Musik Sebagai Media Kritik Sosial (Analisis Semiotika Lirik Lagu “Biru” pada Album Sinestesia Karya Efek Rumah Kaca) Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Kerangka Pemikiran
Kerangka-kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran dari peneliti

yang dilandasi dengan konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah
penelitian. Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011: 60) mengemukakan bahwa
kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang
penting, jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman
yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses dari keseluruhan penelitian yang akan dilakukan.
Sedangkan dalam Nawawi (2001: 40) dikemukakan bahwa kerangka
pemikiran adalah hasil pemikiran yang rasional dan merupakan uraian yang bersifat
kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat
mengantarkan peneliti pada rumusan hipotesis. Berdasarkan teori atau kajian yang
telah dijabarkan di atas, maka kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai

berikut:
Lirik lagu “Biru” pada album Sinestesia karya Efek Rumah

Analisis semiotika Rholand Barthes

Musik sebagai media kritik sosial

1. Lirik Lagu “Biru” pada album Sinestesia Karya Efek Rumah Kaca
Subjek dalam penelitian ini adalah lirik lagu “Biru” pada album Sinestesia
karya Band Efek Rumah Kaca. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, batasan lirik
lagu hanya terletak pada lagu “Biru” di album Sinestesia. Sehingga dapat dikatakan
bahwa lirik lagu “Biru” ini lah yang nantinya akan dianalisis.

25

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

26


2. Analisis Semiotika Roland Barthes
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Adapun
bentuk penelitiannya yaitu terletak pada makna denotatif, konotatif dan mitos.
Lirik lagu akan dimaknai secara denotatif, konotatif dan mitos.
3. Musik Sebagai Media Kritik Sosial
Setelah lirik dianalisis menggunakan analisis semiotika Roland Barthes,
maka akan didapat kesimpulan mengenai makna lirik yang berkaitan dengan kritik
sosial. Lirik lagu yang merupakan bagian dari musik dapat dikatakan sebagai
media kritik sosial.

3.2.

Metode Penelitian
Metode penelitian adalah analisis teori atau ilmu yang membahas tentang

metode dalam melakukan penelitian. Metode penelitian komunikasi adalah
prosedur atau cara ilmiah dalam melakukan penelitian komunikasi untuk
menemukan hal-hal baru, membuktikan atau menguji temuan penelitian
sebelumnya atau untuk pengembangan ilmu komunikasi (Pujileksono, 2015: 4).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang memfokuskan kepada studi dokumen yang bersifat interpretatif.
Dengan kata lain, penelitian ini menitikberatkan pada analisis atau interpretasi
bahan tertulis berdasarkan konteksnya (Sugiarto, 2015: 13).

3.2.1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang merujuk pada masalah atau tema
yang sedang diteliti (Idrus, 2009: 91). Adapun objek penelitian dalam penelitian
ini adalah musik Efek Rumah Kaca dalam Album Sinestesia sebagai media kritik
sosial. Jadi, masalah utama pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana
musik ini dapat dijadikan media kritik sosial.

3.2.2. Unit Analisis
Unit analisis adalah setiap unit yang akan dianalisa, digambarkan atau
dijelaskan dengan pertanyaan-pertanyaan deskriptif. Yang menjadi unit analisis
dalam penelitian ini adalah lirik lagu “Biru” pada album Sinestesia karya Band

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


27

Efek Rumah Kaca. Peneliti akan menganalisis dengan memperhatikan makna
denotasi dan konotasi dalam lirik lagu tersebut.

3.2.3. Kerangka Analisis
Kerangka analisis dipahami sebagai proses mencari dan menyusun secara
sistematis keseluruhan data sehingga dapat dengan mudah untuk menganalisisnya.
Kerangka analisis dari penelitian ini adalah dengan menggunakan pisau analisis
semiotika Roland Barthes, dimana pada analisis Barthes menekankan pada
denotasi, konotasi dan mitos.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh peneliti untuk
memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Studi

kepustakaan,


dilakukan

dengan

cara

mempelajari

dan

mengumpulkan data melalui literatur, buku dan sumber bacaan lainnya
yang relevan dan mendukung penelitian serta membantu peneliti untuk
memperoleh informasi.
2. Observasi, dilakukan dengan cara mendengarkan langsung lagu Efek
Rumah Kaca. Setelah proses observasi dengan mendengarkan lagunya,
barulah diperoleh lirik lagu Efek Rumah Kaca yang ingin diteliti.

3.2.5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Jadi, dengan kata lain analisis data adalah proses menyusun
data agar dapat ditafsirkan. Aspek yang diteliti dalam lirik lagu ini menggunakan
perangkat analisis Roland Barthes, yaitu signifikasi dua tahap yaitu:
1. Tataran Denotatif
Dalam setiap objek penelitian dipaparkan sesuai dengan yang terdapat
pada lirik lagu “Biru” karya Efek Rumah Kaca. Lagu Biru yang
berdurasi 9 menit 53 detik ini akan dipilah per bait dan selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

28

peneliti akan menganalisis makna denotatif yang terdapat pada tiap
bait dalam liriknya.
2. Tataran Konotatif
Pada tataran ini akan dideskripsikan bagaimana makna konotatif
bekerja pada lirik lagu “Biru” karya Efek Rumah Kaca ini. Dalam

tataran konotatif ini, peneliti akan menginterpretasikan setiap bait
dalam lirik kedua lagu tersebut secara berurutan.
3. Tataran Mitos
Pada tataran ini akan dideskripsikan bagaimana mitos dari makna bait
pada lirik lagu “Biru” karya Efek Rumah Kaca ini. Dalam tataran
mitos ini, peneliti akan mencari tahu apa mitos yang melatarbelakangi
kata konotatif di setiap bait dalam lirik kedua lagu tersebut secara
berurutan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Deskripsi Objek Penelitian


4.1.1

Efek Rumah Kaca
Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (bass, vokal latar) dan

Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar) merupakan personel dari Efek Rumah
Kaca. Ketiga orang ini adalah tiga orang yang tersisa dari perjalanan bulan
berganti tahun sedari tahun 2001. Mereka terus bersabar, dengan perlahan
mengumpulkan lagu. Beberapa kali pergantian nama sudah dilakukan oleh
mereka. Diawali dari “Hush” dengan personil yang masih berjumlah lima orang,
kemudian dilanjutkan dengan “Superego” dan akhirnya berlabuh pada nama “Efek
Rumah Kaca” tepat pada tahun 2005. Nama yang merupakan salah satu judul lagu
yang mereka tulis di tahun 2003 (efekrumahkaca.net).
Efek Rumah Kaca merupakan salah satu band indie Indonesia . Istilah Indie
diambil dari kata Independen yang berarti merdeka, bebas, mandiri dan tidak
bergantung. Banyak yang menganggap kalau indie itu sebuah genre musik, seperti
halnya rock, jazz atau sebagainya. Anggapan tersebut suatu kesalahan besar. Indie
sendiri bukanlah suatu genre musik, melainkan sebuah gerakan musik yang bebas
dan mandiri, atau dengan kata lain tidak bergantung pada sebuah label musik atau
sebagainya. Band Indie cenderung menciptakan lagu sesuai dengan apa yang

mereka sukai dan genre yang mereka inginkan. Tidak jarang lagu-lagu yang
mereka ciptakan kebanyakan sangat anti-mainstream dari lagu-lagu di pasaran.
Seperti pernyataan di atas, band Indie tidak punya label untuk bernaung.
Tidak jarang mereka membuat label sendiri untuk merekam dan memasarkan
karya-karyanya. Pemasaran mereka biasanya melalui antar kawan atau media
sosial. Tidak jarang mereka sering melakukan konser-konser kecil di kota-kota
besar untuk mempromosikan lagu-lagu mereka. Band Indie sama sekali tidak
melibatkan major label atau perusahaan rekaman ternama untuk mempopulerkan
karya mereka.

29

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

30

Pada era tahun 1980-an, tangga lagu untuk musik indie mulai
diperkenalkan. Banyak band indie yang bermunculan, seperti The Smith dan Joy

Division. Lanjut ke era 90an, Nirvana dan Radiohead yang juga merupakan band
dengan label indie mulai menyebarkan virus indie ke berbagai belahan dunia
dengan musik-musik mereka yang unik namun enak didengarkan. Selain itu,
Radiohead juga sempat menggegerkan belantika musik dengan merilis album
indie dengan sistem pay-what-you-like dimana para pembeli bisa bebas membayar
berapapun untuk membeli album mereka.
Di Indonesia sendiri, pengaruh indie belum terasa hingga

pada

pertengahan tahun 1990an. Namun, sebelum mengenal istilah indie, masyarakat
Indonesia lebih mengenal istilah underground. Berbeda dengan indie, musik
underground cenderung keras. Pas Band merupakan band yang memulai tradisi
merilis album secara Indie. Mereka pun sukses menjual album mereka

sebanyak

5.000 kopi. Karena keberhasilan Pas Band, akhirnya banyak band metal dan rock
yang mengikuti jejak mereka.
Pure Saturday adalah band indie pertama selain metal yang membuat

album rekamannya sendiri pada tahun 1995. Disusul oleh Mocca yang berhasil
menjual album mereka hingga menembus angka di atas 100.000 copy.
Keberhasilan Mocca kemudian membawa dampak pada band-band Indie di
Indonesia hingga sekarang, termasuk salah satunya band yang sedang peneliti
bahas kali ini, Efek Rumah Kaca (http://www.loop.co.id).
Di kalangan musisi independen, Efek Rumah Kaca termasuk band yang
sangat punya nama. Kiprahnya bukan hanya di Indonesia, tapi juga sudah keliling
beberapa negara. Efek Rumah Kaca menjadi salah satu band yang membuktikan
bahwa musisi indie Indonesia pun bisa dibanggakan. Tetapi, memilih bermusik di
jalur indie ternyata bukan pilihan Efek Rumah Kaca sejak awal. Cholil Mahmud,
sang vokalis, mengungkap bahwa bandnya juga pernah mengalami ditolak label
mainstream.
Cholil bercerita, ketika Efek Rumah Kaca membuat album pertama,
seluruh personelnya tidak memiliki jaringan dengan orang-orang penggerak musik
indie. Karennya mereka mencoba mengirimkan demo musik yang dibuat

kepada

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

31

label-label mainstream yang sudah ada dan terkenal. Tapi upaya itu selalu
berujung penolakan. “Walaupun sudah ada label-label indie, kami

masih

mengirim (demo musik) ke major label. Mereka jangkauannya lebih luas, biaya
produksi untuk rekaman saat itu juga besar. Ya sudah kami masih mengikuti jalur
konvensional, dan ternyata ditolak” ujar Cholil bercerita.
Saat itu, Cholil mengaku ingin mengikuti jejak beberapa band indie yang
sukses setelah bergabung dengan label mainstream, seperti Naif, NTRL, PAS
Band, dan lain sebagainya. Cholil menyebut, beberapa label yang pernah
dikiriminya demo termasuk Sony Music Indonesia, Warner Music Indonesia,
Arka Music Indonesia (sebelumnya EMI Music Indonesia), Musica Studios,
Aquarius Musikindo, dan masih banyak lagi. Tapi nasib baik belum bicara. “entah
karena musiknya enggak cocok, enggak enak, cover album jelek, enggak lolos
screening satpam, atau macam-macam faktor lainnya, akhirnya enggak ada
respons” katanya.
Efek Rumah Kaca akhirnya berkarir di bidang indie dan namanya pun
menjadi besar. Ia masyhur di kalangan pecinta musik Indonesia berkat lagulagunya yang dianggap dekat memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar
mereka pada semua tingkatan. Karya-karya yang terkenal termasuk Jatuh Cinta Itu
Biasa Saja, Cinta Melulu, Di Udara, Desember, Pasar Bisa Diciptakan, dan
sebagainya (http://m.cnnindonesia.com).
Di setiap lagu yang mereka ciptakan, komposisinya dirancang sesuai
dengan tema. Realita pun mereka reka-reka agar musik tidak hanya menjadi
media hiburan, tetapi juga terdapat refleksi, serta realita juga turut disampaikan di
dalamnya. Memotret zaman, begitulah kira-kira gambaran dari lagu-lagu yang
diciptakan Efek Rumah Kaca. Lirik mereka tata sedemikian rupa, terkadang puitis
yang menyiratkan maksud mereka, terkadang juga tersurat atau langsung
diutarakan sesuai dengan kenyataan. Lirik juga dibuat dari berbagai sudut
pandang serta kekayaan pilihan kata Bahasa Indonesia.
Lagu “Melankolia” dan “Di Udara” merupakan lagu pembuka, atau lebih
tepatnya lagu pertama yang mereka ciptakan. Pada tahun 2006, lagu-lagu tersebut
seperti dicantumkan di website mereka, merupakan lagu-lagu yang masuk
kompilasi Paviliun Do Re Mi (Paviliun Records) dan Todays Of Yesterday (Bad

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

32

Sector Records). Sejak saat itu Efek Rumah Kaca mulai keluar dari zona nya dan
mulai memperkenalkan diri mereka dengan dunia luar. Bulan Agustus tahun 2007
Efek Rumah Kaca bersama beberapa teman menggelar tur ke beberapa kota di
Jawa. Tur ini yang menjadi sebuah pengantar menuju album debut mereka.
Jalan pun terbuka, album debut Efek Rumah Kaca ini akhirnya dapat
membut mereka diajak tampil di beberapa panggung di akhir 2007 hingga
sepanjang 2008. Tidak hanya itu, album mereka pun telah mampu mengantarkan
ERK meraih antara lain “The Best Cutting Edge” – MTV Indonesian Music
Award 2008, “Editor‟s Choice 2008” versi Rolling Stone Indonesia, “Class Music
Heroes 2008” dan Nominator Anugrah Musik Indonesia Award 2008
(Efekrumahkaca.net).
Kurang dari setahun berselang, tepat pada 19 Desember 2008, mereka
merilis album kedua yang berjudul “Kamar Gelap”. Album ini diproduksi oleh
Aksara Records. Efek Rumah Kaca mulai melanjutkan kembali langkahnya.
Mereka mulai kembali menciptakan hal-hal baru dengan musik mereka. Hal ini
membuat album Kamar Gelap menjadi lebih berwarna dan lebih kaya nuansa.
Tidak hanya Efek Rumah Kaca yang turut andil pada pembuatan album ini,
teman-teman mereka juga turut diajak main bersama, seperti Mondo, Ade (Sore
Band) serta Imam Fattah (Lain, Zeke and The Popo, Raksasa). Nama-nama di atas
turut meramaikan rekaman suara dalam album Kamar Gelap. Angki Purbandono,
seniman asal Jogja juga ikut meramaikan dalam bentuk karya. Karya fotografinya
yang menjadi isi kemasan album kedua ini.
Dalam satu kesempatan, Efek Rumah Kaca pernah dipercaya untuk
mengisi rubrik khusus seputar pemilu di harian Kompas. Selama satu bulan,
rubrik tersebut dimuat setiap hari Sabtu di bulan Januari 2009. Dalam kesempatan
lain, Efek Rumah Kaca terus bermain dari panggung ke panggung. Terus menerus
bersama khalayak di seluruh penjuru Indonesia, menyanyikan lirik lagu yang peka
akan keadaan.
Butuh waktu sekitar tujuh tahun untuk trio rock alternatif asal Jakarta ini
dapat kembali merilis album studio. Meski materi album ketiga sudah
dipersiapkan pasca rilisnya album Kamar Gelap (2008), namun akhirnya album
yang diberi nama “Sinestesia” tersebut baru dirilis pada penghujung 2015 lalu.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

33

Salah satu faktor utama mundurnya perilisan album Sinestesia adalah sang
vokalis dan gitaris, Cholil Mahmud, harus pergi ke Amerika Serikat untuk
melanjutkan studi. Cholil mengemban pendidikan di jurusan Arts Politics di New
York University, AS. Dampaknya Efek Rumah Kaca rela menjalani masa vakum
selama lebih kurang dua tahun.
Pada Juli 2015 lagu "Pasar Bisa Diciptakan" dirilis untuk pertama kalinya
dan dapat diunduh gratis lewat website free download Rollingstone.co.id. Lewat
rilisnya lagu ini, Efek Rumah Kaca resmi kembali aktif di industri musik
Indonesia. Hanya berselang dua bulan dari perilisan "Pasar Bisa Diciptakan", Efek
Rumah Kaca menggelar konser tunggal "Pasar Bisa Dikonserkan" di Bandung.
Memasuki Januari 2016, Efek Rumah Kaca memberi kebebasan untuk
mengunduh album Sinestesia dan mengadakan sebuah konser impresif bernama
"Konser Sinestesia". Diselenggarakan di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki,
Jakarta. Konser ini berhasil menuai banyak pujian dari berbagai kalangan. Namun
belakangan, ketika Efek Rumah Kaca sedang aktif dalam pergerakannya di
industri musik Indonesia, Cholil, Adrian Yunan Faisal (bass), dan Akbar Bagus
Sudibyo (drum) justru memutuskan untuk kembali ke masa vakum.
Seperti dinyatakan dalam website mereka, Efek Rumah Kaca masih
menjadi band yang sama seperti sejak terbentuknya. Berusaha terus menulis lagu
sebagus dan seindah mungkin, berusaha terus memotret kenyataan dan berharap
pesan yang ada di kepala mereka dapat dengan jelas tersampaikan lewat lagu
mereka. Sambil sesekali bersorak, bukan pada siapa-siapa, pada diri sendiri saja,
agar seruan ini tak jadi lupa fungsinya; “Pasar Bisa Diciptakan!” sorak mereka.
4.1.2. Lagu “Biru”
Tahun 2015 adalah tahun kesepuluh Cholil Mahmud, Adrian Yunan Faisal
dan Akbar Bagus Sudibyo sebagai unit musik bernama Efek Rumah Kaca.
Banyak peristiwa terjadi pada dasawarsa pertama mereka ini. Dua album penuh
yang dirilis pada dua tahun berurutan, 2007 (Selftitled) dan 2008 (Kamar Gelap).
Tapi di antara semua peristiwa, ada pula getir cerita pada kondisi Adrian yang
memaksanya absen pada penampilan live Efek Rumah Kaca. Satu hal yang bisa
merangkum perjalanan mereka adalah eksperimentasi yang menjadi inti

dari

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

34

setiap karya. Kekayaan Bahasa Indonesia dan pemilihan tema adalah area yang
telah mereka jelajahi.

Sumber: www.google.com

Setelah vakum selama hampir satu setengah tahun sehubungan dengan
kepergian Cholil ke luar negeri untuk menuntut ilmu, Efek Rumah Kaca menandai
kembalinya eksistensinya dengan single “Biru”. Seperti yang biasa mereka
lakukan, eksperimentasi menjadi kunci di karya ini. Kali ini, musik menjadi fokus
utama eksperimentasi. Aransemen dibuat lebih kaya dengan layer-layer gitar yang
lebih membahana, dinamika sekaligus struktur lagu juga menjadi semakin
berwarna seiring durasi lagu yang juga menyentuh angka hampir sepuluh menit.
Sejatinya, “Biru” bukanlah materi yang sepenuhnya baru. Dasar-dasar lagu
ini terbentuk sejak era album pertama. Ide dasarnya adalah elaborasi lebih lanjut
dari lagu “Cinta Melulu”, tentang kegelisahan Efek Rumah Kaca terhadap proses
berkarya sebuah karya seni dengan posisinya di pasar/industri. Jika

“cinta

Melulu” menyampaikan pesannya dalam nada yang cenderung sinikal, pada
“Biru” Efek Rumah Kaca memilih perspektif yang lebih optimis. Bahwa selalu
ada cara untuk berkarya dengan jujur (efekrumahkaca.net).
Terkait dengan lagu “Biru”, Cholil mengutarakan pendapatnya pada
website Efek Rumah Kaca, “seiring dengan waktu, kita sudah tidak sekeras dulu.
Masih ada api itu tapi kami ingin lebih kalem. Kita ingin lebih tenang dalam
meneriakkan sesuatu. Banyak lirik yang akhirnya diganti karena kami merasa
sudah tidak sesuai lagi. Yang jelas, “Biru” dibuat untuk kami sendiri, tidak ada

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

35

rencana untuk membuat manifesto atau apapun itu. Ini hanya cermin kegelisahan
kami”.
Ada dua fragmen yang tergabung dalam lagu “Biru”. Fragmen pertama
ada pada paruh awal lagu yang juga menjadi versi pendek lagu untuk versi radio
edit dengan judul “Pasar Bisa Diciptakan). Fragmen kedua dengan judul “Cipta
Bisa Dipasarkan” berada pada sisa durasi lagu. Durasi dari keseluruhan lagu ini
tepatnya adalah 9 menit 23 detik. Secara terpisah, fragmen-fragmen tersebut
masing-masing mewakili dua angle dalam proses penciptaan karya, yakni secara
internal dan eksternal. Keduanya membentuk secara utuh, “Biru” sebagai
rangkuman pemikiran Efek Rumah Kaca tentang pentingya eksplorasi dalam
proses berkarya.
Lagu “Biru” juga menandai arah musikal dari Efek Rumah Kaca untuk
album penuh ketiga mereka. Meskipun bukan gambaran yang sepenuhnya akurat,
untuk menggambarkan konsep album ke depan secara keseluruhan, elemenelemen utama seperti durasi lagu yang panjang, instrumentasi yang lebih riuh,
juga dinamika lagu yang cenderung lebih kompleks dibanding lagu-lagu dalam
diskografi awal bisa menjadi gambaran kasar sekaligus bridging kepada konsep
album Efek Rumah Kaca yang akan datang.
Dipilihnya judul “Biru” juga menjadi tanda bagi keseluruhan album ketiga
berjudul “Sinestesia”. Sesuai dengan definisi sinestesia yang menjelaskan
fenomena dimana sistem saraf menghubungkan dua indra yang tak berhubungan
secara langsung. Adrian dipilih untuk mendeskripsikan “suasana” dari setiap lagu
dari album mendatang dalam warna lagu. Biru adalah warna yang muncul di
kepala ketika 9 menit lagu ini selesai diputar. Di lagu ini, seperti pada albumnya,
melibatkan beberapa musisi yang terlibat dalam unit alter-ego Efek Rumah Kaca,
Pandai Besi, M. Asranur, Agustinus Mahardika dan Irma Hidayana berturutan
mengisi piano, instrumen tiup dan vokal.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

36

Lirik Lagu “Biru” pada album Sinestesia Karya Efek Rumah Kaca
Biru

Pasar Bisa Diciptakan
Kami mau yang lebih indah
Bukan hanya remah-remah
Sepah, sudahlah
Kami hanya akan mencipta
Segala apa yang kami cinta, bahagia
Kami bawa yang membara
Di dasar jiwa, di dasar jiwa
Menembus rimba dan belantara sendiri
(Pasar bisa diciptakan)
Membangun kota dan peradaban sendiri
Kami ingin lebih bergizi
Bukan hanya yang malnutrisi, substansi
Kami bawa yang membara
Di dasar jiwa, di dasar jiwa Menembus
rimba dan belantara sendiri (Pasar bisa
diciptakan)
Membangun kota dan peradaban sendiri
Pasar bisa diciptakan, pasar bisa diciptakan
Pasar bisa diciptakan, pasar bisa diciptakan
Pasar bisa diciptakan oooo
Pasar bisa diciptakan, pasar bisa diciptakan
Pasar bisa diciptakan, pasar bisa diciptakan
Pasar bisa diciptakan

Cipta Bisa Dipasarkan
Dari kegelisahan dipadatkan dengan cinta
Bergemuruh di dada jauh dari mereda
Fantasi yang menggila bercampur rasa kecewa

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

37

Pelan-pelan hilangnya jadi sepercik cahaya
Oh cahaya, akhirnya kita sampai juga
Temukannya, sinarnya pun dibagi rata
Berbinar-binar hidup bergelora
Oh cahaya la la la lalala
Imajinasi rasa takut larut di dalamnya
Tak terkira siksanya, hingga capai bahagia
Amarah angan-angan berhamburan berkejaran
Akan terus mendera hingga titik terangnya
Kegelapan masih membayang
Menyelimuti, menolak pergi
Mencari ruang gerak ditentang
Dan menjadi ironi

4.2.

Analisis Semiotika Lirik Lagu “Biru” Karya Efek Rumah Kaca

4.2.1. Analisis Tataran Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam
kamus. Dalam teori Barthes yang telah peneliti jelaskan sebelumnya di kerangka
teori menjelaskan bahwa denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada
realitas yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti.
Sebagai contoh dari makna denotatif ini misalnya di dalam kamus, kata
mawar berarti sejenis bunga. Analisis seperti ini disebut Barthes sebagai analisis
tataran pertama. Pada bagian inilah peneliti akan menganalisis lagu “Biru” karya
Efek Rumah Kaca ini sesuai dengan pengertian denotatif yang telah peneliti
paparkan di kerangka teori sebelumnya.
Selain adanya pemaknaan tataran pertama dalam tanda, Barthes juga
menyatakan bahwasanya terdapat pemaknaan tataran kedua dalam sebuah tanda.
Tataran kedua tersebut merupakan pemaknaan secara konotatif. Konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang
di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti
(artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan tafsiran).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

38

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda adalah peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda,
membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Hal ini telah peneliti
jelaskan sebelumnya pada kerangka teori.
Lagu “Biru” akan dijelaskan secara lebih rinci baik secara tataran denotatif
maupun konotatif. Analisis tersebut akan lebih dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Dimulai dari sub judul lagu pertama, yaitu “Pasar Bisa Diciptakan” dan
dilanjutkan dengan sub judul lagu yang kedua, yaitu “Cipta Bisa Dipasarkan”.
Analisis ini akan dilakukan secara bait per bait.
Tabel Analisis Denotatif dan Konotatif Lirik Lagu “Pasar Bisa Diciptakan”
Lirik Lagu

Analisis Denotatif

Analisis Konotatif

Kami mau yang

Pada bait ini jelas bahwa Efek

Bait ini secara konotatif jelas

lebih indah

Rumah

Bukan hanya

sesuatu yang lebih baik, bukan

remah-remah,

sesuatu yang sudah menjadi sisa Protes tersebut terkait kondisi

sepah, sudahlah

seperti yang dikatakan Efek industri musik Indonesia saat

Kaca

menginginkan menceritakan tentang bentuk
protes dari Efek Rumah Kaca.

Rumah Kaca dalam kata-kata ini.
seperti

“remah-remah”

Efek

Kaca

dan menuntut adanya perbaikan.

“sepah”. Sedangkan pada kata

Dalam hal ini, Efek Rumah

“sudahlah”, Efek Rumah Kaca Kaca
menekankan pada keinginannya

sendiri

bahwasanya

untuk mengatakan kepada semua Indonesia

industri
terlalu

orang untuk berhenti dari semua menyajikan
hal ini.

Rumah

sesuatu

merasa
musik
banyak
yang

kurang baik untuk dikonsumsi
oleh pendengar. Hal-hal yang
lebih patut untuk dikatakan
sebagai “sisa”. Maka dari itu
Efek Rumah Kaca menuntut
adanya

penghentian

atas

kondisi ini.
Kami hanya

Efek Rumah Kaca memberitahu Bait ini memberi penekanan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

39

akan mencipta

bahwa

Segala apa yang

mencipta apa yang tidak ingin

kami cinta,

mereka cipta. Mereka hanya yang memang dari diri mereka.

bahagia

akan menghasilkan sesuatu yang

mereka

tidak

akan bahwa

Efek

Rumah

Kaca

hanya akan menciptakan karya

Tidak

hanya

memberi

mereka sukai. Kata “hanya” penekanan, namun bait ini juga
jelas memberikan

penegasan. bentuk dari Efek Rumah Kaca

Seperti tertera pada bait di atas, yang
segala

yang dilakukan

ingin

menyuarakan

Efek pentingnya

Rumah Kaca ini pada akhirnya

karya

menghasilkan
passion

berdasarkan

akan melahirkan kebahagiaan yang merupakan karya-karya
atau kepuasan untuk mereka yang
sendiri.

mereka cintai.

Suatu

karya yang memang lahir dari
diri

mereka,

bukan

atas

paksaan

dari

pihak

luar,

ataupun

atas

tuntutan

dari

keinginan pasar yang banyak
beredar dewasa ini. Pada bait
ini, Efek Rumah Kaca juga
menekankan

bahwa

mereka

konsisten berada di jalur ini.
Karena kekonsistenan mereka
itu pulalah yang terus membuat
mereka

bahagia

dalam

berkarya.
Kami bawa yang Pada

bait

ini

mereka Pada bait ini Efek Rumah Kaca

membara

menjelaskan

di dasar jiwa, di

membawa sesuatu yang baru mencoba

dasar jiwa

yang berapi-api. Hal ini muncul semangat baru dalam berkarya.

bahwa

mereka menyatakan

dari dalam diri mereka sendiri.

Semangat

bahwa
untuk

baru

mereka

membawa

tersebut

merupakan perwujudan dari
jati diri mereka, terlihat dari
penjelasan kalimat “di dasar

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

40

jiwa”,

dimana

kalimat

ini

menjelaskan bahwa semangat
atau karya tersebut

jelas

berasal dari mereka sendiri,
bukan berasal dari keinginan
orang lain.
Menembus

Membawa sesuatu yang baru

Selayaknya orang yang sedang

rimba dan

tentunya bukan hal yang mudah.

melawan arus, Efek Rumah

belantara

“Menembus

sendiri

belantara” merupakan kalimat Mereka

(Pasar bisa

yang

diciptakan)

ketidakmudahan

rimba

dan Kaca

menjelaskan

juga

merasakan

hal

tersebut. jalan yang mereka pilih. Di

yang

gelap,

menyeramkan,
digambarkan

menjadi

kebanyakan

musisi

dan yang memilih untuk mengikuti
yang arus pasar, Efek Rumah Kaca

dengan

kata

“rimba” dan “belantara”, dengan
tetap

sulitnya

akan untuk tetap konsisten pada

Mereka berani untuk melewati tengah
suatu

mengalaminya.

diri

tetap mencoba untuk menjaga
identitas

dirinya

dan

mereka menembus itu semua. Hal ini

sendiri. Sembari menanamkan

jelas tertuang pada kalimat

keyakinan bahwa “pasar bisa

“menembus

diciptakan” atau dengan kata

belantara

lain pendengar musik mereka

melakukan itu semua, Efek

dapat mereka ciptakan.

Rumah Kaca juga masih tetap
berharap

rimba
sendiri”.

dan

dan
Sembari

menumpukan

keyakinan bahwa pasar mereka
dapat diciptakan. Pasar di sini
dapat

diartikan

sempit

sebagai

mereka

atau

dalam

arti

pendengar
masyarakat.

Namun secara luas pasar ini
juga melibatkan Efek Rumah
Kaca sendiri sebagai pencipta

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

41

lagu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pasar ini merupakan
wadah dimana berisi orangorang/pendengar/masyarakat
yang sepemikiran dan juga
sependapat

dengan

Efek

Rumah Kaca serta tetap setia
mendengarkan

lagu-lagu

mereka. Jadi mereka percaya
bahwa pasar mereka bisa untuk
diciptakan.
Membangun

Tetap

kota dan

keyakinan bahwa Efek Rumah menunjukkan makna bahwa

peradaban

Kaca dapat dengan perlahan Efek Rumah Kaca berusaha

sendiri

membangun suatu perkumpulan keras

dengan

membawa Hal

ini

secara

untuk

yang sejalan dengan mereka dan mewujudkan

konotatif

benar-benar
suatu

tempat

menjadi pusat dari semua orang dimana musik mereka dapat
serta membudaya. Perkumpulan diterima oleh masyarakat luas.
di sini dapat didefinisikan dari Semuanya
kata

“kota”.

“Kota”

dalam dengan

dapat

apa

yang

sepaham
mereka

Kamus Besar Bahasa Indonesia pikirkan tentang musik. Hal ini
sebagai

daerah

penduduk

pemusatan semua diharapkan nantinya kan

dengan

kepadatan menjadi budaya di kalangan

tinggi serta fasilitas modern. masyarakat tersebut.
Sedangkan
diartikan

hal

“peradaban” Seperti

dengan

yang

kita

ketahui

kata bahwa membangun kota dan

membudaya. Mereka percaya peradaban bukanlah hal yang
dan optimis bahwa semangat mudah.

Namun

ditengah

baru tersebut dapat menemui kesulitan itu juga bukan berarti
masa berjayanya hingga menjadi hal ini tidak mungkin untuk
kota

dan

juga

peradaban. terwujud. Maka dari itu bait di

Walaupun hal tersebut terkesan atas menunjukkan harapan dari

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

42

sulit, tetapi bukan berarti tidak

Efek Rumah Kaca untuk dapat

mungkin untuk dilakukan.

menciptakan

“kota”

dan

“peradaban” mereka sendiri.
Dimana

hal

merupakan

ini

jelas

bentuk

dari

pemberontakan
industri

atas

bentuk

musik

yang

mainstream saat ini.
Kami ingin lebih Kata “bergizi” dan “malnutrisi” Pada lagu “Biru”, bait ini
bergizi

biasanya digunakan di dunia merupakan pengulangan nada

Bukan hanya

medis.

yang malnutrisi,

mengandung

substansi

makanan yang diperlukan bagi

“bergizi”
gizi,

pertumbuhan

dan

artinya seperti
yaitu

lirik

pertama.

Jadi

zat selayaknya makna lirik pada
awal lagu, lrik pada bait ini

kesehatan juga menggambarkan bentuk

badan. Sedangkan “malnutrisi” dari kegelisahan dan protes
adalah

kebalikannya,

yaitu Efek Rumah Kaca terhadap

kondisi

tubuh

tidak kondisi

dimana

industri

musik

di

mendapatkan asupan gizi yang Indonesia saat ini. Seperti yang
cukup, atau biasa disebut dengan kita

ketahui

bahwasanya

gizi buruk. Jika dilihat dari kebanyakan isi dari industri
dalam konteks lagu ini, Efek musik
Rumah

Kaca

Indonesia

adalah

menginginkan bertemakan hal yang seragam,

adanya perbaikan bukan hanya

yaitu tentang percintaan.

sesuatu yang tidak sehat atau

Maka dari itu bait ini adalah

sesuatu

yang

tidak

baik. bentuk protes Efek Rumah

“Substansi” merupakan inti sari Kaca dimana mereka menuntut
atau pokok, jadi dalam hal ini

agar para musisi Indonesia

mereka menginginkan zat-zat menciptakan lagu yang lebih
inti yang mendukung perbaikan berbobot dan lebih bervariasi.
tersebut.

Hal ini dijelaskan dari kata
“bergizi” pada bait tersebut.
Mereka berharap agar lagu-

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

43

lagu yang diciptakan musisi
Indonesia

tidak

seperti

sekarang ini, dimana semua
hanya memikirkan keinginan
pasar, sehingga terjadilah tema
lagu

yang

Kondisi

seragam
industri

tadi.
musik

Indonesia yang seperti inilah
yang diibaratkan “malnutrisi”
oleh Efek Rumah Kaca pada
lirik lagunya.
Efek

Rumah

menginginkan

Kaca

lebih

sesuatu

yang

substansi, yang langsung ke
intinya, yang lebih bermakna.
Substansi ini bermakna bahwa
tuntutan Efek Rumah Kaca
agar musisi Indonesia tidak
berkarya

berdasarkan

keinginan dari produser yang
hanya menginginkan profit dari
pasar saja, tetapi sebaiknya
para musisi ini membuat karya
yang memang dari diri mereka
sendiri yang memang berasal
dari

kreatifitas

mereka.

Sehingga hal tersebut akan
jauh lebih bermakna daripada
kebanyakan lagu yang beredar
saat ini. Baik itu dari kualitas
lirik

maupun

dari

muatan

musiknya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

44

Pasar bisa

Seperti yang telah dijelaskan Di akhir sub lagu yang pertama

diciptakan

sebelumnya bahwasanya “Pasar ini,

Pasar bisa

Bisa Diciptakan” ini merupakan diciptakan”

diciptakan

bentuk keoptimisan dari Efek

berulang kali pada akhir lagu.

Rumah Kaca bahwa apa yang

Maknanya sama seperti yang

mereka perjuangkan ini nantinya

telah peneliti jelaskan pada

akan

menciptakan

“pasar

kalimat

pasarnya lirik

bisa

diteriakkan

yang

sebelumnya.

sendiri. Keoptimisan ini juga

Perbedaannya

hanya terletak

disertai dengan keyakinan. Hal

pada

Dimana

isinya.

pada

ini ditunjukkan dari lirik lagu “pasar bisa diciptakan” di awal
yang mengulang kalimat ini menunjukkan

harapan,

sebanyak sepuluh kali di akhir

sedangkan pada kalimat yang

sub lagu pertama.

kali

ini

menunjukkan

keyakinan.

Keyakinan

itu

ditunjukkan dari diletakkannya
kalimat ini di akhir lagu secara
berulang-ulang agar terngiang
di telinga pendengar dan di
telinga

Efek

sendiri

bahwa

Rumah

Kaca

itu

semua

merupakan bentuk keyakinan,
bukan lagi sebatas harapan.
Tabel Analisis Denotatif dan Konotatif Lirik Lagu “Cipta Bisa Dipasarkan”
Lirik Lagu

Analisis Denotatif

Analisis Konotatif

Dari

Baris

kegelisahan

menceritakan

dipadatkan

kegelisahan dari Efek Rumah oleh

dengan cinta

Kaca.

Bergemuruh

pertama

dan

tentang

Dimana

kedua Lirik ini menceritakan tentang
bentuk kegelisahan

yang

Efek

kegelisahan mengenai

dirasakan

Rumah
kondisi

Kaca
industri

di tersebut juga bercampur dengan musik Indonesia. Telah peneliti

dada jauh dari

rasa cinta mereka. Kegelisahan jelaskan sebelumnya kondisi

mereda

dan

cinta

ini

terus-menerus yang

seperti

apa

yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

45

berada di hati mereka tanpa ada dimaksudkan oleh Efek Rumah
sedikitkan kemungkinan untuk Kaca. Namun hal ini tidak
berhenti atau mereda.

dapat membuat Efek Rumah
Kaca untuk berhenti di dunia
musik. Hal ini dikarenakan
kecintaan dari Efek Rumah
Kaca terhadap dunia musik.
Kegelisahan

dapat

dikarenakan

ketidaksesuaian

antara

otak

Ketidaksesuaian

timbul

dan
antara

hati.
apa

yang dipikirkan dengan apa
yang dirasakan. Hal ini lah
yang dialami oleh Efek Rumah
Kaca. Kondisi industri musik
Indonesia memang tidak dapat
diterima oleh akal Efek Rumah
Kaca, karena memang tidak
sesuai dengan harapan mereka.
Namun

hal

bertentangan

ini

jelas

dengan

hati

mereka yang menuntut diri
mereka untuk terus berkarya di
bidang musik. Hal ini lah yang
membuat kegelisahan di diri
mereka.
Akhirnya seperti lirik mereka
yang

berbunyi

“dari

kegelisahan dipadatkan dengan
cinta” , Efek Rumah Kaca
menyatakan bahwa kegelisahan
adalah kondisi yang mereka

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

46

alami. Namun hal itu menjadi
kuat karena dipadatkan dengan
rasa cinta mereka. Sehingga
mereka

tidak

memutuskan

untuk berhenti dari seluruh
kegelisahan ini.
Kondisi kegelisahan ini yang
terus

menerus

membuat

kondisi Efek Rumah Kaca
menjadi tidak tenang. Mereka
merasa

harus

melakukan

sesuatu terkait masalah ini.
Karena memang hal ini yang
terus

mengganggu

mereka

dalam

hidup
menjalani

kecintaan mereka dalam dunia
musik.

Semua

jelas

tergambarkan dari lirik mereka
yang berbunyi “bergemuruh di
dada, jauh dari mereda”.
Fantasi yang

Kata “Fantasi” dalam KBBI Kehausan dari Efek Rumah

menggila

berarti

bercampur rasa

angan-angan;

kecewa

dapat dikatakan bahwa khayalan buana

Pelan-pelan

atau

hilangnya jadi

Rumah Kaca telah menjadi gila karya yang baru. Jelas hal ini

sepercik cahaya

serta bercampur dengan rasa tertuang dari lirik “Fantasi

gambar

(bayangan); Kaca untuk berkarya membuat

khayalan.

angan-angan

dari

Jadi pikiran mereka terus melalang
kemana-mana.

Haus

Efek untuk terus menciptakan karya-

kecewa yang mereka rasakan. yang menggila”.
Kemudian keduanya perlahan Namun
menghilang

berganti

suatu titik terang.

sayangnya

menjadi ditabrakkan
industri

hal

dengan

musik

yang

ini

kondisi
tidak

menerima pembaharuan dari

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

47

mereka. Terbukti dari mereka
yang awalnya terus mencoba
untuk menjual karya mereka ke
major

label,

namun

tidak

pernah diterima. Hal ini lah
yang akhirnya menimbulkan
kekecewaan
Rumah

di

Kaca

hati

Efek

yang

jelas

tertuang pada lirik “bercampur
rasa kecewa”.
Selayaknya hasil tidak pernah
berkhianat

pada

prosesnya,

kekecewaan ini akhirnya pun
menemukan ujungnya. Usaha
dari Efek Rumah Kaca untuk
tetap konsisten di jalur indie
dan tetap menciptakan hal yang
mereka

cintai

juga

membuahkan hasil. Dimana
kekecewaan

itu

akhirnya

menemukan

titik

terangnya

seperti terlampir dalam lirik
yang

berbunyi

hilangnya,

“pelan-pelan

jadi

sepercik

cahaya”.
Oh cahaya,

Pada bait yang menjadi bagian Usaha yang memang telah

akhirnya kita

reffrain

sampai juga

menjelaskan tentang titik terang dijadikan euforia tepat pada

Temukannya,

pada

sinarnya pun

Memberitahukan kepada semua judul

dibagi rata

orang bahwasanya titik terang menggambarkan kejayaan dari

Berbinar-binar

yang sebelumnya terbentuk dari seluruh

pada

bait

lagu

ini membuahkan hasil ini akhirnya

sebelumnya. reffrain sub lagu kedua dari
“Biru”
jerih

ini. “cahaya”
payah

dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

48

hidup bergelora

berbagai kegelisahan itu pun perjuangan dari Efek Rumah

Oh cahaya la la

akhirnya mencapai tujuannya. Kaca. Dimana pada lirik ini

la lalala

Hal ini dijelaskan pada kalimat Efek Rumah Kaca menyatakan
di baris pertama. Kemudian titik bahwa

perjalanan

panjang

terang tersebut pun dibagi rata mereka telah sampai di tempat
kepada semua orang sehingga yang mereka tuju.
menciptakan kumpulan cahaya Kejayaan ini pun tidak hanya
yang berbinar-binar.

sebatas memuaskan hati Efek
Rumah Kaca, namun lebih dari
itu,

Efek

Rumah

Kaca

menginginkan agar kejayaan
ini juga dirasakan oleh semua
orang

yang

sepemikiran

dengan mereka. Bahkan orangorang

yang

sebelumnya

berbeda pemikirannya dengan
Efek Rumah Kaca, diharapkan
dapat mulai sepemikiran terkait
bagaimana seharusnya musik
berkembang di Indonesia. Hal
ini dinyatakan Efek Rumah
Kaca

lewat

bertuliskan

liriknya

yang

“Temukannya,

sinarnya pun dibagi rata”.
Saat

semua

sepemikiran

orang

sudah

dengan

Efek

Rumah kaca, maka disitulah
letak kejayaan Efek Rumah
Kaca paling maksimal. Karena
semua

orang

mengekspresikan

dapat

bebas
dirinya.

Bebas dalam mengungkapkan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

49

kreatifitasnya

dalam

bentuk

karya. Sehingga dengan begitu
industri musik tentunya akan
menjadi sesuatu yang lebih
berkualitas

lagi

dari

sebelumnya. Maka dari itu
bentuk

kejayaan

ini

diekspresikan dari lirik yang
menggambarkan

euforia

mereka, yaitu “berbinar-binar
hidup bergelora, oh cahaya
lalala”.
Imajinasi rasa

Pada

takut larut di

tentang bagaimana

dalamnya

dan siksaan yang dirasakan Efek serta perasaan yang mereka

Tak terkira

Rumah Kaca sebelum mencapai alami

bait

ini

menceritakan Pada bait ini Efek Rumah Kaca
ketakutan menggambarkan

rasa

selama

siksanya, hingga titik terang yang telah dijelaskan perjuangan

takut

menjalani

mereka

ini.

capai bahagia

pada bait-bait sebelumnya. Hal Pencapaian akan sangat terasa

Amarah angan-

ini dapat dilihat dari lirik “tak dan

angan

terkira siksanya, hingga capai sesuatunya didapatkan tidak

berhamburan

bahagia”.

berkejaran

kemarahan

dengan

keinginan dengan jerih payah. Bertolak

Akan terus

akan terus

saling

tumpang dari kondisi inilah maka lagu

mendera hingga

tindih hingga mencapai fase ini tercipta dengan lirik seperti

titik terangnya

cahaya tersebut.

Bahkan

berarti

saat

segala

antara dengan cuma-cuma, melainkan

tertulis di samping.
Efek

Rumah

Kaca

menggambarkan betapa sangat
tersiksanya

selama

memperjuangkan

mereka
musik

mereka untuk dapat diterima
oleh umum. Penderitaan ini
sendiri

tidak

hanya

dalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

50

bentuk perlakuan yang mereka
peroleh tetapi juga apa yang
mereka rasakan dengan kondisi
industri

musik

Indonesia.

Seperti yang telah peneliti
jelaskan sebelumnya

bahwa

terdapat ketidaksesuaian antara
kondisi

industri

musik

Indonesia

saat

harapan

mereka

bagaimana
musik

ini

dengan
tentang

sebuah

seharusnya

di

industri
berjalan.

Jadi dapat dikatakan adanya
ketidaksesuaian

antara

kenyataan yang terjadi dengan
harapan yang mereka inginkan.
Tidak hanya berupa siksaan
yang didapatkan oleh Efek
Rumah

Kaca,

tetapi

juga

bentuk amarah. Kondisi yang
terjadi saat ini juga membuat
Efek

Rumah

Kaca

merasa

marah. Namun amarah mereka
juga selalu diselingi dengan
angan-angan

mereka

akan

terciptanya pasar seperti yang
mereka gambarkan di kepala
mereka. Antara amarah dan
angan-angan mereka tentang
kondisi musik Indonesia ini
terus-menerus berkecamuk di
dalam

diri

mereka,

tidak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

51

berhenti hingga sampai tiba
masa berhasil mereka. Seluruh
bentuk

derita

inilah

yang

dirasakan oleh Efek Rumah
Kaca sebelum mencapai tahap
yang seperti sekarang, dan itu
semua

dituangkan

mereka

dalam lirik yang tertulis pada
bait ini.
Kegelapan

Bait

masih

peringatan. Karena

membayang

Efek

Menyelimuti,

mencapai titik terangnya, tetap

menolak pergi

saja

Mencari ruang

mengikuti

mereka.

gerak ditentang

dijelaskan

pada

Dan menjadi

pertama bait di atas,

ironi

“kegelapan masih membayang, jadi nyata, bahwa apa yang

ini

merupakan

Rumah

kegelapan

bentuk Namun di tengah euforia yang

walaupun dirasakan oleh Efek Rumah

Kaca

telah Kaca yang dinyatakan mereka

akan

terus mereka

Hal
dua

lewat sub lagu keduanya ini,
tetap

ini takabur.
baris telah

tidak

Walaupun
dapat

ingin
mereka

membuktikan

yaitu harapan mereka yang kini telah

menyelimuti, menolak pergi”. mereka ciptakan dapat dengan
Kegelapan

ini

akan

terus- jelas diterima oleh masyarakat,

menerus mencari celah untuk ia seperti hal nya judul lagu
lawan dan akhirnya menjadi mereka
ironi.

“Ironi”

dalam

ini,

KBBI dipasarkan,

merupakan kejadian atau situasi tetap
yang bertentangan dengan yang

namun

memberi

bisa
mereka

peringatan.

Peringatan ini tidak hanya

diharapkan atau yang seharusnya ditujukan
terjadi.

cipta

untuk

pendengar

lagu mereka saja, namun juga
menekankan pada diri mereka
sendiri.
ERK

juga

mengingatkan

bahwa

“kegelapan”

kondisi

industri

atau
musik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

52

Indonesia

yang

lebih

menekankan profit ini akan
terus

membayangi

siapapun

yang nantinya menjadi pelaku
musik. Karena seperti

yang

kita ketahui bahwa kebanyakan
manusia
mulai

sekarang
menuhankan

namanya

uang,

memang
yang
sehingga

mereka akan melakukan apa
saja demi terwujudnya kondisi
ekonomi

yang

memuaskan

hasrat

dapat
mereka.

Kondisi yang seperti ini juga
tidak akan terlepas dari para
pelaku musik Indonesia. Inilah
yang
dengan

dimaksudkan

ERK

“kegelapan

masih

membayang” pada bait ini.
Kondisi yang seperti ini yang
nantinya

akan

terus

menyelimuti para musisi dan
pelaku musik lainnya. Mereka
tidak akan berhenti hingga
mereka

berhasil.

Selalu

berkeinginan untuk mencari
celah dari sisi manapun demi
dapat meluncurkan rencanarencana mereka.
Namun yang perlu diketahui
bahwa wabah seperti ini akan
terus menghantui siapapun dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

53

dimanapun

bahkan

dengan

kondisi bagaimanapun. Karena
bahkan

orang-orang

memang

sudah

yang

meluruskan

niatnya di bidang musik untuk
berkarya dengan jujur juga
dapat

dengan

terpengaruh

mudah

dengan

kondisi

yang mengedepankan profit
ini. Maka dari itu kondisi ini
digambarkan dalam lirik pada
bait

di

atas

sebagai

“menyelimuti, menolak pergi”
dan

“mencari

ditentang”.

ruang gerak

Karena

hal-hal

seperti ini adalah hal yang
sangat

mudah

mempengaruhi
terpengaruh.
berarti

untuk

dan

juga

Namun

bukan

tidak dapat

untuk

ditentang, karena jelas Efek
Rumah Kaca telah
membuktikan dengan cara
mereka sendiri bahwa hal-hal
yang seperti ini dapat ditentang
dengan modal kepercayaan,
keyakinan dan juga konsisten.
Namun jika kegelapan ini
ternyata berhasil untuk
menguasai para pelaku musik
Indonesia, maka yang akan
terjadi

sudah

pasti

adalah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

54

sebuah ironi. Bahwasanya yang
akan terjadi adalah kenyataan
yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Maka segalanya
akan

menjadi

disayangkan.

sangat

Dimana

akan

berujung pada penyesalan.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa lagu ini secara denotatif
menceritakan tentang keluhan Efek Rumah Kaca, selaku penulis lagu. Mereka
menginginkan sesuatu yang lebih baik, bukan sesuatu yang biasa pada umumnya
diberikan pada khalayak. Hal ini juga ditunjukkan dari konsistennya Efek Rumah
Kaca untuk menciptakan sesuatu yang hanya mereka sukai saja. Namun keluhankeluhan tersebut bukanlah hanya berbentuk keluhan kosong, karena Efek Rumah
Kaca juga menawarkan solusi, yaitu dengan membawa suatu hal baru yang
memang asli dari diri mereka sendiri untuk mengatasi ini semua.
Konsistensi mereka terus mereka bawa. Mereka percaya bahwa mereka
secara perlahan dapat membangun kota dan peradaban mereka sendiri. Sehingga
apa yang mereka bawa tersebut akhirnya dapat menemui pasarnya, seperti yang
mereka teriakkan berulang kali, “pasar bisa diciptakan”.
Sedangkan pada lagu kedua merupakan lanjutan dari kisah Efek Rumah
Kaca di lagu pertama. Dimana di lagu kedua Efek Rumah Kaca meceritakan
tentang kegelisahan dan kekecewaan yang dialami oleh Efek Rumah Kaca
sebelum mereka mencapai pada satu titik terang. Mereka juga menceritakan
tentang bagaimana menderitanya mereka selama menjalani proses itu semua.
Bahkan seringkali antara amarah dengan angan-angan saling tumpang tindih
selama menjalani prosesnya.
Namun hal itu akhirnya juga menuai titik terang. Dimana pada bagian reff
lagu ini Efek Rumah Kaca menggambarkan kegembiraan mereka. Cayaha yang
awalnya hanya berupa percikan akhirnya mereka bagi rata kepada semua orang
sehingga menjadi binar-binar yang bergelora.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

55

Tetapi di tengah masa terangnya, Efek Rumah Kaca juga tidak lupa untuk
selalu mengingatkan bahwasanya kegelapan di luar sana akan terus mengikuti.
Kegelapan akan terus-menerus mencari celah demi menentang titik terang ini,
sehingga semua harus tetap berhati-hati, jangan sampai hal tersebut mencapai
suatu ironi, atau sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan.
Secara konotatif dapat kita simpulkan bahwa kedua lagu ini merupakan
suatu kesatuan dari cerita panjang yang telah dialami oleh Efek Rumah Kaca
sendiri. Dimana pada sub lagu pertama yaitu “pasar bisa diciptakan” menceritakan
tentang harapan dan keyakinan dari Efek Rumah Kaca dalam menjalani hidupnya
dalam dunia musik. Kondisi industri musik Indonesia yang kini kebanyakan
hanya mengedepankan profit membuat mereka menuntut dan memprotes untuk
adanya perbaikan dalam bidang ini.
Namun tidak selamanya segala sesuatu berjalan dengan mudah, karena
bentuk protes tersebut pasti tidaklah akan langsung membuahkan hasil. Namun
Efek Rumah Kaca menunjukkan kekonsistenannya di dunia musik dengan tetap
hanya akan menciptakan suatu karya yang memang dari diri mereka, buah dari
kreatifitas mereka sendiri yang sudah tentu merupakan hal yang mereka sukai.
Mereka tidak hanya memikirkan tentang diterima atau tidaknya karya mereka di
pasar. Karna menurut mereka kebebasan dalam berkarya adalah kunci utama
kebahagiaan dalam bemusik.
Bentuk protes ini bukanlah hanya bualan semata, Efek Rumah Kaca tidak
hanya meneriakkan ketidaksetujuannya terhadap kondisi industri musik Indonesia,
namun mereka juga menawarkan solusi. Di tengah kondisi yang seperti ini,
mereka juga menyiapkan pilihan lain dalam bermusik. Solusi tersebut berupa
pembaharuan dalam bermusik. Mereka membawa semangat baru dan gaya baru
dalam bermusik yang berbeda dari musisi Indonesia kebanyakan.
Semangat dan gaya baru dalam bermusik ini pun tentunya tidak akan
melewati jalan yang mudah. Efek Rumah Kaca menjelaskan bahwa menjadi
sesuatu yang berbeda selayaknya seseorang yang sedang melawan arus. Mereka
terus mencoba konsisten pada jalan yang mereka ambil. Jalan yang menunjukkan
identitas mereka sebenarnya. Sembari dengan perlahan membangun wadah bagi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

56

orang-orang yang sepemikiran dengan mereka dan membuat jalan seperti ini
menjadi membudaya.
Semua usaha yang mereka lakukan di atas tentunya tetap diselaraskan
dengan harapan mereka tentang “pasar” mereka dapat mereka ciptakan secara
perlahan. Dimana karya yang menjadi identitas mereka ini nantinya akan dapat
diterima oleh masyarakat luas. Tentunya hal ini semua tidak hanya sebatas
harapan namun juga dibarengi dengan usaha sehingga terwujudlah keyakinan
dalam diri mereka.
Jika pada lagu “pasar bisa diciptakan” merupakan bentuk dari kegelisahan,
protes, tuntutan, solusi dan juga harapan-harapan yang memang masih mereka
angan-angankan, berbeda dengan tahapan pada sub lagu kedua yang berjudul
“cipta bisa dipasarkan”. Pada sub lagu kedua ini