Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan tuntutan hidup serba cepat terutama

di negara maju dan kota-kota besar membawa perubahan pada pola hidup individu.
Perubahan tersebut membawa pada perubahan pola makan dan pola penyakit yang
ada, terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Pola
makan dengan konsumsi tinggi lemak, tinggi protein, tinggi garam tetapi rendah serat
membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif yang salah
satunya adalah hipertensi.
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah secara tidak wajar dan
terus-menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa faktor yang berperan
mempertahankan tekanan darah tetap normal (Jain Ritu, 2011). Pada umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Hipertensi
ditemukan sebanyak 60-70% pada populasi berusia di atas 65 tahun. Lansia yang
berumur di atas 80 tahun sering mengalami hipertensi persisten, dengan tekanan
sistolik menetap di atas 160 mmHg. Jenis hipertensi yang khas sering ditemukan pada
lansia adalah isolated systolic hypertension (ISH), di mana tekanan sistoliknya saja

yang tinggi ≥140 mmHg namun tekanan diastolik tetap normal < 90 mmHg (JNC
VII, 2003).
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), terdapat
600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap

1
Universitas Sumatera Utara

2

tahunnya (Rahajeng dan Tuminah). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 %
atau 1 dari 3 orang dewasa mengalami hipertensi, sebanyak 76,1% tidak mengetahui
dirinya mengidap hipertensi. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat,
dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi (Depkes, 2013).
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 menunjukan bahwa
hipertensi essensial dengan jumlah penderita sebesar 159.946 dengan 36.677 pada
pasien rawat inap dan 123.269 pada pasien

rawat jalan (Depkes, 2009). Dan


mengalami penurunan pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa hipertensi esensial
(primer) dengan jumlah kasus 100.489 dengan 19.874 pada pasien rawat inap dan
80.615 pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 (Depkes, 2010).
Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2010 (rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan atau
RL2B), 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit
rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tinggi adalah
hipertensi esensial (Depkes, 2013).
Hasil Riskesdas 2007 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera
Utara yaitu sebesar 26,3% (Depkes, 2007). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013
prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar 24,7%. Dan prevalensi hipertensi
berdasarkan umur untuk usia 55-64 tahun sebesar 45,9%, 65-74 tahun sebesar 57,6%
sedangkan untuk usia lebih dari 75 tahun memiliki resiko sebesar 63,8%. (Depkes,
2013).

Universitas Sumatera Utara

3


Berkembangnya hipertensi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain,
kelebihan berat badan, kurang berolahraga, mengkonsumsi makanan yang berkadar
garam tinggi, kurang mengkonsumsi buah dan sayuran segar, dan terlalu banyak
minum alkohol (Palmer, 2005).
Dalam kenyataannya, konsumsi garam masyarakat Indonesia masih terbilang
tinggi, yaitu tiga kali lebih besar dari angka anjuran maksimal 6 gram perhari. Itulah
salah satu penyebab angka hipertensi di Indonesia meningkat setiap tahunnya
(Khasanah, 2012). Menurut muchtady dalam Siagian (1999), konsumsi garam yang
tinggi dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan ion-ion dalam cairan tubuh.
Dalam menjaga proses keseimbangan ion-ion dalam cairan tubuh, perbandingan
antara kalium dan natrium harus 1:1 untuk mencegah terjadinya hipertensi.
Hasil Penelitian Mulyati dkk (2011), menunjukan mengkonsumsi Natrium
dalam jumlah yang tinggi adalah 5,6 kali lebih besar terkena hipertensi dibandingkan
dengan yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang rendah. Natrium memiliki
hubungan yang sebanding dengan timbulnya hipertensi. Semakin banyak jumlah
natrium di dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan volume plasma, curah jantung
dan tekanan darah. Meskipun demikian, reaksi seseorang terhadap jumlah natrium di
dalam tubuh berbeda-beda.
Hasil penelitian Mamoto dkk (2013), terdapat hubungan yang bermakna
antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas uji

hubungan ini menunjukan OR sebesar 4,063, ini berarti bahwa responden yang
mengkonsumsi asupan natrium lebih memiliki peluang 4,063 kali lebih besar

Universitas Sumatera Utara

4

menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi natrium
cukup.
Hasil penelitian Arif dkk (2013), menunjukkan bahwa kebiasaan asupan
garam berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pusling Desa Klumpit
UPT uskesmas Gribig tahun 2013, karena semakin sering mengkonsumsi garam
maka akan semakin beresiko untuk mengalami hipertensi.
Oleh sebab itu, penanganan yang tepat untuk mencegah terjadianya hipertensi
pada lansia adalah dengan pola hidup sehat dan pola makan sehat salah satunya
dengan mengurangi asupan natrium pada lansia (Tilong, 2014).
UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut merupakan panti jompo milik pemerintah
yang ada di Sumatera Utara. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini terletak di daerah
Binjai. Jumlah lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia sebanyak 180 orang.
Sedangkan untuk penderita hipertensi sebanyak 53 orang.

Penyelenggaraan makanan di UPT Pelayanan Lanjut Usia menggunakan pola
menu tujuh hari yang tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan konsumsi
gizi lansia. Sampai saat ini UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Panti Werdha) masih
melakukan pengaturan makanan yang bersifat umum dengan memberikan
penggunaan garam yang sama untuk semua lanjut usia. Dalam proses pemasakan
makanan petugas dapur menggunakan garam sebanyak 1½ bungkus perharinya ( 400
gram). Dari hasil wawancara terhadap 25 lansia 18 diantaranya sering menambahkan
garam sendiri ke dalam makananya dan beberapa lansia juga mengkonsumsi makanan
dari luar panti. Mengkonsumsi makanan yang tinggi natrium dapat meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

5

tekanan darah. Natrium yang masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap ke dalam
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kadar natrium dalam darah meningkat.
Natrium mempunyai sifat menahan air, sehingga menyebabkan volume darah
menjadi naik. Mengkonsumsi natrium secara terus-menerus dapat menyebabkan
hipertensi hingga komplikasi seperti stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal dan
angina.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai”.
1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi
pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.


Mengetahui kejadian hipertensi lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai.

2.

Mengetahui asupan natrium lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai tahun 2014

Universitas Sumatera Utara

6

3.

Menganalisis hubungan karakteristik lansia (umur dan jenis kelamin) dengan
kejadian hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2014.

1.4.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan mengenai hubungan asupan
natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Binjai.
2. Sebagai informasi bagi lanjut usia mengenai pentingnya menjaga pola
konsumsi makananya salah satunya membatasi makanan yang tinggi natrium
sehingga terhindar dari penyakit hipertensi.

Universitas Sumatera Utara