MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERH

1

MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
FEROZA AZRAI JUWIKA
SYAFRIDA HANI
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Surel: feroza_azrai@yahoo.com
syafridahani92@yahoo.com

ABSRACT
The purpose of this research is to investigate influence of good corporate
governance mechanism on earning management. Good Corporate Governance
mechanism that used un thus research, such as : board of directors, board of
commissioner, audit committee and institutional ownership. The sample in this
research are manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock
Exchange in the year 2009-2013. Total sample in this research are 292. This
research uses multiple regression analysis method to Good Corporate Governance
mechanisms on earnings management. The result of this research showed that board
of commissioners have significant relationship with earnings management, and the

simultant, Good Corporate Governance mechanism have significant relationship with
earning management.
Keywords: earnings management and good corporate governance metchanism

PENDAHULUAN
Kebanyakan investor seringkali hanya menaruh perhatian pada informasi laba
tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Informasi laba sering
menjadi

target

rekayasa

melalui

tindakan

oportunis

manajemen


untuk

memaksimumkan kepuasannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih
kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan
sesuai keinginannya. Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa manajemen
laba adalah intervensi manajemen terhadap pelaporan keuangan melalui pemilihan
1

Artikel ini telah dimuat pada Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Volume 1 No. 1 Mei 2015 ISSN.2443-9371
Yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area

1

metode akuntansi sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti metode penyusutan
dan metode biaya dan tujuan

manajemen

laba


adalah untuk mengungkapkan

kinerja ekonomi perusahaan sesuai dengan keinginan dan harapan pemangku
kepentingan tertentu. Tindakan manajemen laba (earnings management) telah
memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas
diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di
Amerika Serikat (Cornett et.al 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia,
seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan
keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi
(Boediono, 2005). Sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan
praktek perataan laba berturut-turut dari tahun ke tahun, namun ada juga yang hanya
pada tahun-tahun tertentu serta adanya pola kenaikan dan penurunan laba yang
dilakukan perusahaan.
Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa manajemen laba muncul
sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan
kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent).
Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain

dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat
mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Laba seringkali
dimanipulasi menggunakan komponen discretionary accrual. Terjadinya manipulasi
laporan keuangan tersebut karena lemahnya penerapan corporate governance. Ciri
utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan
diri sendiri di pihak para manajer perusahaan (Komsiyah, Rahayu dkk, 2004).
KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) yang di bentuk oleh
Pemerintah Indonesia mengeluarkan pedoman pelaksanaan good corporate
governance pada tahun 2006. Menurut Irmawati (2011) asas good corporate
governance merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis

2

tentang peran dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder
lainnya. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi
serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Jumlah anggota Dewan
Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Terdapat

beberapa hasil penelitian yang berbeda mengenai ukuran dewan komisaris seperti
yang dilakukan Husni (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh terhadap manajemen laba, lain halnya Ningsaptiti (2010) dan Suryani
(2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Pihak yang lebih mengetahui kondisi internal perusahaan dan prospek
perusahaan dimasa yang akan datang adalah manajer yang bertindak sebagai agent,
sedangkan pemegang saham mengetahui keadaan dan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang hanya melalui informasi yang diberikan oleh manajer. Jumlah
dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor manajemen. Direksi sangat
berpengaruh di perusahaan karena dewan direksi adalah eksekutor dalam perusahaan
(Framudyo, 2009). Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan bahwa semakin
besar dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap
manajemen, sehingga kualitas laporan menjadi rendah. Lain halnya menurut
Widyaningdyah (2001) dan Setiawan (2013), yang menyatakan bahwa jumlah dewan
direksi terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan KNKG (2006), disebutkan bahwa Dewan Komisaris didalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh Komite Audit untuk memastikan bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan

salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance.
Komite audit dalam menjalankan fungsinya adalah untuk memelihara integritas serta
pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan

3

oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak
memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan, (Hardiningsih. 2010).
Penerapan corporate governance yang baik dapat memberikan pemahaman
mengenai pentingnya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi mengenai
kondisi internal perusahaan secara menyeluruh dan kewajiban manajemen unuk
mengungkapkan semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan sehingga dapat
mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pemegang saham
sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan (KNKG,
2006). Investor yang berasal dari institusional dengan jumlah porsi kepemilikan yang
besar akan dapat memonitor agen sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba
menjadi berkurang. Adanya pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi
mendorong pengawasan menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada
penurunan praktik earnings management (Murhadi, 2009).

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh ukuran
dewan komisaris, ukuran dewan direksi, jumlah komite audit dan kepemilikan
institusi baik secara bersama-sama maupun individu terhadap manajemen laba. Dan
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori khususnya
mengenai corporate governance dan menjadi acuan bagi peneliti berikutnya.
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba
adalah intervensi manajemen terhadap pelaporan keuangan melalui pemilihan
metode akuntansi sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti metode penyusutan
dan metode biaya dan tujuan

manajemen

laba

adalah untuk mengungkapkan

kinerja ekonomi perusahaan sesuai dengan keinginan dan harapan pemangku
kepentingan tertentu. Motivasi


dilakukannya

manajemen

laba seperti yang

diungkapkan Sulistyanto (2008) adalah Positif Accounting Theory. Melalui tiga
hipotesis yaitu: (1) the bonus plan hypotesis, (2) the debt covenant hypotesis, dan
(3) the political cost hypotesis menghubungkan teori akuntansi positif ini dengan

4

pemilihan manajemen terhadap prosedur akuntansi yang digunakan. Sulistyanto dan
Wibisono (2006) menemukan bahwa semakin besar dewan direktur semakin tidak
efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen.
Adanya dewan komisaris perusahaan yang tertera di KNKG (2006) sebagai
pihak yang mengawasi pelaksanaan aktivitas bisnis, diharapkan dapat menjamin
tingginya kualitas laporan keuangan sehingga mampu membatasi dan mendeteksi
manajemen dalam melakukan tindakan yang mementingkan salah satu pemangku
kepentingan. Dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya membentuk dan

dibantu oleh komite audit. Komite audit dalam menjalankan fungsinya adalah untuk
memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan
rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri
cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu
permasalahan Hardiningsih (2010). Komite audit berfungsi untuk memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan
keuangan, akuntansi, dan pengendalian intern sehingga dengan adanya komite audit
akan dapat mengeliminasi penyimpangan dalam penyajian laporan keuangan.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Investor yang berasal dari
institusional dengan jumlah porsi kepemilikan yang besar akan dapat memonitor agen
sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Adanya
pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi mendorong pengawasan
menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada penurunan praktik earnings
management (Murhadi, 2009). Corporate governance diharapkan meningkatkan

efesiensi ekonomis, dimana peranan manajemen perusahaan, dewan komisaris, para
pemegang saham dan stakeholders lainnya dapat bersinergi untuk dapat mewujudkan
efisiensi yang diharapkan. Corporate governance juga memberikan suatu struktur

yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai
sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika,

5

2004). Garcia-Meca dan Sanchez-Ballesta (2009) menemukan bahwa corporate
governance memiliki pengaruh negatif terhadap earnings management.

Ukuran dewan direksi
Ukuran dewan
komisaris
Manajemen laba
Jumlah komite audit
Kepemilikan institusi

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual
Hipotesis
1. H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2. H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba

3. H3: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
4. H4: Kepemilikan Institusi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
5. H5: Mekanisme corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba.

METODE
Populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2009-2013 sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 perusahaan. Variabel
Independen adalah mekanisme good corporate governance, yang diproksikan dengan
ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit, dan
kepemilikan institusional.

6

a. Ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi yang ada pada perusahaan,

lalu dilakukan kriteria mengacu pada penelitian Jensen (1993) dengan
merumuskan perusahaan yang mempunyai jumlah dewan direksi kurang dari 7
diberi skala 1 dan lebih dari 7 diberi skala 0.
b. Ukuran dewan komisaris diukur dengan menghitung jumlah dewan komisaris

yang ada pada perusahaan.
c. Jumlah komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit, lalu

dilakukan kriteria mengacu pada Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan dalam Peraturan Nomor IX.I.5 (2012)
dengan merumuskan perusahaan yang memiliki 3 orang komite audit diberi skala
1 dan yang memiliki lebih dari 3 diberi skala 0.
d. Kepemilikan institusional, kepemilikan institusional diukur dengan persentase

kepemilikan saham oleh institusi lain diluar perusahaan.
Variabel dependen adalah manajemen laba yakni suatu kondisi dimana
manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi
pihak eksternal sehingga meratakan, menaikkan, dan menurunkan pelaporan laba.
Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC) karena
merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer, dihitung dengan
menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al, 1995)
a. Mengukur total accrual
TAC = Nit - CFOit
Dimana:
Nit

= Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS
(Ordinary Least Square) adalah sebagai berikut :

TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait -1) + β2 ( ∆Revt / Ait-1 ) + β3 (PPEt / Ait-1 ) + e
Dimana:
Ait -1

= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1

7

∆Revt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t -1 ke tahun t
PPEt

= Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

e

= error

c. Menghitung non discretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDAit = β1 ( 1 / Ait-1 ) + β2 (∆Revt / Ait-1 - ∆Rect / Ait-1 ) + β3 (PPEt / Ait-1)
NDAit = non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
β

= fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan
total accruals

d. Menghitung discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut :
DAit

= TAit / Ait-1 - NDAit

Discretionary accruals dapat bernilai nol, positif atau negatif. DA bernilai 0

menunjukkan bahwa praktik manajemen laba dilakukan dengan meratakan laba
(income-smoothing), nilai positif menunjukkan bahwa manajemen menaikkan laba

(income-increasing) dalam praktik manajemen labanya, sedangkan nilai negatif
berarti perusahaan melakukan manajemen labanya dengan cara menurunkan laba
(income-decreasing) (Dinuka.2014).

Metode analisis yang digunakan analisis regresi, digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X1.X2.X3.X4 + e
Keterangan :
Y = Manajemen laba, α = Konstanta, β1, β2, β3, β4 dan β5 = Koefisien Regresi, X1=
Ukuran dewan direksi, X2 = Ukuran dewan komisaris, X3 = Jumlah komite audit, X4=
Kepemilikian institusi, X1X2 X3X4 = Interaksi antara ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, jumlah komite audit, dan kepemilikan institusi.
Serta menggunakan uji asumsi klasik yang bertujuan mengetahui kelayakan
penggunaan model regresi dalam penelitian, uji asumsi klasik yang digunakan adalah
uji normalitas, uji multikolonieritas uji heterokedastisitas.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah sampel yang diuji sebanyak 96 sampel, namun setelah melalui tahap
uji normalitas, terdapat 23 sampel yang merupakan outlier dan harus dikeluarkan dari
sampel penelitian. Uji koefisien determinasi (R2), digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Hasil uji koefisien
determinasi adalah sebagai berikut :
Model Summaryb
Std. Error of the
Model

R

R Square
.206a

1

Adjusted R Square

.043

Estimate

.029

Durbin-Watson

.216807

1.156

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit,
Ukuran Dewan Direksi
b. Dependent Variable: manajemen laba

Nilai adjusted R2 2,9% menunjukkan manajemen laba yang diproksikan
dengan nilai discretionary accrual dipengaruhi oleh ukuran jumlah dewan direksi,
ukuran dewan komisaris, jumah komite audit dan kepemilikan institusi, sisanya
sebesar 97,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Hasil pengujian terhadap nilai F pada tabel anova sebesar 3,190 dengan
signifikansi sebesar 0,014 menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi berpengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap manajemen laba.
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares
Regression

Mean
Square

Df

.600

4

.150

Residual

13.490

287

.047

Total

14.090

291

F

Sig.

3.190

.014a

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit,
Ukuran Dewan Direksi
b. Dependent Variable: manajemen laba

Tabel coefficients menunjukkan koefisien regresi sebesar -0,606 dengan
signifikansi sebesar 0,545, artinya ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan demikian, semakin tinggi jumlah dewan direksi dari yang

9

telah ditetapkan oleh Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan
Lembaga Keuangan dalam Peraturan Nomor III.A.3 (2012) tidak akan mengurangi
tingkat terjadinya manajemen laba. Berbeda dengan Jensen (1993) yang menyatakan
bahwa ukuran dewan direksi kurang dari 7 diduga optimal dalam mengontrol
manajemen. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa direksi sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan
(KNKG, 2006) belum efektif sehingga pada akhirnya masih belum mampu
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang didalamnya terdapat info laba.
Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan bahwa semakin besar dewan direktur
semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen.
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

t

Sig.

(Constant)

-.083

.092

-.904

.367

Ukuran Dewan Direksi

-.031

.051

-.040

-.606

.545

Ukuran Dewan Komisaris

.019

.008

.163

2.449

.015

Jumlah komite Audit

.045

.049

.053

.917

.360

Kepemilikan Institusi

-.089

.079

-.065

-1.127

.261

a. Dependent Variable: manajemen laba

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dechow et al
(1996) widyaningdyah (2001) dan Setiawan (2013) yang menyatakan bahwa jumlah
dewan direksi terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian
terdahulu menjelaskan bahwa meskipun ukuran dewan direksi berubah-ubah, hal
tersebut tidak secara langsung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Namun pada kenyataannya ukuran dewan direksi pada
perusahaan kecil maupun perusahaan besar sama-sama memiliki alasan tertentu untuk
melakukan manajemen laba.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian antara variabel ukuran dewan komisaris terhadap manajemen
laba, hasil t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,449 dengan signifikansi
10

0,015. Pengujian memberikan hasil yang signifikan dengan koefisien regresi positif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
manajemen laba. Artinya, dengan adanya dewan komisaris maka akan mengurangi
tingkat manajemen laba yang terjadi, berapapun jumlah dewan komisaris yang ada
dalam perusahaan akan menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan
terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian yang dilakukan Husni (2013) terhadap perusahaan property
dan real estate yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
terhadap manajemen laba. Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan (KNKG, 2006) telah
mampu menjamin tingginya kualitas laporan keuangan sehingga mampu membatasi
dan mendeteksi manajemen dalam melakukan tindakan yang mementingkan salah
satu pemangku kepentingan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Ningsaptiti
(2010) dan Suryani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian pengaruh variabel jumlah komite audit terhadap manajemen
laba pada perusahaan sampel. Hasil nilai t regresi menunjukkan koefisien regresi
sebesar 0,917 dengan signifikansi sebesar 0,360. Pengujian memberikan hasil yang
tidak signifikan dengan koefisien regresi positif, sehingga dapat diartikan bahwa
jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian
berapapun jumlah komite audit tidak akan mengurangi tingkat terjadinya manajemen
laba pada perusahaan sampel. Meskipun perusahaan sampel telah menerapkan
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan
dalam Peraturan Nomor IX.I.5 (2012) yang menyatakan bahwa Komite Audit paling
kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan
Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik ternyata tidak dapat mengurangi
tindakan manajemen laba.

11

Hasil ini sejalan dengan temuan Ningsaptiti (2010) dan Suryani yang
menyatakan bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba,
yang artinya peran komite audit bertugas untuk memastikan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (KNKG,
2006) tidak efektif dalam memonitor kinerja manajemen dalam hal memastikan
laporan keuangan. Dengan jumlah komite audit yang rata-rata 3 orang pada
perusahaan sampel belum berhasil mengurangi tindakan manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Kumala (2013) yang menyatakan
bahwa jumlah komite audit berpengaruh dalam menekan manajemen laba. Komite
audit merupakan bagian dari dewan komisaris dalam mengawasi jalannya
perusahaan, komite audit bertugas untuk memberikan pendapat professional dan
independen kepada dewan komisaris mengenai laporan keuangan. Dengan
berjalannya fungsi komite audit yang telah mampu untuk mengontrol perusahaan
sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi.

Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap
manajemen laba pada perusahaan sampel. Hasil nilai t regresi menunjukkan koefisien
regresi sebesar -1,1127 dengan signifikansi sebesar 0,261. Sehingga dapat diartikan
bahwa kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan
demikian semakin tinggi kepemilikan institusi yang ada pada perusahaan sampel
tidak akan mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba.
Adanya pemegang saham pengendali belum mampu untuk mendorong
pengawasan menjadi lebih professional sehingga terjadinya praktik manajemen laba.
Investor yang berasal dari

kepemilikan institusional dengan jumlah porsi

kepemilikan yang besar belum dapat dapat memonitor agen secara maksimal untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang berhubungan dengan laba. Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukannya Jensen dan Meckling

12

(1976), Morkck et al (1982) dan Sriwedari (2009) yang menemukan adanya pengaruh
negatif terhadap manajemen laba.

Pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil jelas mengungkapkan bahwa dengan
adanya mekanisme corporate governance mampu untuk meminimalisasikan tindakan
manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen. KNKG yang dikeluarkan oleh
pemerintah tahun 2006, perusahaan mampu untuk menjalankan penerapan good
corporate governance dalam hal menekan tindakan manajemen laba yang apabila

dilakukan scara terus menerus akan berdampak pada skandal laporan keuangan.
Sejalan dengan temuan Boediono (2005) dan Sriwedari (2009) yang menguji tentang
pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba yang
menemukan pengaruh yang lemah dari hasil penelitiannya dan penelitian ini juga
sejalan dengan hasil penelitian Garcia-Meca dan Sanchez-Ballesta (2009)
menemukan bahwa corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap
earnings management.

Penelitian ini memberikan pengaruh yang lemah yang ditandainya dengan
adjusted R2 sebesar 2,9%, sedangkan sisanya 97,1% dipengaruhi oleh variabel lain

selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti:, kepemilikan manajerial,
komposisi dewan komisaris, independensi komite audit, leverage, ukuran perusahaan,
jumlah rapat komite audit, spesialisasi industri KAP, dan komite manajemen resiko.
Variabel lain inilah yang diharapkan memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk
mengurangi tindakan manajemen laba.

PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang lemah terhadap manajemen laba yang ditandainya dengan

13

adjusted R2 2,9% sehingga variabel yang digunakan masih belum efektif digunakan

dalam mengurangi manajemen laba. Pernyataan bahwa ukuran dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba menyiratkan bahwa dewan direksi pada
akhirnya belum mampu untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang
dimungkinkan karena financial literacy yang kurang dari dewan direksi. Demikian
pula dengan jumlah komite audit dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Dengan jumlah komite audit yang rata-rata 3 orang pada
perusahaan sampel belum berhasil mengurangi tindakan manajemen laba. Sedangkan
kepemilikan institusi yang tinggi maka tidak dapat mengurangi tingkat terjadinya
manajemen laba.
Pada ukuran dewan komisaris ditemukan adanya pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, artinya, dengan adanya ukuran dewan komisaris maka akan
mengurangi tingkat manajemen laba yang terjadi, berapapun berapapun jumlah
dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan menjadi faktor penentu utama dari
efektivitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Pengujian secara bersama-sama mekanisme good corporate governance berpengaruh
terhadap manajemen laba. Dengan adanya pedoman GCG telah mampu mengurangi
tingkat manajemen laba.
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain periode penelitian
hanya sebatas tahun 2009 sampai dengan 2013.Variabel yang digunakan sebagai
mekanisme corporate governance kurang dapat mengukur secara komprehensif
praktik manajemen laba dalam perusahaan. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya
menambah periode pengamatan agar pengaruh mekanisme corporate governance
dapat lebih teruji dalam mengurangi manajemen laba. Perlunya mengembangkan
suatu instrumen pengukuran untuk indeks corporate governance atas perusahaan
publik di Indonesia. Bagi perusahaan, untuk setiap manajemen agar tidak
mementingkan kepentingan pribadi sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

14

Boediono, Gideon SB. (2005). “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005.
Cornett, Marcia Millon; Alan J. Marcus; Hassan Tehranian. (2007). “Corporate
Governance and Pay-for-Performance: The Impact of Earnings
Management”. Journal of Financial Economics 87 (2008). pp.357–373.
Darmawati, Deni; Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. (2004). “Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
2005.
Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995). “Detecting earnings
management”, The Accounting Review Vol. 70 No. 2. April 1995, h. 193-225
Dinuka, Vina Kholisa dan Zulaikha (2014). “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran
KAP dan Diserfikasi Geografis Terhadap Manajemen Laba”, Diponegoro
Journal Of Accounting Vol. 3 No. 3, Tahun 2014. H.1-11, ISSN (online):
2337-3806.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) Peranan Dewan Komisaris
dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II.

Framudyo Jati. (2009). “Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Fakultas
Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma.
García-Meca, Emma; J. P. Sánchez-Ballesta. (2009). “Corporate Governance and
Earnings Management: A Meta-Analysis”. Corporate Governance: An
International Review, 2009, 17(5): 594–610.
Gradianto, Andrean. (2012). “Pengaruh Komite Audit Terhadap Praktik Manajemen
Laba”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponogoro, Semarang.
H.Sri Sulistyanto (2008) Manajemen Laba (Teori & Model Empiris) in. book google
web.
accessed
December
4,
2014
http://books.google.co.id/books?id=j4lzrAw1TGcC&lpg=PP1&dq=manajeme
n%20laba&pg=PP1#v=onepage&q=manajemen%20laba&f=false
Hardiningsih, Pancawati (2010), “Pengaruh Independensi, Corporate Governance,
Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian
Akuntansi Vol. 2 No. 1 Pebruari 2010, Halaman 61 - 76, ISSN : 1979-4886.
Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999). A Review of the Earnings Management
Literature and Its Implications.for Standard Setting”. Journal Horizon , Vol.13
No.4, p.365-383.

15

Husni, Raudhatul (2013). “Pengaruh Mekanisme good corporate governance,
Leverage, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba”. Universitas Andalas.
http://journal.fekon.unand.ac.id. Diakses 16 Desember 2014.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba
Empat.
Irmawati Wijaya, dan Amelia Permatasari. (2011). Pengaruh Implementasi Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan PT. United Tractors, UG
Jurnal Publikasi Ilmiah Universitas Gunadarma Vol. 6 No. 03, Tahun 2012,
h.16–23, ISSN: 1978-4783.
Jensen, M.C (1993), “The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of
Internal Control System, Journal of Finance”, Vol.48. July, h.831-880.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Ageny Cost and Ownership Sructure. Journal of Financial
Economics 3. h. 305-360.
Juliandi, Azuar dan Irfan (2013), Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung,
Citapustaka Media Perintis.
Kementerian Keuangan, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (2012). Direktur Bursa
Efek. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: Kep-54/BL/2012.
Kementerian Keuangan, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (2012). Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 643/BL/2012.
Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia .
Kumala, Roshella Evi. (2014). Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba. Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponogoro.
Ningsaptiti, Restie. (2010). “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme
Terhadap Manajemen Laba”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro,
Semarang.
Setiawan, Hendri. (2013). Pengaruh Reputasi Auditor, Dewan Direksi dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Syariah
Periode 2006-2011. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Vol. 21 No.2.

16

Sriwedari, Tuti (2009), “Mekanisme Good corporate governance, Manajemen Laba
dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Statement of Financial Accounting Standards No. 1 Revised on 20 July 2006
Sulistyanto, H, Sri dan Haris Wibisono. (2003). “Good Corporate Governance:
Berhasilkah Diterapkan di Indonesia?”. Jurnal Widya Warta, No.2 Tahun
XXVI/Juli 2003.
Suryani, Indra Dewi. (2010). “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro,
Semarang.
Tadikapury, Violetta Jingga (2011). “Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Pada PT. Bank X Tbk Kanwil X”. Universitas Hasanuddin, Makasar.
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity
Capital”. Simposium Nasioanal Akuntansi XI. Pontianak.
Widyaningdyah, Agnes Utari (2001). “Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, November 2001.

17

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KUALITAS AUDIT DAN MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

2 37 19

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

ANALISIS PENGARUH PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 33 17

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building Contructions yang Terdaftar di BEI )

0 52 18

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

2 28 21

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP REPUTASI PT.TELKOM KANDATEL MALANG (Studi Pada Kelompok Tani di Desa Sisir-Batu tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Telkom Kandatel Malang)

3 44 50

ANALISIS NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BANK INDONESIA, POLRI, DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 SEBAGAI MEKANISME PERCEPATAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERBANKAN KHUSUSNYA BANK INDONESIA SEBAGAI PIHAK PELAPOR

1 17 40

KINERJA KEUANGAN BUMN PASCA PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (PENGALAMAN PT. PLN (PERSERO) TAHUN 2003-2011)

0 20 83

ANALISIS PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI

4 23 53

ANALISIS PENGARUH ABNORMAL AUDIT FEE, AUDIT TENURE, SPESIALISASI AUDITOR DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Indon

16 99 170