Drinking water quality of refill depots in Banyumas | Abriandy | Berita Kedokteran Masyarakat 12696 60853 5 PB
Kualitas air minum di depot isi ulang Banyumas
Drinking water quality of refill depots in Banyumas
Harry Abriandy1, Dibyo Pramono2, Susi Iravati3
Dikirim: 19 Agustus 2016 Diterima: 20 November 2016 Dipublikasi: 01 Januari 2017
Abstrak
Tujuan: Penggunaan air isi ulang meningkat karena kurangnya akses terhadap sumber air minum. 420
depot air tersedia di Banyumas. 66% di antaranya telah menerapkan pemantauan kualitas air dan hanya
83,4% memenuhi syarat sebagai air minum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penentu
kualitas air isi ulang. Metode: Penelitian observasional ini melibatkan 162 depot air yang menerapkan
pemantauan kualitas air sebagai sampel. Analisis data dilakukan secara statistik. Hasil: Ada 13,58% depot
air belum memenuhi syarat. Sumber air minum berasal dari sumur (53,09%), perusahaan air minum lokal
(33,95%) dan mata air (12,96%). Studi ini menunjukkan bahwa sumber air, kualitas tandon, kebersihan
lingkungan, perilaku kebersihan penangan, ukuran saringan, penggunaan desinfektan dan penggunaan
koagulan tidak terkait dengan kualitas air isi ulang. Namun ada hubungan yang signifikan antara kualitas
filter dan kualitas isi ulang air (p value = 0,03; 95% CI = 1.00-10,53; PR = 3,26). Kesimpulan: Situasi ini juga
mengindikasikan kelemahan pengawasan depot air isi ulang yang membuat kualitas air belum memenuhi
standar keselamatan konsumen.
Kata kunci: kualitas air minum; depot isi ulang; pemantauan
Abstract
Purpose: The use of refill water is increasing due to lack of access to drinking water sources. 420 water
depots are available in Banyumas. 66% of them have implemented water quality monitoring and only 83.4%
qualify as drinking water. This study aims to identify the determinants quality of refills water. Method: This
observational study involves 162 water depots that have implemented water quality monitoring as samples.
Data analysis was done statistically. Results: There are 13.58% water depots are not yet eligible. Source of
drinking water comes from wells (53.09%), local water company (33.95%) and springs (12.96%). This study
show that water sources, tandon quality, environmental hygiene, hygiene behavior of handlers, filter size, use
of disinfectant and coagulant usage are not related to quality of refill water. But there is a significant
relationship between filter quality and quality of water refill (p value = 0,03; 95% CI = 1.00-10.53; PR =
3.26). Conclusion: This situation also indicates the weaknesses supervision of refill water depots that make
the water quality has not met safety standards for consumers.
Keywords: drinking water quality; refill depots; monitoring
1
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (abriandy@gmail.com)
Fakultas Kedokteran Gigi, UGM
3 Departemen Mikrobiologi, UGM
2
7
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO)
mengandung patogen-patogen enterik bila ber-
kualitas air minum merupakan penentu ling-
penyakit. Bakteri Escherichia coli dapat me-
kungan yang sehat. Manajemen mutu air mi-
nyebabkan penyakit infeksi usus seperti diare,
num telah menjadi pilar utama pencegahan
selama lebih dari satu setengah abad dan terus
bakteri phatogen dalam air terkontaminasi ko-
menjadi dasar pencegahan dan pengendalian
panas. Shigella, mikroba penyebab gejala di-
penyakit yang ditularkan melalui air. Penyakit
yang paling dominan ditularkan melalui air
are, demam dan kram perut, Salmonella
sal dari orang sakit dan orang menularkan
toran manusia atau kotoran hewan berdarah
adalah diare, yang memiliki kejadian tahunan
penyebab tifus, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba sebagai penyebab disentri dan
diperkirakan sebesar 4,6 miliar, menyebabkan
muntah-muntah (3).
2,2 juta kematian setiap tahun (1).
Air memiliki sejumlah peran yaitu sebagai
Pada tahun 2007 angka kematian bayi di In-
pelarut, penyangga suhu, metabolit, ling-
donesia tergolong tinggi, yaitu mencapai 34 ka-
kungan hidup dan pelumas untuk meminimal-
sus per 1.000 kelahiran, jumlah tersebut masih
di atas target pencapaian Millenium Develop-
kan gesekan (4). Meskipun kemajuan besar
ment Goals (MDGs), yakni 25 kasus per 1.000
yang telah dicapai di negara-negara maju sudah hampir tidak ada lagi penyakit yang
kelahiran. Salah satu penyakit infeksi yang
ditularkan melalui air, namun demikian wa-
mengakibatkan kematian bayi adalah diare,
bah terus terjadi. Wabah relatif jarang terjadi
penyakit yang paling mematikan nomor dua
setelah infeksi saluran pernapasan akut,
di negara-negara maju, namun ketika wabah
itu terjadi dapat menimbulkan konsekuensi
penyebab utamanya dikarenakan buruknya
kesehatan sangat serius bagi masyarakat dan
akses terhadap air bersih serta sanitasi. Dari
berdampak besar pada biaya sosial, ekonomi
hal ini kita dapat mengetahui kesadaran
(5). Pengolahan air modren menghasilkan
masyarakat Indonesia terhadap lingkungan
kualitas air minum yang baik, efisien dan efek-
tempat tinggal masih begitu rendah. Berdasar-
tif, mulai dari berbagai sumber dan kualitas
kan hasil studi WHO tahun 2007 dibuktikan
seumber air, air yang diolah dan diangkut ke
bahwa kejadian diare menurun 32% dengan
pengguna akhir (konsumen) melalui berbagai
meningkatkan akses masyarakat terhadap
sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci
macam cara distribusi. Meskipun demikian,
tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengel-
setelah pemberian disinfeksi dan dapat ber-
olaan air minum yang aman di rumah tangga,
tahan selama proses distribusi (6).
sedangkan menggabungkan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun
sebesar 94% (2).
beberapa mikroorganisme dapat bertahan
Akses terhadap sumber air minum layak di
perkotaan menurun dari 49,82% pada tahun
2009 menjadi 40,52% pada tahun 2011, se-
Air minum yang tidak memenuhi syarat
dangkan di perdesaan dari 45,72% pada tahun
akan menyebabkan berbagai macam penyakit,
2009 menjadi 44,96% pada tahun 2011 (7). Un-
dimana mikroorganisme menjadi penyebab
tuk menjaga kualitas air minum yang dikon-
penyakit masuk melalui mulut kemudian usus
sumsi masyarakat perlu dilakukan pengawan
dapat menjadi infeksi atau disebut infeksi enterik. Dalam hal ini bukan air yang menyebab-
kaulitas air minum secara ekternal dan inter-
kan infeksi, melainkan tinja yang berasal dari
nal. Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan dari Dinas
manusi dan atau hewa, tinja tersebut dapat
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) khusus untuk
8
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017
KKP. Sedangkan untuk pengawsan kualitas air
kualitas air minum internal. Depot air minum
minum secara internal dilaksanakan oleh
yang melaksanakan pengawasan internal ter-
penyelenggara air minum untuk menjamin
sebut dirandom menggunakan aplikasi epi
kualitas air yang diproduksi memenuhi syarat
tools sehingga didapatkan jumlah sampel
(8). Pemeriksaan air baku dan air yang di-
sebanyak
masukan kedalam galon/wadah air minum dil-
penelitian ini adalah pemilik DAM, variabel
akukan 1 bulan sekali untuk parameter mikro-
pengaruh (independent) dalam penelitian ini
biologi dan fisika, sedangkan untuk parameter
adalah sumber air, tandon air, higiene tempat
kimia wajib dan kimia tambahan diperkisa setiap 6 bulan sekali (9).
proses pengolahan air minum, perilaku penjamah, ukuran filter, kualitas filter, disin-
Kabupaten Banyumas mempunyai DAM
sebanyak 420, yang memiliki sertifikat laik higiene sanitasi sebanyak 239 DAM atau 56,9%
dan sisanya sebanyak 181 DAM atau 43,1%
tidak memiliki sertifikat laik higiene sanitasi.
Dari jumlah 420 DAM yang ada, sebanyak 277
DAM atau 66% melaksanakan pengawasan
kualitas air secara internal, yang hasilnya 231
DAM atau 83,4% memenuhi syarat dan 46 DAM
atau 16,6% lainnya tidak memenuhi persyaratan, parameter yang diperiksa hanya parameter mikrobiologi dan kimia (10).
162.
Subyek
penelitian
dalam
fektan, koagulan, variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah kualitas
mikrobiologis air minum isi ulang pada depo
air minum. Instrumen penelitian yaitu
kuesioner, check list dan hasil pemeriksaan laboratorium, analisis data dilakukan dengan
cara deskriptif, univariat, bivariat dan multivariat. Penelitian ini mendapatkan kelaikan
etik Penelitian dari Komisi Etik Penilaian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, persetujuan
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
serta persetujuan oleh responden untuk terli-
Tujuan umum dalam penilitian ini adalah
bat dalam penelitian dengan menandatangani
untuk mengetahui depot air minum isi ulang
lembar persetujuan (informed consent). Semua
yang memenuhi syarat mikrobiologis di Kabu-
data yang ada dalam penelitian ini hanya
paten Banyumas, tujuan khususnya adalah un-
digunakan untuk keperluan ilmiah, identitas
tuk mengetahui hubungan antara sumber air,
responden dan data mengenai DAM akan dira-
tandon air, higiene tempat proses pengolahan
hasiakan untuk umum.
air minum, perilaku penjamah, ukuran filter,
kualitas mikrobiologis air minum isi ulang
HASIL
Pada penelitian ini melibatkan 162 DAM se-
pada depo air minum.
bagai sampel, sampel tersebut dipilih dengan
kualitas filter, disinfektan, koagulan dengan
cara random sederhana dari 420 DAM yang
METODE
Jenis penelitian ini adalah observasional
terdata dari Dinas Kesehatan Kabupaten
analitik dengan disain penelitian cross sec-
pengawasan kualitas air minum internal.
tional, Penelitian ini dilaksanakan di Kabu-
Karakteristik DAM dapat dilihat pada Tabel 1.
paten Banyumas pada tanggal 25 Januari sampai dengan 2 Maret 2016. Pemilihan sampel
dilakukan pertama-tama peneliti meminta
data di dinas kesehatan tentang DAM yang ada
di Kabupaten Banyumas, sebanyak 420 DAM
yang terdata di Dinas Kesehatan Banyumas,
277 DAM telah melaksanakan pengawasan
Banyumas yang telah melaksanakan kegiatan
Pemeriksaan mikrobiologis di laboratorium
menemukan 140 (86,42%) depot memenuhi
syarat. Sumber air yang paling banyak berasal
dari sumur (53,09%), PDAM sebesar 33,95%
dan mata air 12,96%. Variabel tandon 138
(83,95%) dan tempat yang memenuhi syarat 78
9
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017
(48,15%). Berdasarkan variabel perilaku penjamah, 3 (1,85%) depot yang memenuhi syarat
akibat ketidaktahuan petugas untuk mematuhi standar pelayanan. Depot yang memenuhi syarat variabel ukuran filter 50
(30,86%) dan kualitas filter 55 (33,95%), pemilik depot menggunakan 1 ukuran filter karena
pertimbangan aspek ekonomis dan ketidaktahuan mengenai pentingnya variasi ukuran filter untuk menyaring.
Tabel 1 Karakteristik depot isi ulang Banyumas
Variabel
Kualitas
Sumber air
PDAM
Sumur
Mata Air
Tandon
Higiene
lingkungan
Perilaku higiene
Ukuran filter
Kualitas filter
Disinfektan
Koagulan
Depot
yang
Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n
%
22
13,58
n
140
%
86,42
55
86
21
136
33,95
53,09
12,96
83,95
0
0
0
26
0
0
0
16,05
78
48,15
84
51,85
3
50
55
158
15
1,85
30,86
33,95
97,53
9,26
159
112
107
4
147
98,15
69,14
66,05
2,47
90,74
menggunakan
disinfektan
sebanyak 97,53%, tetapi penggunaan koagulan
masih sedikit. Hal ini ditunjukan dengan
jumlah penggunaan koagulan hanya 9,26%.
Faktor penyebab antara lain adalah pengetahuan pemilik depot, aspek ekonomis dan
kurangnya informasi dari petugas sanitarian
tentang koagulan untuk pengolahan air minum.
Tabel 2 menunjukkan variabel yang secara
Variabel
Sumber air
Mata air
Sumur
PDAM
Tandon
Tidak memenuhi
Memenuhi
Higiene
Lingkungan
Tidak memenuhi
Memenuhi
Perilaku higiene
Tidak memenuhi
Memenuhi
Ukuran filter
Tidak memenuhi
Memenuhi
Kualitas filter
Tidak memenuhi
Memenuhi
Disinfektan
Tidak
Ya
Koagulan
Tidak
Ya
PR
95%CI
P value
0,74
1,18
0
2,441
0,17-3,32
0,51-2,79
0
1,10-5,39
1,00
0,69
0
0,05
1,99
0,86-4,62
0,01
-
-
1,00
0,96
0,42-2,20
0,92
3,26
1,01-10,53
0,03
0
-
0,42
0,646
0,22-1,93
0,43
Tabel 3 menunjukkan analisis multivariat
model 2 ditemukan bahwa variabel kualitas
filter yang mempunyai nilai CI tidak melewati
angka 1 dan nilai p value |z|
0,118
0,044
CI
0,822 – 5,705
1,035 – 13,147
PEMBAHASAN
statistik bermakna yang ditunjukan oleh nilai
p value
Drinking water quality of refill depots in Banyumas
Harry Abriandy1, Dibyo Pramono2, Susi Iravati3
Dikirim: 19 Agustus 2016 Diterima: 20 November 2016 Dipublikasi: 01 Januari 2017
Abstrak
Tujuan: Penggunaan air isi ulang meningkat karena kurangnya akses terhadap sumber air minum. 420
depot air tersedia di Banyumas. 66% di antaranya telah menerapkan pemantauan kualitas air dan hanya
83,4% memenuhi syarat sebagai air minum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penentu
kualitas air isi ulang. Metode: Penelitian observasional ini melibatkan 162 depot air yang menerapkan
pemantauan kualitas air sebagai sampel. Analisis data dilakukan secara statistik. Hasil: Ada 13,58% depot
air belum memenuhi syarat. Sumber air minum berasal dari sumur (53,09%), perusahaan air minum lokal
(33,95%) dan mata air (12,96%). Studi ini menunjukkan bahwa sumber air, kualitas tandon, kebersihan
lingkungan, perilaku kebersihan penangan, ukuran saringan, penggunaan desinfektan dan penggunaan
koagulan tidak terkait dengan kualitas air isi ulang. Namun ada hubungan yang signifikan antara kualitas
filter dan kualitas isi ulang air (p value = 0,03; 95% CI = 1.00-10,53; PR = 3,26). Kesimpulan: Situasi ini juga
mengindikasikan kelemahan pengawasan depot air isi ulang yang membuat kualitas air belum memenuhi
standar keselamatan konsumen.
Kata kunci: kualitas air minum; depot isi ulang; pemantauan
Abstract
Purpose: The use of refill water is increasing due to lack of access to drinking water sources. 420 water
depots are available in Banyumas. 66% of them have implemented water quality monitoring and only 83.4%
qualify as drinking water. This study aims to identify the determinants quality of refills water. Method: This
observational study involves 162 water depots that have implemented water quality monitoring as samples.
Data analysis was done statistically. Results: There are 13.58% water depots are not yet eligible. Source of
drinking water comes from wells (53.09%), local water company (33.95%) and springs (12.96%). This study
show that water sources, tandon quality, environmental hygiene, hygiene behavior of handlers, filter size, use
of disinfectant and coagulant usage are not related to quality of refill water. But there is a significant
relationship between filter quality and quality of water refill (p value = 0,03; 95% CI = 1.00-10.53; PR =
3.26). Conclusion: This situation also indicates the weaknesses supervision of refill water depots that make
the water quality has not met safety standards for consumers.
Keywords: drinking water quality; refill depots; monitoring
1
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (abriandy@gmail.com)
Fakultas Kedokteran Gigi, UGM
3 Departemen Mikrobiologi, UGM
2
7
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO)
mengandung patogen-patogen enterik bila ber-
kualitas air minum merupakan penentu ling-
penyakit. Bakteri Escherichia coli dapat me-
kungan yang sehat. Manajemen mutu air mi-
nyebabkan penyakit infeksi usus seperti diare,
num telah menjadi pilar utama pencegahan
selama lebih dari satu setengah abad dan terus
bakteri phatogen dalam air terkontaminasi ko-
menjadi dasar pencegahan dan pengendalian
panas. Shigella, mikroba penyebab gejala di-
penyakit yang ditularkan melalui air. Penyakit
yang paling dominan ditularkan melalui air
are, demam dan kram perut, Salmonella
sal dari orang sakit dan orang menularkan
toran manusia atau kotoran hewan berdarah
adalah diare, yang memiliki kejadian tahunan
penyebab tifus, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba sebagai penyebab disentri dan
diperkirakan sebesar 4,6 miliar, menyebabkan
muntah-muntah (3).
2,2 juta kematian setiap tahun (1).
Air memiliki sejumlah peran yaitu sebagai
Pada tahun 2007 angka kematian bayi di In-
pelarut, penyangga suhu, metabolit, ling-
donesia tergolong tinggi, yaitu mencapai 34 ka-
kungan hidup dan pelumas untuk meminimal-
sus per 1.000 kelahiran, jumlah tersebut masih
di atas target pencapaian Millenium Develop-
kan gesekan (4). Meskipun kemajuan besar
ment Goals (MDGs), yakni 25 kasus per 1.000
yang telah dicapai di negara-negara maju sudah hampir tidak ada lagi penyakit yang
kelahiran. Salah satu penyakit infeksi yang
ditularkan melalui air, namun demikian wa-
mengakibatkan kematian bayi adalah diare,
bah terus terjadi. Wabah relatif jarang terjadi
penyakit yang paling mematikan nomor dua
setelah infeksi saluran pernapasan akut,
di negara-negara maju, namun ketika wabah
itu terjadi dapat menimbulkan konsekuensi
penyebab utamanya dikarenakan buruknya
kesehatan sangat serius bagi masyarakat dan
akses terhadap air bersih serta sanitasi. Dari
berdampak besar pada biaya sosial, ekonomi
hal ini kita dapat mengetahui kesadaran
(5). Pengolahan air modren menghasilkan
masyarakat Indonesia terhadap lingkungan
kualitas air minum yang baik, efisien dan efek-
tempat tinggal masih begitu rendah. Berdasar-
tif, mulai dari berbagai sumber dan kualitas
kan hasil studi WHO tahun 2007 dibuktikan
seumber air, air yang diolah dan diangkut ke
bahwa kejadian diare menurun 32% dengan
pengguna akhir (konsumen) melalui berbagai
meningkatkan akses masyarakat terhadap
sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci
macam cara distribusi. Meskipun demikian,
tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengel-
setelah pemberian disinfeksi dan dapat ber-
olaan air minum yang aman di rumah tangga,
tahan selama proses distribusi (6).
sedangkan menggabungkan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun
sebesar 94% (2).
beberapa mikroorganisme dapat bertahan
Akses terhadap sumber air minum layak di
perkotaan menurun dari 49,82% pada tahun
2009 menjadi 40,52% pada tahun 2011, se-
Air minum yang tidak memenuhi syarat
dangkan di perdesaan dari 45,72% pada tahun
akan menyebabkan berbagai macam penyakit,
2009 menjadi 44,96% pada tahun 2011 (7). Un-
dimana mikroorganisme menjadi penyebab
tuk menjaga kualitas air minum yang dikon-
penyakit masuk melalui mulut kemudian usus
sumsi masyarakat perlu dilakukan pengawan
dapat menjadi infeksi atau disebut infeksi enterik. Dalam hal ini bukan air yang menyebab-
kaulitas air minum secara ekternal dan inter-
kan infeksi, melainkan tinja yang berasal dari
nal. Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan dari Dinas
manusi dan atau hewa, tinja tersebut dapat
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) khusus untuk
8
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017
KKP. Sedangkan untuk pengawsan kualitas air
kualitas air minum internal. Depot air minum
minum secara internal dilaksanakan oleh
yang melaksanakan pengawasan internal ter-
penyelenggara air minum untuk menjamin
sebut dirandom menggunakan aplikasi epi
kualitas air yang diproduksi memenuhi syarat
tools sehingga didapatkan jumlah sampel
(8). Pemeriksaan air baku dan air yang di-
sebanyak
masukan kedalam galon/wadah air minum dil-
penelitian ini adalah pemilik DAM, variabel
akukan 1 bulan sekali untuk parameter mikro-
pengaruh (independent) dalam penelitian ini
biologi dan fisika, sedangkan untuk parameter
adalah sumber air, tandon air, higiene tempat
kimia wajib dan kimia tambahan diperkisa setiap 6 bulan sekali (9).
proses pengolahan air minum, perilaku penjamah, ukuran filter, kualitas filter, disin-
Kabupaten Banyumas mempunyai DAM
sebanyak 420, yang memiliki sertifikat laik higiene sanitasi sebanyak 239 DAM atau 56,9%
dan sisanya sebanyak 181 DAM atau 43,1%
tidak memiliki sertifikat laik higiene sanitasi.
Dari jumlah 420 DAM yang ada, sebanyak 277
DAM atau 66% melaksanakan pengawasan
kualitas air secara internal, yang hasilnya 231
DAM atau 83,4% memenuhi syarat dan 46 DAM
atau 16,6% lainnya tidak memenuhi persyaratan, parameter yang diperiksa hanya parameter mikrobiologi dan kimia (10).
162.
Subyek
penelitian
dalam
fektan, koagulan, variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah kualitas
mikrobiologis air minum isi ulang pada depo
air minum. Instrumen penelitian yaitu
kuesioner, check list dan hasil pemeriksaan laboratorium, analisis data dilakukan dengan
cara deskriptif, univariat, bivariat dan multivariat. Penelitian ini mendapatkan kelaikan
etik Penelitian dari Komisi Etik Penilaian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, persetujuan
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
serta persetujuan oleh responden untuk terli-
Tujuan umum dalam penilitian ini adalah
bat dalam penelitian dengan menandatangani
untuk mengetahui depot air minum isi ulang
lembar persetujuan (informed consent). Semua
yang memenuhi syarat mikrobiologis di Kabu-
data yang ada dalam penelitian ini hanya
paten Banyumas, tujuan khususnya adalah un-
digunakan untuk keperluan ilmiah, identitas
tuk mengetahui hubungan antara sumber air,
responden dan data mengenai DAM akan dira-
tandon air, higiene tempat proses pengolahan
hasiakan untuk umum.
air minum, perilaku penjamah, ukuran filter,
kualitas mikrobiologis air minum isi ulang
HASIL
Pada penelitian ini melibatkan 162 DAM se-
pada depo air minum.
bagai sampel, sampel tersebut dipilih dengan
kualitas filter, disinfektan, koagulan dengan
cara random sederhana dari 420 DAM yang
METODE
Jenis penelitian ini adalah observasional
terdata dari Dinas Kesehatan Kabupaten
analitik dengan disain penelitian cross sec-
pengawasan kualitas air minum internal.
tional, Penelitian ini dilaksanakan di Kabu-
Karakteristik DAM dapat dilihat pada Tabel 1.
paten Banyumas pada tanggal 25 Januari sampai dengan 2 Maret 2016. Pemilihan sampel
dilakukan pertama-tama peneliti meminta
data di dinas kesehatan tentang DAM yang ada
di Kabupaten Banyumas, sebanyak 420 DAM
yang terdata di Dinas Kesehatan Banyumas,
277 DAM telah melaksanakan pengawasan
Banyumas yang telah melaksanakan kegiatan
Pemeriksaan mikrobiologis di laboratorium
menemukan 140 (86,42%) depot memenuhi
syarat. Sumber air yang paling banyak berasal
dari sumur (53,09%), PDAM sebesar 33,95%
dan mata air 12,96%. Variabel tandon 138
(83,95%) dan tempat yang memenuhi syarat 78
9
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017
(48,15%). Berdasarkan variabel perilaku penjamah, 3 (1,85%) depot yang memenuhi syarat
akibat ketidaktahuan petugas untuk mematuhi standar pelayanan. Depot yang memenuhi syarat variabel ukuran filter 50
(30,86%) dan kualitas filter 55 (33,95%), pemilik depot menggunakan 1 ukuran filter karena
pertimbangan aspek ekonomis dan ketidaktahuan mengenai pentingnya variasi ukuran filter untuk menyaring.
Tabel 1 Karakteristik depot isi ulang Banyumas
Variabel
Kualitas
Sumber air
PDAM
Sumur
Mata Air
Tandon
Higiene
lingkungan
Perilaku higiene
Ukuran filter
Kualitas filter
Disinfektan
Koagulan
Depot
yang
Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n
%
22
13,58
n
140
%
86,42
55
86
21
136
33,95
53,09
12,96
83,95
0
0
0
26
0
0
0
16,05
78
48,15
84
51,85
3
50
55
158
15
1,85
30,86
33,95
97,53
9,26
159
112
107
4
147
98,15
69,14
66,05
2,47
90,74
menggunakan
disinfektan
sebanyak 97,53%, tetapi penggunaan koagulan
masih sedikit. Hal ini ditunjukan dengan
jumlah penggunaan koagulan hanya 9,26%.
Faktor penyebab antara lain adalah pengetahuan pemilik depot, aspek ekonomis dan
kurangnya informasi dari petugas sanitarian
tentang koagulan untuk pengolahan air minum.
Tabel 2 menunjukkan variabel yang secara
Variabel
Sumber air
Mata air
Sumur
PDAM
Tandon
Tidak memenuhi
Memenuhi
Higiene
Lingkungan
Tidak memenuhi
Memenuhi
Perilaku higiene
Tidak memenuhi
Memenuhi
Ukuran filter
Tidak memenuhi
Memenuhi
Kualitas filter
Tidak memenuhi
Memenuhi
Disinfektan
Tidak
Ya
Koagulan
Tidak
Ya
PR
95%CI
P value
0,74
1,18
0
2,441
0,17-3,32
0,51-2,79
0
1,10-5,39
1,00
0,69
0
0,05
1,99
0,86-4,62
0,01
-
-
1,00
0,96
0,42-2,20
0,92
3,26
1,01-10,53
0,03
0
-
0,42
0,646
0,22-1,93
0,43
Tabel 3 menunjukkan analisis multivariat
model 2 ditemukan bahwa variabel kualitas
filter yang mempunyai nilai CI tidak melewati
angka 1 dan nilai p value |z|
0,118
0,044
CI
0,822 – 5,705
1,035 – 13,147
PEMBAHASAN
statistik bermakna yang ditunjukan oleh nilai
p value