Pengaruh Kolkisin Terhadap Keragaman Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Varietas Dud Unjamanee
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aglaonema sp. diperkirakan berasal dari Asia Tenggara, bahkan beberapa
varietasnya berasal dari Indonesia. Aglaonema berasal dari bahasa Yunani, yaitu
aglos yang berarti sinar dan nemayang berarti benang. Dengan demikian, secara
harfiah Aglaonema berarti benang yang bersinar. Aglaonema termasuk tanaman
hias daun, yaitu tanaman hias dengan daya tarik utama terletak pada keindahan
daun-daunnya (Subono dan Andoko, 2005).
Aglaonema sp. atau Sri Rejeki termasuk salah satu komoditas pertanian
kelompok hortikultura khususnya tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi dan prospeknya sangat cerah. Jenis tanaman ini belakangan semakin
terkenal karena keindahan warna daunnya, banyak petani bunga yang berhasil
menyilangkan dan menangkarkan hingga diperoleh tanaman baru yang warna dan
coraknya sangat indah dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Industri
florikultura nasional pada saat ini mengalami pertumbuhan yang relatif cepat
sebagai dampak positif dari meningkatnya pembangunan ekonomi di dalam
negeri. Permintaan tanaman hias di berbagai kota di Indonesia meningkat tajam
dalam beberapa tahun seiring dengan pertumbuhan kota, pembangunan real estate
dan tuntutan keindahan lingkungan (Suparno, 2007).
Indonesia merupakan negara agraris, tanaman hortikultura mendapat
perhatian besar dari pemerintah karena terbukti sebagai subsektor baru bagi
pertumbuhan di sektor pertanian. Kebutuhan tanaman hortikultura setiap tahunnya
cenderung meningkat, karena besarnya minat masyarakat terhadap tanaman
hortikultura berkaitan dengan pendapatan masyarakat dan taraf hidup masyarakat
Universitas Sumatera Utara
serta pertumbuhan penduduk. Salah satu tanaman hortikultura tersebut ialah
tanaman hias. Tanaman hias yang menjadi trend pada tahun 2007 adalah
Aglaonema, tetapi setelah trend berakhir Aglaonema mengalami penurunan
produksi (Suherman, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), produksi
tanaman Aglaonema sp. mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya,
pada tahun 2011 produksi Aglaonema sejumlah 1.553.429 pohon dan terus
mengalami penurunan sehingga pada tahun 2015 menjadi 909.502 pohon.
Penurunan produksi juga disebabkan karena kualitas Aglaonema yang dihasilkan
kurang baik (Suherman, 2013).
Upaya perakitan varietas unggul dapat dilakukan melalui kegiatan
pemuliaan tanaman dan salah satu faktor penentu keberhasilan program perakitan
varietas unggul adalah tersedianya keragaman genetik. Usaha untuk menimbulkan
keragaman genetik dapat dilakukan melalui teknik poliploidisasi, mutasi, ataupun
teknik-teknik yang lain dan untuk mendukung kegiatan pemuliaan tersebut
diperlukan upaya untuk mengkaji keragaman genetik. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengkaji keragaman genetik, salah satunya dengan
analisis berdasarkan susunan genetik, khususnya susunan kromosom, sehingga
informasi genetik suatu individu dapat diketahui (Haryanto, 2010).
Perbanyakan Aglaonema ini ada dua cara yaitu perbanyakan generatif dan
perbanyakan vegetatif. Perbanyakan Aglaonema melalui biji dimanfaatkan oleh
breeder untuk menghasilkan varian aglaonema baru yang cantik dan unik melalui
penyilangan antar jenis Aglaonema. Namun teknik ini memerlukan waktu yang
cukap lama. Perbanyakan secara vegetatif menghasilkan tanaman lebih cepat dan
Universitas Sumatera Utara
lebih banyak. Perbanyakan vegetatif juga mempunyai beberapa cara yaitu, stek
batang, stek pucuk, pemisahan anakan dan cangkok. Perbanyakan secara stek
batang, stek pucuk dan cangkok mempunyai keuntungan bisa menghasilkan
anakan yang lebih banyak, tapi kegagalannya besar yaitu luka bekas potongan
membusuk sehingga akar sulit tumbuh dan relatif lama, karena batang harus
memenuhi persyaratan tertentu. Cara yang sering dilakukan adalah cara
pemisahan anakan karena memiliki risiko kegagalan yang rendah dan lebih
banyak menghasilkan anakan Aglaonema (Sofiani, 2008).
Berdasarkan penelitian Simamora (2016) yang menyatakan bahwa
perlakuan konsentrasi kolkisin pada 2 ppm dan 4 ppm mampu menghasilkan
karakter fenotipe aneh yang berbeda. Diduga bahwa perlakuan yang diberikan
menyebabkan perubahan materi genetik di dalam tanaman, sehingga warna daun
yang dihasilkan mengalami kelainan. Penelitian tersebut dianjurkan untuk tetap
dilanjutkan karena tanaman Aglaonema yang diamati masih membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk memunculkan karakter mutasi pada keragaman fenotip
tanaman Aglaonema akibat pengaruh kolkisin.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dan lama perendaman mutagen kimia
kolkisin yang efektif untuk meningkatkan keragaman somaklonal sehingga dapat
dihasilkan mutan-mutan yang menarik dan mengkaji pengaruh konsentrasi dan
lama perendaman kolkisin terhadap keragaman morfologi dan jumlah kromosom
tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu
perendaman kolkisin dankonsentrasi kolkisinterhadap keragamanmorfologi dan
jumlah kromosom Aglaonemasp. varietas Dud Unjamanee.
Hipotesis Penelitian
-
Ada pengaruh lama waktu perendaman kolkisin terhadap keragaman
morfologi dan jumlah kromosomtanaman Aglaonemasp. varietas Dud
Unjamanee.
-
Ada pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap keragaman morfologi dan
jumlah kromosomtanaman Aglaonemasp. varietas Dud Unjamanee.
-
Ada interaksi antara lama waktu perendaman kolkisin dan konsentrasi
kolkisin terhadap keragaman morfologi dan jumlah kromosom tanaman
Aglaonemasp. varietas Dud Unjamanee.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai bahan penulisan
skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi
kepentingan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Aglaonema sp. diperkirakan berasal dari Asia Tenggara, bahkan beberapa
varietasnya berasal dari Indonesia. Aglaonema berasal dari bahasa Yunani, yaitu
aglos yang berarti sinar dan nemayang berarti benang. Dengan demikian, secara
harfiah Aglaonema berarti benang yang bersinar. Aglaonema termasuk tanaman
hias daun, yaitu tanaman hias dengan daya tarik utama terletak pada keindahan
daun-daunnya (Subono dan Andoko, 2005).
Aglaonema sp. atau Sri Rejeki termasuk salah satu komoditas pertanian
kelompok hortikultura khususnya tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi dan prospeknya sangat cerah. Jenis tanaman ini belakangan semakin
terkenal karena keindahan warna daunnya, banyak petani bunga yang berhasil
menyilangkan dan menangkarkan hingga diperoleh tanaman baru yang warna dan
coraknya sangat indah dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Industri
florikultura nasional pada saat ini mengalami pertumbuhan yang relatif cepat
sebagai dampak positif dari meningkatnya pembangunan ekonomi di dalam
negeri. Permintaan tanaman hias di berbagai kota di Indonesia meningkat tajam
dalam beberapa tahun seiring dengan pertumbuhan kota, pembangunan real estate
dan tuntutan keindahan lingkungan (Suparno, 2007).
Indonesia merupakan negara agraris, tanaman hortikultura mendapat
perhatian besar dari pemerintah karena terbukti sebagai subsektor baru bagi
pertumbuhan di sektor pertanian. Kebutuhan tanaman hortikultura setiap tahunnya
cenderung meningkat, karena besarnya minat masyarakat terhadap tanaman
hortikultura berkaitan dengan pendapatan masyarakat dan taraf hidup masyarakat
Universitas Sumatera Utara
serta pertumbuhan penduduk. Salah satu tanaman hortikultura tersebut ialah
tanaman hias. Tanaman hias yang menjadi trend pada tahun 2007 adalah
Aglaonema, tetapi setelah trend berakhir Aglaonema mengalami penurunan
produksi (Suherman, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), produksi
tanaman Aglaonema sp. mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya,
pada tahun 2011 produksi Aglaonema sejumlah 1.553.429 pohon dan terus
mengalami penurunan sehingga pada tahun 2015 menjadi 909.502 pohon.
Penurunan produksi juga disebabkan karena kualitas Aglaonema yang dihasilkan
kurang baik (Suherman, 2013).
Upaya perakitan varietas unggul dapat dilakukan melalui kegiatan
pemuliaan tanaman dan salah satu faktor penentu keberhasilan program perakitan
varietas unggul adalah tersedianya keragaman genetik. Usaha untuk menimbulkan
keragaman genetik dapat dilakukan melalui teknik poliploidisasi, mutasi, ataupun
teknik-teknik yang lain dan untuk mendukung kegiatan pemuliaan tersebut
diperlukan upaya untuk mengkaji keragaman genetik. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengkaji keragaman genetik, salah satunya dengan
analisis berdasarkan susunan genetik, khususnya susunan kromosom, sehingga
informasi genetik suatu individu dapat diketahui (Haryanto, 2010).
Perbanyakan Aglaonema ini ada dua cara yaitu perbanyakan generatif dan
perbanyakan vegetatif. Perbanyakan Aglaonema melalui biji dimanfaatkan oleh
breeder untuk menghasilkan varian aglaonema baru yang cantik dan unik melalui
penyilangan antar jenis Aglaonema. Namun teknik ini memerlukan waktu yang
cukap lama. Perbanyakan secara vegetatif menghasilkan tanaman lebih cepat dan
Universitas Sumatera Utara
lebih banyak. Perbanyakan vegetatif juga mempunyai beberapa cara yaitu, stek
batang, stek pucuk, pemisahan anakan dan cangkok. Perbanyakan secara stek
batang, stek pucuk dan cangkok mempunyai keuntungan bisa menghasilkan
anakan yang lebih banyak, tapi kegagalannya besar yaitu luka bekas potongan
membusuk sehingga akar sulit tumbuh dan relatif lama, karena batang harus
memenuhi persyaratan tertentu. Cara yang sering dilakukan adalah cara
pemisahan anakan karena memiliki risiko kegagalan yang rendah dan lebih
banyak menghasilkan anakan Aglaonema (Sofiani, 2008).
Berdasarkan penelitian Simamora (2016) yang menyatakan bahwa
perlakuan konsentrasi kolkisin pada 2 ppm dan 4 ppm mampu menghasilkan
karakter fenotipe aneh yang berbeda. Diduga bahwa perlakuan yang diberikan
menyebabkan perubahan materi genetik di dalam tanaman, sehingga warna daun
yang dihasilkan mengalami kelainan. Penelitian tersebut dianjurkan untuk tetap
dilanjutkan karena tanaman Aglaonema yang diamati masih membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk memunculkan karakter mutasi pada keragaman fenotip
tanaman Aglaonema akibat pengaruh kolkisin.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dan lama perendaman mutagen kimia
kolkisin yang efektif untuk meningkatkan keragaman somaklonal sehingga dapat
dihasilkan mutan-mutan yang menarik dan mengkaji pengaruh konsentrasi dan
lama perendaman kolkisin terhadap keragaman morfologi dan jumlah kromosom
tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu
perendaman kolkisin dankonsentrasi kolkisinterhadap keragamanmorfologi dan
jumlah kromosom Aglaonemasp. varietas Dud Unjamanee.
Hipotesis Penelitian
-
Ada pengaruh lama waktu perendaman kolkisin terhadap keragaman
morfologi dan jumlah kromosomtanaman Aglaonemasp. varietas Dud
Unjamanee.
-
Ada pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap keragaman morfologi dan
jumlah kromosomtanaman Aglaonemasp. varietas Dud Unjamanee.
-
Ada interaksi antara lama waktu perendaman kolkisin dan konsentrasi
kolkisin terhadap keragaman morfologi dan jumlah kromosom tanaman
Aglaonemasp. varietas Dud Unjamanee.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai bahan penulisan
skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi
kepentingan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara