Upacara Sulang-Sulang Pahompu Pada Etnik Batak Toba : Kajian Semiotika Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang
memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Kebiasaan itu telah diciptakan oleh para leluhur kita dan diwariskan
kepada generasi berikutnya. Dan warisan tersebut mampu menunjukkan jati diri
suatu suku tertentu dan dapat dibedakan dari budaya budaya lainnya. Salah satu
bahasa, dan adat istiadat yang tumbuh subur di Indonesia kurang lebih ratusan
jenis bahasa daerah yang ada di seluruh pelosok nusantara. Salah satu jenis
bahasa, dan adat istiadat yang ada di Sumatera Utara adalah kebudayaan Batak.
Demikianlah Adat atau Kebudayaan Batak yang disebut juga Ugari Batak
dengan yang segala perilaku yang terkandung di dalamnya disebut :
“Habatahon” merupakan persatupaduan (Unity) kebudayaan spiritual
dengan kebudayaan material yang meliputi : Kepercayaan (Faith), hukum,
kemasyarakatan, kesusilaan (Moral-etika), bahasa, seni, arsitektur,
ketabihan, ekonomi, pertanian, teknologi, astrologi, astronomi, dan lain
lain. Adat Batak atau Ugari Batak diyakini etnis Batak sebagai “Karya –
Agung” (Masterpiece) nenek moyangnya yang diilhami Tuhan Pencipta
Alam Semesta (Mulajadi Nabolon) yang menjadi tatanan hidup dan

berkehidupan, sarana interaksi antar sesama manusia, manusia dengan
seluruh penghuni alam, manusia dengan khaliknya yang diperoleh dari
leluhur yang diturunkan dan diwariskan kepada keturunannya. Adat bagi
Etnis Batak bukanlah sekedar tradisi atau sosial custom atau manners and
custom dan tidak pula sebagai perbuatan atau perilaku yang berulang
ulang, melainkan Adat Batak menjadi “Azas dan Pedoman” berkehidupan

Universitas Sumatera Utara

di dunia dan prasarana ber-Ketuhanan. Adat Batak dalam implementasinya
menjadi :
1. Pembentuk watak (manners building)
2. Cara hidup (manners of life)
3. Jalan hidup ( life cycle)
4. Alat pemersatu (unifier).(Pardede: 2010 : 11)

Berdasarkan pernyataan di atas etnik Batak terdiri dari beberapa sub etnik
yaitu : Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak/Dairi. Namun,
sekarang ini sebutan Batak dominan ditujukan kepada Etnik Batak Toba saja.
Etnik Batak Toba juga cenderung menyebut dirinya Batak bukan Toba, sehingga

ada pemahaman bahwa kata Batak bersinonim dengan kata Toba.
Selain itu, ada pemahaman pada etnik Batak Toba itu sendiri bahwa Toba
merujuk pada daerah atau wilayah tempat tinggal seperti Toba Humbang dan
Toba Holbung.
Secara umum, wilayah yang didiami Etnik Batak Toba yaitu:
1. Kabupaten Tapanuli Utara
2. Kabupaten TobaSamosir
3. Kabupaten Humbang Hasundutan
4. Kabupaten Samosir
EtnikBatak Toba pada umumnya memiliki bahasa dan adat istiadat yang
berbeda, tetapi perbedaan tersebut tidak menjadikan perpecahan diantara
EtnikBatak. EtnikBatak toba memiliki berbagai budaya dan adat istiadat. Salah
satunya adalah upacara adat sulang sulang pahompu. Upacara adat Sulang-sulang
pahompu bagi Etnik Batak Toba merupakan salah satu kebuadayaan yang
diwariskan secara turun-temurun.

Universitas Sumatera Utara

Falsafah dalam etnik Batak Toba dikenal dengan Dalihan Na Tolu yang
terdiri dari :

1. Somba marhula-hula
2. Elek marboru
3. Manat mardongan tubu
Berikut penjelasana tentang istilah-istilah diatas :
A. Hula-Hula/mora adalah pihak keluarga dari istri. Hula-hula ini menempati
posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat istiadat Batak (semua
sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat
kepada Hula-hula (somba marhula-hula).
B. Boru/Anak Boru adalah pihak keluargayang mengambil istri dari suatu marga
(keluarga lain). Boru ini menempati posisipaling rendah sebagai ‘parhobas’
atau pelayan, baikdalam pergaulan sehari-hari maupun dalam setiap upacara
adat. Namun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan
semena-mena, melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk,
diistilahkan dengan Elek marboru.
C. Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga dongan sabutuha adalah saudara laki-laki
satu marga. Arti harafiahnyalahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti
batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, karena terlalu
dekatnya kadang-kadang ada pertikaiandi antara mereka. Namun, pertikaian
tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air


Universitas Sumatera Utara

yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun
demikian, kepada semua Etnik Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus
bijaksana

kepada

saudara

semarga.

Diistilahkan

manat

mardongan

tubu.(googleweblight.com Dalihan Na Tolu: Falsafah hidup orang batak blog
spot.com)

Secara umum upacara Sulang-sulang pahompu merupakan salah satu adat
istiadat Etnik Batak Toba yang diwariskan secara turun temurun. Upacara Sulangsulang pahompu ialah pengukuhan pesta pernikahan secara adat, pengukuhan
dalam artian melunasi semua utang adat yang sebelumnya utang adat tersebut
belum dibayar lunas terhadap pihak Hula-hula yang melaksanakan upacara adat
tersebut.
Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini, upacara Sulang-sulang
Pahompu telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan
zaman yang kita alami sekarang ini sangat berdampak besar terhadap kehidupan
bangsa Indonesia. Salah satu dampak dari perkembangan zaman sekarang ini
adalah pada kebudayan. Kebudayaan bangsa Indonesian telah banyak tergilas oleh
perkembangan zaman sekarang ini. Hal ini ditegaskan dengan pernyataan Sibarani
dalam bukunya Kearifan Lokal : Hakikat, Peran, dan Metode Penelitian Tradisi
Lisan (2014:3) tradisi budaya atau tradisi lisan selalu mengalami transformasi
akibat perkembangan zaman dan akibat penyesuaiannya dengan konteks zaman.
Kehidupan tradisi pada hakikatnya berada pada proses transformasi itu karena
sebuah tradisi tidak akan hidup

kalau tidak mengalami transformasi. Dalam

tradisi budaya atau tradisi lisan yang mengalami transformasi terdapat inovasi


Universitas Sumatera Utara

akibat

persingungan

sebuah

tradisi

dengan

“modernisasi”

atau

akibat

penyesuaiannya dengan konteks zaman. Berdasarkan pernyataan diatas dapat

disimpulkan bahwasanya kebudayaan bangsa Indonesia telah mengalami
perubahan, salah satunya adalah perubahan pada budaya upacara Sulang-sulang
pahompu pada etnik Batak Toba. Maka dari itu penulis merasa perihatin terhadap
hal tersebut sehingga sangat baik untuk diteliti.
Dalam penelitian ini akan dijelaskan tahapan dan makna tanda yang
terkandung dalam upacara adat Sulang-sulang pahompupada Etnik Batak Toba.
Salah satu yang akan diteliti oleh penulis adalah struktur atau tahapan upacara
adat Sulang-sulang pahompu. Penulis merasa kawatir terjadinya perubahan pada
upacara Sulang-sulang pahompu, karena seiring dengan perkembangan Zaman
sekarang ini yang sudah sangat modern, baik dari segi perubahan stuktur tahapan
dan makna yang terdapat pada tanda upacara Sulang-sulang pahompu. Penelitian
terhadap upacara adat Sulang-sulang pahompu pada Etnik Batak Toba di
Kabupaten Samosir sangat minim. Meskipun selama ini sudah banyak ahli-ahli
budaya yang meneliti tentang upacara adat Sulang-sulang pahompudi Kabupaten
Samosirakan tetapi hanya sebatas meneliti deskripsi upacara adat Sulang-sulang
pahompu tidak mengkaji makna tanda yang ada pada upacara adat tersebut. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji makna yang
terdapat pada tanda yang ada pada upacara adat Sulang-sulang pahompupada
etnik Batak Toba di KabupatenSamosir.Penulis akan mengkaji upacara adat adat
Sulang-sulang pahompupada etnik Batak Toba ini dari segi semiotik, karena

penulis merasa tertarik untuk mengetahui arti atau makna dari tanda atau simbol-

Universitas Sumatera Utara

simbol yang ada pada upacara adat Sulang-sulang pahompu pada etnik Batak
Toba.
1.2 Rumusan Masalah

Subagyo

(1997:79)

permasalahan

yang

dijadikan

sasaran


untuk

pemecahan dalam mencari ada atau tidak adanya suatu kebenaran dalam
kaitannya dengan teori atau pengalaman, dapat dijadikan sebagai patokan dan
sekaligus sebagai ruang lingkup pembahasan dalam kaitannya dengan pencarian
data.
Rumusan pokok permasalah sebenarnya merupakan batasan batasan dari
ruang lingkup yang akan diteliti pada uraian skripsi ini.Untuk menghindari
pembicaraan atau pembahasan yang menyimpang dari permasalahan, penulis akan
membatasi masalah agar pembahasan terarah dan terperinci.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan Upacara Sulang-sulang pahompu ?
2. Simbol apa saja yang ditemukan dalam Upacara Sulang-sulang Pahompu ?
3. Apakah fungsi yang terkadung dalam tanda Upacara Sulang-sulang Pahompu?
4. Makna apa yang terkandung dalam tanda Upacara Sulang-sulang pahompu ?

Universitas Sumatera Utara

1.3Tujuan Penelitian

Pengetahuan yang baik pada kebudayaan daerah akan menunjang
pembinaan sikap serta pengertian yang wajar dan tepat terhadap masyarakat Batak
Toba sehingga benar benar bermamfaat dan dapat memberikan sumbangan yang
memiliki sikap sosial yang baik pada kehidupan masyarakat.
Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta
serta pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan
kebenaran yang sanggup mengamati lebih dalam kebenaraan yang sudah ada.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan pelaksanaan upacara Sulang-sulang
pahompu.
2. Untuk mendeskripsikan simbol/tanda yang terkandung pada upacara Sulangsulang Pahompu.
3. Untuk mendeskripsikan fungsi dari simbol/tanda yang terkandung pada
upacara Sulang-sulang Pahompu.
4. Untuk mendesikripsikan makna yang terkandung dalam tanda upacara Sulangsulang Pahompu.

1.4 Manfaat Penelitian
Pengembangan pendidikan yang tinggi didasarkan atas Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
Sesuai dengan hal tersebut, penulis berusaha mengembangkan aspek kedua yaitu


Universitas Sumatera Utara

penelitian. Ada pun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah
untuk :
1. Dapat memperkaya pengetahuan budaya mengenai tanda-tanda / simbolik
dalam upacara Sulang-sulang pahompu.
2. Mengetahui

makna yang terkandung dalam tanda upacara Sulang-sulang

Pahompu.
3. Menjadikan arsip di Departemen Sastra Daerah untuk di baca oleh mahasiswa
Sastra Daerah.
4. Agar dapat dijadikan sebagai sumber penelitian bagi ilmu lainnya.
5. Mensukseskan program pelestarian sastra daerah sebagai bagian dari
kebudayaan nasional.

Universitas Sumatera Utara