Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan (3)

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055
Rombongan A2

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu. Laporan ini disusun untuk melengkapi acara
praktikum mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tim pengampu mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu yang telah
memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada kami.
2. Asisten praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu yang telah
membimbing selama pelaksanaan acara praktikum.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
laporan ini.
Penulis berharap Laporan Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca yang berkepentingan. Meskipun telah disusun dengan
cermat laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik agar laporan selanjutnya bisa lebih baik.

Purwokerto, 18 November 2015

Penulis

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

ACARA I

AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055
Rombongan A2

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Lingkungan yang baik akan mendukung pertumbuhan tanaman sehingga
dapat berproduksi dan memiliki kualitas yang baik, begitu pula sebaliknya.

Agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan
menghasikan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia. Awalnya manusia
hanya mengambil bahan makanan hanya yang ada, namun manusia terus berkembang
dan mulai menanam tumbuhan yang dianggap bagi kelangsungan hidupnya. Manusia
belajar dari pengalaman yang didapat, mulai dari teknologi sederhana untuk
mengembangkan pertanian sampai teknologi canggih.
Kacang panjang (Vigna sinensis) termasuk dalam famili papilionaceae dan
merupakan tipe tanaman kacang-kacangan yang buahnya berbentuk semacam tali yang
panjang. Tanaman kacang panjang membutuhkan penyangga ketika tumbuh, dan
tanaman ini memiliki daun yang majemuk berwarna hijau tua dan terlihat bulu-bulu
halus pada permukaannya. Tanaman ini membutuhkan unsur hara nitrogen yang tinggi
untuk bisa tumbuh dengan cara maksimal.
Keberadaan hama dan penyakit di areal pertanaman kacang panjang dapat
mengakibatkan berkurangnya hasil dan penurunan kualitas yang dihasilkan. Hama
tanaman merupakan binatang pengganggu tanaman antara lain berupa tungau dan
nematoda dan hama ini ada yang menyerang daun dan polongnya. Penyakit adalah
suatu penyimpangan fisiologis tanaman normal yang menimbulkan merugikan terhadap
mutu dan menurunkan nilai ekonomis dari tanaman. Hama yang menyerang tanaman
kacang panjang adalah hama belalang yang dapat menghabiskan seluruh bagian daun


bahkan tulang daun, lalat kacang menyebabkan bintik-bintik putih dan tanaman layu
mati, kutu kebul menimbulkan bintik-bintik klorotik mengakibatkan berkurangnya
jumlah klorofil, dan siput mengakibatkan daun berlubang. Penyakit pada tanaman
kacang panjang adalah mozaik kuning, dan bercak cescospora. Pengendalian dapat
dilakukan dengan pergiliran tanaman dengan bukan kacang-kacangan, penggunaan
mulsa, pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang dan penyemprotan insektisida.
Pengelolaan agroekosistem harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya lahan, dan sebaiknya diarahkan
pada perbaikan struktur fisik, komposisi kimia, dan aktivitas biota tanah yang optimum
bagi tanaman. Interaksi antara komponen-komponen biotik dan abiotik tanah
memberikan keseimbangan yang optimal bagi ketersediaan hara dalam tanah, yang
selanjutnya menjamin keberlangsungan produktivitas lahan dan keberhasilan usaha tani.
Sistem ini diharapkan dapat membentuk agroekosistem yang stabil dan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tanpa menurunkan kualitas lingkungan.

B. Tujuan
1. Mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem
2. Mengenal komponen ekosistem pertanian
3. Menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem
4. Memberi kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri


II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang panjang (Vigna sinensis L) merupakan tanaman hortikultura yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan.
Kacang panjang termasuk dalam famili papilionaceae yang tergolong tanaman semusim
berbentuk perdu yang bersifat membelit atau setengah membelit. Tanaman kacang
panjang saat berumur masih muda daunnya dapat dipakai sebagai bahan pangan.
Kacang panjang merupakan tanaman sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral
(Rasyid, 2012).
Kacang panjang dapat ditaman setiap saat dan dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 0-800 m dpl. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhannya adalah latosol
(lempung berpasir), regosol dan alluvial dengan pH 5,5-6,5. Suhu udara yang
dibutuhkan adalah 18-32ºC dengan suhu optimal 25ºC. Tanaman ini membutuhkan
banyak sinar matahari dan curah hujan berkisar antara 600-2.000 mm/tahun. Waktu
tanam yang baik adalah awal atau akhir musim hujan (Pitojo, 2006).
Agroekosistem adalah sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan
dikelola oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk
pertanian lain. Manusia atau petani melakukan intervensi terhadap sistem lingkungan
dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas sehingga mereka mampu memenuhi

kebutuhan hidup bagi keluarganya. Masyarakat juga ikut mendukung intervensi
semacam ini karena kepentingan yang lain yaitu untuk menghasilkan pangan dengan
harga yang terjangkau bagi mereka-mereka yang tidak bekerja di sektor pertanian,
seperti para pekerja di sektor-sektor industri di perkotaan (Conway, 2007).
Agroekosistem berbeda dengan ekosistem alam karena dalam agroekosistem
sumber energi tidak hanya terbatas dari sinar matahari, air dan tanah tetapi juga berasal

dari sumber-sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk,
pestisida dan teknologi. Tingkat keanekaragaman hayati pada agroekosistem cenderung
rendah, didominasi oleh varietas-varietas yang seragam serta kontrol dikendalikan oleh
faktor eksternal sehingga dalam agroekosistem. Manusia adalah faktor yang memegang
peranan sangat penting untuk tidak mengatakan sentral (Hernanto, 2009).
Perkembangan hama dan penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik
langsung maupun tidak langsung seperti tanah, cuaca, air dan kelembapan yang
berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, lama hidup, serta kemampuan diapause
serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul mempunyai suhu optimum 32,5ºC untuk
pertumbuhannya (Bonaretal, 2007).
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi
tanaman inang, yang akhirnya mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama. Suhu
berpengaruh terhadap sintesis senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, falvonoid

yang berpengaruh terhadap ketahanan hama. Pengaruh tidak langsungnya adalah
kaitannya dengan musuh alami hama baik predator, parasitoid dan patogen. Sebagai
contoh adalah perkembangan populasi kutu kebul pada kacang panjang lebih tinggi
pada musim kemarau, selain karena laju pertumbuhan intrinsik juga disebabkan oleh
tingkat parasitasi dan tingkat infeksi patogen yang rendah (Sobirin, 2004.).
Pengaruh perubahan iklim dapat dilihat dari tanaman yang mengalami tekanan atau
stres karena perubahan iklim yaitu lebih rentan terhadap serangan organisme
pengganggu tanaman. Serangan hama dan mikroba termofilik lebih diuntungkan dengan
makin panjangnya musim panas atau kemarau dan meningkatnya temperatur. Perubahan
iklim sangat mengganggu keseimbangan antara populasi serangga hama (musuh alami
tanaman) dan tanaman inangnya. Dampak perubahan iklim terhadap populasi serangga
hama adalah adanya gangguan sinkronisasi antara tanaman inang dan perkembangan

serangga hama terutama pada musim penghujan atau musim dingin. Peningkatan
temperatur juga akan lebih mendukung perkembangan serangga hama dan daya tahan
hidupnya pada musim penghujan atau musim dingin (Pustaka, 2012).
Meningkatnya kadar CO2 dapat menurunkan kualitas pakan serangga pemakan
tumbuhan karena meningkatnya kadar nitrogen pada daun tanaman. Musim kemarau
(meningkatnya suhu) akan menguntungkan golongan patogen itemofilik (golongan
parasit yang mampu menimbulkan penyakit pada inangnya). Meningkatnya temperatur

udara, distribusi geografis serangga vektor patogen penyakit tumbuhan berpotensi
menjadi meluas sehingga menambah jumlah individu serangga penyerang tumbuhan
(Lingga, 2006).
Musim dingin/musim penghujan berdampak pada meningkatnya serangan jamur
patogen yang semula hanya dianggap sebagai penyakit minor. Musim dingin berpotensi
meningkatkan serangan jamur penyebab penyakit yang sangat tergantung pada
tekanan/stres yang dialami oleh inangnya, seperti jamur patogen yang menyerang akar
tanaman. Berkurangnya hari hujan diperkirakan dapat menurunkan serangan jamur
patogen yang menyerang daun. Efek perlindungan mikroba terhadap penyakit akar
dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu atau kelembaban tanah (Pustaka, 2012).
Pengelolaan agroekosistem agar lebih baik dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan lahan pada daerah hulu secara rasional sehingga dapat mewujudkan
sistem pertanian yang tangguh dan secara menyeluruh menciptakan pengelolaan
sumberdaya alam dalam suatu DAS yang berkelanjutan.
2. Pengolahan lahan secara agroforestry untuk daerah hulu karena dapat menerapkan
sistem konservasi tanah dan air, namun apabila petani juga menginginkan hasil
produksi yang tinggi dapat diterapkan sistem multiple cropping seperti tumpang sari.

3. Melakukan pengolahan tanah minimum agar kerusakan struktur tanah dapat
dihindari dan aliran permukaan maupun erosi berkurang.

4. Meningkatkan aplikasi pemberian bahan organic seperti pupuk anorganik berupa
pupuk kandang maupun puuk hijau untuk memperbaiki pH tanah, kondisi fisik,
kimia dan biologi tanah, serta penambahan seresah yang juga melindungi lahan dari
tetesan air hujan secara langsung sehingga dapat mengurangi laju erosi (Kartawi,
2009).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah kertas plano/ manila, alat tulis, buku catatan,
pensil warna, spidol hitam, dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan adalah
pertanaman holtikultura (tanaman kacang panjang), dan jaring serangga.

B. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam setiap
rombongan.
2. Alat dan bahan disiapkan.
3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan dan diamati komponen agroekosistemnya, yang
meliputi agroekosistem tanaman hortikultura (tanaman kacang panjang).
4. Keadaan umum agroekosistem yang diamati digambar.

5. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas plano/manila.
6. Serangga yang bertindak sebagai hama dan musuh alami, juga tanaman/bagian
tanaman yang bergejala sakit dikoleksikan.
7. Hasil pengamatan dipresentasikan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan
Lingkungan merupakan sistem yang komplek yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman maka perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor
lingkungan dapat digolongkan menjadi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik terdiri
atas tanah, cuaca, air, dan kelembapan, sedangkan lingkungan biotik terdiri dari
organisme-organisme hidup diluar lingkungan abiotik (manusia, tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme). Organisme hidup didalam sebuah sistem yang ditopang oleh berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh. Sistem inilah yang
disebut dengan ekosistem. Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling
interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan

lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik.
Pengamatan agroekosistem ini dilaksanakan Desa Kebanggan Kec. Sumbang
dengan komoditas tanaman yang berbeda, yaitu tanaman kacang panjang, jagung,
buncis, talas, tebu, dan pisang. Agroekosistem kacang panjang ditemukan berbagai
macam serangga yang berperan sebagai hama, musuh alami dan serangga alami.
Serangga hama yang menyerang adalah belalang, kutu kebul, lalat kacang dan siput
sedangkan yang berperan sebagai musuh alaminya adalah capung, serangga netral yang
terdapat pada agroekosistem ini adalah semut, kupu-kupu dan burung pipit. Pola
pertanaman yang terdapat pada agroekosistem ini adalah monokultur, dengan kacang
panjang sebagai tanaman pokoknya dan tanaman lain yang ada merupakan komoditas
berbeda (jagung, buncis, talas, tebu, dan pisang). Lahan ini menggunakan pengairan
irigasi, dengan kondisi kelembapan sedang, cuacanya cerah dan kondisi tanah subur.
Kondisi gulma di lahan ini sangat banyak karena tidak dilakukan pengendalian, jenis
gulma yang umum ditemukan adalah rumput teki, babandotan.

Agroekosistem tanaman kacang panjang yang ada di Kec. Sumbang memiliki
lahan seluas 250 m², meskipun disekitar lahan kacang panjang tersebut terdapat
tanaman jagung, buncis, talas, tebu dan pisang tetapi tidak dapat disebut sebagai
pertanaman tumpang sari karena tidak dilakukan dalam satu areal lahan. Beberapa
komponen natural dalam agroekosistem antara lain meliputi faktor-faktor biotik seperti
tanah, air, cuaca, kelembapan, yang satu sama lain berinteraksi dalam suatu mekanisme
tertentu sehingga perubahan pada komponen yang satu akan berpengaruh pada
keberadaan komponen yang lain. Kondisi agroekosistem lahan ini sebenarnya termasuk
dalam kondisi yang tidak sehat akan tetapi dusun ini mempunyai topografi daerah yang
cukup bagus, karena desa ini tidak terlalu terletak pada daerah pegunungan sehingga
pembentukan lahan untuk pertanian masih bisa ditata secara baik.
Agroekosistem pada daerah ini dikatakan tidak sehat karena pada daerah ini tanah
atau lahan pertaniannya sudah terlalu banyak mengandung bahan kimia karena para
petani di desa tersebut sering menggunakan pupuk kimia dibandingkan dengan pupuk
organik. Kondisi yang seperti itu sebenarnya sudah sangat merugikan namun hal ini
disebabkan karena semakin banyak kandungan kimia yang terkandung dalam tanah
maka akan merusak tekstur serta struktur dari tanah di daerah tersebut. Musuh alami
bagi hama yang menyerang tanaman para petani juga tampak sedikit karena sudah
keracunan dengan terlalu seringnya menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida
yang berlebihan.
Agroekosistem dari daerah tersebut tidak bagus karena tidak ada yang dapat
menyeimbangkan populasi dari hama dan seharusnya jumlah populasi hama yang ada
harus ada penyeimbangnya yaitu adanya populasi dari musuh alami. Campur tangan
manusia pun seharusnya tidak begitu banyak. Manusia hanya bertugas untuk
mengontrol adanya ambang ekonomi dari suatu hama. Jika musuh alami sudah tidak

dapat memakan hama yang begitu banyak barulah manusia turut andil dalam
pembasmian hama tersebut, tetapi pada daerah ini musuh alaminya sedikit dan para
petani lebih senang menggunakan pupuk kimia dan juga terlalu banyak menggunakan
pestisida yang dosis pemakainannya juga sudah tidak pada takaran yang seharusnya.
Pupuk yang digunakan juga difungsikan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah
mereka yang sudah kering dan sedikit kandungan bahan organiknya.
Agroekosistem merupakan ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara
langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pangan.
Menunjang pemanfaatan tersebut setiap agroekosistem mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda tergantung sifat ekologis agroekosistem yang ada. Pengembangan suatu
sumber daya alam harus didekati secara komprehensif sehingga harus menekankan pada
hubungan satu sama lain antara pengaruh suatu sumberdaya alam terhadap sumber daya
lain. Kondisi yang berpengaruh pada suatu ekosistem adalah tutupan lahan oleh
vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam penanganan
pengelolaan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Pada saat pengamatan angin bertiup cukup kencang karena lahan tidak ternaungi.
Lahannya sistem irigasi sehingga lahan terlihat kering. Kondisi lahan tersebut cukup
banyak terdapat gulma. Pada saat pengamatan tanaman kacang panjang belum berbuah
dan banyak hama yang ditemukan seperti hama belalang, lalat kacang, kutu kebul dan
siput. Praktikan juga menjumpai predator seperti semut hitam dan burung pipit.
Serangga netral yang dijumpai yaitu capung. Komponen abiotik dan biotik tersebut
saling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga terjadi
aliran energi. Sebelumnya lahan tersebut ditanami tanaman mentimun.

Sebaiknya tanaman kacang panjang ditanam dengan sistem tumpangsari agar hama
dapat berkurang dan penyebaran penyakit dapat dikendalikan. Pemeliharaan tanaman
kacang panjang sangat diperlukan seperti pengairan, pemupukan, penyiangan,
penyulaman, pemangkasan serta pemberian pestisida. Dalam melakukan pengendalian
hama dan penyakit tanaman kacang panjang sebaiknya dilakukan dengan pengendalian
hama terpadu (PHT). Pengendalian dilakukan dengan memperhatikan lingkungan,
memanfaatkan agensi hayati, melakukan pemangkasan pada tanaman yang terserang,
serta menggunakan pestisida yang ramah lingkungan.
Prinsip utama dalam pengelolaan agroekosistem untuk pengendalian hama adalah
menciptakan keseimbangan antara herbivora dan musuh alaminya melalui peningkatan
keragaman hayati. Peningkatan keragaman vegetasi dan penambahan biomassa, dapat
meningkatkan keragaman hayati dalam suatu agroekosistem. Peningkatan keragaman
vegetasi dilakukan melalui pola tanam polikultur dengan pengaturan agronomis yang
optimal. Penambahan biomassa dilakukan dengan mengaplikasikan mulsa, penambahan
pupuk hijau dan pupuk kandang (Lingga, 2006).
Intensitas serangan hama pada pertanaman kacang panjang hampir 55 %, hal ini
terjadi karena pemeliharaan tanaman tidak dilakukan secara rutin sehingga populasi
hama meningkat terutama hama belalang. Intensitas serangan ini menyebabkan
produksi tanaman kacang panjang menurun. Pada lahan pertanaman terdapat capung
yang berfungsi sebagai predator yang akan memakan lalat kacang. Capung akan
merobek-robek tubuh mangsanya dan terus mengunyahnya sampai berbentuk gumpalan
sebelum akhirnya menelannya.
Kacang panjang yang ditanam di dataran rendah dibudidayakan secara massal di
lahan sawah pada musim kemarau dan di lahan kering pada musim penghujan. Kacang
panjang memerlukan ajir. Jenis sayuran ini diperlukan dalam volume besar terutama
untuk sayur asem. Umumnya, jenis sayuran yang secara sengaja dibudidayakan di
dataran rendah hanyalah yang nilai komersialnya relatif baik. Kacang panjang lebih

menyukai sinar matahari penuh sehingga tanaman yang ada di dataran rendah lebih
bagus. Pada tanaman kacang panjang dataran rendah masa panen polongnya lebih awal
yaitu 85 hari setelah tanam. Kacang panjang dataran tinggi relatif lebih lama dan
produksinya lebih rendah. Pada tempat yang agak terlindungi pertumbuhan tanaman
agak lambat dan kurus serta buahnya sedikit.
Intensitas serangan hama pada dataran rendah lebih tinggi dari pada pertanaman
dataran tinggi karena pada dataran rendah daur hidup lalat kacang dari telur hingga lalat
berkisar 21 hari sedangkan pada dataran tinggi berlangsung sekitar 40 hari, sehingga
kerusakan lebih tinggi di datara rendah. Pemasangan ajir pada kacang panjang sebagai
alat penyangga pada kacang panjang terbuat dari bambu atau kayu lurus untuk
menyokong tanaman kacang panjang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang saling berhubungan
dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia
untuk menghasilkan pangan, pakan dan produk-produk lainnya.
2. Agroekosistem terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik yaitu
air, tanah, kelembaban, cahaya, suhu dan iklim. Sedangkan komponen biotik yaitu
manusia, patogen, gulma, dan hama
3. Pengelolaan agroekosistem meliputi kegiatan budidaya seperti teknik penanaman,
pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit dengan memperhatikan kondisi
lingkungan atau pengendalian hama terpadu.
4. Tindakan yang akan dilakukan praktikan jika menjadi pemilik lahan tersebut yaitu
menanam tanaman kacang panjang secara tumpangsari misalnya dengan tanaman
caisim, melakukan penyiangan gulma, melakukan pemupukan, pengendalikan hama
dan penyakit secara terpadu.
B. Saran
Sebaiknya sebelum praktikum, semua praktikan diberi pengarahan supaya
praktikan paham betul untuk kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. Sebaiknya
lahan yang dipilih dalam analisis ini, lahan kacang panjang lebih luas lagi. Selain itu,
persiapan pemahaman materi sebelum menuju lahan juga diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bonaretal. 2007. Teknik Budidaya Kacang Panjang dan Analisis Usaha Tani. Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Conway. 2007. Hortikultura Aspek Budidaya Edisi Revisi. Penerbit Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Hernanto. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kartawi. 2009. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Rajawali
Pers. Jakarta.
Lingga. 2006. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Pitojo. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pustaka. 2012. Teknologi Budidaya Sayuran. Badan Litbang Pertanian Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Rasyid. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Kacang Panjang. Pustaka
Buana. Bandung.
Sobirin. 2004. Pemasaran Kacang Panjang dari Lahan Petani. Universitas Lampung.
Lampung.

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

ACARA II
PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA PADA TANAMAN
KACANG PANJANG

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055
Rombongan A2

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kacang panjang merupakan salah satu sayuran yang banyak dikomsumsi
masyarakat karena memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang panjang petani tidak terlepas dari pengaruh faktor
lingkungan yang ada di sekitar pertanaman tanaman. Faktor lingkungan tersebut dapat
menunjang maupun menghambat pertumbuhan tanaman. Masalah yang dihadapi
diantaranya masalah serangan hama dan penyakit.
Produksi tanaman kacang panjang dapat menurun akibat adanya serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) salah satunya yaitu hama. Hama yang banyak
menyerang tanaman kacang panjang adalah lalat kacang, belalang, kutu kebul dan siput.
Gejala serangannya itu dapat berupa kerusakan pada bagian daun dan tulang daun,
polong yang masih muda menjdi kosong dan polong berbintik hitam.
Perkembangan hama perlu diketahui dengan melakukan pengamatan terhadap hama
yang meliputi lokasi, intensitas, luas serangan, tingkat populasi dan penyebaran hama.
Pengamatan tersebut merupakan salah satu komponen utama dari sistem pengendalian
hama terpadu, hasil pengamatan akan menjadi bahan penentu dalam pengambilan
keputusan perlu tidaknya dilaksanakan pengendalian. Pengendalian hama mutlak
dilakukan agar usaha budidaya yang dilakukan tidak mengalami kerugian bagi petani.
B. Tujuan
1. Mengenal jenis hama utama pada tanaman hortikultura
2. Mengenal gejala serangan hama utama pada tanaman hortikultura
3. Membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman pangan, sayuran, buah, dan obat. Salah
satu tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah tanaman
kacang panjang. Kacang panjang (Vigna sinensis) termasuk jenis sayuran polong
semusim yang berumur pendek. Tanaman ini berbentuk semak atau perdu. Pada musim
penghujan, kacang panjang bisa dibudidayakan di lahan kering (tanah tegalan). Tetapi
pada musim kemarau, kacang panjang hanya bisa dibudidayakan di lahan sawah atau
lahan yang berpengairan teknis (Cahyono, 2003).
Berdasarkan data BPS (2012), produksi kacang panjang selama 5 tahun terakhir
cenderung meningkat dari tahun sebelumnya. Produksi tanaman kacang panjang dari
tahun 2008 sampai dengan 2012 berturut-turut yaitu 367,111 ton/tahun, 358,014
ton/tahun, 403,827 ton/tahun, 526,917 ton/tahun dan 458,392 ton/tahun. Hal ini
menunjukan bahwa petani semakin banyak yang berminat untuk menanam kacang
panjang, sehingga target untuk memenuhi permintaan konsumen akan sayuran kacang
panjang setiap tahun dapat terpenuhi.
Kacang panjang dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 m dpl. Jenis tanah yang cocok
untuk pertumbuhannya adalah latosol (lempung berpasir), regosol dan alluvial dengan
pH 5,5-6,5. Suhu udara yang dibutuhkan adalah 18-32ºC dengan suhu optimal 25ºC.
Tanaman ini membutuhkan banyak sinar matahari dan curah hujan berkisar antara 6002.000 mm/tahun. Waktu tanam yang baik adalah awal atau akhir musim hujan.

Tanaman kacang panjang petani tidak terlepas dari masalah diantaranya adalah
masalah serangan hama dan penyakit. Adapun hama utama tanaman kacang panjang
yaitu:
1. Lalat Kacang
Siklus hidup dari kacang yaitu lalat kacang dewasa berukuran 1,9-2,2 mm berwarna
hitam, lalat dewasa meletakan telur sejak tanaman muncul diatas tanah sampai sekitar 2
minggu setelah tanam. Telur diletakan terpisah dalam lubang di pangkal helai daun
pertama atau kedua. Seekor induk betina lalat mampu meletakan telur 94-183 butir
menetas 48 jam setelah diletakan. Larva berbentuk ramping panjang maksimal 3,75 mm
dan lebar 0,15 mm memakan daun selama 2 hari. Stadia larva berkisar 7-11 hari. Pupa
terbentuk di bawah kulit pangkal akar. Siklus hidup lalat kacang berkisar 17-26 hari.
Serangannya berupa bintik-bintik putih pada keping biji dan daun. Bintik tersebut
adalah bekas tusukan alat peletak telur dan kemungkinan juga bekas pengisapan cairan
daun untuk makanan imago. Pada umumnya larva mulai memakan dan merusak
jaringan keping biji bila umur tanaman 6 hari. Gejala liang gerekan larva pada keping
biji dan daun tampak berupa garis lengkung berwarna coklat. Serangan sebelum umur
13 hari setelah tanam dapat menyebabkan kematian tanaman (Cahyono, 2003).
2. Belalang
Siklus hidup belalang yaitu telur belalang berwarna keputih-putihan dan berbentuk
buah pisang, tersusun rapi dalam tanah sedalam sekitar 10 cm. menetas setelah 10-50
hari. Nimfa mengalami lima kali ganti kulit (lima instar, Stadiaum nimfa terjadi selama
38 hari. Imago betina yang memiliki warna coklat kekuning-kuningan siap meletakkan
telur setelah lima sampai 20 hari setelah dewasa bergantung temperatur. Imago betina
hanya membutuhkan satu kali kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam kantongkantong. Sementara Imago jantan yang memiliki warna kuning mengkilap berkembang

lebih cepat dibandingkan dengan betinanya. Lama hidup dewasa adalah 11 hari. Siklus
hidup rata-rata 76 hari .
Gejala serangannya biasanya daun bagian pertama yang diserang dan termakan
hampir keseluruhan daun termasuk tulang daun jika serangannya parah. Pengendalian
hama belalang dapat dilakukan dengan cara: 1. Pengendalian hayati misalnya
Metharrizium anisopliae var. acridium, Beauveria bassiana, Enthomophaga sp. dan
Nosuma cocustal, 2. Mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau
kurang disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang
panjang, tomat, 3. Mekanis yaitu kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian
lahannya segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang,
4.Kimiawi misalnya jenis insektisida berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion
(Talanca, 2008).
3. Kutu Kebul
Kutu kebul dewasa memiliki panjang tubuh sampai 0.8mm dan berwarna putih
salju, yang disebabkan oleh sekresi lilin di sayap dan tubuhnya. Selama makan atau
beristirahat kutu kebul dewasa menutupi tubuhnya dengan sayap. Ketika menyimpan
telur, betina akan meletakkan telur 5-400 butir dengan ukuran mulai dari 0.10mm
sampai 0.25mm di bagian bawah daun. Kutu kebul betina adalah diploid dan muncul
dari telur yang dibuahi sedangkan lalat putih jantan adalah haploid dan muncul dari
telur yang tidak dibuahi. Telur diletakkan berkelompok. Telur awalnya berwarna
keputihan dan berubah menjadi coklat sampai menetas dalam waktu 5-7 hari. Setelah
tahap telur, tukik berkembang melalui 4 tahap instar. Kutu kebul dewasa ukurannya
sekitar 4 kali ukuran telurnya dengan tubuh berwarna kuning terang dan sayap putih.
Gejala kerusakan yaitu terserapnya nutrisi tanaman, rusaknya daun, gugurnya daun,
kematangan tidak teratur pada tomat, daun tomat keriting karena virus kuning vektor.

Pengendalian kutu kebul dapat dilakukan dengan cara: 1. Penyemprotan dengan
insektisida akan mampu menurunkan populasi kutu kebul, 2. Pengendalian fisik dan
mekanik misalnya tindakan penyiangan gulma, pengairan/perbaikan pola tanam,
3.Pengelolaan ekosistem melalui bercocok tanam, untuk membuat lingkungan tanaman
menjadi kurang sesuai bagi kehidupan serangga hama, 4. Penggunaan agensia hayati
yaitu penggunaan musuh alami seperti predator kutu kebul dari famili Anthocoridae dan
Cendawan dari golongan entomophtorales (Conidiobolus spp., Entomopthora spp. dan
Zoophthora spp).
4. Siput
Siklus hidup dari keong mas sanggup hidup 2-6 tahun dengan keperidian yang
tinggi. Telur diletakkan dalam kelompok pada tumbuhan, telur berwarna merah muda,
dengan diameter telur berkisar antara 2,2-3,5 mm tergantung pada lingkungan. Telur
diletakkan berkelompok sehingga menyerupai buah murbei. Warna kelompok telur
berubah menjadi agak muda menjelang menetas. Tiap kelompok telur keong mas berisi
235-860 butir dengan rata-rata 485±180 butir. Daya tetas berkisar antara 61-75%. Telur
menetas setelah 8-14 hari. Ukuran keong yang baru menetas 2,2-3,5 mm dan menjadi
dewasa dalam 60 hari atau lebih, bergantung pada lingkungan. Mortalitas keong sangat
rendah, dalam stadia juvenile selama 30 hari survival dari juvenile yang berdiameter 0,5
cm antara 95-100% (Kurniawati, 2007).
Gejalanya terjadi pada seluruh bagian tanaman. Tanaman yang terserang akan
terpotong-potong tidak beraturan, berlubang, batang patah dan tampak berlendir karena
siput mengeluarkan lendir saat berjalan. Lendir tampak berkilat jika sudah mengering.
Pengendaliannya dengan pestisida hayati tumbuhan kelompok metabolit yang
mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik (Martono, 2004).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah gunting tanaman, kantong plastik, jaring
serangga, kertas label, alat tulis, kertas plano, buku catatan, dan kamera. Bahan-bahan
yang digunakan adalah pertanaman hortikultura (pertanaman kacang panjang) dan
petani sebagai narasumber.

B. Prosedur Kerja
1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 4-5
mahasiswa).
2. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan pengamatan gejala serangan patogen
di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya.
3. Gejala serangan dicatat.
4. Intensitas serangannya di prediksikan
5. Bagian tanaman yang diamati tersebut dibawa ke laboratorium sebagai koleksi.
6. Hasil analisis agroekosistem ditulis pada kertas plano, yang meliputi :
1) Gambar keadaan umum agroekosistem
2) Data hasil pengamatan
3) Serangga netral
4) Pembahasan
5) Simpulan
6) Rencana tindak lanjut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh praktikan di Desa Kebanggan Kec.
Sumbang pada hari Sabtu, 31 Oktober 2015, petani yang mengelola lahan tersebut
bernama Bapak Sikar. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dan informasi yang
kami dapat dari hasil wawancara petani, pada agroekosistem tanaman kacang panjang
terdapat komponen abiotiknya adalah tanah yang subur, cuaca yang cerah, perairan atau
irigasi dan kelembaban yang kering. Pertanaman kacang panjang yang dibudidayakan
yaitu secara monokultur. Hama yang ditemukan pada tanaman kacang panjang yaitu
hama belalang, lalat kacang, kutu kebul dan siput.
Adapun pengendalian yang dilakukan oleh petani yaitu:
1. Belalang
Menggunakan insektisida
2. Kutu Kebul
-

Rotasi tanaman

-

Penggunaan musuh alami seperti kumbang dan laba-laba

-

Penggunaan/penyemprotan insektisida

3. Lalat Kacang
-

Penanaman secara serentak

-

Penggunaan mulsa pada awal pertanaman

-

Pengunaan insektisida

4. Siput
-

Diambil kemudian dibunuh atau sebagai makanan itik

-

Penggunaan racun

Hama belalang merupakan faktor penghambat dalam program peningkatan produksi
tanaman. Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk kelompok yang
besar dan suka berpindah-pindah, sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebar
pada areal yang luas. Kelompok yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang
dilewatinya selama dalam perjalanan. Perilaku makan belalang dewasa biasanya
diwaktu hinggap pada sore hari sampai malam dan pada pagi hari sebelum terbang.
Kelompok Nimfa yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilokasi selama
dalam perjalanan. Belalang ini cenderung memilih makanan yang lebih disukainya juga
menyerang daun-daun tanaman dari golongan.
Pengendalian hama belalang selain dengan insektisida, petani juga melakukan
pengendalian dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak
disukai oleh belalang, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga
telur tertimbun dapat diambil, mencari kelompok belalang di lapangan dengan
menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap serta penggunaan Pestisida
nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama
insekta seperti tanaman serai.
Varietas tanaman kacang panjang yang digunakan oleh petani adalah Kacang
panjang 1 (KP-1). Keunggulan dari varietas ini adalah tahan terhadap serangan hama
penggerek polong dan cendawan busuk polong namun rentan terhadap virus sapu.
Tanaman ini berbunga pada umur 28 hari, batang berwarna hijau muda, berbentuk segi
enam, bentuk daun delta dengan ujung runcing. Tiap daun majemuk terdiri dari tiga
daun dan permukaan daunnya rata, berbuku halus dan berwarna hijau tua. Bunganya
berbentuk kupu-kupu dan berwarna biru muda. Polongnya berbentuk gilig langsing,
warna polong muda hijau tua. Rasanya renyah dan agak manisdan memiliki biji
berbentuk bulat dan agak gepeng dengan warna cokelat tua kadang berbelang putih.

Jumlah polong tiap tanaman 4-15 buah dengan panjang 40-75 cm dan dapa dipanen
pada umur 59-79 hari1. Produksi rata-rata polong muda ini mencapai 6,2 ton per
hektar. Bila panen dalam bentuk biji kering hasilnya sekitar 0,4 ton/ha.
Hama yang menyerang tanaman kacang panjang salah satunya adalah hama siput.
Habitat hama siput biasanya di tempat lembab karena tidak tahan dengan sinar matahari
dan biasanya menyerang di malam hari. Intensitas serangan hama siput di lahan masih
sedang karena jumlah siput yang ada masih sedikit. Hama bekicot ini biasanya
menyerang daun sehingga tampak berlubang-lubang, polong mengalami busuk dalam
dan daun menguning atau kering. Pengendalian yang dilakukan oleh petani yaitu
dengan cara dipungut karena siput ini dapat dijadikan makanan ternak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hama utama yang menyerang tanaman kacang panjang adalah hama belalang, kutu
kebul, lalat kacang dan siput.
2. Gejala serangan hama belalang dapat menghabiskan seluruh bagian daun dan tulang
daun, kutu kebul mengakibatkan bintik-bintik klorotik sehingga klorofil pada daun
berkurang, lalat kacang mengakibatkan kematian pada tanaman dan siput
menyerang tanaman di persemaian dan ditandai daun berlubang kecil.
3. Analisis agroekosistem pada lahan pertanaman kacang panjang yaitu banyak
terdapat hama seperti hama belalang, kutu kebul, lalat kacang dan siput karena
musim kering sehingga kondisi suhu udara tinggi dan kelembaban rendah. Hama
sangat menyukai suhu udara yang panas. Petani hanya menggunakan pestisida
sehingga populasi hama yang resisten semakin meningkat. Oleh karena itu perlu
adanya pengendalian hama secara terpadu.
B. Saran
Sebaiknya semua praktikan mengikut asistensi agar lebih paham mengenai
kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2012. Produksi Kacang Panjang. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Cahyono. 2003. Kacang Panjang Teknik Budidaya dan Analisis Usahataninya. CV.
Aneka Ilmu. Semarang.
Kurniawati. 2007. Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Martono. 2004. Usahatani Kacang Panjang. Kanisus. Yogyakarta.
Talanca. 2008. Agribisnis Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

ACARA III
PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN PATOGEN PADA
TANAMAN KACANG PANJANG

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055
Rombongan A2

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kacang panjang merupakan salah satu tanaman sayuran sebagai sumber vitamin dan
mineral. Fungsinya sebagai pengatur metabolisme tubuh, meningkatkan kecerdasan dan
ketahanan tubuh memperlancar proses pencernaan karena kandungan seratnya yang
tinggi. Kacang panjang adalah salah satu jenis sayuran yang sudah sangat populer di
kalangan masyarakat Indonesia maupun dunia.
Kacang panjang merupakan salah satu tanaman yang digemari dan permintaan
konsumen terus meningkat tetapi peningkatan ini belum diikuti oleh produktivitas
kacang panjang yang semakin menurun. Tercatat pada tahun 2010 produksi kacang
panjang sebesar 489.449 ton kemudian pada tahun produksi kacang panjang menurun
menjadi 458.307 ton serta pada tahun 2012 produksi kacang panjang kembali turun
menjadi 455.615 ton (BPS, 2013).
Permasalahan yang mengakibatkan produksi tanaman kacang panjang kurang
maksimal adalah serangan penyakit kuning dan bercak daun cercospora. Gejala awal
serangan penyakit kuning adalah muncul bercak kuning pada daun muda, kemudian
menyebar ke seluruh permukaan daun dan tulang daun, terjadi malformasi daun serta
menyerang polong kacang panjang. Daun yang menunjukkan gejala penyakit kuning
cerah akan diikuti oleh nekrosis dan kematian pada tanaman.
Bercak daun disebabkan Cercospora canencens. Jamur ini dapat betahan hidup
sampai 2 tahun pada sisa-sisa tanaman sakit didalam biji. Penyebaran cendawan ini
dengan perantaraan angin, percikan air, alat pertanian, serangga. Cendawan ini memiliki
konidium berwarna putih bening berbentuk gada terbalik bersekat dapat merusak
klorofil daun sehingga menyebabkan proses asimilasi berjalan tidak sempurna.

Gejalanya yaitu daun berbercak coklat dengan jumlah cukup banyak, bercak berbentuk
bulat dengan diameter antara 1-5 mm dan di sekeliling bercak berwarna kuning. Bercak
pada permukaan daun bagian bawah berwarna hitam. Serangan cendawan tersebut
banyak terdapat pada daun tua. Pada serangan berat daun akan layu dan gugur.
Cendawan ini dapat menyerang polong, tangkai daun, biji dan batang. Pada musim
kemarau penyakit ini jarang dijumpai. Pengendalian dapat dilakukan dengan
penanaman varietas unggul yang tahan penyakit dan pergiliran tanaman.
B. Tujuan
1. Mengenal jenis penyakit utama pada tanaman hortikultura
2. Mengenal gejala serangan penyakit utama pada tanaman hortikultura
3. Membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Produksi tanaman kacang panjang dapat menurun akibat adanya penyakit pada
tanaman. Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan,
Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dll). Sugandi (2013) menyatakan,
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas
menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan
merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Penyakit pada tanaman kacang panjang
yaitu bercak daun dan BCMV.
Kacang panjang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
penting di Indonesia, namun produktivitas kacang panjang sangat rendah, yaitu 2-3
ton/ha. Gangguan penyakit yang penting pada kacang panjang disebabkan oleh infeksi
Bean common mosaic virus (BCMV) dan bercak daun cercospora. Penyakit mosaik
kacang panjang menyebabkan kerugian sebesar 65.87% dan BCMV dilaporkan sebagai
salah satu penyebab mosaik kuning kacang panjang yang menginfeksi secara tunggal
(Kuswanto, 2007).
Produktivitas kacang panjang di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi dari
tahun ke tahun. Penyakit virus memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan
produksi kacang panjang terutama di daerah Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Salah
satu upaya untuk mengendalikan virus adalah dengan pemanfaatan substansi antivirus
dari ekstrak tanaman yang dilaporkan mampu mengendalikan beberapa virus karena
mengandung ribosome inactivating protein dan juga merupakan salah satu agen yang
dapat menginduksi ketahanan sistemik suatu tanaman. Beberapa ekstrak tanaman
seperti daun pukul empat, jengger ayam, dan daun patah tulang pernah dilaporkan
efektif mengendalikan penyakit ini (BPS, 2012).

Penyakit utama pada tanaman kacang panjang yaitu:
1. Mosaik Kuning
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman kacang panjang jika terserang penyakit
mosaik kuning adalah pemucatan tulang daun pada daun-daun muda, mengakibatkan
jaringan sekitarnya mengalami klorosis, menjadi hijau muda, kemudian berkembang
menjadi mosaik kuning disertai dengan malformasi daun, dan tulang daun mengerut
sehingga daun bergelombang dan permukaan daun tidak merata, terjadi lepuhan,
pengerdilan, dan akhirnya layu pada daun.
Akibat yang ditimbulkan pada tanaman kacang panjang yang terserang penyakit
mosaik kuning adalah terhambatnya proses pembungaan, penurunan bobot polong dari
27.5% hingga 85.15%. Cara identfikasi penyakit mosaik kuning yaitu melakukan
deteksi BCMV dengan uji serologi yang didasarkan pada reaksi antara antigen (virus)
dan antibodi, seperti metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), metode gel
double diffusion test, dot immunobinding assay (DIBA), immuno-blotting atau western
blotting. Metode yang sering digunakan adalah metode deteksi molekuler polymerase
chain reaction (PCR) yang memanfatkan sifat spesifik urutan nukleotida virus
(Hardaningsih, 2010).
Daur hidup virus ini yaitu virus menginfeksi sel dan bereplikasi kemudian
menyebar. Penularan dari penyakit mosaik kuning pada kacang oleh BCMV yaitu
ditularkan oleh kutu daun (A. Craccivora) yang diawali dengan terjadinya pemucatan
tulang daun, mosaik, dan malformasi daun. Ciri-ciri penting A. craccivora yaitu imago
dengan panjang tubuh 1.35 mm, panjang sifunkuli 0.45 mm, panjang kauda 0.28 mm,
jumlah rambut 5-6 helai, dan kepala tempat antena melekat tidak berkembang. Efisiensi
penularan BCMV berkolerasi positif dengan jumlah kutu daun yang terdapat pada

tanaman. Penularan oleh kutu daun yang mengandung virus tidak terjadi jika kutu daun
tidak menghisap jaringan tanaman (Blackman, 2006).
Pengendalian dapat dilakukan dengan:
a. Menggunakan Kitosan dimana dalam pembuatan larutan kitosan, konsentrasi
kitosan yang digunakan 0,1% dan 1%. Kitosan memperpanjang waktu ingkubasi
sehingga virus berkembang biak dengan lambat.
b. Ekstrak kasar daun tumbuhan bunga pagoda, bayam duri, bunga pukul empat, C.
amaranticolor, dan sambiloto dibuat dengan menggerus daun dalam air steril dan
disaring. Ekstrak tanaman disemprot merata ke seluruh daun kacang panjang yang
berumur 9 HST sehari sebelum inokulasi virus. Ekstrak tanaman tersebut juga
memperpanjang waktu ingkubasi BCMV (Semangun, 2012).
2. Penyakit bercak daun
Disebabkan cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae.
Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian,
manusia. Gejala serangan adalah daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat
kekuningan, lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita
berwarna kuning. Bercaknya dapat menyatu sehingga bertambah besar dan
mengakibatkan daun mengering dan rontok. Bila sampai menyerang polong, maka
polong berbercak kelabu serta biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. Ukuran
polong dan biji menyusut. Gejala penyakit ini timbul pada umur 30- 35 HST.
Pengendalian yaitu sebelum ditanam benih direndam air panas dengan suhu 48°C
selama 30 menit, rotasi tanaman, memotong bagian tanaman yang telah terserang.
Penanaman varietas unggul yang tahan penyakit tersebut atau dengan menggunakan
fungisida Benlate 50 WP pada waktu tanaman berumur 30 dan 40 hari. Penyemprotan
diulang dengan selang waktu 5-15 hari agar lebih efektif (Sumartini, 2013).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah kantong plastik, gunting tanaman, buku catatan,
kamera, kertas plano/manila, pensil warna, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan
adalah pertanaman hortikultura (kacang panjang) dan petani sebagai narasumber.
B. Prosedur Kerja
1. Praktikan dikelompokkan (tiap kelompok 4-5 mahasiswa)
2. Setiap kelompok bertugas untuk melakukan pengamatan gejala serangan patogen di
lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya.
3. Gejala serangan dicatat dan ditentukan nama penyakit dan patogen penyebabnya
4. Intensitas serangan diprediksikan
5. Bagian tanaman yang terserang di bawa ke laboratorium sebagai koleksi.
6. Hasil analisis agroekosistem dituliskan pada kertas plano/manila, yang meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Gambar keadaan umum agroekosistem
Data hasil pengamatan
Serangga netral
Pembahasan
Simpulan
Rencana tindak lanjut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan
Analisis penyakit pada tanaman kacang panjang dilakukan pada hari Jumat, 30
Oktober 2015 pukul 14.00 di Desa Kebanggan Kec. Sumbang dengan kondisi cuaca
saat itu cerah berawan dan kelembaban sedang sekitar 62%, tanah di sekitar lahan
kering. Tanaman kacang panjang ditanam dengan sistem pertanaman monokultur.
Penyakit yang ditemukan pada tanaman kacang panjang yaitu penyakit Mozaik kuning
dan bercak daun cercospora. Penyakit yang dominan pada tanaman kacang panjang
adalah penyakit Mozaik kuning. Tanaman yang terserang penyakit cukup banyak,
hampir semua tanaman kacang panjang terserang terutama pada daun muda.
Pada agroekosistem tanaman kacang panjang tersebut komponen abiotiknya adalah
tanah yang subur, cuaca yang cerah, perairan/ irigasi (pada saat musim hujan
mengandalkan hujan dan kelembaban yang sedang. Untuk komponen biotiknya,
tanaman kacang panjang merupakan tanaman pokok dari agroekosistem tersebut, juga
ada tanaman lainnya seperti pohon pisang, jagung, buncis, talas, rumput gajah.
Pengendalian penyakit Mozaik kuning dan bercak daun cercospora pada tanaman
kacang panjang dapat dikendalikan dengan memotong dan membakar bagian tanaman
yang terserang. Pemangkasan ini untuk mengurangi/membuang cabang, ranting, dan
daun-daun agar dapat memberikan banyak penetrasi sinar matahari, serta gerakan angin
yang bebas sehingga akan mengurangi serangan penyakit. Pembakaran dilakukan pada
tempat yang lumayan jauh dari pertanaman kacang panjang tuuannya untuk
menghindari terjadinya penyebaran penyakit saat pengangkutan daun. Bagian tanaman
yang dipangkas dimasukkan ke karung agar tidak ada daun yang jatuh dan
menyebarkan penyakit.

Pengaruh tekstrur tanah terhadap peningkatan penyakit Mozaik kuning dan bercak
daun cercospora yaitu pada tanah yang bertekstur ringan, akan mempermudah bagi
nematoda untuk berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain, sehingga akan membantu
penyebaran patogen. Pada tanah bertekstur berat, air akan lebih mudah tertahan oleh
tanah, dan akan menyebabkan tanaman inang menjadi lebih sukulentis, sehingga
menjadi lebih rentan terhadap patogen. Selain itu tanah yang bertekstur berat juga
memiliki aerasi yang kurang baik, sehingga akan mempengaruhi organisme yang hidup
di dalamnya.
Patogen yang menyerang tanaman yang subur biasanya adalah parasit biotrof yang
hidupnya tergantung pada sel yang hidup, sedangkan patogen yang menyerang tanaman
yang lemah biasanya adalah patogen yang bersifat sebagai parasit lemah. Patogen yang
bersifat parasit lemah apabila menyerang tanaman yang dalam kondisi subur (kuat)
maka tanaman kerusakan yang ditimbulkan tidak akan mengakibatkan kerugian yang
cukup berarti, tetapi apabila tanaman dalam kondisi lemah maka akan menimbulkan
kerugian yang cukup besar.
Pengendalian yang dilakukan pada penyakit kacang panjan adalah pergiliran
tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan bertujuan untuk pemutusan rantai
makanan bagi penyakit dan untuk peningkatan produktivitas lahan (terutama lahan
kering). Pergiliran ini sering diterapkan oleh petani dalam rangka untuk mencegah
perkembangan hama dan penyakit, memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah
(ketersediaan hara dan sifat-sifat fisik tanah) serta dapat mengurangi erosi lahan. Dalam
sistem ini dilakukan penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam 3 kali setahun
pada sebidang lahan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Penyakit utama yang menyerang tanaman kacang panjang yaitu penyakit Mozaik
kuning dan penyakit bercak daun cercospora. Patogen penyakit Mozaik kuning yaitu
cendawan cowpea aphid borne mozaik virus. Sedangkan patogen penyakit bercak
daun cercospora yaitu Cercospora canencens.
2. Gejala serangan cendawan cowpea aphid borne mozaik virus yaitu daun yang
terserang berwarna hijau muda hingga kuning dan daun tampak berlekuk-lekuk.
Gejala awal Cercospora canencens yaitu bercak bulat pada kedua permukaan daun.
3. Analisis agroekosistem pada lahan pertanaman kacang panjang yaitu terdapat gejala
serangan penyakit Mozaik kuning dan penyakit bercak daun cercospora. Intensitas
serangan tidak terlalu tinggi karena musim kering sehingga kondisi suhu udara
tinggi dan kelembaban rendah. Pathogen sangat lebih banyak berkembang biak pada
kelembaban tinggi.
B. Saran
Sebaiknya semua praktikan mengikuti asistensi agar lebih memahami apa yang
harus dilakukan saat prak