Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian bersifat deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif bermaksud untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab
kecelakaan lalu lintas pada pengendara bermotor di kota Medan berdasarkan data
sekunder yang bersumber dari laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan tahun
2015. Data dikumpulkan untuk ditabulasi dan dianalisis dalam bentuk distribusi
dan frekuensi dan hitungan persentasenya.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Unit Laka Lantas Satlantas Polresta


Medan. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah
bahwa telah terhimpunnya data lengkap mengenai kecelakaan lalu lintas di kota
Medan pada Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan tersebut.
3.2.2

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai dengan bulan
Mei 2017.

46
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

47

3.3


Populasi dan Sampel

3.3.1

Populasi

Populasi dari penelitian ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas
pengendara sepeda motor di wilayah kota Medan yang tercatat oleh Unit Laka
Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015, yaitu sebanyak 1.598 kejadian
kecelakaan lalu lintas.
3.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Dalam hal ini proses pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme
penentuan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kejadian
kecelakaan lalu lintas dimana identitasnya dicatat dengan lengkap dan duduk
kejadian tercantum di BAP secara jelas, sedangkan kriteria eksklusi adalah
kecelakaan lalu lintas yang merupakan kasus tabrak lari, dimana identitasnya
tidak lengkap dan duduk kejadian belum diketahui. Berdasarkan kriteria di
atas maka di dapat kejadian kecelakaan lalu lintas yang memenuhi kriteria
sampel


penelitian

(kriteria

inklusi).

Jumlah

sampel

yang memenuhi

kriteria adalah 682 kejadian kecelakaan lalu lintas.
3.4

Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari

laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di

Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan mulai bulan Januari hingga
Desember 2015. Data kecelakaan sepeda motor dipilih tahun 2015 karena sudah
direkap secara rapi oleh Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan dan kasus

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

48

kecelakaan seluruhnya telah selesai ditangani, sehingga lebih mudah
dimungkinkan sebagai sumber data sekunder untuk dilakukan penelitian.
3.5

Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah
1. Kejadian kecelakaan sepeda motor di kota Medan tahun 2015,
merupakan laporan kejadian kecelakaan sepeda motor yang terjadi di
kota Medan yang tercatat dalam laporan kasus dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat

Lantas Polresta Medan mulai bulan Januari hingga Desember 2015.
2. Karakteristik pengendara sepeda motor; merupakan identitas atau status
pribadi atau gambaran demografis yang dimiliki oleh pengendara
sepeda motor.
a) Jenis kelamin, yaitu identitas gender yang dimiliki oleh pengendara
yang dibedakan dengan laki-laki dan perempuan.
b) Usia, yaitu hitungan umur pengendara yang dihitung dari tanggal
lahir, sampai dengan usia pengendara ketika terjadinya kecelakaan.
c) Pekerjaan, yaitu mata pencaharian yang dilakukan pengendara
untuk mendapatkan pengasilan.
d) Kepemilikan SIM, merupakan status kepemilikan SIM yang
dimiliki pengendara apakah memiliki SIM atau tidak memiliki SIM.

3. Unsafe Action (tindakan yang tidak aman); merupakan segala sesuatu
yang memiliki keterkaitan dengan faktor manusia sebagai pengendara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


49

sepeda motor dan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas
yang meliputi :
a) Lengah, merupakan suatu kondisi dimana pengendara tidak fokus
atau berkonsentrasi ketika mengendarai sepeda motor.
b) Mengantuk, merupakan suatu kondisi dimana pengendara sedang
merasa kantuk ketika mengendarai sepeda motor
c) Mabuk, merupakan suatu kondisi dimana pengedara sedang berada
dibawa pengaruh alkohol ketika mengendarai sepeda motor.
d) Tidak tertib, yaitu kondisi dimana pengendara tidak memtauhi
rambu-rambu lalu lintas yang ada dijalan ketika pengendara
mengendarai sepeda motor.
e) Tidak terampil, yaitu kondisi dimana pengendara tidak memiliki
kemampuan yang cukup baik untuk mengendarai sepeda motor.
f) Kecepatan tinggi, yaitu kondisi dimana pengendara mengendarai
sepeda motor dengan keepatan melebihi kecepatan aman.
4. Unsafe condition (kondisi yang tidak aman) ; merupakan segala sesuatu
yang memiliki keterkaitan dengan situasi yang tidak aman yang dapat
menyebabkan tejadinya kecelakaan sepeda motor.

1.) Faktor Kendaraan
a) Rem blong, yaitu suatu kondisi dimana rem sepeda motor tidak
berfungsi.
b) Lampu kendaraan, yaitu suatu kondisi dimana lampu kendaraan
sepeda motor tidak berfungsi yang memicu terjadinya kecelakaan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

50

lalu lintas pada kondisi jalan yang gelap.
c) Selip, yaitu kondisi dimana berkurangnya traksi roda atau
cengkraman roda terhadap lintasan. Selip terjadi karena perbedaan
kecepatan putaran roda depan dengan roda belakang, bisa salah satu
yang lebih cepat atau lebih lambat. Ketika terjadi ban selip, motor
akan sulit dikendalikan dan berakibat kecelakaan.
2.) Faktor Jalan
a) Jalan tanpa lampu, yaitu suatu kondisi jalan yang tidak memiliki

penerangan atau lampu sehingga menjadikan jalanan menjadi gelap
dan memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.
b) Jalan rusak, yaitu suatu kondisi jalan yang tidak aman dilalui oleh
pengendara dikarenakan kondisi jalan yang tidak sesuai dengan nilai
keamanan untuk dilalui oleh kendaraan.
c) Jalan berlubang, yaitu suatu kondisi dimana jalan memiliki
kubangan atau lubang yang memicu terjadinya kecelakaan lalu
lintas.
d) Jalan licin, yaitu suatu kondisi dimana jalanan yang dilalui
pengendara dalam kondisi licin, yang menyebabkan ban kendaraan
tergelincir dan terjadi kecelakaan lalu lintas.
e) Tanpa marka/rambu, suatu kondisi dimana jalan tidak memiliki
rambu lalu lintas yang mencukupi yang memicu terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
f) Tikungan tajam, kondisi jalan yang memiliki belokan yang tajam,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


51

yang memerlukan kewaspadaan pengendara dalam mengatur arah
belokan kendaraannya agar tidak terjadi tabrakan dengan
pengendara di depannya.
3) Faktor Alam
a) Kabut/Mendung, yaitu suatu kondisi dimana penglihatan pengendara
menjadi berkurang, karena adanya kabut yang menghalangi
penglihatan pengendara, sehingga memicu terjadinya kecelakaan
lalu lintas.
b) Hujan, yaitu suatu konidisi dimana pengendara mengendarai sepeda
motor ketika turun hujan, yang menyebbkan pandangan pengendara
menjadi terhalang, dan jalanan menjadi licin, sehingga memicu
terjadinya kecelakaan lalu lintas.
5. Lokasi terjadinya kecelakaan, yaitu karaketristik tempat ketika
kecelakaan sepeda motor terjadi yang tercatat dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat
Lantas Polresta Medan yang meliputi kawasan pemukiman, kawasan
pertokoan/mall, pusat belanja/pasar, dan lain-lain.
6. Waktu terjadinya kecelakaan, yaitu karaketristik waktu ketika

kecelakaan sepeda motor terjadi yang tercatat dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat
Lantas Polresta Medan yang meliputi jam, hari, dan bulan terjadinya
kecelakaan lalu lintas sepeda motor.
7. Jenis kecelakaan sepeda motor, yaitu karakteristik kecelakaan lalu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

52

lintas berdasarkan arah tabrakan sepeda motor. Meliputi tabrak depan,
depan samping, samping, dan belakang
8. Akibat kejadian kecelakaan sepeda motor, adalah suatu peristiwa pada
lalu lintas jalansedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan cedera/luka atau meninggal
dunia.
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala Guttman.

Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban
benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah. Maka skala pengukuran pada
penelitian ini, yaitu:
1. Ya adalah apabila kecelakaan disebabkan oleh faktor pada variabel
tertera.
2. Tidak adalah apabila kecelakaan tidak disebabkan oleh faktor pada
variabel
3.6.1

Karakteristik Individu
Pengukuran karakteristik individu yang menjadi korban kecelakaan lalu

lintas sepeda motor diukur dari data laporan kejadian dan Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas
Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan pemberian skor untuk masingmasing variabel, yaitu
1. Jenis Kelamin
Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

53

berjenis kelamin laki-laki maka diberi skor 1, apabila berjenis kelamin
perempuan, maka diberi skor 2.
2. Usia
Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor
berusia 0 – 9 tahun maka diberi skor 1, jika berusia 10 – 15 tahun diberi skor 2,
jika berusia 16 – 25 tahun diberi skor 3, jika berusia 26 – 30 tahun diberi skor 4,
dan jika berusia 31 – 40 tahun diberi skor 5.
3. Pekerjaan
Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor
bekerja sebagai PNS maka diberi skor 1, jika bekerja sebagai TNI diberi skor 2,
jika bekerja sebagai POLRI diberi skor 3, jika bekerja sebagai karyawan swasta
maka diberi skor 4, jika bekerja sebagai pelajar diberi skor, jika bekerja sebagai
mahasiswa diberi skor 6, jika bekerja sebagai pengemudi diberi skor 7, jika
bekerja sebagai pedagang diberi skor 8, dan jika bekerja sebagai petani diberi
skor 9.
4. Kepemilikan SIM
Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor
mempunyai SIM maka diberi skor 1, dan jika tidak mempunyai SIM diberi skor
2.
3.6.2 Unsafe Action (Faktor Manusia)
Pengukuran faktor manusia dengan kecelakaan lalu lintas diukur dari data
laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di
Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

54

pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu:
1. Lengah
Apabila variabel lengah menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan
maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
2. Mengantuk
Apabila variabel mengantuk menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
3. Mabuk
Apabila variabel mabuk menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan
maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
4. Tidak tertib
Apabila variabel tidak tertib menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
5. Tidak terampil
Apabila variabel tidak terampil menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
6. Kecepatan tinggi
Apabila variabel kecepatan tinggi menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
3.6.3

Unsafe Condition (Kondisi yang Tidak Aman)

1. Faktor Kendaraan
Hubungan faktor kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas diukur dari
data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

55

lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun
ketentuan pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu:
a) Rem blong
Apabila variabel rem blong menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
b) Lampu kendaraan
Apabila variabel lampu kendaraan menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
c) Selip
Apabila variabel selip menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan
maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
2. Faktor Jalan
Hubungan faktor lingkungan fisik yang berupa jalan dengan kecelakaan
lalu lintas diukur dari data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan
tahun 2015. Adapun ketentuan pemberian skor untuk masing-masing variabel,
yaitu:
a) Jalan tanpa lampu
Apabila variabel jalan tanpa lampu menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
b) Jalan rusak
Apabila variabel jalan rusak menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

56

c) Jalan berlubang
Apabila variabel jalan berlubang menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
d) Jalan licin
Apabila variabel jalan licin menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
e) Tanpa marka/rambu
Apabila variabel tanpa marka/rambu menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
f) Tikungan tajam
Apabila variabel tikungan tajam menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
3. Faktor Alam
a) Kabut/mendung
Apabila variabel kabut/mendung menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
b) Hujan
Apabila variabel hujan menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan
maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.
4. Lokasi Terjadinya Kecelakaan
Lokasi terjadi kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian dan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat
Lantas Polresta Medan tahun 2015 dengan ketentuan pengukuran yaitu apbila

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

57

terjadi di kawasan pemukiman maka diberi skor 1, di kawasan pertokoan/mall
diberi skor 2, di kawasan pusat belanja/pasar di beri skor 3, dan lain-lain diberi
skor 4.
5. Waktu Terjadinya Kecelakaan
a) Bulan
Bulan terjadi kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian
dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas
Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Bulan terjadinya kecelakaan dibagi
menjadi dua belas (12) klasifikasi. Apabila bulan terjadinya kecelakaan bulan
“januari” skor 1, bulan “februari” diberi skor 2, bulan “maret” diberi skor 3, bulan
“april” diberi skor 4, bulan “mei” diberi skor 5, bulan “juni” diberi skor 6, dan
bulan “juli” diberi skor 7, bulan “agustus” diberi skor 8, bulan “september” diberi
skor 9, bulan “oktober” diberi skor 10, bulan “nopember” diberi skor 11, bulan
“desember” diberi skor 12.
b) Hari
Hari terjadi kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian dan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat
Lantas Polresta Medan tahun 2015. Hari terjadinya kecelakaan dibagi menjadi
tujuh (7) klasifikasi. Apabila hari terjadinya kecelakaan hari “senin” skor 1, hari
“selasa” diberi skor 2, hari “rabu” diberi skor 3, hari “kamis” diberi skor 4, hari
“jumat” diberi skor 5, hari “sabtu” diberi skor 6, dan hari “minggu” diberi skor
7.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

58

c) Waktu
Waktu kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian dan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas
Polresta Medan tahun 2015. Waktu kecelakaan dibagi menjadi enam (6)
klasifikasi. Apabila waktu kecelakaan pukul 05.00-08.59 WIB diberi skor 1,
pukul 09.00-12.59 WIB diberi skor 2, pukul 13.00-16.59 WIB diberi skor 3,
pukul 17.00-20.59 WIB diberi skor 4, pukul 21.00-00.59 WIB diberi skor 5, dan
pukul 01.00-04.59 WIB diberi skor 6.
3.6.4

Kejadian Kecelakaan Sepeda Motor

Pengukuran kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor diukur dari data
laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di
Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan
pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu :
1. Jenis kecelakaan
Apabila jenis kecelakaan berupa kecelakaan tunggal maka diberi skor 1,
tabrakan depan-depan diberi skor 2, tabrakan depan belakang diberi skor 3,
tabrakan depan samping diberi skor 4, tabrakan samping-samping diberi skor 5,
tabrakan beruntun diberi skor 6, dan tabrak manusia diberi skor 7.
2. Akibat kecelakaan
Apabila kecelakaan lalu lintas menyebabkan “pengendara meninggal dunia”
maka diberi skor 1, luka berat diberi skor 2, luka ringan diberi skor 3, dan tidak
terluk atau pengendara baik-baik saja diberi skor 4.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

59

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1

Metode Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai

berikut :
1. Editing (Pemeriksaan Data)
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data yang
sudah diinput. Apabila terdapat data yang belum lengkap atau terdapat keluhan
maka data harus dilengkapi terlebih dahulu.
2. Coding (Pemberian Kode)
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.
3. Entry (Memasukkan Data)
Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)
yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam
penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS
(Statistical Product Service Solution).
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap sumber
data yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

60

5. Scoring (Pemberian Skors)
Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh
peneliti terhadap isian kuisinoner yang diisi oleh responden, pemberian skors
terhadap isian kuisioner dilakukan untuk menyesuiakan dengan statistik uji yang
akan dipakai dalam penelitian.
6. Tabulating (Tabulasi Data)
Tabulating atau tabulasi data adalah membuat tabel–tabel data, sesuai dengan
tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
3.7.2

Metode Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat,

yaitu digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dari semua
variabel yang diteliti. Hasil univariat selanjutnya disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Data yang telah di analisis pada penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel dilengkapi dengan narasi untuk mengetahui gambaran dari masing-masing
variabel secara lengkap dan jelas.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Tempat dan Wilayah Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota
Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para
wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek
wisata Orangutan di Bukit Lawang dan Danau Toba. Kota Medan memiliki luas
26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.
Secara geografis kota Medan terletak pada 30 30’-30 43’ Lintang Utara dan 980 35’980 44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara
dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi
seperti ini, kota Medan berada pada kota dengan mobilitas yang tinggi. Secara
administratif, batas wilayah medan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara

: Selat Malaka

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
c. Sebelah Barat

: Kabupaten Deli Serdang

d. Sebalah Timur

: Kabupaten Deli Serdang

Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan,
yang meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan
Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area,

61
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

62

Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia,
Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal,
Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Barat,
Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan
Tembung, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan
Medan Marelan, dan Kecamatan Medan Belawan.
Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul
Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit,
terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat
kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area,
dan Medan Timur.
Panjang jalan kota Medan yang dalam relatif baik yaitu 2.988 km atau
sekitarnya 75,09% pada tahun 2015. Kondisi jalan rusak yang perlu segera
ditangani sebagian besar berada dikawasan pinggir kota terutama di Kawasan Utara
Kota Medan.
4.1.2

Gambaran Umum Kepolisian Resort Kota Medan
Sebagai lembaga yang dikedepankan dalam menciptakan keamanan dan

ketertiban masyarakat, Polri harus mampu beradaptasi dengan setiap perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Khususnya Kepolisian Resort Kota Medan, sebagai pedoman ke depan
telah dirumuskan visi dan misi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

63

1. Visi Polresta Medan
Terwujudnya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah hukum
Polresta Medan dengan melaksanakan kemitraan dan kerjasama dengan
instansi terkait dan masyarakat.
2. Misi Polresta Medan
a.

Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,
tanggap dan tidak diskriminatif demi mewujudkan rasa aman melalui
kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat kota Medan.

b.

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu di
seluruh wilayah hukum Polresta Medan serta mengefektifkan fungsi
perpolisian masyarakat dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan
masing-masing.

c.

Memelihara keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polresta
Medan untuk menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran arus orang dan barang.

d.

Meningkatkan kerjasama internal Polri dan kerjasama dengan aparat
penegak hukum pada instansi terkait serta komponen masyarakat.

e.

Mengembangkan Perpolisian Masyarakat (Polmas) di wilayah hukum
Polresta Medan yang berbasis kepada masyarakat patuh hukum (Law
Abiding Citizen).

f.

Menegakkan hukum di wilayah Polresta Medan secara professional,
objektif, proporsional, transparan, dan akuntabel untuk menjamin
kepastian hukum dan rasa keadilan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

64

g.

Mengolah sumber daya Polresta Medan

Kasat Lantas adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang
bertugas memberikan bimbingan teknis atas pelaksanaan fungsi lalu lintas di
lingkungan Polresta Medan serta menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi
tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat wilayah/antar Polsek dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polresta Medan. Dalam
melaksanakan tugasnya Satlantas menyelenggarakan fungsi :
1. Melaksanakan perintah-perintah pelaksanaan operasi khusus dibidang lalu
lintas baik secara terpadu maupun mandiri.
2. Melaksanakan dan memperhatikan bimbingan teknis dari pembina fungsi,
termasuk melaksanakan Kamtibcar Lantas di wilayahnya sesuai dengan
tugasnya
3. Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan
kemampuan dan daya gunanya.
4. Menyelenggarakan administrasi, registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi.
4.2

Gambaran Umum Karakteristik Pengendara Sepeda Motor di Kota
Medan Tahun 2015
Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit

Laka Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh gambaran karakteristik
pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum
Kepolisian Kota Besar Medan Sekitarnya, disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut
:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Gambaran Umum Karakteristik
Pengendara yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda
Motor di Kota Medan Tahun 2015

Karakteristik Pengendara
Laki-laki
Perempuan

Jenis Kelamin
Total

Usia Pengendara

00-09 Tahun
10-15 Tahun
16-25 Tahun
26-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
51-60 Tahun

Total
PNS
TNI
POLRI
Karyawan
Swasta
Pelajar
Mahasiswa
Pengemudi
Pedangang
Petani

Profesi

Total
Kepemilikan SIM
Total

Mempunyai SIM
Tidak
Mempunyai SIM

Kecelakaan
Persentase
Jumlah (n)
(%)
489
71,7
193
28,3
682
100,0
2
3
42
6,2
252
37,0
98
14,4
125
18,3
87
12,8
76
11,1
682
100,0
19
2,8
5
7
6
9
407

59,7

89
61
92
2
1
682
143

13,0
8,9
13,5
3
1
100,0
21,0

539

79,0

682

100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat distribusi frekuensi gambaran
umum karakteristik pengendara sepeda motor yang terlibat kecelakaan lalu lintas di
kota Medan tahun 2015 diketahui bahwa dari 682 kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
paling banyak melibatkan pengendara laki-laki dengan jumlah 489 kecelakaan
(71,7%), sedangkan pengendara perempuan sebanyak 193 kecelakaan (28,3%).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

66

Jika dilihat dari distribusi usia pengendara, kecelakaan paling banyak
melibatkan pengendara berusia 16-25 tahun sebanyak 252 kecelakaan (37,0%),
disusul berurutan pengendara berusia 31-40 tahun sebanyak 125 kecelakaan
(18,3%), pengendara berusia 26-30 tahun sebanyak 98 kecelakaan (14,4%),
pengendara berusia 41-50 tahun sebanyak 87 kecelakaan (12,8%), pengendara
berusia 51-60 tahun sebanyak 76 kecelakaan (11,1%), pengendara berusia 10-15
tahun sebanyak 42 kecelakaan (6,2%), pengendara berusia 00-09 tahun sebanyak 2
kecelakaan (3%).
Dilihat dari sisi profesi, kecelakaan paling banyak melibatkan pengendara
dengan jenis profesi pada pengendara karyawan swasta dengan jumlah 407
kecelakaan (59,7%), disusul pengemudi dengan jumlah 92 kecelakaan (13,5%),
pelajar sebanyak 89 kecelakaan (13,0%), mahasiswa sebanyak 61 kecelakaan
(8,9%), yang melibatkan PNS sebanyak 19 kecelakaan (2,8%), lalu pekerja sebagai
Polri sebanyak 6 kecelakaan (9%) dan TNI sebanyak 5 kecelakaan (7%), pedagang
sebanyak 2 kecelakaan (3%), dan petani mengalami kecelakaan lalu lintas 1
kejadian kecelakaan (1%).
Tingkat

kecelakaan

pada

pengendara

sepeda

motor

berdasarkan

kepemilikan SIM (Surat Izin Mengemudi) sangat berbeda antara yang memiliki
SIM dengan tidak memiliki SIM. Pengendara sepeda motor yang mengalami
kecelakaan lalu lintas dan memiliki SIM sebanyak 143 orang (21,0%), sedangkan
pengendara yang tidak memiliki SIM sebanyak 539 orang (79,0%).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

67

4.3 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Faktor
Penyebab Terjadinya Kecelakaan di Kota Medan Tahun 2015
Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit Laka
Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh karakteristik lalu lintas menurut faktor
penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di kota Medan tahun 2015 dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) faktor yaitu unsafe action (faktor manusia/ tindakan
yang tidak aman) dan unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak
aman).
4.3.1

Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Action (Faktor Manusia/Tindakan
yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun 2015
Gambaran faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas seped motor

berdasarkan unsafe action (faktor manusia/tindakan yang tidak aman ) di kota
Medan tahun 2015 yang meliputi lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak
terampil, dan kecepatan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Action (Faktor
Manusia/Tindakan yang Tidak Aman) di Kota Medan Tahun
2015
Kecelakaan

Faktor Penyebab Kecelakaan
Mengantuk

Mabuk

Tidak Tertib

Ya
Tidak
Total
Ya
Tidak
Total
Ya
Tidak
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

5
677
682
4
678
682
456
226
682

0,7
99,3
100,0
0,6
99,4
100,0
66,9
33,1
100,0

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

68

Kecepatan Tinggi

Ya
Tidak
Total

217
465
682

31,8
68,2
100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan unsafe action (faktor
manusia/tindakan yang tidak aman ) di Kota Medan tahun 2015 yang tertinggi
adalah disebabkan oleh pengendara yang tidak tertib sebanyak 456 kejadian
(66,9%), diikuti pada faktor kecepatan tinggi sebanyak 217 kejadian (31,8%),
pengendara mengantuk sebanyak 5 kejadian (7%), dan pengendara mbuk atau
dalam karena pengaruh alkohol sebanyak 4 kejadian (6%).
4.3.2

Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Sepeda

Motor

Berdasarkan

Unsafe

Condition

(Faktor

Lingkungan/Kondisi yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun 2015
Gambaran faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas berdasarkan
unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun
2015 yang meliputi faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor alam dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

69

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Condition (Faktor
Lingkungan/Kondisi yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun
2015
Kecelakaan

Faktor Penyebab Kecelakaan

Jumlah (n)

Persentase (%)

Ya
Tidak
Total

12
670
682

1,8
98,2
100,0

Ya
Tidak
Total
Ya
Tidak
Total
Ya
Tidak
Total
Ya
Tidak
Total

18
664
682
7
675
682
5
677
682
26
656
682

2,6
97,4
100,0
1,0
99,0
100,0
0,7
99,3
100,0
3,8
96,2
100,0

Ya
Tidak
Total

10
672
682

1,5
98,5
100,0

Faktor Kendaraan
Rem blong
Faktor Jalan
Jalan Rusak

Jalan Berlubang

Jalan Licin

Tikungan tajam
Faktor Alam
Hujan

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan unsafe condition (faktor
lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun 2015 yang berupa faktor
kendaraan yaitu rem tidak berfungsi sebanyak 12 kejadian (1,8%).
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan
unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun
2015 yang berupa faktor jalan, yaitu faktor tikungan tajam sebanyak 26 kejadian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

70

(3,8%), diikuti faktor jalan rusak sebanyak 18 kejadian (2,6%), faktor jalan
berlubang 7 kejadian (1,0%), dan faktor jalan licin sebanyak 5 kejadian (7%).
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan
unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun
2015 yang berupa faktor alam yaitu faktor hujan sebanyak 10 kejadian (1,5%).
Apabila keempat faktor diatas dijumlahkan, maka jumlah persentasenya
akan melebihi 100%. Hal ini dikarenakan sebuah kecelakaan dapat disebabkan oleh
lebih dari 1 faktor penyebab (multiple causes) dan dapat berupa interaksi keempat
faktor tersebut atau lebih dari 1 penyebab di dalam 1 faktor penyebab.
4.4

Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Lokasi
dan Waktu Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

4.4.1 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Lokasi
Kejadian di Kota Medan Tahun 2015
Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit
Laka Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh gambaran kecelakaan lalu lintas
berdasarkam lokasi kejadian di kota Medan pada tahun 2015, disajikan pada tabel
4.4 sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

71

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda
Motor Berdasarkan Lokasi Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

Karakteristik
Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan Lokasi
Kejadian
Kawasan Pemukiman
Kawasan
Pertokoan/Mall
Pusat Belanja/Pasar
Lain-lain
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

385
283

56,5
41,5

10
4

1,5
6

682

100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa berdasarkan lokasi kejadian
kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Medan tahun 2015, yang paling banyak
terjadi kecelakaan pada kawasan pemukiman sebanyak 385 kecelakaan (56,5%),
disusul pada kawasan pertokoan/mall sebanyak 283 kecelakaan (41,5%), pada pusat
belanja/pasar sebanyak 10 kecelakaan (1,5%), dan lain-lain terjadi 4 kecelakaan
(6%).
4.4.2

Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Waktu
Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit Laka
Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh gambaran kecelakaan lalu lintas
berdasarkan waktu di kota Medan pada tahun 2015, disajikan pada tabel 4.5 sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

72

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara
Sepeda Motor Berdasarkan Waktu Kejadian di Kota Medan
Tahun 2015

Waktu (WIB)
00.00-06.00
06.00-12.00
12.00-18.00
18.00-00.00
Total
Hari Kejadian
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Total
Bulan Kejadian
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total

Jumlah

Persentase (%)

84
210
220
168
682

12,3
30,8
32,3
24,6
100,0

106
104
90
87
95
88
112
682
33
46
51
77
50
59
54
51
56
94
72
39
682

15,5
15,2
13,2
12,8
13,9
12,9
16,4
100,0
4,8
6,7
7,5
11,3
7,3
8,7
7,9
7,5
8,2
13,8
10,6
5,7
100,0

Berdasarkan tbel 4.5 diatas diketahui bahwa gambaran waktu kejadian
kecelakaan lalu lintas sepeda motor di kota Medan tahun 2015 berdasarkan jam
kejadian (WIB) dibagi empat bagian, diketahui bahwa pada pukul 12.00-18.00 WIB
paling banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 220 kecelakaan
(32,3%), disusul pukul 06.00-12.00 WIB sebanyak 210 kecelakaan (30,8%), pukul

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

73

18.00-00.00 WIB sebanyak 168 kecelakaan (24,6%), dan pukul 00.00-06.00 WIB
sebanyak 84 (12,3%).
Berdasarkan hari kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor di kota
Medan tahun 2015 diketahui bahwa hari minggu kecelakaan paling tinggi yaitu
sebanyak 112 kecelakaan (16,4%), disusul pada hari senin sebanyak 106
kecelakaan (15,5%), hari selasa 104 kecelakaan (15,2%), hari jumat sebanyak 95
kecelakaan (13,9%), hari rabu terjadi 90 kecelakaan (13,2%), hari sabtu sebanyak
88 kecelakaan (12,9%), dan pada hari kamis sebanyak 87 kecelakaan (12,8%).
Berdasarkan bulan kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor di kota
Medan tahun 2015 diketahui bahwa diantara bulan Januari hingga bulan Desember
pada tahun 2015, bulan Oktober yang paling banyak kejadian kecelakaan lalu lintas
yaitu 94 kecelakaan (13,8%), disusul bulan April sebanyak 77 kecelakaan (11,3%),
pada bulan November sebanyak 72 kecelakaan (10,6%), bulan Juni sebanyak 59
kecelakaan (8,7%), bulan September sebanyak 56 kecelakaan (8,2%), bulan Juli
sebanyak 54 kecelakaan (7,9), dibulan Maret dan Agustus terjadi kecelakaan
sebanyak 51 kecelakaan (7,5%), bulan Mei sebanyak 50 kecelakaan (7,3%), bulan
Februari sebanyak 46 kecelakaan (6,7%), bulan Desember sebanyak 39 kecelakaan
(5,7%), dan bulan Januari sebanyak 33 kecelakaan (4,8%).

4.5 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Jenis
Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2015
Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit
Laka Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh gambaran kecelakaan lalu lintas

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

74

berdasarkan jenis kecelakaan lalu lintas di kota Medan pada tahun 2015, disajikan
pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda
Motor Berdasarkan Jenis Kecelakaan di Kota Medan Tahun 2015

Gambaran Kecelakaan Lalu
Lintas Berdasarkan Jenis
Kecelakaan
Tunggal
Depan-depan
Depan Belakang
Depan Samping
Samping-samping
Beruntun
Tabrak Manusia
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

20
102
53
189
190
10
118
682

2,9
15,0
7,8
27,7
27,9
1,5
17,3
100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa jenis kecelakaan yang paling
banyak terjadi adalah tabrak samping sebanyak 190 kecelakaan (27,9%), disusul
tabrak depan samping sebanyak 189 kecelakaan (27,7%), tabrak manusia sebanyak
118 kecelakaan (17,3%), tabrak depan depan sebanyak 102 kecelakaan (15,0%),
tabrak depan belakang sebanyak 53 kecelakaan (7,8%), jenis kecelakaan tunggal
sebanyak 20 kecelakaan (2,9%), dan tabrak beruntun 10 kecelakaan (1,5%).
4.6 Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas yang
Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015
Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit
Laka Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh gambaran akibat yang
ditimbulkan dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara sepeda motor
di kota Medan tahun 2015, disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

75

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari
Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi pada Pengendara Sepeda
Motor di Kota Medan Tahun 2015

Akibat yang Ditimbulkan
dari Kecelakaan Lalu Lintas
Meninggal di Tempat
Luka Berat
Luka Ringan
Total

Jumlah (n)

Persentase (%)

251
368
339
958

26,2
38,4
35,4
100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa akibat yang ditimbulkan dari
kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara sepeda motor di kota Medan
tahun 2015 yang paling banyak ialah pengendara sepeda motor mengalami luka
berat yakni sebanyak 368 orang (38,4%), kemudian pengendara yang mengalami
luka ringan yakni sebanyak 339 orang (35,4%), dan pengendara yang meninggal di
tempat yakni sebanyak 251 orang (26,2%). Meskipun kejadian kecelakaan sepeda
motor di kota Medan tahun 2015 berjumlah 682 kejadian, namun jumlah korban
yang ditimbulkan mencapai 958 orang, hal ini dikarenakan sebagian besar sepeda
motor yang dikendarai digunakan secara berboncengan sebanyak 2 (dua) orang saat
berkendara, sehingga menyebabkan korban kecelakaan yang lebih banyak
dibandingkan dengan kasus kejadian kecelakaan sepeda motor.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

76

BAB V
PEMBAHASAN

5.1

Gambaran Umum Karakteristik Pengendara Sepeda Motor
Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pengendara

sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas didominasi oleh jenis kelamin
laki-laki yaitu 71,7%. Hal ini dikarenakan data pengendara sepeda motor laki-laki
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan pengendara sepeda motor
perempuan. Sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nattapong et al
(2007) bahwa di Thailand sebanyak 87,9% kejadian kecelakaan sepeda motor
dialami oleh pengendara sepeda motor berjenis kelamin laki-laki. Hal ini juga
dikuatkan oleh penelitian yang dillksanakan oleh Ogunmodede et al (2012) bahwa
jumlah kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Nigeria yakni sebesar 94,9% terjadi
pada pengendara sepeda motor yang berjenis kelamin laki-laki.
Lalu bila dilihat berdasarkan usia pengendara sepeda motor, maka diketahui
usia pelaku termuda adalah 9 tahun, sedangkan yang paling tua adalah usia 60
tahun. Apabila dilihat dari pembagian kelompok umur, maka kelompok umur
pengendara tertinggi yang mengalami kecelakaan berada pada rentang umur 16-25
tahun yaitu sebanyak 252 kejadian (37,0%). Hal ini dapat dikarenakan pada rentang
umur 16-25 tahun merupakan pengendara pemula yang masih dalam proses belajar
mengemudi, memiliki tingkat emosi yang belum stabil serta belum berhati-hati
dalam mengendarai kendaraannya. Menurut Departemen Perhubungan (2006),
pengendara pemula memiliki peluang tiga kali lebih besar

76
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

77

dalam terlibat kecelakaan daripada pengendara yang telah mahir. Tingkat
kecelakaan tertinggi kedua dialami kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 125
kejadian (18,3%), hal ini dapat disebabkan oleh rentang kelompok umur ini
pengendara merupakan kelompok usia produktif yang memiliki mobilitas yang
tinggi. Tertinggi ketiga dialami kelompok umur 26 - 30 tahun yaitu sebanyak 98
kejadian (14,4%), hal ini dapat dikarenakan pada rentang umur 26 - 30 tahun
merupakan kelompok umur yang memiliki mobilitas tinggi dengan berbagai
aktifitas dan cenderung masih labil dalam berkendara karena usia yang tergolong
muda.
Penelitian Ogunmodede et al (2012) menjelaskan bahwa kejadian
kecelakaan sepeda motor di negara Nigeria sebanyak 36,4% terjadi pada
pengendara motor yang berada dalam rentang usia 26 – 30 tahun. Di Bangkok,
Thailand berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Nattapong et al (2007)
menjelaskan bahwa kejadian kecelakaan sepeda motor paling banyak terjadi pada
pengendara yang berusia antara 15 – 24 tahun yakni sebanyak 44,9% dan yang
berusia antara 25 – 34 tahun yakni sebanyak 30,4%.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Yu Yu et al (2011) di China Medical
University Hospital menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor yang menjadi
faktor resiko tertinggi terjadinya kecelakaan ialah pada rentang usia produktif yakni
antara 18 – 35 tahun. Sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh Masuri et al
(2011) bahwa kejadian kecelakaan sepeda motor di Malaysia di dominasi oleh
pengendara yang berusia antara 16 – 20 tahun yakni sebanyak 56% dan pengendara
sepeda motor pada rentang usia 26 – 30 tahun sebanyak 48%.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

78

Selanjutnya apabila dilihat dari jenis pekerjaannya, sebanyak 59,7%
kecelakaan lalu lintas dialami oleh pengendara sepeda motor yang status
pekerjaannya sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan karakteristik
pengendara berdasarkan kelompok umur, dimana yang tertinggi adalah pada
kelompok umur 16-25 tahun yang merupakan usia produktif dalam bekerja,
terutama yang status pekerjaannya sebagai karyawan swasta. Sejalan dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh Wicaksono (2014) bahwa kejadian kecelakaan
sepeda motor di kota Semarang didominasi oleh pengendara sepeda motor yang
bekerja sebagai buruh atau karyawan swasta yakni sebanyak 33,34%.
Kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor didominasi oleh
pengendara yang tidak memiliki SIM yaitu sebanyak 539 pengendara (79,0%) dan
yang memiliki SIM sebanyak 143 pengendara (21,0%). Jika dilihat berdasarkan
kepemilikan SIM, tingkat kecelakaan sangat tinggi terjadi pada pengendara yang
tidak memiliki SIM. Hal ini dikarenakan pengendara yang tidak memiliki SIM tidak
pernah melihat bagaimana ujian

dalam mendapatkan SIM

yang dapat

menambah pengetahuan dalam berkendara. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ogunmodede et al (2012) mengenai faktor-faktor yang
mengakibatkan tingginya angka kecelakaan sepeda motor di negara bagian Nigeria,
bahwa dari 100 kejadian kecelakaan sepeda motor, hampir setengahnya (49,1%)
terjadi pada pengendara yang belum memiliki ijin resmi untuk mengendarai sepeda
motor. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shabudin et al (2011) yang
menjelaskan bahwa di kota Yogyakarta dimana pengendara sepeda motor yang
tidak memiliki SIM lebih bersiko 1,84 kali mengalami kecelakaan lalu lintas

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

79

daripada pengendara sepeda motor yang memiliki SIM. Hal ini juga dikuatkan oleh
penelitian yang dilaksanakan oleh Pomuri et al (2014) yang menjelaskan bahwa
pengendara sepeda motor yang tidak memiliki SIM lebih beresiko 3,78 kali
mengalami kecelakaan lalu lintas daripada pengendara sepeda motor yang memiliki
SIM. Dapat diindikasikan bahwa seseorang yang belum memiliki ijin resmi untuk
mengendarai sepeda motor belum memiliki kemampuan yang baik untuk
mengendarai sepeda motor, sehingga meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan
saat berkendara.
5.2

Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Action (Faktor Manusia/Tindakan
yang Tidak Aman)
Gambaran faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas berdasarkan

unsafe action (faktor manusia/tindakan yang tidak aman ) di kota medan tahun 2015
yang meliputi lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak terampil. Faktor
manusia yang berda di belakang kemudi memegang peranan penting dalam
berkendara, karakteristik pengemudi berkaitan dengan ketermpilan pengemudi,
gangguan kesehatan (mabuk, mengantuk, dan letih) dabn berhubungan dengan
ketidaklengkapan administrasi (Bustan, 2007). Faktor manusia merupakan faktor
tertinggi yang berkontribusi menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor. Penelitian oleh Wicaksono (2014) menjelaskan bahwa 71,6%
kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Semarang disebabkan oleh faktor kelalaian
manusia. Faktor penyebab kecelakaan yang berasal dari faktor manusia yaitu
mengantuk, tidak tertib, batas kecepatan, dan pengaruh alkohol. Berikut
pembahasan mengenai faktor manusia:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

80

5.2.1

Mengantuk
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang

mengantuk dalam berkendara hanya terdapat 5 kejadian (7%). Meskipun faktor
pengendara mengantuk merupakan faktor penyebab terkecil kedua yang
menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun dari data tersebut dapat diketahui
bahwa masih ada pengendara yang tetap mengendarai kendaraannya walaupun
dalam kondisi mengantuk. Mengantuk adalah suatu keadaan dimana pengemudi
kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan/atau sudah
berkendara selama 5 jam tanpa berhenti (Warpani, 2002). Ciri-ciri pengendara
yang mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi,
berhalusinasi, dan pandangan kosong.
Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara mengantuk dan akibat
kecelakaan lalu lintas menunjukkan 100% dari 7 kejadian kecelakaan yang
disebabkan oleh pengendara mengantuk menyebabkan meninggal dunia. Jika
dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara mengantuk dan akibat
kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat bermakna atau memiliki hubungan.
Berdasarkan Asian Develoment Bank (1998) yang mengutip hasil penelitian
Kartika (2008), menyatakan bahwa risiko kecelakaan tertinggi terjadi pada
pengemudi yang mengantuk.
5.2.2

Mabuk/Pengaruh Alkohol
Berdasarkan hasil penelitian dari 682 kejadian kecelakaan, kecelakaan

yang disebabkan pengendara mabuk atau dalam pengaruh alkohol adalah sebanyak
4 kejadian (6%). Pengendara mabuk mungkin saja mampu mengendarai sepeda

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

81

motor tetapi tidak dapat memperhatikan hal penting lainnya ketika berkendara
seperti lampu lalu lintas dan situasi lalu lintas sekitarnya.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Olabode et al
(2013), mengenai tantangan sosial ekonomi terhadap kejadian kecelakaan sepeda
motor, bahwa di negara bagian Nigeria dari 1000 kejadian kecelakaan sepeda
motor di jalan raya, sebanyak 125 kasus kejadian (12,5%) menjelaskan bahwa
penyebab terjadinya kecelakaaan lalu lintas yang dialami oleh pengendara sepeda
motor disebabkan karena pengendara mengendarai sepeda motor dalam keadaan
sedang mabuk akibat pengaruh alkohol ataupun obat-obatan terlarang. Hal yang
sama disampaikan oleh Ogunmodede et al (2012), bahwa sekitar 14,4% terjadinya
kecelakaan sepeda motor disebabkan oleh pengendara yang berada dalam
pengaruh alkohol.
5.2.3

Tidak Tertib
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang tidak

tertib dalam berkendara ada sebanyak 456 kejadian (66,9%). Proporsi faktor tidak
tertib merupakan faktor tertinggi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada
pengendara sepeda motor. Faktor pengendara tidak tertib merupakan faktor
pengendara yang melanggar peraturan dan rambu-rambu lalu lintas seperti
melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur
kiri, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat Kartika (2008) menyebutkan
kurangnya public safety awareness yang dimiliki masyarakat sehingga
menyebabkan masyarakat tidak mengutamakan keselamatan dan lebih banyak
mengutamakan kecepatan dan faktor ekonomi dalam berlalu lintas. Penelitian yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

82

dilaksanakan oleh Ogunmodede et al (2012) menjelaskan bahwa 13,6%
kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Nigeria disebabkan oleh pengendara
sepeda motor yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, dan 14,9%
disebabkan oleh kesalahan atau ketidakmampuan pengendara sepeda motor untuk
memahami informasi pada rambu-rambu lalu lintas yang ada di jalan raya.
5.2.4

Kecepatan Tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dari 682 kejadian kecelakaan, kecelakaan yang

disebabkan pengendara kecepatan tinggi adalah sebanyak 217 kejadian (31,8%).
Pengendara yang berkendara dalam kecepatan tinggi merupakan faktor tertinggi
ketiga yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor.
Yang dimaksud dengan pengendara kecepatan tinggi adalah pengendara yang
mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi atau diatas kecepatan normal
pada suatu kondisi lalu lintas sehingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Menurut Simarmata (2008), dapat disimpulkan kecepatan tinggi akan
meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan dari
konsekuensi kecelakaan tersebut.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Olabode et al (2013),
mengenai tantangan sosial ekonomi terhadap kejadian kecelakaan sepeda motor,
bahwa di negara bagian Nigeria dari 1000 kejadian kecelakaan sepeda motor di
jalan raya, sebanyak 114 kasus kejadian (11,4%) menjelaskan bahwa pe