Upacara Sulang-Sulang Pahompu Pada Etnik Batak Toba : Kajian Semiotika Sosial Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani “metodhos” dan
“logos”.Metodhos artinya cara atau jalan; logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi,
metode atau metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang dikehendaki atau tujuan dalam pemecahan suatu masalah.
Sudaryanto (1982:2), menyatakan metode adalah cara melakukan sesuatu
dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Metodologi artinya adalah sesuatu yang menggunakan pikiran secara
seksama untuk mencapai suatu tujuan (Narbuko, 1997:1). Sedangkan meneliti
dimaksud sebagai melakukan kerja penyelidikan secara cermat terhadap suatu
sasaran untuk memeperoleh hasil tertentu.
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan,
dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian
adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman.
Jadi, metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala masalah. Masalah di sini adalah objek yang
diteliti dan dicari kebenarannya, karena tanpa metodologi penelitian, maka
penelitian yang dilakukan akan mendapatkan hambatan-hambatan dalam
menyelesaikannya. Seperti yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa
metodologi penelitian sangat berperan penting dalam melakukan suatu penelitian.


Universitas Sumatera Utara

Sedangkan arti kata penelitian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005
adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian ialah upaya untuk menghimpun
data yang diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh kebenaran terhadap
suatu objek permasalahan. Dalam metodologi penelitian akan dibicarakan tentang
metode dasar, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, dan metode
analisis data.
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah

yang

diselidiki


denganmenggambarkan/melukiskan

keadaan

objek/subyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya(Nawawi
1991:63). Masyarakat Batak Toba pada saat ini banyak tidak menjaga dan
melestarikan kebudayaan yang langka, seperti Upacara Sulang-sulang pahompu.
Dalam

metode

deskriptif,

penulis

akan

berusaha mengungkapkan


dan

memaparkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan keadaannya sekarang.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. Penelitian deskriptif ini lebih bersifat penemuan fakta-fakta
seadanya, penelitian yang tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi

Universitas Sumatera Utara

termasuk dalam usaha mengemukakan satu dengan yang lainnya di dalam aspek –
aspek yang diselidiki.
Penulisan skripsi ini secara apa adanya dan seobjektif mungkin. Metode
deskriptif membahas pola bahasa beberapa masyarakat pada masa tertentu
ataupun perseorangan dan antar kelompok masyarakat. Metode ini akan
mendasari upaya pengumpulan data dan penganalisan data.
3.2 Lokasi Penelitian
Dimaksud dengan lokasi penelitian yang baik adalah lokasi/obyek
penelitian yang sesuai dengan obyek permasalahannya dan merupakan daerah
informasi secara kualitatif maupun kuantitatif (Subagyo 1991:35).

Dari penjelasan diatas, maka lokasi penelitian penulis di Kabuapaten
Samosir, Kecamatan Pangururan, Desa Saitnihuta. Alasan penulis memilih lokasi
penelitian ini adalah karena Kabupaten Samosir memiliki potensi yang baik untuk
diteliti dalam hal kebudayaannya sendiri, penduduk aslinya adalahmayoritas etnis
Batak Toba dan menjunjung tinggi unsur-unsur kebudayaan etnik Batak Toba.Di
daerah ini juga masih banyak ditemukan tokoh-tokoh adat sebagai informan,
sehingga mempermudah penulis dalam pengumpulan data penelitian yang sesuai
dengan objek penelitian penulis.

Universitas Sumatera Utara

3.3Sumber Data Penelitian
Arikunto dalam (Naharoh, 2008:52) mengemukakan bahwa sumber
datadalam suatu penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Secara
umum sumber data dapat diklarifikasi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Person (orang) adalah tempat peneliti bertanya mengenai variabel yang diteliti.
2. Paper (kertas) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan arsip, pedoman,
surat keputusan(SK), dan sebagainya.
3. Place (tempat) adalah sumber data keadaan di tempat berlangsungnya suatu
kegiatan yang berhubungandengan penelitian.

3.4 Instrument Penelitian
Moleong, (1989:19) mengatakan bahwa untuk mengumpulkan data,
paradigma ilmiah memamfaatkan tes tertulis atau kuesioner atau menggunakan
alat fisik lainnya seperti poligraf, dan sebagainya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar wawancara/pedoman wawancara.
2. Alat perekam ( tape recorder ) yang digunakan untuk mewawancarai informan
sehubungan dengan objek penelitian.
3. Alat tulis dan kertas yang digunakan untuk mencatat segala hal yang dianggap
penting dan berhubungan dengan objek penelitian.

Universitas Sumatera Utara

3.5 Metode Pengumpulan Data
Subagyo,

(1991:39)

mengatakan


bahwa

secara

umum

metode

pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa jenis yaitu :
1. Metode wawancara atau metode pengajuan pertanyaan langsung.
2. Metode angket (kuesioner) atau metode pertanyaan secara tidak langsung.
3. Metode observasi atau metode pengamatan.
Maka metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data lapangan
antara lain :
1.

Metode observasi yaitu penulis langsung ke lapangan melakukan pengamatan
terhadap objek penelitian. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk
mengamati berlangsungnya Upacara Sulang-sulang pahompu tersebut.
wawancara yang dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Alasan peneliti

melakukan observasi untuk mendapatkan data akurat mengenai Upacara
Sulang-sulang pahompu tersebut.

2.

Metode wawancara (Deptth interview) digunakan untuk memperoleh
gambaran apa makna yang terkandung pada Upacara Sulang-sulang
pahompu. Wawancara ini ditujukan kepada masyarakat Toba khususnya
kepada masyarakat yang berada di Kecamatan Pangururan, yang terdiri dari
kepala desa, tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat
umum. Wawancara ini juga akan menggunakan pedoman wawancara yang
telah dipersiapkan dan disusun terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

3.

Metode kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data melalui buku
– buku yang berhubungan dan berkaitan erat dengan penelitian tersebut.
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data

yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai
dengan tujuan yang digariskan. Dalam metode ini penulis mencari buku-buku
pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Metode Analisis Data
Subagyo, (1991:104-105) analisis data dalam penelitian merupakan bagian
dalam proses penelitian yang sangat penting, karena dengan analisa inilah data
yang ada akan nampak mamfaatnya terutama dalam memecahkan masalah
penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.
Analisis data merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori dari satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini data
yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Metode atau cara
mengelola data mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah dipakai
dengan metode struktural.

Universitas Sumatera Utara

Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut :
1.


Data diklarifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

2.

Setelah data diklarifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian yang
ditetapkan yaitu bagaimana tata cara dan makna dan fungsi yang terkandung
pada Upacara Sulang-sulang pahompu.

3.

Menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis
sehingga semua data dipaparkan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Upacara Sulang-sulang Pahompu Pada Etnik
Batak Toba

Dalam etnik Batak Toba Upacara Sulang-sulang Pahompu hanya
dilaksanakan oleh suatu keluarga/orangtua yang belum melaksanakan Upacara
Pernikahan secara Adat-istiadat etnikBatak Toba, atau keluarga yang mengalami
pernikahan yang tertunda. Setiap keluarga/orangtua yang mengalami pernikahan
yang tertunda harus diwajibkan melaksanakan Upacara Sulang-sulang Pahompu.
Jika upacara Sulang-sulang Pahompu tersebut tidak dilaksanakan akan berdampak
kepada anak dari keluarga tersebut. Karena sebelum keluarga/orangtua
melaksanakan Upacara Sulang-sulang Pahompu maka anak dari keluarga tersebut
belum diperbolehkan untuk menikah. Tujuan dari pelaksanaan upacara Sulangsulang Pahompu adalah sebagai pengukuhan pernikahan suatu keluarga yang
mengalami pernikahan tertunda dan juga membayar utang-utang adat yang belum
dibayar ketika pernikahan.
Jika suatu keluarga ingin melaksanakan Upacara Sulang-sulang Pahompu
maka akan terlebih dahulu pihak Hasuhuton Paranak memberitahukan informasi
bahwasanya akan dilaksanakan Upacara Sulang-sulang Pahompu kepada pihak
Hasuhuton Parboru melalui Dongan Tubu/Hahaanggi, setelah diberitahukan
maka persiapan Upacara Sulang-sulang Pahompu akan segera dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ditemukan 4 tahapan dalam

upacara Sulang-sulang Pahompu.Adapun tahap-tahap pelaksanaan Upacara
Sulang-sulang Pahompu adalah sebagai berikut :
4.1.1. Manuruk-nuruk
Manuruk-nuruk

adalah

tahap

yang

pertama

sekali

yang

harus

dilaksanakan. Pada tahapan manuruk-nuruk hanya diikuti oleh keluarga dekat oleh
kedua belah pihak karena pertemuan tersebut hanya di khususkan untuk keluarga
dan juga kerabat dekat. Pada tahapan ini acara tersebut akan dilaksanakan di
kediaman pihak hasuhuton parboru. Pihak hasuhuton paranak akan mengujungi
rumah pihak hasuhuton parboru dengan tujuan meminta maaf, karena sebelumnya
Hasuhuton paranak dulunya tidak mampu melaksanakan adat nagok.Pada
tahapan ini juga bertujuan untuk pemberitahuan sekaligus meminta ijin akan
diadakannya upacara Sulang-sulang Pahompu dari keluarga menantunya/hela
yang sebelumnya belum melaksanakan pesta adat pernikahan. Dalam tahapan ini
pihak hasuhuton paranak dan pihak hasuhuton parboru akan membicarakan halhal yang berhubungan dengan kebutuhan pesta nantinya.
Adapun yang akan dibicarakan pada tahap marhori-hori ding-ding adalah
sebagai berikut:
1. Partoding ni ulaon/konsep pesta yang akan diadakan.
2.Besarnya batu sulang yang akan diberikan hasuhuton paranak kepada
hasuhuton parboru.
3.Berapa jumlah ulos yang dibutuhkan pada pesta nantinya.
4.Kapan akan dilaksanakan pesta atau mata ni ulaon Sulang-sulang Pahompu.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Marpudun Saut/Marsungkun Utang
Marpudun saut/marsungkun utang merupakan salah satu tahapan
persiapan dalam pelaksanaan Upaca Sulang-sulang Pahompu yang akan
dilaksanakan. Pada tahap ini pihak hasuhuton paranak datang kerumah hasuhuton
parboru untuk menidaklanjuti pembicaraan pada tahap marhori-hori ding-ding.
Artinya tujuan dari pertemuan ini adalah memastikan semua yang telah
dibicarakan pada tahap marhori-hori ding-ding, mulai dari besarnya batu sulang
yang akan diberikan kepada hasuhuton parboru, ulos yang diberikan hasuhuton
parboru nantinya pada saat pesta, dan juga tempat dan kapan pesta akan
dilaksanakan.
4.1.3. Martonggo Raja
Martonggo Raja merupakan kegiatan persiapan yang bersifat umum
karena pada tahap Martonggo Raja ini pihak hasuhuton paranak sebagai tuan
rumah/Bolahan Amak akan melaksanakan martonggo raja, dengan mengundang
seluruh keluarga/kerabat dekat, para penutur adat, tulang, bona tulang,
parbonaan, dan juga warga setempat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
memastikan tanggal pesta Sulang-sulang Pahompu sekaligus mengumumkan
kepada khalayak ramai kapan akan dilaksanakan pesta Upacara Sulang-sulang
Pahompu. Pada tahap ini juga bertujuan membicarakan persiapan untuk pesta
Sulang-sulang Pahompu, seperti konsep pesta, jambar, panandaion, ulos yang
dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Sama hal nya dengan pihak Hasuhuton Parboru, Hasuhuton Parboru juga
akan melaksankan acara Martonggo raja dengan seluruh keluarga dan juga
seluruh undangan mereka. Hasuhuton parboru akan menbicarakan seperti apa
konsep acara yang akan dilaksankan, berapa ulos yang mereka berikan, sesuai
yang telah dibicarakan dengan hasuhuton paranak sebelumnya.
Dalam acara martonggo raja biasanya dimulai pada pukul 10:30 sampai
dengan selesai. Pada tahapan ini karena mengudang banyak orang maka dalam
acara ini memotong hewan untuk dimakan bersama.
4.1.4. Pelaksanaan upacara Sulang-sulang Pahompu
Pada tahap ini merupakan puncak dari seluruh tahapan Upacara Sulangsulang pahompu. Semua yang di undang akan hadir pada pesta Upacara Sulangsulang Pahompu. Pada tahap ini lah seluruh kewajiban adat-istiadat batak akan di
laksanakan, seluruh kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan akan dilengkapi untuk
memenuhi

adat-istiadat

batak.

Semua

prosesi-prosesi

adat

yang

harus

dilaksanakan akan dilakukan pada tahapan ini. Adapun tahapan yang terjadi pada
pesta Sulang-sulang Pahompu antara lain :
1.Panomu-nomuon
Panomu-nomuon adalah prosesi penyambutan seluruh undangan yang
datang oleh pihak hasuhuton paranak dan hasuhuton parboru. Pada tahapan
panomu-nomuon akan di iringi musik yang bernuansa musik tradisional Batak
Toba sebagaimana mestinya pada acara-acara adat Batak Toba. Adapun psosesi
panomu-nomuon pada upacara Sulang-sulang Pahompu adalah sebagaiberikut:

Universitas Sumatera Utara

- Pihak hasuhuton paranak manomu-nomu/menjamu pihak parboru.
- Pihak hasuhuton paranak akan menjamu Bona ni ari, parbonaan, bona tulang,
tulang rorobot, dan juga tulang dari hasuhuton paranak sendiri.
- Pihak hasuhuton parboru akan manomu-nomu/menjamu bona nin ari,
parbonaan, bona tulang, tulang rorobot, tulang dari pihak hasuhuton parboru itu
sendiri.
2. Pemberian Tudu-tudu sipanganon dan Dengke saur.
Pemberian tudu-tudu sipanganon dilakukan oleh hasuhuton paranak, yang
diberikan kepada hasuhuton parboru. Setelah pemberian Sudu-tudu sipanganon,
hasuhuton parboru juga akan memberikan Dengke saur kepada pihak hasuhuton
paranak. Setelah pemberian Tudu-tudu sipanganon dan juga Dengke saur selesai,
maka seluruh yang menghadiri pesta tersebut akan makan bersama.
3. Manghatai Adat
Manghatai Adat merupakan prosesi pembicaraan adat-istiadat antara pihak
hasuhuton paranak dan pihak hasuhuton parboru. Sebagai simbol untuk
mengawali prosesi manghatai adat hasuhuton paranak terlebih dahulu
menyampaikan sepata-dua kata tentang hidangan makanan kepada hasuhuton
parboru dan juga kepada rombongan Hula-hula lainnya. Setelah hal tersebut maka
hasuhuton paranak akan menyampaikan Pinggan Panungkunan yang bertujuan
untuk mengawali pembicaraan dan setelah itu hasuhuton parboru akan membalas
dengan memberikan kembali Pinggan Pamalosikemudian hasuhuton paranak dan
parboru akan melaksanakan Manghatai Adat. Adapun yang isi pembicaraan pada

Universitas Sumatera Utara

tahapan ini adalah membicarakan tentang pembagian parjambaronbatu sulang.
Parjambaron batu sulang ialah upah untuk kerabat-kerabat terdekat dari pihak
Hasuhuton Parboru seperti untuk amangtua, amanguda, haha anggi, namboru,
tulang, pariban,dan lain-lain.
4. Penyerahan Batu Sulang
Setelah Hasuhuton Paranak dan Hasuhuton Parboru sudah selesai pada
tahap Manghatai Adat, maka setelah itu Hasuhuton Paranak akan memberikan
Batu Sulang atau mahar. Pemberian Batu Sulang kepada Hasuhuton Parboru pada
umumnya diwakili oleh Pahompu/cucu. Batu Sulang biasanya sudah dalam
bentuk uang yang diletak dalam sebuah piring yang sidah diisi dengan beras dan
uang tersebut di dijepit oleh satu buah daun sirih.
Pada tahapan ini pihak Hasuhuton Paranak akan terlebih dahuli meminta
maaf karena atas kekurangan mereka yang dahulunya belum bisa melaksanakan
upacara adat pernikahan. Setelah Hasuhuton Paranak meminta maaf maka prosesi
pemberian Batu Sulang yang diwakili anak akan dilaksanakan, secara simbolik
Batu Sulang tersebut akan diberikan kepada orang tua si istri.
5. Pemberian ulosoleh Hasuhuton Parboru.
Dalam tahap ini Hasuhuton Parboru akan memberikan Uloskepada
seluruh keluarga Hasuhuton Paranak, sesuai yang sudah dibicarakan pada tahap
Martonggo Raja, sudah ditentukan berapa Ulos yang akan diberikan Hasuhuton
Parboru untuk hasuhuton paranak. Adapun Ulos yang sudah ditentukan adalah
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

A. Ulos Passamot.
B. Ulos Hela/Mardar Hela
C. Ulos Parangmangtuaan.
D. Ulos Paramangudaan.
E. Ulos Haha ni Hela.
H. Ulos pahompu
6. Olop-olop
Olop-olop merupakan acara penutup yaitu penyampaian berkat kepada
keluarga pelaksana upacara Sulang-sulang Pahompu, supaya keluarga tersebut
menjadi keluarga yang bahagia dan sejahterah nantinya.
Akhirnya acara pesta tersebut akan ditutup oleh pihak Hasuhuton Paranak
dan Parboru serta memberkati acara tersebut dan mengakhiri acara tersebut
dengan mengucapkan Olop-olop sebanyak tiga kali. Dan ketika pada saat itu juga
maka hubungan keluarga antara Hasuhuton Paranak dan Parboru sudah dianggap
sah secara adat, karena sudah melaksanakan upacara Sulang-sulang Pahompu.
Dalam etnik Batak Toba pernikahan suatu keluarga akan dianggap sah
apabila sudah melaksanakan tahapan atau prosesi adat yang harus dilakukan dan
juga membayar segala kewajiban adat-istiadat etnik Batak Toba yang berkaitan
dengan adat pernikahan. Tahapan dan juga segala kewajiban adat tersebut
merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan bagi setiap masyrakat yang

Universitas Sumatera Utara

ingin melaksanakan upacara pernikahan. Namun dalam kenyataan-nya tidak
semua masyarakat dapat melaksanakan hal tersebut karena berbagai faktor.
Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan 3 faktor yang melatar belakangi
terjadinya upacara Sulang-sulang Pahompu. Adapun faktor-faktor yang melatar
belakangi hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor ekonomi
Untuk melaksanakan upacara adat pernikahan tentu membutuhkan biaya
yang cukup besar. Biaya tersebut digunakan untuk memenuhi segala
kebutuhan untuk pesta tersebut seperti biaya untuk makanan, keperluan
untuk pesta (baju, ulos, dekorasi, dll), dan juga sinamot atau mahar. Jika
suatu keluarga tidak mampu untuk melaksanakan adat pernikahan, maka
keluarga tersebut hanya melaksanakan pernikahan dengan bentuk acara
yang kecil. Bentuk acara yang kecil artinya pernikahan dengan bentuk
pesta syukuran atau Pasu-pasu Raja. Pernikahan tersebut disahkan dengan
persetujuan raja adat, akan tetapi pernikahan tersebut secara adat belum
sah karena belum melaksanakan upacara adat pernikahan (adat na gok)
dan juga segala bentuk kewajiban yang harus dibayar belum terpenuhi
karena faktor ekonomi yang tidak memungkinkan.
2. Faktor tidak direstui orang tua
Untuk menjalin hubungan rumah tangga yang baik kedepannya tentu
kedua calon pengantin membutuhkan restu dari orang tua pihak laki-laki
dan juga orang juga pihak perempuan. Karena restu orang tua adalah
penentu hubungan antara kedua calon pengantin nantinya. Pada umumnya

Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang mengalami hal tersebut mereka lebih memilih untuk
kawin lari tanpa sepengetahuan keluarga. Akan tetapi suatu saat mereka
bisa mengukuhkan pernikahan mereka jika sudah mendapat restu dari
orang tua mereka dan melaksanakan upacara Sulang-sulang Pahompu.
3. Faktor situasi dan kondisi keluarga
Jika ditinjau dari situasi dan juga kondisi keluarga rencana penikahan
dalam etnik Batak Toba bisa saja dilakukan dalam waktu yang singkat
dengan status pernikahan belum dianggap sah secara adat karena
pernikahan tersebut dilaksanakan tanpa melaksanakan tahapan adat dan
juga segala bentuk kewajiban adat belum dipenuhi.
Jika dilihat dari situasi dan juga kondisi suatu keluarga,pasu-pasu raja
dapat terjadi karena dua faktor:
A. Karena faktor permintaan orang tua yang sedang sakit.
Dalam kehidupan etnik Batak Toba jika orang tua yang sedang sakit
dan juga sudah memiliki umur yang tua dan juga belum memiliki anak
yang menikah. Sewaktu-waktu bisa saja orang tua tersebut meminta
anak sulungnya untuk menikah dengan waktu yang cukup singkat,
sehingga pernikahan tersebut dilaksanakan dengan ala kadarnya (pasupasu raja) dan hal tersebut sudah sering terjadi pada etnik Batak Toba.
B. Karena faktor keinginan memestakan orang tua yang meninggal.
Jika orang tua suatu keluarga meninggal tanpa memiliki anak yang
belum menikah maka orang tua tersebut belim bisa dipestakan. Akan
tetapi keluar tersebut berniat untuk memestakan orangtua tersebut

Universitas Sumatera Utara

maka mereka terlebih dahulu menikahkan salah satu anaknya. Karena
waktu yang tidak memadai maka pernikahan juga akan dilaksanakan
pasu-pasu raja. Hal tersebut juga sudah sangat sering terjadi didalam
kehidupan etnikBatak Toba.
Jika masyarakat etnik Batak Toba mengalami pernikahan yang tertunda (pasupasu raja) maka dikemudian hari mereka bisa mengukuhan pernikahan tersebut
yaitu dengan melaksanakan upacara Sulang-sulang Pahompu.

Universitas Sumatera Utara

4.2 Bentuk, Fungsi, dan Makna Yang Terkandung Pada Tanda Upacara Sulang-sulang Pahompu
Berdasarkan hasil penelitian, ada 10 simbol yang ditemukan dalam upacara Sulang-sulang Pahompu. Adapun simbol yang
yang terdapat dalam upacara Sulang-sulang Pahompu adalah sebagai berikut:
4.2.1

Tudu-tudu Sipanganon

BENTUK

FUNGSI
Tudu-tudu sipanganon memiliki

Gambar : Tudu-tudu Sipanganon

Tudu-tudu

sipanganon

adalah

bagian-bagian

MAKNA
Dalam etnik Batak Toba sudah

fungsi nilai sosial yang sangat

menjadi

keharusan

hasuhuton

tinggi yaitu simbol

paranak

memberikan

tudu-tudu

penghormatan tertinggi kepada

sipanganon

hula-hula, disamping untuk

parboru/Hula-hula, karena melalui

menghormati pihak Hula-hula,

penyampain tudu-tudu sipanganon

Tudu-tudu sipanganon berfungsi

tersebutlah

untuk menjaga hubungan ikatan

menyampaikan

kepada

mereka
dan

hasuhuton

bisa
meminta

Universitas Sumatera Utara

tubuh tertentu hewan sembelihan yang diletakkan keluarga dengan Hasuhuton

permohonan doa atau berkat kepada

dalam suatu pinggan panganan sebagai simbol parboru/hula-hula. Pada etnik

hula-hulanya. Tudu-tudu sipanganon

penghormatan

HasuhutonParanak

kepada Batak Toba tudu-sipanganon

juga

bermakna

sebagai

simbol

undangannya khususnya Hula-hula.Pada simbol tidak hanya dipergunakan pada

penghormatan atau untuk merhargai

Tudu-tudu sipanganon terdapat beberapa bagaian upacara Sulang-sulang

hula-hula, karena dalam etnik Batak

potongan

daging

yang

akan

dibagi-bagikan Pahompu, akan tetapi pada

Toba

tudu-tudu

sipanganon

sebagai jambar untuk beberapa pihak yang berhak setiap upacara adat batak yang

merupakan

menerimanya dan yang menerima jambar tersebut membutuhkan Tudu-tudu

yang tertinggi yang bisa diberikan

sipanganon, misalnya upacara

sudah ditentukan.

Jenis hewan yang disembelih untuk Tudu- Tardidi, Marmasuk Jabu,

simbol

penghormatan

kepada hula-hula, baik orang kaya
atau orang miskin yang diberikan

tudu Sipanganon ada 3 jenis yaitu Namarmiak- Kelahiran, Pernikahan, dll.

kepada hula-hulanya sebagai tanda

miak (jenis hewan babi), Sigagat duhut (kambing

penghormatan

dan

lembu),

dan

Gajah

batak/sitingko

adalah

tudu-tudu

sipanganon.

tanduk(kerbau). Jenis hewan yang dijadikan

Universitas Sumatera Utara

sebagai Tudu-tudu Sipanganon pada dasarnya
disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga
yang melaksanakan upacara adat tersebut. Untuk
jenis hewan Namarmiak-miak biasanya sering
pergunakan bagi golongan masyarakat yang
berkecukupan dalam hal ekonomi, sedangkan
jenis

hewan

Sigagat

duhut

dan

Gajah

batak/sitingko tanduk sering dipergunakan oleh
golongan masyarakat menengah dan golongan
masyarakat atas.

Universitas Sumatera Utara

Secara simbolik tudu-tudu sipanganon secara khusus terlebih dahulu
disajikan dihadapan rombongan hasuhuton parboru, karena dalam upacara
Sulang-sulang Pahompu, Hula-hula yang memiliki peran yang sangat penting
adalah hasuhuton parboru.
Adapun bagaian-bagian potongan dari Tudu-tudu Sipanganon yang akan
dibagikan sebagai jambar adalah sebagai berikut:
1. Namarngingi parsiamun
Namarngingi parsiamun adalah bagian wajah sebelah kanan hewan
sembelihan tersebut.Namarngingi parsiamun diberikan kepada Bona
tulang, bona tulang ialah kelompok Hula-hula dari hasuhuton paranak.
bona tulang merupakan Hula-hula 2 generasi diatas Hasuhuton Paranak,
atau tulang dari ompung/kakek oleh hasuhuton paranak. Pemberian
namarngingi parsiamun mengandung makna tertentu. Pemberian Jambar
tersebut menandakan hubungan kedekatan antara bona tulang dengan
tulang, tulang adalah rombongan Hula-huladari hasuhuton paranak atau
keluarga saudara laki-laki dari orang tua (ibu) pelaksana upacara adat
tersebut. Hubungan kedekatan antara bona tulang dengan tulang
berkaitan juga dengan jambar yang diberikan, dimana bona tulang akan
diberikan namarngingi parsiamun sedangkan untuk tulang akan diberikan
Osang. Jika dilihat dari postur tubuh hewan sembelihan tersebut
namarngingi dengan Osang/dagu sangat berdekatan, dimana namarngingi
diatas Osang, hal tersebut manandakan bahwasanya bona tulang secara
struktur keluarga lebih tinggi dari tulang.

Universitas Sumatera Utara

2. Namarngingi parhambirang
Namarngingi parhambirang atau wajah sebelah kiri dari hewan
sembelihan

juga

akan

dijadikan

sebagai

tudu-tudu

sipanganon.

Namarngingi parhambirang akan diberikan kepada pihak boru. Dalam
etnik Batak Toba boru adalah keluarga saudara perempuan pelaksana
upacara adat tersebut. Pemberian namarngingi parhambirang sangat
mengandung makna yang sangat identik dengan budaya etnik Batak
Toba. Dalam upacara adat tersebut boru memiliki tugas yang sangat
penting, karena secara tidak langsung borulah yang membantu pihak
hasuhuton paranak untuk menjalankan upacara Sulang-sulang Pahompu
tersebut. Jadi dalam upacara adat tersebut diberikanlah namarngingi
parhambirang kepada boru sebagai simbol penghargaan atas segala kerja
keras mereka untuk membantu pelaksanaan upacara Sulang-sulang
Pahompu tersebut. Pemberian namarngingiparhambirang kepada boru
juga didasari atas posisi tempat duduk boru ketika upacara adat tersebut.
Dimana dalam etnik Batak Toba posisi tempat duduk boru ketika dalam
upacara adat Boru selalu duduk disebelah kiri dari hasuhuton paranak.
3. Tulan/Paha
Tulan/Paha bagian tubuh jenis hewan tertentu yang dijadikan sebagai
tudu-tudu sipanganon. Pada dasarnya tidak semua jenis hewan memiliki
tulan/Paha untuk dijadikan nantinya sebagai tudu-tudu sipanganon,
karena hanya jenis hewan tertentu dapat diambil tulan/Paha-nya. Jenis
hewan yang dapat diambil Pahanya seperti lembu dan kerbau.

Universitas Sumatera Utara

Jika jenis hewan yang memiliki tulan/Paha disembelih, maka ada 3 tiga
macam jenis tulan/Paha yang akan dibagikan sebagai jambar.
Adapun pembagian Tulan/Paha adalah sebagai berikut:
A. Tulan ganjang pertama
Tulan ganjang merupakan bagai paha yang pajang, tulan ganjang
pertama pada umumnya diberikan kepada bona ni ari. Pemeberian
tersebut menandakan struktur keluarga yang jelas, dimana bona ni ari
adalah salah satu rombonga Hula-hula paling tinggi. Posisi bona ni
ari bisa ditentukan jika keluarga pelaksana upacara Sulang-sulang
Pahompu sudah memiliki 4-5 generasi ke atas terhitung mulai dari
pelaksana upacara adat tersebut. Karena sudah dianggap jauhnya
hubungan keluarga dahulunya dengan bona ni ari, hal tersebutlah
yang mendasari pemberian Tulan ganjang pertama kepada bona ni
ari.
B. Tulan ganjang kedua
Pada umumnya tulan ganjang kedua akan diberikan kepada
parbonaan.Parbonaan adalah salah satu rombongan Hula-hula yang
paling tertinggi setelah bona ni ari. Berdasarkan struktur keluarga,
jika dihitung mulai dari pelaksana upacara adat tersebut, maka posisi
parbonaan berada pada 3 generasi diatas pelaksana upacara tersebut.
Dalam etnik Batak Toba pemberian tulan ganjang kedua kepada
parbonaan

menandakan

adanya

hubungan

keluarga

kepada

rombongan penerima Tulan ganjang tersebut, dan hubungan keluarga

Universitas Sumatera Utara

tersebut dinilai sudah sangat jauh diatas pelaksana upacara adat
tersebut maka diberikanlah tulan ganjang tersebut.
C. Tulan pendek pertama
Tulan pendek atau paha dengan ukuran pendek, bagian paha yang
berukuran pendek adalah paha kaki depan hewan yang disembelih.
Tulan pendek biasanya diberikan kepada bona tulang. Bona tulang
merupakan kelompok Hula-hula dari hasuhuton paranak, jika dilihat
dari struktur keluarga kelompok bona tulang cenderung lebih dekat
dengan kakek/nenek dari pelaksana upacara Sulang-sulang Pahompu
tersebut. Dimana bona tulang ialah keluarga saudara laki-laki dari
nenek pelaksana upacara adat tersebut.
Makna yang terkandung pada pemberian tulan pendek kepada bona
tulang adalah sebagai tanda untuk menghormati kelompok bona
tulang tersebut karena bona tulang merupakan bagian dari rombongan
Hula-hula. Pemberian tulan pendek tersebut juga menandakan bahwa
dari segi posisi struktur keluarga jika dibandingkan dengan bona ni
ari dan juga parbonaan, bona tulang dianggap lebih dekat dengan
denganhasuhuton paranak.
4. Somba
Somba atau tulang rusuk dari hewan yang disembelih yang dijadikan sebagai
bagian dari tudu-tudu sipanganon. Pada umumnya somba diberikan kepada
bona ni arai, hula-hula naposo, dan juga kepada tulang rorobot. Hula-hula
Naposo ialah rombongan Hula-hula atau keluarga mertua anak dari pelaksana

Universitas Sumatera Utara

upacara Sulang-sulang Pahompu tersebut. Sedangkan tulang rorobot ialah
tulang si istri pelaksana upacara adat tersebut.
Somba atau rusuk dalam etnik Batak Toba menandakan bahwa rusuk
merupakan termasuk bagian dalam tubuh hewan sembelihan tersebut. Jika di
ibaratkan dengan struktur suatu keluarga, somba/rusuk artinya penerima
Somba tersebut (bona ni ari, hula-hula naposo, tulang rorobot) merupakan
golongan rombongan Hula-hula yang jaraknya sudah dianggap jauh secara
struktur keluarga kepada pihak pelaksana upacara Sulang-sulang Pahompu
tersebut.
5. Osang/dagu
Osang/dagu merupakan salah satu bagian dari tudu-tudu sipanganon.
Dalam upacara Sulang-sulang Pahompu penerima Osang/dagu adalah
pihak hasuhuton parboru atau pihak keluarga istri pelaksana upacara adat
tersebut. Dalam upacara Sulang-sulang Pahompu, pihak Hula-hula yang
sangat berperan penting adalah pihak hasuhuton parboru, karena tujuan
pelaksanaan upacara adat tersebut adalah untuk pengukuhan pernikahan
putri dari hasuhuton parboru sendiri. Jadi segala bentuk kewajiban adat
yang harus dilunasi hasuhuton paranak seperti batu sulang, pemberian
Tudu-tudu sipanganon pada saat pesta adat tersebut akan diberikan
kepada hasuhuton parboru.

Maka hal tersebutlah yang mendasari

pemberian osang/dagu kepada hasuhuton harboru sebagai jambar.
Makna yang terkandung pada osang/dagu yang diberikan pada hasuhuton
parboru sebagai simbol penghormatan kepada hasuhuton parboru, dan

Universitas Sumatera Utara

pada

etnikBatak Toba juga beranggapan bahwa

pada saat

manortor/menari hasuhuton paranak selalu maniuk/membelai dagu
semua rombongan Hula-hula sebagai tanda menghormati mereka.
6. Ihur/ekor
Dalam suatu upacara adat jika jenis hewan sembelihan yang dijadikan
sebagai tudu-tudu sipanganon adalah jenis hewan namarmiak-miak/babi,
maka bagian tubuh Ihur/ekor akan diberikan kepada tulang. Tulang
adalah keluarga laki-laki orangtua/ibu dari pelaksana upacara adat
tersebut. Makna pemberian

Ihur/ekor kepada Tulang adalah sebagai

simbol bahwasanya peran tulang pada saat upacara adat tersebut adalah
sebagai pelengkap, atau tulang hanya

mengikuti hasuhuton parboru.

Dalam upacara Sulang-sulang Pamompu, hasuhuton parboru lah yang
memiliki peran yang sang penting, namun tidak lepas juga dari peran
tulang sebagai Hula-hula pada upacara adat tersebut.
7. Tanggo-tanggo Najagar
Tanggo-tanggo najagar adalah bagian dari tudu-tudu sipanganon yang
dipotong dengan ukuran kecil yang diberikan kepada beberapa undangan
khusus seperti kumpulan marga, kumpulan jemaat gereja dll. Adapun
tujuan dari pemberian tanggo-tanggo najagar tersebut adalah sebagai
bentuk ucapan terimakasih karena sudah menghadiri dan memberikan
hiburan pada saat acara pesta tersebut.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Dengke Saur
BENTUK

FUNGSI

MAKNA

Fungsi Dengke Saur adalah restu Pada upacara Sulang-sulang Pahompu
atau

pasu-pasu

dari

Hula-hula, pihak

Hasuhuton

Parboru

akan

supaya yang menerima Dengke Saur memberikan Dengke Saur kepada pihak
tersebut diberkati oleh Tuhan yang Hasuhutun Paranak, makna pemberian
Maha Esa, yaitu dengan pemberian dengke saur tersebut adalah sebagai
secara

simbolik

kepada

dari

hasuhuton

Hula-hula bentuk rasa kepedulian dan rasa kasih
paranak. sayang,, bahwasanya hasuhuton parboru

Gambar :Dengke Saur
Disamping

itu

Dengke

Saur merestui keluarga yang melaksanakan

Dengke Saur merupakan ikan
berfungsi untuk Mangelek boru, upacara

Sulang-sulang

mas yang disajikan dalam Pinggan
karena etnik Batak Toba memiliki Pahomputersebut.
panganan

yang

diberikan

Dengan

pemberian

pihak
filosofi Somba marhula-hula, Elek Dengke

Saur

tersebut

Hasuhuton

Universitas Sumatera Utara

Hasuhuton

Parboru

kepada

Hasuhuton

Paranak,

ikan

pihak marboru dan Manat mardongan Parborumenyampaiakan
tersebut tubu. Dalam etnik Batak Tobaperan harapan

dimasak dengan utuh tanpa memotong boru

memang

bagian tubuh ikan tersebut. Ketika parhobas/pelayan,

diletakkan

dalam

baik

untuk

keluarga

sebagai tersebut, dan juga tidak lepas untuk
bukan

berarti mendoakan keluarga tersebut supaya

pemberian Dengke Saurposisi ikan mas boru itu diperlakukan semena-mena menjadi
tersebut

yang

harapan-

keluarga

yang

lebih

baik

Pinggan akan tetapi boru harus diperhatikan, kedepannya.

panganan yang sudah berisi nasi putih, dibujuk

dengan

baik

atau

elek

ikan mas tersebut diletakkan diatas nasi marboru. Maka dari itu dalam etnik
putih tersebut.

Batak Toba selalu ditekankan supaya
elek marboru, sebagai simbol elek
marboru diberikanlah Dengke Saur.

Universitas Sumatera Utara

Pada etnik Batak Toba selain dengke saur ada 2 macam penamaan yang
digunakan untuk Dengke Saur tersebut. Pemberian nama tersebut disesuaikan
dengan simbol kehidupan ikan mas, dan masyarakat Batak Toba menerapkan
simbol kehidupan ikan mas tersebut kedalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Batak Toba. Adapun penamaan yang diberikan pada ikan mas seabagai berikut:
1.Simudur-udur
Makna yang terkadung pada penamaan dengke simudur-udur ialah karena
kebiasaan ikan khususnya ikan mas selalu berjalan dengan beramai-ramai.
Kemanapun ikan tersebut berjalan akan selalu beramai-ramai. Hal tersebutlah
yang diterapkan masyarakat Batak Toba kedalam setiap kehidupan keluarga,
seperti apapun kondisi keluarga tersebut akan dipertahan semua anggota keluarga
secara bersama-sama. Dalam etnik Batak Toba kebersamaan atau kekompakan di
dalam keluarga merupakan harapan seluruh keluarga, jika suatu keluarga memiliki
kebersamaan aatau kekompakan yang tinggi maka keluarga tersebut akan lebih
terpandang ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
2.Dengke Sitio-tio
Hal yang mendasari etnik Batak Tobadalam penamaan dengke sitio-tio
pada ikan mas karena sesuai dengan tempat kehidupan ikan mas tersebut. Pada
dasarnya ikan mas selalu hidup pada air jernih (tio) dan ikan mas jarang hidup
pada

air

yang

kotor

atau

air

yang

keruh.

Jadi

masyarakat

Batak

Tobamengibaratkan kejernihan air menjadi suatu kehidupan yang baik atau masa

Universitas Sumatera Utara

depan yang cerah untuk keluarga pelaksana upacar Sulang-sulang Pahompu
tersebut.
Jadi secara umum makna dengke saur adalah melambangkan harapan kehidupan
yang harmonis dalam keluarga dan juga masa depan yang cerah bagi penerima
dengke saur tersebut.
4.2.3

Pinggan Panungkunan dan Pinggan Pamalosi

Pinggan panungkunan adalah pertanda untuk mengawali pembicaraan
adat pada acara Sulang-sulang Pahompu yang dilakukan oleh tokoh adat sebagai
mediator/pembicara oleh kedua belah pihak pada upacara adat tersebut. Untuk
mengawali pembicaraan pihak hasuhuton paranak terlebih dahulu menyampaikan
pinggan panungkunan dan langsung memulai pembicaraan. Makna dari pinggan
panungkunan adalah sebagai simbol untuk memulai sebuah pembicaran adat
dalam suatu pesta. Karena dalam suatu upacara adat Batak Toba jika memulai
suatu pembicaraan terlebih dahulu hasuhuton paranak menyampaikan pinggan
panungkunan kepada hasuhuton parboru.
Pinggan pamalosi adalah balasan dari pinggang panungkunan dari pihak
hasuhuton paranak. Setelah hasuhuton paranak mengawali pembicaraan, maka
pihak Hasuhuton parborun pun akan membalas Pinggan panungkunan tersebut
dengan memberikan kembali pinggan pamalos dan menjawap pertanyaan dari
hasuhuton

paranak

sebelumnya.

Adapun

yang

terdapat

pada

pinggan

panungkunan dan pinggan pamalosiadalah :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

No

BENTUK

FUNGSI

1

Boras sipir ni tondi/beras

Dalam etnik Batak Toba Boras Boras sipir ni tondi yang terdapat

Boras sipir ni tondi artinya boras(beras)
sipir( keras) dan tondi(jiwa). Boras sipir ni
tondi merupakan beras yang disajikan pada
Pinggan panungkunan. Dalam upacara
Sulang-sulang Pahompu, Boras sipir ni
tondi tidak hanya dipergunakan pada
Pinggan panganan, Boras sipir ni tondi
juga dipergunakan pada saat prosesi
Mangulosi, prosesi penyerahan mahar/batu
sulang, dan prosesi penyerahan Tin-tin
marangkup.

MAKNA

sipir ni tondi berfungsi sebagai pada Pinggan panungkunan adalah
penyemangat, berkat bagi yang melambangkan keparcayaan diri dari
menerima beras tersebut. Namun Hasuhuton Paranak, kepercayaan
pada

Sulang-sulang diri atau kesiapan Hasuhuton

upacara

PahompuBoras sipir ni tondi paranak dalam melaksanakan
melambangkan upacara Sulang-sulang Pahompu

tersebut
kepercayaan

diri

Hasuhuton

Paranak

melaksanakan

dari

upacara

pihak tersebut, baik kesiapan mental
untuk ataupun kesiapan materi yang
adat dibutuhkan pada upacara adat

tersebut.Boras sipir ni tondi tersebut.
melambangkan.

Universitas Sumatera Utara

2

Napuran tiar(daun sirih) dan Ringgit

Dalam penyampaian Pinggan

Dalam konteks upacara Sulang-sulang

sitio suara

panungkunan/pinggan

Pahompu, makna Napuran tiar adalah

pamalosi,Napuran tiar(daun sirih)

sebagai media permohonan/parsantabian

dan Ringgit sitio suara berfungsi

kepada Hula-hula. Ketika prosesi

sebagai simbol rasa hormat

penyampaian Pinggan

Hasuhuton Paranak terhadap

panungkunan/pinggan pamalosi,

Hasuhuton parboru. Dimana

Hasuhuton paranak akan

Napuran tiar(daun sirih)

memohon/meminta supaya tahap

melambangkan media

Manghati adat/pembicaraan tentang adat

permohonan/parsantabian kepada

dengan Hasuhuton parbori dapat segera

Hasuhuton parboru. Sedangkan

dimulai.

Napuran tiar diletak diatas Boras sipir
ni tondi, Napuran tiar yang
dipergunakan pada Pinggan
panungkunan akan diletakkan secara
bersamaan dengan Ringgit sitio
suara(uang), posisi Napuran tiar di
dalam Pinggan panungkunan akan
dibawah Ringgit sitio(uang) suara atau
posisi Ringgit sitio(uang) suara akan
dijepit oleh Napuran tiar(daun sirih)
tersebut. Dalam Pinggan

pemberian Ringgit sitio
suara(uang) bertujuan sebagai

Sedangkan makna Ringgit sitio(uang)
suara adalah sebagai lambang

ucapan terimakasih kepada

Universitas Sumatera Utara

panungkunan tersebut Napuran tiar

Hasuhoton parboru.

kemampuan dari Hasuhuton Paranak

diletakkan hanya 1 buah saja,

dalam bentuk materi, secara tidak

sedangkan jumlah Ringgit sitio

langsung Ringgit sition suara

suara(uang) akan diberikan mulai dari

memberitahukan kemampuan materi

Rp 10.000 (sepuluh ribu ripiah)

Hasuhuton paranak dalam melaksanakan

sampai Rp 100.000(seratus ribu

upacara Sulang-sulang Pahompu.

rupiah).
3

Jagal(daging)
Jagal atau sepotong daging adalah
salah satu bagian dari Pinggan
panungkunan/pinggan pamalosi.
Jagal(daging) diletakkan disamping
Napuran tiar(daun sirih), ukuran

Dalam konteks upacara Sulang-

Pemberian jagal(daging) pada Pinggang

sulang Pahompu fungsi

Panungkunan merupakan simbol status

jagal(daging) tersebut untuk

sosial dari Hasuhuton paranak. Makna

diberikan kepada Hasuhuton

Jagal(daging) adalah

paranak. Sama hal nya dengan

hagabeon/kemakmuran dari Hasuhuton

Ringgit sitio suara(uang), yaitu

paranak. Jagal tersebut sebagai simbol

Universitas Sumatera Utara

daging tersebut bersekala kecil dengan

sebagai simbol rasa hormat kepada

kekayaan dari Hasuhuton Paranak,

berat daging tersebut kurang lebih 2,5

Hasuhuton paranak.

karena secara tidak langsung Jagal

ons sampai 5 ons.

tersebut menyatakan bahwa Hasuhuton
Paranak memiliki harta berupa hewan
peliharaan, seperti kerbau, lembu,
kambing, babi dll.

Universitas Sumatera Utara

4.2.4Batu sulang/mahar
BETUK

FUNGSI

MAKNA

Fungsi dari Batu Sulang/mahar Makna pemberian Batu Sulang adalah
yang diberikan kepada Hasuhuton sebagai ucapan terimakasih karena anak
Parboru adalah sebagai ganti rugi perempuan pihak hasuhuton parboru
karena anak perempuan mereka yang telah dijadikan istri dari keluarga
sudah menjadi istri dari yang yang melaksanakan Upacara Sulangmelaksanakan

upacara

adat sulang Pahompu. Secara simbolik yang

Gambar : Batu sulang
Batu sulang merupakan mahar yang
diberikan kepada pihak Hasuhuton Parboru
sebagai tanda ucapan terimakasih karena
telah di ijinkan jadi istri dari pihak
Hasuhuton Paranak. Jumlah besarnya Batu

tersebut,
perempuan

dan
dari

berkat

anak menyerahkan batu sulang ketika acara

Hasuhuton pesta Sulang-sulang Pahompu adalah

Parboru tersebut mereka sudah anak dari keluarga yang melaksanakan
memiliki keturunan/anak. Dalam upacara adat tersebut. Biasanya anak
kehiupan etnik Batak Toba untuk laki-laki paling besar yang memberikan

Universitas Sumatera Utara

Sulangbiasanya

tergantung

kesepakatan mempersunting

antara kedua belah pihak yaitu antara haruslah

seorang

memberikan

istri Batu Sulang/mahar tersebut kepada
sesuatu oppung borunya. Adapun makna dari

Hasuhuton Parboru dan juga Hasuhuton sebagai ganti rugi dalam bentuk pemberian tersebut adalah karena
Paranak, namun pada upacara Sulang- materi
sulang

Pahompu

jumlah

Batu

seperti

tanah,

hewan, kehadiran anak dalam keluarga tersebut,

Sulang perhiasan dan juga dalam bentuk karena anak merupakan simbol

tersebut disesuaikan dengan kemampuan uang. Fungsi pemberian tersebut Hagabeon dalam kehidupan etnik Batak
dari Hasuhuton Paranak. Pada saat sekarang adalah karena istri tersebut sudah Toba. Makna hagabeon adalah
ini Batu Sulang/mahar yang digunakan menjadi bagian dari

keluarga bahwasanya keluarga tersebut sudah

sudah dalam bentuk uang, akan tetapi pada pihak Hasuhuton Paranak dan mempunyai keturunan sebagai generasi
zaman dahulu batu sulang/mahar yang juga
digukan

adalah

dalam

nantinya

istri

tersebut penerus keluarga tersebut nantinya.

bentuk mampu membina rumah tangga

hewan(kerbau,lembu), tanah, perhiasan dll.

mereka.

Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Tintin Marangkup
BENTUK

FUNGSI

MAKNA

Dalam etnik Batak Toba pemberian Makna pemberian Tintin Marangkup adalah sebagai
Tintin marangkup berfungsi untuk simbol wujud terima kasih kepada tulang dari pihak
Parsituak Natonggi dari pada tulang Hasuhuton Paranak, dan juga sebagai bentuk jalinan
dari

Hasuhuton

harafiah

Paranak.Secara hubungan tali persaudaraan antara pihak Hasuhuton

pengertian

Parsituak parboru dengan tulang pihak hasuhuton paranak. Karena

Natonggi yaitu Parsituak artinya dengan dengan adanya penyelenggaraan upacara SulangGambar : Tintin Marangkup

untuk membeli Tuak (minuman khas sulang Pahompu tersebut status tulang Hasuhuton

Tintin marangkup adalah tradisional Batak) dan Natonggi Paranak dengan Hasuhuton Parboru sudah tergolong
pemberian

dari

Hasuhuton artinya yang bagus, jadi pengertian pada kelompok Hula-hula dari Hasuhuton Paranak.

Parboru kepada Tulang dari Parsituak
Hasuhuton

paranak.

Tintin membeli

Natonggi
Tuak

ialah

untuk

Tulang

dari

Disamping keterangan di atas makna pemberian
tintin

marangkup

kepada

Tulang

dari

Hasuhuton

Universitas Sumatera Utara

marangkup

tersebut

dalam Hasuhuton Paranak setelah pulang Paranakadalah simbol permohonan Hasuhuton Parboru

bentuk uang yang diambil dari dari acara pesta tersebut. Disamping supaya istri dari pelaksana upacara Sulang-sulang
Batu Sulang.

untuk

Parsituak

Natonggi, Pahompu dianggap sebagai putri kandungnya walaupun

pemberian Tintin Marangkup juga si istri tersebut bukan putri kandung oleh Tulang dari
berfungsi untuk menyenangkan hati Hasuhuton Paranak. Karena pada dasarnya etnik Batak
rombongan Tulang dari Hasuhuton Toba anak laki-laki dalam suatu keluarga diharapkan
Paranak, karena jika pihak Tulang untuk menikahi putri pamannya atau Marboru ni Tulang.
dari Hasuhuton Paranak menerima Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman sampai
Tintin

Marangkup,

berarti

hal sekarang ini, hal tersebut sudah mulai berangsung-angsur

tersebut menandakan Batu sulang pudar, hanya beberapa kelompok masyarakat yang
sudah

sampai

kepada

tulang berkeinginan untuk menjodohkan anak laki-lakinya

Hasuhuton Paranak, karena sudah dengan putri pamannya.
menjadi hak Tulang untuk menerima
tintin marangkup.

Universitas Sumatera Utara

4.2.6Ulos pansamot
BENTUK

FUNGSI

MAKNA

Fungsi

pemberian

Ulos

Makna dari pemberian Ulos

Pansamot tersebut adalah supaya kelak Pansamot

adalah

sebagaitanda

nanti penerima ulos Pansamot tersebut jalinan hubungan keluarga yang
menjadi orang tua yang baik bagi istri harmonis antara orang tua istri
yang melaksanakan apacara Sulang- dengan orang tua suami. Dimana

Gambar : Ulos Pansamot
Ulos

passamot

merupakan

ulos

sulang Pahompu, segala kekurangan dalam

keluarga

istri supaya mohon dimaklumi, dan Paranak

dan

yang penerima

Ulos

diberikan pihak hasuhuton parboru kepada orang tua membing-bing

Hasuhuton

Parboru

sudah

Pansamotmampu terjalin hubungan keluarga, karena

menantunya

dengan telah

dilaksanakan

pengukuhan

dari yang melaksanakan upacara Sulang-sulang baik. Dengan demikian penerima Ulos pernikahan anaknya tersebut atau
Pahompu, jika orang tua dari piak hasuhuton Pansamot tersebut akan ikut serta upacara Sulang-sulang Pahompu.

Universitas Sumatera Utara

paranak tidak ada lagi maka yang menerima ulos dalam

membina

pansamot adalah amangtua dan juga inangtuanya tangga

hubungan

anaknya

mempertanggungjawapkan

sendiri.
Jenis Ulos yang digunakan untuk Ulos
Passamot adalah Ulos Ragidup. Pada kalangan
masyarakat

etnik

Batak

Toba

Ulos

Ragidup

merupakan ulos yang memiliki nilai yang sangat
tinggi dibandingkan dengan jenis Ulos lainnya.
Karena Ulos Ragidup melambangkan kehidupan
yang makmur. Ulos Ragidup memiliki 3 gorga yang

tangga tersebut.

rumah Pemberian Ulos Pansamot juga
dan merupakan sebagai simbol harapan
rumah Hasuhuton

Parboru,

supaya

penerima Ulos Pansamot tersebut
kedepannya memiliki kehidupan
yang semakin membaik seperti
makna yang terkandung pada ulos
Ragidup.Ulos

pansamot

secara

simbolik diberikan oleh orang tua
istri kepada orang tua suami.

menjadi ciri khas dari ulos tersebut, dan 3 gorga
tersebut mengandung makna kehidupan etnik Batak
Toba yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Anting-anting

yaitu

simbol

Hamoraon/kekayaan.
2. Sigumang yaitu simbol kemakmuran.
3. Batu ni ansimun ( biji timun ) yaitu
simbol Hahipason/kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

4.2.7 Ulos Hela/mandar Hela
BENTUK SIMBOL

FUNGSI

MAKNA

Fungsi pemberian Ulos Hela adalah

Makna dari Ulos Hela dan mandar Hela

untuk memberkati hubungan suami dan adalah Ulos untuk Hela yang diberikan
istri,

sedangkan

fungsi

pemberian Hasuhuton Parboru, pemberian Ulos tersebut

Mandar Hela adalah supaya sisuami rajin adalah wujud rasa kebanggan Hasuhuton
datang Marhobas/melayani jika pihak Parboru karena Hasuhuton Paranak sudah
Gambar: Ulos Hela/manda hela.

Hasuhuton Parboru mengadakan pesta melaksanakan upacara Sulang-sulang
dikemudian

hari.

Karena

setelah Pahompu tersebut. Tujuan pemberian Ulos

Ulos Hela merupakan Ulos hubungan keluarga telah sah secara adat Hela juga merupakan sebagai tanda restu atas
yang diberikan Hasuhuton Paranak maka

keluar

suami

telah

menjadi hubungan rumah tangga yang telah lama

kepada pasangan keluarga(suami keluarga Hasuhuton Parboru nantinya dijalani oleh keluar tersebut dan juga sebagai
dan

istri)

yang

melaksanakan yaitu

sebagai

Boru

karena

sudah simbol restu atas pelaksanaan upacara

Universitas Sumatera Utara

Upacara Sulang-sulang Pahompu memperistrikan anak perempuan dari Sulang-sulang Pahompu tersebut. Dalam
tersebut. Jenis Ulos yang digunakan Hasuhuton Parboru. Jika suatu saat adat-istiadat etnik Batak Toba jika seseorang
untuk Ulos Hela adalah Ulos Ragi sisuami menjadi Parhobas/boru pada telah menerima Ulos Hela dan Mandar Hela,
Hotang, dan pemberian Ulos Hela pesta Hasuhuton Parboru, maka Marda maka hal tersebut menandakan bahwa
biasanya selalu bersamaan dengan Hela tersebut harus dipakai dengan penerima Ulos Hela dan Mandar Hela
Mandar

Hela(sarung).

Pada diikatkan pada pinggang. Makna Mandar tersebut sudah sah menjadi menantu dari

umumnya yang memberikan Ulos tersebut

ialah

bahwasanya

mandar Hasuhuton Parboru.

Hela tersebut adalah orang tua dari tersebut menandakan bahwa dia adalah
istri atau pihak Hasuhuton Parboru. sebagai Boru dan juga Mandar/sarung
tersebut sebagai simbol kesopan santunan
pada suatu acara.

Universitas Sumatera Utara

4.2.8

Ulos Pahompu

BENTUK

FUNGSI

MAKNA

Fungsi

pemberian

adalah

supaya

Ulos

Pahompu

semua

Pemberian Ulos Pahompu adalah

hula-hula bentuk rasa syukur atau rasa

(Hasuhuton Parboru, Tulang, Bona kebahagiaan Hasuhuton Parboru karena
tulang,

dll)

memberkati
dalam

etnik

mendoakan
cucu-cucunya.
Batak

atau sudah memiliki cucu/Pahompu. Makna
Karena pemberian Ulos Pahompu ini juga

Tobakehadiran sebagai bentuk harapan dari Hasuhuton

anak/keturunan dalam suatu keluarga Parboru, supaya nantinya cucu-cucunya
Gambar: Ulos Pahompu

yang

belum

melaksanakan

upacara bisa menjadi