Pengaruh Kolkisin Terhadap Keragaman Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Varietas Dud Unjamanee Chapter III VI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium Kultur
Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan
ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari 2017 sampai dengan Juni 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan tanaman
Aglaonema sp. varietas Dud Unjamanee Merah yang memiliki 5-6 helai daun
dengan tinggi tanaman 10-20 cm sebagai objek penelitian, kolkisin sebagai
mutagen tanaman, NaOH sebagai pelarut kolkisin, tween 20 sebagai agen perekat
larutan kolkisin ke tanaman, aquades sebagai pelarut kolkisin dan untuk
membersihkan bahan yang akan digunakan, kompos sebagai bahan campuran
media tanam, sekam sebagai bahan campuran media tanam, cocopeat sebagai
campuran media tanam, pupuk kandang kotoran sapi sebagai bahan campuran
media tanam, pupuk NPKMg dengan perbandingan (7 : 40 : 6 : 12) sebagai pupuk
dasar penambah unsur hara tanah, ZPT bermerk dagang Hantu SL berbahan aktif
asam giberelat 0,210 g/l; IAA 0,130 g/l; kinetin 0,105 g/l; dan zeatin 0,100 g/l
sebagai perangsang tumbuhnya tunas atau daun.
Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah insektisida
berbahan aktif Karbofuran 3% GR untuk mengendalikan hama penyakit yang

disebabkan oleh serangga tular tanah,bakterisida berbahan aktif Streptomycin
Sulfate 6,87% SP untuk mengendalikan hama penyakit yang disebabkan oleh
bakteri yang menyerang tanaman, fungisida berbahan aktif mangkozeb 80% WP

Universitas Sumatera Utara

untuk mengendalikan hama penyakit yang disebabkan oleh jamur yang
menyerang tanaman, air untuk menyiram tanaman, label sebagai penanda pada
pot, HCl untuk menghentikan pembelahan sel, acetocarmin sebagai zat pewarna
kromosom dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pot berdiameter 12 cm
dan tinggi 10 cm sebagai wadah tumbuh tanaman, paranet hitam ±65% sebagai
penyaring cahaya masuk sebanyak ±65%, gelas ukur untuk mengukur larutan
kolkisin agar sesuai dengan perlakuan, erlenmeyer sebagai wadah untuk
mengencerkan larutan kolkisin, hotplate sebagai alat untuk menghomogenkan
latutan kolkisin, magnetic stirrer sebagai pengaduk larutan kolkisin, gunting
untuk memotong daun tanaman, tong digunakan sebagai wadah untuk merendam
bahan tanaman ke dalam larutan kolkisin, Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker dan sarung tangan sebagai pelindung diri dari bahaya larutan kolkisin,
handspayer untuk menyemprot bakterisida ke tanaman, batu-bata sebagai

penyangga pot, cangkir sebagai wadah untuk menyiram tanaman, mistar untuk
mengukur panjang tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang.
Peralatan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah petridish
sebagai wadah dari objek yang diamati, pipet tetes untuk meneteskan larutan
dalam skala mikro, pisau untuk memotong bagian tanaman yang akan digunakan,
pinset untuk mengambil potongan tanaman yang digunakan, penggaris untuk
mengukur panjang bahan yang digunakan, cover glassuntuk menekan objek
pengamatan agar tidak bergeser, bunsen untuk memanaskan dan mensterilkan alat,
kaca preparat untuk meletakkan objek yang akan diamati di mikroskop,
mikroskop untuk mengamati jumlah kromosom pada tanaman, pensil berkaret

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk menekan objek pengamatan, kamera untuk mendokumentasikan
beserta alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor,
yaitu:
Faktor I


Faktor II

: Waktu Perendaman (T) dengan 2 taraf, yaitu:
T1

: 6 jam

T2

: 12 jam

: Konsentrasi Kolkisin (K) dengan 3 taraf, yaitu:
K1

: 2 ppm

K2

: 4 ppm


K3

: 6 ppm

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:
T1K1

T1K2

T1K3

T2K1

T2K2

T2K3

Jumlah kombinasi perlakuan : 6 perlakuan
Jumlahulangan (blok)


: 4 ulangan

Jumlah tanaman seluruhnya : 24tanaman
Jumlah sampel seluruhnya

: 24tanaman

Jarak antar blok

: 30 cm

Jarak antar pot

: 16 cm

Luas lahan

: 250 cm x 200 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linear aditif sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Yijk = µ + ρi + αj + �Κ + (αβ)jk + ɛijk

Dimana
Yijk

: Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke- i dengan perlakuan
lama waktu perendaman ke-j dan konsentrasi kolkisin ke-k

µ

: Nilai tengah perlakuan

ρi

: Pengaruh blok pada taraf ke-i


αj

: Pengaruh lama waktu perendaman pada taraf ke-j

�Κ

: Pengaruh konsentrasi kolkisin pada taraf ke-k

(αβ)jk

: Pengaruh interaksi antara lama waktu perendaman pada taraf ke-j
dan konsentrasi kolkisinpada taraf ke-k

ɛijk

: Galat perlakuan pada blok ke-i yang mendapatkan perlakuan lama
waktu perendaman pada taraf ke-j, perlakuan pada tarafkonsentrasi
kolkisin ke-k.

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam. Terhadap sidik ragam yang nyata

maka dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rata-Rata
Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan pada minggu pertama dengan membersihkan
rumah kaca dari segala macam kotoran dan sampah yang ada di sekitar areal
penelitian. Kemudian rumah kaca diukur seluas 250 cm x 200 cm dan dibuat blok
dengan ukuran jarak antar blok 30 cm dan jarak antar pot tanaman 16 cm.
Pembuatan Naungan
Naungan dibuat pada minggu pertama menggunakan paranet hitam ±65 %
yang diikatkan ke tiang rumah kaca sebagai atap memanjang dengan tinggi 2 m,
panjang 5 m dan lebar 3 m.
Pembuatan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran cocopeat, sekam, kompos
dan pupuk kandang kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 1 yang
seluruhnya dicampur secara homogen. Campuran media tanam disterilisasikan
dengan


menggunakan

bahan

larutaninsektisida/nematisida

berbahan

aktif

Karbofuran 3% GRsebanyak 10 gram dan dijemur di bawah paparan sinar
matahari selama 2 hari.
Pembuatan Larutan Kolkisin
Larutan kolkisin yang diperoleh merupakan larutan kolkisin dengan
konsenstrasi 100 ppm sebanyak 100 ml sehingga dilakukan pengenceran dengan
cara mengkonversikannya ke larutan kolkisin dengan konsentrasi sesuai
perlakuan. Sehingga diperoleh larutan kolkisin 100 ppm sebanyak 40 ml untuk
perlakuan 2 ppm, 80 ml untuk perlakuan 4 ppm, 120 ml untuk perlakuan 6 ppm.
Kemudian masing-masing bobot dilarutkan dengan 2 liter aquades ke dalam


Universitas Sumatera Utara

Erlenmeyer dan dihomogenkan di atas hot plate dengan menggunakan magnetic
stirrer selama 15 menit. Sambil dihomogenkan, larutan ditetesi NaOH sebanyak 2
tetes untuk mempermudah pelarutan kolkisin dan tween 20 sebanyak 2 tetes
sebagai agen perekat. Kemudian, larutan kolkisin dimasukkan ke dalam wadah
tong yang telah diberi label dan ditutup rapat.
Persiapan Bahan Anakan
Bahan anakan yang digunakan adalah Aglaonema sp. varietas Dud
Unjamanee Merah yang memiliki 5-6 helai daun dengan tinggi 10-20 cm. Bahan
anakan dikeluarkan dari pot dengan hati-hati. Dibersihkan bagian tanman dari
tanah dan segala macam kotoran dengan cara membasuhnya dengan air.
Dilakukan pembuangan seluruh daun pada tanaman untuk mengurangi kebutuhan
kolkisin sehingga bagian yang direndam adalah akar dan batang saja.
Pemberian Larutan Kolkisin
Pemberian larutan kolkisin dilakukan dengan cara merendam bagian
tanaman. Bahan anakan yang sudah dipersiapkan dimasukkan ke dalam wadah
yang sudah berisi larutan kolkisin pada masing-masing konsentrasi kolkisin 2
ppm, 4 ppm, dan 6 ppm. Direndam bahan anakan selama 6 jam dan 12 jam sesuai

perlakuan.
Penanaman Anakan
Langkah pertama adalah mengisinya dengan media tanam sampai ½
kedalaman pot. Bahantanam dikeluarkan dari wadah perendaman dan dikeringkan
menggunakan kain yang bersih untuk mencegah bahan tanam menjadi lembab
yang dapat menimbulkan tanaman menjadi terserang jamur dan mati, setelah itu
memasukkan tanaman tepat di tengah-tengah pot dan menimbunnya dengan media

Universitas Sumatera Utara

tanam sampai mendekati mulut pot. Lalu menyiramtanahnya dengan air biasa
hingga kondisi lapang dan menempatkannya di tempat teduh. Penanaman
dilakukan pada sore hari.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua atau tiga hari sekali, disesuaikan dengan
kondisi tanaman di lapangan.Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
cangkir, setiap tanaman diusahakan mendapatkan jumlah air yang sama.
Penyiraman dilakukan dengan membasahi tanahnya hingga kapasitas lapang tanpa
membasahi tanaman. Hal ini dilakukan untuk mencegah tanaman menjadi busuk,
karena tanaman sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi. Penyiraman
dilakukan pada pagi hari.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPKMg dengan
perbandingan 7: 40 : 6 : 12 sebanyak 10 gram / tanaman yang diberikan pada saat
awal penanaman sebanyak . Dan dengan menggunakan pupuk berbahan
aktifAlpha Napthalene Acetic Acid dengan dosis 2 cc per liter air dengan
pemberian sebulan sekali setelah 2 minggu penanaman yang diberikan dengan
disemprotkan pada daun dan mata tunas tanaman.
Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang
berada di dalam pot. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada saat penelitian terdapat serangan ulat pemakan daun yang menyerang
tanaman. Pengendaliannya dilakukan dengan mengutip secara manual karena
populasi ulat masih sangat rendah. Selain itu terdapat serangan penyakit berupa
busuk daun dan batang dengan ciri-ciri tangkai daun membengkok, tanaman
menjadi layu, jika serangan sudah memasuki tahap kritis akan terlihat busuk pada
bagian daun atau batang yang menimbulkan bau tak sedap dan berlendir. Diduga
serangan penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri sehingga pengendaliannya
dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang agar tidak menyebar ke
bagian yang lain dan menyemprotkannya dengan bakterisida berbahan aktif
Streptomycin Sulfate 6,87% SP sebanyak 10 ml/l.
Analisis Kromosom
Pengambilan Bahan
Pengambilan bahan dilakukan dengan memotong bagian akar dari tanaman
yang berumur 4 bulan yang meristematis sepanjang ± 0,5 cm dari ujung akar.
Ujung akar yang telah dipotong dicuci dengan air hingga bersih. Ujung akar
digunakan sebagai bahan pembuatan sediaan karena ujung akar merupakan organ
yang paling meristematis yang berkaitan dengan fungsinya sebagai alat pencari
unsur

hara

yang

selalu

membelah

dan

mencari

unsur

hara

(Setyawan dan Sutikno, 2000). Pemotongan akar dilakukan pada pukul 08.0009.00 WIB.
Fiksasi
Fiksasi dilakukan untuk mematikan jaringan tanpa menyebabkan
terjadinya perubahan pada komponen sel (Gunarso, 1988). Fiksasi dilakukan

Universitas Sumatera Utara

dengan merendam ujung akar ke dalam tube yang telah berisi larutan asam asetat
45% selama 15 menit pada suhu ruang (± 25oC).
Hidrolisis
Hidrolisis dilakukan untuk mendapatkan sel-sel yangmenyebar dalam
pengamatan kromosom dengan cara melarutkanlamela tengah sel-sel meristematis
yang belum kuat perlekatannya. Konsentrasi 1 N merupakan konsentrasi optimum
(Setyawan dan Sutikno, 2000). Hidrolisisdilakukan dengan merendam akar ke
dalam tube yang berisi larutan HCl 1Ndan memasukkan tube tersebut ke dalam
waterbath yang berisi air pada suhu 50oC selama kurang lebih 10menit, kemudian
dicuci dengan akuades 3 kali. Kecepatan reaksi HCl meningkat sejalan dengan
naiknya suhu.
Pewarnaan
Kromosom akan lebih mudah terlihat apabila digunakan teknik pewarnaan
yag khusus selama nukleus membelah. Hal ini disebabkan karena pada saat itu
kromosom mengadakan kontraksi sehingga menjadi lebih tebal dan dapat
menyerap zat warna lebih baik (Suryo, 2003). Ujung akar dimasukkan ke dalam
tube yang berisi larutan acetocarmin 2% pada suhu kamar selama 4-5 jam.
Pemencetan (Squashing)
Diambil ujung akar yang telah diwarnai lalu diletakkan di atas kaca
preparat dan dipotong hingga tersisa 1-2 mm dari ujung kemudian ditetesi dengan
larutan asam asetat 45%. Sisa pewarna atau asam asetat 45% yang terdapat pada
kaca preparat dihilangkan dengan cara menghisapnya menggunakan kertas tisu.
Selanjutnya, preparat ditutup dengan kaca penutup kemudian dipencet (squash)
dengan ibu jari atau dengan menggunakan pensil yang diketuk-ketukkan secara

Universitas Sumatera Utara

perlahan. Selanjutnya, tepi kaca penutup disegel menggunakan cat kuku bening
agar preparat tidak mengering.
Pengamatan Kromosom
Preparat yang telah tersedia diamati di bawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 1000x. Dan diamati penampakan kromosom pada layar komputer
menggunakan aplikasi Zen Lite.
Pengamatan Parameter
Persentase Anakan Hidup (%)
Anakan yang hidup tidak menunjukkan gejala busuk atau kering.
Pengamatan parameter ini diamati pada akhir penelitian pada14 MST. Data
Jumlah anakan hidup

diambil dengan rumus: Persentase Anakan Hidup = (

Total jumlah anakan

) x 100%.

Pertambahan Tinggi Tanaman (Cm)
Pengukuran tinggi tanaman Aglaonema sp. dilakukan pada awal
penanaman yang digunakan sebagai data awal dan selanjutnya diukur tinggi
tanaman di akhir penelitian sebagai data akhir. Perhitungan tinggi tanaman yang
dihitung adalah pertambahan tinggi tanaman yang tumbuh selama waktu
pengamatan dengan cara menghitung selisih tinggi tanaman akhir dengan tinggi
tanaman awal pengamatan.

Gambar 2. Daerah ukur tinggi tanaman

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Daun
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka secara
sempurna yang tumbuh selama waktu pengamatan.Jumlah daun dihitung pada
akhir penelitian (14 MST).
Jumlah Tunas
Jumlah tunas yang dihitung adalah jumlah tunas yang tumbuh selama
waktu pengamatan. Perhitungan jumlah tunas dilakukan pada saat akhir penelitian
(14 MST).
Morfologi Daun
Morfologi daun yang diamati berupa warna dan bentuk daun. Pengamatan
parameter daun diamati dengan scoring menggunakan panduan Karakterisasi
Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV
(2013).Karakter morfologi daun Aglaonema diamati secara visual dengan skoring.
Skor menggunakan skala 1 sampai dengan 9. Nilai 0 menunjukkan bahwa
deskriptor tidak dapat diobservasi. Skor adalah suatu intensitas ekspresi dari
deskriptor, menggunakan kunci sebagai berikut 1 = sangat rendah, 3 = rendah, 5 =
intermediate, 7 = tinggi, 9 = sangat tinggi.Pengamatan parameter daun diamati
pada saat akhir penelitian (14 MST). Parameter morfologi daun sebagai berikut:
a. Panjang Helaian Daun
Memilih 2 daun yang berada pada posisi di tengah. Daun tersebut
bukanlah daun primordia bunga mengukur panjang helaian daun dan
mengelompokkan sesuai acuan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Daerah ukur panjang helaian daun
b. Lebar Helaian Daun
Memilih 2 daun yang berada pada posisi di tengah. Daun tersebut
bukanlah daun primordia bunga, mengukur lebar bagian terlebar pada bagian
tengah helaian daun dan mengelompokkan sesuai acuan.

Gambar 4. Daerah ukur lebar helaian daun
c. Tepi Daun
Mengamati tepi daun, meraba dan menentukan rata tidaknya tepi helaian
daun serta mengelompokkan sesuai acuan.
1.

Smoth (rata)

2.

Curvate (tidak rata)

d. Bentuk Helaian Daun
Daun tersebut bukanlah daun primordia bunga, mengamati bentuk helaian
daun dan mengelompokkan sesuai acuan.
1.

Narrow eliptic (elips memanjang)

2.

Eliptic (elips)

3.

Ovate (bulat)

Universitas Sumatera Utara

4.

Falcate (pita)

Gambar 5. Bentuk helaian daun Aglaonema
e. Bentuk Ujung Daun
Mengamati ujung terminal daun, dan menentukan tipe ujung terminal daun
serta mengelompokkan sesuai acuan.
1.

Runcing

2.

Meruncing

3.

Tumpul

4.

Membulat

5.

Rompang / Rata

6.

Membelah

7.

Berduri

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Bentuk ujung daun Aglaonema
f. Bentuk Pangkal
Mengamati ujung terminal daun, dan menentukan tipe ujung terminal daun
serta mengelompokkan sesuai acuan.
1.

Runcing

2.

Meruncing

3.

Tumpul

4.

Membulat

5.

Rompang / Rata

6.

Berlekuk

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Bentuk pangkal daun Aglaonema
g. Tipe Variasi Warna Helaian Daun
Mengamati variasi warna pada permukaan daun bagian atas, menentukan
pola perforasi dan mengelompokkan sesuai acuan.

Gambar 8. Tipe variasi warna helaian daun
h. Jumlah Warna Helaian
Mengamati jumlah warna yang terdapat pada helaian daun bagian atas.
i. Warna Dasar Helaian
Mengamati warna dasar yang terdapat pada helaian daun bagian atas.
j. Keberadaan Warna Sekunder
Mengamati keberadaan warna sekunder yang terdapat pada helaian daun
bagian atas.

Universitas Sumatera Utara

k. Keberadaan Spot / Bulatan
Mengamati perforasi corak warna pada helaian daun bagian atas,
menentukan keberadaan corak bulatan/spot pada perforasi warna helaian daun
bagian atas dan mengelompokkan sesuai acuan.
l. Jumlah Warna yang terdapat di Spot / Bulatan
Mengamati jumlah warna yang terdapat pada spot/ bultan helaian daun
bagian atas.
m. Warna Dominan Spot / Bulatan
Mengamati warna dominan yang terdapat pada spot / bulatan helaian daun
bagian atas.
n. Perbandingan Luas Bercak dengan Helaian Daun yang Berlainan Warna
Mengamati perbandingan luas bercak dengan helaian daun yang berlainan
warna yang terdapat pada helaian daun bagian atas dan mengelompokkan sesuai
acuan
o. Jumlah Warna Dari Tulang Daun Bagian Atas
Mengamati tulang daun utama pada permukaan daun bagian atas,
menentukan jumlah warna yang terdapat pada tulang daun bagian atas.
p. Warna Utama Dari Tulang Daun Bagian Atas
Mengamati tulang daun utama pada permukaan daun bagian atas,
menentukan warna utama yang terdapat pada tulang daun dan mengelompokkan
sesuai acuan:
1.

Greenish white (hijau keputihan)

2.

Light green (hijau terang)

3.

Medium green (hijau muda)

Universitas Sumatera Utara

4.

Dark green (hijau muda)

5.

Yellow/Pink (kuning/pink)

6.

Red (merah)

7.

Brown (coklat)
Setiap karakter yang diperoleh memiliki skor atau nilai tersendiri. Berikut

adalah tabel deskriptor Aglaonema dengan penentuan skor tiap karakter (Tabel 2).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Deskriptor Aglaonema dengan penentuan skor setiap karakter
No

Deskriptor

1.

Panjang

2.

Lebar

3.

Tepi

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Bentuk Helaian
Bentuk Ujung
Bentuk Pangkal
Tipe Variasi Warna
Jumlah warna helaian
Warna dasar helaian
Keberadaan warna sekunder
Keberadaan spot/bulatan
Jumlah warna yang terdapat
di spot/bulatan

12.
13.

Warna dominan spot/bulatan

14.

Perbandingan luas bercak
dengan helaian daun yang

1

2

elips
elips
memanjang
rata
tidak rata
runcing
meruncing
runcing
meruncing
tipe 1
tipe 2
1
2

3
pendek
(< 20 cm)
pendek
(< 6 cm)
bulat
tumpul
tumpul
tpe 3
3

tidak ada
tidak ada

ada
ada

1

2

3

hijau
keputihan

hijau
terang

hijau
muda
sempit
(< 1/3)

Skor Karakter
4
5
sedang
(20-25cm)
sedang
(6-8 cm)

6

7
panjang
(> 25 cm)
panjang
(> 8 cm)

8

9

Pita
membulat rompang
membulat rompang
tipe 4
tipe 5
4
5
rhs color chart

4
hijau tua

5
Kuning/pi
nk
sedang (1/3
– 2/3)

Terbelah
Berlekuk
tipe 6
6

tipe 7
7

6

7

Merah

coklat
lebar (>
2/3)

Universitas Sumatera Utara

15.

berlainan warna
Jumlah warna dari tulang
bagian atas

16.

Warna utama tulang daun
bagian atas

17.

Panjang tangkai

18.

Perbandingan panjang
tangkai daun dengan panjang
helaian daun

19.

Jumlah warna tangkai daun

20.

Warna utama tangkai daun

21.

1

2

hijau
keputihan hijau terang

satu

hijau
muda

hijau tua

kuning/pink

pendek
(< 10 cm)

sedang
(10 - 20cm)

pendek
(< 0,4)

sedang
(0,4 – 0,6)

Merah

coklat
panjang (>
20 cm)
panjang
(> 0,6)

lebih dari
satu

hijau
keputihan hijau terang

Perubahan distribusi warna
dari muda sampai tua seiring
bertambahnya umur

hijau
muda

hijau tua kuning/pink Merah

coklat

lemah

Sedang

kuat

Sumber: Balai Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013)

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Kromosom
Kromosom yang tampak pada pengamatan dengan mikroskop dipotret dan
dari hasil cetakan dapat dihitung jumlah kromosomnya.
Karyotipe Kromosom
Karyotipe disusun dengan cara masing-masing kromosom pada setiap
seldipotong

dan

ditata

berurutan

dari

ukuran

terpanjang

sampai

terpendekberdasarkan kemiripan dari kromosom homolognya.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan lama waktu
perendaman kolkisin, konsentrasi kolkisin dan interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter persentase anakan hidup, pertambahan
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah tunas.Berdasarkan hasil pengamatan
secara visual, diketahui bahwa pada perlakuan lama waktu perendaman kolkisin
dan konsentrasi kolkisin terlihat munculnya bentukan-bentukan baru dari
penampakan morfologi daun terlihat pada perubahan ujung daun, pangkal daun,
bentuk helaian daun dan warna helaian daun.Berdasarkan pengamatan kromosom,
Taraf lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkisin yang berbeda
menyebabkan pertambahan jumlah kromosom yang beragam. Jumlah kromosom
yang terbanyak terdapat pada perlakuan T2K3 (sekitar 37 pasang).
Persentase Anakan Hidup
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
persentase tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee yang hidup adalah 100%.
Data pengamatan persentase tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee yang
hidup pada 14 MSTdapat dilihat pada lampiran 4. Berikut ini adalah rataan
persentase tanaman hidup pada 14 MST (Tabel 3).
Tabel 3. Rataan Persentase Tanaman Hidup pada 14 MST
Perlakuan
Tanaman Hidup (%)
T1K1
100 %
T1K2
100 %
T1K3
100 %
T2K1
100 %
T2K2
100 %
T2K3
100 %
Rataan
100 %

Universitas Sumatera Utara

Pertambahan Tinggi Tanaman (Cm)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam pertambahan tinggi tanaman
umur 14 MST dapat dilihat pada lampiran 5-6. Hasil analisis statistik diketahui
bahwa perlakuan lama waktu perendaman kolkisin, perlakuan konsentrasi kolkisin
dan interaksi keduanyatidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi
tanaman pada 14 MST.
Tabel 4. Rataan pertambahan tinggi tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee
pada 14 MST dengan perlakuan lama waktu perendaman kolkisin dan
konsentrasi kolkisin.
T/K
T1
T2
Rataan

K1
14,7
13,9
14,3

K2
15,2
15,6
15,4

K3
17,85
17,33
17,6

Rataan
15,9
15,6
15,8

Jumlah Daun (Helai)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun tanaman umur
14 MST dapat dilihat pada lampiran 7-8.Hasil analisis statistik diketahui bahwa
perlakuan lama waktu perendaman kolkisin, konsentrasi kolkisin dan interaksi
keduanyatidak berpenga nyata terhadap parameteruh nyatar jumlah daun pada 14
MST.
Tabel 5.Rataan jumlah daun Aglaonema var. Dud Unjamanee pada 14 MST
dengan perlakuan lama waktu perendaman kolkisin dan konsentrasi
kolkisin.
T/K
K1
K2
K3
Rataan
T1
3,3
4,0
4,25
3,8
T2
3,8
4,0
3,25
3,7
Rataan
3,5
4,0
3,8
3,8

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Tunas
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah tunas tanaman umur
14 MST dapat dilihat pada lampiran 9-10.Hasil analisis statistik diketahui bahwa
perlakuan lama waktu perendaman kolkisin, konsentrasi kolkisin dan interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah tunas pada 14 MST.
Tabel 6. Rataan jumlah tunas Aglaonema var. Dud Unjamanee pada 14 MST
dengan perlakuan lama waktu perendaman kolkisin dan konsentrasi
kolkisin.
T/K
T1
T2
Rataan

K1
4,3
4,5
4,4

K2
5,3
5,3
5,3

K3
4,50
4,25
4,4

Rataan
4,7
4,7
4,7

Skoring Morfologi Daun
Perlakuan lama waktu perendaman kolkisin dan konsentrasi kolkisin
memberikan fenotif-fenotif baru yang mempengaruhi nilai skoring. Data hasil
pengamatan skoring setiap perlakuan pada tanaman Aglaonema var. Dud
Unjamanee disajikan dalam tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan Kontrol
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
3
3
3
3
3
3
2.
Lebar
5
5
5
7
5
5
3.
Tepi
1
1
1
1
1
1
4.
Bentuk Helaian
3
2
3
3
2
3
5.
Bentuk Ujung
1
2
2
3
2
2
6.
Bentuk Pangkal
4
4
3
4
3
4
7.
Tipe Variasi Warna
5
5
5
5
5
5
8.
Jumlah warna daun
4
4
3
3
4
4
9.
Warna dasar helaian
4
4
4
4
4
4
10.
Keberadaan warna sekunder
2
2
1
1
2
2
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
2
2
2
2
2
2
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
6
6
5
6
6
6
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
5
7
7
7
7
7
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
3
2
3
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
6
6
6
6
6
6
17.
Panjang tangkai
3
3
3
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
5
7
7
7
5
5
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
4
3
4
4
4
4
21.
Perubahan distribusi warna dari muda
5
7
7
7
7
7
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
5
5
1
1
3
3
2
2
4
4
5
5
4
3
4
4
2
2
2
2
2
2
6
7

6
7

2
6
3
5

2
6
3
7

1
4
7

1
4
7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008)dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
tanpa pemberian kolkisin diperoleh tanaman Aglaonema memiliki panjang helaian
daun yang pendek, lebar helaian daun yang sedang hingga lebar, tepi yang rata,
bentuk helaian oval, bentuk ujung daun runcing, meruncing, hingga tumpul,
bentuk pangkal tumpul hingga membulat, tipe variasi warna 5, Memiliki warna
dasar daun yaitu hijau tua dan hijau muda serta memiliki spot yang berwarna
merah. Ukuran tangkai daun adalah pendek. Perubahan distribusi warna yang kuat
dari muda berwarna dasar putih kehijauan sampai tua berwarna hijau dengan
corak merah seiring bertambahnya umur.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan T1K1
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
3
3
3
3
3
3
2.
Lebar
5
5
5
5
5
5
3.
Tepi
2
2
1
1
1
2
4.
Bentuk Helaian
9
9
9
2
3
9
5.
Bentuk Ujung
1
2
2
2
2
2
6.
Bentuk Pangkal
3
6
9
4
4
6
7.
Tipe Variasi Warna
5
5
9
5
5
5
8.
Jumlah warna helaian
4
4
4
5
4
5
9.
Warna dasar helaian
4
6
4
4
4
6
10.
Keberadaan warna sekunder
2
2
2
2
2
2
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
3
3
2
2
2
3
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
6
6
5
5
5
5
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
7
7
5
5
7
3
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
2
2
2
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
6
6
5
6
6
6
17.
Panjang tangkai
3
3
3
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
5
7
5
5
5
5
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
4
4
4
4
3
4
Perubahan distribusi warna dari muda
7
7
7
7
7
7
21.
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
5
5
1
1
3
2
2
2
4
6
7
5
5
4
4
4
2
2
2
2
3

2

5

6

7

7

2
6
3

2
6
3

5

5

1
4

1
4

7

7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
dengan perendaman kolkisin selama 6 jam dan konsentrasi 2 ppm (T1K1)
didapatkan tanaman Aglaonema terjadi perubahan morfologi pada bentuk helaian
menjadi menyerupai segitiga yang berkerut dan juga membentuk mangkok.
Selain itu, bentuk pangkal dan tipe variasi warna juga berubah. Bentuk pangkal
menyatu membetuk mangkok dan tipe variasi warna yang bercorak merah dan
kuning. Perubahan karakter ini tidak terdapat pada panduan Balai Penelitian
Tanaman Hias atau UPOV sehingga diberikan nilai 9 karena perubahan karakter
yang sangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan T1K2
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
3
3
3
3
3
3
2.
Lebar
3
3
5
3
5
5
3.
Tepi
1
1
1
1
2
2
4.
Bentuk Helaian
3
3
3
3
2
2
5.
Bentuk Ujung
2
2
9
2
2
2
6.
Bentuk Pangkal
4
4
6
4
4
4
7.
Tipe Variasi Warna
5
5
5
5
5
5
8.
Jumlah warna daun
5
5
4
4
3
3
9.
Warna dasar helaian
3
3
4
4
3
3
10.
Keberadaan warna sekunder
2
2
2
1
1
1
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
3
3
2
3
2
2
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
3
3
6
5
5
5
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
5
5
3
5
5
5
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
2
2
2
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
6
6
6
6
6
6
17.
Panjang tangkai
3
3
3
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
7
7
5
7
5
5
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
3
3
4
4
3
3
21.
Perubahan distribusi warna dari muda
7
7
5
5
5
5
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
3
5
1
2
2
2
2
2
3
4
9
5
4
4
3
3
2
2
2
2
2

2

6

6

3

7

2
6
3

2
6
3

7

5

1
3

1
4

3

7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
dengan perendaman kolkisin selama 6 jam dan konsentrasi 4 ppm (T1K2)
didapatkan tanaman Aglaonema terjadi perubahan morfologi ujung daun yang
tidak seimbang atau miring.Selain itu terdapat perubahan variasi warna pada
helaian daun menjadi daun yang memiliki corak merah dalam jumlah sedikit.
Perubahan morfologi ini tidak terdapat pada panduan deskriptor Aglaonema,
sehingga diberi nilai 9 karena perubahan karakter yang sangat tinggi. Selain itu,
bentuk pangkal juga mengalami perubahan yaitu menjadi berlekuk.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 10. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan T1K3
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
3
3
3
3
3
3
2.
Lebar
5
5
7
5
5
3
3.
Tepi
1
1
1
1
1
2
4.
Bentuk helaian
2
2
3
3
2
2
5.
Bentuk ujung
9
3
2
2
2
2
6.
Bentuk pangkal
4
4
4
4
4
4
7.
Tipe variasi warna
5
5
5
5
5
5
8.
Jumlah warna helaian
4
4
4
4
4
4
9.
Warna dasar helaian
2
4
4
4
4
4
10.
Keberadaan warna sekunder
2
2
2
2
2
2
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
2
2
2
2
2
2
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
6
5
6
6
6
5
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
3
7
7
7
5
7
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
3
2
2
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
6
6
6
6
6
6
17.
Panjang tangkai
3
3
3
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
5
7
5
7
5
7
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
4
4
4
4
4
3
21.
Perubahan distribusi warna dari muda
5
7
7
7
7
7
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
3
3
1
1
3
2
3
2
4
4
5
5
3
4
4
4
2
2
2
2
2

2

6

5

3

5

2
6
3

2
6
3

5

5

1
4

1
4

3

5

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
dengan perendaman kolkisin selama 6 jam dan konsentrasi 2 ppm (T1K1)
didapatkan tanaman Aglaonema terjadi perubahan morfologi pada ujung helaian
daunyang mengecil.

Selain itu, bentuk pangkal dan tipe variasi warna juga

berubah. Perubahan karakter ini tidak terdapat pada panduan Balai Penelitian
Tanaman Hias atau UPOV sehingga diberikan nilai 9 karena perubahan karakter
yang sangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 11. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan T2K1
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
3
3
3
3
3
3
2.
Lebar
3
5
5
5
3
5
3.
Tepi
1
1
2
1
1
1
4.
Bentuk Helaian
3
2
3
2
3
2
5.
Bentuk Ujung
2
9
2
2
4
2
6.
Bentuk Pangkal
4
4
4
4
4
4
7.
Tipe Variasi Warna
5
5
5
5
5
5
8.
Jumlah warna helaian
5
4
4
5
5
4
9.
Warna dasar helaian
5
4
4
4
5
4
10
Keberadaan warna sekunder
2
2
2
2
2
2
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
2
2
2
3
2
2
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
9
6
6
5
9
6
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
5
5
5
7
5
5
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
2
2
2
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
5
6
6
6
5
6
17.
Panjang tangkai
3
3
3
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
5
7
5
5
5
7
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
3
4
4
4
3
4
21.
Perubahan distribusi warna dari muda
7
7
7
7
7
7
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
3
3
2
1
3
2
9
2
3
4
5
5
4
4
4
4
2
2
2
2
2

2

6

5

3

7

2
6
3

2
6
3

7

5

1
4

1
4

3

7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
dengan perendaman kolkisin selama 12 jam dan konsentrasi 2 ppm (T2K1)
didapatkan tanaman Aglaonema terjadi perubahan morfologi pada bentuk ujung
helaian menjadisangat meruncing dan terdapat tanaman yang ujung daun yang
menyatu membentuk terowongan. Selain itu, warna dominan spot / bulatan juga
berubah menjadi warna nila. Perubahan karakter ini tidak terdapat pada panduan
Balai Penelitian Tanaman Hias atau UPOV sehingga diberikan nilai 9 karena
perubahan karakter yang sangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 12. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan T2K2
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
3
3
3
3
3
3
2.
Lebar
5
5
5
5
5
3
3.
Tepi
1
1
2
1
1
1
4.
Bentuk Helaian
3
3
2
3
3
2
5.
Bentuk Ujung
2
3
2
1
2
2
6.
Bentuk Pangkal
4
4
4
6
4
4
7.
Tipe Variasi Warna
5
5
5
5
5
5
8.
Jumlah warna daun
4
4
4
4
4
4
9.
Warna dasar
4
4
4
4
4
4
10.
Keberadaan warna sekunder
2
2
2
2
2
2
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
2
2
2
3
2
2
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
6
3
6
5
6
6
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
3
5
7
7
7
7
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
2
2
2
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
6
6
6
6
6
6
17.
Panjang tangkai
3
3
5
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
5
7
5
5
5
7
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
4
4
4
4
4
4
21.
Perubahan distribusi warna dari muda
5
7
7
7
7
7
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
5
5
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
4
4
4
3
2
2
2
2
2

2

5

5

7

7

2
6
3

2
6
3

5

5

1
4

1
4

7

7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
dengan perendaman kolkisin selama 12 jam dan konsentrasi 4 ppm (T2K2)
didapatkan tanaman Aglaonema terjadi perubahan morfologi pada bentuk helaian
menjadi menyerupai segitiga yang berkerut. Selain itu, bentuk pangkal dan tipe
variasi warna juga berubah. Perubahan karakter ini tidak terdapat pada panduan
Balai Penelitian Tanaman Hias atau UPOV sehingga diberikan nilai 9 karena
perubahan karakter yang sangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 13. Hasil Skoring Morfologi Daun Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Var. Dud Unjamanee Perlakuan T2K3
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
No.
Karakter
D1
D2
D1
D2
D1
D2
1.
Panjang
9
3
3
3
3
3
2.
Lebar
9
5
3
3
3
3
3.
Tepi
9
1
1
1
1
1
4.
Bentuk Helaian
9
3
9
2
2
2
5.
Bentuk Ujung
9
2
3
1
3
2
6.
Bentuk Pangkal
4
6
4
4
4
4
7.
Tipe Variasi Warna
5
5
5
5
5
5
8.
Jumlah warna daun
3
4
4
4
4
4
9.
Warna dasar
4
4
4
4
4
4
10.
Keberadaan warna sekunder
1
2
2
2
2
2
11.
Keberadaan spot/bulatan
2
2
2
2
2
2
12.
Jumlah warna yang terdapat di
2
2
2
2
2
2
spot/bulatan
13.
Warna dominan spot/bulatan
6
6
5
6
6
5
14.
Perbandingan luas bercak dengan helaian
5
3
3
7
3
5
daun yang berlainan warna
15.
Jumlah warna dari tulang bagian atas
2
2
2
2
2
2
16.
Warna utama dari tulang daun bagian atas
6
6
6
6
6
6
17.
Panjang tangkai
3
3
3
3
3
3
18.
Perbandingan panjang tangkai daun
9
5
5
5
5
5
dengan panjang helaian daun
19.
Jumlah warna tangkai daun
1
1
1
1
1
1
20.
Warna utama tangkai daun
4
4
3
3
4
4
21.
Perubahan distribusi warna dari muda
9
7
5
7
3
5
sampai tua seiring bertambahnya umur

Ulangan IV
D1
D2
3
3
7
3
1
1
2
2
2
2
4
6
5
5
4
4
3
4
2
2
2
2
2

2

5

6

7

7

2
6
3

2
6
3

7

5

1
3

1
4

7

7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun dengan panduan Balai
Penelitian Tanaman Hias (2008) dan UPOV (2013) pada tanaman Aglaonema
dengan perendaman kolkisin selama 12 jam dan konsentrasi 6 ppm (T2K3)
didapatkan tanaman Aglaonema terjadi perubahan morfologi pada bentuk helaian
menjadi menggulung dan terdapat pula daun yang memiliki bentuk helaian elips
memanjang yang berombak. Perubahan karakter ini tidak terdapat pada panduan
Balai Penelitian Tanaman Hias atau UPOV sehingga diberikan nilai 9 karena
perubahan karakter yang sangat tinggi.
Keragaman Morfologi Daun
Ujung Daun
Berdasarkan hasil pengamatan secara visual, terlihat munculnya bentukanbentukan baru dari penampakan morfologi ujung daun. Bentuk ujung daun
Aglaonema var. Dud Unjamanee yang normal adalah tumpul, runcing, dan
meruncing (Gambar 9). Namun yang paling sering muncul adalah runcing.

a

b

c
Gambar 9. Bentuk ujung daun Aglaonema var. Dud Unjamanee yang normal
a) Tumpul, b) Runcing, c) Meruncing

Universitas Sumatera Utara

a

c

b

d

e

Gambar 10. Bentuk ujung daun Aglaonema var. Dud Unjamanee yang abnormal
a) Perlakuan T1K2, b) Perlakuan T1K3, c) Perlakuan T2K1,
d) Perlakuan T2K1, e) Perlakuan T2K3
Kolkisin mempengaruhi karakter fenotip tanaman, salah satunya
menghasilkan tanaman Aglaonema yang memiliki ujung daun yang abnormal
(Gambar 10).Adapun bentuk ujung daun yang abnormal tersebut adalah pada
perlakuan TIK2 terbentuk ujung daun yang tidak seimbang atau miring. Pada
perlakuan TIK3 terbentuk ujung daun yang mengecil. Pada perlakuan T2K1
terbentuk ujung daun yang sangat meruncing dan ujung daun membentuk
terowongan pada ulangan yang lainnya. Pada perlakuan T2K3 terbentuk ujung
daun yang menggulung.
Bentuk Pangkal
Bentukan penampilan baru yang lainnya akibat pegaruh lama waktu
perendaman dan konsentrasi kolkisin adalah munculnya bentuk pangkal daun
yang lain hingga abnormal. Pada umumnya bentuk pangkal Aglaonema var. Dud
Unjamanee adalah tumpul hingga membulat (Gambar 11). Namun muncul

Universitas Sumatera Utara

penampilan baru yaitu berlekuk dan abnormal membentuk mangkok (Gambar
12).

a

b

Gambar 11. Bentuk pangkal daun Aglaonema var Dud Unjamanee yang normal
a) Tumpul, b) Membulat

a

b

Gambar 12. Bentuk pangkal daun Aglaonema var Dud Unjamanee yang abnormal
a) Berlekuk, b) Membentuk mangkok
Kolkisin mempengaruhi karakter fenotip tanaman, salah satunya
menghasilkan tanaman Aglaonema

yang

memiliki pangkal daun yang

abnormal.Adapun bentuk pangkal daun yang abnormal tersebut adalah pada
perlakuan TIK1, T1K2, T2K2 dan T2K3 terbentuk pangkal daun yang berlekuk.
Pada perlakuan TIK1 terbentuk ujung daun yang membentuk mangkok.
Bentuk Helaian Daun
Bentukan penampilan baru yang lainnya akibat pegaruh lama waktu
perendaman dan konsentrasi kolkisin adalah munculnya bentuk Helaian Daun
yang abnormal. Pada umumnya bentuk helai daun Aglaonema var. Dud
Unjamanee adalah bulat namun ditemui pula bentuk elips (Gambar 13). Pada

Universitas Sumatera Utara

penelitian ini ditemukan pula bentuk baru pada Aglaonema var. Dud Unjamanee
yaitu menyerupai segitiga, menggulung dan elips memanjang (Gambar 14).

a

b

Gambar 13. Bentuk helaian daun Aglaonema var Dud Unjamanee yang normal
a) Bulat b) Elips

a

b

c
d
Gambar 14. Bentuk helaian daun Aglaonema var Dud Unjamanee yang abnormal
a) Menyerupai segitiga, b) Bentuk mangkok c) Menggulung,
d)Elips memanjang

Universitas Sumatera Utara

Hasil pengamatan terhadap tanaman mutan di atas menunjukkan
perubahan bentuk dari helaian daun yaitu pada perlakuan T1K1 memiliki bentuk
helaian daun menyerupai segitiga dan ditemukan pula bentuk daun yang
menyerupai mangkok. Pada perlakuan T2K3 mengalami perubahan bentuk daun
yang menggulung, helaian daun tersebut gagal membuka. Selain itu pada
perlakuan T2K3 ditemukan pula bentuk daun yang abnormal yaitu berbentuk elips
memanjang dan mengkerut.
Warna Helaian Daun
Bentukan penampilan baru yang lainnya akibat pegaruh lama waktu
perendaman dan konsentrasi kolkisin adalah munculnya warna helaian daun yang
abnormal. Pada umumnya warna utama Aglaonema var. Dud Unjamanee adalah
hijau tua dengan spot berwarna merah (Gambar 15). Namun, ditemukan pula
warna-warna lain seperti pada gambar 16.

Gambar 15. Warna helaian daun Aglaonema var. Dud Unjamanee yang normal

Universitas Sumatera Utara

a

d

b

c

e

f

g
Gambar 16. Warna-warna helaian daun Aglaonema var. Dud Unjamanee
abnormal
a) Warna dasar hijau tua dengan corak merah-merah muda
b) Warna dasar hijau tua dengan corak merah muda (T2K1)
c) Warna dasar hijau muda dengan bintik-bintik merah muda-krem(T1K3)
d) Warna dasar hijau tua dengan corak merah dan kuning (T1K1)
e) Warna dasar hijau muda dengan corak berwarna nila (T2K1)
f) Warna dasar kuning dengan corak berwarna nila (T2K1)
g) Warna dasar hijau tua dengan sedikit bercak merah (T1K2)

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Kromosom
Tabel 14. Jumlah Kromosom
Jumlah Kromosom
(Pasang)
Kontrol
± 21
T1K1 (Perendaman 6 jam, Konsentrasi 2 ppm)
± 24
T1K2 (Perendaman 6 jam, Konsentrasi 4 ppm)
± 27
T1K3 (Perendaman 6 jam, Konsentrasi 6 ppm)
± 35
T2K1 (Perendaman 12 jam, Konsentrasi 2 ppm)
± 25
T2K2 (Perendaman 12 jam, Konsentrasi 4 ppm)
± 29
T2K3 (Perendaman 12 jam, Konsentrasi 6 ppm)
± 37
Tabel 14 menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan, jumlah
Perlakuan

kromosom mengalami perubahan. Lama perendaman dan konsentrasi kolkisin
telah berpengaruh terhadap parameter pengamatan jumlah kromosom. Berikut
adalah gambar pengamatan jumlah kromosom pada masing-masing perlakuan.

Gambar17. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan Kontrol dengan
perbesaran 1000x yaitu 2n= ± 42

Gambar18. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan T1K1 (Perendaman
6 jam, Konsentrasi 2 ppm)dengan perbesaran 1000x yaitu 2n= ± 48

Universitas Sumatera Utara

Gambar19. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan T1K2 (Perendaman
6 jam, Konsentrasi 4 ppm)dengan perbesaran 1000x yaitu 2n = ± 54

Gambar20. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan T1K3 (Perendaman
6 jam, Konsentrasi 6 ppm) dengan perbesaran 1000x yaitu 2n= ± 70

Gambar21. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan T2K1 (Perendaman
12 jam, Konsentrasi 2 ppm) dengan perbesaran 1000x yaitu 2n= ± 50

Gambar22. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan T2K2 (Perendaman
12 jam, Konsentrasi 4 ppm) dengan perbesaran 1000x yaitu 2n= ± 58

Universitas Sumatera Utara

Gambar23. Jumlah kromosom Aglaonema dengan perlakuan T2K3 (Perendaman
12 jam, Konsentrasi 6 ppm) dengan perbesaran 1000x yaitu 2n= ± 74
Karyotipe Kromosom
Berdasarkan jumlah kromosom tanaman Aglaonema pada hasil penelitian
dapat disusun karyotipe susunan kromosom Aglaonema yaitu sebagai berikut:

Gambar 24. Karyogram pada perlakuanKontrol yaitu 2n = ± 42

Gambar 25. Karyogram pada perlakuan T1K1 (Perendaman 6 jam,
Konsentrasi 2 ppm) yaitu 2n = ± 48

Universitas Sumatera Utara

Gambar 26. Karyogram pada perlakuanT1K2 (Perendaman 6 jam,
Konsentrasi 4 ppm) yaitu 2n = ± 54

Gambar 27. Karyogram pada perlakuanT1K3 (Perendaman 6 jam,
Konsentrasi 6 ppm) yaitu 2n= ± 70

Gambar 28. Karyogram pada perlakuanT2K1 (Perendaman 12 jam,
Konsentrasi 2 ppm) yaitu 2n= ± 50

Universitas Sumatera Utara

Gambar 29. Karyogram pada perlakuanT2K2 (Perendaman 12 jam,
Konsentrasi 4 ppm) yaitu 2n= ± 58

Gambar 30. Karyogram pada perlakuanT2K3 (Perendaman 12 jam,
Konsentrasi 6 ppm) yaitu 2n= ± 74
Hasil analisis karyotipe tanaman Aglaonema menunjukkan bahwa pada
setiap perlakuan memberikan hasil karyogram yang berbeda dan beragam.
Kromosom yang dipasangkan dengan homolognya mempunyai kemiripan dan
ukuran. Pada penelitian ini, teridentifikasi beberapa pasangan kromosom yang
memiliki bentuk dan ukuran yang meliki kemiripan sehingga menimbulkan
kesulitan dalam penentuan pasangan kromosom homolog.
Pembahasan
Hasil persentase tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee yang hidup
pada 14 MST adalah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman Aglaonema

Universitas Sumatera Utara

memiliki ketahanan yang tinggi terhadap perlakuan lama waktu perendaman dan
konsentrasi kolkisin yang diberikan. Hal ini sesuai dengan literatur Suryo (1995)
yang menyatakan sel-sel tumbuhan umumnya tahan terhadap konsentrasi kolkisin
yang relatif kuat. Subtansi kolkisin cepat mengadakan difusi ke jaringan tanaman
dan kemudian disebarkan ke berbagai bagian tubuh tanaman melalui jaringan
pengangkut.
Perlakuan lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkisin pada
Aglaonema var. Dud Unjamanee secara uum memberikan pengaruh yang tidak
nyata terjadap parameter pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
tunas. Hal ini diduga karena perlakuan yang diberikan masih belum mencapai
keadaan yang tepat terhadap tanaman Aglaonema var. Dud Unjamanee. Hal ini
sesuai dengan literatur Simamora (2016) yang melakukan penelitian pemberian
kolkisin terhadap Aglaonema var. Yellow Lipstick. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada konsentrasi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 6 ppm, tidak
memberikanpengaruh yang nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun jumlah
tunas, panjang daun terpanjang dan lebar daun terlebar.
Hasil penelitian pada parameter pertambahan tinggi tanaman Aglaonema
var Dud Unjamanee juga menunjukkan hasil yang sama pada penelitian tanaman
se-famili-nya yaitu Anthurium (Araceae) oleh Nurwanti (2010) yang menyatakan
bahwa pengaruh konsentrasi kolkisin, lama perendaman dan interaksi keduanya
tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas. Suryo (1995) juga
menyatakan bahwa jika konsentrasi dan lamanya waktu perlakuan kurang
mencapai keadaan yang tepat maka poliploidi belum dapat diperoleh. Sebaliknya
jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perlakuan terlalu lama, maka

Universitas Sumatera Utara

kolkhisin akan memperlihatkan pengaruh negatif yaitu penampilan tanaman
menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan matinya
tanaman.
Berdasarkan hasil uji skoring morfologi daun (Tabel 7-13)

bahwa

tanaman mutan Aglaonema menghasilkan fenotip-fenotip baru. Perubahan
morfologi tanaman mutan Aglaonema var Dud Unjamanee terlihat pada
perubahan ujung daun, pangkal daun, bentuk helaian daun dan warna helaian
daun.Perubahan fenotip seperti ini juga ditemui pada penelitian Prasetyo (2007)
yang melakukan penelitian mutasi tanaman timun menggunakan kolkisin. Terjadi
perubahan morfologi berupa buah mentimun yang dempet. Hal ini diduga bahwa
perlakuan yang diberikan secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetik dalam tanaman sehingga buah yang dihasilkan
mengalami kelainan. Welsh (1991) juga menyatakan bahwa terjadinya
pelipatgandaan jumlah kromosom akan menyebabkan perubahan tanaman dari
bentuk aslinya (perubahan warna, ukuran, bentuk dan sebagainya).
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah kromosom, diketahui bahwa
pemberian kolkisin telah berpengaruh terhadap perubahan jumlah kromosom.
Kromosom Aglaonema pada perlakuan Kontrol adalah 2n = 21. Pada penelitian
ini terjadi penambahan jumlah kromosom yang tidak tepat dari jumlah
pelipatgandaan kromosom tanaman Aglaonema yang normal. Hal ini dapat terjadi
sebagai akibat duplikasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom ini sangat
menguntungkan untuk pemuliaan tanaman hias karena menghasilkan penempilanpenampilan baru yang unik. Hal ini sesuai dengan literatur Suryo (2007) yang
menyatakan bahwa perubahan jumlah kromosom disebabkan pemberian kolkisin

Universitas Sumatera Utara

dengan konsentrasi kritis yang dapat mencegah terbentuknya benang plasma dari
gelendong inti (spindel) sehingga pemisahan kromosom pada tahap metafase ke
anafase tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tapa
penggandaan dinding sel.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Lama waktu perendaman kolkisin, konsentrasi kolkisin dan interaksi
keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter persentase
anakan hidup, pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah tunas.
2. Lama waktu perendaman kolkisin, konsentrasi kolkisin dan interaksi
keduanya memberikan perubahan morfologi tanaman mutan Aglaonema var
Dud Unjamanee terlihat pada perubahan ujung daun, pangkal daun, bentuk
helaian daun dan warna helaian daun.
3. Taraf lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkisin yang berbeda
menyebabkan pertambahan jumlah kromosom yang beragam. Jumlah
kromosom yang terbanyak terdapat pada perlakuan T2K3 (sekitar 37 pasang).
Saran
Saran penulis adalah hasil perubahan morfologi Aglaonema dapat
digunakan sebagai bahan dalam upaya perakitan varietas atau kultivar unggul
yang baru. Selain itu perlu dilakukan penelitian kromosom dengan teknik
pemitaan kromosom (chromosome banding) untuk identifikasi kromosom secara
individual dan lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara