Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keahlian Manajerial Terhadap Keberhasilan Usaha Pakaian Distro di Kawasan Jalan Dr. Mansyur Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneur berasal
dari bahasa Perancis, yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko,
kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan
pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
Drucker
(1985)
dalam
bukunya
yang
berjudul
Innovation
and
Entrepreneurship mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, keahlian, sikap,
perilaku individu dalam menangani usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk memperoleh keuntungan
diperlukan kreativitas dan penemuan hal-hal baru. Kewirausahaan adalah proses
yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah produk yang
bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausaha.
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif
dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya
meningkatkan pendapatan didalam kegiatan usahanya (Sulipan, 2007).
Suryana dan Bayu dalam Malini (2015) menjelaskan bahwa wirausaha
ialah orang yang mempunyai keahlian menjalankan usaha secara mandiri dan
8
Universitas Sumatera Utara
berwirausaha berarti melakukan kegiatan dengan menciptakan dan menjalankan
usaha mandiri.
2.2.
Ciri-ciri Tingkah Laku, Karakteristik, dan Sifat Seorang Wirausaha
Suhadi (1985) dalam bukunya Wiraswasta Sampah Satu Alternatif
Ekonomi Yang Perlu Dijajaki mengemukakan karakteristik wirausaha ialah
percaya pada keahlian diri sendiri, mampu menghadapi persoalan dengan baik,
berpandangan luas jauh ke depan, mempunyai keuletan mental, lincah dalam
berusaha, berupaya mengembangkan sayap, berani mengambil resiko, berguru
kepada pengalaman.
Pada penulisan ini, penulis menggunakan ciri perilaku yang merupakan
aspek kewirausahaan yang dikemukakan oleh Drucker (1985), yaitu:
a. Mampu mengindera peluang usaha, yakni keahlian melihat dan
memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan
menuju masa depan yang lebih baik.
b. Memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan
lingkungannya, yakni berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan
berhasil.
c. Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang
lain, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.
d. Memiliki inisiatif, kreatif, dan inovatif, yaitu mempunyai prakarsa untuk
menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu atau jumlahnya,
agar mampu bersaing.
e. Mampu bekerja keras, yaitu bekerja penuh energik, tekun, tabah
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus asa.
9
Universitas Sumatera Utara
f. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi ke
masa depan dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat terjadi sehingga
langkah yang diambil sudah dapat diperhitungkan.
g. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan, yaitu suka pada tantangan
dan berani mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi yang tidak
menentu. Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.
h. Tanggap terhadap saran dan kritik, yaitu peduli dan peka terhadap kritik
sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik.
2.3.
Kecerdasan Emosional
Patton (1998) dalam bukunya yang berjudul “(EQ) Kecerdasan Emosional
Di Tempat Kerja” memberi definisi mengenai kecerdasan emosi adalah keahlian
untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun
hubungan produktif, dan meraih keberhasilan. Goleman (2009) juga menyatakan
bahwa kecerdasan emosi bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual, namun
keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa
kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai
kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan
masyarakat.
Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
keahlian lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur
suasana hati.
10
Universitas Sumatera Utara
Menurut Goleman (2009), ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional, faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut ini penjelasan masing-masing faktor:
1. Faktor internal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam
individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang, otak
emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik,
lobus prefrontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional.
2. Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu
dan mempengaruhi individu untuk atau mengubah sikap. Pengaruh luar yang
bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu
mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung
yaitu melalui perantara
misalnya media massa baik cetak maupun
elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Menurut Iskandar (2009) dimensi kecerdasan emosi terdiri dari:
1. Intrapersonal merupakan harga diri, yang merupakan keahlian untuk dapat
menghargai dan menerima sifat dasar pribadi yang pada dasarnya baik. Aspek
lain penyusun intrapersonal ialah berfikir jernih dalam keadaan tertekan,
dipengaruhi perasaan akan sukses daripada takut gagal, dan merasa percaya
diri dalam menggeluarkan gagasan baru.
11
Universitas Sumatera Utara
2. Interpersonal mencakup empati yang merupakan keahlian memahami,
mengerti, serta menghargai perasaan orang lain. Menjadi pendengar yang
baik, menghargai kemajuan, beranggung jawab, mudah berelasi, dan mampu
untuk menjadi seorang pemimpin
3. Penyesuaian diri mencakup pengujian realita yang merupakan keahlian untuk
menghubungkan antara pengalaman dan kondisi secara objektif. Mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau orang baru, mengatasi
kekurangan bersama, pelopor perubahan, mampu beradaptasi, dan peduli
terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas aspek-aspek kecerdasan emosional adalah
keahlian intrapersonal (mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi dan
memotivasi diri sendiri), keahlian interpersonal (mengenali emosi orang lain dan
membina hubungan), penyesuaian diri (realistis, fleksibel, pengendalian diri dan
pemecahan masalah) (Iskandar, 2009).
2.4.
Keahlian Manajerial
Keahlian manajerial diartikan sebagai segala potensi dan keahlian yang
digunakan pemimpin dalam bekerja dengan dan melalui orang lain. Menurut
Kanz (2003) keahlian manajerial meliputi:
a. Keahlian Konseptual
Keahlian yang mengalami kompleksitas organisasi dan penyesuian
terhadap bidang gerak unit kerja masing-masing kedalam pelaksanaan pekerjaan
secara menyeruluh. Keahlian ini memungkinkan seseorang bertindak sesuai
dengan tujuan organisasi secara menyeluruh, dan hanya atas dasar tujuan dan
keputusan kelompok sendiri. Keahlian ini berkenaan dengan keahlian dalam
12
Universitas Sumatera Utara
membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan yang penting dalam
mencapai tujuan, rician dari keahlian unsur pimpinan dalam keahlian manajerial,
meliputi antara lain: (1) mengidentifikasi karakteristik anggota; (2) mengukur
keahlian pekerja; (3) menetapkan prioritas; (4) menganalisis lingkungan usaha;
(5) mendesain alternatif contingency; (6) memonitor atau mengontrol aktivitas.
Untuk dapat menerapkan ini pemimpin ditutut memiliki pemahaman utuh (secara
totalitas) terhadap organisasinya. agar dapat mencapai tujuan.
Untuk dapat menerapkan keahlian ini pemimpin dituntut memiliki
pemahaman utuh (secara totalitas) terhadap organisasinya tujuannya agar dapat
bertindak sesuai dengan tujuan organisasi secara menyeluruh berdasar tujuan dan
kebutuhan kelompoknya. Berdasarkan dengan konsep ini dalam organisasi
perusahaan dapat dilihat bahwa keterampilanan konseptual adalah keahlian yang
dimiliki oleh manajer untuk melihat lingkungan dan program perusahaan sebagai
suatu kesatuan, keahlian menjalankan secara efektif setiap komponen perusahaan,
program perusahaan sebagai suatu sistem pengembangan dan berfungsi
mengorganisasi manusia.
b. Keahlian teknis
Keahlian teknis
ini
akan bersinggungan
dengan keahlian
yang
berhubungan dengan pengetahuan yang berupa penggunaan metode teknik dan
peralatan yang digunakan dalam tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman
pendidikan, pelatihan, ataupun yang didapat semasa memimpin dan menjalani
usaha.
Keahlian ini juga berkaitan dengan pengetahuan khusus yang dipelukan
untuk mengimformasikan fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan
13
Universitas Sumatera Utara
dengan posisi sebagai supervisor. Dalam prakteknya keterlibatan seorang
pemimpin dalam setiap bentuk ”technical skill” disesuaikan dengan status
tingkatan pimpinan itu sendiri. Intinya, keahlian ini merupakan kompetensi
spesifik untuk melaksanakan tugas atau keahlian menggunakan teknik-teknik,
alat-alat, prosedur-prosedur, metode-metode dan peengetahui tentang lapangan
lapangan yang secara benar dan tepat dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan berdasarkan pada keahlian ini, atara lain meliputi
menerapkan kriteria operasional standar penjualan, menerapkan kriteria prosedur
operasional standar, menganalisis data observasi pasar, menemukan visi dan misi,
mengembangkan kreatifitas produk dan prosedur penjualan dan pemasaran,
mengklasifikasikan tugas pekerja, mendemontrasikan keterampilan.
c. Keahlian Hubungan Manusiawi
Keahlian ini berkenaan dengan keahlian manajer atau pemimpin organisasi
dalam
melakukan
kerja
sama
dengan
orang
lain,
keahlian
dalam
mengorganisasikan elemen–elemen bisnis, baik dalam lingkungan (internal)
hubungan dengan pekerja, dan staf administrasi, maupun diluar (eksternal) seperti
cara berkomunikasi dengan pelanggan, investor, kalangan pengusaha yang dapat
dikatakan sebagai inti dari keahlian dari pimpinan dalam mengelola usaha.
Jika dirinci, keahlian hubungan kemanusiaan yang harus dimiliki
pemimpin usaha dalam perannya adalah merespon perbedaan individual,
mendiagnosa kelebihan atau potensi individu, mengklasifikasi nilai, variasi
persepsi, menentukan komitmet pekerjaan, memimpin diskusi, mendengar,
14
Universitas Sumatera Utara
memimpin intraksi secara koperatif, memecahkan konflik, merangkul sikap
kebersamaan dan memberi contoh yang baik.
Dari sekian aspek keahlian tersebut diatas, maka dapat dipandang bahwa
aspek penting lain dari keahlian manusiawi, terletak pada keahlian manajerial
personel. Keahlian ini berkenaann dengan keahlian membuat keputusan dan
melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan, keahlian personal
dapat juga dikatakan keahlian bekerjasama, memahami dan memotivasi orang lain
baik secara perorangan.
2.5.
Keberhasilan Usaha
Menurut
Nasution
(2001),
sebuah
perusahaan
dikatakan
meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Ranto (2007) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan
seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya,
karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai
tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk,
mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk,
tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran
suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai
berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai
dengan bergelimang fasilitas.
Menurut Hutagalung (2008), sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara
instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses
15
Universitas Sumatera Utara
sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang,
harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari
kesemuanya.
2.6.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Beberapa diantara perusahaan mampu bertahan dan bahkan berkembang
tetapi sebagian besar mengalami kegagalan. Alasan perusahaan yang bermula
dengan keberhasilan bukan karena pendirinya mempunyai modal besar pada saat
memulai usaha, penyebab susksesnya suatu perusahaan karena dikelola oleh
wirausaha yang mengetahui apa yang harus dikerjakan.
Wirausaha pada umumnya percaya bahwa mampu bekerja lebih baik dari
pada orang lain dan akan berusaha keras dengan tanggung jawab penuh. Sekali
tujuan tercapai, mereka akan segera menggantikannya dengan tujuan yang lebih
besar. Wirausaha mempunyai ciri yang dominan, yakni rasa percaya diri dan
keahlian yang lebih baik dari pada teman sekerja ataupun atasannya. Wirausaha
memerlukan kebebasan untuk memilih dan bertindak menurut persepsinya tentang
tindakan yang akan membuahkan sukses.
Suryana (2003) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha ditentukan oleh
faktor-faktor berupa keahlian dan kemauan, memiliki tekad yang kuat dan kerja
keras, serta ketepatan dan peluang. Faktor-faktor penting dalam membangun awal
kesuksesan usaha yaitu: (1) Mempunyai visi jangka panjang, (2) merekrut orangorang terbaik dan megelolanya dengan baik, (3) Tetap fokus, (4) Inovasi, (5)
Membuat ekspektasi yang ralistis, (6) memiliki pemahaman pasar dan kompetisi
dengan jelas, (7) Jalankan bisnis dengan disiplin, (8) Mencari rekan yang tepat,
(9) Mengembangkan budaya sukses didalam orgnisasi, (10) Melakukan tinjauan
16
Universitas Sumatera Utara
bisnis dan market secara teratur, (11) Belajar dan terus belajar, (12) Siap akan
perubahan.
Sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana
usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah,
perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan
tersebut bertambah (Nasution, 2001).
2.7.
Usaha Distro
Distro singkatan dari distribution store adalah jenis toko di Indonesia yang
menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau
diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah
(IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan
muda. Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi
secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk dan hasil
kerajinan (Prastina, 2012).
Konsep distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu
band-band independen (Indie) di Bandung berusaha menjual merchandise mereka
seperti CD/kaset, t-shirt, dan sticker selain di tempat mereka melakukan
pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak
untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain
seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko-toko
kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini, industri distro sudah
berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki
kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di
Indonesia (Prastina, 2012).
17
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1
2
3
Penelitian
Judul Penelitian
dan tahun
peneliti
Widhiandono dan Hubungan
Miftahuddin
Kecerdasan Emosi
Dan Latar
Belakang Sosial
pada mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto (2011)
Ranova
Analisis Faktor –
Faktor
Kewirausahaan
Yang Mendorong
Keberhasilan
Usaha Baru (Studi
Kasus Pada
Surbakti
Gamestation dan
24 Hours
Gamestation)
(2009)
Firmansyah
Bachtiar
Hasil Penelitian
Kecerdasan emosi dan latar
belakang sosial memiliki
hubungan yang signifikan
terhadap kewirausahan
dikalangan mahasiswa
Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Faktor–faktor yang mendorong
keberhasilan usaha baru adalah
penerapan yang diikuti
pengimplementasian faktor dari
rencana usaha (business plan)
yaitu faktor teknis, faktor
pemasaran, faktor manajemen
serta rencana keuangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
faktor rencana pemasaran
merupakan faktor yang paling
dominan dalam mendorong
keberhasilan usaha baru.
dan Hubungan Antara Keberhasilan usaha berkaitan
Perilaku Inovatif
erat dengan
Wirausaha dengan • Sifat Kepribadian (49%),
Keberhasilan
seperti memiliki keinginan
Usaha Kecil
untuk malakukan pekerjaan
(2007)
dengan baik, memiliki
keinginan untuk berhasil dan
memiliki motivasi diri, percaya
diri, berpikir positif, memiliki
komitmen dan sabar.
• Keahlian berhubungan dengan
pelanggan (17%), yaitu jujur,
ramah, adil pada pelanggan,
pemasok, dan staf dan dengan
orang lain.
• Keahlian memahami
lingkungan bisnis (15%), yaitu
keahlian belajar dari pihak
18
Universitas Sumatera Utara
pesaing, ketertarikan pada
industri, bidang usaha,
pengalaman /pengetahuan
tentang produk dan jasa, serta
pemahaman persaingan.
• Orientasi ke masa depan dan
fleksibilitas (11%) yaitu,
berorientasi tujuan, kreatif, dan
kemauan mengambil resiko,
memiliki visi dan gambaran
mental masa depan.
• Kesadaran pribadi (4%) yaitu,
mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri, serta mampu
menerima kesalahan.
• Faktor lain (4%).
4
Ifham dan Helmi
Hubungan
Kecerdasan emosi berkorelasi
Kecerdasan Emosi positif dengan kewirausahaan
Dengan
pada mahasiswa. Variabel
Kewirausahaan
Kecerdasan Emosi memberikan
Pada Mahasiswa
sumbangan efektif pengaruh
(2002)
terhadap Variabel
Kewirausahaan pada Mahasiswa
sebesar 39,9%. Sumbangan
efektif masing-masing aspek
kecerdasan emosi terhadap
kewirausahaan pada mahasiswa
berdasarkan urutan terbesar
adalah aspek kebugaran emosi,
aspek kedalaman emosi, aspek
kesadaran emosi, dan aspek
alkimia emosi
5
Abrar
Faktor-faktor
Faktor-faktor kewirausahaan
Kewirausahaan
yang terdiri dari visi,
Yang
perencanaan, motivasi,
mempengaruhi
kreativitas, peluang, percaya
Keberhasilan
diri, berani mengambil resiko,
Usaha pada
adaptasi mempunyai pengaruh
Warung Internet
positif dan signifikan terhadap
Binjai Kota (2001) keberhasilan usaha sebesar
72,5%.
Sumber: Data Diolah, 2016
19
Universitas Sumatera Utara
2.9.
Kerangka Konseptual
Chandra (2001) berpendapat bahwa wirausaha yang memiliki kecerdasan
emosi yang optimal akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya.
Sosok semacam ini sangat diperlukan dalam membangun masyarakat wirausaha
Indonesia. Wirausaha yang memiliki kecerdasan emosi optimal akan tetap
menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang. Itulah sebabnya mengapa
wirausaha itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika
seseorang secara intelektual cerdas, kerap kali justru bukanlah seorang wirausaha
yang berhasil dalam dunia bisnis dan kehidupan pribadinya. Seorang wirausaha
harus yakin, bahwa di dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa mendatang,
kecerdasan emosi akan tetap lebih berperan.
Maka dengan memiliki kecerdasan emosi yang optimal, seseorang akan
lebih bisa mentransformasikan situasi sulit dan bahkan menjadi semakin peka
akan adanya peluang wirausaha dalam situasi apapun. Kalau seseorang memiliki
kecerdasan emosi yang optimal, maka seseorang tersebut akan mampu mengatasi
berbagai konflik sehingga mampu membawa keberhasilan bagi usaha yang
dipimpinnya
Menurut Kanz (2003), keahlian manajerial berupa keahlian konseptual,
teknis, dan manusiawi. Keahlian konseptual berkenaan dengan keahlian dalam
membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan yang penting dalam
mencapai tujuan, rician dari keahlian unsur pimpinan. Keahlian teknis
bersinggungan dengan keahlian yang berhubungan dengan pengetahuan yang
berupa penggunaan metode teknik dan peralatan yang digunakan dalam tugas
tertentu yang diperoleh dari pengalaman pendidikan, pelatihan, ataupun yang
20
Universitas Sumatera Utara
didapat semasa memimpin dan menjalani usaha. Keahlian manusiawi berkenaan
dengan keahlian pemimpin dalam melakukan kerja sama dengan orang lain,
keahlian dalam mengorganisasikan elemen–elemen bisnis, baik dalam lingkungan
(internal) hubungan dengan pekerja, dan staf administrasi, maupun diluar
(eksternal).
Menurut
Nasution
(2001),
sebuah
perusahaan
dikatakan
meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Dengan
kecerdasan
emosional,
wirausaha
akan
lebih
mampu
mentransformasikan situasi sulit dan menjadi semakin peka akan peluang usaha
dalam situasi apapun dan dengan didukung oleh keahlian manajerial, wirausaha
mampu membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan yang penting dalam
mencapai tujuan, rician dari keahlian unsur pimpinan baik yang diperoleh dari
pengalaman pendidikan, pelatihan, ataupun yang didapat semasa memimpin dan
menjalani usaha, serta mampu mengatasi berbagai konflik sehingga mampu
membawa keberhasilan bagi usaha yang dipimpinnya.
Kecerdasan Emosional
Keberhasilan Usaha
Keahlian Manajerial
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual
21
Universitas Sumatera Utara
2.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya
melalui penelitian. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis pada
dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam
perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih
dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006). Hipotesis penelitian ini yaitu
kecerdasan emosional dan keahlian manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan usaha distro di kawasan Jalan Dr. Mansyur Medan.
22
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneur berasal
dari bahasa Perancis, yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko,
kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan
pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
Drucker
(1985)
dalam
bukunya
yang
berjudul
Innovation
and
Entrepreneurship mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, keahlian, sikap,
perilaku individu dalam menangani usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk memperoleh keuntungan
diperlukan kreativitas dan penemuan hal-hal baru. Kewirausahaan adalah proses
yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah produk yang
bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausaha.
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif
dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya
meningkatkan pendapatan didalam kegiatan usahanya (Sulipan, 2007).
Suryana dan Bayu dalam Malini (2015) menjelaskan bahwa wirausaha
ialah orang yang mempunyai keahlian menjalankan usaha secara mandiri dan
8
Universitas Sumatera Utara
berwirausaha berarti melakukan kegiatan dengan menciptakan dan menjalankan
usaha mandiri.
2.2.
Ciri-ciri Tingkah Laku, Karakteristik, dan Sifat Seorang Wirausaha
Suhadi (1985) dalam bukunya Wiraswasta Sampah Satu Alternatif
Ekonomi Yang Perlu Dijajaki mengemukakan karakteristik wirausaha ialah
percaya pada keahlian diri sendiri, mampu menghadapi persoalan dengan baik,
berpandangan luas jauh ke depan, mempunyai keuletan mental, lincah dalam
berusaha, berupaya mengembangkan sayap, berani mengambil resiko, berguru
kepada pengalaman.
Pada penulisan ini, penulis menggunakan ciri perilaku yang merupakan
aspek kewirausahaan yang dikemukakan oleh Drucker (1985), yaitu:
a. Mampu mengindera peluang usaha, yakni keahlian melihat dan
memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan
menuju masa depan yang lebih baik.
b. Memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan
lingkungannya, yakni berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan
berhasil.
c. Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang
lain, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.
d. Memiliki inisiatif, kreatif, dan inovatif, yaitu mempunyai prakarsa untuk
menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu atau jumlahnya,
agar mampu bersaing.
e. Mampu bekerja keras, yaitu bekerja penuh energik, tekun, tabah
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus asa.
9
Universitas Sumatera Utara
f. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi ke
masa depan dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat terjadi sehingga
langkah yang diambil sudah dapat diperhitungkan.
g. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan, yaitu suka pada tantangan
dan berani mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi yang tidak
menentu. Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.
h. Tanggap terhadap saran dan kritik, yaitu peduli dan peka terhadap kritik
sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik.
2.3.
Kecerdasan Emosional
Patton (1998) dalam bukunya yang berjudul “(EQ) Kecerdasan Emosional
Di Tempat Kerja” memberi definisi mengenai kecerdasan emosi adalah keahlian
untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun
hubungan produktif, dan meraih keberhasilan. Goleman (2009) juga menyatakan
bahwa kecerdasan emosi bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual, namun
keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa
kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai
kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan
masyarakat.
Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
keahlian lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur
suasana hati.
10
Universitas Sumatera Utara
Menurut Goleman (2009), ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional, faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut ini penjelasan masing-masing faktor:
1. Faktor internal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam
individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang, otak
emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik,
lobus prefrontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional.
2. Faktor eksternal dimaksudkan sebagai faktor yang datang dari luar individu
dan mempengaruhi individu untuk atau mengubah sikap. Pengaruh luar yang
bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu
mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung
yaitu melalui perantara
misalnya media massa baik cetak maupun
elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Menurut Iskandar (2009) dimensi kecerdasan emosi terdiri dari:
1. Intrapersonal merupakan harga diri, yang merupakan keahlian untuk dapat
menghargai dan menerima sifat dasar pribadi yang pada dasarnya baik. Aspek
lain penyusun intrapersonal ialah berfikir jernih dalam keadaan tertekan,
dipengaruhi perasaan akan sukses daripada takut gagal, dan merasa percaya
diri dalam menggeluarkan gagasan baru.
11
Universitas Sumatera Utara
2. Interpersonal mencakup empati yang merupakan keahlian memahami,
mengerti, serta menghargai perasaan orang lain. Menjadi pendengar yang
baik, menghargai kemajuan, beranggung jawab, mudah berelasi, dan mampu
untuk menjadi seorang pemimpin
3. Penyesuaian diri mencakup pengujian realita yang merupakan keahlian untuk
menghubungkan antara pengalaman dan kondisi secara objektif. Mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau orang baru, mengatasi
kekurangan bersama, pelopor perubahan, mampu beradaptasi, dan peduli
terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas aspek-aspek kecerdasan emosional adalah
keahlian intrapersonal (mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi dan
memotivasi diri sendiri), keahlian interpersonal (mengenali emosi orang lain dan
membina hubungan), penyesuaian diri (realistis, fleksibel, pengendalian diri dan
pemecahan masalah) (Iskandar, 2009).
2.4.
Keahlian Manajerial
Keahlian manajerial diartikan sebagai segala potensi dan keahlian yang
digunakan pemimpin dalam bekerja dengan dan melalui orang lain. Menurut
Kanz (2003) keahlian manajerial meliputi:
a. Keahlian Konseptual
Keahlian yang mengalami kompleksitas organisasi dan penyesuian
terhadap bidang gerak unit kerja masing-masing kedalam pelaksanaan pekerjaan
secara menyeruluh. Keahlian ini memungkinkan seseorang bertindak sesuai
dengan tujuan organisasi secara menyeluruh, dan hanya atas dasar tujuan dan
keputusan kelompok sendiri. Keahlian ini berkenaan dengan keahlian dalam
12
Universitas Sumatera Utara
membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan yang penting dalam
mencapai tujuan, rician dari keahlian unsur pimpinan dalam keahlian manajerial,
meliputi antara lain: (1) mengidentifikasi karakteristik anggota; (2) mengukur
keahlian pekerja; (3) menetapkan prioritas; (4) menganalisis lingkungan usaha;
(5) mendesain alternatif contingency; (6) memonitor atau mengontrol aktivitas.
Untuk dapat menerapkan ini pemimpin ditutut memiliki pemahaman utuh (secara
totalitas) terhadap organisasinya. agar dapat mencapai tujuan.
Untuk dapat menerapkan keahlian ini pemimpin dituntut memiliki
pemahaman utuh (secara totalitas) terhadap organisasinya tujuannya agar dapat
bertindak sesuai dengan tujuan organisasi secara menyeluruh berdasar tujuan dan
kebutuhan kelompoknya. Berdasarkan dengan konsep ini dalam organisasi
perusahaan dapat dilihat bahwa keterampilanan konseptual adalah keahlian yang
dimiliki oleh manajer untuk melihat lingkungan dan program perusahaan sebagai
suatu kesatuan, keahlian menjalankan secara efektif setiap komponen perusahaan,
program perusahaan sebagai suatu sistem pengembangan dan berfungsi
mengorganisasi manusia.
b. Keahlian teknis
Keahlian teknis
ini
akan bersinggungan
dengan keahlian
yang
berhubungan dengan pengetahuan yang berupa penggunaan metode teknik dan
peralatan yang digunakan dalam tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman
pendidikan, pelatihan, ataupun yang didapat semasa memimpin dan menjalani
usaha.
Keahlian ini juga berkaitan dengan pengetahuan khusus yang dipelukan
untuk mengimformasikan fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan
13
Universitas Sumatera Utara
dengan posisi sebagai supervisor. Dalam prakteknya keterlibatan seorang
pemimpin dalam setiap bentuk ”technical skill” disesuaikan dengan status
tingkatan pimpinan itu sendiri. Intinya, keahlian ini merupakan kompetensi
spesifik untuk melaksanakan tugas atau keahlian menggunakan teknik-teknik,
alat-alat, prosedur-prosedur, metode-metode dan peengetahui tentang lapangan
lapangan yang secara benar dan tepat dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan berdasarkan pada keahlian ini, atara lain meliputi
menerapkan kriteria operasional standar penjualan, menerapkan kriteria prosedur
operasional standar, menganalisis data observasi pasar, menemukan visi dan misi,
mengembangkan kreatifitas produk dan prosedur penjualan dan pemasaran,
mengklasifikasikan tugas pekerja, mendemontrasikan keterampilan.
c. Keahlian Hubungan Manusiawi
Keahlian ini berkenaan dengan keahlian manajer atau pemimpin organisasi
dalam
melakukan
kerja
sama
dengan
orang
lain,
keahlian
dalam
mengorganisasikan elemen–elemen bisnis, baik dalam lingkungan (internal)
hubungan dengan pekerja, dan staf administrasi, maupun diluar (eksternal) seperti
cara berkomunikasi dengan pelanggan, investor, kalangan pengusaha yang dapat
dikatakan sebagai inti dari keahlian dari pimpinan dalam mengelola usaha.
Jika dirinci, keahlian hubungan kemanusiaan yang harus dimiliki
pemimpin usaha dalam perannya adalah merespon perbedaan individual,
mendiagnosa kelebihan atau potensi individu, mengklasifikasi nilai, variasi
persepsi, menentukan komitmet pekerjaan, memimpin diskusi, mendengar,
14
Universitas Sumatera Utara
memimpin intraksi secara koperatif, memecahkan konflik, merangkul sikap
kebersamaan dan memberi contoh yang baik.
Dari sekian aspek keahlian tersebut diatas, maka dapat dipandang bahwa
aspek penting lain dari keahlian manusiawi, terletak pada keahlian manajerial
personel. Keahlian ini berkenaann dengan keahlian membuat keputusan dan
melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan, keahlian personal
dapat juga dikatakan keahlian bekerjasama, memahami dan memotivasi orang lain
baik secara perorangan.
2.5.
Keberhasilan Usaha
Menurut
Nasution
(2001),
sebuah
perusahaan
dikatakan
meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Ranto (2007) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan
seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya,
karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai
tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk,
mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk,
tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran
suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai
berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai
dengan bergelimang fasilitas.
Menurut Hutagalung (2008), sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara
instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses
15
Universitas Sumatera Utara
sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang,
harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari
kesemuanya.
2.6.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Beberapa diantara perusahaan mampu bertahan dan bahkan berkembang
tetapi sebagian besar mengalami kegagalan. Alasan perusahaan yang bermula
dengan keberhasilan bukan karena pendirinya mempunyai modal besar pada saat
memulai usaha, penyebab susksesnya suatu perusahaan karena dikelola oleh
wirausaha yang mengetahui apa yang harus dikerjakan.
Wirausaha pada umumnya percaya bahwa mampu bekerja lebih baik dari
pada orang lain dan akan berusaha keras dengan tanggung jawab penuh. Sekali
tujuan tercapai, mereka akan segera menggantikannya dengan tujuan yang lebih
besar. Wirausaha mempunyai ciri yang dominan, yakni rasa percaya diri dan
keahlian yang lebih baik dari pada teman sekerja ataupun atasannya. Wirausaha
memerlukan kebebasan untuk memilih dan bertindak menurut persepsinya tentang
tindakan yang akan membuahkan sukses.
Suryana (2003) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha ditentukan oleh
faktor-faktor berupa keahlian dan kemauan, memiliki tekad yang kuat dan kerja
keras, serta ketepatan dan peluang. Faktor-faktor penting dalam membangun awal
kesuksesan usaha yaitu: (1) Mempunyai visi jangka panjang, (2) merekrut orangorang terbaik dan megelolanya dengan baik, (3) Tetap fokus, (4) Inovasi, (5)
Membuat ekspektasi yang ralistis, (6) memiliki pemahaman pasar dan kompetisi
dengan jelas, (7) Jalankan bisnis dengan disiplin, (8) Mencari rekan yang tepat,
(9) Mengembangkan budaya sukses didalam orgnisasi, (10) Melakukan tinjauan
16
Universitas Sumatera Utara
bisnis dan market secara teratur, (11) Belajar dan terus belajar, (12) Siap akan
perubahan.
Sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana
usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah,
perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan
tersebut bertambah (Nasution, 2001).
2.7.
Usaha Distro
Distro singkatan dari distribution store adalah jenis toko di Indonesia yang
menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau
diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah
(IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan
muda. Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi
secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk dan hasil
kerajinan (Prastina, 2012).
Konsep distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu
band-band independen (Indie) di Bandung berusaha menjual merchandise mereka
seperti CD/kaset, t-shirt, dan sticker selain di tempat mereka melakukan
pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak
untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain
seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko-toko
kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini, industri distro sudah
berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki
kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di
Indonesia (Prastina, 2012).
17
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1
2
3
Penelitian
Judul Penelitian
dan tahun
peneliti
Widhiandono dan Hubungan
Miftahuddin
Kecerdasan Emosi
Dan Latar
Belakang Sosial
pada mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto (2011)
Ranova
Analisis Faktor –
Faktor
Kewirausahaan
Yang Mendorong
Keberhasilan
Usaha Baru (Studi
Kasus Pada
Surbakti
Gamestation dan
24 Hours
Gamestation)
(2009)
Firmansyah
Bachtiar
Hasil Penelitian
Kecerdasan emosi dan latar
belakang sosial memiliki
hubungan yang signifikan
terhadap kewirausahan
dikalangan mahasiswa
Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Faktor–faktor yang mendorong
keberhasilan usaha baru adalah
penerapan yang diikuti
pengimplementasian faktor dari
rencana usaha (business plan)
yaitu faktor teknis, faktor
pemasaran, faktor manajemen
serta rencana keuangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
faktor rencana pemasaran
merupakan faktor yang paling
dominan dalam mendorong
keberhasilan usaha baru.
dan Hubungan Antara Keberhasilan usaha berkaitan
Perilaku Inovatif
erat dengan
Wirausaha dengan • Sifat Kepribadian (49%),
Keberhasilan
seperti memiliki keinginan
Usaha Kecil
untuk malakukan pekerjaan
(2007)
dengan baik, memiliki
keinginan untuk berhasil dan
memiliki motivasi diri, percaya
diri, berpikir positif, memiliki
komitmen dan sabar.
• Keahlian berhubungan dengan
pelanggan (17%), yaitu jujur,
ramah, adil pada pelanggan,
pemasok, dan staf dan dengan
orang lain.
• Keahlian memahami
lingkungan bisnis (15%), yaitu
keahlian belajar dari pihak
18
Universitas Sumatera Utara
pesaing, ketertarikan pada
industri, bidang usaha,
pengalaman /pengetahuan
tentang produk dan jasa, serta
pemahaman persaingan.
• Orientasi ke masa depan dan
fleksibilitas (11%) yaitu,
berorientasi tujuan, kreatif, dan
kemauan mengambil resiko,
memiliki visi dan gambaran
mental masa depan.
• Kesadaran pribadi (4%) yaitu,
mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri, serta mampu
menerima kesalahan.
• Faktor lain (4%).
4
Ifham dan Helmi
Hubungan
Kecerdasan emosi berkorelasi
Kecerdasan Emosi positif dengan kewirausahaan
Dengan
pada mahasiswa. Variabel
Kewirausahaan
Kecerdasan Emosi memberikan
Pada Mahasiswa
sumbangan efektif pengaruh
(2002)
terhadap Variabel
Kewirausahaan pada Mahasiswa
sebesar 39,9%. Sumbangan
efektif masing-masing aspek
kecerdasan emosi terhadap
kewirausahaan pada mahasiswa
berdasarkan urutan terbesar
adalah aspek kebugaran emosi,
aspek kedalaman emosi, aspek
kesadaran emosi, dan aspek
alkimia emosi
5
Abrar
Faktor-faktor
Faktor-faktor kewirausahaan
Kewirausahaan
yang terdiri dari visi,
Yang
perencanaan, motivasi,
mempengaruhi
kreativitas, peluang, percaya
Keberhasilan
diri, berani mengambil resiko,
Usaha pada
adaptasi mempunyai pengaruh
Warung Internet
positif dan signifikan terhadap
Binjai Kota (2001) keberhasilan usaha sebesar
72,5%.
Sumber: Data Diolah, 2016
19
Universitas Sumatera Utara
2.9.
Kerangka Konseptual
Chandra (2001) berpendapat bahwa wirausaha yang memiliki kecerdasan
emosi yang optimal akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya.
Sosok semacam ini sangat diperlukan dalam membangun masyarakat wirausaha
Indonesia. Wirausaha yang memiliki kecerdasan emosi optimal akan tetap
menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang. Itulah sebabnya mengapa
wirausaha itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika
seseorang secara intelektual cerdas, kerap kali justru bukanlah seorang wirausaha
yang berhasil dalam dunia bisnis dan kehidupan pribadinya. Seorang wirausaha
harus yakin, bahwa di dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa mendatang,
kecerdasan emosi akan tetap lebih berperan.
Maka dengan memiliki kecerdasan emosi yang optimal, seseorang akan
lebih bisa mentransformasikan situasi sulit dan bahkan menjadi semakin peka
akan adanya peluang wirausaha dalam situasi apapun. Kalau seseorang memiliki
kecerdasan emosi yang optimal, maka seseorang tersebut akan mampu mengatasi
berbagai konflik sehingga mampu membawa keberhasilan bagi usaha yang
dipimpinnya
Menurut Kanz (2003), keahlian manajerial berupa keahlian konseptual,
teknis, dan manusiawi. Keahlian konseptual berkenaan dengan keahlian dalam
membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan yang penting dalam
mencapai tujuan, rician dari keahlian unsur pimpinan. Keahlian teknis
bersinggungan dengan keahlian yang berhubungan dengan pengetahuan yang
berupa penggunaan metode teknik dan peralatan yang digunakan dalam tugas
tertentu yang diperoleh dari pengalaman pendidikan, pelatihan, ataupun yang
20
Universitas Sumatera Utara
didapat semasa memimpin dan menjalani usaha. Keahlian manusiawi berkenaan
dengan keahlian pemimpin dalam melakukan kerja sama dengan orang lain,
keahlian dalam mengorganisasikan elemen–elemen bisnis, baik dalam lingkungan
(internal) hubungan dengan pekerja, dan staf administrasi, maupun diluar
(eksternal).
Menurut
Nasution
(2001),
sebuah
perusahaan
dikatakan
meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Dengan
kecerdasan
emosional,
wirausaha
akan
lebih
mampu
mentransformasikan situasi sulit dan menjadi semakin peka akan peluang usaha
dalam situasi apapun dan dengan didukung oleh keahlian manajerial, wirausaha
mampu membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan yang penting dalam
mencapai tujuan, rician dari keahlian unsur pimpinan baik yang diperoleh dari
pengalaman pendidikan, pelatihan, ataupun yang didapat semasa memimpin dan
menjalani usaha, serta mampu mengatasi berbagai konflik sehingga mampu
membawa keberhasilan bagi usaha yang dipimpinnya.
Kecerdasan Emosional
Keberhasilan Usaha
Keahlian Manajerial
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual
21
Universitas Sumatera Utara
2.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya
melalui penelitian. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis pada
dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam
perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih
dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006). Hipotesis penelitian ini yaitu
kecerdasan emosional dan keahlian manajerial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keberhasilan usaha distro di kawasan Jalan Dr. Mansyur Medan.
22
Universitas Sumatera Utara