Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Di Lingkungan Perusahaan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum dengan tegas membuat suatu peraturan demi
terciptanya keadilan. Hukum sendiri mengatur segala tingkah laku manusia agar sejalan
dengan rasa adil tersebut. Hukum menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.
Pengertian hukum menurut pendapat beberapa ahli hukum adalah sebagai
1
berikut:
1. E. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia:
“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam
suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu.”
2. A. Ridwan Halim dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia dalam Tanya
Jawab menguraikan:
“Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang
harus ditaati dalam hidup bermasyarakat.”
3. Sunaryati Hartono, dalam bukunya Capita Selecta Perbandingan Hukum,
mengatakan:

“Hukum itu tidak menyangkut kehidupan pribadi seseorang, akan tetapi
menyangkut dan mengatur berbagai aktivitas manusia dalam hubungannya
dengan manusia lainnya, atau dengan perkataan lain, hukum mengatur pelbagai
aktivitas manusia di dalam hidup bermasyarakat.”
4. E. Meyers, dalam bukunya De Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht,
menulis:

1

Yulies Tiena Masriani, PENGANTAR HUKUM INDONESIA, Sinar Grafika, Jakarta, 2004,
hal. 6.

Universitas Sumatera Utara

“Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi
pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya.”
5. Immanuel Kant, dalam bukunya Inleiding tot de Rechtswetnschap:
“Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari
orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang

lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.”
6. Leon Duguit, dalam bukunya Traite de Droit Constitutional:
“Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi
bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.”
7. J. Van Apeldoorn, dalam bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlandse
recht:
“Tidak mungkin memberikan definisi kepada hukum karena begitu luas yang
diaturnya. Hanya pada tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai.”
Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan dengan
kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Dengan berusaha mencari
keseimbangan antara memberi kebebasan kepada individu dan melindungi masyarakat
terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat itu terdiri dari individuindividu yang menyebabkan terjadinya interaksi maka akan selalu terjadi konflik atau
ketegangan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat. Hukum
berusaha menampung ketegangan atau konflik ini sebaik-baiknya. 2
Negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan
bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi

Winarno, 2006). 3 Dalam pelaksanaannya, negara hukum harus menjunjung keadilan
sebagai tujuan dari hukum itu sendiri.
Di Indonesia, konsep negara hukum tercantum di dalam UUD 1945, yang menjelaskan
bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rehtstaat) tidak berdasarkan atas

2

H. Budi Untung, Hukum dan Etika Bisnis, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2012, hal. 7.
https://google.com/amp/s/yogifajarpebrian13.wordpress.com/2011/04/12pengertian-negarahukum/amp/
3

Universitas Sumatera Utara

kekuasaan belaka (machstaat). Oleh karena itu negara tidak boleh melaksanakan
aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka, tetapi harus berdasarkan pada hukum. 4
Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah yang sangat berguna bagi
masyarakat, tetapi tidak hanya untuk menikmati kekayaan alam semata, sebagai
masyarakat kita juga wajib menjaga kelestariannya. Menjaga lingkungan apalagi
mengenai sumber daya alam patutlah dilaksanakan, begitupun dengan perusahaan yang
menjalankan kegiatannya dibidang sumber daya alam.

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang
atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi 5 dan distribusi 6 guna memenuhi
kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan
menggabungkan berbagai faktor produksi, yaitu manusia, alam dan modal 7. kegiatan
produksi dan distribusi umunya dilakukan untuk memperoleh laba 8. Namun ada juga
kegiatan produksi yang tujuannya bukan mencari laba. Seperti sosial, keagamaan, dll.
Hasil suatu produksi dapat berupa barang dan jasa. 9
Suatu badan hukum sudah jelas memiliki aturan demi tercapainya kepastian hukum di
dalamnya. Begitu pula dengan Perseroan Terbatas (PT) yang merupakan badan hukum
sudahlah menjadi kewajiban Perseroan Terbatas (PT) tersebut untuk memperhatikan
lingkungan.
Menurut Meijers, badan hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi
pendukung hak dan kewajiban. Ia menambahkan bahwa badan hukum itu merupakan
suatu realitas, konkrit, riil, walaupun tidak bisa diraba, bukan khayal, atau merupakan
suatu yuridische realiteit (kenyataan yuridis). Logemann, menyebut badan hukum
sebagai suatu personifikasi atau perwujudan (bestendigheid) hak dan kewajiban.
Sementara itu, E. Utrecht, menyatakan badan hukum adalah badan yang menurut
hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak. Selanjutnya ia menjelaskan
bahwa badan hukum itu adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau lebih
tepat yang bukan manusia. 10 Sedangkan R. Subekti mengatakan badan hukum pada

pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan
melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat
digugat atau menggugat di depan hakim. Pendapat hampir senada juga dikemukakan
oleh R. Rochmat Soemitro, yang mengatakan bahwa badan hukum (rechtspersoon)

4

http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-negara-hukum-dan-ciri-cirinya.html
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda
atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
6
Distribusi adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa yang dibuat dari produsen ke
konsumen agar tersebar luas.
7
Modal adalah sesuatu yang digunakan untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha,
modal bisa berupa uang dan tenaga (keahlian).
8
Laba adalah keuntungan yang merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya.
9

http://chalouiss.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-dan-bentuk-perusahaan-atau.html?m=1
10
Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 18. Dikutip dari Mulhadi, Diktat,
HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Medan, 2014, hal. 69-70.
5

Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti
orang pribadi. Sri Soedewi Machsun Sofwan menjelaskan bahwa manusia adalah badan
pribadi (manusia tunggal). Selain dari manusi tunggal, dapat juga oleh hukum diberikan
kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain yang disebut badan hukum, yaitu
kumpulan dari orang-orang yang secara bersama-sama mendirikan suatu badan (baik
perhimpunan orang maupun perkumpulan harta kekayaan) untuk tujuan tertentu,
seperti yayasan. 11 Di samping itu, Wirjono Prodjodikoro juga mengemukakan pengertian
suatu badan hukum yaitu badan, di samping manusia perseorangan yang dianggap
dapat bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, juga kewajiban-kewajiban
dan hubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. 12
Perseroan Terbatas merupakan bentuk badan usaha yang paling sempurna
diantara berbagai bentuk badan usaha lainnya seperti Maatschap, Firma maupun

Persekutuan Komanditer (CV). Namun demikian, keberadaan PT tidak bisa dilepaskan
dari bentuk-bentuk badan usaha yang lebih sederhana tersebut diatas, walaupun ada
pendapat yang mengatakan bahwa PT (karena berkembang lebih maju) sudah bukan
species dari bentuk-bentuk badan usaha sederhana di atas. 13
H. Van der Tas, dalam Kamus Hukum menerjemahkan Maatschap sebagai
perseroan, 14 perikatan, 15 persekutuan. 16 Fockema Andreae, menerjemahkannya sebagai
perseroan, perseroan perdata. 17 R. subekti dalam terjemahan BW menyebut istilah
Maatschap sebagai persekutuan. Penulis lain menerjemahkannya sebagai persekutuan
perdata atau perserikatan perdata (burgelijke maatschap). 18 Menurut Purwosutjipto,
persekutuan perdata (burgelijke maatschap) sebagaimana diatur dalam Buku III, Bab VIII
KUHPerdata adalah persekutuan yang termasuk dalama bidang hukum perdata umum,
sebab apa yang disebut “burgelijke maatschap” itu pada umumnya tidak menjalankan
perusahaan. Tetapi dalam praktik, persekutuan perdata juga sering menjalankan

11

Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 19. Dikutip dari Mulhadi,
HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor,
2014, hal.74.
12

Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 20. Dikutip dari Mulhadi,
HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor,
2014, hal. 74.
13
Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia,
Medan, 2014, hal. 79.
14
Perseroan adalah badan hukum yang dapat memiliki harta kekayaan, menandatangani
perjanjian, mengadakan utang-piutang dan hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.
15
Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih di dalam lapangan harta
kekayaan dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak yang lain mempunyai kewajiban atas suatu
prestasi.
16
Persekutuan adalah perikatan antara dua orang atau lebih untuk menjalankan bisnis sebagai
pemilik bersama dengan tujuan mendapatkan laba.
17
Perseroan perdata adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki profesi yang
sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama.
18

Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2010. hal. 35.

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Namum persekutuan yang dimaksud adalah persekutuan perdata khusus. 19
Menurut Soenawar Soekowati, Maatschap adalah suatu organisasi kerja sama dalam
taraf permulaan dalam suatu usaha. Yang dimaksudkan dalam taraf permulaan disini
adalah bahwa Maatschap merupakan suatu badan yang belum menjadi perkumpulan
badan hukum. Ia merupakan bentuk badan yang paling sederhana, sebagai dasar dari
bentuk-bentuk badan usaha yang telah mencapai taraf yang sempurna (berbelit-belit)
pengaturannya. Jadi, Maatschap bentuknya belum sempurna, artinya belum memiliki
pengaturan yang rumit atau belum memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum. 20
Menurut Pasal 16 KUHD, “Persekutuan Firma ialah tiap-tiap persekutuan
perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama”.
Molengraaff memberikan pengertian Firma dengan menggabungkan pasal 16 dan pasal
18 WvK, yaitu suatu perkumpulan (vereniging) yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan di bawah nama bersama dan yang mana anggota-anggotanya tidak terbatas
tanggung jawabnya terhadap perikatan Firma dengan pihak ketiga. 21 Schilgaarde
mengatakan Persekutuan Firma sebagai persekutuan terbuka terang-terangan

(openbare vennotschap) yang menjalankan perusahaan dan tidak mempunyai persero
komanditer. 22 Menurut Slagter, Firma adalah suatu perjanjian (een overeenkomst) yang
ditujukan ke arah kerja sama di antara dua orang atau lebih secara terus menerus untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah suatu nama bersama. Agar memperoleh
keuntungan atas hak kebendaan bersama (gemeenschappleijk vermogensrechtelijk
voordeel) serta guna mencapai tujuan pihak-pihak di antara mereka yang mengikatkan
diri untuk memasukkan uang, barang, kerja, nama baik atau kombinasi dari padanya ke
dalam perusahaan. 23
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschap) dalam Pasal 19 KUHD,
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap), adalah persekutuan yang
didirikan oleh satu orang atau lebih yang secara tangung menanggung bertanggung
jawab seluruhnya (solider) pada pihak pertama (sekutu komplementer), dan satu orang
atau lebih sebagai pelepas uang (sekutu komanditer) pada pihak lain.
Molengraaff melihat CV sebagai suatu perkumpulan (vereeniging) perjanjian kerja sama,
dimana satu atau lebih sekutu mengikatkan diri untuk memasukkan modal tertentu

19

Ibid, hal. 36.
Mulhadi, op. Cit, hal. 36.

21
M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987),
hal. 117. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 45.
22
M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987),
hal. 117. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 45.
23
M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987),
hal. 119. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 45.
20

Universitas Sumatera Utara

untuk perkiraan bersama oleh satu atau lebih sekutu lain menjalankan perusahaan niaga
(handelsbedriif). 24
“Manusia” (person) dalam dunia hukum adalah subjek hukum atau pendukung
hak dan kewajiban. Setiap manusia adalah pembawa hak (subjek hukum) dan mampu
melakukan perbuatan hukum atau mengadakan hubungan hukum yang harus diikuti
dengan adanya kecakapan hukum (rechbekwaamheid) dan kewenangan hukum
(rechtsbevoedgheid). 25
Menurut Meijers, badan hukum meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan
kewajiban. Ia menambahkan bahwa badan hukum itu merupakan suatu realitas konkret,
riil, walaupun tidak dapat diraba, bukan khayal, atau merupakan suatu juridische
realiteit (kenyataan yuridis). Logemann, menyebut badan hukum sebagai suatu
personifikasi atau perwujudan (bestendigheid) hak dan kewajiban. Sementara itu, E.
Utrecht, menyatakan badan hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa
(berwenang) menjadi pendukung hak. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa badan hukum
itu adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa, atau yang lebih tepat bukan
manusia. 26
Dalam KUHD, tidak satu pasal pun yang menyatakan Perseroan Terbatas sebagai
badan hukum. Pernyataan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum baru ditemukan
dalam rumusan pengertian Perseroan Terbatas yang diatur dalam Pasal 1 butir (1) UU PT
1995. Demikian juga, hal yang sama diatur dalam ketentuan Pasal 1 butir (1) UU PT
2007. Dengan demikian, sebagai badan hukum jelas bahwa Perseroan Terbatas
merupakan pendukung hak dan kewajiban atau subjek hukum. 27
Pasal 1 butir 1 UU PT 1995 berbunyi:
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini serta peratuan pelaksananya”.
Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995 kemudian dirubah menjadi
Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
Pasal 1 butir 1 UU PT 2007 berbunyi:
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal daar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya”.
24

M. Natzir said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (Perorangan), (Bandung: Alumni, 1987),
hal. 188. Dikutip dari buku Mulhadi, Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hal. 57.
25
Mulhadi, op. Cit, hal. 73.
26
Chidir Ali, Badan hukum, (Bandung: alumni, 1991), hal. 18. Dikutip dari buku Mulhadi,
Hukum PERUSAHAAN Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.
hal. 73-74
27
Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia,
2014, hal. 80.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai sebuah badan hukum, Perseroan Terbatas telah memenuhi unsur-unsur
sebagai badan hukum sebagaimana telah diatur dalam UU PT. Unsur-unsur tersebut
adalah sebagai berikut: 28
a. Memiliki Pengurus dan organisasi teratur
b.Dapat melakukan perbuatan hukum (recht handeling) dalam hubungan-hubungan
hukum (rechts betrekking), termasuk dalam hal ini dapat digugat atau menggugat di
depan pengadilan
c. Mempunyai harta kekayaan sendiri
d. Mempunyai hak dan kewajiban
e. Memiliki tujuan sendiri
Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya
Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan (Pasal 7 ayat 4 UU
No. 40 Tahun 2007 tentang PT). Dengan diperolehnya status badan hukum, maka
tanggungjawab pendiri menjadi terbatas pada besarnya saham yang disetorkan.
Menurut Pasal 10 UU PT 2007, permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri
tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan harus diajukan kepada Menteri paling
lambat enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, yang
dilengkapi dengan keterangan dokumen pendukung lainnya. Akta pendirian yang sudah
ditandatangani tersebut menjadi batal jika para pendiri atau kuasanya (notaris) setelah
lewat jangka waktu enam puluh hari tetap tidak mengajukan permohonan untuk
memperoleh Keputusan Menteri. Dalam hal ini, Perseroan yang belum memperoleh
status badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri
sendiri. 29
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. (Pasal 74
UU PT Tahun 2007).
Undang-Undang Republik Indonesia telah mengatur mengenai Corporate Social
Responsibility yang selanjutnya dalam penulisan ini disebut sebagai CSR. Diantaranya
yaitu didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan
Terbatas, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER05/MBU/2007 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
Dengan Badan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah
dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/2013 Tahun
2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
28

Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia,
2014, hal. 80.
29
Mulhadi, op. Cit, hal. 87.

Universitas Sumatera Utara

Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Millik
Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. 30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang mengatur mengenai CSR didalam Pasal 74 ayat 1 menyebutkan “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.
CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang cenderung
mengabaikan tanggung jawab sosialnya, seperti perusakan lingkungan, eksploitasi
sumber daya alam, “ngemplang” pajak, menindas buruh, dan lain-lain. Kebanyakan
perusahaan cenderung membuat jarak dengan masyarakat sekitar, program community
development 31 biasanya bersifat charity 32 seperti memberi sumbangan, santunan,
sembako. Dengan konsep charity, kapasitas dan akses masyarakat tidak beranjak dari
kondisi semula, tetap marginal, akibatnya tidak bisa memutus rantai kemiskinan dan
benang kusut pendidikan. 33
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran baru tentang
pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai CSR. Pemahaman itu memberikan
pedoman bahwa korporasi 34 bukan lagi sebagai entitas 35 yang hanya mementingkan
dirinya sendiri saja sehingga terelienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan
masyarakat di tempat mereka bekerja. Korporasi sudah menjadi sebuah entitas usaha
yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. 36
Tanggung jawab sosial perusahaan dalam teori ekonomik klasik, sebuah
perusahaan bertindak secara bertanggung jawab sosial jika perusahaan itu
menggunakan sumber-sumber daya seefisien mungkin untuk menghasilkan barang dan
jasa yang diinginkan oleh masyarakat pada harga yang para konsumen bersedia
membayar. Tujuan satu-satunya perusahaan ialah memaksimumkan profit 37 sambil
bertindak sesuai dengan undang-undang. Jika hal ini dilakukan, menurut para ekonom
klasik, perusahaan telah melaksanakan tanggungjawab sosial utamanya. Akan tetapi,
pendapat yang berasal dari buku adam Smith, The Wealth of Nations, ini tidak pernah
30

Http://m.hukumonline.com/klik/detail/It52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporatesocial-responsibility
31
Community Development (pengembangan masyarakat) dapat didefinisikan sebagai
“Kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk
mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan
pembangunan sebelumnya).
32
Charity merupakan bagian dari CSR dan merupakan usaha peduli untuk membantu
masyarakat berupa kegiatan sosial atau lingkungan yang pelaksanaannya tidak terprogram dan
bersifat bantuan atau program amal.
33
Mulhadi, Diktat, HUKUM PERUSAHAAN Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia,
Medan, 2014, hal. 98.
34
Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan atau kekayaan baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum.
35
Entitas adalah sebuah objek yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap objek lain.
36
Adrian Sutedi, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup), Jakarta, 2015, hal. 40.
37
Profit adalah laba atau keuntungan.

Universitas Sumatera Utara

diikuti tanpa syarat. Dunia usaha dan orang-orang bisnis telah melakukan modifikasi
kepada prinsip pemaksimuman profit yang kaku itu untuk memberi perhatian kepada
keprihatinan sosial. 38
CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, berkembang
setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan memandang bahwa
sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan
kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produk dan pembayaran pajak kepada
negara, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut
perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga
menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan
ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat di sekitarnya, kegiatan opersional
perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber
daya dan rusaknya lingkungan di sekitar operasional perusahaan. 39 Dengan
dijalankannya CSR sesuai dengan aturan yang ada maka disini peran perusahaan sangat
dibutuhkan. Keterlibatan bisnis dalam masalah sosial akan menghasilkan kondisi
lingkungan yang baik (kondusif) bagi pengelolaan bisnis dalam jangka panjang. 40
Masyarakat sekarang ini menuntut perusahaan, tidak hanya dari segi tanggung jawab
terhadap kualitas produk barang atau jasa tapi juga menuntut tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) dengan lain istilah perusahaan harus mempunyai tanggung jawab
sosial. 41 Dengan dilaksanakannya CSR membuat masyarakat yakin bahwa perusahaan
tersebut tidak hanya semata-mata mencari keuntungan saja, tetapi juga memperhatikan
lingkungan perusahaan tersebut. Pembahasan bahwa perusahaan harus mempunyai
tanggung jawab sosial ini, sangat terasa penting dan tepat dengan berdasarkan
Pancasila, yang menjadi dasar dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Substansi dari Pancasila yaitu harus ada keselarasan, keharmonisan,
keseimbangan diantara berbagai sektor kehidupan, sehingga dengan demikian
perusahaan-perusahaan yang ada di bumi Indonesia, mempunyai kewajiban, disamping
mencari keuntungan ekonomis (tanggung jawab ekonomi), juga mempunyai tanggung
jawab sosial, dengan memperhatikan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan
diantara tanggung jawab tersebut. 42
Kehadiran CSR dalam bisnis perusahaan menjadi lebih jelas dengan adanya
perkembangan globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya hal-hal berikut: 43
38

Martono Anggusti, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, Books Terrace &
Library, Bandung, 2010, hal. 1.
39
Ibid, hal. 3.
40
Martono anggusti, op. Cit, hal. 6.
41
Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan
Terbatas, Mandar Maju, Surabaya, 2008, hal. 61.
42
Ibid., hal.66.
43
Kristina K. Herman, “Corporate Social Responsibility and Sustainable Development: The
European Union as a Case Study”, Indiana Journal of Global Legal Studies, 2004, hal. 206.
Dikutip dari buku Adrian Sutedi, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa
Sukses (Penerbit Swadaya Grup), Jakarta, 2015, hal. 43.

Universitas Sumatera Utara

1. Pengelolaan risiko.
2. Perlindungan dan meningkatkan reputasi dan image perusahaan.
3. Membangun kepercayaan dan license to operate bagi perusahaan.
4.Meningkatkan efisiensi sumber daya yang ada dan meningkatkan akses terhadap
modal.
5. Merespon atau mematuhi peraturan yang berlaku.
6. Membina hubungan baik dengan stakeholder seperti pekerja, konsumen, partner
bisnis, investor yang mempunyai tanggungjawab secara sosial, regulator, dan
komunitas dimana perusahaan itu beroperasi.
7. Mendorong pemikiran yang inovatif.
8. Membangun kesempatan untuk mengikuti pasar masa depan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau lazim dikenal dengan nama CSR
mendapatkan tempat khusus dalam hukum perseroan Indonesia yang diatur dalam
UUPT, dan dengan adanya kewajiban penerapan CSR tersebut, perseroan terbatas di
Indonesia dengan bidang usaha tertentu yang diatur dalam Pasal 74 UUPT tidak lagi
semata-mata mencari keuntungan untuk kesejahteraan dan kemakmuran pemegang
sahamnya, namun juga menyisihkan sejumlah dana (uang) untuk kegiatan (aktivitas)
amal atau charity, sosial, dan pemeliharaan lingkungan (hidup). 44 Kegiatan perusahaan
dalam hal sosial dan pemeliharaan lingkungan di sekitar perusahaan tersebut memang
sangat membantu masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Dengan dijalankannya
CSR maka disini perusahaan telah memberikan peranan yang sangat besar, karena
perusahaan tidak hanya saja mementingkan hasil dari kegiatannya untuk mendapatkan
keuntungan.
Agar pelaksanaan CSR juga mengakomodir kepentingan masyarakat, maka perlu diatur
mekanisme transparansi dalam penggunaan dana CSR oleh perusahaan. Masyarakat
sebagai beneficier 45 yang menikmati CSR perlu mendapatkan akses yang memadai,
khususnya terdapat informasi penggunaan dana CSR oleh perusahaan. Tujuannya agar
perusahaan yang menjadikan CSR sebagai “kosmetik” dapat
mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat, dan untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan dana CSR oleh perusahaan atau oknum-oknum yang memanfaatkan
dana CSR untuk kepentingan yang bukan merupakan tujuan CSR itu sendiri. Paling tidak
mekanisme transparansi ini dilakukan melalui ketersediaan publikasi khusus untuk
memanfaatkan dana CSR. 46 Oleh karena itu, meskipun tujuan utama perusahaan adalah
mencari keuntungan, tapi secara etis-moral, perusahaan harus mempunyai kepedulian
sosial, karena sesuai dengan perkembangan zaman, perusahaan harus bertanggung
jawab terhadap segala akibat yang dihasilkan perusahaan. 47

44

Cornelius Simanjuntak dan Nataline Mulia, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009, hal. 112.
45
Beneficier adalah penerima, dimana masyarakat sebagai penerima dari dana CSR.
46
Martono Anggusti, Ibid, hal. 65.
47
Azizah, Hukum Perseroan Terbatas, Setara Press, Malang, 2016, hal. 104.

Universitas Sumatera Utara

Terkait dengan penelitian yang Penulis lakukan di PT.Gergas Utama Kebun
Gergas bahwasannya PT.Gergas Utama Kebun Gergas menjalankan kegiatannya di
bidang perkebunan. Hal ini berarti PT.Gergas Utama Kebun Gergas memanfaatkan hasil
sumber daya alam sebagai kegiatannya di dalam perseroan. Sebuah perseroan yang
menjalankan kegiatannya dibidang sumber daya alam haruslah benar-benar menjaga
kelestarian lingkungannya. Artinya bahwa PT.Gergas Utama Kebun Gergas tidak hanya
dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus melaksanakan CSR
sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai perseroan yang bergerak dibidang sumber
daya alam.
Berdasarkah hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas CSR tersebut
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate
Social Responsibility (CSR) Di Lingkungan Perusahaan” (Studi PT.Gergas Utama Kebun
Gergas Desa Gergas Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat).
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimankah pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama
Kebun Gergas ?
2. Bagaimanakah peran serta karyawan dan masyarakat dalam melaksanakan Corporate
Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas?
3. Bagaimanakah manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi
masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas
Utama Kebun Gergas.
2. Untuk mengetahui peran serta karyawan dan masyarakat dalam melaksanakan
Corporate Social Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas.
3. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi
masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh PT.Gergas Utama Kebun Gergas.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat di dalam penulisan skripsi ini antara lain :
1. Dari segi teoritis
Penulisan ini diharapkan sebagai suatu bentuk literatur di bidang hukum khususnya
untuk mengetahui secara konkrit pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas.
2. Dari segi praktis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis,
masyarakat, serta menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.Gergas Utama Kebun
Gergas.

E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul : “Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) Di Lingkungan Perusahaan” pada PT.Gergas Utama Kebun Gergas
Desa Gergas Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat ini telah malalui proses
pemeriksaan pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU/Pusat
Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU pada tanggal 14 Oktober 2016,
sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini metode yang digunakan penulis ialah :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif empiris, yaitu penelitian yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi
ketentuan hukum positif secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu.
Pengkajian tersebut bertujuan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada
peristiwa hukum itu sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang. Penelitian
hukum normatif empiris ini terdapat 2 tahap. Tahap 1 kajian mengenai hukum normatif
(undang-undang). Tahap 2 kajian mengenai hukum empiris berupa terapan
(implementasi) peristiwa hukum tersebut. Sehingga penelitian ini membutuhkan data
sekunder dan data primer.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah sifat
penelitian deskriptif, yang menyajikan, menggambarkan, dan memaparkan mengenai
gejala-gejala dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat.
3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Dimana data penelitian didapat dari kepustakaan yang mencakup
berbagai buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan kepustakaan lain serta
internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta didukung oleh data
yang diperoleh dari studi lapangan di PT.Gergas Utama Kebun Gergas.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari
kaedah dasar, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, seperti buku-buku, doktrin, jurnal hukum, dan internet.

Universitas Sumatera Utara

Serta dalam penelitian ini didukung oleh data sekunder yang didapat dari penelitian
lapangan pada PT.Gergas Utama kebun Gergas.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan
hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Kamus Hukum.
4. Alat Pengumpulan Data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
melalui field research (penelitian lapangan) yang dilakukan melalui wawancara serta
library research melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan.
5. Analisis Data
Didalam suatu penelitian analisis data merupakan suatu tahap yang penting, dan
penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Data yang diperoleh kemudian disusun
secara sistematis, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk
tulisan yang berasal dari studi kepustakaan dan didukung dengan studi lapangan
sehingga diperoleh penelitian yang bersifat deskriptif.
G. Sistematika Penulisan
Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur dan terperinci
didalam penulisannya agar dimengerti maksud dan tujuannya. Adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan ini menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Dalam bab ini diuraikan sejarah perkembangan Corporate Social Responsibility
(CSR), pengertian Corporate Social Responsibility (CSR), pengaturan hukum
mengenai Corporate Social Responsibility (CSR), dan bentuk-bentuk Corporate
Social Responsibility
BAB III : PERAN PERUSAHAAN DALAM PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
Dalam bab ini diuraikan manfaat pelaksanaan Corporate Social Responsibility
yang dilaksanakan oleh Perusahaan, dan akibat hukum terhadap Perusahaan
yang tidak melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).
BAB IV : ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DI LINGKUNGAN PT.GERGAS UTAMA KEBUN GERGAS
Dalam bab ini menyajikan data yang diperoleh melalui hasil wawancara, hasil
penelitian/studi lapangan yang terdiri dari pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) di PT.Gergas Utama Kebun Gergas, peran serta karyawan

Universitas Sumatera Utara

dan masyarakat dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) di
PT.Gergas Utama Kebun Gergas, manfaat pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) bagi masyarakat dan lingkungan yang dilaksanakan oleh
PT.Gergas Utama Kebun Gergas.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran sesuai dengan topik
penelitian yang dikaji dalam skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara