Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan Oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari
unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Sebagai makhluk bioligis, manusia
tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya,
mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal. Sebagai makhluk psikologis,
manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi kejiwaan,
dan kemampuan berpikir serta kecerdasan. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu
hidup bersama orang lain, saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidup, mudah dipengaruhi norma yang ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia
memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan
keyakinan yang dianutnya (Hidayat, 2009).
Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

Ini

menjadi

prinsip


keperawatan bahwa

asuhan

keperawatan yang diberikan harus memerhatikan aspek tersebut. Klien yang dirawat di
rumah sakit harus mendapatkan perhatian bukan hanya aspek biologis, tetapi juga
aspek-aspek yang lain. Sebagai makhluk holistik, manusia utuh dilihat dari aspek
jasmani dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya, terus-menerus menghadapi perubahan
lingkungan, dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan (Asmadi, 2008).
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia
menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum),
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang
individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi secara umum lebih
dulu mencari pemenuhan kebutuhan fisiologis (Maslow, 1970). Misalnya, seseorang

yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya mencari makanan sebelum
mencari cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk
bertahan hidup. Manusia yang memiliki delapan macam kebutuhan: oksigen, cairan,
1
Universitas Sumatera Utara

2

nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks (Potter dan Perry,
2005).
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi
kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar,
kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika tidak, ini dapat berpengaruh terhadap
kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan oksigen dapat mangalami ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Peran
perawat disini adalah membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis mereka.
Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan
tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain (Asmadi,2008).
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Dalam

proses metabolisme aerobik, tubuh menggunakan oksigen sebagai bahan bakar dan akan
memproduksi karbondioksida sebagai hasil sampingan, peningkatan produksi
karbondioksida ini dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit.
Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan
sel otak secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
Penyampaian

oksigen

kedaam

tubuh

ditentukan

oleh

sistem


respirasi,

kardiovaskuler, dan keadaan hematologi. Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat
dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk memompa darah sebagai transpor oksigen.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di RSUD Pirngadi Medan, khususnya
pengkajian yang dilakukan di ruangan Tulip 3 diperoleh data klien dengan diagnosa
medis gagal jantung yaitu kelainan fungsi jantung yang bertanggung jawab atas
kegagalan jantung memompa darah pada kecepatan yang dengankebutuhan jaringan
yang melakukan metabolisme atau kemampuan jantung untuk memenuhikebutuhan inti
memerlukan peningkatan abnormal tekanan pengisian dan ditemui kondisi klinis yang
menyertai yakni bibir pucat, kelemahan, dan kulit yang pucat dan pucat pada
ekstremitas.
Klien dengan gagal jantung (CHF) diidentikkan dengan kelemahan, mudah letih saat
melakukan kegiatan dan sesak sehingga adanya batasan aktivitas pada pasien
dikarenakan ketidak adekuatan jantung dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Universitas Sumatera Utara

3


Pada saat melakukan pengkajian keperawatan didapatkan data subjektif yakni pasien
mengeluhkan sesak napas saat melakukan aktifitas dan kelemahan. Saat dilakukan
observasi diperoleh data yakni pasien terbaring lemah diatas tempat tidur dan
menggunakan alat bantu oksigen. Berdasarkan data tersebut penulis mengangkat
diagnosa utama yakni intoleransi aktivitas dimana ini dianggap menjadi prioritas utama
pada pasien ini.
Berdasarkan temuan klinis tersebut, penulis merasa betapa pentingnya pemenuhan
oksigenasi pada pasien Tn.P. yang sedang mengalami sesak napas dan keletihan
sehingga menarik penulis untuk membahas dan menyusun proses keperawatan
penatalaksanaan oksigenasi yang dialami oleh klien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan diagnosa keperawatan gangguan oksigenasi, khususnya pada Tn. P di
RSU dr. Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian Keperawatan pada Tn. P
b) perawat mampu melakukan analisa data sesuai hasil pengkajian
c) Perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. P

d) Perawat mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. P
e) Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan pada Tn. P
f) Perawat mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah wawasan
dalam memahami penerapan langkah-langkah asuhan keperawatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya bagi pasien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan oksigenasi.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar gangguan oksigenasi.

Universitas Sumatera Utara

4

3. Bagi Pasien dan Keluarga
Untuk memperoleh pengetahuan tentang cara merawat dan memenuhi kebutuhan
oksigenasi.

4. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah gangguan oksigenasi.

Universitas Sumatera Utara