Putrayasa 2014:38) mengatakan bahwa deiksis adalah
suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu dengan menggunakan bahasa yang
hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi

situasi pembicaraan.

7
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkanbeberapa definisi deiksis di atas, dapat disimpulkan bahwa
deiksis adalah katayang memiliki referen atau acuan yang berubah-ubah atau
berganti-gantibergantung dari pembicara saat mengutarakan ujaran tersebut dan
dipengaruhioleh konteks dan situasi yang terjadi saat tuturan berlangsung. Dengan
kata lain,sebuah kata dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan
situasipembicaraan.

2.1.2 Deiksis Sosial
Deiksis

sosial

berhubungan

dengan


aspek-aspek

kalimat

yang

mencerminkan kenyataan-kenyataan tertentu tentang situasi sosial ketika tindak
tutur terjadi. Deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan
yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial, seperti jenis kelamin, usia, kedudukan
di dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan) yang ada partisipan dalam sebuah
komunikasi verbal yang nyata, terutama yang berhubungan dengan hubungan
peran antara penutur dan penutur, atau penutur dengan topik atau acuan lainnya
(Purwo, 1984).
Dapat dikatakan,bahwa deiksis sosial merupakan suatu ungkapan yang
menunjukkan atau mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang
terdapat di antaraperan-peran peserta pembicara terutama aspek peran sosial
antara pembicaradengan rujukan yang lain.

8

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Novel Supernova Episode Gelombang
Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat pelaku. Novel Supernova Episode Gelombang adalah novel fiksi ilmiah
karangan Dee Lestari yang diterbitkan pada tanggal 17 Oktober 2014. Novel
tersebut merupakan buku kelima dalam serial Supernova karangan Dee Lestari,
yang bercerita tentang perjalanan salah satu tokoh utama dalam serial Supernova,
Alfa. Topik utama yang diangkat adalah dimensi dalam dunia mimpi (Wikipedia
Indonesia, 2015).

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Yule (1996:3) mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar
(pembaca). Tipe studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan
orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh
terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana
cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan, yang sesuai dengan orang

yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik
mengkaji lima hal, yaitu deiksis, pranggapan, tindak tutur, implikatur, dan struktur
wacana.
Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih
dibatasi pada deiksis.

9
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Deiksis
Istilah deiksis berasal dari istilah Yunani kuno, yaitu deiktikos yang
bermakna hal penunjukan secara langsung. Dalam logika, istilah Inggris dectic
dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari
istilah elentic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung
(Purwo,1984:2) Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya
berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si
pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkanya kata itu
(Purwo,1984:1), seperti kata saya, aku, sini, sekarang.
Menurut Chaer dan Leoni (2004:57) deiksis adalah hubungan antara kata
yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau

berubah dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap inilah
yang disebut kata-kata deiksis, kata-kata yang referennya deiksis ini antara lain
kata-kata yang berkenaan dengan persona (seperti aku, saya, kamu), tempat (di
sini, di sana, di situ),dan waktu (tadi, besok, nanti, kemarin).
Levinson dan Huang, (dalam Hasibuan 2011:73) menjelaskan bahwa
deiksis sosial dapat dipahami sebagai bidang linguistik yang membicarakan
pengkodean perbedaan-perbedaan status sosial relatif di antara partisipan,
terutama yang menyangkut aspek hubungan sosial yang terdapat antara penutur
dengan mitra tutur ataupun antara penutur dengan acuan lainnya. Tentang
pengkodean hubungan sosial yang dimaksud, oleh Levinson (dalam Hasibuan
2011:73) dijelaskan lagi bahwa hal itu terealisasi dalam wujud ekspresi lingual,
yang diacukan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap status sosial

10
Universitas Sumatera Utara

atau peran partisipan pada saat tuturan. Selengkapnya, penjelasan Levinson
(dalam Hasibuan 2011:73) tersebut dikutip sebagai berikut.
Social deixis involves the marking of social relationships in linguistic
expression, with direct or obligue reference to the social status or role

ofparticipants in the speech event.
2.2.3 Bentuk-Bentuk Deiksis Sosial
Ekspresi-ekspresi lingual yang merepresentasikan deiksis sosial, menurut
Huang (dalam Hasibuan 2011:73) dapat wujud dalam bentuk pronomina persona
(personal pronouns), bentuk sapaan (forms of address), bentuk terikat (bound
forms), dan dalam bentuk pilihan kata (the choice of vocabulary). Pronomina
persona dapat dikategorikan ke dalam deiksis sosial Huang dasarkan pada
kenyataan bahwa pronomina persona potensial untuk menunjukkan berbagai
aspek deiksis sosial, seperti penanda rasa hormat, atau pun penanda hubungan
kekerabatan. Ke dalam bentuk sapaan terliput, di antaranya, nama akhir
seseorang, istilah kekerabatan, nama jabatan, dan kepangkatan. Bentuk-bentuk
terikat yang dimaksudkannya meliputi, berupa afiks, klitika, dan partikel. Pada
pilihan kata, yang dimaksudkannya adalah terdapatnya upaya penggantian unsur
lingual tertentu dengan kata pilihan lain yang menginformasikan aspek deiksis
sosial.
Deiksis

sosial

berhubungan


dengan

hubungan

sosial

antara

partisipan,statusnya dan hubungannya dengan topik wacana. Piranti yang
digunakan untukdeiksis ini meliputi berbagai bentuk, kata ganti untuk kesopanan,
istilah keturunandan kehormatan. Gejala kebahasaan yang didasarkan pada sikap
11
Universitas Sumatera Utara

sosialkemasyarakatan atau untuk tujuan bersopan santun demikian disebut
eufemisme(Nababan, dalam Sari 1987:43).Deiksis sosial memiliki maksud
menuju kearah sopan santun dalam berbahasa, serta mencakup tentang ungkapan
yang memiliki arti atau maksud yang merendahkan, meninggikan, kasar, netral,
normal, halus, sopan, melebih-lebihkan, menyindir, mengumpat, dan sebagainya.

Fungsi pemakaian deiksis sosial, yaitu: (1) sebagai salah satu
bentukefektivitas kalimat, misalnya: kapolwil; (2) sebagai pembeda tingkat sosial,
misalnya: Drs, prof; (3) untuk menjaga sopan santun berbahasa,misalnya: PSK,
Istri (4) untuk menjaga sikap sosialkemasyarakatan, penggunaan sistem sapaan
guna memperhalus bahasa, misalnya:sungkem.
Fungsi deiksis sosial mencakup penyebutan deiksis orang tertentu.Penutur
memiliki otoritas tertentu terhadap mitra tutur yang menunjukkan bahwapenutur
memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh mitra tutur. Misalnyapenggunaan
nama binatang oleh penutur dengan nada dan maksud merendahkan tersebut
menunjukkan kurangnya jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.

2.2.5 Konteks
Konteks berhubungan dengan interaksi linguistik dalam ujaran atau lebih
yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok
tuturan, di dalam tuturan, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Leoni, 2004: 48).
Suatu konteks harus memenuhi delapan komponen, yaitu S-P-E-A-K-I-N-G
Hymes (dalam Chaer dan Leoni, 2004:48) komponen tersebut itu adalah:

12
Universitas Sumatera Utara


1. S (setting and scene) setting berkaitan dengan tempat dan waktu tuturan
berlangsung,sedangkan scene adalah situasi tempat dan waktu.
2. P (participant) pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan.
3. E (ends) meujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.
4. A (act sequence) mengacu pada bentuk ujuran dan isi ujaran.
5. K (keys) mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan
disampaikan dengan senang hati.
6. I (instrumentalis) mengacu pada jalur bahas yang digunakan.
7. N (norm of interaction and interpretation) mengacu pada tingkah laku
yang khas dan sikap yang berkaitan dengan peristiwa tutur.
8. G (genre) mengacu pada jenis penyampaian.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai deiksis bukanlah yang baru, tetapi sudah ada peneliti
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, yang meneliti
khusus tentang deiksis sosial di dalam novel Supernova Episode Gelombang
belum ada. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Purwo (1984), dalam disertasinya yang berjudul Deiksis dalam Bahasa
Indonesia, menggunakan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan selukbeluk yang ada dalam bahasa Indonesia, dengan mengumpulkan perbendaharaan

leksem-leksem persona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis.

13
Universitas Sumatera Utara

Kemudian kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu
tersebut didaftarkan dan diberikan aspek semantik leksikalnya. Purwo
menyimpulkan dengan membagi deiksis menjadi tiga bagian, yaitu deiksis
persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.
Hasibuan (2011), dalam disertasinya yang berjudul Deiksis dalam Bahasa
Mandailing, menggunakan teori yang dikemukakan Levinson dan Huang. Metode
yang digunakan ialah kualitatif-deskriftif yang proses analisis datanya diawali
melalui metode klasifikasi menurut masing-masing jenis deiksisnya berdasarkan
kerangka teori. Hasibuan menyimpulkan bahwa bahasa Mandailing mengenal
deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis sosial dan deiksis wacana.
Dalam membicarakan deiksis sosial, dominasi penggunaan istilah kekerabatan
tetap ditemukan dalam mengacu mitra tutur. Istilah-istilah lain di luar istilah
kekerabatan dapat diabaikan penggunaannya asalkan yang digunakan untuk
mengacu atau menyapa mitra tutur itu adalah istilah kekerabatan. Terhadap orang
yang menjadi mitra tutur, pengacuannya dengan ekspresi deiksis berupa istilah

kekerabatan yang penginformasian sekaligus hubungan kekerabatan yang terdapat
antara mitra tutur dengan penutur.Penelitian Hasibuan memberikan sumbangan
bagi peneliti, baik dari segi teori dan cara menganalisis bentuk ekspresi deiksis
sosial.
Simanjuntak (2011), dalam skripsinya yang berjudul Deiksis Persona
dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata, mendeskripsikan bentuk
deiksis persona dan menjelaskan bentuk deiksis persona yang mengalami
ketidakjelasan yang paling dominan dalam novel tersebut, dengan menggunakan

14
Universitas Sumatera Utara

metode simak dalam pengumpulan data dan metode padan dalam analasis data.
Ia menyimpulkan bahwa deiksis dalam novel Laskar Pelangi terdiri atas tiga
bagian yaitu, deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal
kedua, deiksis persona pronominal ketiga. Adapapun deiksis persona dalam novel
tersebut yang sering mengalami ketidakjelasan adalah deiksis persona pronominal
pertama, deiksis persona pronominal kedua, deiksis persona pronominal ketiga.
Penelitian Simanjuntak memberikan sumbangan bagi peneliti baik dari segi teori
dan metode penelitian dalam menganalisis bentuk ekspresi deiksis sosial dalam
novel Supernova Episode Gelombang.
Damsi (2014), dalam skripsinya yang berjudulDeiksis dalam Novel Yang
Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwarmenggunakan metode
deskriptif untuk menganalisis deiksis dalam novel Yang Miskin Dilarang Maling
Karya Anwar Rasydie. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca
keseluruhan novel Yang Miskin Dilarang Maling secara berulang-ulang untuk
mengidentifikasi jenis-jenis yang terdapat dalam novel, mencatat semua kata atau
kalimat yang berkaitan dengan deiksis, memberi tanda (menggaris bawahi) bagian
kata ataukalimat dalam novel yang berhubungan dengan jenis-jenis deiksis.
Analisis

data

yang

dilakukan

dengan

cara

mengidentifikasi,

menganalisis/interpretasi, menyimpulkan hasil analisis. Dia menyimpulkan bahwa
dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar terdapat
lima macam deiksis, yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis
wacana, dan deiksis sosial. Deiksis persona, terbagi atas tiga bagian yaitu: kata
ganti orang pertama. Kata ganti orang pertama terbagi atas: saya, aku, kami, dan

15
Universitas Sumatera Utara

kita, kata ganti orang kedua terbagi atas: kamu, engkau, anda, kalian, saudara,
dan kata ganti orang ketiga, terbagi atas: dia, ia, beliau, mereka. Deiksis tempat,
terbagi tiga bagian yaitu: di sini, di situ, di sana.Deiksis waktu, terbagi atas: kini,
kemarin, lusa, sekarang, besok, dulu, tadi, nanti. Deiksis wacana, terbagi atas:
anafora dan katafora, sedangkan Deiksis sosial adalah mengungkapkan atau
menunjukkan perbedaan ciri sosial dan serta penggunaan sistem sapaan dan
penggunaan gelar. Penelitian Damsi juga memberikan wawasan dan pemahaman
bagi peneliti dari segi metode analisis khususnya pada deiksis sosial.
Rachmanita (2016), dalam skripsinya yang berjudul Deiksis Sosial dalam
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP, menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriftif. Kemudian metode simak dan teknik catat
untuk memperoleh data dengan menyimak bahasa yang digunakan. Ia
menyimpulkan bahwa deiksis sosial yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi
ditemukan 71 jenis bentuk deiksis sosial, deiksis sosial yang digunakan berupa
kata, frasa, dan fungsi pemakaian deiksis dalam novel Sang Pemimpi deiksis
sosial sebagai media pembeda tingkat sosial seseorang, untuk menjaga sopan
santun dalam berbahasa, untuk menjaga sikap sosial, alat memperjelas kedudukan
sosial seseorang, alat memperjelas identitas sosial seseorang dan alat memperjelas
kedekatan hubungan sosial atau kekerabatan. Penelitian Rachmanita memberikan
wawasan bagi peneliti untuk mengkaji deiksis sosial dalam novel Supernova
Episode Gelombang. Penelitian ini juga menjadi sumber referensi tentang
penerapan fungsi dalam deiksis sosial.

16
Universitas Sumatera Utara