Negara dan Agama serta Warga Negara Indo

ARTIKEL CIVIC EDUCATION
“Negara dan Agama serta Warga Negara Indonesia”

Disusun Oleh:
Laras Sekar Seruni (1113051000021)

Kelas : Jurnalistik I-A
Dosen Pengajar : M. Hudri, M.Ag.

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M / 1435 H

1

Kita sama-sama mengetahui bahwa negara merupakan suatu wilayah yang
menjadi tempat tinggal warganya. Tidak ada seorangpun yang menempati suatu wilayah
tanpa ada pengakuan bahwa wilayah yang ditempatinya itu bukan negara. Maka dari itu,
sebagai orang yang menjadi salah satu warga negara kita wajib menaati peraturanperaturan yang dibuat oleh negara. Hal ini berkaitan dengan kewajiban kita sebagai
warga negara yang baik.
Selain negara yang menjadi tempat tinggal wajib bagi setiap orang, tentunya kita

mempunyai keyakinan atau agama masing-masing yang dianut. Dengan ini ada
hubungan antara agama dan negara juga kita sebagai warga negara itu sendiri.
A. Negara
1. Pengertian Negara
Dalam kamus Ilmiah Populer, negara berarti negeri; wilayah yang
memiliki kedaulatan dan pemerintahan1. Istilah negara merupakan
terjemahan dari beberapa kata asing: state (Inggris)2 , staat (Belanda dan
Jerman), atau état (Perancis)3. Secara terminologi, negara diartikan sebagai
organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki citacita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan, dan mempunyai
permerintahan yang berdaulat.
2. Tujuan Negara
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang
yang mendiaminya, negara harus memiliki tujuan yang disepakatai bersama.
Tujuan sebuah negara dapat bermacam-macam, antara lain:
a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan
b. Bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum
1 Risa Agustin, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Serbajaya h. 358
2 Achmad Mulyan dkk, Kamus Pengayaan Bahasa Inggris Inggris Indonesia, Bandung: M2S, 1997


h. 694
3 Winarsih Arifin, Kamus Perancis Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991 h. 388

2

Dalam Islam, seperti yang dikemukakan Ibnnu Arabi, tujuan negara
adalah agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari
sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing. Pradigma ini didasarkan
pada konsep sosiohistoris bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT
dengan watak dan keenderungan berkumpul dan bermasyarkat, yang
membawa konsekuensi antara individu-individu satu sama lain yang saling
membutuhkan bantuan.
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial yang tertuang dalam Pembukaan dan Penjelasan
UUD 1945. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan
suatu negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur.4
3. Unsur-unsur Negara

Suatu negara harus memiliki tiga unsur penting, yaitu rakyat,
wilayah, dan pemerintah. Ketiga unsur ini oleh Mahfud M.D. disebut
sebagai unsur konstitutif. Tiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur
lainnya seperti adanya konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang
oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
Untuk lebih jelas memahami unsur-unsur pokok dalam negara ini,
berikut akan dijelaskan masing-masing unsur tersebut.
a. Rakyat
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah sekumpulan
manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama
4 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Indonesia:

ICEE UIN Syarif Hidyatullah Jakarta bekerja sama dengan Penerbit Prenada Media Group, 2003 h.
121

3

mendiami suatu wilayah tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu
negara tanpa rakyat. Hal ini mengingatt rakyat atau warga negara adalah
substratum (lapisan bawah) personel dari negara.

b. Wilayah
Wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada
negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara umum, wilayah
dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra, laut,
sungai), dan udara. Dalam konsep negara modern masing-masing batas
wilayah tersebut diatur dalam perjanjian dan perundang-undangan
internasional. Contohnya terdapat pada UU Republik Indonesia Tahun 1983
nomor urut 5 yang disahkan pada tanggal 18 Oktober 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia L.N 44 T.L.N 3260.5
c. Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin
organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah
negara. Pemerintah, melalui aparat dan alat-alat negara, yang menetapkan
hukum, melaksanakan ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian
dan lainnya dalam rangka mewujudkan kepentingan warga negaranya yang
beragam. Untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut dijumpai bentukbentuk negara dan pemerintahan.
d. Pengakuan Negara Lain
Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat menerangkan tentang
adanya negara. Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan konstitutif, sehingga
tidak bersifat mutlak. Ada dua macam pengakuan suatu negara, yakni

pengakuan de facto dan pengakuan de jure. Pengakuan de facto adalah
5 Muchtar Rosyidi, Penuntun Perundang-Undangan Negara Republik Indonesia, Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia, 1987 h. 17

4

pengakuan atas fakta adanya negara. Pengakuan ini didasarkan adanya fakta
bahwa suatu masyarakat politik telah memenuhi tiga unsur utama negara
(wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat). Adapun pengakuan de
jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas dasar
pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan memperoleh pengakuan de
jure, maka suatu negara mendapat hak-haknya di samping kewajiban sebagai
anggota keluarga bangsa sedunia. Hak dan kewajiban yang dimaksud adalah
hak dan kewajiban untuk bertindak dan diberlkakukan sebagai suatu negara
yang berdaulat penuh diantara negara-negara lain. 6
Teori Tentang Terbentuknya Negara
1. Teori Kontrak Sosial (Social Contract)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa
negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi

sosial masyarakat. Teori ini meletakkan negara untuk tidak berpotensi
menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada kontrakkontrak sosial antara warga negara dengan lambang negara. Penganut
mazhab pemikiran ini antara lain Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J.
Rousseau.
2. Teori Ketuhanan (Teokrasi)
Teori Ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Teori ini
ditemukan baik di Timur seperti Arab Saudi maupun di belahan dunia Barat
seperti Vatikan. Doktrin ketuhanan ini memperoleh bentuknya yang
sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana Eropa pada Abad Pertengahan
yang menggunakan teori ini untuk membenarkan kekuasaan mutlak para
raja.
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki
para raja berasal dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk
6 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Ocid h. 122

5

bertakhta sebagai penguasa. Para raja mengklaim seebagain wakil Tuhan di
dunia yang mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya kepada Tuhanm
bukan kepada manusia. Praktik kekuasaan model ini ditentang oleh kalangan

monarchimach (penentang raja). Menurut mereka, raja tiran dapat
diturunkan dari mahkotanya, bahkan dapat dibunuh. Mereka beranggapan
bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.
3. Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena
adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan
menjadi pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah negara.
Melalui proses penaklukan dan pendudukan oeh suatu kelompok (etnis) atas
kelompok tertentu dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan
kata lain, terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan di mana
sang pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah negara. 7
B. Negara Indonesia
Sebelum amandemen, naskah resmi UUD 1945 menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat).8 Hal ini dibuktikan dalam kajian pustaka yang
dilakukan oleh Wignjosoebroto, bahwa ide negara hukum yang pertama
diintrodusir dalam ketatanegaraan Hindia Belanda (Indonesia dahulu), melalui
kekuasaan negara. Maka secara historis dan yuridis Indonesia adalah negara
hukum yang cenderung menganut prinsip rechtsstaat dan telah dirumskan secara
tegas dalam konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, terakhir pasca amandemen

dicantumkan Indonesia adalah negara hukum dalam Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945.
9

7 Ibid h.123-126
8 Harun Al-Rasyid, Himpunan Peraturan Hukum Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1983 h. 15
9 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008 h. 92-93

6

Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk melalui perjuangan
panjang dan luar biasa oleh para pendiri negara. Komitmen yang kuat dan
perjuangan para pendiri negara yang tanpa mengenal lelah dalam mewujudkan
kemerdekaan akhirnya mengantarkan bangsa Indonesia menjadi negara yang
merdeka dan berdiri sejajar dengan negara-negara lainnya di dunia.
1. Perjuangan Menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sejarah tentang lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin menguat
setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Peristiwa tersebut
mendorong para pemuda dengan jiwa mudah dan semangatnya bergerak

mendesak golongsn tua untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia
Kesepakatan pemuda di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, membulatkan
tuntutan pemuda “... bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat
itu sendiri, tak dapat digantungkan kepada orang dan kerajaan lain. Jalan satusatunya adalah memproklamasikan kemerdekaan oleh kekuatan bangsa
Indonesia sendiri.
Para pemuda yang tidak setuju dengan golongan tua yang menunda
untuk memproklamasikan kemerdekaan akhirnya menculik Ir. Soekarno dan
para golongan tua lainnya ke Rengasdengklok.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 rombongan dari Rengasdengklok tiba di
Jakarta. Dengan mempertimbangkan berbagai tempat yang aman untuk
membahas proklamasi, kemudian Ir. Soekarno dengan para penyusun teks
proklamasi lainnya menjadikan rumah Laksmana Tadashi Maeda sebagai tempat
menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. 10
2. Makna Negara Kesatuan Republik Indonesia
10 Lukman Surya Saputra dan Wahyu Nugroho, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,

Indonesia: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 h. 70


7

Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasikan oleh para
pendiri negara adalah negara kesatuan. Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik”.
Para pendiri negara menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan
yang diwujudkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Para pendiri negara telah
mewariskan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur persatuan dan kesatuan
dalam beberapa ketentuan, yaitu sebagai berikut.
a. Sila ke-3 Pancasila, “Persatuan Indonesia”
b. Pembukaan UUD 1945 alinea IV, “... Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan

rakyat

dengan


berdasarkan

kepada

...

persatuan

Indonesia ... “ ; serta
c. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, “Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk Republik”.
Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun sudah berdiri dan
berusialebih dari 67 tahun tidak akan bertahan apabila masyarakatnya sendiri
tidak lagi memiliki semangat persatuan dan kesatuan. Bangsa dan negara
Indonesia akan bertahan selamanya apabila warga negara Indonesia mau
mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam berbagai bidang kehidupan. 11
3. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Republik Indonesia termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yang berbunyi:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumah darah
11 Ibid h. 75

8

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dengan berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, ...”
Dari pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea
keempat, dinyatakan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; serta
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. 12
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
bukan hanya tugas negara. Kita sebagai warga negara dapat mewujudkannya
dengan cara membela negara dalam berbagai bentuk. Memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa meruupakan tugas semua
komponen bangsa. Masyarakat yang sejahtera dan erdas merupakan dambaan
semua. Apabila masyarakat sejahtera, kehidupan di segala bidang akan lebih
baik. Bangsa Indonesia tentu akan lebih maju apabila kehidupan masyarakatnya
cerdas.
Tujuan keempat negara adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan negara
tersebut merupakan landasan bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan kerja
sama dengan negara lain yang dilandasi oleh nilai-nilai perdamaian dan keadilan
sosial.
4. Cita Negara

12 Ibid h. 76-77

9

Cita Negara merupakan hal yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945
dan

seringkali

dibicarakan

oleh

Prof.

Soepomo.

Bierens

de

Haan

mengemukakakn suatu pandangan bahwa negara pada hakikatnya adalah sebuah
organisasi yang terdiri atas kesatuan-kesatuan masyarakat yang lahir karena
suatu kehendak tertentu. Adanya masyarakat sebagai sebuah kesatuan terjadi
secara alami karena watak manusia sebagai makhluk sosial. Adanya negara
tidaklah terjadi secara alamiah, tetapi karena adanya suatu kehendak yang
didasari oleh pemikiran-pemikiran tertentu. Kehendak dan pemikiran itu
diwujudkan dalam suatu cita (een idee) yang dapat menjembatani kepentingankepentingan bersama kesatuan-kesatuan masyarakat tadi. Dengan demikian, cita
yang ada pada setiap masyarakat, yaitu volksgeemenschapsidee berubah menjadi
cita negara atau staatsidee. Menurut Bierens de Haan, negara adallah
peningkatan lebih tinggi dari ide yang berkembang dalam kesatuan-kesatuan
masyarakat yang telah ada lebih dahulu sebelum mereka membentuk negara.
Pikiran-pikiran Soepomo yang diucapkan pada tanggal 31 Mei 1945 –
ketika ia memperkenalkan cita negara integralistik sebagai cita negara yang
paling sesuai dengan cita yang terdapat dalam masyarakat asli Indonesia –
kemudian dijadikan acuan utama memahami maksud “pokok-pokok pikiran”
yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Cita negara integralistik
menghendaki “negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi
seluruh golongan dalam lapangan apa pun”. 13
C. Agama
Agama berarti ajaran, akidah, panutan, ikutan, keimanan, kepercayaan,
ketuhanan, keyakinan, pedoman, pegangan, petunjuk, religi, tuntutan.14 Dalam
UUD 1945 pasal 29 (2) dinyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama
13 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, 1996 h. 4 &

8
14 Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Bandung: Penerbit Mizan, 2009 h. 8

10

dan kepercayaannya itu.

15

Dengan ini berarti tiap-tiap warga negara berhak

untuk memeluk agama yang mereka yakini masing-masing. Negara memberikan
kebebasan bagi pemeluk umat beragama asalkan masih dalam ruang lingkup
agama yang diakui oleh pemerintah. Yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindhu,
Buddha dan Kong Hu Chu.
Sebagai warga negara Indonesia yang majemuk dan tunduk akan
peraturan agama, kita semua harus bertoleransi kepada warga negara yang
memiliki keyakinan berbeda dengan kita. Dalam Islam juga terdapat aturan
mengenai toleransi tersebut. Kita hendaknya menghormati keyakinan orang lain.
Dalam kehidupan berbangsa, seperti kita ketahui keberagaman agama itu
benar-benar terjadi. Agama tidak mengajarkan untuk memaksakan keyakinan
kita kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk perilaku kehidupan dalam
beregamaan agama di antaranya diwujudkan dalam bentuk:
a. Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain;
b. Tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda
agama;
c. Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan oleh
yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda;
d. Melaksanakan ajaran agama dengan baik; serta
e. Tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan
dianut oleh orang lain. 16
Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Prespektif Islam
Tujuan yang hendak dicapai ajaran-ajaran Islam bagi manusia adalah kebaikan
dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Baik buruknya kehidupan seseorang di akhirat bergantung kepada baik
buruknya kehidupan di dunia ini. Kehidupan yang di dunia akan membawa
15 Redaksi Kawan Pustaka, UUD 45 & Perubahannya Susunan Kabinet RI Lengkap, Jakarta:

Kawan Pustaka, 2004 h. 31
16 Lukman Surya Saputra dan Wahyu Nugroho, Ocid h. 113

11

kebahagiaan di akhirat. Dan kebalikannya, kehidupan yang tidak baik di dunia
akan membawa kehidupan sengsara di akhirat.
Dalam kaitannya dengan berbangsa dan bernegara pun dituntut adanya
kesadaran tentang hak-hak yang sebagai warga negara selain dari kewajiban
yang memang patut ditunaikan di berbagai bidang. Oleh karena itulah penting
kiranya memahami pendidikan kewarganegaraan menurut pandangan Islam.
Pendidikan Kewarganegaraan dalam berbagai bidang mencangkup:
a. Bidang Politik dan Pemerintahan
Asas dan dasar. Asas yang dipakai dalam hal ini adalah prinsipprinsip dalam al-Qur’an. Tujuan yang hendak dicapai adalah
mewujudkan masyarakat beragama dan berketuhanan Yang Maha
Esa, yang di dalamnya terdapat persatuan, persaudaraan, persamaan,
musyawarah, dan keadilan. Tujuan masyarakat ini dalam istilah alQur’an diungkapkan sebagai “mengajak kepada kebaikan dan
menolah kemungkaran”
Prinsip

pelaksanaan.

Prinsip-prinsip

yang

di[akai

dalam

mewujudkan masyarakat dimaksudkan adalah:
1. Pemerintahan yang adil dan demokratis (musyawarah)
2. Organisasi pemerintahan yang dinamis
3. Kedaulatan
b. Bidang Hukum
Sumber hukum adalah al-Qur’an, hadis dan ijtihad (pemikiran
dengan menggunakan akal). Sebagaimana telah banyak dijelaskan
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis sedikit jumlahnya
sehigga diperlukan ijtihad atau pemikiran rasional untuk melengkapi
hukum yang dibutuhkan masyarakan yang senantiasa mengalami
perkembangan.
c. Bidang Ekonomi

12

Ekonomi dalam Islam pada dasarnya bercorak sosialis dan religius.
Manusia terususn bukan hanya dari satu unsur, melainkan dua unsur
yakni unsur jasmani dan unsur ruhani. Dan kehidupan manusia tidak
hanya terbatas di dunia materi saja tetapi juga berlanjut ke alam
ruhani di akhirat nanti. Ekonomi dalam Islam oeh karena itu tidak
bisa hanya mementingkan hidup di dunia materi saja, dan juga tidak
bisa mengambil bentuk materialisme.
Corak ekonomi itu harus mencerminkan ajaran persaudaraan,
persamaan, dan keadilan yang terdapat dalam Islam. Individu dan
masyarakat sama pentingnya dalam Islam. Maka ekonomi Islam
tidak boleh mengutamakan kepentingan masyarakat, atau sebaliknya
mengutamakan

kepentingan

masyarakat

dengan

mengabaikan

kepentingan individu.
Corak sosialis ekonomi dalam Islam diperkuat lagi oleh:
1. Adanya prinstip nasionalisasi berdasarkan hadis Nabi tentang
tidak bolehnya tiga hal dimiliki secara pribadi, yaitu air, padang
gembalaan, dan api.
2. Larangan riba, karena menguntungkan kaum kapitalis dan
merugikan rakyat.
3. Adanya larangan monopoli berdasarkan hadis Nabi yang
mengatakan bahwa orang yang melaksanakan monopoli dilaknat
Tuhan.
d. Bidang Sosial Budaya
Struktur masyarakat terbentuk atas dasar persaudaraan dan
persamaan. Semua mempunyai kedudukan yang sama dan kalaupun
ada perbedaan, perbedaan hanyalah dalam tingkat takwa seseorang.
Kaya dan miskin sama kedudukannya. Kaya dan miskin bersaudara.
Juga perbedaan ras tidak diakui. Semua adalah anak Adam.
Masyarakat tidak tersusun dari kelas-kelas.

13

Kebudayaan dalam bentuk filsafat dan ilmu pengetahuan
didorong perkembangannya dengan adanya ayat-ayat yang mengajak
manusia supaya memakai akal yang dianugerahkan Allah kepadanya
dan supaya mmeneliti alam sekitarnya.
Karena soal akhirat sama pentingnya dengan soal dunia, seni
budaya berkembang bukan hanya untuk menunjang peribadahan,
tetapi juga dalam bidang keduniaan seperti sastra, arsitektur, seni
lukis, seni rupa, dan lain-lain. Pandangan semacam ini dengan
implikasinya tersebut pada zaman modern sekarang semakin tampak,
karena pemikiran pembaruan pada zaman modern ini dalam soal-soal
keagamaan menghilangkan tradisi-tradisi lama manusia yang
melarang menggambar dalam bentuk seni lukis dan seni rupa.
e. Bidang Hankam
Kalau sistem dan pranata-pranata sosial lainnya tidak disebut di
dalam al-Qur’an dan hadis, maka terlebih lagi sistem dan organisasi
Hankam, yang banyak bergantung kepad aperkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ketika alat persenjataan masih sederhana
sekali pada zaman Nabi Muhammad, khalifah yang empat, dan
dinasti-dinasti masa pertama, sistem dan organisasi Hankam juga
sederhana. Perkembangan yang timbul dalam alat persenjataan yang
dipergunakan dalam bidang Hankam senantiasa diikuti dengan
perkembangan yang sepadan dalam sistem dan organisasinya.
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun sistem dan organisasi
dalam bidang Hankan ini ialah prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran dasar
dalam al-Qur’an dan hadis, seperti persaudaraan, kepatuhan pada
pemimpin dan suka damai. Ajaran dasar dalam Islam ialah damai,

14

damai dengan Allah, damai dengan manusia, dan damai dengan alam
sekitar. 17
Disamping keberagaman agama di Indonesia dan juga pendidikan
kewarganegaraan dalam prespektif Islam, terdapat pula dua model dasar dari
sistem politik keagamaan tradisional; model organis dan model gereja. Model
organis dicirikan oleh sebuah konsepsi penyatuan fungsi-fungsi agama dan
politik yang dilaksanakan oleh suatu struktur yang menyatu (unitary). Penguasa
melaksanakan kekuasaannya baik temporal maupun spiritual; dan fungsi
utamanya ialah memelihara tatanan sosial yang sakral sesuai dengan hukumhukum suci dan tradisi. Apapun yang ada dari hirarki kepemimpinan agama
yang terwujud, ia dipelihara oleh penguasa guna menegakkan hukum suci dan
tradisi ini. dengan begitu, penyamaan agama dan masyarakat dapat
dimaksimalkan.
Negara muslim tradisional tetap mempertahankan pandangan keislaman
orisinal tentang penyatuan sepenuhnya kekuasaan politik dan agama yang
berlaku pada masa Nabi dan para sahabatnya. Suatu klas kepimimpinan agama –
ulama – yang perhatiannya utamanya ialah mengenai penafsiran terhadal
hukum-hukum suci. 18
D. Warga Negara
Warga Negara adalah bangsa, masyarakat, orang, penduduk, rakyat.

19

Menurut

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia (UUKI) 2006, yang dimaksud
dengan warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Secara etimologi warga berarti anggota. 20
17 H. Zulfi Mubarak, Sosiologi Agama: Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius Kontemporer,

Malang: UIN Malang Press, 2006 h. 39-45
18 Donald Eugene Smith, Agama di Tengah Sekularitas Politik, Jakarta: Penerbit Panjimas, 1985 h.
8&9
19 Departemen Pendidikan Nasional, Ocid h. 648
20 Mohamad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, Semarang: Effhar & Dahara Prize,
1990 h. 181

15

Lalu, siapa warga negara Indonesia (WNI)? Menurut UUKI 2006 (Pasal
4, 5, dan 6) mereka yang dinyatakan sebagai warga negara Indonesia antara lain:
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan / atau
berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia
(WNI).
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga
negara Indonesia
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu warga negara Indonesia.
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut.
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu tiga ratus (300) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara
Indonesia.
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang diakui oleh sorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau
belum kawin.
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

16

k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. Anak yang lahir di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara
tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan.
m. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.21

E. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Tiap-tiap warga negara Indonesia juga memiliki hak dan kewajibannya
masing-masing. Hak dan kewajiban negara tercantum dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain
sebagai berikut.
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2)
UUD 1945 berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini menunjukkan asa keadilan
sosial dan kerakyatan.
2. Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
3. Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD
1945. Ayat (1) berbunyi bahwa: “Negara berdasarkan atas
21 Budianto, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X, Jakarta: Erlangga, 2007 h. 132-13

17

Ketuhanan Yang Maha Esa.” Ini berarti bahwa bangsa Indonesia
percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ayat (2) berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
5. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
Yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara. Dinyatakan bahwa
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
6. Pasal 31 ayat (1)dan (2) UUD 1945.
Yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran. Ayat (1) menerangkan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Adapun dalam ayat (2) dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan UUD 1945.
7. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional
Indonesia. Pasal 32 UUD 1945 ayat (1) menyatakan bahwa Negara
memajukan kebbudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
8. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial.
Pasal 33 ayat (1). (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945 berbunyi:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara .
(3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.

18

(4) Perekonomian

nasional

diselenggarakan

berdasar

atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan,

berkelanjutan,

berwawasan

lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
9. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD
1945 dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.
Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain:
a. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1)
UUD 1945 berbunyi:

segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
b. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang
menyatakan Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.
c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945 menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan kemanan negara. 22
F. Syarat-syarat Permohonan Menjadi WNI (Pewarganegaraan)
Keindahan alam Indonesia membuat banyak orang asing yang tertarik
untuk menjadi Warga Negara Indonesia. Diantara syarat-syaratnya adalah
sebagai berikut:
a. Permohon sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah

22 Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 h. 58-59

19

b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indnesia paling sedikit 15 (lima belas) tahun berturut-turut
atau selama 20 (dua puluh) tahun tidak berturut-turut
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Cakap berbahasa Indonesia dan mempunyai pengetahuan tentang UndangUndang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 dan sejarah Indonesia
e. Tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman
pidana paling singkat 1 (satu tahun)
f. Apabila memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda
g. Mempunyai perkerjaan dan penghasilan tetap
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara 23
G. Hilang Kewarganegaraan Indonesia
Seorang WNI juga bisa kehilangan kewarganegaraannya jika mereka:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemaunnya sendiri
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain,
sedangkan orang yang bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk
itu
c. Diakui oleh orang asing sebagai anaknya, jika anak yang
bersangkutan belum berusia 18 (delapan belas) tahun & belum
menikah

dan

dengan

kehilangan

kewarganegaraan

Republik

Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan
d. Anak yang diangkat sah oleh seorang asing sebagai anaknya, jika
anak yang bersangkutan belum berusia 5 (lima) tahun dan dengan
kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan
e. Dinyatakan hilang oleh Presiden atas permohonan orang yang
bersangkutan, jika ia telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun,
23 Hasyimsyah dkk, Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan, Jakarta: Lentera Abadi,

2010 h. 7

20

bertempat tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan Republik Indonesia-nya tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan
f. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa ijin terlebih dahulu kepada
Presiden.
g. Tanpa ijin terlebih dahulu dari Presiden masuk dalam dinas negara
asing
h. Mengangkat sumpah atau janji setia kepada negara asing
i. Dengan tidak diwajibkan , turut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
j. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atas namanya yang masih berlaku
k. Lari dari dan untuk dinas negara, selama 5 (lima) tahun berturut-turut
bertempat tinggal di luar negeri dengan tidak menyatakan keinginan
untuk tetap menjadi warga negara Indonesia. 24
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustin, Risa . Kamus Ilmiah Populer Lengkap . Surabaya : Serbajaya
2. Al – Rasyid, Harun . Himpunan Peraturan Hukum Tata Negara . 1983 . Jakarta: UI Press
3. Arifin, Winarsih . Kamus Perancis Indonesia . 1991 . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
4. Aripin, Jaenal. Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia. 2008.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
5. Budianto. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA kelas X. 2007 Jakarta: Erlangga
6. Departemen Pendidikan Nasional. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
2009. Bandung: Penerbit Mizan
7. Hasyimsyah dkk. Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan.2010 Jakarta: Lentera
Abadi
8. Mahendra, Yusril Ihza. Dinamika Tatanegara Indonesia. 1996. Jakarta: Gema Insani Press
9. Mubarak, H. Zulfi. Sosiologi Agama: Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius Kontemporer.
2006. Malang: UIN Malang Press
24 Ibid h. 9

21

10. Mulyan, Achmad dkk . Kamus Pengayaan Bahasa Inggris Inggris Indonesia .1997 .
Bandung: M2S
11. Ngajenan, Mohamad. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. 1990. Semarang: Effhar &
Dahara Prize
12. Redaksi Kawan Pustaka. UUD 45 & Perubahannya Susunan Kabinet RI Lengkap.2004
Jakarta: Kawan Pustaka
13. Rosyidi, Muchtar . Penuntun Perundang-Undangan Negara Republik Indonesia . 1987 .
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
14. Saputra, Lukman Surya dan Nugroho, Wahyu. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. 2013. Indonesia: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
15. Smith, Donald Eugene. Agama di Tengah Sekularitas Politik. 1985. Jakarta: Penerbit
Panjimas
16. Ubaedillah , A & Rozak, Abdul . Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani .
2003 . Indonesia: ICEE UIN Syarif Hidyatullah Jakarta bekerja sama dengan Penerbit
Prenada Media Group

17. Winarno. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Jakarta: Bumi Aksara

22