Media dan Kekerasan Terhadap Anak (Analisis Isi Berita Kekerasan Terhadap Anak dalam Harian Medan Pos)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Konteks Masalah
Kriminalitas

merupakan

suatu

kejahatan

yang

tergolong

dalam

pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku dalam suatu negara). Berbagai

macam jenis kejahatan yang terjadi pada jaman sekarang misalnya kejahatan
dalam melakukan pembunuhan, perampokan, pencurian, pencemaran nama baik,
pelecehan seksual, penganiayaan, penipuan, pemaksaan dalam hak asasi manusia,
memperdagangkan manusia atau adanya memeperjual-belikan manusia, dan
sebagainya. Kekerasan baik secara fisik maupun non fisik merupakan bagian dari
ruang lingkup kriminal tersebut.
Seiring perkembangan jaman, kekerasan sering terjadi di sekeliling kita,
baik pada kalangan bawah, menengah, bahkan kalangan atas yang memiliki
pendidikan yang tinggi. Adanya kekerasan ini tidak melihat dari segi usia, status,
maupun jenis kelaminnya. Kekerasan bisa terjadi kapan saja, dimana saja jika
pelakunya sudah kehilangan akal sehatnya yang hampir menyerupai pemikiran
orang-orang primitif yang tidak mempunyai perasaaan manusiawi.
Pada jaman sekarang ini anak-anak sering menjadi korban kekerasan baik
dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan keluarga. Dalam kekerasan
pada anak bisa terjadi secara fisik maupun non-fisik. Jenis kekerasan fisik
dilakukan untuk tujuan melukai, menyiksa atau menganiaya anak tersebut.
Tindakan tersebut dilakukan dengan anggota tubuh (pelaku) maupun dengan alatalat lainnya yang dapat melukai. Sedangkan kekerasan non-fisik merupakan
tindakan yang bertujuan merendahkan derajat atau kepercayaan diri dari anak
tersebut baik melalui kata-kata secara langsung maupun dari media, contohnya
memaki, menceritakan keburukannya (aib), membully di depan teman-temannya

maupun di dalam jejaring sosial dan sebagainya.

1
Universitas Sumatera Utara

Kekerasan terhadap anak-anak adalah perilaku yang bersifat tindak
penganiayaan yang dilakukan orang tua (dewasa) terhadap anak-anak (usia 0 - 18
tahun, atau sepanjang mereka masih berstatus anak secara hukum). Pada
umumnya, masyarakat berbendapat bahwa kehadiran anak

dalam keluarga

merupakan berkat dan karunia dari Tuhan kepada pasangan suami-isteri. Mereka
merupakan titipan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada ayah dan ibunya. Oleh sebab
itu, anak wajib dijaga dan dilindungi, karena dalam dirinya melekat harkat,
martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak (misalnya bertambah besar,
pintar, dan lain-lain) di tengah keluarganya, sangat berkaitan dengan berbagai
faktor yang saling melengkapi satu sama lain. Semuanya itu, sekaligus
menjadikan anak mampu berinteraksi dengan hal-hal di luar dirinya (misalnya

orang tua, adik-kakak, teman sebaya, tetangga, sekolah, masyarakat, dan lainlain). Interaksi itu ditambah dengan bimbingan serta perhatian utuh dari orang tua
menghasilkan berbagai perubahan, pertumbuhan, perkembangan pada anak,
menyangkut fisik, psikhis, sosial, rohani, dan intelektual, pola pikir, cara pandang,
dan lain-lain.
Seiring dengan itu (perubahan, pertumbuhan, perkembangan), seringkali
terjadi benturan-benturan ketika anak (dan kreativitas pikiran dan tingkah
lakunya) berhadapan dengan ayah-ibu mereka serta orang dewasa lainya. Dan
tidak menutup kemungkinan, dampak dari benturan-benturan itu adalah berbagai
bentuk perlakuan (kekerasan fisik, kata, psikhis yang dibungkus dengan kata-kata
semuanya adalah nasehat dan didikan) orang dewasa kepada anak. Hal itu terjadi
karena orang dewasa (atas nama orang yang melahirkan, yang memberi
kehidupan, yang mengasuh, lebih tua, lebih dewasa, lebih pengalaman, lebih tahu,
harus didengar, harus dihormati, dan lain-lain) menganggap anak telah
melawannya, bandel, tidak mau dengar-dengaran, keras kepala, serta telah
melakukan banyak tindakan perlawanan terhadap orang yang lebih tua. Tindakantindakan dalam rangka upaya pendisiplinan, menuntut kataatan tersebutlah yang

Universitas Sumatera Utara

menjadikan orang tua memperlakukan anak-anak mereka secara fisik dan
psikologis, sehingga berakibat penderitaan, tidak berdaya, bahkan kematian.

Anak-anak yang menjadi korban kekerasan dari orang tuanya, mengalami
ketakutan dan trauma pada dirinya. Ketakutan dan trauma tersebut menghantar
mereka lari dari rumah dan lingkungannya. Tidak sedikit dari antara mereka yang
akhirnya menjadi anak-anak terlantar, bahkan jadi bagian (anggota) dari
kelompok penjahat dan pelaku tindak kriminal lainnya.
Tindak kekerasan tidak terlepas dari peran media massa, baik itu dalam hal
mencegah atau bahkan meningkatkan tindak kekerasan itu sendiri. Media massa
sangat berperan dalam kehidupan masyarakat luas. Media massa bertumpu pada
andalan teknologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industri untuk
memperbanyak dan melipatgandakan pesan yang ada tersebut. Bantuan industri
mengakibatkan berbagai pesan akan menjangkau khalayak dengan cara yang cepat
serta tepat secara terus-menerus. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara
komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau
berbagai titik-titik pemukiman manusia di muka bumi ini pada waktu yang sama.
Media massa terbagi dari media cetak dan media elektronik. Media cetak
merupakan media massa pertama yang muncul, salah satu media cetak adalah
surat kabar. Pada penelitian ini, penulis akan lebih membahas mengenai isi media
massa tersebut, terkhusus surat kabar dalam menampilkan berita-berita mengenai
kekerasan terhadap anak. Seperti yang tercantum pada situs kompas, bahwa Kota
Medan menjadi daerah tertinggi dalam hal tindak kekerasan terhadap anak di

wilayah Sumatera Utara, dengan jumlah korbannya mencapai 72 orang.
(http://regional.kompas.com/read/2013/01/07/21365633/Tertinggi.di.Sumut.Kasus
.Kekerasan.Anak.di.Medan)
Beberapa media cetak yang menempatkan anak sebagai makhluk kedua,
yang melahirkan subordinasi dan ketidakadilan. Tak jarang media melakukan
second rape terhadap pemberitaan anak korban pemerkosaan, pelecehan seksual,
korban kekerasaan. Contoh lain terhadap pemberitaan tentang kekerasan terhadap

Universitas Sumatera Utara

anak, seperti Medan Pos misalnya melalui rubrik khusus dan berita kriminal.
Rubrik tersebut dengan gamblang mengeksploitasi penderitaan anak dengan gaya
yang khas, yang lebih berorientasi "anak sebagai komoditi berita" ketimbang
berorientasi "anak sebagai korban" yang harus dibela, diperjuangkan ataupun
dilindungin.
Ini hanyalah sekedar contoh bahwa persoalan-persoalan kekerasan
terhadap anak

masih belum dipahami oleh pekerja pers (wartawan maupun


redaktur). Padahal pers sebagai ujung tombak informasi seharusnya memiliki
pemahaman cukup mengenai masalah tersebut, sehingga sesuai dengan posisi
strategis yang melekat padanya pers mampu berperan dalam perlindungan
terhadap anak. Berangkat dari fenomena tersebutlah sebuah penelitian yang
mengelaborasi tingkat pemahaman pekerja pers terhadap permasalahan kekerasan
terhdap anak amat diperlukan, dimana tingkat pemahaman tersebut dapat
tercermin dengan jelas melalui karya ataupun tulisan-tulisan para pekerja pers.
Melalui hasiI karya mereka akan terbentuk persepsi dari pembaca/pelanggan
tentang kekerasan terhadap. Karya jurnalistik yang memberitakan tentang
kekerasan terhadap anak dapat dilihat dengan menganalisis content dari
pemberitaan Medan Pos yang memberitakan tentang kekerasan terhadap anak.
1.2.

Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang

akan diteliti adalah “Bagaimana Kekerasan Terhadap Anak di Tampilkan Oleh
Harian Surat Kabar Medan Pos”.
Untuk menghindarkan ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka
peneliti melakukan pembatasan masalah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada berita kekerasan terhadap anak di harian Medan
Pos selama tahun 2013
2. Penelitian ini menggunakan analisis isi model Holsti.

Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui berapa banyak berita kekerasan
terhadap anak muncul di harian surat kabar Medan Pos selama setahun.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tema berita tentang
kekerasan terhadap anak yang sering muncul di harian Medan Pos.

1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menerapkan ilmu yang
didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU serta menambah cakrawala dan wawasan peneliti

mengenai analisi isi.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau
menambah khasanah penelitian komunikasi, khususnya bidang
penelitian

terhadap

media,

dan

menambah

pengetahuan

dan

pengalaman ilmu mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

untuk perbaikan kepada siapa saja yang tertarik pada penelitian Media,
serta memberikan masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan
pengetahuan yang berkenan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara