Syamina xiv oktober 2017 korupsi

KORUPSI MEMICU TERORISME
K. Mustarom
Edisi 14 | Oktober2017

ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS
merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu
masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk
dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses olehsemua elemen masyarakat.
Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak
media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media
ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan
dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan.
Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis
dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam
laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

——————
Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke:
[email protected].
Seluruh laporan kami bisa didownload di www.syamina.org


Daftar Isi
Executive Summary _____________________________________________________ 1
Apa itu Korupsi? ________________________________________________________ 3

Korupsi, Kanker Dunia Modern_____________________________________________ 7
Korupsi dan Terorisme ___________________________________________________ 8
Studi Kasus __________________________________________________________ 22

Kesimpulan __________________________________________________________ 28

01

Executive Summary

Executive Summary

Dunia mengakui, bahwa korupsi adalah ancaman utama bagi perdamaian

dan stabilitas. Korupsi adalah jantung dari banyak masalah terbesar yang

dihadapi dunia saat ini.

Hubungan antara korupsi dan terorisme telah lama dikenal. Meskipun

bukan merupakan satu-satunya kontributor terjadinya destabilisasi sebuah
negara, korupsi bisa memberikan dampak yang sangat besar. Ia bisa menguras
sumber

daya

publik

dan

meruntuhkan

kepercayaan

publik


pada

pemerintahnya. Mulai dari korupsi kecil-kecilan dari pejabat kelas rendah

hingga suap yang melibatkan pemimpin politik, korupsi akan melemahkan
sebuah negara.

Korupsi berpotensi meningkatkan risiko konflik, dan konflik juga

berpotensi meningkatkan risiko korupsi. Keduanya memiliki hubungan

simbiosis yang bisa mengancam perdamaian dan stabilitas di negara yang
sudah dikepung oleh kekerasan.

Korupsi bisa memicu konflik dan ketidakstabilan dalam tiga cara.

Pertama, korupsi bisa memicu keluhan sosial dan politik, terutama rasa
ketidakadilan. Kedua, jika korupsi telah mengubah negara dari seperangkat

institusi yang menyediakan barang publik ke dalam sekumpulan institusi yang

akan dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi, negara menjadi semacam

hadiah yang harus diperebutkan. Ketiga, korupsi dapat merusak kapasitas dan
legitimasi negara. Dengan merampas sumber daya dan dengan misalokasi,

korupsi melemahkan kemampuan negara untuk menyediakan layanan publik
utama, termasuk keamanan.

Dampak negatif korupsi pada perlindungan hak asasi manusia dan

pembangunan juga cukup jelas. Bahkan, PBB sendiri menegaskan bahwa

negara seringkali tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi

hak asasi manusia karena korupsi. Korupsi sangat berbahaya bagi seluruh

bentuk hak asasi manusia: hak sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, hak

02


Executive Summary

budaya, hingga hak untuk berkembang. Dampak korupsi paling berbahaya bagi

mereka yang miskin dan termarjinalisasi, yang selama ini cukup bergantung
pada layanan publik. Korupsi juga berpotensi menciptakan budaya kebal
hukum.

Dalam banyak kasus, korupsi telah menghasilkan beberapa krisis

keamanan yang paling mengerikan saat ini. Hal ini disebabkan oleh empat

unsur yang biasanya melekat pada korupsi, yaitu penghinaan yang ditimpakan
pada korban, kurangnya bantuan, struktur dan kecanggihan jaringan korup,
dan jumlah aset yang dicuri benar-benar kolosal.

Korupsi dan ekstremisme kekerasan adalah produk sampingan dari

pemerintahan yang buruk—baikdi tingkat lokal maupun nasional. Penelitian


yang dilakukan oleh International Republican Institute (IRI) menunjukkan

bahwa korupsi adalah pendorong utama terorisme di semua wilayah, mulai
dari Bosnia, Tanzania hingga Tunisia. Selain itu, banyak faktor yang secara
tradisional dianggap terkait dengan terorisme—seperti pengangguran, alienasi

politik, dan marginalitas masyarakat—justru sebenarnya terkait dengan
korupsi pada tingkat tertentu.

03

Apa itu Korupsi?

Apa itu Korupsi?

Kata korupsi berasal

Selanjutnya,

disebutkan


dari

bahasa

pula

latin corruptio1 atau corruptus.2

bahwa

corruptio berasal

dari

kata corrumpere, satu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption

(Perancis) dan corruptie/korruptie (Belanda).


Indonesia kemudian memungut kata ini menjadi korupsi. Arti kata korupsi

secara harfiah adalah “sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak.”

Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata bahasa latin

corruptio yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk
menunjukkan keadaan atau perbuatan yang busuk.

Perbuatan korupsi dalam istilah kriminologi digolongkan kedalam bentuk

kejahatan White Collar Crime. Dalam praktek berdasarkan undang-undang

yang bersangkutan, Korupsi adalah tindak pidana yang memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan keuangan Negara dan perekonomian.

Dalam Webster’s New American Dictionary, kata corruption diartikan


sebagai decay (lapuk), contamination (kemasukan sesuatu yang merusak) dan
impurity (tidak murni). Sedangkan kata corrupt dijelaskan sebagai to become

rotten or putrid (menjadi busuk, lapuk atau buruk), juga to induce decay in

something originally clean and sound (memasukkan sesuatu yang busuk atau
yang lapuk ke dalam sesuatu yang semula bersih dan bagus).

Menurut The Lexicon Webster Dictionary, korupsi merupakan keburukan,

kebejatan, ketidakjujuran, dan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral,

1

Andrea, Fockema. Kamus Hukum terjemahan Bina cipta, Bina Cipta, Bandung,
1983.
2
Webster Student Dictionary, 1960

04


Apa itu Korupsi?

penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau
memfitnah.

Menurut Black’s Law Dictionary, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan

dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi

dengan hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau

karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau
orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan

lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara

(perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang

lain. Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa

Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral,
kebejatan dan ketidakjujuran.”

Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary)

korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa.

Samuel Huntington, dalam buku Political Order in Changing Societies,

mendefinisikan korupsi sebagai behavior of public officials with deviates from
accepted norms in order to serve private ends.3

Melihat dari definisi tersebut jelas bahwa korupsi tidak hanya menyangkut

aspek hukum, ekonomi dan politik tetapi juga menyangkut perilaku manusia

(behavior) yang menjadi bahasan utama serta norma (norms) yang diterima

dan dianut masyarakat. Definisi korupsi di atas mengidentifikasikan adanya

penyimpangan dari pegawai publik (public officials) dari norma-norma yang
diterima dan dianut

masyarakat

dengan tujuan

keuntungan pribadi (serve private ends).

3

untuk

mendapatkan

Samuel Huntington, Political Order in Changing Societies, New Haven : Yale University
Press, 1968, hal. 59

05

Apa itu Korupsi?

Masyarakat

pada

umumnya

menggunakan

istilah

korupsi

untuk

merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan
hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain.

Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum

adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik
untuk keuntungan pribadi.

Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary)

korupsi didefinisikan sebagai ”penyimpangan atau perusakan integritas dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa”.

Sedangkan pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank adalah
”penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of

public office for private gain).

Definisi ini juga serupa dengan yang dipergunakan oleh Transparency

International (TI), yaitu ”korupsi melibatkan perilaku oleh pegawai di sektor
publik, baik politikus atau pegawai negeri, dimana mereka dengan tidak pantas
dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri, atau yang dekat
dengan mereka, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik
dipercayakan kepada mereka.

yang

Definisi lengkap menurut Asian Development Bank (ADB) adalah

”korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta,

dimana mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri

mereka sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau
membujuk orang lain

untuk

melakukan

hal-hal

menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.

tersebut,

dengan

Namun demikian, bila dikaji secara mendalam dan eksplisit, dapat

diketahui bahwa hampir semua definisi korupsi mengandung dua unsur
didalamnya: Pertama, penyalahgunaan kekuasaan yang melampaui batasan
kewajaran hukum oleh para pejabat atau aparatur negara; dan Kedua,

pengutamaan kepentingan pribadi atau klien di atas kepentingan publik oleh
para pejabat atau aparatur negara yang bersangkutan.

Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau
amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat

06

Apa itu Korupsi?

pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan
umum.

Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang

melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,

menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-norma
yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau
amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan diri sendiri,
keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima,
merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.

Korupsi melibatkan pelanggaran terhadap dasar kemanusiaan seseorang

yang dapat memacu respons kemarahan.Banyak ahli perdamaian dan resolusi

konflik yang mengatakan bahwa sumber segala kekerasan adalah kerakusan
(greed) dan kepedihan (grievance). Keduanya menjadi sumber kekerasan

karena mereka merampas keadilan.

Kerakusan menyebabkan orang mengambil yang bukan menjadi haknya

atau

mempertahankan

kekuasaan

dengan

segala

daya

upaya

demi

berlanjutnya kenikmatan yang datang bersama kekuasaan itu. Privilege,
fasilitas khusus yang menempel pada sebuah jabatan publik, misalnya,

seringkali melenakan sehingga lama-kelamaan dirasakan sebagai hak yang
harus terus dipertahankan dengan segala daya upaya.

Korupsi identik dengan kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,

suap, amoral, kotor, dan pastinya korupsi bukanlah sebuah budaya melainkan
sebuah tidakan yang tidak beradab yang lebih kejam dari terorisme.

Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk kondisi

ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang
buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit,

keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra
pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan

sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang

berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam
kemiskinan. Tak heran jika sebagian orang menganggap bahwa korupsi lebih
kejam dari terorisme.

07

/Korupsi, Kanker Dunia Modern

Korupsi, Kanker Dunia Modern

Korupsi adalah kanker. Awalnya, bisa terlihat kecil dan tidak berbahaya,

namun sebelum kita menyadarinya, ia telah mengambil alih seluruh tubuh kita.

Demikian juga, kerugian akibat korupsi pada awalnya mungkin nampak kecil,
namun pada akhirnya kerusakannya sangat besar.

Korupsi adalah kanker yang menjadi inti dari begitu banyak masalah di

dunia saat ini. Ia menghancurkan pekerjaan dan menahan pertumbuhan,

menelan biaya ekonomi dunia triliunan rupiah setiap tahun. Ia menjebak
orang-orang yang paling miskin dalam kemiskinan mendalam karena

pemerintah yang korup di seluruh dunia menyedot dana dan mencegah orangorang yang bekerja keras dari mendapatkan pendapatan dan keuntungan
pertumbuhan yang menjadi hak mereka. Korupsi juga mencuri sumber daya
vital dari sekolah dan rumah sakit.

Masalah korupsi di seluruh dunia sudah cukup dikenal. Para diktator,

penyelundup senjata dan warlords mengandalkan korupsi untuk mendanai

kekerasan terhadap rakyat mereka sendiri. Korupsi bukan hanya dalam bidang
ekonomi; namun juga dalam sistem hukum dan politik yang menopangnya,
yang begitu merusak di begitu banyak negara.

Secara sistemik, korupsi yang meluas juga dapat menahan negara-negara

seperti Ukraina untuk melakukan reformasi. Bukan suatu kebetulan jika
ketidakpuasan publik seringkali dipicu oleh korupsi dibanding hal-hal lainnya.

Dan masyarakat benar: korupsi menyedot investasi yang sebenarnya sangat
dibutuhkan, dan memperlambat pertumbuhan dan kemajuan ekonomi negara.

Di beberapa negara, korupsi sudah sangat mendarah daging, sampai-

sampai masyarakat tidak sadar bahwa perbuatan tersebut buruk dan tidak
normal. Pada kondisi demikian, ia bahkan telah menjadi cara hidup.

08

/Korupsi dan Terorisme

Korupsi dan Terorisme

Dunia mengakui, bahwa korupsi adalah ancaman utama bagi perdamaian

dan stabilitas. Korupsi adalah jantung dari banyak masalah terbesar yang

dihadapi dunia saat ini. Seperti kita ketahui, hari ini, pemindahan paksa yang
terjadi karena konflik, penganiayaan, kekerasan dan pelanggaran hak asasi

manusia terus meningkat. Krisis pengungsi saat ini telah memicu diskusi

global mengenai migrasi dan pengungsi. Korupsi memainkan peran penting

dalam krisis ini karena layanan pemerintah yang tidak memadai. Ini adalah
faktor yang memberatkan, karena memungkinkan terjadinya penyelundupan
manusia oleh penjahat terorganisir.

Hubungan antara korupsi dan terorisme telah lama dikenal. Meskipun

bukan merupakan satu-satunya kontributor terjadinya destabilisasi sebuah
negara, korupsi bisa memberikan dampak yang sangat besar. Ia bisa menguras
sumber

daya

publik

dan

meruntuhkan

kepercayaan

publik

pada

pemerintahnya. Mulai dari korupsi kecil-kecilan dari pejabat kelas rendah
hingga suap yang melibatkan pemimpin politik, korupsi akan melemahkan
sebuah negara.

Korupsi berpotensi meningkatkan risiko konflik, dan konflik juga

berpotensi meningkatkan risiko korupsi. Keduanya memiliki hubungan

simbiosis yang bisa mengancam perdamaian dan stabilitas di negara yang
sudah dikepung oleh kekerasan.

Banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara korupsi di

satu sisi, dengan ketidakstabilan politik dan konflik kekerasan di sisi lain.
-

Pada tahun 2011, dalam laporannya yang berjudul World Development

Report on Conflict, Security, and Development, Bank Dunia menyatakan

bahwa “Korupsi [...] memberikan dampak buruk dua kali lipat terhadap
risiko

kekerasan,

dengan

memicu

keluhan

dan

menurunkan

keefektifan lembaga nasional dan norma sosial. Laporan dalam OECD
Development

Cooperation

Directorate

tentang

korupsi

dan

09

/Korupsi dan Terorisme

pembangunan negara juga menyatakan bahwa “Korupsi merupakan
inti dari kerapuhan. Beberapa bentuk korupsi bisa secara fundamental
-

mendelegitimasi negara.”

Dalam berbagai survei yang dilakukan di negara yang mengalami
konflik, ditemukan bahwa korupsi adalah salah satu perhatian utama

dari masyarakat. Dalam survei yang dilakukan oleh Integrity Watch
Afghanistan misalnya, separuh responden menganggap korupsi

sebagai salah satu penyebab meluasnya ekspansi Taliban. Di

Afghanistan maupun di Kosovo, korupsi diidentifikasi oleh para
-

responden sebagai tantangan utama negara mereka.

Korupsi menjadi pusat narasi dari Arab Spring, dan permintaan untuk
mengatasi masalah tersebut menjadi salah satu pusat dari aspirasi para
demonstran.

Data di tabel berikut juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara
korupsi dengan konflik kekerasan: negara dengan tingkat korupsi yang sangat

tinggi (yang ditunjukkan dengan rendahnya skor dalam Transparency
International Corruption Perception Index atau skor Control of Corruption
Bank Dunia) lebih memungkinkan untuk mengalami konflik kekerasan.
-

11 dari 20 negara paling korup di dunia mengalami konflik kekerasan,

-

Menurut data dari Deklarasi Jenewa tentang Kekerasan Bersenjata dan

yang seringkali berlangsung bertahun-tahun.

Pembangunan, 11 dari 20 negara yang ada di dalam tabel mengalami
angka kematian melalui kekerasan yang sangat tinggi, dengan nilai

lebih dari 10 per 100.000. Dua negara (Irak, Venezuela) memiliki
angka kematian lebih dari 40 per 1000.000, baik kematian akibat

konflik, terorisme, kriminal, maupun kekerasan negara terhadap
masyarakat sipil.

10

/Korupsi dan Terorisme

Tabel 1. Negara-negara terkorup dan pengalaman mereka terhadap konflik dan
operasi perdamaian

Sumber: Transparecy International

Meski kita bisa melihat adanya korelasi yang kuat antara korupsi dan

konflik, kita belum bisa menyimpulkan siapa yang menyebabkan siapa,

ataukah keduanya adalah fenomena dari penyebab yang sama, seperti institusi
negara yang lemah. Namun demikian, keempat fenomena—yaitu korupsi,

konflik, ketidakamanan, dan institusi negara yang lemah—adalah saling
tergantung sama lain.

11

/Korupsi dan Terorisme

Korupsi dan Konflik
Sebelum kita melihat lebih dalam bagaimana korupsi bisa menyebabkan

konflik dan ketidakstabilan, pertama kali kita akan melihat bagaimana institusi

lemah dan konflik bisa memicu korupsi. Hampir semua negara yang masuk
dalam kategori sangat korup ternyata juga memiliki institusi politik,

administrasi, dan ekonomi yang lemah. Dampaknya, tidak banyak batasan
formal terhadap perilaku korup.

Institusi-institusi yang penting untuk menangkal atau memberi hukuman

pada perbuatan korupsi pun seringkali tidak punya kapasitas untuk
melakukannya.Institusi negara yang lemah seringkali adalah konsekuensi dari

konflik sipil dan kerusakan fisik, terjadinya banyak pengungsian, dan
menguatnya struktur informal.

Konflik kekerasan menciptakan sebuah lingkungan di mana pemerasan

tersebar luas, partisipasi dalam perbuatan korup dianggap sebagai pilihan

rasional setiap individu. Mereka yang menyuap melakukannya demi
mendapatkan akses makanan, kesehatan; sedang mereka yang menerima suap

melakukannya sebagai salah satu dari sedikit peluang mendapatkan

penghasilan. Jika tingkat kepercayaan antara kelompok cenderung rendah,
sebagaimana yang umum terjadi di lingkungan yang mengalami konflik,

melindungi kepentingan kelompok etnis, suku, atau anggota keluarga melalui

penyuapan adalah respon yang rasional untuk menghadapi kesulitan yang
sedang berlangsung.

Hubungan antara Korupsi dan Stabilitas
Korupsi bisa memicu konflik dan ketidakstabilan dalam tiga cara.

Pertama, korupsi bisa memicu keluhan sosial dan politik, terutama rasa
ketidakadilan, karena korupsi bisa menyelewengkan keputusan pemerintah

dan menurunkan ketersediaan layanan publik seperti pendidikan dan

kesehatan. Keluhan tersebut bisa dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk
memicu pemberontakan dan mendapatkan dukungan publik. Dalam Arab

12

/Korupsi dan Terorisme

Spring, korupsi telah memicu keluhan yang lebih luas, yang memfasilitasi
mobilisasi rakyat melawan pemerintahannya.

Kedua, mereka yang tidak mendapatkan kekuasaan dan peluang

pendapatan menggunakan kekerasan untuk mencari akses dan kontrol atas

peluang, terutama di negara yang kaya sumber daya alam. Jika korupsi telah

mengubah negara dari seperangkat institusi yang menyediakan barang publik
ke dalam sekumpulan institusi yang akan dimanfaatkan untuk keuntungan
pribadi, negara menjadi semacam hadiah yang harus diperebutkan.

Ketiga, korupsi dapat merusak kapasitas dan legitimasi negara. Dengan

merampas sumber daya dan dengan misalokasi, korupsi melemahkan

kemampuan negara untuk menyediakan layanan publik utama, termasuk
keamanan. Korupsi bisa langsung melemahkan kapasitas badan keamanan;
Misalnya, jika tentara tetap tidak dibayar, atau peralatan mereka rusak atau
tua karena anggaran pengadaan digelapkan, kemampuan dan motivasi mereka
untuk mempertahankan negara cenderung menurun. Korupsi juga dapat
mengurangi legitimasi negara karena pemerintah gagal memenuhi harapan

warga negara, meningkatkan keinginan untuk menantang rezim yang ada
dengan kekerasan.

Dampak negatif korupsi pada perlindungan hak asasi manusia dan

pembangunan juga cukup jelas. Bahkan, PBB sendiri menegaskan bahwa

negara seringkali tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi

hak asasi manusia karena korupsi. Korupsi sangat berbahaya bagi seluruh

bentuk hak asasi manusia: hak sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, hak
budaya, hingga hak untuk berkembang. Dampak korupsi paling berbahaya bagi

mereka yang miskin dan termarjinalisasi, yang selama ini cukup bergantung
pada layanan publik. Korupsi juga berpotensi menciptakan budaya kebal
hukum.

Korupsi adalah salah satu topik konsensual. Semua orang bersepakat

bahwa korupsi bukanlah hal yang baik.

13

/Korupsi dan Terorisme

Korupsi membantu mendorong banyak orang masuk ke dalam gerakan

ekstremis. Ia juga akar dari banyak krisis keamanan saat ini.4 Di Afghanistan,

masyarakat banyak yang enggan untuk bergabung bersama pemerintah
melawan Taliban. Salah satu diantara mereka mengatakan, "Bagaimana

mungkin mereka bisa bekerja dengan Pemerintah ini? Pemerintah tidak
mendengar mereka. Pemerintah tidak melakukan apapun untuk mereka.

Mereka hanya hadir untuk mengisi sakunya, tidak ada yang lain. Jika
pemerintah tidak diperbaiki, tidak peduli berapapun tentara yang dibawa
orang asing, situasinya tidak akan membaik."5

Beberapa hari kemudian di kota perbatasan Spin Boldak, pemimpin

masyarakat Hajji Manan Khan sependapat, "Pemerintah ini ... tidak seorang
pun yang menyukainya. Para menteri memiliki istana besar di Kabul,

sementara rakyat tidak memiliki apa-apa. Orang-orang asing harus
mengumumkan bahwa pemerintah saat ini adalah pencuri."6

Gambaran serupa muncul dari Nigeria. Ketika Boko Haram meluncurkan

serangan berskala besar pertama di bulan Juli 2009, kantor polisi merupakan

sasaran pertama. Polisi Nigeria adalah salah satu yang paling kejam di dunia.7
Saat Boko Haram pertama kali muncul, penduduk setempat menyuarakan

sentimen yang sering terdengar: "Orang-orang sangat senang serangan

tersebut. Boko Haram mengatakan kebenaran tentang pelanggaran oleh
instansi pemerintah terhadap rakyat. Akhirnya mereka bisa berdiri dan
menantang. Mereka mengklaim hak-hak mereka."

4

Chayes, S. 2015. Thieves of State: Why Corruption Threatens Global Security. New York:
W.W. Norton.
Sky, E. 2015. The Unravelling: High Hopes and Missed Opportunities in Iraq. London:
Atlantic Books. Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction (SIGAR). 5
March 2015. Letter to Generals Lloyd Austin, John Campbell and Todd Semonite.
5
http://carnegieendowment.org/2016/05/12/corruption-and-terrorism-causal-link-pub-63568
6
idem
7
https://www.hrw.org/report/2010/08/17/everyones-game/corruption-and-human-rightsabuses-nigeria-police-force

14

/Korupsi dan Terorisme

Extremisme bukanlah satu-satunya bentuk serangan balik terhadap

korupsi. Di seluruh dunia Arab pada tahun 2011, masyarakat turun ke jalan
menuntut diakhirinya pemerintahan otokratis, penuntutan dan pemenjaraan
pejabat korup, dan pengembalian aset curian. Sebagaimana yang ditunjukkan

oleh situasi di Timur Tengah, revolusi jarang berakhir dengan damai. Beberapa
analis

melihat

perluasan

ekstremisme,

dari

ISIS

di

Suriah

hingga

pemberontakan ulet di Mesir, merupakan reaksi atas kegagalan usaha-usaha
yang awalnya tanpa kekerasan untuk mematahkan cengkeraman elit
pemerintahan kleptokrasi.

Contoh lain adalah Ukraina, yang memiliki budaya dan histori berbeda

dari Timur Tengah. Namun revolusi 2014 di sana ternyata dipicu oleh motivasi

serupa. Meski sentimen anti-Rusia dan afinitas budaya dengan Eropa Barat
merupakan pendorong penting demonstrasi Maidan, rasa jijik rakyat terhadap
Pemerintahan Yanukovich yang korup juga menjadi pemicu lainnya. Foto

istana kesayangan presiden yang digulingkan tersebar secara viral setelah

kejatuhannya. Sekuel revolusi tersebut telah menjadi pertengkaran besar
pertama antara Timur-Barat sejak berakhirnya Perang Dingin, lengkap dengan
aneksasi wilayah paksa dan pengungsian lebih dari satu juta orang.

Dalam banyak kasus, korupsi telah menghasilkan beberapa krisis

keamanan yang paling mengerikan saat ini. Pertanyaan yang sulit, terutama
menyangkut kekerasan agama, adalah mengapa?

Empat unsur korupsi dalam bentuknya saat ini membantu memberikan

penjelasan:

1. Penghinaan yang ditimpakan pada korban;
2. Kurangnya bantuan;

3. Struktur dan kecanggihan jaringan korup;

4. Jumlah aset yang dicuri benar-benar kolosal.

Pertama, yang sering diremehkan saat kita berpikir tentang korupsi

adalah penyerangan terhadap martabat korban. Misalnya kasus 'sekstorsi'

15

/Korupsi dan Terorisme

hakim, saat satu-satunya cara agar suara kita didengar adalah dengan
membiarkan anak perempuan atau saudara perempuan dilecehkan.

Penyalahgunaan ini bisa memicu rasa ingin melakukan pembalasan. Dalam

studi kekerasan, mulai dari pemberontakan Palestina sampai penembakan
geng di Amerika Serikat, penghinaan disimpulkan sebagai faktor kunci.8

Mengingat hubungan yang jelas antara agama dan moralitas, kebejatan

moral yang mendasari pelecehan sering gampang dipahami dalam istilah
agama. "Pemimpin kami terikat oleh kewajiban agama untuk melakukan hal

yang benar," kata Ketua Ketua Asosiasi Bar Kano, Ibrahim Nassarawa. "Jadi jika
tidak, orang-orang membenci mereka."9

Pada saat itu, sebuah argumen

religius mungkin bersifat persuasif: "Jika pemerintah kita berbasis pada sistem

Islam," kata warga Maiduguri, yang meringkas khotbah Boko Haram, "semua
hal ini tidak akan terjadi. Kita akan memiliki masyarakat yang adil."

Aspek korupsi yang tidak banyak dieksplorasi, menurut pendapat Chayes,

adalah sisi pribadi—pelecehan dan penghinaan yang ditimbulkannya, dan

bagaimana hal itu menciptakan ekstremisme agama hari ini. "Polisi tidak
hanya meminta uang Anda. Ini semua adalah hal yang sangat kasar,

memalukan, menghina. Mereka memamerkan kekebalan hukum mereka, [dan]

itu membuat orang marah. Kemudian seseorang memberimu Kalashnikov dan

memintamu untuk menggunakannya, dan kemudian mereka memberimu
pembenaran moral dan politik: itu karena pemerintah mereka adalah
pemerintah yang tidak berakal, dan seandainya pemerintah mematuhi
peraturan agama, maka semua pejabat, termasuk polisi, akan bersikap sesuai

8

M. Longo, D. Canetti, N. Hite-Rubin, A Checkpoint Effect? Evidence from a natural
experiment on travel restrictions in the West Bank. American Journal of Political Science,
2014, hal. 1006–1023.
9
Sarah Chayes, Corruption and terrorism: the causal link,
http://carnegieendowment.org/2016/05/12/corruption-and-terrorism-causal-link-pub-63568

16

/Korupsi dan Terorisme

agama dan tidak akan mencuri dari kalian dan tidak akan menghinakan
kalian.”10

Kedua, saat pemerintah melakukan kejahatan, tidak ada harapan jalan

keluar

duniawi.

Seperti

yang

dikatakan

Sardar

Muhammad

saat

mendefinisikan 'korupsi', "Jika gubernur distrik mengambil semua anggaran
pembangunan dan hanya memberi rakyat bagian yang sedikit, dan saya ingin

mengeluh, dan orang-orang bersenjata yang menjaganya membuat saya tidak
bisa mengeluh karena mereka adalah anjing yang dipelihara, itu adalah
korupsi."9

Bahkan, di Barat sendiri saat mereka kehilangan sarana damai untuk

memulihkan pemerintahan yang kejam, pemberontakan seringkali muncul.

Pemberontakan Belanda abad ke-16, Perang Saudara Inggris dan revolusi
Amerika dan Prancis adalah urusan berdarah. Masa itu menunjukkan bahwa
tidak satupun dari mereka yang berperan menjadi protagonis dan warga biasa
bisa beralih ke kekerasan dengan senang hati. Mereka melakukannya karena

sudah lelah dengan jalan lainnya yang tidak menghasilkan sedikitpun
konsesi.11

Ketiga, kekebalan hukum yang tak tergoyahkan yang dikeluhkan Sardar

Muhammad menjadi fitur penting korupsi yang banyak muncul di belasan

negara. Bahkan ia tertanam sangat kuat di dalam mesin negara. Jenis korupsi

kelas berat yang umum terjadi saat ini bersifat sistemik. Ini adalah praktik

jaringan canggih yang dipersenjatai dengan semua instrumen negara. Mereka
menggunakan instrumen tersebut untuk memenuhi tujuan mereka—
yangsebagian besar digunakan untuk memperkaya diri. Dalam banyak kasus,
entitas semacam ini seharusnya sama sekali tidak dianggap sebagai
pemerintah, melainkan sebagai organisasi kriminal yang cerdas dan sukses.

10

https://today.law.harvard.edu/international-legal-studies-hosts-author-journalist-sarahchayes/
11
G. Robertson, The Tyrannicide Brief: The Story of the Man Who Sent Charles I to the
Scaffold, New York: Pantheon, 2006.

17

/Korupsi dan Terorisme

Kelemahan fungsi negara nampak disengaja, terutama di instansi yang

memiliki kekuatan otonom. Hakim atau jaksa dibayar rendah. Tentara

dilemahkan untuk mengurangi kemungkinan kudeta. Hasil dari tren yang
terakhir ini terlihat jelas pada tahun 2014, saat militer yang terkanibalisasi di
Irak dan Nigeria ambruk pada saat mendapati tantangan pertama.

Dalam kasus lain, badan-badan negara yang tampaknya tidak berbahaya

seperti otoritas pajak dibentuk menjadi pemukul untuk memaksa kepatuhan.
Pajak bisa digunakan untuk menghukum seseorang yang terlalu independen.

Perwakilan serikat dagang di Uzbekistan menggambarkan sistem serupa

pada tahun 2014: "Ada begitu banyak pajak sehingga tidak mungkin untuk
membayar semuanya. Orang-orang pun membuat koneksi di kantor pajak agar
bisa membayar lebih sedikit. Tapi kemudian Anda telah melanggar hukum dan

mereka mengetahuinya, dan Anda takut kepada Pemerintah. Seluruh
Pemerintahan diatur sedemikian rupa, membuat Anda berbuat salah, sehingga
kemudian mereka sudah menguasai Anda."12

Jaringan kleptokrasi ini terintegrasi secara horizontal. Mereka terdiri dari

pejabat pemerintah, bisnis seperti bank atau perusahaan konstruksi, dan yang
disebut organisasi non-pemerintah (LSM)—yangsebenarnya dimiliki oleh
saudara pejabat pemerintah.

Bagi pemerintah asing, badan amal atau bisnis yang ingin beroperasi di

lingkungan semacam itu, integrasi horizontal ini membuat navigasi sangat

sulit. Perbedaan yang familier antara sektor publik dan swasta, aktor legal dan
ilegal, sama sekali tidak berlaku.

Keempat, jumlah uang yang bermain benar-benar luar biasa. Mantan agen

khusus FBI Debra Laprevotte, yang menangani kasus kleptokrasi selama

bertahun-tahun, mengatakan, "Untuk waktu yang lama, kami memiliki kasus
satu miliar dolar. Sekarang setidaknya ada investigasi lima miliar dolar yang

12

Sarah Chayes, Corruption and terrorism

18

/Korupsi dan Terorisme

sedang berlangsung."13 Menurut dua survei dua tahunan terpisah, 'penyuapan

kecil' di Afghanistan menghasilkan sekitar 1,3 miliar pound dan 2,6 miliar
pound per tahun.14

Ini adalah di negara yang pendapatan pemerintahnya diperkirakan tidak

mencapai £ 1 miliar.15 Implikasi pembangunan dari jumlah tersebut sangat

jelas. Bayangkan jika sebagian kecil saja ditujukan untuk sistem pelayanan

kesehatan atau air dan limbah negara, atau untuk membangun jaringan

transportasi umum yang andal dan terjangkau, atau untuk membayar gaji guru
yang layak. Bayangkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.

Praktik korupsi, menumpuk kekayaan besar di tengah lautan kemiskinan

juga memiliki komponen moral, sehingga mudah dihubungkan dengan agama.

Di tengah-tengah pemberontakan Protestan abad ke-16 melawan monarki

Habsburg, seorang pamfleter Belanda mengeluh, "Mereka menaruh jubah
sutra pada berhala mereka yang terbuat dari kayu tua, meninggalkan kita,

saudara-saudara Kristus, telanjang dan kelaparan."16 Kemudian, seperti

sekarang, agama puritan militan, dipandang oleh beberapa orang sebagai satusatunya obat.

Meski begitu, bahkan di dunia di mana dilema nampak benar-benar nyata

dan tidak bisa diabaikan begitu saja, ada beberapa pelajaran penting yang
harus dipertimbangkan. Pemerintah yang seolah-olah berperang melawan

teror sebenarnya bisa menghasilkan lebih banyak terorisme daripada yang
sudah mereka tundukkan.

Masyarakat internasional harus melakukan pekerjaan yang lebih baik

untuk menimbang plus dan minusnya bermitra dengan pemerintah yang

13

idem
UNODC 2012; Integrity Watch Afghanistan 2014
15
Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction, Letter to Generals Lloyd
Austin, John Campbell and Todd Semonite, Maret 2015
16
P. Arnade,Beggars, Iconoclasts and Civic Patriots: The Political Culture of the Dutch
Revolt. Ithica: Cornell University Press, 2008, hal. 99
14

19

/Korupsi dan Terorisme

benar-benar korup, dan dengan demikian memperkuat mereka dan

memfasilitasi praktik buruk mereka. Jika aliansi terlalu dekat, atau terlalu

sedikit memperhatikan korupsi pemerintah tuan rumah, masyarakat yang
merasa dilanggar hak asasinya mungkin akan menghubungkan komunitas
internasional dengan kesalahan penguasa mereka sendiri.

Mungkin kita masih bertanya-tanya, apa hubungan antara terorisme dan

korupsi? Tapi fakta menunjukkan bahwa di negara yang marak dengan

korupsi, masalah keamanan dan terorisme semakin marak. Kita bisa lihat di
Irak, Afghanistan, Ukraina dan Nigeria, empat dari beberapa titik konflik di
dunia. Mereka dan negara-negara yang tidak stabil lainnya mendapat nilai

buruk dalam Transparency International Corruption Perceptions Index dan
the Transparency International UK’s Government Defence Anti-Corruption
Index.

Sebagai contoh, laporan bahwa korupsi yang mewabah di beberapa bagian

dari militer Irak disimpulkan sebagai salah satu alasan mengapa mereka
sempat mengalami kekalahan dalam menghadapi ISIS.

Korupsi yang meluas di tentara Nigeria dianggap sebagai faktor

ketidakmampuan tentara untuk menghentikan Boko Haram, terutama di
wilayah di mana tentara tidak dibayar secara penuh dan semangat rendah.

Di Ukraina, didapati bahwa lebih murah bagi anggota baru untuk

menyogok agar bisa keluar dari dinas militer daripada membeli peralatan yang
mereka butuhkan untuk pertempuran, karena Kementerian Pertahanan
memiliki persediaan yang tidak memadai.

Apa yang menyamakan semua wilayah konflik di dunia ini, mulai dari

Yaman, Ukraina, Mesir, Suriah, Afghanistan, hingga Nigeria? Menurut Chayes,
mereka semua berada dalam sebuah lingkungan korup yang sangat akut.17

17

https://today.law.harvard.edu/international-legal-studies-hosts-author-journalist-sarahchayes/

20

/Korupsi dan Terorisme

21

/Korupsi dan Terorisme

Lantas bagaimana korupsi dimanfaatkan oleh terorisme?

Perekrutan dan radikalisasi: Ketika rakyat yang termarjinalisasi melihat

pemimpin mereka mengumpulkan kekayaan secara tidak adil melalui korupsi,

sementara pemerintah mereka gagal memberikan layanan, mereka bisa

menjadi marah dan frustasi. Rasa frustrasi ini bisa membuat mereka beralih ke
badan

lain

untuk

mendapatkan

perlindungan.

Korupsi

ketidaksetaraan, yang telah terbukti bisa meningkatkan kekerasan.

melahirkan

Pendanaan: Penyokong dapat menggunakan perusahaan rahasia dan

mentransfer dana secara ilegal untuk mendukung kejahatan terorganisir.

Senjata: Ketika kontrol pada ekspor senjata lemah, senjata bisa berakhir di

tangan yang berbahaya dan menjadi bahan bakar kekerasan. Menurut Louise

Shelley, direktur eksekutif Terrorism, Transnational Crime and Corruption

Centre, AS menyediakan senjata kepada pasukan keamanan Irak namun tidak
memantau ke mana mereka pergi. Senjata tersebut seringkali berakhir di pasar
gelap. Perusahaan senjata Jerman Heckler & Koch dituduh secara tidak sah
mengekspor senjata ke wilayah Meksiko di mana mereka diduga digunakan
untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Akses: Suap dapat memungkinkan penjahat untuk melintasi perbatasan,

mendapatkan visa dan dokumen resmi lainnya, dan mendapatkan akses ke
bangunan.

22

Studi Kasus

Studi Kasus

Afghanistan
Sejak penggulingan pemerintah Taliban oleh AS dan pasukan sekutu lokal

pada akhir 2001, masyarakat internasional menghadapi dua tumpang tindih
prioritas kepentingan. Yang pertama adalah kampanye kontraterorisme

melawan Al-Qaeda, yang semakin lama justru semakin berubah menjadi
kampanye kontrapemberontakan melawan Taliban yang bangkit kembali.

Yang kedua adalah upaya untuk (kembali) membangun lembaga negara formal
yang sah, yang mampu memberikan keamanan dan pelayanan publik.

Sejumlah besar negara telah menginvestasikan sumber daya yang

signifikan untuk mendukung Afghanistan menciptakan negara yang tidak

ramah terhadap organisasi teroris. Afghanistan telah menerima lebih dari $ 6
miliar per tahun sejak tahun 2009 dari Official Development Assistance (ODA),
yang menjadikannya sebagai penerima ODA terbesar di dunia dalam beberapa

tahun terakhir. Pengeluaran untuk Pasukan Bantuan Keamanan Internasional
(ISAF) yang dipimpin NATO, yang memiliki lebih dari 110.000 tentara,
membutuhkan dana yang berlipat angka di atas.

Hasilnya, baik dalam hal pemberontakan dan pembangunan negara, bisa

dikatakan jauh dari harapan. Meski terkonsentrasi di Selatan, Taliban mampu
meluncurkan serangan di hampir seluruh wilayah negara tersebut. Kapasitas
pemerintah Afghanistan serta kemampuannya untuk memberikan keamanan

dan peraturan hukum masih sangat terbatas. Seiring yang ditunjukkan dalam
indikator Tata Kelola Global untuk Afghanistan, negara tersebut mendapat

nilai sangat rendah dalam kategori-kategori kunci, dan hanya mengalami
sedikit peningkatan nilai meskipun sudah mendapatkan bantuan investasi
internasional yang cukup besar.

23

Studi Kasus

Gambar 1. Indikator Pemerintahan Afghanistan (2002-2012).
Sumber: Transparency International

Salah satu tantangan terbesar untuk membangun negara yang efektif dan

sah di Afghanistan, dan untuk mengurangi dukungan publik terhadap
pemberontakan, adalah kuatnya korupsi di Afghanistan. Korupsi terkait erat
dengan banyak tantangan tata kelola dan keamanan di Afghanistan.

Korupsi menyebar hampir di seluruh kehidupan publik dan swasta di

Afghanistan. Menurut sebuah penelitian PBB tahun 2009, warga Afghanistan

harus membayar uang suap sekitar $ 2,5 miliar pada tahun—setaradengan

sekitar seperempat dari PDB (Product Domestik Bruto) negara tersebut pada
tahun 2010. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh survei yang dilakukan oleh

organisasi masyarakat sipil, korupsi sehari-hari—mulai dari biayauntuk
prosedur administrasi, biaya untuk mencegah penghancuran saluran irigasi,

biaya untuk polisi di pos pemeriksaan, dan lain-lain—adalah bagian dari

kehidupan sehari-hari masyarakat Afghanistan. Bahkan, dalam beberapa tahun
terakhir, masyarakat Afgahanistan semakin mantap dengan persepsi bahwa
korupsi adalah masalah di semua tingkat pemerintahan.

Manifestasi korupsi yang paling mengancam adalah Jaringan Pelanggaran

Pidana (CPN). Ini adalah kelompok individu, bisnis, atauentitas lain yang

24

Studi Kasus

terlibat dalam korupsi sistematik “di dalamdan di luar pemerintahan,baik di
sektor publik maupun swasta.”18Banyak anggota jaringan ini yang terkait

dengan

powerbrokerdanmantan

panglima

perang

yang

telah

mengkonsolidasikan kekuatan mereka setelah perang saudara. Mereka terlibat
dalam perdagangan narkotika dan juga perdagangan gelap. Di sisi lain, mereka

juga dianggap penting oleh pasukan koalisi, sebagai partner dalam memerangi

Taliban. Mereka sering mendapat bantuan dari komunitas internasional, atau
setidaknya menerima kegiatan kriminal mereka dibiarkan, demi kelangsungan
kerjasama melawan Taliban.

Masyarakat internasional sangat bergantung terhadap para panglima

perang dan gubernur provinsi untuk memberikan data intelijen seputar
Taliban. Artinya, aktor-aktor ini memiliki kekayaan informasi yang sangat

diperlukan.Akibatnya, masyarakat Afghanistan berpersepsi bahwa Barat
mendukung korupsi yang menimbulkan kekuatan tak terbatas di sebagian

besar tingkat pemerintahan. Sebagaimana yang diakui sendiri oleh Pasukan
Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) yang dipimpin NATO, tindakan

mereka dari waktu ke waktu justru "melemahkan pemerintahan, menghalangi
pembangunan ekonomi dan merusak aturan hukum".19

CPN berhubungan dengan institusi negara secara kompleks. Mereka

menggunakan kekuatan mereka untuk mendukung beberapa fungsi negara,

seperti menjaga stabilitas, sambil mengeksploitasi hubungan mereka dengan
negara untuk kepentingan ekonomi pribadi mereka diiringi dengan kekebalan
hukum.

Melalui akses yang mereka miliki, serta kontrol atas aset dan institusi

negara yang strategis, mereka dapat menghasilkan uang melalui bea cukai,

penguasaan pasar regional dan lokal (misalnya minyak bumi), merebut lahan

pemerintah, atau memanipulasi lembaga keuangan publik dan swasta untuk
kepentingan pribadi. Korupsi mereka tidak hanya menurunkan kapasitas
negara untuk menyediakan layanan dasar kepada para penduduk Afghanistan,

18

Asia Foundation, Afghanistan in 2012: A Sur vey of the Afghan People, Kabul: Asia Foundation, 2012, hal. 108
SIGAR Information Paper, Juni 2011 http://info.publicintelligence.net /ISAF-CJIATF.pdf

19

25

Studi Kasus

namun juga kemampuan untuk melindungi masyarakat Afghanistan dari
predasi elit mereka sendiri.

Kondisi ini membuat narasi internasional tentang tantangan utama di

Afghanistan bergeser. Mereka menjadikan korupsi sebagai tantangan utama di
Afghanistan. Namun pada saat yang sama, ada pengakuan bahwa hubungan
beberapa CPN korup dengan elite pemerintahan telah membantu mengurangi

konflik karena mengikat mereka ke dalam mekanisme penyelesaian politik
yang ada.
Nigeria
Awal 2017, Letnan Kolonel T.J. Abdallah mendapati dirinya sedang

diselidiki oleh para pejabat militer senior. Pelanggarannya: dia mengkritik

mereka di grup WhatsApp, dengan menggambarkan mereka sebagai "aktor
Nollywood" (Hollywood versi Nigeria ).20 Abdallah mengatakan bahwa mereka

gagal untuk memberi pasukannya senjata dan peralatan yang mereka

butuhkan untuk melawan Boko Haram, kelompok militan yang telah
melancarkan pemberontakan bersenjata di Nigeria sejak tahun 2009.

Kelangkaan sumber daya itu bukan disebabkan oleh kurangnya anggaran

militer. Pemerintah Nigeria telah meningkatkan anggaran pertahanan selama
bertahun-tahun dalam upayanya untuk membasmi Boko Haram. Pada bulan

Mei 2017, Senat negara tersebut mengeluarkan rekor anggaran federal sebesar
$ 24,45 miliar, dengan alokasi $ 440 juta untuk Kementerian Pertahanan.

Namun bagi orang-orang Nigeria di wilayah timur laut yang bermasalah, di
mana Boko Haram paling aktif, suntikan dana yang direncanakan tersebut
ternyata tidak menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan. Sebuah

budaya korupsi di Nigeria telah mencegah sebagian besar uang tersebut untuk
tepat sasaran.

20

http://www.premiumtimesng.com/news/headlines/221149-exclusive-army-officer-attacksnigerias-service-chiefs-says-they-are-nollywood-actors.html

26

Studi Kasus

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 18 Mei 2017, Transparency

International menemukan bahwa "elit korup" telah mencuri miliaran dolar
selama tujuh tahun terakhir melalui kontrak militer palsu. Penggelapan

tersebut dlakukan dengan cara mencuci uang di luar negeri. Mereka "sering
menyembunyikannya dalam bentuk properti di Inggris, Amerika Serikat,
Afrika Selatan dan Dubai."

Karena uang itu keluar dari Nigeria, beberapa personil militer

mengeluhkan kurangnya persenjataan, yang membuat mereka dalam bahaya.

Meskipun Boko Haram bertarung dengan anggaran tahunan kecil, yaitu sekitar
$ 10 juta, menurut perkiraan Hassan Baage, wakil direktur Komite Kontra

Terorisme PBB, mereka dilaporkan memiliki persenjataan yang lebih baik
dibanding militer Nigeria. Tentara Nigeria mengatakan kepada para wartawan
bahwa mereka menghadapi militan Boko Haram hanya dengan senjata AK-47.
Di sisi lain, gudang senjata Boko Haram mencakup "granat berpeluncur roket,

senapan mesin dengan visor anti-pesawat terbang, senapan otomatis, granat

dan bahan peledak," menurut sebuah Laporan PBB tahun 2012. Meski Boko
Haram telah kehilangan kekuatan, mereka jauh dari dikatakan kalah.

Korupsi belanja pertahanan bukanlah hal baru di Nigeria. Wakil Presiden

saat ini, Yemi Osinbajo menemukan bahwa $ 15 miliar telah digelapkan dari
negara melalui kesepakatan senjata yang tidak benar di bawah mantan

Presiden Goodluck Jonathan. Lima bulan sebelumnya, polisi menahan Sambo
Dasuki, mantan penasihat keamanan nasional Nigeria, yang dituduh mencuri $
2 miliar melalui kesepakatan senjata yang tidak benar.

Meski demikian, kritik dari orang-orang seperti Abdallah menunjukkan

bahwa pejabat korup masih menyedot uang dari militer Nigeria. Salah satu

faktor yang mendorong hal ini, menurut Transparency International, adalah
kerahasiaan seputar anggaran pertahanan Nigeria dibandingkan dengan
negara lain. "Di negara manapun, sebagian pengeluaran harus tetap dijaga

kerahasiaannya karena alasan keamanan; biasanya 15 persen, termasuk di
negara yang mengalami konflik," laporan organisasi tersebut mengatakan.

"Namun Nigeria mengklasifikasikan hampir semua kontrak dan anggaran
pertahanan, serta mempertimbangkan segala hal yang terkait 'keamanan'
sebagai sesuatu yang bersifat "rahasia".

27

Studi Kasus

Kerahasiaan ini, yang mencegah jurnalis dan organisasi masyarakat sipil

untuk meneliti pengeluaran militer, merupakan fenomena umum ketika
Nigeria berada di bawah kekuasaan militer. Dari tahun 1983 sampai 1999,
rezim saat itu mencegah pengawasan sipil terhadap angkatan bersenjata.

Meskipun presiden saat ini telah membentuk dua komite untuk menyelidiki
kesepakatan

pertahanan

masa

lalu,

militer

tetap

merahasiakan

pembelanjaannya. Menurut Transparency International, para pejabat telah

memberi opsi kepada anggota partai milik Buhari, presiden saat ini, untuk
membayar denda guna menghindari tuntutan penipuan sehubungan dengan

belanja pertahanan. Meski demikian, sekutu internasional Nigeria terus
memberikan dana ke Nigeria, meski mereka tidak ada transparansi mengenai
bagaimana pemerintah membelanjakannya.

Pada bulan Februari, sebuah surat kabar parlemen Inggris mengenai

Nigeria melaporkan sebuah penilaian tajam: "Pada bulan Mei 2016, tidak lama

setelah mantan Perdana Menteri David Cameron menggambarkan negara
tersebut sebagai 'korup yang sangat fantastis,' pemerintah Inggris mengatakan

bahwa mereka memberi Nigeria dana sebesar $ 52 juta selama empat tahun ke

depan untuk membantu memerangi Boko Haram."21 Tidak jelas apakah uang
itu disalahgunakan, namun terlepas dari usaha Buhari, tampaknya belanja
pertahanan masih terlepas dari kendalinya, dan masuk ke dalam kantong elit
yang korup.

21

http://researchbriefings.files.parliament.uk/documents/CBP-7897/CBP-7897.pdf

28

Kesimpulan

Kesimpulan
Dalam beberapa tahun terakhir, skandal korupsi telah memicu gelombang

protes rakyat terhadap politisi di seluruh dunia. Korupsi adalah salah satu isu
utama yang menjadi perhatian rakyat. Penyuapan, nepotisme dan pemberian

layanan yang buruk, menjadi sangat tidak dapat ditolerir oleh rakyat saat para
pejabat publik justru memperkaya diri secara ilegal.

Persepsi tentang adanya korupsi yang meluas di kalangan politisi, di

semua tingkatan, pada gilirannya, membuat masyarakat lebih rentan terhadap
daya tarik ekstremis, yang berpendapat bahwa fenomena tersebut tidak dapat
diselesaikan kecuali dengan melakukan perubahan.

Hubungan berbahaya antara korupsi dan ekstremisme kekerasan terjadi

dalam lingkaran umpan balik: ketika ekstremisme kekerasan meningkat,

pemerintah represif justru lebih memilih untuk mempertahankan status quo

dengan segala cara daripada melakukan reformasi yang diperlukan, demi
menopang stabilitas negara.

Perbedaan pendapat politik kadang digunakan untuk membenarkan

represi dan tindakan keras di luar hukum terhadap oposisi politik. Para
pemimpin otoriter mengeksploitasi ancaman terorisme untuk meminimalkan

persaingan politik dan melemahkan perbedaan pendapat, yang ironisnya

justru meningkatkan daya tarik ekstremisme di kalangan masyarakat yang
kehilangan hak.

Korupsi dan ekstremisme kekerasan adalah produk sampingan dari

pemerintahan yang buruk—baik di tingkat lokal maupun nasional. Penelitian

yang dilakukan oleh International Republican Institute (IRI) menunjukkan

bahwa korupsi adalah pendorong utama terorisme di semua wilayah, mulai
dari Bosnia, Tanzania hingga Tunisia. Selain itu, banyak faktor yang secara
tradisional dianggap terkait dengan terorisme—seperti pengangguran, alienasi

politik, dan marginalitas masyarakat—justru sebenarnya terkait dengan
korupsi.