Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas
penyelenggaraan negara adalah tuntutan perkembangan lingkungan strategis
nasional dan internasional. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran
strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi, pengembangan wilayah dan
integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Oleh
karena itu harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan
kelancaran
berlalu
lintas
dan
angkutan jalan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI No. 22 Tahun 2009).
Keselamatan dan kesehatan pengendara pengguna lalu lintas di jalan raya
merupakan ranah manjemen dari program kesehatan dan keselamatan kerja
transportasi (K3) Transportasi.
Sektor transportasi darat termasuk kendaraan
pribadi yang berupa kendaran roda dua atau sepeda motor memiliki peranan yang
sangat penting dalam masyarakat karena turut menggerakkan roda perekonomian
dan mobilitas masyarakat. Melalui moda transportasi, diselenggarakan kegiatan
angkutan barang, penumpang dan jasa lainnya dari suatu daerah kedaerah lainnya
(Siahaan, 2013).
Berdasarkan hal tersebut dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang memberikan
1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
persyaratan untuk sistem manajemen K3 untuk membantu perusahaan ataupun
perseorangan dalam mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan kinerja
K3 sekaligus produktivitas perusahaan. Sistim Manajemen K3 Transportasi ini
berlaku bagi perusahaan jasa angkutan darat untuk :1) Membangun sistim
Manajamen K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas atau kejadian
lainnyan yang tidak diinginkan; 2) Menerapkan , memelihara dan meningkatkan
SMK3 secara terus menerus; 3) Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi
norma keselamatan yang ditentukan (Siahaan, 2013).
Ketidakamanan dan ketidaktertiban dapat menyebabkan kecelakaan.
Kecelakaan dapat terjadi pada setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu
lebih sering terjadi pada keadaan manusia berlalu lintas sebab lalu lintas itu terjadi
hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana-mana. Kesibukan
lalu lintas terjadi di darat, laut dan udara. Hingga dewasa ini perhatian masih banyak
ditujukan pada lalu lintas darat walaupun masalah lalu lintas di laut dan udara tidak
kalah menariknya. Karena angka kejadian dan kematian pada kecelakaan lalu lintas
darat sangat tinggi, terutama dikarenakan cedera kepala. Sehingga dianggap jalan
raya adalah kuburan terpanjang di dunia (Bustan, 2007).
Berdasarkan laporan Global Status report on Road Safety-Time for Action,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian
akibat kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular
dengan jumlah kematian tertinggi. WHO melaporkan pada tahun 2009 dari kajian
di 178 negara, setiap tahun sekitar 1,3 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan
lalu lintas dan 20 - 50 juta jiwa menderita luka/cacat dimana 90% terjadi di negara-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3
negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak tahun 2004-2009 dilaporkan jumlah
kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak terjadi penurunan yang signifikan.
Pejalan kaki, pengemudi sepeda, dan pengemudi sepeda motor merupakan
kelompok terbesar yang menjadi korban, jumlahnya hampir separuh dari total
korban (Kemenkes RI, 2011).
Jumlah tersebut di atas dipastikan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta
orang di tahun 2020 mendatang apabila tidak dilakukan apapun untuk menekan
jumlah kecelakaan. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan diperkirakan
menjadi penyebab kematian nomor lima di dunia setelah penyakit jantung, stroke,
paru dan infeksi saluran pernapasan. Atas keprihatinan kondisi yang ada saat ini,
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meluncurkan Decade of Action for Road Safety
(Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah PBB
tersebut. Dekade Aksi Keselamatan Jalan (DAKJ) yang memiliki rentang waktu 10
tahun (2010-2020), memiliki lima pilar yakni manajemen keselamatan jalan,
infrastruktur, kendaraan yang lebih menjamin kesehatan, perilaku pengguna jalan,
dan penanganan pasca kecelakaan (Kemenhub RI, 2011).
Di seluruh dunia, kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,2 juta jiwa
dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2011).
Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada, 90% di antaranya terjadi di negara-negara
berkembang seperti Indonesia dan kerugian materiil yang ditimbulkan mencapai
sekitar 3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tiap-tiap negara (Kemenkes RI,
2011). Sehingga memicu Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan
resolusi dengan membentuk Global Road Safety Partnership (GRSP) di bawah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4
pengawasan WHO pada 2006 silam, dengan tujuan utama menekan angka
kecelakaan dan tingkat fatalitas yang ditimbulkan terhadap korban-korbannya.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga meluncurkan Decade of Action for Road
Safety (Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah
PBB tersebut dengan menerapkan Dekade Aksi Keselamatan Jalan Indonesia 20102020 (Kemenhub RI, 2011). Diperkirakan pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas
akan menjadi penyebab kematian tertinggi setelah jantung dan depresi (WHO,
2004). Hingga saat ini kecelakaan jalan raya masih memegang predikat
“pembunuh” terbesar ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan TBC
(Kemenhub RI, 2011).
Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun
2015, terdapat 39.690 kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia, dengan kasus
kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 8.163
kasus, kemudian di Jawa Tengah sebanyak 6.772 kasus, disusul provinsi Jawa Barat
sebanyak 3.462 kasus, dan provinsi Sumatera Utara berada pada urutan keempat
yakni sebanyak 2.827 kasus (Korlantas Polri, 2015).
Kondisi lalu lintas di Sumatera Utara ini juga masih belum baik. Bahwa
kesadaran keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di
Sumatera Utara sampai saat ini masih tergolong rendah. Hal itu didukung dengan
data kecelakaan lalu lintas di wilayah Sumatera Utara tahun 2014. Direktorat Lalu
Lintas Polda Sumatera Utara mencatat sebanyak 5.643 kasus kejadian kecelakaan
yang berarti perharinya 15-16 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban 1.753
jiwa meninggal dunia atau 4-5 orang meninggal setiap harinya (Elin, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5
Sementara pada 2015, tercatat sebanyak 6.396 kasus yang berarti setiap
harinya terjadi 19-20 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban jiwa meninggal
dunia mencapai 1.821 jiwa atau 4-5 orang meninggal setiap harinya. Data tersebut
menunjukan peningkatan kecelakaan lalu lintas yang signifikan, yakni 13,3% dan
korban meninggal dunia juga meningkat 3,8%. Bahkan data yang ada menunjukkan
hampir separuh dari kasus kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara berakibat fatal
yakni meninggal dunia. Saat ini, pengguna jalan di Sumatera Utara khususnya di
kota Medan memiliki perilaku berkendaraan yang buruk yakni rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku.
Kejadian kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2015 meningkat
dan angka kematian masih tinggi. Dari data yang dihimpun oleh Satuan Lalu Lintas
Polresta Medan, pada tahun 2014 kecelakaan lalu lintas mencapai 1.326 kasus
dengan korban meninggal sebanyak 292 jiwa, luka berat sebanyak 647 jiwa dan
luka ringan 752 jiwa dan total korban keseluruhan 1.691 jiwa. Sedangkan pada
tahun 2015 terjadi 1.598 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal
sebanyak 251 jiwa, luka berat sebanyak 939 jiwa dan luka ringan sebanyak 868
jiwa.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2010-2014 yaitu
Indonesia berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2015. Diharapkan baik
individu, masyarakat dan perusahaan sadar dan peduli akan keselamatan dan
kesehatan kerja dimanapun berada karena menyadari keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan kebutuhan. Dengan demikian akan terwujudlah setiap orang
berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga terciptalah pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
keselamatan dan kesehatan kerja baik di rumah tangga, lingkungan masyarakat
dan perusahaan/tempat kerja (Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI, 2009).
Keselamatan dalam berlalu lintas merupakan sesuatu hal yang harus
diperhatikan dalam keselamatan kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat, defenisi kerja adalah melakukan sesuatu dan juga dapat diartikan sesuatu
yang dilakukan untuk mencari nafkah (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008).
Jadi seseorang yang sedang mengemudi atau menyeberang merupakan seseorang
yang sedang melakukan kerja. Karena itu kecelakaan lalu lintas termasuk masalah
yang juga harus diatasi dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Potret buruk dalam
berlalu lintas dengan angka kecelakaan lalu lintas darat yang angka kematiannya
tinggi, membuat kecelakaan lalu lintas darat menjadi beban kesehatan masyarakat.
Jumlah kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas di Sumatera
Utara tahun 2015 sekitar 11.139 kasus kecelakaan yang terdiri dari 7.585 kasus
kecelakaan sepeda motor, 1.743 kasus kecelakaan pada mobil penumpang, 1.329
kasus kecelakaan pada mobil barang, 269 kasus kecelakaan pada bus, dan 213 kasus
kecelakaan pada kendaraan khusus. Pada kota Medan jumlah kasus kecelakaan lalu
lintas sepeda motor sekitar 2.047.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015 untuk selanjutnya
dilakukan upaya pencegahan untuk meminimalisir kejadian kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ bagaimana gambaran faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015?”
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota
Medan tahun 2015.
1.3.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui karakteristik (jenis kelamin, usia, pekerjaan, kepemilikan SIM)
pengendara sepeda motor yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas di
kota Medan tahun 2015.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
3. Mengetahui lokasi dan waktu terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terjadi
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
4. Mengetahui jenis kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara
sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
5. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam upaya pencegahan
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan.
2. Sebagai informasi bagi pengguna jalan khususnya pengendara sepeda
motor tentang faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu di kota Medan
agar tetap waspada dan mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.
3. Sebagai bahan literatur kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut di masa
mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas
penyelenggaraan negara adalah tuntutan perkembangan lingkungan strategis
nasional dan internasional. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran
strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi, pengembangan wilayah dan
integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Oleh
karena itu harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan
kelancaran
berlalu
lintas
dan
angkutan jalan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI No. 22 Tahun 2009).
Keselamatan dan kesehatan pengendara pengguna lalu lintas di jalan raya
merupakan ranah manjemen dari program kesehatan dan keselamatan kerja
transportasi (K3) Transportasi.
Sektor transportasi darat termasuk kendaraan
pribadi yang berupa kendaran roda dua atau sepeda motor memiliki peranan yang
sangat penting dalam masyarakat karena turut menggerakkan roda perekonomian
dan mobilitas masyarakat. Melalui moda transportasi, diselenggarakan kegiatan
angkutan barang, penumpang dan jasa lainnya dari suatu daerah kedaerah lainnya
(Siahaan, 2013).
Berdasarkan hal tersebut dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang memberikan
1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
persyaratan untuk sistem manajemen K3 untuk membantu perusahaan ataupun
perseorangan dalam mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan kinerja
K3 sekaligus produktivitas perusahaan. Sistim Manajemen K3 Transportasi ini
berlaku bagi perusahaan jasa angkutan darat untuk :1) Membangun sistim
Manajamen K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas atau kejadian
lainnyan yang tidak diinginkan; 2) Menerapkan , memelihara dan meningkatkan
SMK3 secara terus menerus; 3) Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi
norma keselamatan yang ditentukan (Siahaan, 2013).
Ketidakamanan dan ketidaktertiban dapat menyebabkan kecelakaan.
Kecelakaan dapat terjadi pada setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu
lebih sering terjadi pada keadaan manusia berlalu lintas sebab lalu lintas itu terjadi
hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana-mana. Kesibukan
lalu lintas terjadi di darat, laut dan udara. Hingga dewasa ini perhatian masih banyak
ditujukan pada lalu lintas darat walaupun masalah lalu lintas di laut dan udara tidak
kalah menariknya. Karena angka kejadian dan kematian pada kecelakaan lalu lintas
darat sangat tinggi, terutama dikarenakan cedera kepala. Sehingga dianggap jalan
raya adalah kuburan terpanjang di dunia (Bustan, 2007).
Berdasarkan laporan Global Status report on Road Safety-Time for Action,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian
akibat kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular
dengan jumlah kematian tertinggi. WHO melaporkan pada tahun 2009 dari kajian
di 178 negara, setiap tahun sekitar 1,3 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan
lalu lintas dan 20 - 50 juta jiwa menderita luka/cacat dimana 90% terjadi di negara-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3
negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak tahun 2004-2009 dilaporkan jumlah
kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak terjadi penurunan yang signifikan.
Pejalan kaki, pengemudi sepeda, dan pengemudi sepeda motor merupakan
kelompok terbesar yang menjadi korban, jumlahnya hampir separuh dari total
korban (Kemenkes RI, 2011).
Jumlah tersebut di atas dipastikan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta
orang di tahun 2020 mendatang apabila tidak dilakukan apapun untuk menekan
jumlah kecelakaan. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan diperkirakan
menjadi penyebab kematian nomor lima di dunia setelah penyakit jantung, stroke,
paru dan infeksi saluran pernapasan. Atas keprihatinan kondisi yang ada saat ini,
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meluncurkan Decade of Action for Road Safety
(Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah PBB
tersebut. Dekade Aksi Keselamatan Jalan (DAKJ) yang memiliki rentang waktu 10
tahun (2010-2020), memiliki lima pilar yakni manajemen keselamatan jalan,
infrastruktur, kendaraan yang lebih menjamin kesehatan, perilaku pengguna jalan,
dan penanganan pasca kecelakaan (Kemenhub RI, 2011).
Di seluruh dunia, kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,2 juta jiwa
dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2011).
Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada, 90% di antaranya terjadi di negara-negara
berkembang seperti Indonesia dan kerugian materiil yang ditimbulkan mencapai
sekitar 3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tiap-tiap negara (Kemenkes RI,
2011). Sehingga memicu Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan
resolusi dengan membentuk Global Road Safety Partnership (GRSP) di bawah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4
pengawasan WHO pada 2006 silam, dengan tujuan utama menekan angka
kecelakaan dan tingkat fatalitas yang ditimbulkan terhadap korban-korbannya.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga meluncurkan Decade of Action for Road
Safety (Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah
PBB tersebut dengan menerapkan Dekade Aksi Keselamatan Jalan Indonesia 20102020 (Kemenhub RI, 2011). Diperkirakan pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas
akan menjadi penyebab kematian tertinggi setelah jantung dan depresi (WHO,
2004). Hingga saat ini kecelakaan jalan raya masih memegang predikat
“pembunuh” terbesar ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan TBC
(Kemenhub RI, 2011).
Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun
2015, terdapat 39.690 kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia, dengan kasus
kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 8.163
kasus, kemudian di Jawa Tengah sebanyak 6.772 kasus, disusul provinsi Jawa Barat
sebanyak 3.462 kasus, dan provinsi Sumatera Utara berada pada urutan keempat
yakni sebanyak 2.827 kasus (Korlantas Polri, 2015).
Kondisi lalu lintas di Sumatera Utara ini juga masih belum baik. Bahwa
kesadaran keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di
Sumatera Utara sampai saat ini masih tergolong rendah. Hal itu didukung dengan
data kecelakaan lalu lintas di wilayah Sumatera Utara tahun 2014. Direktorat Lalu
Lintas Polda Sumatera Utara mencatat sebanyak 5.643 kasus kejadian kecelakaan
yang berarti perharinya 15-16 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban 1.753
jiwa meninggal dunia atau 4-5 orang meninggal setiap harinya (Elin, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5
Sementara pada 2015, tercatat sebanyak 6.396 kasus yang berarti setiap
harinya terjadi 19-20 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban jiwa meninggal
dunia mencapai 1.821 jiwa atau 4-5 orang meninggal setiap harinya. Data tersebut
menunjukan peningkatan kecelakaan lalu lintas yang signifikan, yakni 13,3% dan
korban meninggal dunia juga meningkat 3,8%. Bahkan data yang ada menunjukkan
hampir separuh dari kasus kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara berakibat fatal
yakni meninggal dunia. Saat ini, pengguna jalan di Sumatera Utara khususnya di
kota Medan memiliki perilaku berkendaraan yang buruk yakni rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku.
Kejadian kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2015 meningkat
dan angka kematian masih tinggi. Dari data yang dihimpun oleh Satuan Lalu Lintas
Polresta Medan, pada tahun 2014 kecelakaan lalu lintas mencapai 1.326 kasus
dengan korban meninggal sebanyak 292 jiwa, luka berat sebanyak 647 jiwa dan
luka ringan 752 jiwa dan total korban keseluruhan 1.691 jiwa. Sedangkan pada
tahun 2015 terjadi 1.598 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal
sebanyak 251 jiwa, luka berat sebanyak 939 jiwa dan luka ringan sebanyak 868
jiwa.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2010-2014 yaitu
Indonesia berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2015. Diharapkan baik
individu, masyarakat dan perusahaan sadar dan peduli akan keselamatan dan
kesehatan kerja dimanapun berada karena menyadari keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan kebutuhan. Dengan demikian akan terwujudlah setiap orang
berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga terciptalah pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
keselamatan dan kesehatan kerja baik di rumah tangga, lingkungan masyarakat
dan perusahaan/tempat kerja (Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI, 2009).
Keselamatan dalam berlalu lintas merupakan sesuatu hal yang harus
diperhatikan dalam keselamatan kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat, defenisi kerja adalah melakukan sesuatu dan juga dapat diartikan sesuatu
yang dilakukan untuk mencari nafkah (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008).
Jadi seseorang yang sedang mengemudi atau menyeberang merupakan seseorang
yang sedang melakukan kerja. Karena itu kecelakaan lalu lintas termasuk masalah
yang juga harus diatasi dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Potret buruk dalam
berlalu lintas dengan angka kecelakaan lalu lintas darat yang angka kematiannya
tinggi, membuat kecelakaan lalu lintas darat menjadi beban kesehatan masyarakat.
Jumlah kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas di Sumatera
Utara tahun 2015 sekitar 11.139 kasus kecelakaan yang terdiri dari 7.585 kasus
kecelakaan sepeda motor, 1.743 kasus kecelakaan pada mobil penumpang, 1.329
kasus kecelakaan pada mobil barang, 269 kasus kecelakaan pada bus, dan 213 kasus
kecelakaan pada kendaraan khusus. Pada kota Medan jumlah kasus kecelakaan lalu
lintas sepeda motor sekitar 2.047.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015 untuk selanjutnya
dilakukan upaya pencegahan untuk meminimalisir kejadian kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ bagaimana gambaran faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015?”
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota
Medan tahun 2015.
1.3.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui karakteristik (jenis kelamin, usia, pekerjaan, kepemilikan SIM)
pengendara sepeda motor yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas di
kota Medan tahun 2015.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
3. Mengetahui lokasi dan waktu terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terjadi
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
4. Mengetahui jenis kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara
sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
5. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi
pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam upaya pencegahan
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan.
2. Sebagai informasi bagi pengguna jalan khususnya pengendara sepeda
motor tentang faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu di kota Medan
agar tetap waspada dan mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku.
3. Sebagai bahan literatur kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut di masa
mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara