Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUD dr. Pirngadi Medan

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

di RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

REZKY YOLANDA TARI

112500060

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUD dr. Pirngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

2. Erniyati, S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

4. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

6. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes, selaku sekretaris prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

7. Ikram, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktu dan memberi masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Yang terhormat dan yang paling saya sayangi kepada kedua orang tua saya, Ayahanda (Sabri Tanjung), Ibunda (Suarni), Abang (Chairul Fadli, Bribtu Fauzie Effendi, Vito Fahreza), kakak (Afrida Handayani) dan adik (Bripda M. Juanda Andika, Wulan dari) serta seluruh keluarga yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(4)

10.Sahabat-sahabat dan orang-orang yang saya sayangi Milisa Isma Lubis, Raudhatun Wardah Lubis, Ade Ira Wati, Radha A Saragih, Nurkholila Siregar, Muhammad Rizwan Dhana, Zulfadly Hariadi P, dan Bripda Gilang Ramadhan Sitepu yang selalu memberikan dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 11.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juni 2014 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 3

BAB II KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWTAN ... 4

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi... 4

1. Konsep dasar kebutuhan oksigenasi ... 4

2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Oksigenasi ... 11

a. Pengkajian ... 11

b. Analisa Data ... 14

c. Rumusan Masalah ... 14

d. Perencanaan ... 15

e. Evaluasi Keperawatan ... 19

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 20

1. Pengkajian ... 20

2. Analisa Data ... 32

3. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan ... 33

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 34

5. Pelaksanaan Keperawatan ... 37

6. Evaluasi ... 42

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Pola Kegiatan/Aktivitas ... 29

2.2 Hasil Pemeriksanaan Penunjang/Diagnostic ... 30

2.3 Terapi Obat-obatan ... 31

2.4 Analisa Data ... 32

2.5 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 34


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan Dasar Manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan Dasar Manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).

Kebutuhan Dasar Manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasar pasien yang terganggu. Menurut tingkatan pada teori Hirarki Maslow, pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali dengan pemenuhan kebutuhan fisiologis yang meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi, personal hygene, tidur dan istirahat, serta seksualitas. Jika pemenuhan kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada tingkatan selanjutnya yang harus dipenuhi (Potter dan Perry, 1999).

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Penyampain oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah kematian. Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik (Alimul, 2006).

Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udara ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas. Dalam proses respirasi komponen yang berperan adalah paru-paru dan dinding dada (rangka, otot-otot pernapasan, diafragma, abdomen dan dinding abdomen) (Tarwoto & Wartonah, 2003). Paru-paru merupakan organ pernapasan bawah yang berperan sangat penting dalam proses pertukaran gas (oksigenasi) dan metabolisme sel, jika organ ini rusak dan mengalami kelainan maka pertukaran gas (oksigenasi) dan metabolisme sel-sel dalam tubuh akan terganggu (Syaifuddin, 2006).

Menurut WHO penyebab utama kematian akibat kanker adalah kanker paru. Kanker paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun pada wanita. Penyebab utama dari penyakit ini adalah merokok, hampir 90% kasus kanker


(8)

pada pria dan wanita adalah karena rokok, sedangkan sisanya disebabkan oleh zat-zat yang terhirup di tempat bekerja seperti asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometileter, gas mustard dan pancaran oven arang. Kanker paru juga terjadi pada orang yang memiliki jaringan parut dalam paru-parunya karena mengidap penyakit paru lainnya seperti Tuberkulosis dan fibrosis (Sastrosudarmo, 2010).

Sekitar 25% penderita kanker paru tidak mempunyai gejala dan baru diketahui setelah melakukan pemeriksaan rutin seperti Rongen atau CT-Scan. Gejala awal seperti batuk, napas pendek dan berat, mengi, nyeri dada, dan batuk darah. Bunyi mengi yang terjadi disebabkan oleh penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Penyumbatan bronkus bisa menyebabkan kolaps pada bagian paru-paru yang merupakan percabangan dari bronkus tersebut (atelektasis), akibat lainnya adalah pneumonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyeri dada, dan sesak napas. Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru (efusi fluera). Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak napas hebat, kadar oksigen darah rendah dan gagal jantung (Sastrosudarmo, 2010).

Pentingnya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada klien selama dilakukan perawatan, menarik minat penulis untuk membahas dan menyusun intervensi serta penatalaksanaan masalah kebutuhan oksigenasi yang di alami oleh klien.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien Tumor Paru dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.

b. Tujuan Khusus

1) Menjelaskan konsep dasar Oksigenasi dari mulai pengkajian sampai dengan perencanaan keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.

2) Menjelaskan Asuhan Keperawatan Kasus dari mulai pengkajian sampai dengan implementasi keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.

3) Menjelaskan pembahasan dari intervensi yang telah dilakukan dengan evaluasi akhir yang telah di dapat perawat dari catatan perkembangan pasien dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.


(9)

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

2. Bagi Pasien

Sebagai informasi tambahan tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien yang memiliki masalah di bagian pernapasan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah wawasan pendidikan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi.


(10)

BAB II

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Oksigenasi

1. Konsep dasar kebutuhan oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel (Iqbal, 2005).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting diproses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah kematian. Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu dalam konsep ini perawat perlu memahaminya secara mendalam (Iqbal, 2005).

Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri dari saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.

a. Saluran Pernapasan Bagian Atas

Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri dari: 1) Hidung

Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung, dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi di awali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

2) Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di belakang nasofaring (di


(11)

belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).

3) Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

4) Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan.

b. Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri dari:

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih 9cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus

c. Paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak


(12)

disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

(Alimul, 2006).

Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan oksigenasi tubuh terdiri dari 3 tahap yaitu: 1. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi; adanya kemampuan torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadi rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi); refleks batuk dan muntah; dan adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan

recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik namun recoil terganggu, maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan dan bila pC02 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan


(13)

2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afnitas gas (kemampuan menembus dan saling mengikat Hemoglobin-Hb). 3. Transportasi Gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb (Alimul, 2006).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh bebrapa faktor, di antaranya:

1) Saraf Otonomik

Rangsangan simpatis dan perasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan narodrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada


(14)

bronkhokontriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

2) Hormon dan Obat

Semua hormon termasuk derivat catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khusunya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).

3) Alergi pada Saluran Napas

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran bagian atas; bronkhokontriksi pada asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah.

4) Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.

5) Lingkungan

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.

6) Perilaku

Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi). Sebagai contoh, obesitas dapat mempengaruhi peroses perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain. (Alimul, 2006).


(15)

7) Faktor Fisiologis

Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka danlain-lain. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis sperti TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Masalah Kebutuhan Oksigenasi

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan oksigen dalam tubuh akibat defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan kensentrasi oksigen (Alimul, 2006).

Metode Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Kebutuhan Oksigen dapat dipenuhi dengan beberpa metode, antara lain:

a. Inhalasi Oksigen (pemberian oksigen)

Sistem aliran rendah (low flow oxygen system)

Ditujukan kepada pasien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong ‘rebreathing’, dan sungkup muka dengan kantong ‘nonrebreathing’.

Nasal Kanula/Binasal Kanula alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.

Sungkup muka sedehana aliran oksigen yang diberikan melalui alat ini sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi 40-60%.


(16)

Sungkup muka dengan kantong ‘rebreathing’ konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari sungkup muka sederhana yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12 liter/menit. Indikasi penggunaan sungkup muka

rebreathing adalah klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah. Udara inspirasi sebagian tercampur denagn udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi daripada sungkup sederhana.

Sungkup muka dengan ‘nonrebreathingmemberikan konsentrasi

oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi penggunaan sungkup muka nonbreathing adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi (Asmadi, 2008).

b. Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan postural drainage.

1) Perkusi disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.

Tujuan: secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronchus.

2) Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien.

Tujuan: digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mucus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.

3) Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage antara lain:

a) Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi. b) Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.


(17)

c) Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural drainage.

d) Lakukanlah latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.

c. Napas Dalam dan Batuk Efektif

1) Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.

2) Batuk efektif yaitu batuk untuk mengeluarkan secret.

d. Suctioning (pengisapan lendir)

Suctioning adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas. Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, tracheal, serta endotrakheal atau trakheal tube.

Tujuan : untuk membuat suatu jalan napas yang paten dengan menjaga kebersihannya dari sekresi yang berlebihan (Asmadi, 2008).

2. Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi

a. Pengkajian

Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya batuk; sputum; nyeri; medikasi; dan adanya Faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi. 1) Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)

2) Riwayat penyakit atau masalah pernapasan a. Nyeri

b. Paparan lingkungan atau geografi c. Batuk

d. Bunyi nafas mengi

e. Faktor resiko penyakit paru (misalnya perokok aktif atau pasif) f. Frekuensi insfeksi pernapasan

g. Masalah penyakit paru masa lalu h. Penggunaan obat

3) Adanya batuk dan penanganan 4) Kebiasaan merokok


(18)

6) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi a. Riwayat hipertensi

b. Merokok

c. Usia paruh baya atau lanjut usia d. Obesitas

e. Diet tinggi lemak f. Peningkatan kolesterol 7) Riwayat penggunaan medikasi 8) Stressor yang dialami

9) Status atau kondisi kesehatan (Iqbal, 2005).

Pola batuk dan produksi sputum

Menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau pada saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecendrungan mengakibatkan alergi). Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur dengan darah (Alimul, 2006).

Sakit Dada

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas, Faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila pasien berubah posisi, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit (Alimul, 2006).

Pengkajian Fisik a. Inspeksi

Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas, (frekuensi, kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, deformitas dan jaringan parut pada dada.


(19)

b. Palpasi

Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangan nya. Normalnya fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, titik impuls maksimum abnormalitas massa dan kelenjar sirkulasi perifer, denyut nadi, serta pengisian kapiler.

c. Perkusi

Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru,. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu adanya udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.

d. Auskultasi

Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas durasi, atau kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid atau akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi napas vasikuler, bronchial, bronkovasikular, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya (Iqbal, 2005).

Pemeriksaan Diagnostik

1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.


(20)

3. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis (Iqbal, 2005).

b. Analisa data Data Subjektif

a. Perasaan lemah b.Sesak napas c. Nyeri dada d.Batuk tak efektif e. Demam

f. Riwayat merokok g.Ansietas

h.Berat badan menurun Data Objektif

a. Gelisah b. Dispnea c. Trauma

d. Suara napas tidak normal

e. Perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan f. Obstruksi trakeal

g. Pendarahan aktif h. Infeksi paru

i. Perubahan irama dan jumlah pernapasan j. Penggunaan otot bantu napas

k. Vasokontriksi l. Hipovolemia m.Edema n. Efusi pleura o. Atelektasi

p. Nilai AGD tidak normal (Iqbal, 2005)

c. Rumusan masalah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas. b. Ketidakefektifan pola napas.


(21)

c. Gangguan pertukaran gas.

d. Gangguan perfusi jaringan (Iqbal, 2005).

d. Perencanaan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Berhubungan dengan :

a. Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif b.Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus

berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan napas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.

c. Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial, PPOK, infeksi, asma, trauma jalan napas.

Tujuan :

a. Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif. b.Menunjukkan status pernapasan : kepatenan jalan napas Kriteria Hasil :

a. Tidak mengalami aspirasi

b.Mengeluarkan secret secara efektif c. Mempunyai jalan napas yang paten

d.Irama dan frekuensi pernapasan dalam batas normal e. Suara napas jernih

Intervensi dan Rasional :

a. Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat. Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas

b.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret

Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna (bercak darah) atau air umumnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.

c. Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Beri cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran secret untuk membantu pengeluarannya.


(22)

d.Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.

Rasional : hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran.

e. Lakukan penghisapan jalan napas (suction)

Rasional : untuk mengeluarkan secret yang tertahan dari jalan napas. f. Pantau pernapasan pasien.

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat (Dongoes, 1999) .

2) Ketidakefektifan pola napas Berhubungan dengan :

a. Ansietas b. Posisi tubuh c. Deformitas tulang d. Deformitas dinding dada

e. Penurunan energi dan kelelahan f. Hiperventilasi

g. Kelelahan otot-otot pernapasan Tujuan :

a. Menunjukkan pola pernapasan efektif

b.Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu c. Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan Kriteria Hasil:

a. Pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis b. Kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal c. Fungsi paru dalam batas normal.

Intervensi dan Rasional : a. Manajemen jalan napas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas b.Pengisapan jalan napas

Rasional : mengeluarkan sekret jalan napas dengan cara masukkan kateter penghisap ke dalam jalan napas oral atau trakea pasien.


(23)

c. Bersihkan jalan napas buatan

Rasional : memelihara selang endotrakea dan selang trakeostomi untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan penggunaannya

d.Pantau pernapasan

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat e. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah komplikasi (Iqbal, 2005).

3) Gangguan pertukaran gas Berhubungan dengan :

a. Perubahan membran kapiler-alveolar b. Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi Tujuan :

a. Gangguan pertukaran gas akan berkurang

b.Status pernapasan : pertukaran gas tidak akan terganggu c. Status pernapasan : ventilasi tidak akan terganggu Kriteria Hasil :

a. Fungsi paru dalam batas normal b.Ekspansi paru yang simetris

c. Tidak menggunakan otot aseksoris untuk bernapas. Intervensi dan Rasional :

a. Manajemen asam-basa

Rasional : meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa.

b.Manajemen jalan napas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas c. Manajemen elektrolit

Rasional : meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau diluar harapan.


(24)

d.Terapi oksigen

Rasional : memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya e. Bantuan ventilasi

Rasional : meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru. f. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh untuk mentetukan dan mencegah komplikasi (Iqbal, 2005).

4) Gangguan perfusi jaringan Berhubungan dengan :

a. Vasokonstriksi b. Hipovolemia

c. Menurunnya aliran darah d. Edema

e. Pendarahan Tujuan :

a. Memperbaiki perfusi jaringan.

b.Suara pernapasan dalam keadaan normal Intervensi dan Rasional :

a. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan

Rasional : mengetahui sejauh mana keadaan umum pasien b. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Rasional : meningkatkan perfusi jaringan c. Pertahankan asupan dan pengeluaran

Rasional : mengetahui keseimbangan intake dan output cairan d. Monitor denyut dan irama jantung

Rasional : mengetahui komplikasi dan kelainan yang ada.

e. Hindari terjdinya valsava maneuver seperti mengedan, menahan napas, dan batuk


(25)

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:

1. Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.

2. Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bernapas, frkuensi, irama, dan kedalaman napas normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.

3. Mempertahankan pertukaran gan secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.

4. Meningkatnya perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam batas normal, dan status hidrasi normal (Alimul, 2006).


(26)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

I. BIODATA

Identitas Pasien

Nama : Tn.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SLTA Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. M. Saman Dusun 2, Kec: Percut Sei Tuan Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2014

No. Register : 00.92.75.83 Ruangan/Kamar : Melati II Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 03 Juni 2014 Diagnosa Medis : Tumor Paru Kanan

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan sesak napas, hal ini telah dialami pasien sejak 1 minggu yang lalu, dan nyeri dada yang dialami pasien sejak 1 bulan belakangan ini, dan meningkat dalam 2 hari terakhir sebelum pasien masuk ke RS Pirngadi.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

1. Provocative/palliative

a. Apa penyebabnya : Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak napas yang disebabkan oleh aktivitasnya yang terlalu banyak,dan akibat kebiasaan merokok sejak pasien masih sekolah SLTA

b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak napas akan berkurang jika beristirahat sejenak, namun beberapa menit kemudian nyeri dan sesak napasnya akan kembali lagi dirasakan oleh pasien. Dan pasien menggunakan terapi oksigen masker yang berisi obat ventolin 1 ampul untuk mengurangi sesaknya.


(27)

2. Quantity/quality

1) Bagaimana dirasakan : Pasien mengatakan nyeri dada terasa menusuk, napas terasa berat pada bagian dada sebelah kanan, skala nyeri 5.

2) Bagaimana dilihat : Terlihat sesak dan napas terasa berat pada saat bernapas, ketika nyeri meningkat terlihat wajah pasien meringis.

3. Region

1) Dimana lokasinya : Pasien mengatakan nyeri dada dirasakan di bagian dada sebelah kanan.

2) Apakah menyebar : Pasien mengatakan nyeri menyebar dari bagian dada sebelah kanan ke bagian dada sebelah kiri dan belakang.

4. Severity

Pasien mengatakan nyeri sangat mengganggu aktivitasnya, karena sesak dapat timbul meningkat ketika aktivitas pasien meningkat. Dan nyeri dada nya menyebabkan pasien merasa lemas.

5. Time

Pasien mengatakan nyeri dan sesak napas yang dirasakan oleh pasien selama 1 minggu yang lalu dan meningkat selama dua hari belakangan ini.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit Yang Pernah Dialami

Pasien mengatakan pernah mengalami demam, flu dan batuk.

B. Pengobatan/Tindakan Yang Dilakukan

Pasien mengatakan pengobatan yang dilakukan yaitu berobat ke puskesmas di daerah tempat tinggalnya. Dan pasien diberikan obat generik seperti amoxicilin, ambroksol (obat batuk), pseudoefedrin dll. Obat jenis ini diberikan karena pasien mengalami demam, flu dan batuk.

C. Pernah Dirawat/Dioperasi

Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit mana pun sebelumnya dan pasien juga mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi sebelumnya.

D. Alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi baik makanan ataupun obat-obatan.


(28)

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua/Saudara Kandung

Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa orang tua pasien semasa hidupnya sering batuk-batuk akibat dari sering merokok juga, tapi tidak pernah berobat ke rumah sakit karena orang tua pasien tidak mau berobat dan hanya menganggap itu hanya batuk biasa, keluarga pasien juga mengatakan bahwa saudara-saudara mereka tidak ada memiliki penyakit yang kronis. dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti yang diderita klien.

B. Anggota Keluarga Yang Meninggal

Pasien mengatakan Saudara kandung Pasien (anak tertua) dan orang tua pasien.

C. Penyebab Meninggal

Pasien mengatakan saudara kandung pasien meninggal karena kecelakaan, orang tua pasien karena sudah lanjut usia.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya

Pasien mengatakan penyakitnya tidak akan parah dan tidak perlu dilakukan oprasi, Pasien hanya merasa kurang istirahat saja.

B. Konsep Diri

− Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya.

− Ideal diri : Pasien berharap tetap bisa menjadi suami serta ayah yang baik bagi istri dan anaknya.

− Harga diri : Pasien adalah seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya.

− Peran diri : Pasien adalah kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga.

− Identitas : Pasien adalah seorang suami dan ayah dari 3 orang anaknya.

C. Keadaan Emosi


(29)

D. Hubungan Sosial

− Orang yang berarti : orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup pasien adalah anak dan istrinya

− Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga tetap setia menemani, merawat dan menjaga pasien ketika sedang berada di RS.

− Hubungan dengan orang lain : baik, pasien mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien tidak mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain

E. Spiritual

− Nilai dan keyakinan : Pasien berkeyakinan seorang islami.

− Kegiatan ibadah : Pasien sering berdzikir di atas tempat tidur.

VII. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

Pasien tampak lemas, sesak napas, kesulitan dalam bernapas, batuk, suara serak, terdengar adanya sekret dijalan napas, meringis ketika nyeri dada, dan terlihat lingkaran hitam di bawah mata, serta sering menguap.

B. Tanda-Tanda Vital

− Suhu tubuh : 36.7oC

− Tekanan darah : 110/70 mmHg

− Nadi : 84 x/menit

− Pernafasan : 24 x/menit

− Skala nyeri : 5

− TB : 170cm

− BB : 68 kg

C. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala dan Rambut

− Bentuk : Bulat, tidak ada benjolan atau

pembengkakan.

− Ubun-ubun : Simetris.


(30)

Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut ikal, agak kusam dan penyebarannya merata.

− Bau : Rambut tidak bau dan tidak

beraroma.

− Warna kulit : Berwarna kuning langsat. Wajah

− Warna kulit : Kuning langsat.

− Struktur wajah : Simetris, dan tidak ada kelainan. Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal

− Palpebra : Tidak Ptosis

− Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.

− Pupil : isokor.

− Cornea dan iris : pengapuran katarak (-), oedema (-), tanda peradangan (-), tidak ada kelainan.

− Visus : < 6 meter, Pasien mengalami

gangguan penglihatan jarak jauh. Hidung

− Tulang hidung dan posisi septumnasi : Anatomis, simetris.

− Lubang hidung : Bersih, tidak ada polip.

− Cuping hidung : Pernapasan cuping hidung (+) Telinga

− Bentuk telinga : simetris kanan/kiri

− Ukuran telinga : simetris kanan/kiri

− Lubang telinga : Bersih dan tidak berbau.


(31)

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Bibir lembab, tidak pecah-pecah, berwarna merah kehitaman, tidak ada tanda sianosis.

− Keadaan gusi dan gigi : Pasien mempunyai karang gigi. Dan mempunyai gigi graham yang berlubang

− Keadaan lidah : Lidah bersih, kekuatan otot lidah baik, fungsi pengecapan baik dan tidak ada kelainan.

− Orofaring : ovula simetris

Leher

− Thyroid : tidak ada pembengkakan kelenjar

tyroid

− Suara : suara kurang jelas (serak).

− Vena jugularis : Teraba, kuat, teratur.

− Denyut nadi karotis : Teraba, kuat, teratur. Pemeriksaan integument

Dari hasil pemeriksaan inspeksi keadaan integument atau kulit pasien dalam keadaan normal, tidak ada kelainan , turgor kulit normal, kembali cepat yaitu < 3 detik, lembab dan warna kulit kuning langsat.

Pemeriksaan thoraks/dada

− Inspeksi thoraks : Bentuk thoraks normal.

− Pernapasan : Napas pasien pendek dan dalam, frekuensi nafas 24 x/menit, suara nafas ronkhi serta terdengar mengi saat ekspirasi.

− Tanda kesulitan bernapas : Terdapat pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, napas pasien pendek dan dalam, suara napas ronkhi dan terdengar mengi saat ekspirasi.


(32)

Pemeriksaan paru

− Palpasi getaran suara : fremitus taktil teraba adanya vibrasi, namun terasa lemah di pulmo dextra superior.

− Perkusi : suara dullnes di pulmo dextra

superior akibat adanya massa dan selebihnya resonan.

− Auskultasi : ronkhi di pulmo dextra superior, mengi pada saat ekspirasi, friction rub di pulmo dextra superior.

Pemeriksaan jantung

− Inspeksi : tidak ada pembengkakan jantung.

− Palpasi : pulsasi tidak dirasakan di tangan pemeriksa, pada bagian apeks pemeriksa merasakan pulsasi lembut pada setiap denyut jantung.

− Perkusi : suara ketukan dullness di

interkosta ke 5 sebelah kiri sternum.

− Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 normal,

84x/menit, tidak ada suara tambahan.

Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan

massa

− Auskultasi : peristaltik usus 8x/menit, tidak ada suara tambahan.

− Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada area

suprapubik, acites (-), tidak ada pembengkakan hepar.


(33)

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

− Genitalia : simetris dan penyebarannya

merata.

− Anus dan perineum : tidak ada kelainan dan tidak ada masalah pada anus.

Pemeriksaan musculoskeletal/ekskremitas

− Ekskremitas : tidak ada kelainan dan tidak

sianosis

− Kekuatan Otot : skala kekuatan otot 4/5(kekuatan otot pasien tidak penuh yaitu ketika diberi tahanan hanya mampu menahan sebentar.

− Edema : tidak ada edema dan sianosis.

Pemeriksaan neurologi

− Nervus Olfaktorius/N I:

Kemampuan menghidu pasien cukup baik.

− Nervus Optikus/N II :

Pasien tidak mampu membaca dengan jarak > 6 meter

− Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI: Pasien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal

− Nervus Trigeminus/N V:

Pasien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan rabaan.

− Nervus Fasialis/N VII :

Pasien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah.

− Nervus Akustik/N VIII :

Keseimbangan pasien saat berjalan dan berdiri terjaga.

− Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/ N X :

Pasien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut dan refleks muntah positif.

− Nervus Aksesorius/N XI :


(34)

− Nervus Hipoglasus/ N XII :

Gerakan lidah pasien terkoordinasi, dan pasien mampu melakukan pronasi dan supinasi dengan baik pada telapak tangannya.

Fungsi motorik : fungsi motorik normal, tidak ada kelainan.

Fungsi sensorik : fungsi sensorik normal, tidak ada kelainan.

VIII. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

1. Pola Makan Dan Minum

− Frekuensi makan/hari : makan 3 x sehari

− Nafsu/selera makan : nafsu dan selera makan menurun.

− Nyeri ulu hati : tidak ada.

− Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan

− Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.

− Waktu pemberian makan : pagi 08.00, siang 12.00, malam 20.00

− Jumlah dan jenis makan : jumlah dan porsi makan berkurang.

− Waktu pemberian cairan/minum : ketika haus pasien akan minum, pasien mudah haus.

− Masalah makan dan minum : tidak ada masalah makan dan minum.

2. Perawatan Diri/Personal Higine

− Kebersihan tubuh : tubuh bersih, pasien mandi dan di lap dengan waslap 2x sehari dengan bantuan keluarga pasien.

− Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut bersih, sikat gigi 2x sehari.

− Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan akan dipotong ketika panjang.


(35)

3. Pola Kegiatan/Aktivitas

Tabel 2.1 Pola Kegiatan/Aktivitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi 

Makan 

BAB 

BAK 

Ganti pakaian 

Pasien susah tidur karena adanya sesak dan nyeri dada, serta keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, frekuensi tidur 3-4 jam pada malam hari, susah untuk memulai tidur kembali. pasien sering berdoa dan berdzikir selama berada di rumah sakit.

IX. Pola Eliminasi

1) BAB

− Pola BAB : normal

− Karakter feses : kuning dan lembek.

− Riwayat pendarahan : tidak ada pendarahan

− BAB terakhir : 02 juni 2014

− Diare : tidak diare

− Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif.

2) BAK

− Pola BAK : normal.

− Karakter urine : kekuningan dan tidak keruh.

− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK

− Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan diuretic.


(36)

X. Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

A. Laboraturium

Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Nilai Normal

Analisa gas darah

− pH

− pCO2

− pO2

− Bikarbonat (HCO3)

− Total CO2

− Kelebihan basa (BE)

− Saturasi O2

mmHg mmHg mmol/L mmol/L mmol/L % 7.427 34.6 112.8 22.3 23.4 -1,6 98.4 7.35-7.45 38-42 85-100 22-26 19-25 (-2)-(+2) 95-100 Hati − AST/SGOT − ALT/SGPT U/L U/L 18 24 < 38 < 41 Metabolisme karbohidrat

− Glukosa darah

(sewaktu) Mg/dL 84.90 < 200

Ginjal − Ureum − Kreatinin mg/dL mg/dL 32.40 0.79 < 50 0.70-1.20 Darah lengkap − Hemoglobin − Eritrosit − Leukosit − Hematokrit − Trombosit g% 103/mm3 103/mm3

% 103/mm3 13.10 4.37 12.13 37.00 333 13.2-17.3 4.20 4.5-11.0 43-49 150-450 B. Radiologi

Dari hasil rongen radiologi disimpulkan bahwa ditemukannya massa di paru sebelah kanan serta efusi pleura di paru sebelah kanan.


(37)

XI. Terapi Obat-Obatan

Tabel 2.3 Terapi Obat-Obatan

Nama terapi/obat Dosis Fungsi Efek samping

NaCl 0.9% 20 tetes/ Menit

Untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit

Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan,thrombosis

vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi Ranitidine 1 ampul/12

jam

Tukak lambung dan usus 12 jari, hipersekresi patologik sehubungan

dengan syndrome zollinger-Ellison

Diare, nyeri otot, pusing, timbul ruam pada kulit,

malaise, eosinofila, konstipasi, penurunan jumlah sel darah putih, sedikit peningkatan kadar serum kreatinin.

Ketorolac 1 ampul/ 12 jam Untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut, sedang sampai berat, setelah prosedur bedah.

Iritasi, ulkus, perforasi atau pendarahan gastrointestinal dengan atau tanpa gejala sebelumnya dan harus diberikan dengan perawatan ketat pada pasien yang memiliki riwayat pada

penyakit saluran gastrointestinal.

Coditam 3 x 1 hari Meredam nyeri hebat

Dapat menimbulkan toleransi/ketergantungan

pada pemakaian jangka panjang,koma, pusing, gangguan penglihatan, depresi mental, sadasi, koma eutoria, koma distoria, lemah, agitasi, gugup, delirium, insomnia, mual

muntah, hipotensi, konstipasi, reaksi hipersensitif.

Neurodex tablet 1 x 1 hari Memperbaiki kerusakan jaringan saraf.

Gejala kekurangan vitamin neuropatik, kelainan saraf, muntah-muntah selama 3 bulan, anemia, mudah lelah, usia lanjut.


(38)

2. Analisa Data

Tabel 2.4. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

Keperawatan 1. DS :

− Pasien mengatakan ada dahak di tenggorokannya dan susah untuk dikeluarkan

DO :

− Tumor paru

− Bunyi mengi saat ekspirasi

− Ronkhi di pulmo dextra superior

− Batuk

− Adanya sekret kental di jalan napas.

− RR: 24 x/ menit irreguler

− Sesak napas

Kanker Paru Adanya massa di paru

Lapisan mukosa memproduksi sekret

lebih banyak Obstruksi jalan napas

Ketidakefektifan Bersihan jalan napas

Ketidakefektifan Bersihan jalan

napas (oksigenasi)

2. DS:

− Pasien mengeluh sesak dan nyeri saat bernapas dan beraktivitas. DO:

− Gelisah

− Nilai GDA tidak normal. pCO2 34.6mmHg

pO2 112.8mmHg

kelebihan basa (BE) -1.6mmol/L

− RR 24 x/menit ireguler

− HR 84 x/menit

− Perubahan frekuensi dan kedalaman napas.

− Kesulitan dalam bernapas

− Pernapasan cuping hidung (+)

Kanker Paru Adanya massa di paru Gangguan perpindahan

O2 dan CO2 di paru Napas berat dan sesak

Gangguan pertukaran gas Gangguan pertukaran gas (oksigenasi) 3. DS :

− pasien mengatakan dada kanan terasa nyeri

− Nyeri tidak berpengaruh terhadap perubahan posisi

− Terasa seperti ditusuk-tusuk, meningkat selama 2 hari belakangan

DO :

− Pasien tampak meringis

− Skala nyeri 5

− Berhati-hati pada area yang sakit

− HR: 84 x/menit

Kanker Paru Adanya massa di paru

Penekanan rongga di paru

Penurunan ekspansi paru

Pengembangan paru terbatas

Sesak napas dan nyeri dada

Nyeri (aman nyaman)


(39)

3. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan

A. Masalah Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (oksigenasi) 2. Gangguan pertukaran gas (oksigenasi)

3. Nyeri (aman nyaman)

B. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi secret yang berlebih d/d ronkhi di pulmo dextra superior, mengi pada saat ekspirasi, sesak napas, adanya secret di jalan napas,batuk,sekret sulit dikeluarkan.

2. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveolid/d gelisah, GDA tidak normal, kadar pCO2 menurun, banyak CO2 yang terbuang sehingga konsentrasi ion H menurun, perubahan frekuensi dan kedalaman napas, pernapasan cuping hidung (+).

3. Nyeri dada akut b/d Invasi kanker ke pleura dan rongga dada d/d meringis, skala nyeri 5, perubahan frekuensi nadi, gelisah, berhati-hati pada area yang sakit, tindakan melindungi area yang sakit.


(40)

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Tabel 2.5 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional Hari /

Tanggal No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Rabu, 04 juni 2014

1. Tujuan:

− Mempertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan.

− Oksigenasi/ ventilasi adekuat memenuhi kebutuhan aktivitas pasien. Kriteria hasil:

− Menunjukkan patensi jalan napas

− Cairan/secret mudah dikeluarkan

− Bunyi napas jelas

− Pernapasan tidak bising

Rencana Tindakan Rasional

1. Auskultasi bunyi napas dan adanya sekret.

2. Bantu dengan instruksikan untuk napas dalam dan batuk efektif dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.

3. Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasi.

4. Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.

5. Gunakan oksigen

humidifikasi/nebulizer. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.

1. Pernapasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas

2. Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan

menguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan perawat

3. Peningkatan jumlah secret tak berwarna (bercak darah)/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan

penyembuhan. Adanya sputum yang tebal, berdarah atau purulen diduga terjadi sebagai masalah skunder (misalnya dehidrasi, edema paru, pendarahan local atau infeksi) yang memerlukan perbaikan atau pengobatan

4. Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran.

5. Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan/pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran. Gangguan masukan oral memerlukan tambahan melalui IV untuk mempertahankan hidrasi.


(41)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Rabu, 04 juni 2014

2. Tujuan:

− Menunjukkan perbaikan ventilasi jaringan yang adekuat dan pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil:

− Bebas gejala distress pernafasan.

− Tidak bingung dan gelisah.

− Tanda vital mendekati normal.

− Nilai GDA normal.

Rencana Tindakan Rasional

1. Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan. Observasi penggunaan otot bantu nafas, napas bibir, perubahan kulit/membrane mukosa pucat atau sianosis.

2. Pantau nilai AGDA

3. Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien dengan posisi fowler

4. Kaji respon pasien terhadap aktifitas. Dorong periode istirahat/batasi aktifitas sesuai toleransi pasien.

5. Kaji tanda vital pasien berkala.

6. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.

1. Pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru. Namun, peningkatan kerja napas dan sianosis dapat menunjukkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan energi dan/atau penurunan cadangan pernapasan misalnya pada lansia.

2. Mengetahui keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam basa.

3. Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.

4. Peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan peningkatan dispnea dan perubahan tanda vital. Kesimbangan istirahat yang kuat dapat mencegah pengaruh pernafasan.

5. Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan dan suhu tubuh untuk mengetahui dan mencegah komplikasi

6. Memaksimalkan sediaan oksigen, khususnya bila ventilsi menurun depresi nyeri, juga selama periode kompensasi fisiologi sirkulasi terhadap unit fungsional dan alveolar.


(42)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

kamis, 04 Juni 2014

3. Tujuan:

− Memperlihatkan pengendalian nyeri

− Nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil:

− Mempertahankan tingkat nyeri atau kurang

− Memperlihatkan teknik relaksasi yang efektif

− Mengenali Faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut.

Rencana Tindakan Rasional

1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri.

2) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan tentang nyeri

3) Berikan tindakan kenyamanan, misalnya sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal 4) Dorong penggunaan teknik

relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat.

5) Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

6) Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan /latihan tangan.

7) Berikan analgesik sesuai indikasi.

1) Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker, yang dapat melibatkan saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesic, meningkatkan control nyeri.

2) Takut masalah akan meningkat tegangan otot menurunkan ambang persepsi nyeri 3) Meningkatkan relaksasi dan pengalihan

perhatian.

4) Menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesic.

5) Penurunan kelemahan dan penghematan energi, meningkatkan kemampuan koping. 6) Mendorong dan membantu fisik mungkin

perlu dilakukan untuk beberapa waktu sebelum pasien mampu atau cukup

percaya untuk melakukan aktivitas karena nyeri dan takut nyeri.


(43)

5. Pelaksanaan Keperawatan Tabel 2.6 Pelaksanaan Keperawatan

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

Tanggal No.

Dx Implementasi keperawatan

Evaluasi (SOAP) Rabu,

04 juni 2013

1. − Mengauskultasi bunyi napas.

− Mengobservasi adanya sekret.

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

− Memberikan pasien posisi semi fowler dan

mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml per hari

− Mengukur tanda-tanda vital TD: 120/80mmHg

HR: 80x/i RR: 24x/i T: 36.8oC

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas.

− Sesak, batuk dan ada dahak di tenggorokan.

O :

− Bunyi napas ronkhi

− Terdengar adanya sekret saat batuk

− Batuk efektif (-)

− TD: 120/80mmHg

− HR: 80x/i

− RR: 24x/i

− T: 36.8oC A :

Masalah belum teratasi.

− Batuk efektif (-)

− Sekret (+) P:

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi ventolin + flexotide

− Menyelidiki adanya indikasi pada sekret

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif 2. − Memantau nilai AGDA

pCO2 : 34.6mmHg pO2 : 112.8mmHg kelebihan basa(BE) -1.6 mmol/L

− Mengobservasi tanda kesulitan bernapas

S:

Pasien mengatakan sesak saat bernapas

O:

− Pernapasan cuping hidung(+)

− Sianosis (-)

− Nilai AGDA tidak normal pCO2 : 34.6mmHg pO2 : 112.8mmHg kelebihan basa(BE) -1.6 mmol/L


(44)

− Gelisah

− Kesulitan dalam bernapas A:

Masalah belum teratasi

− Pernapasan cuping hidung (+)

− Nilai AGDA belum normal P :

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi ventolin + flexotide

− Menyelidiki adanya indikasi pada sekret

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

− Memantau nilai AGDA 3. − Menanyakan kepada pasien

tentang nyeri.

− Mentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri.

− Skala nyeri 5 dengan intensitas nyeri sedang

− Durasi 10-15 menit

− pesien tampak meringis

− Mengajarkan tekhnik relaksasi napas dalam.

S:

Pasien mengatakan dada kanan terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk

O:

− Skala nyeri 5 dengan intensitas nyeri sedang

− Durasi 10-15 menit

− pesien tampak meringis

− RR 24 x/menit irregular A:

Masalah belum teratasi:

− Skala nyeri 5

− Pasien masih terlihat meringis

P:

Intervensi dilanjutkan

− Mengkaji skala nyeri

− Mengajarkan penggunaan tekhnik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat


(45)

Kamis, 05 juni

2013

1. − Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml perhari

− Memberikan terapi ventolin 1 ampul dan flexotide 1 ampul

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas

O:

− Sekret mulai bisa dikeluarkan

− Batuk efektif (+)

− Terapi ventolin 1

ampul+flexotide 1 ampul

− Oksigen 2 liter

− Posisi semi Fowler A:

Masalah teratasi sebagian

− Sekret dapat dikeluarkan

− Batuk dan napas dalam efektif (+)

P:

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi oksigen

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500 ml per hari

2 − Memantau nilai AGDA pCO2 34.6mmHg pO2 112.8mmHg

kelebihan basa(BE) -1.6 mmol/L

− Memberikan terapi oksigen ventolin 1 ampul+flexotide 1 ampul

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

S:

− Pasien mengatakan sulit bernapas dan sesak O:

− Terapi ventolin 1

ampul+flexotide 1 ampul

− Oksigen 2 liter

− Posisi semi Fowler

− Nilai AGDA tidak normal pCO2 34.6mmHg

pO2 112.8mmHg

kelebihan basa(BE) -1.6 mmol/L

A:

Masalah teratasi sebagian

− Sekret dapat dikeluarkan

− Batuk dan napas efektif (+) P:

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi oksigen

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml per hari


(46)

3 − Menanyakan kepada pasien tentang nyeri.

− Mentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri. Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Mendorong pasien untuk menyatakan perasaan tentang nyeri

− Memberikan tindakan kenyamanan, misalnya sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal

− Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

− Memberikan terapi injeksi ketorolac 1 ampul/12 jam

− Mengukur tanda-tanda vital TD: 120/70mmHg

HR: 78x/i RR: 22x/i T: 36.6oC

S :

− Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk.

O:

− Skala nyeri 5

− Durasi nyeri 10-15 menit

− Terapi ketorolac 1 ampul/12jam

− TD: 120/70mmHg

− HR: 78x/i

− RR: 22x/i

− T: 36.6oC A:

Masalah belum teratasi

− Skala nyeri 5

− Durasi 10-15 menit P:

Intervensi dilanjutkan

− Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat


(47)

Jum’at 06 juni 2013

1. − Memberikan terapi oksigen

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml per hari

− Memantau nilai AGDA pCO2 34.6mmHg pO2 112.8mmHg

kelebihan basa(BE) -1.6 mmol/L

S:

− Pasien mengatakan sesek berkurang

O:

− Terapi oksigen 2 Liter

− Posisi semifowler

− TD: 120/80mmHg

− HR: 80x/i

− RR: 26x/i

− T: 36.8oC A:

Masalah teratasi sebagian

− Nilai AGDA tidak normal pCO2 34.6mmHg

pO2 112.8mmHg

kelebihan basa(BE) -1.6 mmol/Ls

P:

Intervensi dilanjutkan

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml perhari

− Memberikan terapi ventolin + flexotide

3 − Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat

− Mengukur tanda-tanda vital TD: 120/80mmHg

HR: 80x/i RR: 22x/i T: 36.8oC

S:

− Nyeri dan sesak berkurang O:

− Ketorolac 1 ampul/12jam

− Skala nyeri 3

− Teknik relaksasi hiburan (+) A:

Masalah teratasi sebagian

− Skala nyeri 3

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Ketorolac 1 ampul/12jam P:

Intervensi dilanjutkan

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml perhari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide

− Berikan terapi analgesic (injeksi ketorolac 1ampul/12jam)


(48)

6. Evaluasi

Setelah penulis membahas Asuhan Keperawatan pada pasien kanker paru dengan prioritas masalah oksigenasi, penulis akan membandingkan dengan konsep keperawatan oksigenasi dan masalah-masalah yang penulis temukan pada pasien saat pengkajian maupun intervensi yang perawat berikan, serta evaluasi akhirnya.

Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan dalam pengambilan data, karena data yang tersedia lengkap dan keluarga pasien dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data yang diperlukan. Pada pengkajian penulis menemukan kesaamaan dari data yang ada pada konsep dan data yang diperoleh langsung dari pasien.

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, pada diagnosa pertama penulis melakukan auskultasi bunyi napas, mengobservasi adanya sekret, mengajarkan batuk dan napas dalam efektif, memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml, mengukur tanda-tanda vital, dan dari hasil evaluasi serta catatan perkembangan pasien, bunyi napas pasien ronkhi yang menandakan adanya secret di jalan napas pasien sehingga perawat memberikan terapi ventolin 1 ampul dan mengajarkan pasien untuk batuk dalam efektif untuk memperlancar pengeluaran secret. Setelah diberi intervensi pasien tampak tidak sesak dan napas terasa tidak berat sehingga pasien lebih rileks dan tidak gelisah.

Pada diagnosa kedua penulis melakukan intervensi seperti pemantauan terhadap nilai AGDA pasien, dari hasil pengkajian penulis menemukan ketidaknormalan pada nilai AGDA pasien dimana kadar pCO2 pasien menurun yang menyebabkan banyak CO2 yang terbuang sehingga ion H pasien menurun, ini menyebabkan pertukaran gas pasien terganggu, maka perawat memberikan intervensi dengan memberi terapi oksigen dan tetap memantau nilai AGDA dan tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui dan menganalisis keseimbangan asam basa serta keadaan kardiovaskuler, pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah komplikasi yang akan terjadi nantinya.

Pada diagnosa yang ketiga perawat mengkaji skala nyeri, durasi dan intensitas nyeri pasien, ditemukan skala nyeri 5, durasi 10-15 menit dan nyeri terasa di bagian dada sebelah kanan, perawat mengajarkan teknik relaksasi nyeri seperti tarik napas dalam, hiburan dengan mengajak pasien bercerita tentang hobinya, dan memantau tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, setelah diberi


(49)

intervensi selama lima hari nyeri yang dirasakan pasien berkurang secara bertahap setiap harinya namun, pemberian analgesic (injeksi ketorolac) masih dibutuhkan pasien untuk mengurangi rasa nyerinya tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pasien belum dapat mengontrol nyerinya dengan teknik relaksasi sepenuhnya, sehingga perawat melanjutkan intervensinya tetapi mendelegasikannya kepada perawat lain sehubungan dengan selesainya waktu perawat untuk dinas di RSUD dr. Pirngadi Medan. Dalam melakukan implementasi tidak terlalu banyak hambatan yang dialami penulis, pasien dan keluarga sangat kooperative sehingga pada saat implementasi hanya berfokus kepada komunikasi dan tindakan terapeutik. Dari tiga masalah yang ditemukan masih belum dapat teratasi berhubungan dengan selesainya masa dinas yang dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan.


(50)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi adalah :

1. Pada tahap pengkajian penulis menemukan adanya kesamaan antara konsep dan pengkajian langsung yang dilakukan pada pasien.

2. Diagnosa yang diangkat penulis berdasarkan prioritas kebutuhan dasar pasien kanker paru merupakan diagnosa yang aktual.

3. Perencanaan dilakukan berdasarkan proses masalah yang ditemukan pada pasien saat melakukan pengkajian dan pengumpulan data.

4. Dalam pelaksanaan, penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang dibutuhkan pasien.

B. Saran

1. Untuk Pasien

Mengurangi dan menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya, hindari aktivitas yang terlalu berat.

2. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan kepada perawat untuk dapat melakukan tindakan keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi, perawat dituntut kecakapannya dalam melakukan proses perawat dan pengobatannya.

3. Untuk Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui secara lebih dalam lagi tentang kanker paru dan asuhan keperawatannya dengan diagnosa prioritas kebutuhan dasar manusia.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia apikasi konsep dan Proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dongoes dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Iqbal W .(2005). Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC.

Jeremy dkk. (2005). At a glance fisiologi. Jakarta: Erlangga.

John dkk .(1990). Manuai ilmu penyakit paru . Jakarta: Binarupa Aksara.

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan (Volume 2). Jakarta: EGC. Potter & Perry. (1996). Pengkajian kesehatan. Jakarta. EGC.

Sastrosudarmo .(2010). Kanker the silent killer. Jakarta: Garda Media.

Setiawati S. (2008). Panduan praktis pengkajian fisik keperawatan. Jakarta. TIM. Syaifuddin .(2006). Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan (edisi 3). Jakarta:

EGC.

Wartonah T .(2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan (edisi 3). Jakatra: Salemba Medika.

Wartonah T .(2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan (edisi 4).

Jakarta: Salemba Medika.


(52)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi

Rabu, 04 Juni 2014 14.00 15.00 15.30 16.00 16.30 18.00 18.15 19.00

− Pantau keadaan umum pasien

− Mengobservasi adanya secret

− Mengkaji skala nyeri: Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Memberikan pasien posisi semi fowler dan mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml per hari

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/80mmHg HR: 80x/i

RR: 24x/i irreguler T : 36.8oC

− Memberi diet pasien (makanan biasa)

− Memberi terapi cairan NaCl 0,9%

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas.

− Batuk ada dahak di tenggorokan

− Sesak napas O :

− Bunyi napas ronkhi

− Secret kental

− Terdengar adanya sekret saat batuk

− Batuk efektif (-)

− Output 800ml

− Skala nyeri 5

− Oksigen 2L

− NaCl 0.9% 20 tetes/menit

− TD: 120/80mmHg

− HR: 80x/i

− RR: 24x/i

− T: 36.8oC A :

Masalah belum teratasi.

− Batuk efektif (-)

− Sekret (+)

− Nilai AGDA tidak normal

pCO2: 34.6mmHg pO2 : 112.8mmHg kelebihan basa(BE): -1.6mmol/L

− Skala nyeri 5 P :

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi ventolin+flexotide

− Menyelidiki adanya indikasi pada sekret

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.


(53)

Kamis, 05 juni 2013

Pukul Implementasi Evaluasi

14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 17.00 18.00 18.15 19.00 19.45

− Memantau keadaan umum pasien

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml per hari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide

− Mengkaji skala nyeri pasien:

Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Mengajarkan teknik relaksasi nyeri

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/70mmHg HR: 78x/i

RR: 22x/i T:36.6oC

− Memberikan diet pasien (makanan biasa)

− Memberikan terapi ketorolac dan ranitidine

− Mengganti terapi cairan pasien (NaCl 0.9%)

S :

− Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk.

− Pasien mengatakan sulit bernapas

O:

− Terapi ventolin 1 ampul+flexotide 1 ampul

− Terapi ketorolac 1 ampul/12jam

− Terapi ranitidine 1 ampul/12 jam

− Nilai AGDA tidak normal

− Posisi semifowler

− NaCl 0.9% 20 tetes/menit

− Oksigen 2L

− TD: 120/70mmHg

− HR: 78x/i

− RR: 22x/i

− T:36.6oC A:

Masalah teratasi sebagian

− Sekret dapat dikeluarkan

− Batuk dan napas efektif (+)

− Skala nyeri 5

− Durasi 10-15 menit P:

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi oksigen

− Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat


(54)

Jum’at, 06 juni 2013

Pukul Implementasi Evaluasi

08.00 10.00 10.30 11.30 12.00 12.30 13.30

− Memantau keadaan umum pasien

− Memberikan terapi oksigen

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml

− Mengajarkan teknik relaksasi nyeri, tarik napas dalam

− Membantu dalam mengubah posisi.

− Memberi diet pasien (makanan biasa)

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/80mmHg HR: 80x/i

RR: 22x/i T : 36.8oC

S:

− Nyeri dan sesak berkurang O:

− Terapi oksigen 2L

− Urine 950 ml

− Skala nyeri 3

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Posisi semifowler

− TD: 120/80mmHg

− HR: 80x/i

− RR: 22x/i

− T: 36.8oC A:

Masalah teratasi sebagian

− Skala nyeri 3

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Nilai AGDA tidak normal

P:

Intervensi dilanjutkan

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml perhari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide

− Berikan terapi analgesic (injeksi ketorolac 1ampul/12jam)


(1)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi Rabu,

04 Juni 2014

14.00

15.00

15.30

16.00

16.30

18.00

18.15

19.00

− Pantau keadaan umum pasien

− Mengobservasi adanya secret

− Mengkaji skala nyeri: Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Memberikan pasien posisi semi fowler dan mengajarkan batuk dan napas dalam efektif − Memasukkan cairan per

oral sebanyak 2500ml per hari

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/80mmHg HR: 80x/i

RR: 24x/i irreguler T : 36.8oC

− Memberi diet pasien (makanan biasa) − Memberi terapi cairan

NaCl 0,9%

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas. − Batuk ada dahak di

tenggorokan − Sesak napas O :

− Bunyi napas ronkhi − Secret kental − Terdengar adanya

sekret saat batuk − Batuk efektif (-) − Output 800ml − Skala nyeri 5 − Oksigen 2L − NaCl 0.9% 20

tetes/menit

− TD: 120/80mmHg − HR: 80x/i

− RR: 24x/i − T: 36.8oC A :

Masalah belum teratasi. − Batuk efektif (-) − Sekret (+)

− Nilai AGDA tidak normal

pCO2: 34.6mmHg

pO2 : 112.8mmHg

kelebihan basa(BE): -1.6mmol/L

− Skala nyeri 5 P :

Intervensi dilanjutkan − Memberikan terapi

ventolin+flexotide − Menyelidiki adanya

indikasi pada sekret − Mengobservasi jumlah

dan karakter sekret. − Memantau nilai AGDA


(2)

Kamis, 05 juni 2013

Pukul Implementasi Evaluasi

14.00

14.30

15.00

15.30

16.00

17.00

18.00

18.15

19.00

19.45

− Memantau keadaan umum pasien

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif − Memasukkan cairan per

oral sebanyak 2500ml per hari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide − Mengkaji skala nyeri

pasien:

Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Mengajarkan teknik relaksasi nyeri

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/70mmHg HR: 78x/i

RR: 22x/i T:36.6oC

− Memberikan diet pasien (makanan biasa)

− Memberikan terapi ketorolac dan ranitidine − Mengganti terapi cairan

pasien (NaCl 0.9%)

S :

− Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk.

− Pasien mengatakan sulit bernapas

O:

− Terapi ventolin 1 ampul+flexotide 1 ampul

− Terapi ketorolac 1 ampul/12jam − Terapi ranitidine 1

ampul/12 jam − Nilai AGDA tidak

normal

− Posisi semifowler − NaCl 0.9% 20

tetes/menit − Oksigen 2L − TD: 120/70mmHg − HR: 78x/i

− RR: 22x/i − T:36.6oC A:

Masalah teratasi sebagian − Sekret dapat

dikeluarkan

− Batuk dan napas efektif (+)

− Skala nyeri 5 − Durasi 10-15 menit

P:

Intervensi dilanjutkan − Memberikan terapi

oksigen − Mengajarkan

penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat − Memantau nilai AGDA


(3)

Jum’at, 06 juni 2013

Pukul Implementasi Evaluasi

08.00

10.00

10.30

11.30

12.00

12.30

13.30

− Memantau keadaan umum pasien − Memberikan terapi

oksigen

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml − Mengajarkan teknik

relaksasi nyeri, tarik napas dalam

− Membantu dalam mengubah posisi. − Memberi diet pasien

(makanan biasa) − Mengukur tanda-tanda

vital

TD: 120/80mmHg HR: 80x/i

RR: 22x/i T : 36.8oC

S:

− Nyeri dan sesak berkurang O:

− Terapi oksigen 2L − Urine 950 ml − Skala nyeri 3 − Teknik relaksasi

hiburan (+) − Posisi semifowler − TD: 120/80mmHg − HR: 80x/i

− RR: 22x/i − T: 36.8oC A:

Masalah teratasi sebagian − Skala nyeri 3

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Nilai AGDA tidak normal

P:

Intervensi dilanjutkan − Memasukkan cairan per

oral sebanyak 2500ml perhari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide − Berikan terapi analgesic

(injeksi ketorolac 1ampul/12jam)


(4)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi Rabu,

04 Juni 2014

14.00

15.00

15.30

16.00

16.30

18.00

18.15

19.00

− Pantau keadaan umum pasien

− Mengobservasi adanya secret

− Mengkaji skala nyeri: Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Memberikan pasien posisi semi fowler dan mengajarkan batuk dan napas dalam efektif − Memasukkan cairan per

oral sebanyak 2500ml per hari

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/80mmHg HR: 80x/i

RR: 24x/i irreguler T : 36.8oC

− Memberi diet pasien (makanan biasa) − Memberi terapi cairan

NaCl 0,9%

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas. − Batuk ada dahak di

tenggorokan − Sesak napas O :

− Bunyi napas ronkhi − Secret kental − Terdengar adanya

sekret saat batuk − Batuk efektif (-) − Output 800ml − Skala nyeri 5 − Oksigen 2L − NaCl 0.9% 20

tetes/menit

− TD: 120/80mmHg − HR: 80x/i

− RR: 24x/i − T: 36.8oC A :

Masalah belum teratasi. − Batuk efektif (-) − Sekret (+)

− Nilai AGDA tidak normal

pCO2: 34.6mmHg

pO2 : 112.8mmHg

kelebihan basa(BE): -1.6mmol/L

− Skala nyeri 5 P :

Intervensi dilanjutkan − Memberikan terapi

ventolin+flexotide − Menyelidiki adanya

indikasi pada sekret − Mengobservasi jumlah

dan karakter sekret. − Memantau nilai AGDA


(5)

Kamis, 05 juni 2013

Pukul Implementasi Evaluasi

14.00

14.30

15.00

15.30

16.00

17.00

18.00

18.15

19.00

19.45

− Memantau keadaan umum pasien

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif − Memasukkan cairan per

oral sebanyak 2500ml per hari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide − Mengkaji skala nyeri

pasien:

Skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang dengan durasi 10-15 menit

− Mengajarkan teknik relaksasi nyeri

− Mengukur tanda-tanda vital

TD: 120/70mmHg HR: 78x/i

RR: 22x/i T:36.6oC

− Memberikan diet pasien (makanan biasa)

− Memberikan terapi ketorolac dan ranitidine − Mengganti terapi cairan

pasien (NaCl 0.9%)

S :

− Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk.

− Pasien mengatakan sulit bernapas

O:

− Terapi ventolin 1 ampul+flexotide 1 ampul

− Terapi ketorolac 1 ampul/12jam − Terapi ranitidine 1

ampul/12 jam − Nilai AGDA tidak

normal

− Posisi semifowler − NaCl 0.9% 20

tetes/menit − Oksigen 2L − TD: 120/70mmHg − HR: 78x/i

− RR: 22x/i − T:36.6oC A:

Masalah teratasi sebagian − Sekret dapat

dikeluarkan

− Batuk dan napas efektif (+)

− Skala nyeri 5 − Durasi 10-15 menit

P:

Intervensi dilanjutkan − Memberikan terapi

oksigen − Mengajarkan

penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat − Memantau nilai AGDA


(6)

Jum’at, 06 juni 2013

Pukul Implementasi Evaluasi

08.00

10.00

10.30

11.30

12.00

12.30

13.30

− Memantau keadaan umum pasien − Memberikan terapi

oksigen

− Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml − Mengajarkan teknik

relaksasi nyeri, tarik napas dalam

− Membantu dalam mengubah posisi. − Memberi diet pasien

(makanan biasa) − Mengukur tanda-tanda

vital

TD: 120/80mmHg HR: 80x/i

RR: 22x/i T : 36.8oC

S:

− Nyeri dan sesak berkurang O:

− Terapi oksigen 2L − Urine 950 ml − Skala nyeri 3 − Teknik relaksasi

hiburan (+) − Posisi semifowler − TD: 120/80mmHg − HR: 80x/i

− RR: 22x/i − T: 36.8oC A:

Masalah teratasi sebagian − Skala nyeri 3

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Nilai AGDA tidak normal

P:

Intervensi dilanjutkan − Memasukkan cairan per

oral sebanyak 2500ml perhari

− Memberikan terapi ventolin+flexotide − Berikan terapi analgesic

(injeksi ketorolac 1ampul/12jam)