T FIS 1402411 Chapter3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang
dikenal dengan Reseaerch and Development (R&D) menurut Borg dan Gall.
Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus
ditempuh dalam pendekatan ini, yaitu “research and information collecting,
planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main
product revision, main field testing, operational product revision, operational
field testing, final product revision, and dissemination and implementation”.
1. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara
lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan
persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;
2. Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan
keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang
akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/ diperlukan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku
petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung;
4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam
skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12 subjek. Pada
langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi atau angket;
5. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat
mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draf produk
(model) utama yang siap diujicoba lebih luas;
6. Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa.
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/ penyempurnaan
terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan
sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;
8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan;
9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model
yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
10. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan.
Namun, pada penelitian ini hanya dibatasi pada tahap 1-5. Pembatasan ini
didasarkan pada waktu dan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
B. Populasi dan Sampel
Populasi siswa kelas X di salah satu MA (Madrasah Aliyah) Negeri di
Kabupaten Cirebon adalah 138 siswa yang terdiri dari empat kelas. Adapun
yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 70 siswa, yang terdiri
dari 36 siswa pada kelas eksperimen dan 34 siswa pada kelas kontrol. Sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Pertimbangan yang digunakan untuk
pemilihan sampel adalah kemampuan fisika siswa yang dilihat dari rata-rata
nilai ujian tengah semester siswa. Kelas yang terpilih memiliki rata-rata
kemampuan fisika yang hampir sama dibandingkan kedua kelas lainnya.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Tahap 1: Research and information collecting
Pada tahap 1 penelitian ini dilakukan dua kegiatan yaitu kajian literatur dan
studi lapangan.
63
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kajian literatur bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi kemampuan yang
harus dimiliki siswa berdasarkan kurikulum dan literatur, dalam hal ini
keterampilan berpikir kritis, dan 2) Mengkaji upaya-upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran fisika.
b. Melakukan studi lapangan ke beberapa SMA/ MA di Kabupaten Cirebon
untuk menggali informasi terkait pembelajaran fisika, kemampuan
siswa,
dan
perangkat
pembelajaran
yang
digunakan
selama
pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Melakukan
observasi dan wawancara dengan guru dan siswa, 2) Mengkaji perangkat
pembelajaran yang digunakan, 3) Mengkaji kemampuan berpikir siswa.
2. Tahap 2: Planning
Tahap kedua pada penelitian ini terdiri dari kegiatan menganalisis
kurikulum, melalui pemilihan kompetensi dasar yang akan dicapai pada
penelitian ini. Pada tahap ini juga ditentukan framework keterampilan
berpikir kritis yang digunakan serta jenis worksheet yang dikembangkan.
3. Tahap 3: Develop preliminary form of product
Tahap pengembangan produk ini menggunakan metode yang diadaptasi
dari Metode Representational Approach Learning to Write (Sinaga,
Suhandi, dan Liliasari, 2014). Alur pengembangan dapat dilihat pada
Gambar 3.1. Metode Representational Approach Learning to Write diawali
dengan membuat deskripsi/ outline materi ajar. Setelah itu peneliti
membuat peta konsep untuk mengetahui kedalaman dan keluasan dari
materi ajar. Outline dan peta konsep ini divalidasi kepada ahli. Peta konsep
kemudian dikembangkan menjadi materi ajar yang dikembangkan dengan
menggunakan multimodus representasi.
Jenis-jenis modus representasi yang digunakan berupa teks, persamaan
matematika, gambar, diagram, dan lainnya. Pemilihan modus representasi
yang digunakan tergantung pada sifat dari informasi yang akan diwakili.
Penekanan khusus tahap ini adalah dalam menentukan modus representasi
yang paling tepat untuk menjelaskan konsep. Pada tahap ini, peneliti
64
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendiskusikan representasi dari konsep menggunakan modus representasi
tertentu, memastikan apakah informasi dari konsep tersebut telah
sepenuhnya dapat dijelaskan atau tidak. Pada tahap ini, peneliti
menunjukkan bahwa setiap modus representasi memiliki keterbatasan
sehingga dibutuhkan penjelasan untuk melengkapinya.
Setelah itu, materi ajar dibuat dalam bentuk multi representasi. Multi
representasi
merupakan
penjelasan
konsep
yang
sama
dengan
menggunakan berbagai jenis modus representasi yang berbeda. Beberapa
representasi berkaitan dengan kapasitas ilmu komunikasi lisan atau tertulis
dalam menggambarkan konsep yang sama atau proses menggunakan
modus yang berbeda dari representasi. Tujuan tahap ini yaitu untuk
mengakomodasi kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika
yang diajarkan baik secara lisan maupun tertulis. Pembuatan multi
representasi ini untuk mengimbangi kelemahan modus representasi lain.
Setelah itu peneliti menyusun modus representasi sehingga membentuk
suatu uraian/ wacana yang kohesif. Pada tahap ini, peneliti menyusun
topik-topik secara hirarki sesuai dengan urutan peta konsep yang telah
dibuat. Peneliti kemudian merancang kegiatan-kegiatan berdasarkan
kemampuan siswa yag akan dilatihkan menggunakan konten materi hasil
pengembangan menggunakan multimodus representasi. Kegiatan siswa
yang dikembangkan terdiri dari dua komponen, yaitu komponen teori dan
komponen praktik. Selain pada uraian/ wacana, multimodus representasi
juga digunakan pada kegiatan praktik. Fungsinya serupa, yaitu untuk
memperjelas informasi yang hendak disampaikan.
Kompilasi dari komponen teori dan komponen praktik yang telah
dikembangkan menggunakan multimodus representasi ini kemudian
disebut sebagai draf I worksheet. Draf I worksheet ini kemudian divalidasi
oleh tiga orang dosen dari Departemen Pendidikan Fisika UPI untuk
mengetahui kesesuaian kegiatan yang dikembangkan dengan tuntutan
kurikulum. Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, diperoleh saran dan
masukan terkait kekurangan worksheet yang dikembangkan. Hasil validasi
65
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini kemudian dijadikan acuan pada tahap strukturisasi. Bagian-bagian dari
hasil validasi ini kemudian disusun sehingga menjadi draf II worksheet.
Deskripsi/ outline materi ajar
Peta Konsep
Modus representasi
Translasi antar modus
Kemampuan Siswa
Multi Representasi
Keterampilan berpikir kritis
menggunakan framework RH
Ennis
Multimodus Representasi
Kegiatan pada worksheet dan problemsheet
Komponen teori
Komponen praktik
Penulisan
Gambar 3.1. Metode pengembangan worksheet dan problemsheet
diadaptasi dari Metode Representational Approach Learning to Write
(Sinaga, Suhandi, dan Liliasari, 2014)
Keterangan Gambar:
- Kotak warna hitam menunjukkan kerangka acuan tahap pengembangan,
yaitu Metode Representational Approach Learning to Write
- Kotak warna biru menunjukkan pengintegrasian aktivitas dalam tahap
pengembangan yang menyesuaikan tujuan pengembangan penelitian ini,
yaitu keterampilan berpikir kritis.
66
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Draf II worksheet diujicobakan kepada siswa dan guru terkait dengan
tingkat keterpahaman atau keterbacaannya. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pemahaman siswa dalam menggunakan worksheet yang
dikembangkan. Instrumen yang digunakan untuk ujicoba keterbacaan ini
mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Irwin dan Davis (1980),
yaitu Readability checklist yang diisi oleh guru, dan instrumen checklists
yang mengacu framework Alvermann dan Phelps (2002) untuk siswa.
Selain keterbacaan, pengujian kualitas juga dilakukan pada draf II
worksheet
yang dikembangkan.
Pengujian
kualitas
worksheet
ini
menggunakan angket yang diberikan kepada sepuluh orang guru Fisika di
wilayah III Cirebon. Guru yang dipilih memiliki kriteria telah mengajar
fisika selama lebih dari lima tahun dan mempunyai pengalaman dalam hal
membuat atau mengembangkan worksheet untuk pembelajaran fisika. Dari
pengujian ini didapatkan data terkait masukan dan saran.
4.
Tahap 4: Preliminary field testing
Pada tahap 4, Preliminary field testing, desain penelitian yang
digunakan untuk mengetahui dampak penggunaan Worksheet dan
Problemsheets yang dikembangkan terhadap peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa adalah pretest-posttest kontrol group design menurut
Sugiyono (2014: 114)
Kelompok
Tes Awal
Treatment
Tes Akhir
Eksperimen
O
X1
O1
Kontrol
O
X2
O
Gambar 3.2. Pretest-posttest kontrol group design menurut Sugiyono
Keterangan:
O: Pemberian Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis
O1: Pemberian Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan angket persepsi
X1: Pembelajaran menggunakan worksheet dan problemsheets berorientasi
berpikir kritis yang dikembangkan dengan menggunakan multimodus
representasi
67
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X2: Pembelajaran menggunakan worksheet dan problemsheet penerbit
Grafindo.
Worksheet dan problemsheet yang dikembangkan ini dapat digunakan
untuk pembelajaran fisika menggunakan model/ strategi/ pendekatan
pembelajaran apapun. Artinya worksheet dan problemsheet ini tidak terikat
pada suatu model/ strategi/ pendekatan pembelajaran apapun. Adapun
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing
menurut Hanson (2012) dengan pertimbangan pembelajaran ini dapat
memfasiltasi siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
(Azismalayeri, et al, 2012). Tahap pembelajaran metode inkuiri
terbimbing menurut Hanson meliputi:
Tabel 3.1. Tahapan Pembelajaran
Tahapan
pembelajaran
a). Orientation
-
-
-
b). Exploration
-
Deskripsi kegiatan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Guru menyajikan
- Guru menyajikan
beberapa fenomena
beberapa fenomena
terkait penggunaan alat
terkait penggunaan alat
optik (mata manusia
optik (mata manusia
sebagai alat untuk
sebagai alat untuk
melihat, penggunaan
melihat, penggunaan
kamera pada masa kini,
kamera pada masa kini,
penggunaan lup,
penggunaan lup,
penggunaan mikroskop
penggunaan mikroskop
untuk melihat bendauntuk melihat bendabenda renik, dan teleskop
benda renik, dan teleskop
yang dapat melihat
yang dapat melihat
benda-benda yang
benda-benda yang
jaraknya sangat jauh
jaraknya sangat jauh.
Guru mengingatkan siswa - Guru mengingatkan siswa
kembali pengetahuan
kembali pengetahuan
sebelumnya terkait
sebelumnya terkait
konsep alat optik melalui
konsep alat optik melalui
sesi menanya secara lisan
sesi menanya secara lisan
Siswa menjawab
(Tidak menggunakan
pertanyaan guru pada
worksheet dan
bagian “Ingat Kembali
problemsheet)
Yuk!” pada worksheet
dan problemsheet yang
dikembangkan.
Siswa melakukan
- Siswa melakukan
observasi, mengumpulkan
observasi, mengumpulkan
68
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan
pembelajaran
c). Concept
Formation
d). Application
e). Closure
Deskripsi kegiatan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
dan menganalisis
dan menganalisis
informasi, serta
informasi, serta
membangun hipotesis
membangun hipotesis
berdasarkan
berdasarkan
permasalahan yang
permasalahan yang
disajikan pada worksheet
diberikan oleh guru.
dan problemsheet yang
(Tidak menggunakan
dikembangkan.
worksheet dan
problemsheet)
Pada tahap ini siswa
dituntut untuk menemukan
hubungan antar konsep dan
mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan analitis
untuk membangun
kesimpulan dari kegiatankegiatan yang terdapat pada
worksheet dan problemsheet
yang dikembangkan
(melakukan kegiatan
praktikum dan demonstrasi)
d). Application
Siswa mengaplikasikan
konsep berupa pengetahuan
baru yang telah diperoleh
dalam berbagai situasi
seperti latihan (exercise)
yang memungkinkan siswa
untuk menerapkannya pada
situasi sederhana hingga
permasalahan di kehidupan
nyata (real-world
problems). Pada tahap ini
siswa mengerjakan kegiatan
“Kasus” dan “Uji
Kompetensi” pada
worksheet dan problemsheet
yang dikembangkan.
e). Closure
Fase penutup (closure)
mengarahkan siswa untuk
mampu melaporkan hasil
temuannya, merefleksi apa
yang telah dipelajari, hingga
Pada tahap ini siswa
dituntut untuk menemukan
hubungan antar konsep dan
mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan analitis
untuk membangun
kesimpulan. dari kegiatankegiatan yang terdapat pada
worksheet dan problemsheet
yang digunakan.
d). Application
Siswa mengaplikasikan
konsep berupa pengetahuan
baru yang telah diperoleh
dalam berbagai situasi
seperti latihan (exercise)
yang memungkinkan siswa
untuk menerapkannya pada
situasi sederhana hingga
permasalahan di kehidupan
nyata (real-world problems)
pada worksheet dan
problemsheet yang
digunakan (dalam hal ini
berupa latihan soal kognitif
tingkat rendah).
e). Closure
Fase penutup (closure)
mengarahkan siswa untuk
mampu melaporkan hasil
temuannya, merefleksi apa
yang telah dipelajari, hingga
69
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan
pembelajaran
Deskripsi kegiatan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
mengonsolidasikan
mengonsolidasikan
pengetahuannya.
pengetahuannya.
(Tidak menggunakan
worksheet dan
problemsheet)
5. Tahap 5: Main product revision,
a. Melakukan pengolahan data yang telah di dapat dari tahap 4.
b. Melakukan revisi pada worksheet dan problemsheets berorientasi
keterampilan berpikir kritis menggunakan representasi multimodus
c. Membuat laporan hasil penelitian.
Langkah-langkah setiap fase pengembangan worksheet dan problemsheets
berorientasi keterampilan berpikir kritis menggunakan multimodus representasi
dapat dilihat pada Gambar 3.3.
70
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fase 1: Research &
information collecting
Fase 3: Develop preliminary form of product
Fase 4: Preliminary field testing
Fase 5: Main product
revision
Fase 2:
Planning
Gambar 3.3 Alur penelitian
71
71
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK
PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
1. Jenis instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini
adalah:
Tabel 3.2. Instrumen yang digunakan selama penelitian
No.
Instrumen
Target
Asesmen
worksheet dan
problemsheet
yang
digunakan di
sekolah
1.
Instrumen
analisis
worksheet dan
problemsheet
2.
Instrumen
validasi
worksheet dan
problemsheet
Draf
worksheet dan
problemsheet
3.
Instrumen
validasi soal
tes esai
keterampilan
berpikir kritis
Soal tes
keterampilan
berpikir kritis
4.
Instrumen
kualitas
worksheet
Draf I
worksheet
5.
Instrumen
keterbacaan
Draf I
worksheet
Deskripsi
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
karakteristik
worksheet dan
problemsheet
yang digunakan
di sekolah
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
kesesuaian
konten
worksheet dan
problemsheet
dengan
kompetensi,
aspek
keterampilan
berpikir kritis,
dan kebenaran
konsep.
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
kesesuaian soal
tes esai dan
indikator
keterampilan
berpikir kritis.
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
kualitas
worksheet yang
dikembangkan.
Instrumen ini
digunakan untuk
Waktu
Tahap 1:
Research and
information
collecing
Tahap 3:
Develop
preliminary
form of product
Tahap 3:
Develop
preliminary
form of product
Tahap 3:
Develop
preliminary
form of product
Tahap 3:
Develop
72
No.
Instrumen
Target
Asesmen
6.
Tes Esai
Keterampilan
Berpikir Kritis
Siswa
7.
Angket respon
siswa
Siswa/ Draf II
worksheet dan
problemsheet
Deskripsi
Waktu
mengetahui
keterpahaman
uraian/wacana
pada worksheet
yang
dikembangkan.
Instrumen ini
digunakan untuk
memperoleh
data
keterampilan
berpikir kritis
Instrumen ini
berupa angket
terbuka dan
tertutup untuk
mengetahui
respon siswa
dan saran
terhadap
penggunaan
worksheet dan
problemsheet
preliminary
form of product
Tahap 4:
Preliminary
field test
Tahap 4:
Preliminary
field test
Semua instrumen yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan
ini divalidasi kepada ahli sebelum digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian yang digunakan mengacu pada aspek keterampilan
berpikir kritis yang dirumuskan pada tahap perencanaan.
Angket dan lembar penilaian kualitas worksheet pada penelitian ini
menggunakan instrumen yang mengadopsi dari Parlindungan Sinaga (2014)
yang mengacu pada syarat kualitas menurut Darmodjo dan Kaligis (dalam
Widjajanti, 2008). Angket untuk menjaring persepsi siswa setelah
menggunakan worksheet dan problemsheet memiliki beberapa komponen
seperti yang tercantum dalam Tabel 3.3. berikut.
Tabel 3.3.Komponen pada angket persepsi siswa
No.
Komponen pada angket
1. Komponen keterampilan berpikir kritis
2. Komponen penyajian worksheet dan problemsheet
3. Komponen pemahaman konsep
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
No.
Komponen pada angket
4. Komponen penulisan dan tata Bahasa
5. Komponen multimodus representasi
6. Komponen motivasi belajar
2. Analisis hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Hasil uji coba intrumen kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda.
a) Analisis Validitas Instrumen
Validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrumen itu
untuk mengukur atau mengungkap karakteristik dari variabel yang
dimaksudkan untuk diukur. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan pengukuran. Dalam penelitian ini tujuan pengukurannya
adalah mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa yaitu soal tes
esai.
Validitas soal tes esai keterampilan berpikir kritis tersebut akan dilihat
dari validitas konstruk. Validitas konstruk adalah tipe validitas yang
menunjukkan sejauh mana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk
teoritis yang hendak diukurnya (Azwar, 1986). Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas konstruk apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam
tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal
mengukur aspek berpikir kritis maka butir soal tersebut sudah sesuai
dengan aspek berpikir kritis yang menjadi tujuan instruksional. Validitas
konstruk dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap
butir soal dengan setiap aspek dalam keterampilan berpikir kritis.
Pengerjannya berdasarkan logika, bukan pengalaman. Validitas konstruk
ini dilakukan oleh pakar yang berkompeten dalam konten fisika dan
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
pendidikan fisika. Validator memberikan penilaian terkait kesesuaian antara
soal instrumen tes yang telah dirancang dengan indikator/sub indikator
keterampilan berpikir kritis, memberikan saran/perbaikan, dan memberikan
penilaian apakah soal dalam instrumen tes bisa digunakan, direvisi atau
tidak bisa digunakan. Data mengenai keseuaian tersebut dikonversi dalam
bentuk persentase.
Selain validitas konstruk, pada penelitian ini juga proses analisis
validitas instrumen tes dilakukan menggunakan software Anates.V4. Hasil
analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1. Adapun interpretasi
hasil analisis validitas instrumen dapat diihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Interpretasi hasil validasi (Guilford, 1956: 145)
Nilai Hasil Perhitungan
0,80 < rxy ≤ 1,00
0,60 < rxy ≤ 0,80
0,40 < rxy ≤ 0,60
0,20 < rxy ≤ 0,40
0,00 < rxy ≤ 0,20
Keterangan:
Kriteria Validitas
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
b) Analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data yang sesuai dengan kenyataannya. Pada penelitian ini alat ukur yang
digunakan berbentuk soal tes esai. Untuk mencari reliabilitas soal tes esai
digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
r11=
(
)(1-
)
Keterangan:
r11
= reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total item ke-i
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
n
= jumlah butir pertanyaan
Adapun uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
bantuan software Anates.V4. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
Tabel 3.5. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145)
Nilai r11
0,80 < r11 ≤ 1,00
0,60 < r11 ≤ 0,80
0,40 < r11 ≤ 0,60
0,20 < r11 ≤ 0,40
-1,00 ≤ r11 ≤ 0,20
Interpretasi
Reliabilitas sangat tinggi
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sedang
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sangat rendah/ tidak
reliable
c) Analisis Tingkat Kemudahan Butir Soal
Beberapa ahli pengukuran menyebut tingkat kesukaran dengan tingkat
kemudahan. Menurut Ollem (dalam Alam, 1979), tingkat kemudahan butir
soal menunjukkan betapa mudah atau sulitnya suatu item soal dari sudut
pandang kelompok siswa atau peserta ujian yang mengerjakan item tes
tersebut. Ollem menambahkan bahwa jika tingkat kemudahan itu memiliki
nilai sekitar 0,15 sampai 0,8 artinya item tersebut dapat digunakan atau
dikatakan baik, sedangkan menurut Thomas dan Dawson (1972) item soal
dikatakan baik jika nilai dari tingkat kemudahannya berkisar antara 0,25
sampai 0,75. Untuk menghitung tingkat kemudahan suatu item tes, dapat
digunakan perumusan sebagai berikut:
Keterangan:
P : Indeks kemudahan
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah peserta tes
Tabel 3.6. Indeks kemudahan dan klasifikasi (Arikunto, 2012: 225)
P
0,00 – 0, 30
0,31 – 0,70
0,71 – 1,00
Klasifikasi
Sukar
Sedang
Mudah
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76
Proses analisis indeks kemudahan instrumen tes keterampilan berpikir
kritis menggunakan software Anates.V4. Hasil analisis dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
d) Analisis Daya Pembeda
Secara umum daya pembeda diartikan sebagai kemampuan suatu butir
soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah (Burhan Nurgiyantoro dalam Sujati, 2005). Suatu
butir soal dikatakan baik apabila butir tes tersebut dapat dijawab benar oleh
sebagian besar peserta tes yang berkemampuan tinggi dan hanya dapat
dijawab benar oleh sebagian kecil dari peserta tes yang berkemampuan
rendah. Butir tes yang dapat dijawab benar atau salah oleh peserta tes yang
berkemampuan tinggi dan rendah menunjukkan bahwa tes tersebut tidak
tidak memiliki daya pembeda (Sujati, 2005).
Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai
berikut (Arikunto, 2012: 228):
=
= PA - PB
Keterangan:
D = Daya pembeda butir soal
BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat
ditentukan berdasarkan interprestasi daya pembeda butir soal pada Tabel
3.7.
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
Tabel 3.7. Nilai daya pembeda dan interpretasinya(Arikunto, 2012)
Nilai Daya Pembeda
Kualifikasi
Negatif
Soal dibuang
0, 00 – 0, 20
Jelek
0, 21 – 0, 40
Cukup
0, 41 – 0, 70
Baik
0, 71 – 1, 00
Baik sekali
Seperti halnya tingkat kemudahan, proses analisis daya pembeda butir
soal instrumen tes keterampilan berpikir kritis menggunakan software
Anates.V4. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
3. Deskripsi hasil ujicoba instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Pengembangan instrumen tes keterampilan berpikir kritis dilakukan
dengan cara membuat kisi-kisi instrumen. Selengkapnya kisi-kisi soal tes
keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 1.5. Instrumen
yang dikembangkan berupa soal esai. Menurut Ennis (1993), jenis soal esai
lebih komperhensif dibandingkan jenis soal tes lain untuk mengukur
keterampilan berpikir kritis. Adapun konten materi pada instrumen ini
disesuaikan dengan konten materi yang dikembangkan pada worksheet dan
problemsheet yaitu alat optik. Soal yang dibuat berjumlah sepuluh soal
yang mewakili semua aspek keterampilan berpikir kritis menurut kerangka
Robert H. Ennis. Adapun penyebaran aspek keterampilan berpikir kritis
dalam soal tersebut tercantum pada Tabel. 3.8.
Tabel 3.8. Sebaran aspek keterampilan berpikir kritis dalam soal tes
No.
1
2
3
4
5
Aspek Keterampilan Berpikir
Kritis
Klarifikasi dasar
Dasar dalam mengambil keputusan
Inferensi
Klarifikasi lanjut
Strategi dan taktik
No. Soal
1,2
3,4
5,6
7,8
9,10
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78
Validasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis dilakukan untuk
mengetahui kebenaran konsep dan kesesuaian antara indikator penelitian
dengan instrumen tes yang dibuat. Berdasarkan hasil validasi, konsep pada
soal tersebut benar. Sedangkan hasil uji kesesuaian antara indikator dengan
soal tes dapat dilihat pada Tabel 3.9. Data hasil validasi soal tes
keterampilan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
Tabel 3.9. Rekapitulasi hasil uji kesesuaian antara indikator dengan soal tes
Kesesuaian indikator penelitian dengan soal tes
keterampilan berpikir kritis
Validator
Sesuai (%)
Tidak sesuai (%)
D1
90
10
D2
100
0
D3
90
10
Berdasarkan Tabel 3.9, terdapat dua soal yang tidak sesuai dengan indikator
penelitian. Adapun soal yang tidak sesuai tersebut adalah soal nomor tiga
dan soal nomor sepuluh. Setelah soal tersebut diperbaiki sesuai dengan
masukan dari validator. Semua soal kemudian diujicobakan. Pengujian soal
tes keterampilan berpikir kritis dilakukan kepada siswa kelas X yang telah
mendapatkan materi alat optik. Pengujian ini untuk mengetahui reliabilitas
soal tersebut. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam uji coba ini
berjumlah 44 orang siswa. Hasil pengujian kemudian dianalisis
menggunakan software AnatesV4. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.10. Pengolahan data selengkapanya dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
Tabel 3.10. Rekapitulasi hasil ujicoba soal keterampilan berpikir kritis
No.
Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Validitas
Nilai Kriteria
0,57 Baik
0,02 Jelek
0,57 Baik
0,22 Cukup
0
Jelek
0,39 Cukup
0,32 Cukup
0,67 Baik
0,50 Baik
Daya Pembeda
Nilai Kriteria
62,50 Baik
6,25 Jelek
35,42 Cukup
50,00 Baik
2,08 Jelek
45,83 Baik
18,75 Jelek
52,08 Baik
52,08 Baik
Tingkat
Kemudahan
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Kesimpulan
Digunakan
Revisi
Digunakan
Digunakan
Revisi
Digunakan
Revisi
Digunakan
Digunakan
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79
Validitas
Daya Pembeda
No.
Tingkat
Kesimpulan
Soal Nilai Kriteria Nilai Kriteria Kemudahan
10
0,34 Cukup
41,67 Baik
Sedang
Digunakan
Dari hasil analisis tersebut tidak ada soal yang dibuang, namun
sebanyak tiga soal harus diperbaiki. Pertimbangan soal tersebut diperbaiki
adalah berdasarkan uji validitas konstruk diketahui bahwa ketiga soal
tersebut telah valid, artinya dapat mengukur variabel yang akan diukur.
Perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki daya pembeda dan tingkat
kemudahan soal dilakukan dengan memperbaiki susunan kalimat pada soal,
tata bahasa serta keterkaitan soal dengan wacana. Selain itu kejelasan
gambar yang diberikan pada soal akan membantu siswa dalam menjawab
soal yang diberikan.
Soal nomor dua merupakan soal dengan konten materi Lup. Soal ini
digunakan
untuk
mengukur
aspek
klarifikasi
dasar
(elementary
clarification). Berdasarkan Tabel 3.10, soal ini memiliki validitas dengan
kategori jelek, artinya kemungkinan siswa tidak menguasai materi tersebut,
karena hal ini konsisten dengan hasil dari analisis daya pembeda yang
berkategori jelek juga. Butir soal ini dapat dijawab benar atau salah oleh
peserta tes yang berkemampuan tinggi dan rendah. Ini menjadi masukan
kepada peneliti dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan selama
penelitian. Selain itu, peneliti mencoba menganalisis terkait kurang baiknya
soal nomor dua dalam hal membedakan maupun kemudahannya. Peneliti
menduga bahwa hasil tersebut terjadi karena item tersebut mungkin terlalu
menantang relatif terhadap keseluruhan tingkat kemampuan kelas; item
mungkin ambigu atau tidak ditulis dengan jelas; mungkin ada lebih dari
satu jawaban yang benar.
Seperti halnya pada nomor dua, ternyata soal nomor lima terkait dengan
konten materi tentang Lup. Soal nomor lima ini cenderung soal yang paling
jelek diantara semua soal lainnya. Mengingat semua soal dengan konten
materi Lup memiliki kualitas yang kurang baik. Peneliti kemudian
menganalisis penyebab hal ini dapat terjadi. Setelah melihat kembali soal
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80
tes yang dikembangkan, ternyata soal nomor lima ini mungkin terlalu
menantang relatif terhadap keseluruhan tingkat kemampuan kelas; item
mungkin ambigu atau tidak ditulis dengan jelas; mungkin ada lebih dari
satu jawaban yang benar. Soal nomor lima ini terkait dengan kemampuan
inferensi. Kemampuan ini biasanya dilatihkan ada saat praktikum.
Mengingat siswa-siswa yang menjadi objek ujicoba soal ini jarang sekali
melakukan praktikum, maka pemahaman akan keterampilan berpikir
mereka terkait dengan kemampuan membuat asumsi untuk menghasilkan
suatu kesimpulan dari kegiatan demonstrasi atau eksperimen menjadi
rendah. Mengingat materi soal yang harus direvisi dominan konten materi
Lup, peneliti harus berupaya mengembangkan dan membantu siswa untuk
lebih dapat memahami konten ini.
Soal terakhir yang harus diperbaiki adalah soal nomor tujuh. Soal
nomor tujuh terkait dengan konsep bayangan nyata dan bayangan maya.
Validitas soal ini dalam kategori cukup, dan tingkat kemudahan sedang.
Butir soal ini dapat dijawab benar atau salah oleh peserta tes yang
berkemampuan tinggi dan rendah. Bisa jadi kemungkinan siswa hanya
menebak jawabannya tanpa mereka pahami konsepnya. Sehubungan
dengan rendahnya penguasaan konsep ini, dikarenakan, ketika mempelajari
materi alat optik guru langsung menjelaskan konsep jenis-jenis alat optik,
tanpa review soal prasayarat yang sebaiknya siswa tahu. Sehingga hal ini
menjadi masukan kepada peneliti dalam pengembangan kegiatan belajar
siswa di dalam kelas.
E. Pengolahan Data
1. Validasi Konten Worksheet dan Problemsheet
Validasi worksheet dilakukan dengan dua cara, yaitu menguji
kesesuaian antara indikator penelitian dengan kegiatan siswa yang terdapat
dalam worksheet, serta menguji kualitas worksheet berdasarkan aspekaspek yang terdapat dalam worksheet. Selain itu proses validasi kesesuaian
antara indikator kemampuan kognitif dengan soal tes pada problemsheet
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81
juga dilakukan. Proses validasi dilakukan oleh tenaga ahli/ expert dalam
hal ini dosen di Departemen Pendidikan Fisika UPI. Pengujian tersebut
menggunakan instrumen lembar checklist yang disertai kolom saran untuk
mendapatkan umpan perbaikan worksheet dan problemsheet yang
dikembangkan.
Pada lembar checklist tersebut, pernyataan sesuai diberikan bobot 1,
dan tidak sesuai diberikan bobot 0. Hasil pengujian tersebut kemudian
dipersentasekan menggunakan rumus:
Tingkat persetujuan =
x 100%
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian direpresentasikan menurut
kriteria pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Interpretasi hasil validasi (Guilford, 1956: 145)
Nilai Hasil Perhitungan
0,80 < x ≤ 1,00
0,60 < x ≤ 0,80
0,40 < x ≤ 0,60
0,20 < x ≤ 0,40
0,00 < x ≤ 0,20
Keterangan:
Kriteria Validitas
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
x = Tingkat persetujuan validitas Worksheet dan Problemsheets (%)
2. Uji Kelayakan Worksheet
Uji kelayakan worksheet dilihat berdasarkan kualitas konten
worksheet dan keterbacaan uraian/ wacana pada worksheet.
a). Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Irwin dan Davis (1980), yaitu Readability
checklist. Instrumen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Uji
keterbacaan menggunakan ini dilakukan terhadap tiga orang guru Fisika
SMA/MA.
Readability
checklist
memiliki
dua
variabel.
yaitu
Keterpahaman (understandability) dan Keterbelajaran (learnability).
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
Keterpahaman (understandability) memberikan informasi kepada guru
tentang latar belakang pengetahuan yang diperlukan untuk memahami
teks, dan kesulitan sintaksis teks seperti konstruksi kalimat, gagasan
utama, dan aturan rinci lainnya. Keterbelajaran (learnability) memberikan
informasi tentang kejelasan dan kegunaan dari teks atau buku (Ruddell
dalam Ulusoy, 2006). Guru menilai teks dengan menggunakan skala lima
poin yaitu lima untuk sangat baik, empat untuk baik, tiga untuk kategori
cukup, dua untuk kurang, satu untuk tidak berterima, dan NA untuk tidak
diaplikasikan. Setelah guru selesai mengisi lembar checklist tersebut, guru
kemudian memberikan saran berupa kelemahan dan kekuatan dari
dokumen yang dinilainya.
Pendekatan kualitatif menggunakan instrumen checklists yang mengacu
framework Alvermann dan Phelps (2002) untuk siswa. Alvermann dan
Phelps (2002) memberikan kerangka yang dapat dikembangkan oleh guru
untuk mengembangkan daftar mereka sendiri. Kerangka kerja ini memiliki
empat aspek yaitu konten, format, kegunaan dan gaya. Setiap aspek
ditanyakan atau dinilai menggunakan pertanyaan terbuka. Misalnya,
konten yang mencakup pertanyaan tentang kedalaman konten, kosa kata
baru atau sulit, konsep-konsep baru, dan kesesuaian teks dan pengetahuan
siswa sebelumnya. Format memiliki pertanyaan tentang ilustrasi,
perkenalan, ringkasan dan indeks. Utilitas meliputi pertanyaan tentang
kegiatan, petunjuk guru dan bacaan tambahan. Bagian terakhir dari
kerangka kerja ini adalah gaya dan memiliki pertanyaan tentang
kompleksitas dan kohesi teks atau buku.
b). Uji Kualitas
Pengujian kualitas worksheet ini menggunakan angket yang dilakukan
kepada sepuluh orang guru Fisika di wilayah III Cirebon. Dari pengujian
ini didapatkan data terkait masukan dan saran. Menurut Darmodjo dan
Kaligis (dalam Widjajanti, 2008), kriteria kualitas worksheet yang baik
harus memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.
Syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan worksheet yang
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban
atau yang pandai. Worksheet lebih menekankan pada proses untuk
menemukan konsep, dan yang terpenting dalam worksheet ada variasi
stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Worksheet
diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi
sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami
siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat
konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam worksheet. Syarat teknis
menekankan penyajian worksheet, yaitu berupa tulisan, gambar dan
penampilannya dalam worksheet. Instrumen uji kualitas dapat dilihat pada
Lampiran 2.3.
Tabel 3.12. Komponen dalam angket penilaian kualitas
Syarat Kualitas
Syarat didaktik
Syarat konstruksi
Syarat teknis
Komponen pada angket
Komponen kejelasan dan kebenaran
konsep/ hokum
Komponen kegiatan siswa
Komponen keterampilan berpikir kritis
Komponen kebahasaan
Komponen penyajian/ penampilan fisik
Komponen modus representasi yang
digunakan
Data kuantitatif yang diperoleh pada penelitian ini di analisis dengan
metode persentase setiap aspek menggunakan persamaan (Bramianto,
dalam Asyahari dkk, 2016):
PSA =
x 100 %
dengan kriteria penilaian kualitas yang di adaptasi dari Kemendikbud
(dalam Asyahari, dkk, 2016) yang ditunjukkan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Interpretasi kualitas worksheet (Kemendikbud dalam Asyhari,
dkk, 2016)
Persentase Penilaian
Kriteria
90% < x ≤ 100 %
Sangat layak
75% < x ≤ 90%
Layak
60% < x ≤ 75%
Cukup layak
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
x ≤ 60 %
Kurang layak
x = PSA (persentase penilaian kualitas)
3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat diketahui dengan
menghitung N–gain. N-gain dapat diketahui dari data tes awal dan tes
akhir. Tes awal dan tes akhir menggunakan soal tes keterampilan berpikir
kritis yang telah divalidasi dan diujicoba. Besarnya Gain didapatkan dari
mencari selisih skor tes awal dan tes akhir. N-Gain adalah gain yang
dinormalisasi, perhitungan N-Gain bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang siswa. N-Gain
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Hake, 1998):
Hasil perhitungan N-Gain menurut Hake (1998) dikategorikan ke dalam
tiga kategori yakni :
Tabel 3.14. Interpretasi nilai N-gain
Nilai N-gain
N-Gain > 0,7
0,3 ≤ N-Gain ≥ 0,7
N-Gain < 0,3
Keterangan
Tinggi
Sedang
Rendah
4. Uji perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis
a. Uji statistika
Penelitian ini menggunakan uji beda yang sebelumnya sudah
dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas.
1). Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Shapiro-Wilk karena subjek atau responden dalam penelitian ini kurang
dari 50 subjek atau responden. Uji Shapiro-Wilk dianggap lebih akurat
ketika jumlah subjek penelitian kurang dari 50. Adapun uji normalitas
menggunakan software SPSS versi 23. Data yang diolah menggunakan
SPSS ini adalah data gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Taraf
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85
signifikansi yang dipakai adalah α = 0,05. Artinya, keputusan peneliti
untuk menolak atau mendukung hipotesis nol memiliki probabilitas
kesalahan sebesar 5%. Pertimbangan menggunakan taraf signifikansi α =
0,05 dikarenakan terdapat beberapa variable yang dikahwatirkan
mempengaruhi hasil penelitian namun tidak bisa diantisipasi oleh peneliti
yang nilainya lebih dari 1%. Selain itu, taraf signifikansi yang kecil
biasanya digunakan untuk meneliti makanan, minuman, atau obat. Taraf
signifikansi (α) menunjukan probabilitas atau peluang kesalahan yang
ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau
mendukung hipotesis nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat
kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir oleh peneliti, yang
diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel (sampling error).
Hipotesis untuk mengetahui normalitas data adalah:
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagi berikut :
H0 diterima jika p-value (asymp sign) > 0,05
H0 ditolak jika p-value (asymp sign) < 0,05
p-value (asymp sign) adalah nilai probabilitas kesalahan yang dihitung
atau menunjukkan tingkat probabilitas kesalahan yang sebenarnya.
Tingkat kesalahan ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan dalam pengujian hipotesis.
2). Uji Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sama tidaknya
varians pada variabel bebas. Data yang digunakan pada uji homogenitas
diambil dari nilai gain pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Uji Homogenitas dihitung menggunakan program SPSS versi 23 melalui
uji Levene Test (Test of Homogenity of Variance) dengan taraf signifikansi
α = 0,05. Alasan menggunakan uji Levene yaitu data yang diuji tidak
harus berdistribusi normal, namun harus kontinu.
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagi berikut:
a) Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa varian
dari dua kelompok populasi adalah tidak sama
b) Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa varian
dari dua kelompok populasi adalah sama.
3). Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata secara signifikan terkait dengan pengaruh
penggunaan worksheet dan problemsheet berorientasi keterampilan
berpikir kritis menggunakan multimodus representasi. Data yang akan
diuji adalah gain. Uji gain dilakukan untuk mengetahui apakah
peningkatan kedua kelas berbeda secara signifikan atau tidak sebagai
hasil dari efek perlakuan.
Apabila data normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata
menggunakan uji-t independent sample test. Perhitungan uji perbedaan
dua rata-rata pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software
SPSS versi 23. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05. Jika
data memenuhi syarat normalisasi dan homogenitas, maka uji perbedaan
dua rata-rata menggunakan uji-t dan nilai signifikansi yang dilihat adalah
nilai pada baris equal variances assumed. Apabila data terdistribusi
normal tetapi tidak homogen, maka nilai signifikansi yang dilihat adalah
nilai pada baris equal variances not assumed.
Kriteria pengambilan keputusan:
a). Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain siswa kelas
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
b). Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa rata-rata
gain siswa kelas ekperimen lebih besar secara signifikan daripada
rata-rata gain siswa kelas kontrol.
Jika distribusi datanya tidak memenuhi persyaratan uji parametrik,
data terdistribusi tidak normal maka pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji statistik non-parametrik. Uji statistik non-parametrik yang
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87
digunakan jika asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah uji MannWhitney menggunakan software SPSS versi 23 menggunakan taraf
signifikansi α = 0,05.
Kriteria pengambilan keputusan:
a). Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain siswa kelas
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
b). Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa rata-rata
gain siswa kelas ekperimen lebih besar secara signifikan daripada
rata-rata gain siswa kelas kontrol.
b. Ukuran Dampak (Effect Size)
Penentuan perbedaan signifikansi peningkatan keterampilan berpikir
siswa
setelah
menggunakan
worksheet
dan
problemsheet
yang
dikembangkan dilakukan dengan mengukur effect size. Effect size
memungkinkan kita mengukur peningkatan peserta didik yang kemudian
dapat dinyatakan melalui skala standar (Coe, 2000). Perhitungan effect
size dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh worksheet dan
problemsheet terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
Adapun, rumus effect size yang digunakan adalah:
D=
SDpooled =
Keterangan:
D
: Effect size
ME
: Mean eksperimen
MK
: Mean kontrol
: Standar deviasi
SE
: Standar deviasi kelas eksperimen
SK
: Standar deviasi kelas kontrol
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
nE
: Jumlah siswa kelas eksperimen
nK
: Jumlah siswa kelas kontrol
Harga koefisien ukuran dampak diinterpretasikan dengan menggunakan
kriteria dari Cohen (1992).
Tabel 3.15. Interpretasi U
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang
dikenal dengan Reseaerch and Development (R&D) menurut Borg dan Gall.
Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus
ditempuh dalam pendekatan ini, yaitu “research and information collecting,
planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main
product revision, main field testing, operational product revision, operational
field testing, final product revision, and dissemination and implementation”.
1. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara
lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan
persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;
2. Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan
keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang
akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/ diperlukan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku
petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung;
4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam
skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12 subjek. Pada
langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi atau angket;
5. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat
mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draf produk
(model) utama yang siap diujicoba lebih luas;
6. Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa.
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/ penyempurnaan
terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan
sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;
8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan;
9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model
yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
10. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan.
Namun, pada penelitian ini hanya dibatasi pada tahap 1-5. Pembatasan ini
didasarkan pada waktu dan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
B. Populasi dan Sampel
Populasi siswa kelas X di salah satu MA (Madrasah Aliyah) Negeri di
Kabupaten Cirebon adalah 138 siswa yang terdiri dari empat kelas. Adapun
yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 70 siswa, yang terdiri
dari 36 siswa pada kelas eksperimen dan 34 siswa pada kelas kontrol. Sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Pertimbangan yang digunakan untuk
pemilihan sampel adalah kemampuan fisika siswa yang dilihat dari rata-rata
nilai ujian tengah semester siswa. Kelas yang terpilih memiliki rata-rata
kemampuan fisika yang hampir sama dibandingkan kedua kelas lainnya.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Tahap 1: Research and information collecting
Pada tahap 1 penelitian ini dilakukan dua kegiatan yaitu kajian literatur dan
studi lapangan.
63
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kajian literatur bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi kemampuan yang
harus dimiliki siswa berdasarkan kurikulum dan literatur, dalam hal ini
keterampilan berpikir kritis, dan 2) Mengkaji upaya-upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran fisika.
b. Melakukan studi lapangan ke beberapa SMA/ MA di Kabupaten Cirebon
untuk menggali informasi terkait pembelajaran fisika, kemampuan
siswa,
dan
perangkat
pembelajaran
yang
digunakan
selama
pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Melakukan
observasi dan wawancara dengan guru dan siswa, 2) Mengkaji perangkat
pembelajaran yang digunakan, 3) Mengkaji kemampuan berpikir siswa.
2. Tahap 2: Planning
Tahap kedua pada penelitian ini terdiri dari kegiatan menganalisis
kurikulum, melalui pemilihan kompetensi dasar yang akan dicapai pada
penelitian ini. Pada tahap ini juga ditentukan framework keterampilan
berpikir kritis yang digunakan serta jenis worksheet yang dikembangkan.
3. Tahap 3: Develop preliminary form of product
Tahap pengembangan produk ini menggunakan metode yang diadaptasi
dari Metode Representational Approach Learning to Write (Sinaga,
Suhandi, dan Liliasari, 2014). Alur pengembangan dapat dilihat pada
Gambar 3.1. Metode Representational Approach Learning to Write diawali
dengan membuat deskripsi/ outline materi ajar. Setelah itu peneliti
membuat peta konsep untuk mengetahui kedalaman dan keluasan dari
materi ajar. Outline dan peta konsep ini divalidasi kepada ahli. Peta konsep
kemudian dikembangkan menjadi materi ajar yang dikembangkan dengan
menggunakan multimodus representasi.
Jenis-jenis modus representasi yang digunakan berupa teks, persamaan
matematika, gambar, diagram, dan lainnya. Pemilihan modus representasi
yang digunakan tergantung pada sifat dari informasi yang akan diwakili.
Penekanan khusus tahap ini adalah dalam menentukan modus representasi
yang paling tepat untuk menjelaskan konsep. Pada tahap ini, peneliti
64
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendiskusikan representasi dari konsep menggunakan modus representasi
tertentu, memastikan apakah informasi dari konsep tersebut telah
sepenuhnya dapat dijelaskan atau tidak. Pada tahap ini, peneliti
menunjukkan bahwa setiap modus representasi memiliki keterbatasan
sehingga dibutuhkan penjelasan untuk melengkapinya.
Setelah itu, materi ajar dibuat dalam bentuk multi representasi. Multi
representasi
merupakan
penjelasan
konsep
yang
sama
dengan
menggunakan berbagai jenis modus representasi yang berbeda. Beberapa
representasi berkaitan dengan kapasitas ilmu komunikasi lisan atau tertulis
dalam menggambarkan konsep yang sama atau proses menggunakan
modus yang berbeda dari representasi. Tujuan tahap ini yaitu untuk
mengakomodasi kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika
yang diajarkan baik secara lisan maupun tertulis. Pembuatan multi
representasi ini untuk mengimbangi kelemahan modus representasi lain.
Setelah itu peneliti menyusun modus representasi sehingga membentuk
suatu uraian/ wacana yang kohesif. Pada tahap ini, peneliti menyusun
topik-topik secara hirarki sesuai dengan urutan peta konsep yang telah
dibuat. Peneliti kemudian merancang kegiatan-kegiatan berdasarkan
kemampuan siswa yag akan dilatihkan menggunakan konten materi hasil
pengembangan menggunakan multimodus representasi. Kegiatan siswa
yang dikembangkan terdiri dari dua komponen, yaitu komponen teori dan
komponen praktik. Selain pada uraian/ wacana, multimodus representasi
juga digunakan pada kegiatan praktik. Fungsinya serupa, yaitu untuk
memperjelas informasi yang hendak disampaikan.
Kompilasi dari komponen teori dan komponen praktik yang telah
dikembangkan menggunakan multimodus representasi ini kemudian
disebut sebagai draf I worksheet. Draf I worksheet ini kemudian divalidasi
oleh tiga orang dosen dari Departemen Pendidikan Fisika UPI untuk
mengetahui kesesuaian kegiatan yang dikembangkan dengan tuntutan
kurikulum. Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, diperoleh saran dan
masukan terkait kekurangan worksheet yang dikembangkan. Hasil validasi
65
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini kemudian dijadikan acuan pada tahap strukturisasi. Bagian-bagian dari
hasil validasi ini kemudian disusun sehingga menjadi draf II worksheet.
Deskripsi/ outline materi ajar
Peta Konsep
Modus representasi
Translasi antar modus
Kemampuan Siswa
Multi Representasi
Keterampilan berpikir kritis
menggunakan framework RH
Ennis
Multimodus Representasi
Kegiatan pada worksheet dan problemsheet
Komponen teori
Komponen praktik
Penulisan
Gambar 3.1. Metode pengembangan worksheet dan problemsheet
diadaptasi dari Metode Representational Approach Learning to Write
(Sinaga, Suhandi, dan Liliasari, 2014)
Keterangan Gambar:
- Kotak warna hitam menunjukkan kerangka acuan tahap pengembangan,
yaitu Metode Representational Approach Learning to Write
- Kotak warna biru menunjukkan pengintegrasian aktivitas dalam tahap
pengembangan yang menyesuaikan tujuan pengembangan penelitian ini,
yaitu keterampilan berpikir kritis.
66
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Draf II worksheet diujicobakan kepada siswa dan guru terkait dengan
tingkat keterpahaman atau keterbacaannya. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pemahaman siswa dalam menggunakan worksheet yang
dikembangkan. Instrumen yang digunakan untuk ujicoba keterbacaan ini
mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Irwin dan Davis (1980),
yaitu Readability checklist yang diisi oleh guru, dan instrumen checklists
yang mengacu framework Alvermann dan Phelps (2002) untuk siswa.
Selain keterbacaan, pengujian kualitas juga dilakukan pada draf II
worksheet
yang dikembangkan.
Pengujian
kualitas
worksheet
ini
menggunakan angket yang diberikan kepada sepuluh orang guru Fisika di
wilayah III Cirebon. Guru yang dipilih memiliki kriteria telah mengajar
fisika selama lebih dari lima tahun dan mempunyai pengalaman dalam hal
membuat atau mengembangkan worksheet untuk pembelajaran fisika. Dari
pengujian ini didapatkan data terkait masukan dan saran.
4.
Tahap 4: Preliminary field testing
Pada tahap 4, Preliminary field testing, desain penelitian yang
digunakan untuk mengetahui dampak penggunaan Worksheet dan
Problemsheets yang dikembangkan terhadap peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa adalah pretest-posttest kontrol group design menurut
Sugiyono (2014: 114)
Kelompok
Tes Awal
Treatment
Tes Akhir
Eksperimen
O
X1
O1
Kontrol
O
X2
O
Gambar 3.2. Pretest-posttest kontrol group design menurut Sugiyono
Keterangan:
O: Pemberian Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis
O1: Pemberian Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan angket persepsi
X1: Pembelajaran menggunakan worksheet dan problemsheets berorientasi
berpikir kritis yang dikembangkan dengan menggunakan multimodus
representasi
67
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X2: Pembelajaran menggunakan worksheet dan problemsheet penerbit
Grafindo.
Worksheet dan problemsheet yang dikembangkan ini dapat digunakan
untuk pembelajaran fisika menggunakan model/ strategi/ pendekatan
pembelajaran apapun. Artinya worksheet dan problemsheet ini tidak terikat
pada suatu model/ strategi/ pendekatan pembelajaran apapun. Adapun
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing
menurut Hanson (2012) dengan pertimbangan pembelajaran ini dapat
memfasiltasi siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
(Azismalayeri, et al, 2012). Tahap pembelajaran metode inkuiri
terbimbing menurut Hanson meliputi:
Tabel 3.1. Tahapan Pembelajaran
Tahapan
pembelajaran
a). Orientation
-
-
-
b). Exploration
-
Deskripsi kegiatan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Guru menyajikan
- Guru menyajikan
beberapa fenomena
beberapa fenomena
terkait penggunaan alat
terkait penggunaan alat
optik (mata manusia
optik (mata manusia
sebagai alat untuk
sebagai alat untuk
melihat, penggunaan
melihat, penggunaan
kamera pada masa kini,
kamera pada masa kini,
penggunaan lup,
penggunaan lup,
penggunaan mikroskop
penggunaan mikroskop
untuk melihat bendauntuk melihat bendabenda renik, dan teleskop
benda renik, dan teleskop
yang dapat melihat
yang dapat melihat
benda-benda yang
benda-benda yang
jaraknya sangat jauh
jaraknya sangat jauh.
Guru mengingatkan siswa - Guru mengingatkan siswa
kembali pengetahuan
kembali pengetahuan
sebelumnya terkait
sebelumnya terkait
konsep alat optik melalui
konsep alat optik melalui
sesi menanya secara lisan
sesi menanya secara lisan
Siswa menjawab
(Tidak menggunakan
pertanyaan guru pada
worksheet dan
bagian “Ingat Kembali
problemsheet)
Yuk!” pada worksheet
dan problemsheet yang
dikembangkan.
Siswa melakukan
- Siswa melakukan
observasi, mengumpulkan
observasi, mengumpulkan
68
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan
pembelajaran
c). Concept
Formation
d). Application
e). Closure
Deskripsi kegiatan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
dan menganalisis
dan menganalisis
informasi, serta
informasi, serta
membangun hipotesis
membangun hipotesis
berdasarkan
berdasarkan
permasalahan yang
permasalahan yang
disajikan pada worksheet
diberikan oleh guru.
dan problemsheet yang
(Tidak menggunakan
dikembangkan.
worksheet dan
problemsheet)
Pada tahap ini siswa
dituntut untuk menemukan
hubungan antar konsep dan
mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan analitis
untuk membangun
kesimpulan dari kegiatankegiatan yang terdapat pada
worksheet dan problemsheet
yang dikembangkan
(melakukan kegiatan
praktikum dan demonstrasi)
d). Application
Siswa mengaplikasikan
konsep berupa pengetahuan
baru yang telah diperoleh
dalam berbagai situasi
seperti latihan (exercise)
yang memungkinkan siswa
untuk menerapkannya pada
situasi sederhana hingga
permasalahan di kehidupan
nyata (real-world
problems). Pada tahap ini
siswa mengerjakan kegiatan
“Kasus” dan “Uji
Kompetensi” pada
worksheet dan problemsheet
yang dikembangkan.
e). Closure
Fase penutup (closure)
mengarahkan siswa untuk
mampu melaporkan hasil
temuannya, merefleksi apa
yang telah dipelajari, hingga
Pada tahap ini siswa
dituntut untuk menemukan
hubungan antar konsep dan
mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan analitis
untuk membangun
kesimpulan. dari kegiatankegiatan yang terdapat pada
worksheet dan problemsheet
yang digunakan.
d). Application
Siswa mengaplikasikan
konsep berupa pengetahuan
baru yang telah diperoleh
dalam berbagai situasi
seperti latihan (exercise)
yang memungkinkan siswa
untuk menerapkannya pada
situasi sederhana hingga
permasalahan di kehidupan
nyata (real-world problems)
pada worksheet dan
problemsheet yang
digunakan (dalam hal ini
berupa latihan soal kognitif
tingkat rendah).
e). Closure
Fase penutup (closure)
mengarahkan siswa untuk
mampu melaporkan hasil
temuannya, merefleksi apa
yang telah dipelajari, hingga
69
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan
pembelajaran
Deskripsi kegiatan
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
mengonsolidasikan
mengonsolidasikan
pengetahuannya.
pengetahuannya.
(Tidak menggunakan
worksheet dan
problemsheet)
5. Tahap 5: Main product revision,
a. Melakukan pengolahan data yang telah di dapat dari tahap 4.
b. Melakukan revisi pada worksheet dan problemsheets berorientasi
keterampilan berpikir kritis menggunakan representasi multimodus
c. Membuat laporan hasil penelitian.
Langkah-langkah setiap fase pengembangan worksheet dan problemsheets
berorientasi keterampilan berpikir kritis menggunakan multimodus representasi
dapat dilihat pada Gambar 3.3.
70
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fase 1: Research &
information collecting
Fase 3: Develop preliminary form of product
Fase 4: Preliminary field testing
Fase 5: Main product
revision
Fase 2:
Planning
Gambar 3.3 Alur penelitian
71
71
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK
PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
1. Jenis instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini
adalah:
Tabel 3.2. Instrumen yang digunakan selama penelitian
No.
Instrumen
Target
Asesmen
worksheet dan
problemsheet
yang
digunakan di
sekolah
1.
Instrumen
analisis
worksheet dan
problemsheet
2.
Instrumen
validasi
worksheet dan
problemsheet
Draf
worksheet dan
problemsheet
3.
Instrumen
validasi soal
tes esai
keterampilan
berpikir kritis
Soal tes
keterampilan
berpikir kritis
4.
Instrumen
kualitas
worksheet
Draf I
worksheet
5.
Instrumen
keterbacaan
Draf I
worksheet
Deskripsi
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
karakteristik
worksheet dan
problemsheet
yang digunakan
di sekolah
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
kesesuaian
konten
worksheet dan
problemsheet
dengan
kompetensi,
aspek
keterampilan
berpikir kritis,
dan kebenaran
konsep.
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
kesesuaian soal
tes esai dan
indikator
keterampilan
berpikir kritis.
Instrumen ini
digunakan untuk
mengetahui
kualitas
worksheet yang
dikembangkan.
Instrumen ini
digunakan untuk
Waktu
Tahap 1:
Research and
information
collecing
Tahap 3:
Develop
preliminary
form of product
Tahap 3:
Develop
preliminary
form of product
Tahap 3:
Develop
preliminary
form of product
Tahap 3:
Develop
72
No.
Instrumen
Target
Asesmen
6.
Tes Esai
Keterampilan
Berpikir Kritis
Siswa
7.
Angket respon
siswa
Siswa/ Draf II
worksheet dan
problemsheet
Deskripsi
Waktu
mengetahui
keterpahaman
uraian/wacana
pada worksheet
yang
dikembangkan.
Instrumen ini
digunakan untuk
memperoleh
data
keterampilan
berpikir kritis
Instrumen ini
berupa angket
terbuka dan
tertutup untuk
mengetahui
respon siswa
dan saran
terhadap
penggunaan
worksheet dan
problemsheet
preliminary
form of product
Tahap 4:
Preliminary
field test
Tahap 4:
Preliminary
field test
Semua instrumen yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan
ini divalidasi kepada ahli sebelum digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian yang digunakan mengacu pada aspek keterampilan
berpikir kritis yang dirumuskan pada tahap perencanaan.
Angket dan lembar penilaian kualitas worksheet pada penelitian ini
menggunakan instrumen yang mengadopsi dari Parlindungan Sinaga (2014)
yang mengacu pada syarat kualitas menurut Darmodjo dan Kaligis (dalam
Widjajanti, 2008). Angket untuk menjaring persepsi siswa setelah
menggunakan worksheet dan problemsheet memiliki beberapa komponen
seperti yang tercantum dalam Tabel 3.3. berikut.
Tabel 3.3.Komponen pada angket persepsi siswa
No.
Komponen pada angket
1. Komponen keterampilan berpikir kritis
2. Komponen penyajian worksheet dan problemsheet
3. Komponen pemahaman konsep
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
No.
Komponen pada angket
4. Komponen penulisan dan tata Bahasa
5. Komponen multimodus representasi
6. Komponen motivasi belajar
2. Analisis hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Hasil uji coba intrumen kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda.
a) Analisis Validitas Instrumen
Validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrumen itu
untuk mengukur atau mengungkap karakteristik dari variabel yang
dimaksudkan untuk diukur. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan pengukuran. Dalam penelitian ini tujuan pengukurannya
adalah mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa yaitu soal tes
esai.
Validitas soal tes esai keterampilan berpikir kritis tersebut akan dilihat
dari validitas konstruk. Validitas konstruk adalah tipe validitas yang
menunjukkan sejauh mana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk
teoritis yang hendak diukurnya (Azwar, 1986). Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas konstruk apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam
tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal
mengukur aspek berpikir kritis maka butir soal tersebut sudah sesuai
dengan aspek berpikir kritis yang menjadi tujuan instruksional. Validitas
konstruk dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap
butir soal dengan setiap aspek dalam keterampilan berpikir kritis.
Pengerjannya berdasarkan logika, bukan pengalaman. Validitas konstruk
ini dilakukan oleh pakar yang berkompeten dalam konten fisika dan
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
pendidikan fisika. Validator memberikan penilaian terkait kesesuaian antara
soal instrumen tes yang telah dirancang dengan indikator/sub indikator
keterampilan berpikir kritis, memberikan saran/perbaikan, dan memberikan
penilaian apakah soal dalam instrumen tes bisa digunakan, direvisi atau
tidak bisa digunakan. Data mengenai keseuaian tersebut dikonversi dalam
bentuk persentase.
Selain validitas konstruk, pada penelitian ini juga proses analisis
validitas instrumen tes dilakukan menggunakan software Anates.V4. Hasil
analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1. Adapun interpretasi
hasil analisis validitas instrumen dapat diihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Interpretasi hasil validasi (Guilford, 1956: 145)
Nilai Hasil Perhitungan
0,80 < rxy ≤ 1,00
0,60 < rxy ≤ 0,80
0,40 < rxy ≤ 0,60
0,20 < rxy ≤ 0,40
0,00 < rxy ≤ 0,20
Keterangan:
Kriteria Validitas
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
b) Analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data yang sesuai dengan kenyataannya. Pada penelitian ini alat ukur yang
digunakan berbentuk soal tes esai. Untuk mencari reliabilitas soal tes esai
digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
r11=
(
)(1-
)
Keterangan:
r11
= reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total item ke-i
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
n
= jumlah butir pertanyaan
Adapun uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
bantuan software Anates.V4. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
Tabel 3.5. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145)
Nilai r11
0,80 < r11 ≤ 1,00
0,60 < r11 ≤ 0,80
0,40 < r11 ≤ 0,60
0,20 < r11 ≤ 0,40
-1,00 ≤ r11 ≤ 0,20
Interpretasi
Reliabilitas sangat tinggi
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sedang
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sangat rendah/ tidak
reliable
c) Analisis Tingkat Kemudahan Butir Soal
Beberapa ahli pengukuran menyebut tingkat kesukaran dengan tingkat
kemudahan. Menurut Ollem (dalam Alam, 1979), tingkat kemudahan butir
soal menunjukkan betapa mudah atau sulitnya suatu item soal dari sudut
pandang kelompok siswa atau peserta ujian yang mengerjakan item tes
tersebut. Ollem menambahkan bahwa jika tingkat kemudahan itu memiliki
nilai sekitar 0,15 sampai 0,8 artinya item tersebut dapat digunakan atau
dikatakan baik, sedangkan menurut Thomas dan Dawson (1972) item soal
dikatakan baik jika nilai dari tingkat kemudahannya berkisar antara 0,25
sampai 0,75. Untuk menghitung tingkat kemudahan suatu item tes, dapat
digunakan perumusan sebagai berikut:
Keterangan:
P : Indeks kemudahan
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah peserta tes
Tabel 3.6. Indeks kemudahan dan klasifikasi (Arikunto, 2012: 225)
P
0,00 – 0, 30
0,31 – 0,70
0,71 – 1,00
Klasifikasi
Sukar
Sedang
Mudah
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76
Proses analisis indeks kemudahan instrumen tes keterampilan berpikir
kritis menggunakan software Anates.V4. Hasil analisis dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
d) Analisis Daya Pembeda
Secara umum daya pembeda diartikan sebagai kemampuan suatu butir
soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah (Burhan Nurgiyantoro dalam Sujati, 2005). Suatu
butir soal dikatakan baik apabila butir tes tersebut dapat dijawab benar oleh
sebagian besar peserta tes yang berkemampuan tinggi dan hanya dapat
dijawab benar oleh sebagian kecil dari peserta tes yang berkemampuan
rendah. Butir tes yang dapat dijawab benar atau salah oleh peserta tes yang
berkemampuan tinggi dan rendah menunjukkan bahwa tes tersebut tidak
tidak memiliki daya pembeda (Sujati, 2005).
Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai
berikut (Arikunto, 2012: 228):
=
= PA - PB
Keterangan:
D = Daya pembeda butir soal
BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat
ditentukan berdasarkan interprestasi daya pembeda butir soal pada Tabel
3.7.
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
Tabel 3.7. Nilai daya pembeda dan interpretasinya(Arikunto, 2012)
Nilai Daya Pembeda
Kualifikasi
Negatif
Soal dibuang
0, 00 – 0, 20
Jelek
0, 21 – 0, 40
Cukup
0, 41 – 0, 70
Baik
0, 71 – 1, 00
Baik sekali
Seperti halnya tingkat kemudahan, proses analisis daya pembeda butir
soal instrumen tes keterampilan berpikir kritis menggunakan software
Anates.V4. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
3. Deskripsi hasil ujicoba instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Pengembangan instrumen tes keterampilan berpikir kritis dilakukan
dengan cara membuat kisi-kisi instrumen. Selengkapnya kisi-kisi soal tes
keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 1.5. Instrumen
yang dikembangkan berupa soal esai. Menurut Ennis (1993), jenis soal esai
lebih komperhensif dibandingkan jenis soal tes lain untuk mengukur
keterampilan berpikir kritis. Adapun konten materi pada instrumen ini
disesuaikan dengan konten materi yang dikembangkan pada worksheet dan
problemsheet yaitu alat optik. Soal yang dibuat berjumlah sepuluh soal
yang mewakili semua aspek keterampilan berpikir kritis menurut kerangka
Robert H. Ennis. Adapun penyebaran aspek keterampilan berpikir kritis
dalam soal tersebut tercantum pada Tabel. 3.8.
Tabel 3.8. Sebaran aspek keterampilan berpikir kritis dalam soal tes
No.
1
2
3
4
5
Aspek Keterampilan Berpikir
Kritis
Klarifikasi dasar
Dasar dalam mengambil keputusan
Inferensi
Klarifikasi lanjut
Strategi dan taktik
No. Soal
1,2
3,4
5,6
7,8
9,10
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78
Validasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis dilakukan untuk
mengetahui kebenaran konsep dan kesesuaian antara indikator penelitian
dengan instrumen tes yang dibuat. Berdasarkan hasil validasi, konsep pada
soal tersebut benar. Sedangkan hasil uji kesesuaian antara indikator dengan
soal tes dapat dilihat pada Tabel 3.9. Data hasil validasi soal tes
keterampilan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
Tabel 3.9. Rekapitulasi hasil uji kesesuaian antara indikator dengan soal tes
Kesesuaian indikator penelitian dengan soal tes
keterampilan berpikir kritis
Validator
Sesuai (%)
Tidak sesuai (%)
D1
90
10
D2
100
0
D3
90
10
Berdasarkan Tabel 3.9, terdapat dua soal yang tidak sesuai dengan indikator
penelitian. Adapun soal yang tidak sesuai tersebut adalah soal nomor tiga
dan soal nomor sepuluh. Setelah soal tersebut diperbaiki sesuai dengan
masukan dari validator. Semua soal kemudian diujicobakan. Pengujian soal
tes keterampilan berpikir kritis dilakukan kepada siswa kelas X yang telah
mendapatkan materi alat optik. Pengujian ini untuk mengetahui reliabilitas
soal tersebut. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam uji coba ini
berjumlah 44 orang siswa. Hasil pengujian kemudian dianalisis
menggunakan software AnatesV4. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.10. Pengolahan data selengkapanya dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
Tabel 3.10. Rekapitulasi hasil ujicoba soal keterampilan berpikir kritis
No.
Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Validitas
Nilai Kriteria
0,57 Baik
0,02 Jelek
0,57 Baik
0,22 Cukup
0
Jelek
0,39 Cukup
0,32 Cukup
0,67 Baik
0,50 Baik
Daya Pembeda
Nilai Kriteria
62,50 Baik
6,25 Jelek
35,42 Cukup
50,00 Baik
2,08 Jelek
45,83 Baik
18,75 Jelek
52,08 Baik
52,08 Baik
Tingkat
Kemudahan
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Kesimpulan
Digunakan
Revisi
Digunakan
Digunakan
Revisi
Digunakan
Revisi
Digunakan
Digunakan
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79
Validitas
Daya Pembeda
No.
Tingkat
Kesimpulan
Soal Nilai Kriteria Nilai Kriteria Kemudahan
10
0,34 Cukup
41,67 Baik
Sedang
Digunakan
Dari hasil analisis tersebut tidak ada soal yang dibuang, namun
sebanyak tiga soal harus diperbaiki. Pertimbangan soal tersebut diperbaiki
adalah berdasarkan uji validitas konstruk diketahui bahwa ketiga soal
tersebut telah valid, artinya dapat mengukur variabel yang akan diukur.
Perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki daya pembeda dan tingkat
kemudahan soal dilakukan dengan memperbaiki susunan kalimat pada soal,
tata bahasa serta keterkaitan soal dengan wacana. Selain itu kejelasan
gambar yang diberikan pada soal akan membantu siswa dalam menjawab
soal yang diberikan.
Soal nomor dua merupakan soal dengan konten materi Lup. Soal ini
digunakan
untuk
mengukur
aspek
klarifikasi
dasar
(elementary
clarification). Berdasarkan Tabel 3.10, soal ini memiliki validitas dengan
kategori jelek, artinya kemungkinan siswa tidak menguasai materi tersebut,
karena hal ini konsisten dengan hasil dari analisis daya pembeda yang
berkategori jelek juga. Butir soal ini dapat dijawab benar atau salah oleh
peserta tes yang berkemampuan tinggi dan rendah. Ini menjadi masukan
kepada peneliti dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan selama
penelitian. Selain itu, peneliti mencoba menganalisis terkait kurang baiknya
soal nomor dua dalam hal membedakan maupun kemudahannya. Peneliti
menduga bahwa hasil tersebut terjadi karena item tersebut mungkin terlalu
menantang relatif terhadap keseluruhan tingkat kemampuan kelas; item
mungkin ambigu atau tidak ditulis dengan jelas; mungkin ada lebih dari
satu jawaban yang benar.
Seperti halnya pada nomor dua, ternyata soal nomor lima terkait dengan
konten materi tentang Lup. Soal nomor lima ini cenderung soal yang paling
jelek diantara semua soal lainnya. Mengingat semua soal dengan konten
materi Lup memiliki kualitas yang kurang baik. Peneliti kemudian
menganalisis penyebab hal ini dapat terjadi. Setelah melihat kembali soal
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80
tes yang dikembangkan, ternyata soal nomor lima ini mungkin terlalu
menantang relatif terhadap keseluruhan tingkat kemampuan kelas; item
mungkin ambigu atau tidak ditulis dengan jelas; mungkin ada lebih dari
satu jawaban yang benar. Soal nomor lima ini terkait dengan kemampuan
inferensi. Kemampuan ini biasanya dilatihkan ada saat praktikum.
Mengingat siswa-siswa yang menjadi objek ujicoba soal ini jarang sekali
melakukan praktikum, maka pemahaman akan keterampilan berpikir
mereka terkait dengan kemampuan membuat asumsi untuk menghasilkan
suatu kesimpulan dari kegiatan demonstrasi atau eksperimen menjadi
rendah. Mengingat materi soal yang harus direvisi dominan konten materi
Lup, peneliti harus berupaya mengembangkan dan membantu siswa untuk
lebih dapat memahami konten ini.
Soal terakhir yang harus diperbaiki adalah soal nomor tujuh. Soal
nomor tujuh terkait dengan konsep bayangan nyata dan bayangan maya.
Validitas soal ini dalam kategori cukup, dan tingkat kemudahan sedang.
Butir soal ini dapat dijawab benar atau salah oleh peserta tes yang
berkemampuan tinggi dan rendah. Bisa jadi kemungkinan siswa hanya
menebak jawabannya tanpa mereka pahami konsepnya. Sehubungan
dengan rendahnya penguasaan konsep ini, dikarenakan, ketika mempelajari
materi alat optik guru langsung menjelaskan konsep jenis-jenis alat optik,
tanpa review soal prasayarat yang sebaiknya siswa tahu. Sehingga hal ini
menjadi masukan kepada peneliti dalam pengembangan kegiatan belajar
siswa di dalam kelas.
E. Pengolahan Data
1. Validasi Konten Worksheet dan Problemsheet
Validasi worksheet dilakukan dengan dua cara, yaitu menguji
kesesuaian antara indikator penelitian dengan kegiatan siswa yang terdapat
dalam worksheet, serta menguji kualitas worksheet berdasarkan aspekaspek yang terdapat dalam worksheet. Selain itu proses validasi kesesuaian
antara indikator kemampuan kognitif dengan soal tes pada problemsheet
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81
juga dilakukan. Proses validasi dilakukan oleh tenaga ahli/ expert dalam
hal ini dosen di Departemen Pendidikan Fisika UPI. Pengujian tersebut
menggunakan instrumen lembar checklist yang disertai kolom saran untuk
mendapatkan umpan perbaikan worksheet dan problemsheet yang
dikembangkan.
Pada lembar checklist tersebut, pernyataan sesuai diberikan bobot 1,
dan tidak sesuai diberikan bobot 0. Hasil pengujian tersebut kemudian
dipersentasekan menggunakan rumus:
Tingkat persetujuan =
x 100%
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian direpresentasikan menurut
kriteria pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Interpretasi hasil validasi (Guilford, 1956: 145)
Nilai Hasil Perhitungan
0,80 < x ≤ 1,00
0,60 < x ≤ 0,80
0,40 < x ≤ 0,60
0,20 < x ≤ 0,40
0,00 < x ≤ 0,20
Keterangan:
Kriteria Validitas
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
x = Tingkat persetujuan validitas Worksheet dan Problemsheets (%)
2. Uji Kelayakan Worksheet
Uji kelayakan worksheet dilihat berdasarkan kualitas konten
worksheet dan keterbacaan uraian/ wacana pada worksheet.
a). Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Irwin dan Davis (1980), yaitu Readability
checklist. Instrumen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Uji
keterbacaan menggunakan ini dilakukan terhadap tiga orang guru Fisika
SMA/MA.
Readability
checklist
memiliki
dua
variabel.
yaitu
Keterpahaman (understandability) dan Keterbelajaran (learnability).
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
Keterpahaman (understandability) memberikan informasi kepada guru
tentang latar belakang pengetahuan yang diperlukan untuk memahami
teks, dan kesulitan sintaksis teks seperti konstruksi kalimat, gagasan
utama, dan aturan rinci lainnya. Keterbelajaran (learnability) memberikan
informasi tentang kejelasan dan kegunaan dari teks atau buku (Ruddell
dalam Ulusoy, 2006). Guru menilai teks dengan menggunakan skala lima
poin yaitu lima untuk sangat baik, empat untuk baik, tiga untuk kategori
cukup, dua untuk kurang, satu untuk tidak berterima, dan NA untuk tidak
diaplikasikan. Setelah guru selesai mengisi lembar checklist tersebut, guru
kemudian memberikan saran berupa kelemahan dan kekuatan dari
dokumen yang dinilainya.
Pendekatan kualitatif menggunakan instrumen checklists yang mengacu
framework Alvermann dan Phelps (2002) untuk siswa. Alvermann dan
Phelps (2002) memberikan kerangka yang dapat dikembangkan oleh guru
untuk mengembangkan daftar mereka sendiri. Kerangka kerja ini memiliki
empat aspek yaitu konten, format, kegunaan dan gaya. Setiap aspek
ditanyakan atau dinilai menggunakan pertanyaan terbuka. Misalnya,
konten yang mencakup pertanyaan tentang kedalaman konten, kosa kata
baru atau sulit, konsep-konsep baru, dan kesesuaian teks dan pengetahuan
siswa sebelumnya. Format memiliki pertanyaan tentang ilustrasi,
perkenalan, ringkasan dan indeks. Utilitas meliputi pertanyaan tentang
kegiatan, petunjuk guru dan bacaan tambahan. Bagian terakhir dari
kerangka kerja ini adalah gaya dan memiliki pertanyaan tentang
kompleksitas dan kohesi teks atau buku.
b). Uji Kualitas
Pengujian kualitas worksheet ini menggunakan angket yang dilakukan
kepada sepuluh orang guru Fisika di wilayah III Cirebon. Dari pengujian
ini didapatkan data terkait masukan dan saran. Menurut Darmodjo dan
Kaligis (dalam Widjajanti, 2008), kriteria kualitas worksheet yang baik
harus memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.
Syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan worksheet yang
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban
atau yang pandai. Worksheet lebih menekankan pada proses untuk
menemukan konsep, dan yang terpenting dalam worksheet ada variasi
stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Worksheet
diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi
sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami
siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat
konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam worksheet. Syarat teknis
menekankan penyajian worksheet, yaitu berupa tulisan, gambar dan
penampilannya dalam worksheet. Instrumen uji kualitas dapat dilihat pada
Lampiran 2.3.
Tabel 3.12. Komponen dalam angket penilaian kualitas
Syarat Kualitas
Syarat didaktik
Syarat konstruksi
Syarat teknis
Komponen pada angket
Komponen kejelasan dan kebenaran
konsep/ hokum
Komponen kegiatan siswa
Komponen keterampilan berpikir kritis
Komponen kebahasaan
Komponen penyajian/ penampilan fisik
Komponen modus representasi yang
digunakan
Data kuantitatif yang diperoleh pada penelitian ini di analisis dengan
metode persentase setiap aspek menggunakan persamaan (Bramianto,
dalam Asyahari dkk, 2016):
PSA =
x 100 %
dengan kriteria penilaian kualitas yang di adaptasi dari Kemendikbud
(dalam Asyahari, dkk, 2016) yang ditunjukkan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Interpretasi kualitas worksheet (Kemendikbud dalam Asyhari,
dkk, 2016)
Persentase Penilaian
Kriteria
90% < x ≤ 100 %
Sangat layak
75% < x ≤ 90%
Layak
60% < x ≤ 75%
Cukup layak
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
x ≤ 60 %
Kurang layak
x = PSA (persentase penilaian kualitas)
3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat diketahui dengan
menghitung N–gain. N-gain dapat diketahui dari data tes awal dan tes
akhir. Tes awal dan tes akhir menggunakan soal tes keterampilan berpikir
kritis yang telah divalidasi dan diujicoba. Besarnya Gain didapatkan dari
mencari selisih skor tes awal dan tes akhir. N-Gain adalah gain yang
dinormalisasi, perhitungan N-Gain bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang siswa. N-Gain
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Hake, 1998):
Hasil perhitungan N-Gain menurut Hake (1998) dikategorikan ke dalam
tiga kategori yakni :
Tabel 3.14. Interpretasi nilai N-gain
Nilai N-gain
N-Gain > 0,7
0,3 ≤ N-Gain ≥ 0,7
N-Gain < 0,3
Keterangan
Tinggi
Sedang
Rendah
4. Uji perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis
a. Uji statistika
Penelitian ini menggunakan uji beda yang sebelumnya sudah
dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas.
1). Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Shapiro-Wilk karena subjek atau responden dalam penelitian ini kurang
dari 50 subjek atau responden. Uji Shapiro-Wilk dianggap lebih akurat
ketika jumlah subjek penelitian kurang dari 50. Adapun uji normalitas
menggunakan software SPSS versi 23. Data yang diolah menggunakan
SPSS ini adalah data gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Taraf
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85
signifikansi yang dipakai adalah α = 0,05. Artinya, keputusan peneliti
untuk menolak atau mendukung hipotesis nol memiliki probabilitas
kesalahan sebesar 5%. Pertimbangan menggunakan taraf signifikansi α =
0,05 dikarenakan terdapat beberapa variable yang dikahwatirkan
mempengaruhi hasil penelitian namun tidak bisa diantisipasi oleh peneliti
yang nilainya lebih dari 1%. Selain itu, taraf signifikansi yang kecil
biasanya digunakan untuk meneliti makanan, minuman, atau obat. Taraf
signifikansi (α) menunjukan probabilitas atau peluang kesalahan yang
ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau
mendukung hipotesis nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat
kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir oleh peneliti, yang
diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel (sampling error).
Hipotesis untuk mengetahui normalitas data adalah:
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagi berikut :
H0 diterima jika p-value (asymp sign) > 0,05
H0 ditolak jika p-value (asymp sign) < 0,05
p-value (asymp sign) adalah nilai probabilitas kesalahan yang dihitung
atau menunjukkan tingkat probabilitas kesalahan yang sebenarnya.
Tingkat kesalahan ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan dalam pengujian hipotesis.
2). Uji Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sama tidaknya
varians pada variabel bebas. Data yang digunakan pada uji homogenitas
diambil dari nilai gain pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Uji Homogenitas dihitung menggunakan program SPSS versi 23 melalui
uji Levene Test (Test of Homogenity of Variance) dengan taraf signifikansi
α = 0,05. Alasan menggunakan uji Levene yaitu data yang diuji tidak
harus berdistribusi normal, namun harus kontinu.
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagi berikut:
a) Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa varian
dari dua kelompok populasi adalah tidak sama
b) Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa varian
dari dua kelompok populasi adalah sama.
3). Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata secara signifikan terkait dengan pengaruh
penggunaan worksheet dan problemsheet berorientasi keterampilan
berpikir kritis menggunakan multimodus representasi. Data yang akan
diuji adalah gain. Uji gain dilakukan untuk mengetahui apakah
peningkatan kedua kelas berbeda secara signifikan atau tidak sebagai
hasil dari efek perlakuan.
Apabila data normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata
menggunakan uji-t independent sample test. Perhitungan uji perbedaan
dua rata-rata pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software
SPSS versi 23. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05. Jika
data memenuhi syarat normalisasi dan homogenitas, maka uji perbedaan
dua rata-rata menggunakan uji-t dan nilai signifikansi yang dilihat adalah
nilai pada baris equal variances assumed. Apabila data terdistribusi
normal tetapi tidak homogen, maka nilai signifikansi yang dilihat adalah
nilai pada baris equal variances not assumed.
Kriteria pengambilan keputusan:
a). Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain siswa kelas
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
b). Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa rata-rata
gain siswa kelas ekperimen lebih besar secara signifikan daripada
rata-rata gain siswa kelas kontrol.
Jika distribusi datanya tidak memenuhi persyaratan uji parametrik,
data terdistribusi tidak normal maka pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji statistik non-parametrik. Uji statistik non-parametrik yang
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87
digunakan jika asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah uji MannWhitney menggunakan software SPSS versi 23 menggunakan taraf
signifikansi α = 0,05.
Kriteria pengambilan keputusan:
a). Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain siswa kelas
eksperimen dan siswa kelas kontrol.
b). Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa rata-rata
gain siswa kelas ekperimen lebih besar secara signifikan daripada
rata-rata gain siswa kelas kontrol.
b. Ukuran Dampak (Effect Size)
Penentuan perbedaan signifikansi peningkatan keterampilan berpikir
siswa
setelah
menggunakan
worksheet
dan
problemsheet
yang
dikembangkan dilakukan dengan mengukur effect size. Effect size
memungkinkan kita mengukur peningkatan peserta didik yang kemudian
dapat dinyatakan melalui skala standar (Coe, 2000). Perhitungan effect
size dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh worksheet dan
problemsheet terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
Adapun, rumus effect size yang digunakan adalah:
D=
SDpooled =
Keterangan:
D
: Effect size
ME
: Mean eksperimen
MK
: Mean kontrol
: Standar deviasi
SE
: Standar deviasi kelas eksperimen
SK
: Standar deviasi kelas kontrol
Fanni Zulaiha, 2016
PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
nE
: Jumlah siswa kelas eksperimen
nK
: Jumlah siswa kelas kontrol
Harga koefisien ukuran dampak diinterpretasikan dengan menggunakan
kriteria dari Cohen (1992).
Tabel 3.15. Interpretasi U