Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik N

1

Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik Narapidana Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Banjarmasin
Luhung Tegar Fibriliansa
Tutut Chusniyah
Aji Bagus Priyambodo
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Absrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kepuasan hidup sebagai
prediktor partisipasi politik narapidana. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode deskriptif dan prediktif. Populasi pada penelitian ini
sebanyak 1929 orang narapidana LP kelas II A Banjarmasin dan sampel yang
digunakan sebanyak 103 orang narapidana dengan teknik insidental sampling.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala kepuasan hidup dan partisipasi
politik. Uji hipotesis yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa narapidana LP kelas IIA Banjarmasin memiliki kepuasan
hidup dan partisipasi politik cenderung tinggi karena rata rata yang dimiliki lebih
besar daripada rata rata yang diharapkan, Kepuasan hidup sebagai prediktor
memiliki nilai signifikansi 0.002 dan nilai determinasi 0.299 .

Kata Kunci: Kepuasan Hidup, Partisipasi Politik, Narapidana
Abstract
This research aims to obtain data about life satisfaction of convicts, political
participation of convicts, and life satisfaction is able to predict political
participation of convicts. This is a quantitative research with descriptive and
predictive method. The populations of this research are 1929 convicts of
Correctional Institution Class IIA Banjarmasin and the samples are 103 convicts
by using incidental sampling technique. The instrument of this research is using
life satisfaction and political participation scal. The hypothesis test is using simple
regression. The results of this research shows that convicts of Correctional
Institution Class IIA Banjarmasin have high life satisfaction and high political
participation because the average is higher than the expected average. Life
satisfaction as predictors has significant value of 0.0002 and determination value
of 0.299.
Keywords: Life Satisfaction, Political Participation, Convicts

2

Partisipasi politik bukanlah hal yang baru dan dekat dengan kehidupan kita
sehari hari yang dilakukan secara sukarela seperti mengkritisi kebijakan

pemerintah, turut mengikuti jalannya rapat pengambilan keputusan dan aktif pada
pemilihan umum yang secara sadar atau tidak mempengaruhi kebijakan yang
dibuat pemerintah. Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
McClarway (1972) bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan sukarela yang
dilakukan masyarakat dalam memilih penguasa dan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses pembentukan kebijakan.
Partisipasi politik adalah kegiatan yang dilakukan warga negara untuk
memilih pemimpin dan secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
kebijakan yang akan dibuat pemerintah. Pendapat tersebut didukung oleh
Budiardjo (2008) menyatakan bahwa partisipasi politik adalah seseorang atau
sekelompok orang yang ikut secara aktif dalam kehidupan politik secara langsung
ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kebijakan pemerintahan. Negara kita
telah melalui berbagai macam bentuk pemerintahan dengan partisipasi politik
yang berbeda beda dari orde lama yang memiliki banyak partai, orde baru yang
hanya memiliki tiga partai dan pembatasan kebebasan berpendapat hingga
reformasi yang memiliki banyak partai dan kebebasan berpendapat.
Partisipasi politik seseorang dipengaruhi oleh kesadaran politik, kepercayaan
dan kepuasan hidup. Pada dasarnya seseorang memilih karena telah puas akan
kehidupannya dalam segala hal baik status sosial maupun ekonomi. Pendapat
tersebut didukung oleh Shapiro dan Winters (2008) yang menyatakan bahwa

indvidu yang ingin memilih merasa puas akan kehidupannya.
Namun pada kenyataannya tingginya partisipasi politik tidak hanya dimiliki
oleh orang yang memiliki kebebasan dalam segala hal. Pada penelitian ini terdapat
fenomena saat pemilihan umum kepala daerah 9 desember 2015 lembaga
pemasyarakatan memiliki partisipasi politik yang tinggi yakni 81,5% disaat
daerah sekitarnya seperti Banjarmasin Barat, Banjarmasin Timur, Banjarmasin
Selatan dan Banjarmasin Tengah memiliki tingkat partisipasi yang rendah yakni
hanya berkisar antara 41% hingga 69% meski didalam LP dihuni oleh warga
binaan pemasyarakatan dalam hal ini narapidana yang merupakan seorang yang

3

sedang dihukum dengan dihilangkannya kebebasannya dan didalam LP sendiri
tidak mengenal kampanye hanya ada poengenalan calon oleh KPU.
Berdasarkan fenomena tersebut diketahui jika warga binaan yang dalam hal
ini narapidana memiliki tingkat partisipasi politik yang tinggi sehingga terus aktif
dalam mengikuti pemilihan umum, percaya terhadap pemerintahan dan ingin
terlibat dalam politik serta mengikuti dan memahami masalah politik. Pendapat
tersebut didukung oleh pernyataan Budiardjo (2008) mengatakan bahwa tingginya
partisipasi politik menunjukkan bahwa masyarakat mengikuti dan memahami

masalah politik serta ingin melibatkan diri. Surbakti (2003) juga menyatakan
bahwa kesadaran dan kepercayaan politik merupakan faktor yang mempengaruhi
tinginya partisipasi politik.
Tingginya partisipasi politik dalam LP tidak lepas dari fenomena lain yakni
keluarga narapidana yang terus mendukung dan tidak malu dengan datang
berkunjung meski sanak keluarganya menjadi narapidana. Fenomena ini membuat
seorang narapidan menerima kondisi yang ada, ingin berubah dan yakin akan
masa depan yang pada akhirnya kiembali memiliki kepuasan hidup.
Kepuasan hidup merupakan komponen kognitif dari kesejahteraan subjektif
sedangkan emosi positif dan negatif

merupakan komponen affektif pada

kesejahteraan subjektif. Kepuasan hidup dapat dimiliki jika seseorang mampu
mengevaluasi kehidupannya selama ini. Pendapat tersebut didukung oleh Diener
dkk (1985) yang berkata bahwa untuk memperoleh kepuasan hidup secara
keseluruhan seseorang harus mengevaluasi keseluruhan hidupnya. Pada dasarnya
seorang yang puas akan ingin berubah, menerima kondisinya baik di masa lalu,
saat ini dan yang akan datang, serta menerima apapun penilaian orang
terhadapnya.

Kepuasan hidup dipengaruhi oleh bebrapa hal yakni: kesehatan, status kerja,
konsep peran, pernikahan dan hubungan sosial. Kepuasan hidup dapat diukur
dengan melihat lima aspek yang dikemukakan Diener dkk (1999) yakni keinginan
untuk berubah, kepuasan akan kehidupannya saat ini, masa lalu dan depan, serta
penilaian orang terhadap kehidupannya. Sehingga bila seorang memiliki
keinginan untuk terus maju, kondisi saat ini yang bebas, masa lalu yang nyaman

4

dan yakin akan masa depan, serta menerima penilaian orang lain akan memiliki
kepuasan hidup.
Namun pada narapidana yang merupakan seorang yang memiliki masa lalu
yang buruk, ketakutan akan penolakan setelah bebas yang mempengaruhi
keyakinannya setelah bebas dan kondisi saat ini yang dapat dikatakan merupakan
aib bagi keluarga dapat tetap memiliki kepuasan hidup. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan sebelum penelitian kepada dua orang narapidana didapatlah hasil
bahwa mereka menerima kondisinya saat ini dengan merasa kebahagiaan selama
didalam LP karena bekerja ataupun mengenal orang lain.
Selain menerima kondisi yang ada dari wawancara yang dilakukan sebelum
penelitian terhadap dua orang narapidana diketahui pula bahwa mereka memiliki

keinginan untuk berubah dibuktikan dengan salah seorang subyek yang
menayatakan dengan tegas ingin berubah karena ingat keluarga. Selain itu subyek
penelitian lain menyatakan tidak ingin lagi memakai narkoba.
Pada penelitian ini terdapat fenomena keluarga narapidana yang terus
mendukung dan tidak malu dengan datang berkunjung meski sanak keluarganya
menjadi narapidana. Fenomena ini membuat seorang narapidan menerima kondisi
yang ada, ingin berubah dan yakin akan masa depan yang pada akhirnya kiembali
memiliki kepuasan hidup.
Seorang yang memiliki kepasan hidup akan menerima kondisinya apapun
yang terjadi, berkasih sayang dan bekerja keras. Pernyataan tersebut didukung
oleh Hurlock (1980) menyatakan seseorang yang bahagia atau puas akan memiliki
(1) pikiran untuk menerima kondisi yang ada, (2) perasaan kasih sayang dan (3)
memiliki kecenderungan ingin berprestasi atau bekerja keras. Berdasarkan
wawancara sebelum penelitian diketahui bahwa: (1) Narapidana menerima
kondisi yang ada dengan pernyataan bahwa subyek merasakan kebahagiaan
selama di dalam LP. (2) Memiliki rasa kasih sayang dibuktikan dengan pernyataan
bahwa subyek menganggap semua penghuni sebagai keluarga dan saling
mendukung. (3) Merupakan pekerja keras dibuktikan dengan pernyataan salah

5


seorang subyek yang menyatakan bahwa merasakan kebahagiaan terutama saat
bekerja.
Hasil wawancara dapat disimpulkan meski sedang berada dalam hukuman
berupa pencabutan kebebasan dan berbagai anggapan masyarakat terkait dirinya,
Narapidana tetap memiliki kepuasan dalam hidupnya sehingga mampu menerima
kondisinya, memiliki rasa kasih sayang dan pekerja keras.
Lokasi penelitian ini berada pada lembaga pemasyaraklatan kelas IIA
Banjarmasin. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat pembinaan narapidana dan
anak didik pemasyarakatan yang didasarkan pada Pancasila sehingga dapat
diterima kembali di masyarakat.Narapidana adalah seseorang yang perilakunya
dianggap tidak sesuai dengan lingkungan dan harus diperbaiki dengan
penghapusan kebebasan. Pernyataan tersebut didukung oleh UU no.12 tahun 1995
adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kebebasan di dalam penjara.
Sedangkan menurut Harsono (dalam Azani, 2012) narapidana adalah manusia
yang sedang berada di persimpangan karena harus memilih akan meninggalkan
atau tetap pada perilakunya yang dahulu dan tengah mengalami krisis
disosialisasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian
terkait kepuasan hidup sebagai prediktor partisipasi politik pada narapidana

lembaga pemasyaraktan kelas IIA Banjarmasin.
Metode
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang pengaruh
kepuasan

hidup

terhadap

partisipasi

politik

pada

narapidana

lembaga

pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
korelasional. Analisis

deskripsi digunakan untuk mengetahui (a) gambaran

kepuasan hidup dan (b) gambaran partisipasi politik pada narapidana lembaga
pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin. Analisis korelasional digunakan untuk
mengetahui pengaruh kepuasan hidup terhadap partisipasi politik. Alasan

6

digunakan penelitian korelasional karena penulis ingin mengetahui kontribusi
kepuasan hidup terhadap partisipasi politik. Variabel penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yaitu kepuasan hidup dan partisipasi politik.
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai sumber data adalah
narapidana atau warga binaan lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin
yang masih terdaftar sebagai narapidana atau warga binaan saat penilitan ini
berlangsung, masuk kedalam daftar pemilih tetap pada pemilihan umum kepala
daerah 9 desember 2015, berakal sehat, sudah berada di dalam lembaga
pemasyaraktan kelas IIA saat pemilihan umum kepala daerah berlangsung pada 9

desember 2015 dan berusia lebih dari 17 tahun sebanyak 1929 orang. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah narapidana lembaga pemasyarakatan
kelas IIA Banjarmasin sebanyak 103 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik insidental sampling. Teknik sampel ini dirasa pas karena
populasi yang diiginkan penulis selalu berubah setiap harinya dengan perubahan
yang tidak diketahui penulis.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapau dalam penelitian ini,
maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala atau kuesioner
yang mengacu pada skala Likert. Skala kepuasan hidup ini disusun berdasarkan
aspek kepuasan hidup yang dikemukakan oleh Diener (1999) mengatakan aspek
dalam kepuasan hidup terdiri dari (a) keinginan untuk mengubah kehidupan, (b)
kepuasan terhadap kehidupan saat ini, (c) masa lampau dan (d) masa depan serta
(e) penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. Skala Partisipasi politik ini
disusun berdasarkan konsep teori Almond (dalam Tarigan, 2010). Aspek
partisipasi politik terbagi menjadi dua yakni konvensional dan non konvensional.
Uji coba penyebaran instrumen penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Setelah dilakukan uji coba maka
diketahui instrumen penelitan ini telah valid dan memiliki koefisien reliabilitas
yang reliabel.
Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, uji asumsi

dan uji hipotesis. Analisis deskriptif memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran
umum tentang kepuasan hidup dan partisipasi politik pada narapidana kelas IIA

7

Banjarmasin. Pada penelitian ini penulis mengklasifikasikan tiap skala menjadi
tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah. Analisis deskriptif dalam penelitian ini
menggunakan rumus mean dan standar deviasi. Dengan demikian, data penelitian
dapat lebih mudah untuk di interpretasikan dan dimengerti.
Uji asumsi yang dilakukan adalah (a) nilai berdistribusi normal, (b) antar
variabel bersifat linier, (c) tidak terjadi heterokedatisitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi normal atau tidak.
Teknik yang digunakan adalah Shapiro–wilk. Jika p > 0,05 maka distribusi data
dinyatakan normal. Sedangkan jika p < 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak
normal. Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari variabel
tersebut linear atau tidak. Untuk menganalisanya digunakan annava. Data
dikatakan bersifat linear, jika nilai linearity < 0,05. Selain itu, bisa juga dengan
melihat deviation from linearity > 0,05 berarti tidak ada penyimpangan dari
linearitas. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (tidak
konsisten). Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
heteroskedastisitas dengan menggunakan glejser dengan nilai signifikansi ≥ 0,05
yang berarti tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas sehingga data yang kita
peroleh konsisten.
Dalam penelitian tentang kepuasan hidup dan partisipasi politik ini, uji
hipotesis yang digunakan adalah regresi sederhana. Teknik regresi sederhana
digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen yaitu kepuasan hidup sebagai prediktor dari partisipasi politik pada
narapidana kelas IIA Banjarmasin.
Hasil Analisis
Deskripsi data kepuasan hidup menunjukkan sebanyak 16 orang (15,5%)
berada pada kategori rendah, sebanyak sebanyak 72 orang (69,9%) memiliki
kepuasan hidup pada kategori sedang dan sebanyak 15 orang (14,6%) berada pada
kategori tinggi. Sedangkan deskripsi data partisipasi politik menunjukkan
sebanyak 18 orang (17,5%) pada kategori rendah, sebanyak 70 orang (67,9%)

8

berada pada kategori respon sedang atau rata rata dan 15 orang (14,6%) berada
pada kategori respon tinggi.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu
uji normalitas, linieritas dan heterokedastisitas. Hasil uji normalitas menggunakan
analisis shapiro-wilik diperoleh p (signifikansi) sebesar 0,886 ( ≥ 0,05) untuk
variabel kepuasan hidup dan 0,694 ( ≥ 0,05) untuk variabel partisipasi politik.
Sehingga dapat dikatakan data kedua skala yang digunakan berdistribusi normal.
Hasil uji linieritas diperoleh nilai p (signifikansi) linearity sebesar 0.001 (≤ 0.05)
sehingga dapat dikatakan memiliki hubungan linier. Meski deviation from linerity
0.035 (≤ 0.05) tetap dapat dikatakan linier dikarenakan cukup salah satu terpenuhi
saja

sudah

cukup

menunjukkan

linieritasnya.

Sedangkan

untuk

uji

heterokedastisitas diketahui bahwa kepuasan hidup memiliki p (signifikansi)
0,722 ( ≥ 0,05) sehingga tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada variabel
yang berarti variabel pada penelitian ini konsisten.
Setelah melakukan uji asumsi selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji
regresi sederhana. Variabel independen (kepuasan hidup) mampu menjelaskan
hubungan antara kepuasan hidup pada partisipasi politik dengan nilai R=0,299.
Sedangkan koefisien determinasi (R Square) pada kepuasan hidup sebesar 0,090
yang mengandung pengertian bahwa kontribusi variabel kepuasan hidup dengan
partisipasi politik adalah sebesar 9%. Melalui uji regresi diketahui nilai p
(signifikansi) sebesar 0,002 ( < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti kepuasan hidup mampu memprediksi partisipasi
politik.
Pembahasan
Kepuasan Hidup dan Partisipasi Politik Narapidana
Berdasarkan analisis deskripsi data kepuasan hidup narapidana lembaga
pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin berada dalam kategori sedang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA
Banjarmasin cenderung memiliki kepuasan hidup yang biasa atau rata rata.
Berdasarkan analisis deskripsi dapat disimpulkan bahwa narapidana dapat
memiliki kepuasan hidup yang sama dengan orang yang bebas dan berada di luar
lembaga pemasyarakatan hidup meski dengan berbagai kondisi yang dialami

9

berarti narapidana mampu menikmati setiap perjalanan hidupnya dan menilai
positif apa yang telah dilaluinya. Kepuasan hidup narapidana cenderung sedang
karena pada penelitian ini tedapat fenomena meski anggota kelurga mereka
terkena hukuman dan menjadi narapidana namun anggota keluarga yang lain tidak
malu dan tetap menjenguk serta menjaga hubungan hubungan dengan baik.
Fenomena ini membuat seorang narapidana dengan kondisi yang sedang dihukum
dengan pengambilan kemerdekaannya dapat tetap merasakan kepuasan hidup
seperti mereka yang berada di luar lembaga pemasyarakatan.
Berdasarkan analisis deskripsi data partisipasi politik narapidana lembaga
pemasyarakatan kelas IIA Banjarmasin berada dalam kategori sedang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIA
Banjarmasin cenderung memiliki partisipasi politik yang biasa atau rata rata.
Seorang narapidana yang menjalani hukuman pencabutan kemerdekaan dapat
memiliki partisipasi politik yang sama dengan orang yang bebas disebabkan oleh
peran lingkungan disekitar narapidana seperti diskusi politik yang menjadi peran
penting didalam LP karena tidak ada kampanye dalam LP hanya pengenalan calon
yang dilakukan oleh KPU. Diskusi politik didalam LP dilakukan dengan
penyampaian pendapat dan mengikuti debat calon melalui media cetak dan
elektronik. Menurut Almond (dalam Tarigan, 2010) diskusi politik merupakan
salah satu bentuk partisipasi politik konvensional. Selain hal tersebut didorong
keinginan untuk mendapat keadilan yang lebih baik lagi yang didasari pada
keenginan untuk merubah hidupnya dan mampu menerima kondisi yang terjadi
membuat warga LP aktif mengikuti progam KPU dalam pemilihan umum. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian partisipasi politik yang dikemukakan oleh
Budiardjo (2008) bahwa partisipasi politik adalah seseorang atau sekelompok
orang yang ikut secara aktif dalam kehidupan politik secara langsung ataupun
tidak langsung yang mempengaruhi kebijakan pemerintahan yang dalam hal ini
guna mendapat keadilan yang lebih baik lagi. Weimer (dalam Likuayang, 2015)
faktor tingginya partisipasi politik juga dapat disebabkan oleh modernisasi yakni
kesadaran masyarakat bahwa keikutsertaan mereka dapat mempengaruhi
nasibnya. Surbakti (2003) yang menyatakan tingginya partisipasi politik ini dapat

10

disebabkan oleh kesadaran politik yang tinggi yakni kesadaran akan hak dan
kewajiban yang dimilikinya sebagai warga negara.

11

Kepuasan Hidup sebagai Prediktor Partisipasi Politik Narapidana
Kepuasan hidup mampu memprediksi partisipasi politik sehingga jika seorang
yang memiliki kepuasan hidup akan aktif berpartisipasi politik, maka hipotesis
yang diajukan dapat diterima dan memperkuat penelitian yang dilakukan oleh
Shapiro dan Winters pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa sembilan negara
yang memberlakukan warganya wajib mengikuti pemilu memiliki rata rata
kepuasan hidup sebesar 2,81 (dalam skala 4) sedangkan sembilan negara yang
tidak mewajibkan warganya mengikuti pemilu rata rata kepuasan hidupnya
sebesar 3,12. Shapiro dan Winters juga menyatakan seorang yang ikut dalam
pemilu lebih puas 0,06% pada kehidupannya.
Rendahnya kontribusi yang diberikan oleh kepuasan hidup dapat terjadi
karena kepercayaan kepada pemerintah yang rendah. Hal tersebut didasari atas
pernyataan narapidana yang menyatakan bahwa melalui pemilu diharapkan
penegakan hukum di Indonesia akan lebih baik dan adil sehingga tidak ada
masyarakat yang dikorbankan demi mengejar target pengungkapan (Maskuriah,
2014). Salah seorang narapidana yang menjadi subyek dalam penelitian ini
menulis catatan yang menyatakan bahwa proses hukum yang ada di Indonesia
tidak sehat dan meminta agar dilakukan riset kasus hukum TIPIKOR karena
dianggap olehnya penuh dengan rekayasa. Bila seseorang berpartisipasi politik
didasari oleh kepercayaan politik maka kepuasan hidup akan lebih mampu
memprediksi partisipasi politiknya. Sesuai dengan yang dikatakan surbakti (2003)
bahwa kesadaran dan kepercayaan kepada pemerintah mempengaruhi partisipasi
politik.
Tingginya partisipasi politik di dalam LP kelas IIA Banjarmasin dapat terjadi
karena narapidana aktif dalam partisipasi politik didasari oleh (1) kebencian atau
ketidak sukaan atas kondisi yang ada saat ini dan dengan pemilu ini diharapkan
dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik, (2) Kesadaran akan hak dan
kewajiban, seperti yang dijelaskan oleh

Surbakti (2003) faktor yang

mempengaruhi tingkat partisipasi politik seseorang adalah kesadaran politik dan
kepercayaan seseorang terhadap pemerintah. Kesadaran politik meliputi kesadaran

12

akan hak dan kewajiban yang dimilikinya sebagai warga Negara. Dorongan
berupa kebencian yang dipengaruhi oleh kepuasan hidup dapat membuat
partisipasi politik tinggi karena keyakinan akan masa depan dan keinginan
merubah hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Weimer
(dalam Likuayang, 2015) yakni faktor modernisasi dimana masyarakat sadar
bahwa keikutsertaan mereka dapat mempengaruhi nasibnya.
Saran
Saran yang dapat penulis berikan antara lain meningkatkan kapuasan hidup
dan partisipasi politik yang dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti
majelis dengan pencaramah dapat diisi dari warga binaan guna meningkat
kepedulian sesama warga lembaga pemasyarakatan dan lingkungan sekitar, dan
konseling berkelompok agar sesama penghuni dan petugas dapat saling
mengetahui masalah yang dihadapi tiap anggota kelompok konseling tersebut
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian warga binaan. Sedangkan
untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih memeperhatikan kepercayaan
politik, kepuasan demokrasi, status sosial ekonomi, dan kesadaran politik.

DAFTAR RUJUKAN
Arianto, Bismar. 2011. Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih dalam
Pemilu. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, 1 (1): 51.
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azani. 2012. Gambaran Psikological Well Being Mantan Narapidana. Jurnal
Emphaty, 2 (1): 1-18.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Diener, Ed., Suh, M. E., Lucas, E.R. & Smith, L.H. (1999). Subjective Well Being:
Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-302.

13

Diener, Ed., Emmons, R.A.,Larsen, R.J. & Griffin, S. (1985). The Satisfaction
with Life Scale. Journal of Personality Assessment, 49, 71 – 75.
Direktorat Jendral Permasyarakatan. 2013. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan.
(online), (http://ditjenpas.go.id/sejarah), diakses 10 desember 2015.
Huntington S.P., Nelson J. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Komisi Pemilihan Umum. 2015. Data PILKADA Provinsi Kalimantan Selatan ,
(online),

(https://pilkada2015.kpu.go.id/kalselprov/kota_banjarmasin),

diakses pada 16 November 2016.
Likuayang,M.M., dkk. 2015. Partisipasi Politik Masyarakat pada Pemilihan
Legislatif di Minahasa Tenggara tahun 2014. Jurnal Politico, 1 (7).
Maskuriah, Ulul. 2014. Pencoblosan Lapas Teluk Dalam. Antara Kalsel.com,
(Online), (http://www.antarakalsel.com/berita/17104/pencoblosan-lapas-telukdalam-lancar) , Diakses 20 Oktober 2015
McClarway, H. 1972. Political Participation. New York: The Macmillan
Company.
Shapiro, R.W. & Winters, M.S. 2008. Political Participation and Quality of Life.
Working Paper, #638.