dan PENGERTIAN INFLASI dan DEFLASI

PENGERTIAN INFLASI dan DEFLASI
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Koordinasi+Pengenda
lian+Inflasi/
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Pengenalan+In
flasi/

2 Mei 2013 pukul 9:48

INFLASI dan DEFLASI
A. Pengertian Inflasi
Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber. Diantaranya:
v Inflasi adalah kenaikan harga secara umum


Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya kecenderungan
bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.

v Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.


Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.

Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi

v Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga barang-barang secara
umum.


Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu banyak sekali jumlah
dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah barang turun banyak barang lainnya
yang justru naik harganya. Kenaikan satu dua barang saja bukan merupakan inflasi,
kecuali bila kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian besar harga barangbarang lainya.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat


perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah
CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat
tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya
produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).[rujukan?] Untuk
sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi,
dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga

terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak
ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi
ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena
terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal
seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran.

Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan
baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha
swasta menaikkan harga barang-barang.

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga
barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu
disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada
semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat hargaharga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang

mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
5. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang
semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi
di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia

usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
6. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan
pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan
pada saat peminjaman.
7. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
temenyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen,
maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju
inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada

pengusaha kecil).
8. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Peran bank sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa
kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah.
Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan
kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang
lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai
sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia,

termasuk oleh Bank Indonesia.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks
harga. Indeks harga tersebut di antaranya:


Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.



Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).



Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barangbarang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga
barang-barang konsumsi.




Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditaskomoditas tertentu.



Indeks harga barang-barang modal



Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

Definisi Inflasi menurut para ahli :


Ekonom Parkin dan Bade

Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan
dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk
memperoleh barang tersebut.



Menurut Nopirin (1987:25)

Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride
tertentu.


Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)

Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat
perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l)
rice level (year tl)
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama
dan Mandala (2001:203)
1)
Kenaikan harga

2)


Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode
sebelumnya.
Bersifat umum


3)

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut
tidak menyebabkan harga secara umum naik.
Berlangsung terus menerus



Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika
terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan.

B. Macam-Macam Inflasi
1. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya yaitu:
a)
Inflasi ringan


b)

Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi yang lajunya
kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang
yang selalu berada dalam proses pembangunan.
Inflasi sedang



c)

Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per
tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat
laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan harga.Pendapatan riil
masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun
dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
Inflasi berat



d)

Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga
sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
Inflasi liar (hyperinflation)



Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Inflasi ini
terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak
dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hyperinflastion).

2. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a)
Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full inflation)


Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan masyarakat
akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang
terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya

permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
b)

Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push inflation)


Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran. Kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum
tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran
aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata
permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang
baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah
teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau
kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di
pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini
faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Jenis inflasi ini dibedakan menjadi dua :


Inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga (price push inflation) karena kenaikan
harga bahan-bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC menaikan harga
minyak;



Inflasi yang disebabkan karena kenaikan upah (wages cosh inflation) misalnya karena
kenaikan gaji pegawai negeri yang diikuti usaha-usaha swasta pula, maka harga-harga
barang barang lain juga ikut naik.Biasanya inflasi karena kenaikan upah atau gaji
sangat ditakuti karena akan bias menimbulkan inflasi secara berkelanjutan.Karena
upah naik, harga-harga akan naik. Karena harga barang naik, maka upah harus
dinaikkan dan ini kemungkinan akan terus berkelanjutan.

3. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut :
a)
Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit anggaran belanja Negara yang terus
menerus.


Dalam keadaan seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan Bank Indonesia
mencetak uang baru dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah.Selain itu inflasi dari dalam negeri juga dapat disebabkan oleh adanya
gagal panen dan sebagainya.

b)

Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).


Inflasi ini timbul karena adanya karena adanya inflasi dari luar negeri yang
mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya
banyak dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang yang notabene sebagian
besar usaha produksinya mempergunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul
karena dari adanya perdagangan internasional.

4. Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi
tiga bagian yaitu
1)
Merayap {Creeping Inflation)

2)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat
dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
Inflasi menengah {Galloping Inflation)



3)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)



Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali
dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja.

C. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada beberapa teori yang
menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
1). Teori Kuantitas


Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam
perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi
Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris
(monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan
harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang
kartal maupun giral.
2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh
harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya berpendapat bahwa tingkat harga
terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Hal ini terlihat karena hubungan antara

jumlah uang dan nilai uang,bila jumlah uang bertambah maka harga-harga akan naik.Ini
berarti nilai uang menurun karena daya belinya menjadi rendah. Menurut teori kuantitas
harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah uang yang beredar atau sering di tulis
sebagai berikut.
P=k.M
Keterangan :
P : tingkat harga
k : proporsi tertentu
M : jumlah uang
Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu yang dikenal Teori
Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau mengemukakan rumus untuk
membuktikan bahwa jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah
uang diterima oleh penjual yaitu :
MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah uang yang beredar
V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga
T : Banyaknya transaksi
2). Teori Keynes


Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan
kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat (effective demand), hal ini
terkait dengan produksi dan kapasitas produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas
barang yang diproduksi berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi
inflasi.

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang
yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek
kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan
agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini
lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan
keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka
selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat
yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya
beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi
akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana
(tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang
berlaku, sehingg permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi
supply barang (inflationary gap menghilang)
3). Teori Strukturalis



Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut
teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting yang dapat
menimbulkan inflasi yaitu :

a)
Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun
penyebabnya yaitu :


Dipasar dunia,harga barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin memburuk.



Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan harga.

b)

Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam Negeri.


Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk
dan pendapatan per kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam
negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan harga barang-barang
lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan karyawan untuk
mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji menyebabkan kenaikan
ongkos produksi yang memacu kenaikan harga barang pula.

Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor:
1. Persediaan Uang yang bertambah The supply of money goes up.
2. Supply dari barang yang berkurang
3. Permintaan terhadap uang tersebut menurun
4. Permintaan untuk barang – barang lain naik. (Donny S. Makalew)
D. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara normal. Dalam kaitanya
dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat membawa pengaruh sebagai berikut :
a)
Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif


b)

Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi
spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau menyimpan barangbarang berharga yang lebih menguntungkan bila dibandingkan melakukan investasi
produktif yang belum tentu akan memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya.
Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.



Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal mengendalikan
inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit di ramalkan sehingga
akan dapat mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi.

c)

Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran


Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila dibandingkan
dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka impor berkembang lebih
cepat,tetapi ekspor akan bertambah lambat.Dengan demikian arus modal ke luar
negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk ke dalam negeri.Keadaan seperti ini
akan mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata
uang dalam negeri.

E. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.
1. Kesenjangan Distribusi Pendapatan


Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan, pertokoan
dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga tersebut seringkali
lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya pendapatan riil penduduk
berpengahasilan rendah merosot. Dengan demikian maka inflasi memperlebar
kesenjangan distribusi pendapatan antara anggota-anggota masyarakat.

2. Pendapatan Riil Merosot


Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita
ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang
pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau
tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Dari
hal tersebut biasanya dalam masa inflasi kenaikan harga cenderung selalu mendahului
kenaikan pendapatan.Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan
pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti kemakmuran masyarakat
merosot.

3. Nilai Riil Tabungan Merosot


Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam benatuk deposito dan
tabungan di Bank, dalam masa inflasi nilai riil tabungan tersebut akan merosot, tidak
hanya itu masyarakat yang memegang uang tunai pun akan dirugikan karena
penurunan nilai riilnya. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat

inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
4. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),


inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai
uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak
yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

5. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi.


Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya
biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan
untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk
sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
F. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan kekhawatiran
pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya karena
inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali.
Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan secara terus menerus karena
pemerintah mengizinkan penambahan suplai uang misalnya karena defisit anggaran dengan
mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang terjadi tidak disertai dengan kenaikan suplai
uang ,maka inflasi itu disebut inflasi yang tidak disahkan.
Inflasi dapat menguntungkan orang lain,sehingga menimbulkan ketegangan social.Oleh sebab
itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan melakukan kebijakankebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral memainkan peranan penting dalam
mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan
tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan
yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar
bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan
bahwa bank sentral yang kurang independen — salah satunya disebabkan intervensi
pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian
— akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai
sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia,

termasuk oleh Bank Indonesia.
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
1. Kebijakan Moneter


a)

Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa
moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan
moneter yaitu :
Politik Diskonto



b)

Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan
menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada
menjalankan investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika
timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank
karena bunga tidak memadai.
Kebijakan Pasar Terbuka



c)

Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan
politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual
surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan uang yang
beredar di masyarakat bertambah,selanjutnya bila apabila dengan menjual surat-surat
berharga diharapkan uang beredar di masyarakat dapat tersedot dari masyarakat.
Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)



d)

Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan
minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral
(cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.
Perubahan Cadangan Minimum



Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat
mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum
diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan
minimum dinaikan jumlah uang yang beredar cenderung turun.

2. Kebijakan Fiskal
a)
Pengaturan Pengeluaran Pemerintah


Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan
penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau pembelajaan

Negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya
pertambahan uang yang beredar begitu juga sebaliknya.
b)

Menaikan Tarif Pajak


c)

Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut dapat
dikurangi dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang yang
dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi
ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat mana yang
dinaikkan pajaknya.
Mengadakan Pimjaman Pemerintah



Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan paksaan
ataupun tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling
ampuh dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh
dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.

3. Kebijakan Non-Moneter
a)
Menaikan Hasil Produksi


b)

Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat
dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan berakibat impor
barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung menurunkan
harga.
Kebijakan Upah



c)

Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak
sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini
pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
Pengaman harga dan distribusi barang



Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai macam barang. Oleh
karena itu,pemerintah menetapkan harga maksimum (harga eceran tertinggi),
melakukan pengamanan harga, menetapka sanksi yang cukup berat.Apabila penetapan
harga tidak disertai dengan pengamanan yang baik,maka tidak akan memberikan hasil
yang diharapkan. Namun, kadang-kadang pengamanan harga oleh pemerintah sering
menimbulkan pasar yang tidak diinginkan.(pasar gelap).

G. Menghitung Laju Inflasi
1. GNP Deflator



GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu
terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini merupakan ukuran inflasi dari periode
dimana harga dasar untuk perhitungan GNP riil digunakan sampai GNP
sekarang.Perhitungan cara ini melibatkan semua barang yang di produksi.

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI)


Indeks Harga Konsumen berfungsi mengukur biaya pembelian kelompok barang dan
jasa yang di anggap mewakili belanja konsumen. Biasanya, kelompok barang yang
digunakan masyarakat dapat berubah. Hal ini disesuaikan dengan pola konsumsi yang
ada.

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok
pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose –
COICOP), yaitu :
1)
Kelompok Bahan Makanan
2)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3)
Kelompok Perumahan
4)
Kelompok Sandang
5)
Kelompok Kesehatan
6)
Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7)
Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Perbedaan IHK dan GNP Deflator sebagai berikut :
a)
GNP Deflator mengukur harga barang lebih besar daripada IHK.
b)
IHK mengukur biaya pembelian yang relative sama dari tahun ke tahun.Hal ini
tergantung jenis dan jumlah barang yang di produksi.
c)
IHK secara langsung mencakup barang impor,sedangkan GNP Deflator hanya
mencakup barang yang di produksi dalam negeri.
3. Indeks Harga Produsen (IHP)


Indeks Harga Produsen (IHP) ini mengukur harga barang yang dibeli oleh
produsen,yang meliputi bahan mentah dan barang setengah jadi.IHP juga digunakan
untuk mengukur indeks harga pada awal distribusi.Kenaikan IHP dapat dijadikan
tanda kenaikan IHK.

4. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
5. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas
tertentu.
6. Indeks harga barang-barang modal
DEFLASI
A. Pengertian Deflasi


Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh
dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi
akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi

karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai
meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di
masyarakat.
B. Penyebab Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
1. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.


Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena
sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di bank.Masyarakat menyimpan
uangnya di bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena
dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan demikian
persediaan uang yang ada di masyarakat semakin berkurang.Jika persediaan uang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan
deflasi.

2. Meningkatnya Persediaan Barang


Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang
meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi
seperti itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada
konsumen dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin
berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat
akibatnya harga barang tersebut semakin menurun karena jumlahnya banyak.

3. Menurunnya Permintaan Akan Barang.


Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan
maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang
bersangkutan.

C. Pengaruh dan Akibat Deflasi
1. Penurunan persediaan uang


Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan
menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan
membuat pasar Investasi akan mengalami kekacauan.

2. Memperlambat aktivitas ekonomi


Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan
untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan
turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan
pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).

3. Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya
mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan

demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang
beredar di masyarakat semakin berkurang.
4. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di
lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada
lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
5. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu
diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah
paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat
peredaran uang semakin kecil.
Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi adalah sebagai berikut.
a)
Baik, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar
dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi langsung dan
ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat.
b)
Buruk. deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka mendepositokan
uangnya di bank atau pasar modal daripada beli properti yang tidak naik. Karena harga terus
turun maka produsen cenderung kurang berminat memproduksi barang. Kesempatan kerja
berkurang karena banyak PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh pemerintah sehinga pendapata
negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara keseluruhan mengalami kemunduran.
D. Cara Mengatasi Deflasi
Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga.
Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila
seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini
akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam
jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot
sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak
mungkin akan mengalami kelumpuhanselamanya.
Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melatih
kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini
adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata
lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang
terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti
karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Lazim
dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang
sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat
menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol
persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah
menjadi nol juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara
ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang
disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan
likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar.
Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk
menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan

peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan
menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku
bunga. Namun seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang
sesungguhnya tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi
dan mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya.
Selain itu kebijakan moneter dan fiskal juga dapat di terapkan oleh pemerintah.
1. Kebijakan Moneter


a)

Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa
moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.Ada beberapa macam kebijakan
moneter yaitu :
Politik Diskonto



b)

Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi
peredaran uang dengan jalan menurunkan tingkat bunga.Dengan menurunkan tingkat
bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah ,karena
orang akan lebih banyak menarik uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi.
Kebijakan Pasar Terbuka



c)

Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu dengan
politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual
surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat berharga di harapkan uang yang
beredar di masyarakat bertambah,sehingga uang yang beredar dimasyarakat semakin
bertambah.
Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)



d)

Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan
minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral
(cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.Pada saat
deflasi pemerintah akan mengurangi persediaan uang kas.Sehingga uang kas yang
beredar di masyarakat akan semakin meningkat.
Perubahan Cadangan Minimum



Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat
mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum
diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan
minimum dinaikan jumlah uang yang beredar cenderung turun.Jadi pada saat deflasi
pemerintah lewat bank sentral akan lebih baik menurunkan cadangan minimum.

2. Kebijakan Fiskal
a)
Pengaturan Pengeluaran Pemerintah



b)

Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan
penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan
negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya
pertambahan uang yang beredar di masyarakat. Meski demikian diharapkan
pembelanjaan negara tidak melampui batas yang telah ditentukan.
Menurunkan Tarif Pajak



Saat terjadi deflasi uang beredar sedikit dimasyarakat. Jumlah uang beredar tersebut
dapat ditambah dengan jalan menurunkan tarif pajak. Jika tariff pajak diturunkan uang
yang dibelanjakan oleh masyarakat cenderung meningkat. Sehingga dengan demikian
uang akan lebih banyak kemasyarakat.

c)
Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mengadakan pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun
tidak,untuk menambah uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh dilakukan
untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan mencairkan simpanan yang dimiliki
oleh masyarakat yang ada di bank lebih banyak.Jika, dalam keadaan deflasi.
3. Kebijakan Non-Moneter
a)
Menurunkan Hasil Produksi


b)

Menurunkan hasil produksi dapat memperkecil laju deflasi.Penurunan hasil produksi
dapat dilakukan dengan cara memberikan batasan terhadap produsen. Pengurangan
jumlah barang di dalam negeri cenderung menaikan harga.
Kebijakan Upah



Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji sering
dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada
akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila
hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi. Jadi untuk kebijakan ini resiko yang
harus dihadapi cukup besar karena sedikit saja mengalami kesalahan inflasi akan
membayangi.