Makalah kopi dan kakao docx

Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Document Transcript
1. MAKALAH LAPORAN TEKNIK PERLINDUNGAN TANAMAN II OPT UTAMA TANAMAN
PERKEBUNAN Disusun untuk memenuhi mata kuliah Teknik Perlindungan
Tanaman II Semester Ganjil / Tahun 2009 Kelompok 6 Raden Bondan E B
(150110080162) Fajar Darussalam (150110080132) Hari Akbar M
(150110080156) Indah Meutia (150110080125) Listhy Prischasari
(150110080137) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
2. A. KAKAO Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon,
di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam
pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk
menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang
produktif. Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang. Walaupun
demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi. OPT KAKAO 1.
Kutu Putih (Planococcus citri) a. Klasifikasi Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda
Ordo : Hemiptera Famili : Pseudococcidae Genus : Planococcus Spesies :
Planococcus citri b. Morfologi Kutu putih yang berbentuk oval, dewasa betina
berukuran 1 - 2 mm,lebar 1,5 mm, berwarna putih dan disekeliling tubuhnya

terdapat 14 – 18 pasang lilin seperti duri. Ukuran benang yang mengandung lilin
terpanjang terletak pada bagian belakang. Telur berwarna kuning terbungkus
dalam jaringan seperti lilin yang longgar. Nimfa instar pertama aktif bergerak
berukuran kira-kira 0,5 mm, setelah mengisap serangga cenderung menetap.
Kutu dewasa jantan mempunyai sayap dan betina tidak memiliki sayap. Kutu
jantan memiliki panjang 4,5 mm. Nimfa betina berbentuk
3. seperti betina dewasa, sedangkan nimfa jantan lebih tipis. Nimfa muda
berwarna kuning orange. c. Siklus Hidup Terdiri dari empat instar. Kutu betina
bertelur sampai 300-500 butir. Telur akan menetas setelah 6-20 hari. kutu yang
muda menghisap cairan buah, daun, atau di tempat menempelnya. Gerakan
hama ini lambat, untuk perkembangannya sampai sempurna memerlukan waktu
1-4 bulan. Imago jantan (bersayap) 2 - 4 hari dan betina dapat mencapai 102
hari. Telur diletakkan dalam kelompok di dalam jalinan benang (seperti kapas) di
bawah tubuh imago betina (Mardiningsih dan Balfas, 2003). Dalam satu tahun
dilahirkan 2-4 generasi kutu. Kutu putih dapat menularkan penyakit akibat virus.
4. d. Habitat Kutu putih Planococcus umum ditemukan pada tanaman di rumah
kaca/persemaian maupun pada pertanaman. e. Penyebaran Daerah tropis dan
subtropis. f. Pengendalian Pemanfaatan musuh alami seperti Coccophagus
gurneyi Compere, dan Tetracnemus pretiosus Timberlake. Selain itu kumbang
predator seperti Cryptolaemus mountrouzieri Muls, dan Scymnus apiciflavus Mits

Penyemprotan dengan Anthio 33 EC, Azodrin 60WSC, Sevin 85S, Perfecthion, dan
lain-lain Penggunaan insektisida sintetik, karena ini serangga ini tersembunyi

pada bagian tanaman sehingga tidak terkena dengan insektisida kontak.
Insektisida yang telah digunakan antara lain karbosulfan. 2. Bercak daun
(Cercospora sp) a. Klasifikasi Kingdom : Mycetae (Fungi) Divisi : Eumycota Kelas :
Hypomycetes
5. Ordo : Dothideales Famili : Mycrosphaerellaceae Genus : Cercospora Spesies :
Cercospora sp b. Gejala Daun yang sakit timbul bercak berwarna cokelat dengan
pusat berwarna abu - abu yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna
kuning. c. Penyebaran Keadaan lingkungan yang lembab dan pola tanam yang
kurang baik, spora terbawa angin dan air hujan serta alat – alat pertanian. d.
Pengendalian Pengendalian penyakit dengan sanitasi kebun dan membuang
bagian-bagianyang sakit, kemudian membenamkannya di dalam tanah.
Mengurangi kelembaban kebun dengan pemangkasan, pengaturan naungan dan
membuat parit drainase. Melakukan pemupukan dan hindari penggunaan bibit
yang telah terserang penyakit ini.
6. B. KOPI Kopi merupakan marga sejumlah tumbuhan berbentuk pohon yang
beberapa di antaranya menjadi bahan dasar pembuatan minuman penyegar
kopi. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya

dua yang memiliki nilai perdagangan penting, yaitu C. canephora (menghasilkan
kopi robusta) dan C. arabica (menghasilkan kopi arabika). Beberapa jenis lainnya
juga dipakai sebagai bahan campuran untuk mempengaruhi aroma, seperti C.
excelsa dan C. liberica. OPT KOPI a. Embun Jelaga (Capnodium sp) 1.Klasifikasi i.
Kingdom : Mycetae ii. Divisi : Eumycota iii. Kelas : Loculoascomycetes iv. Ordo : v.
Famili : Capnodium vi. Genus : Capnodium vii. Spesies : Capnodium sp 2.Gejala :
Daun, ranting dan buah yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna
hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas memakai tangan atau
terkelupas sendiri, dan mudah tersebar oleh angin. Buah yang tertutup oleh
lapisan hitam ini, biasanya ukurannya lebih kecil dan mengalami kelambatan
dalam pematangan. Gejala ini banyak terjadi pada pohon kopi yang dijumpai
kutu - kutu tanaman yang dapat mengeluarkan embun madu. 3.Morfologi dan
Siklus Miselium berwarna coklat dan melekat pada permukaan daun atau
7. bagian tanaman lainnya. Jamur ini tergolong saprofit yang hidup dari madu
kutu – kutu di pohon 4.Penyebaran Adanya kutu tanaman yang dapat
mengeluarkan sekresi embun madu seperti Aleurodicus sp., Pseudococcus sp.,
dan Coccus viridis merupakan medium yang baik perkembangan cendawan.
Kelembaban yang tinggi juga dapat mendorong perkembangan cendawan. 5.
Inang Cengkeh, jambu, dan kopi 6.Pengendalian i. Mengendalikan kutu-kutu
tanaman dengan pertisida yang efektif dan cendawan dengan fungisida yang

efektif. ii. penyemprotan detergen 5% asal tidak terlalu sering. C. TEH Tanaman
teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama
tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun
selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) yang
dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga mencakup
banyak jenis tanaman hias. Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan
negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma
Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan

tropis dan subtropis. Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684.
Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor,
dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di
Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian
Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di
Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835.
Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun,
Sumatera Utara. OPT TEH a. Empoasca sp 1.Klasifikasi i. Filum : Arthropoda
8. ii. Kelas : Hexapoda iii. Ordo : Homoptera iv. Famili : Cicadellidae v. Genus :
Empoasca vi. Spesies : Empoasca sp 2.Morfologi Pelompat daun ini berwarna

hijau sampai hijau kekuningan dengan bercak cokelat tua ditengah dan bercak
putih pada dada. Kakinya berwarna hijau. Panjang tubuh sekitar 2,5 mm.
3.Gejala Serangga ini menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap
cairannya.Jika pucuk sudah habis, serangan dapat berlanjut ke daun muda dan
tua. Gejala serangan berupa perubahan warna tulang daun teh menjadi merah
coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan seperti terbakar (leaf
burn), kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat, dan pucuk
daun teh tumbuh tidak normal. Serangan dapat sampai tanaman jadi gundul
dengan produksi sangat menurun.
9. 4.Siklus Hidup Telur diletakkan satu-persatu, diselipkan pada tulang daun teh.
Telur sangat kecil berwarna putih, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Setelah 4-7 hari telur menetas jadi nimfa. Nimfa berwarna putih kekuningkuningan berganti kulit 4 kali dalam 7-12 hari. hama ini hidup pada permukaan
bawah daun, sesekali naik ke atas permuk aan daun, dengan menusuk dan
menghisap cairan terutama dari tulang daun muda. Ciri khas adalah jalannya
menyamping. Hanya terkadang hama ini naik ke atas daun. Dewasa berwarna
hijau muda kekuningkuningan, dapat terbang dengan perantara tiupan angin.
Lama daur hidup dari telur sampai dewasa berkisar 14-18 hari. Metamorfosis
heterometabola ( telur-nimfa-imago) 5.Pengendalian i. Penanaman jenis kapas
yang berambut. Tujuannya agar pada waktu Empoasca bertelur akan terhambat
oleh rambut – rambut dari tanaman kapas tersebut ii. Penyemprotan hama

dengan insektisida, seperti Thiodan, Azodrin, dan Selvin. iii. Pemanfaatan musuh
alami, predator seperti famili Coccinellidae dan Chrysopidae. Mymaridae sebagai
parasit
10. telur serta Dyrinidae sebagai parasit nimfa dan serangga dewasa. D. LADA
Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan rempah-rempah yang terpenting dan
tertua di dunia. Tanaman ini termasuk famili Piperaceae, yang terdiri dari lebih
kurang 12 genus yang merupakan tumbuhan semak, tumbuhan menjalar yang
semuanya berasal dari daerah tropis dan sub tropis seperti India, Pandagaskar,
Indonesia dan sebagainya. Tanaman lada tumbuh baik di daerah tropis yang
panas dan lembab yang curah hujan yang cukup besar serta diselingi oleh cuaca
yang kering dan teduh. Tanaman lada dikembang biakkan dengan stek dan biji.
Pohon lada mulai berbuah 2 sampai 3 tahun setelah penanaman stek, tetapi ada
juga yang belum berubah sampai pada umur 5 tahun. OPT LADA a. Lophobaris

piperis (Hama Penggerek Batang Lada) 1.Klasifikasi i. Filum : Arthropoda ii.
Kelas : Hexapoda iii. Ordo : Coleoptera iv. Famili : Curculionidae v. Genus :
Lophobaris vi. Spesies : Lophobaris piperis 2.Morfologi Imago dewasa berwarna
hitam berbintik – bintik berwarba putih. Tipe kumbang bermoncong. Telur
berwarna putih kekuningan. Telur
11. menetas setelah ± 7 hari dan keluar larva yang berwarna putih kotor dan

kepala berwarna kuning pucat hingga coklat kekuningan. Panjang larva awal 1
mm dan pada larva akhir 8 mm. 3.Gejala Kumbang dewasa disebut gagaja atau
kumbang moncong, menyerang bunga, buah, pucuk, daun, dan cabangcabang
muda. Kerusakan terberat akibat hama ini adalah serangan larva dengan cara
menggerek batang atau cabang tanaman sehingga mengakibatkan kematian
bagian atas batang atau cabang terserang. Gejala serangan imago umumnya
berupa bekas gigitan pada bagian tanaman yang diserang dan menghitamnya
bekas gigitan karena pembusukan. Gejala serangan ini dapat dijadikan petunjuk
keberadaan imago. Gejala kerusakan akibat serangan imago tersebut biasanya
tidak menyebabkan kerugian yang berarti. Kerugian terjadi jika diserang oleh
larva penggerek. Gejala serangan larva berupa layu dan menguningnya tanaman
pada bagian atas gerekan yang kemuadian mengering. Bagian yang digerek
akan mudah patah. Pada gejala lanjut dapat ditemukan lubang di sekitar bagian
tanaman yang terserang, sebagai tempat keluar serangga dewasa. Serangan
larva umumnya dimulai pada cabang-cabang buah. Pada populasi tinggi,
serangan dapat mencapai batang utama. Sekitar 23% lubang gerekan terdapat
pada batang utama dan 77% pada cabang tanaman. Serangan larva penggerek
pada satu batang utama dapat mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 43,8%
atau bahkan tanaman mengalami kematian total bila seluruh batang utama yang
terdapat pada bagian paling rendah dari tanaman terserang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada umumnya serangan pada dua cabang buah selalu
diikuti dengan serangan larva pada satu batang utama, yang diperkirakan dapat
mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 16,5% (Deciyanto et al., 1986). 4.Siklus
Hidup Penggerek batang meletakkan telur dengan cara melubangi bagian bawah
kulit batang atau cabang. Satu kali peletakkan telur berkisar antara 1 - 3 butir.
Telur berwarna putih kekuningan. Telur menetas
12. setelah ± 7 hari dan keluar larva yang berwarna putih kotor dan kepala
berwarna kuning pucat hingga coklat kekuningan. Panjang larva awal 1 mm dan
pada larva akhir 8 mm. Larva akan menjadi pupa yang terbentuk dalam kokon
setelah berumur 28 hari. Pupa berwarna putih kotor hingga kekuningan. Pupa
terdapat di dalam gerekan selama 19 hari dan kemudian menjadi imago
(kumbang). Imago berwarna hitam. Pada kepala terdapat bagian yang
memanjang dan disebut rostrum, bentuknya seperti belalai dan mengarah ke
bawah. Imago akan kopulasi setelah berumur 2 minggu, dan 3 hari kemudian
kumbang betina akan meletakkan telur. Imago betina selama hidupnya mampu
meletakkan telur antara 280 – 525 butir, atau ratarata 380 butir dengan tingkat
penetasan mencapai 88,71% (Vecht, 1940). 5.Habitat Serangga L. piperis hidup
dan mampu berkembang biak dengan menyerang hampir semua bagian
tanaman lada. Oleh karena itu kelimpahan populasinya di lapangan kurang
dipengaruhi oleh keberadaan buah lada sebagai makanan utama serangga


dewasa. Berbagai stadium penggerek batang selalu ditemukan pada saat yang
sama berupa telur, larva, pupa atau imago. Pada awal musim hujan biasanya
ditemukan telur dan larva muda. Pada pertengahan musim hujan ditemukan
pupa dan imago. Pada akhir musim hujan ditemukan telur dan larva. Pada musim
kemarau, semusim stadium jumlahnya sangat rendah (Deciyanto dan Suprapto,
1996). 6.Penyebaran Seluruh daerah pertanaman Lada di Indonesia
(Kalshoven,1981) 7.Pengendalian dan Ambang Kendali i. Secara mekanik/fisik
Mengambil secara langsung serangga dewasa baik L. Piperis dijumpai pada
setiap tanaman. Serangga L. piperis peka terhadap sentuhan dan getaran. Oleh
karena itu mengumpulkan serangga tersebut dengan menggoyang tanaman.
Serangga yang tidak terlihat akan berjatuhan dan dapat ditampung dengan kain
atau tampah yang diletakkan di bawah tajuk. Untuk larva
13. penggerek dapat dilakukan dengan cara memotong ranting atau cabang
terserang. Bekas bagian tanaman yang dipotong segera disemprot atau dibasahi
dengan insektisida atau minyak/oli untuk mencegah serangga betina meletakkan
telur. Menurut Suprapto dan Suroso (1994) penutupan luka pangkasan mampu
menekan serangan penggerek batang sampai 64,71%, ii. Secara Kimia
pengolesan luka pangkasan dengan insektisida metidation 40% dan asefat 40%
mampu menekan serangan 17,65% dan 5,88%. iii. Secara Kultur Teknis a.

Memupuk tanaman dengan dosis yang tidak berlebihan. Menurut Deciyanto dan
Suprapto (1996) penggunaan pupuk N yang tinggi dapat meningkatkan sukulensi
tanaman, sehingga tanaman lebih disukai hama untuk makan dan meletakkan
telur. b. Melakukan penyiangan gulma secara terbatas yaitu hanya di sekeliling
pangkal batang. Tidak dianjurkan untuk melakukan penyiangan bersih, biarkan
gulma berbunga tumbuh. Bunga gulma dapat dijadikan sebagai sumber pakan
oleh imago parasitoid, sehingga parasitoid memiliki kemampuan hidup dan
keperidian yang lebih baik. c. Menanam tanaman berbunga sebagai tanaman
penutup tanah seperti Arachis pintoi yang dapat mengundang kehadiran musuh
alami (parasitoid atau predator).
14. DAFTAR PUSTAKA Proyek Pengembangan Budidaya Perkebunan Berkelanjutan
(SADP-IRJA), Direktorat Jenderal Perkebunan dengan Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao (1997). Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Kopi (Coffea sp.). Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Indonesia. Widayat, Wahyu (1989). HamaHama Penting pada Tanaman Teh dan Cara Pengendaliannya. Balai Penelitian Teh
dan Kina, Gambung, Bandung, Indonesia Deciyanto, S. dan Suprapto, 1996.
Penggerek batang lada dan cara pengendaliannya. Monograf Tanaman Lada.
Balittro :150-160. http://mrec.ifas.ufl.edu/Foliage/entomol/ncstate/mealy106.gif
http://mrec.ifas.ufl.edu/Foliage/entomol/ncstate/mealy1.htm http://cerianetagricultur.blogspot.com/2009/02/penyakit-penting-pada-tanaman-jeruk.htm