Go Samba di SDN 21 Ampenan

Go Samba di SDN 21 Ampenan
Oleh: Samsul Fahrozi, S.Pd
Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan pemerintah melalui program 15 menit
membaca telah diterapkan di SD Negeri 21 Ampenan melalui sebuah program
yang diberi nama “Go Samba”. Go Samba adalah akronim dari Gerakan Ayo
Bersama-sama Membaca. Kenapa sekolah memilih nama ini?
Sekolah memandang bahwa arti dari gerakan itu adalah adanya sebuah keteraturan
dalam melaksanakan suatu kegiatan. Perlu ada keterlibatan publik di dalamnya
sebagai salah satu unsur yang harus ada. Gerakan literasi sekolah yang dibangun
harus dapat memotivasi warga sekolah pada umumnya dan siswa pada khususnya.
Sehingga pada akhirnya nanti, akan tumbuh minat baca siswa karena didukung
oleh sebuah gerakan literasi sekolah yang sistematis. Maka inilah alasan Go
Samba diluncurkan di SDN 21 Ampenan sebagai bentuk upaya menyukseskan
program nasional Gerakan Literasi Sekolah.
Dalam menerapkan Go Samba, sekolah mengoptimalkan peran perpustakaan
sebagai gudang ilmu pengetahuan. Perpustakaan kami namakan Perpustakaan
“Laskar Pesisir” karena sekolah kami memang berada di daerah pesisir.
Laskar Pesisir memiliki sekitar 3.000 koleksi buku dengan 1.000 judul. Dalam
mengelola perpustakaan, kami menggunakan sistem komputerisasi untuk
memudahkan proses transaksi peminjaman maupun pengembalian buku. Setiap
guru dan siswa memiliki kartu perpustakaan.

Dalam menunjang program 15 menit membaca, setiap hari siswa bisa meminjam
buku di perpustakaan menggunakan kartu masing-masing. Setiap siswa dapat
meminjam buku selama 3 hari. Jika buku belum selesai dibaca, mereka bisa
memperpanjang masa peminjaman setelah 3 hari. Melalui kegiatan ini, siswa
dilatih untuk tertib dalam mengantre. Sebab setiap akan meminjam buku, siswa
harus mengantre lebih dulu. Setelah meminjam buku, mereka dapat membaca
buku di teras kelas atau dalam kelas sebelum mulai belajar atau ketika keluar
bermain.
Masalah teknis pelaksanaan 15 menit membaca diserahkan pada hasil
musyawarah kelas. Dengan cara seperti ini, siswa dibiasakan untuk menyelesaikan
masalah melalui musyawarah. Pada akhirnya siswa merasa bahwa kegiatan 15
menit membaca bukan perintah guru melainkan kesepakatan bersama.
Setiap selesai membaca satu buku, setiap siswa mengisi kartu baca laskar. Kartu
baca ini khusus untuk siswa kelas tinggi. Pada kartu ini berisi judul buku yang
dibaca, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan ringkasan isi buku yang diingat
siswa. Kartu baca ini harus ditandatangani oleh orang tua agar mereka juga
mengetahui buku yang dibaca oleh anaknya.
Selain mengisi kartu baca laskar, siswa bergiliran secara berkala maju ke depan
kelas menyampaikan isi buku yang dibaca dengan bimbingan guru. Melalui


kegiatan ini, guru dapat menyisipkan pesan-pesan moral untuk menumbuhkan
budi pekerti dan akhlak mulia siswa. Sementara untuk siswa kelas rendah,
kegiatan literasi diisi guru dengan membacakan cerita. Siswa yang sudah lancar
membaca bisa membaca buku sendiri.
Ada sesuatu yang unik dalam pelaksanaan kegiatan literasi di SDN 21 Ampenan.
Tiap siswa yang meminjam buku perpustakaan mendapat satu kupon undian.
Kupon ini diundi 2 kali dalam sebulan. Tujuh orang siswa yang beruntung
mendapat hadiah menarik dari Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas (DASI) Nusa
Tenggara Barat.
DASI NTB adalah lembaga zakat yang aktif bekerja sama dalam menyukseskan
berbagai macam program sekolah termasuk Gerakan Literasi Sekolah. Sebelum
menerima hadiah, siswa yang beruntung harus membacakan kartu baca laskar
yang berisi buku-buku yang sudah dibaca siswa. Dengan cara seperti ini,
diharapkan siswa semakin termotivasi untuk membaca buku.
Karena kegiatan literasi sekolah ini adalah gerakan, maka publik juga dilibatkan.
Selain DASI NTB, sekolah bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah Kota
Mataram. Untuk menambah koleksi buku di perpustakaan, sekolah menggandeng
toko buku Gramedia dan Rumah Baca melalui Program Berbagi Sejuta Buku. Ke
depan, sekolah akan terus mencari peluang-peluang untuk menyukseskan gerakan
literasi sekolah ini, termasuk melaksanakan lomba literasi pada akhir semester.

Ini semua adalah bentuk usaha sekolah dalam menciptakan ekosistem sekolah
yang kondusif untuk kegiatan literasi. Dengan demikian, keberlanjutan kegiatan
literasi akan terwujud sebagaimana prinsip literasi sekolah yang tertuang dalam
Buku Saku GLS. Video lengkap pelaksanaan kegiatan literasi sekolah di SDN 21
Ampenan dapat diakses melalui laman www.sdnduasatuampenan.blogspot.com.

Samsul Fahrozi, S.Pd. Guru di SD Negeri 21 Ampenan, Mataram,

Nusa Tenggara Barat. Lahir di Lombok Tengah, 4 Agustus 1987.
Laman: www.rozibebie.blogsppot.com. E-mail:
fahrozi@guruinovatif.net/ samsulfahrozi.ut@gmail.com. Facebook:
Rozi Bebie.
SDN 21 Ampenan. Blog:www.sdnduasatuampenan.blogspot.com.
E-mail: sdnduasatuampenan@gmail.com. Facebook: sdnduasatu ampenan.

Perpustakaan Laskar Pesisir berbasis teknologi informasi

Membaca di teras 

Membaca di dalam kelas 


Antre meminjam buku 

Pembagian hadiah membaca