Hubungan Faktor-faktor Penyebab dan Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2008-2010

(1)

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT

KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA

SEPEDA MOTOR DI KOTA MEDAN

TAHUN 2008 - 2010

Oleh:

NIM. 081000144

JEFFRY RIO H. MANURUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT

KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA

SEPEDA MOTOR DI KOTA MEDAN

TAHUN 2008 - 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000144

JEFFRY RIO H. MANURUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA

SEPEDA MOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2008 - 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000144

JEFFRY RIO H. MANURUNG

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS.

NIP. 19571117 198702 1 002 NIP. 19620206 199203 1 002 Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.

Penguji II Penguji III

Ir. Kalsum, M.Kes

NIP 19590813 199103 2 001 NIP 19730523 200812 2 002 Umi Salmah, SKM., M.Kes.

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 1989031 001 DR. Drs. Surya Utama, MS.


(4)

ABSTRAK

Sepeda motor dapat menjadi ancaman terbesar terhadap kecelakaan di jalan raya dan menjadi penyumbang korban tertinggi. Kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor dapat disebabkan beberapa faktor penyebab yaitu dari faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dengan kejadian meninggal dunia pada pengendara sepeda motor.

Sampel pada penelitian ini adalah kejadian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor dimana pengendara sepeda motor sebagai tersangka atau yang menabrak, identitasnya dicatat dengan lengkap, dan duduk kejadian tercantum di BAP. Maka ditemukan 851 kejadian yang memenuhi kriteria sampel. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan jenis data sekunder yang didapat dari data laporan kecelakaan dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dicatat dan dilaporkan oleh Unit Laka Lantas Sat lantas Poltabes Medan sekitarnya selama tahun 2008 sampai 2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia (tidak tertib, lengah, kecepatan tinggi) merupakan faktor tertinggi penyebab kecelakaan lalu lintas disusul faktor lingkungan fisik (tikungan tajam) lalu faktor kendaraan (selip). Sedangkan faktor penyebab yang berhubungan dengan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor adalah lengah, mengantuk, tidak tertib, tidak terampil, lampu kendaraan, selip, jalan tanpa lampu, dan jalan rusak. Dimana jalan rusak merupakan faktor yang yang nilai risikonya paling besar menimbulkan korban meninggal dunia diantara faktor lainnya, yakni 11,773 kali, kemudian disusul jalan tanpa lampu, pengendara mengantuk, lampu kendaraan, selip, jalan licin, tidak terampil, dan lain sebagainya

Disarankan kepada Poltabes Medan sekitarnya memperketat pengawasan pembuatan SIM, sosialisasi safety riding dan penggalakan pemakaian helm untuk menekan dampak kecelakaan lalu lintas, serta pembenahan jalan yang rusak oleh pihak terkait.


(5)

ABSTRACT

Motorcycles could be the biggest threat to road accidents and casualties, also been the highest contributor to accidents. Traffic accident on a motorcycle rider could be caused by several factors namely, the cause of human factors, vehicle, and the physical environment. Therefore a study on the correlation of causes factor with death which result by motorcycle road accidents.

Samples in this study were the incidence of traffic accidents which involved motorcycles, in which the motorcyclist as a suspect or a hit, recorded with a complete identity, and seated events listed in the BAP. There were found 851 incidence that qualified on sample criteria. This study was a descriptive analytical study with a secondary data obtained from accident report and dossier (BAP) were recorded and reported by the Unit Laka Lantas Satlantas surround Medan District Police during 2008 to 2010.

The study results showed that the human factor (not orderly, negligent, high speed) was the highest factor caused a traffic accident followed by physical environmental factors (sharp turns) and vehicle factors (slippage). While, the causal factors that correlated with traffic accidents on a motorcycle rider was negligent, sleepy, not orderly, unskilled, light vehicles, skid, road without lights, and damaged roads. Damaged roads was the biggest risk value that caused death toll among other factors, namely 11,773 times, then followed by road without lights, drowsy driver, light vehicles, slip, slippery roads, unskilled, and et cetera.

To Medan District Police was suggested to tighten the Driving License (SIM) making procedure, dissemination and promotion of safety riding helmets to reduced the impact of traffic accidents, and improvement of damaged roads by the related party.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : JEFFRY RIO H. MANURUNG

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 06 Juli 1990 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima) orang

Alamat Rumah : Perumahan Puri Harapan, Blok E 1 No. 77 . RT 09/RW 16

Kecamatan Tarumajaya Bekasi.

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 – 2002 SD Negeri 04 Babelan 2. Tahun 2002 – 2005 SMP Negeri 19 Bekasi 3. Tahun 2005 – 2008 SMA Negeri 04 Bekasi 4. Tahun 2008 – 2012 FKM USU Medan

Riwayat Organisasi : 1. Panitia Pekan Olahraga dan Seni FKM USU 2008 2. Panitia Kongres Mahasiswa Kesehatan Indonesia

2009

3. Ketua Teater`99 FKM USU 2009-2010 4. Anggota Dinas Pendidikan & Penalaran

Pemerintahan Mahasiswa FKM USU 2010


(7)

6. Ketua Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah 2010 7. Panitia Pelatihan Mahasiswa Kesehatan Peduli

Bencana 2010

8. Calon Gubernur Pemerintahan Mahasiswa FKM USU Periode 2011

9. Koordinator Lapangan Mahasiswa PBL FKM USU 2012 Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan kemuliaan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan kasih karunia dan penyertaan-Nya bagi penulis. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua & saudara-saudari tercinta, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Faktor-faktor Penyebab dan Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2008-2010”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS dan Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan banyak mendapat bantuan baik moril maupun masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes dan Ibu Umi Salmah, SKM., M.Kes. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran positif untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak dr. Surya Dharma, MPH. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dengan positif.

5. Seluruh staf dosen dan staf administrasi di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 6. Pihak Polresta Medan, terutama Laka Lantas Polres Medan yang telah banyak

membantu penulis mengumpulkan data dan berbagai informasi yang diperlukan. 7. Seluruh keluarga tercinta, untuk Mama saya T. Nainggolan, Papa saya H.

Manurung, Bang Wilson, dan Adik-adik saya Imelda, Siska, dan Eva. Terima kasih untuk doa, semangat, dan cinta kasih yang telah kalian berikan. Skripsi ini saya dedikasikan untuk kalian yang selalu berkendara dengan sepeda motor. 8. Keluarga Amanguda E. Hutabarat dan Alm. Inanguda tercinta A. Nainggolan

yang telah menjadi keluarga kedua dan memberikan cinta kasih layaknya anak kandung sendiri, serta saudara-saudariku Jody, Dede, Monica, dan Lisa yang telah menjadi teman bertukar pikiran dan saling memotivasi mengerjakan skripsi masing-masing.

9. Terkhusus kepada sahabat terkasih Elizabeth Sembiring yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan kasih kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

V. Purba yang telah menjadi sahabat dalam susah dan senang serta memotivasi selama masa kuliah penulis.

11. Teman-teman di K3 FKM USU; Mailani, Abdi, Amja, Anggi, Bianca, Cut, Henry, Mandroy, Lidia, Rahmi, Nona, Octa, Vesta, Yossi, Bg mul, Kak yus, Kak ayu, Kak madina, Debi, Dewi, , Ica, Henokh, dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan dan semangat bagi penulis. 12. Seluruh rekan-rekan stambuk 2008 yang telah banyak membantu selama ini

dalam perkuliahan, khususnya kepada rekan PBL, Aziz, Vina, Syafnita, Kak dewi, dan Kak Tri yang telah memberikan pelajaran berharga selama PBL.

13. Seluruh Teman-teman di POMK FKM USU, yang telah memberikan doa dan mengajarkan kasih kepada penulis terutama kelompok Marsinondang.

14. Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ……… i

Abstrak ………. ii

Riwayat Hidup Penulis ………. iv

Kata Pengantar ………. vi

Daftar Isi ……….. ix

Daftar Tabel ………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 6

1.3. Tujuan ………. 6

1.3.1. Tujuan Umum ………. 6

1.3.2. Tujuan Khusus ………. 6

1.4. Manfaat ……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas ……….. 8

2.2. Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas ………... 9

2.2.1. Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas ………. 9

2.2.2. Jenis Kecelakaan Lalu Lintas ………. 10

2.2.3. Dampak Kecelakaan Lalu Lintas ……….. 10

2.3. Peraturan dan Perundang-undangan Lalu Lintas …………... 11

2.4. Sepeda Motor ………. 12

2.4.1. Jenis Sepeda Motor ……… 13

2.4.2. Alat Pelindung Diri Pengendara Sepeda Motor ……. 14

2.4.3. Pemeriksaan Sebelum Berkendara ………. 16

2.5. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor………. 19

2.5.1. Faktor Manusia ………... 20

2.5.2. Faktor Kendaraan ………... 28

2.5.3. Faktor Lingkungan Fisik ……… 32

2.6. Upaya Keselamatan Lalu Lintas ……… 35

2.7. Kerangka Konsep ………... 40

2.8. Hipotesis ……… 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………... 42

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 42

3.2.1. Lokasi Penelitian ……… 42

3.2.2. Waktu Penelitian ………... 42

3.3. Populasi dan Sampel ………. 43


(12)

3.3.2. Sampel ………... 43

3.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 44

3.5. Definisi Operasional ………. 44

3.6. Aspek Pengukuran ……….... 45

3.6.1. Faktor Manusia ………. 46

3.6.2. Faktor Kendaraan ………. 47

3.6.3. Faktor Lingkungan Fisik ………... 47

3.6.4. Kecelakaan Lalu Lintas ………. 49

3.6.5. Kondisi Lalu Lintas ……….. 49

3.6.6. Jenis Kecelakaan ………... 49

3.6.7. Jenis Tabrakan ……….. 49

3.6.8. Bulan………. 50

3.6.9. Hari ……….. 50

3.6.10.Waktu……… 50

3.7. Teknik Analisis Data………. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Wilayah Penelitian………... 53

4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan………. 53

4.1.2. Gambaran Kepolisian Resort Kota Medan………... 54

4.2. Karakteristik Pengendara Sepeda Motor………... 56

4.3. Analisa Data……….. 59

4.3.1. Analisis Univariat……….. 60

4.3.1.1. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas………. 60

4.3.1.2. Gambaran Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas……….. 63

4.3.2 Analisis Bivariat……… 66

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Pengendara Sepeda Motor……… 78

5.2. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor……….. 80

5.2.1. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Kecelakaan……….. 80

5.2.2. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Kondisi Lalu Lintas………. 80

5.2.3. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Tabrakan………. 81

5.2.4. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Dampak Kecelakaan………... 81

5.2.5. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Waktu……….. 82

5.3. Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas………… 85


(13)

5.3.2. Faktor Kendaraan………... 92

5.3.3. Faktor Lingkungan Fisik………... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……… 105

6.2. Saran……….. 106

DAFTAR PUSTAKA ………... 109

LAMPIRAN………... 112

Lampiran 1 : Definisi Operasional ………. 112

Lampiran 2 : Panduan Hubungan Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas dengan Kejadian Meninggal Dunia Pada Pengendara Sepeda Motor Di Kota Medan Tahun 2008-2010……….. 117

Lampiran 3 : Hasil Analisis Uji Statistik Menggunakan SPSS 15.0 for Windows………. 120

Lampiran 4 : Struktur Organisasi Kepolisian Resort Kota Medan………….. 151

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian ……….. 152


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengendara Sepeda Motor yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Hukum Kepolisian Kota Besar Medan Sekitarnya Tahun 2008-2010………... 57 Tabel 4.2. Distribusi Usia Pengendara Sepeda Motor yang Mengalami

Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2008-2010………. 58 Tabel 4.3. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Hukum Poltabes

Medan Sekitarnya Tahun 2008-2010………. 60 Tabel 4.4. Distribusi Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada

Pengendara Sepeda Motor di Wilayah Hukum Poltabes Medan Sekitarnya tahun 2008-2010………... 63 Tabel 4.5. Hubungan Faktor Penyebab dan Akibat Celaka (Luka/Cedera dan

Meninggal Dunia) Pada Pengendara Sepeda Motor di Wilayah Hukum Polresta Medan Tahun 2008-2010………. 66


(15)

ABSTRAK

Sepeda motor dapat menjadi ancaman terbesar terhadap kecelakaan di jalan raya dan menjadi penyumbang korban tertinggi. Kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor dapat disebabkan beberapa faktor penyebab yaitu dari faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dengan kejadian meninggal dunia pada pengendara sepeda motor.

Sampel pada penelitian ini adalah kejadian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor dimana pengendara sepeda motor sebagai tersangka atau yang menabrak, identitasnya dicatat dengan lengkap, dan duduk kejadian tercantum di BAP. Maka ditemukan 851 kejadian yang memenuhi kriteria sampel. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan jenis data sekunder yang didapat dari data laporan kecelakaan dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dicatat dan dilaporkan oleh Unit Laka Lantas Sat lantas Poltabes Medan sekitarnya selama tahun 2008 sampai 2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia (tidak tertib, lengah, kecepatan tinggi) merupakan faktor tertinggi penyebab kecelakaan lalu lintas disusul faktor lingkungan fisik (tikungan tajam) lalu faktor kendaraan (selip). Sedangkan faktor penyebab yang berhubungan dengan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor adalah lengah, mengantuk, tidak tertib, tidak terampil, lampu kendaraan, selip, jalan tanpa lampu, dan jalan rusak. Dimana jalan rusak merupakan faktor yang yang nilai risikonya paling besar menimbulkan korban meninggal dunia diantara faktor lainnya, yakni 11,773 kali, kemudian disusul jalan tanpa lampu, pengendara mengantuk, lampu kendaraan, selip, jalan licin, tidak terampil, dan lain sebagainya

Disarankan kepada Poltabes Medan sekitarnya memperketat pengawasan pembuatan SIM, sosialisasi safety riding dan penggalakan pemakaian helm untuk menekan dampak kecelakaan lalu lintas, serta pembenahan jalan yang rusak oleh pihak terkait.


(16)

ABSTRACT

Motorcycles could be the biggest threat to road accidents and casualties, also been the highest contributor to accidents. Traffic accident on a motorcycle rider could be caused by several factors namely, the cause of human factors, vehicle, and the physical environment. Therefore a study on the correlation of causes factor with death which result by motorcycle road accidents.

Samples in this study were the incidence of traffic accidents which involved motorcycles, in which the motorcyclist as a suspect or a hit, recorded with a complete identity, and seated events listed in the BAP. There were found 851 incidence that qualified on sample criteria. This study was a descriptive analytical study with a secondary data obtained from accident report and dossier (BAP) were recorded and reported by the Unit Laka Lantas Satlantas surround Medan District Police during 2008 to 2010.

The study results showed that the human factor (not orderly, negligent, high speed) was the highest factor caused a traffic accident followed by physical environmental factors (sharp turns) and vehicle factors (slippage). While, the causal factors that correlated with traffic accidents on a motorcycle rider was negligent, sleepy, not orderly, unskilled, light vehicles, skid, road without lights, and damaged roads. Damaged roads was the biggest risk value that caused death toll among other factors, namely 11,773 times, then followed by road without lights, drowsy driver, light vehicles, slip, slippery roads, unskilled, and et cetera.

To Medan District Police was suggested to tighten the Driving License (SIM) making procedure, dissemination and promotion of safety riding helmets to reduced the impact of traffic accidents, and improvement of damaged roads by the related party.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai ataupun konflik dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial. Proses tersebut sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia disertai dengan pembangunan infrastruktur baik dalam sarana dan prasarana tanpa terkecuali pembangunan dan pengembangan jalan yang dilandasi oleh kemajuan di bidang teknologi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kendaraan baru.

Di era modern saat ini, bidang transportasi berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat sehingga mendukung pertumbuhan di berbagai bidang. Peningkatan di bidang transportasi tersebut dapat dilihat semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Namun, pertambahan penduduk dan kemakmuran menjadi salah satu penyebab meningkatnya kecelakaan lalu lintas di jalan karena semakin banyaknya orang yang berpergian dan sifat acuh dari individu atau masyarakat terhadap pengekangan emosional dan fisik agar tercipta lingkungan hidup yang aman dan tertib yaitu berupa peraturan lalu lintas. Hal itulah yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas, terkadang kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut dapat mengakibatkan luka-luka atau kerugian materi bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia.


(18)

Di seluruh dunia, kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,2 juta jiwa dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2011). Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada, 90 persen di antaranya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan kerugian materiil yang ditimbulkan mencapai sekitar 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tiap-tiap Negara (Kemenkes RI, 2010). Sehingga memicu Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan resolusi dengan membentuk Global Road Safety Partnership (GRSP) di bawah pengawasan WHO pada 2006 silam, dengan tujuan utama menekan angka kecelakaan dan tingkat fatalitas yang ditimbulkan terhadap korban-korbannya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga meluncurkan Decade of Action for Road Safety (Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah PBB tersebut dengan menerapkan Dekade Aksi Keselamatan Jalan Indonesia 2010-2020 (Kemhub, 2010). Diperkirakan pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian tertinggi setelah jantung dan depresi (WHO, 2004). Hingga saat ini kecelakaan jalan raya masih memegang predikat ”pembunuh” terbesar ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan TBC (Kemenhub RI, 2010).

Data BPS yang bersumber dari Kepolisian RI, kecelakaan lalu lintas di Indonesia mulai tahun 2000 sampai 2009 berjumlah 419.158 Kasus (BPS, 2010). Data tersebut mengalami peningkatan dan puncaknya pada tahun 2005 yang mencapai 91.623 kasus kecelakaan di jalan raya lalu berangsur menurun sampai tahun 2007 yaitu 49.553 kasus kecelakaan lalu lintas. Akan tetapi pada tahun 2008 di Indonesia, menurut data Kepolisian RI tercatat sebanyak 59.164 kasus kecelakaan


(19)

lalu lintas terjadi di Indonesia. Banyaknya korban meninggal dunia yang ditimbulkan pada tahun tersebut mencapai 20.118 orang, korban luka berat mencapai angka 23.440 orang, dan korban luka ringan sebanyak 55.731 ribu orang (BPS, 2010). Kemudian pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas, data Kepolisian RI tahun 2009 menunjukkan sepanjang tahun 2009 terjadi sedikitnya 62.960 kasus kecelakaan di jalan raya. Artinya, dalam setiap 8,4 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan di jalan raya. Dari jumlah tersebut, total korban meninggal dunia di lokasi mencapai 19.979 orang, korban luka berat mencapai 23.469 orang, dan korban luka ringan sebanyak 62.936 orang. Artinya setiap 26 menit ada satu nyawa yang hilang di jalan raya. (BPS, 2010).

Menurut data Mabes Polri tahun 2009, kelompok usia korban kecelakaan lalu lintas tertinggi adalah kelompok usia 16-25 tahun (25%). Berdasarkan tingkat pendidikan, pendidikan SMU adalah pelaku kecelakaan tertinggi (45-47%). Sedangkan berdasarkan jenis kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas tahun 2008-2009 terbanyak adalah sepeda motor (67-68%) yang telah menelan korban jiwa sampai 18 ribu nyawa (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2010, jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 31.186 jiwa. Rata-rata sebanyak 84 orang meninggal setiap harinya atau antara tiga hingga empat orang setiap jamnya. Dari jumlah tersebut 67% korban berada pada usia produktif yaitu usia 22-50 tahun.

Data kecelakaan lalu lintas di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2009 menurut Kepolisian RI, tercatat sebanyak 3.170 kasus kecelakaan di jalan yang


(20)

tewas akibat kecelakaan lalu lintas di wilayah sumatera mencapai 1.571 jiwa atau 3 (tiga) orang meninggal setiap harinya pada tahun 2009. Sementara data pada tahun 2010 terdapat kecelakaan lalu lintas sebanyak 3.634 kasus, artinya 8-9 kasus kecelakaan lalu lintas per hari dengan korban meninggal sebanyak 1.661 yang juga berarti 4-5 orang meninggal perharinya akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 di Sumatera Utara (Komisi Kepolisian Indonesia, 2011).

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia sekaligus sebagai kota penerima penghargaan Piala Lomba Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan Wahana Tata Nugraha Cup tahun 2005 dan 2009 serta kota penerima penghargaan Plakat Lomba Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan Wahana Tata Nugraha Plakat selama lima tahun berturut-turut yaitu tahun 2005-2009. Kota Medan juga merupakan salah satu kota yang memiliki aktivitas lalu lintas cukup tinggi dan termasuk kedalam golongan kota raya (metropolitan city). Data menunjukkan sampai tahun 2009 jumlah kendaraan bermotor di kota Medan mencapai 3.361.876 unit, jenis kendaraan terbanyak adalah jenis sepeda motor yang mencapai 2.318.623 unit atau 70% dari total semua unit kendaraan bermotor di kota Medan. Dengan tingginya angka pengendara sepeda motor di kota Medan dan masih banyaknya pengguna jalan yang memiliki perilaku buruk dalam berkendara di jalan, maka semakin besar pula resiko kecelakaan lalu lintas bagi pengendara sepeda motor tersebut yang didukung pula dengan mobilitas penduduk kota Medan yang berjumlah 2.097.610 jiwa pada tahun 2010 (BPS, 2011).


(21)

Melihat situasi tersebut, dapat dikatakan bahwa sepeda motor merupakan kendaraan bermotor yang memiliki risiko tertinggi mengalami kecelakaan lalu lintas di kota Medan. Menurut data Polresta Medan, pada tahun 2009 terjadi 1.055 kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengendara sepeda motor dengan korban meninggal dunia sejumlah 227 jiwa atau 22% dari total kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor. Artinya, bila terdapat 10 kasus kecelakaan pada pengendara sepeda motor di kota Medan terdapat 2 korban meninggal akibat kecelakaan tersebut. Sedangkan luka berat sejumlah 846 orang dan luka ringan sebanyak 577 orang. Data kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor pada tahun 2009 meningkat dibandingkan dengan data tahun 2008 yang terdapat 880 kasus, akan tetapi membawa dampak yang lebih buruk dibanding tahun 2009 dengan korban meninggal dunia sebesar 272 jiwa atau 31% dari total kasus kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Artinya, bila terdapat 10 kasus kecelakaan pada pengendara sepeda motor di kota Medan pada tahun 2008 terdapat 3 korban meninggal akibat kecelakaan tersebut. Lalu korban yang menderita luka berat sebanyak 978 orang dan luka ringan 293 orang. Dari data-data yang disebutkan, diketahui bahwa terdapat hubungan klausal sebab-akibat pada fenomena tersebut. Oleh karena itu, perlu dianalisis hubungan mengenai faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan mulai Januari 2008 sampai Desember 2010.


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor tahun 2008-2010 di kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan pada tahun 2008-2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2008-2010.

2. Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab kecelakaan lalu lintas (manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik) pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2008-2010.

3. Untuk mengetahui hubungan antara faktor penyebab kecelakaan lalu lintas (manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik) dengan akibat kecelakaan lalu lintas (meninggal dunia atau luka/cedera) pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2008-2010.


(23)

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi terkait dalam upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor.

2. Sebagai bahan informasi bagi pengguna jalan khususnya pengendara sepeda motor tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor agar tetap waspada dan mematui peraturan lalu lintas yang berlaku.

3. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian sejenis serta diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kecelakaan Lalu lintas

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan, agar tindakan korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan merupakan tindakan tidak direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera (Heinrich, 1980). Menurut D.A. Colling (1990) yang dikutip oleh Bhaswata (2009) kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban) (WHO, 1984). Menurut F.D. Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009) mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian


(25)

yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.

Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban).

2.2. Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas 2.2.1. Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3) Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.


(26)

2.2.2. Jenis Kecelakaan Lalu Lintas

Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI (2006) yang dikutip oleh Kartika (2009) dapat dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan, yaitu:

1) Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan.

2) Rear-End (Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang

bergerak searah.

3) Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari

samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan.

4) Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan

(tidak sideswape).

5) Backing, tabrakan secara mundur. 2.2.3. Dampak Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:

a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

b. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih


(27)

dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari 30 hari. 2.3. Peraturan dan Perundang-undangan Lalu Lintas

Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Setelah undang-undang mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang lama diterbitkan kemudian diterbitkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah (PP), yaitu: PP No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

Lalu dibuatlah pedoman teknis untuk mendukung penerapan Peraturan Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam bentuk Keputusan Menteri (KepMen). Beberapa contohnya KepMen tersebut, yaitu: KepMen No. 60/1993 tentang Marka


(28)

Jalan, KepMen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan, KepMen No. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, KepMen No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Kemenhub RI, 2011).

2.4. Sepeda Motor

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah. Pengendara sepeda motor harus mematuhi hukum yang sama dengan pengemudi mobil yaitu yang tercantum pada Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang diatur dalam undang-undang tersebut antara lain adalah:

a. Setiap pengendara sepeda motor di jalan harus memiliki Surat Izin Mengemudi untuk sepeda motor yang mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar.

b. Pengendara sepeda motor wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki. c. Mengetahui tata cara berlalu lintas di jalan.

d. Sepeda motor hanya diperuntukkan hanya untuk dua orang.

e. Sepeda motor yang digunakan dijalan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

f. Pengemudi dan penumpang wajib menggunakan helm yang telah direkomendasikan keselamatannya dan terpasang dengan benar.


(29)

Sepeda motor memiliki standar-standar yang wajib dipenuhi kelengkapan dari kendaraan tersebut yang di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1994 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Standar mengenai kendaraan bermotor jenis sepeda motor yang diatur PP No. 44 Tahun 1994 adalah sebagai berikut:

1. Lampu-lampu dan alat pemantul cahaya (Pasal 41-64).

Sepeda motor dengan atau tanpa lampu samping harus dilengkap dengan lampu-lampu dan pemantul cahaya yang meliputi lampu utama dekat, lampu utama jauh, lampung penunjuk arah, satu lampu posisi depan dan belakang, satu lampu rem, satu lampu penerangan tanda nomor kendaraan di bagian belakang, satu pemantulan cahaya berwarna merah yang tidak berbentuk segitiga.

Lampu penunjuk arah berjumlah genap dengan sinar kelap-kelip berwarna kuning tua dan dapat dilihat pada waktu siang maupun malam hari oleh pemakai jalan lainnya. Lampu penunjuk arah dipasang sejajar di sisi kiri dan sisi kanan bagian muka dan bagian belakang sepeda motor.

2. Komponen pendukung (Pasal 70-79).

Komponen pendukung kendaraan bermotor terdiri dari pengatur kecepatan, kaca spion, klakson dan sepakbor. Kaca spion sepeda motor sekurang-kurangnya berjumlah satu buah. Kaca spion terbuat dari kaca atau bahan menyerupai kaca yang tidak merugah jarak dan bentuk orang dan/atau barang yang dapat dilihat.


(30)

2.4.1. Jenis Sepeda Motor

Sepeda motor dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan penggunaannya menjadi 4 (empat) jenis sepeda motor (Dephub RI, 2006), yaitu:

1) Sepeda motor harian. Sepeda motor ini didesain untuk berjalan di jalan raya. Bannya dibuat agar mampu menapak dengan baik di jalan raya. Dan jenis sepeda motor inilah yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. 2) Sepeda motor trail. Sepeda motor ini biasanya digunakan untuk berkendara di

jalan aspal dan non aspal. Sepeda motor ini dilengkapi dengan lampu sehingga dapat digunakan di jalan raya.

3) Sepeda motor off-road. Sepeda motor ini di desain untuk kegiatan rekreasi seperti motokros dan bertualang. Jenis ini tidak dapat digunakan di jalan raya, biasanya tidak dilengkapi dengan surat dan lampu serta lampu indikator/sein. 4) Sepeda motor roda tiga. Jenis ini lebih kepada sepeda motor dengan tiga roda,

tetapi bukan sepeda motor dengan tambahan kereta tempel di bagian sisinya. 2.4.2. Alat Pelindung Diri Pengendara Sepeda Motor

Untuk mengendarai kendaraan bermotor jenis sepeda motor juga diperlukan alat pelindung diri (APD) sepeda motor bagi pengendara sepeda motor yang gunanya untuk meningkatkan keamanan dalam mengendarai sepeda motor, berikut adalah tata cara bersepeda motor yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dephub RI, 2004):

a. Helm.

Helm merupakan alat pelindung diri yang paling utama dan wajib dipakai oleh pengendara maupun penumpang sepeda motor yang dapat


(31)

mengurangi luka serius yang mungkin timbul apabila terjadi kecelakaan lalu lintas. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa pengendara dan penumpang sepeda motor wajib menggunakan helm standar nasional Indonesia (SNI).

Jenis helm berstandar nasional Indonesia yang dapat melindungi pengendara sepeda motor dan disetujui oleh pihak kepolisian lalu lintas terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Helm yang menutup keseluruhan wajah (full face), helm ini merupakan helm yang memenuhi standar keselamatan bagi pengendara sepeda motor karena memiliki tingkat keamanan yang tinggi.

2) Helm yang menutup ¾ wajah (three-quarter open face), helm ini hampir serupa dengan helm full face, namun memiliki perbedaan pada dagu pengendara tidak tertutup. Helm ini tidak menutup sempurna seperti helm full face dan memiliki tingkat keamanan sedikit lebih rendah dibawah helm jenis full face.

b. Pelindung mata dan wajah.

Mata dan wajah membutuhkan perlindungan dari angin, debu, hujan, binatang kecil dan bebatuan, pelindung wajah dapat memberi perlindungan dari hal tersebut. Pelindung mata dan wajah harus memenuhi standar yang berlaku, tidak tergores, tidak membatasi jarak atau sudut pandang pengendara, dan dapat diikat erat agar tidak bergeser.


(32)

c. Sarung tangan.

Sarung tangan berfungsi untuk mengurangi efek langsung angin maupun kondisi cuaca ketika berkendara dan meminimalkan dampak cedera pada saat terjadi kecelakaan lalu lintas. Penahan benturan, goresan, dan berbahan yang kuat merupakan standar dari sarung tangan untuk mengendarai sepeda motor. Sarung tangan juga harus nyaman ketika digunakan dan memberi kemampuan menggenggam setang dengan baik.

d. Jaket.

Jaket merupakan pakaian pelindung pengendara sepeda motor ketika terjadi kecelakaan lalu lintas, selain itu jaket juga berfungsi untuk membantu pengendara sepeda motor menghadapi kondisi cuaca ketika berkendara. Jaket yang baik adalah tidak mudah sobek dan menggelembung ketika dipakai berkendara, jaket harus menutupi seluruh lengan dan melekat erat pada leher, pergelangan tangan, dan pinggang pada saat berkendara. Selain itu, warna jaket harus terang agar dapat terlihat oleh pengendara lain ketika malam hari. e. Sepatu.

Sepatu berfungsi untuk melindungi pergelangan kaki. Sepatu dapat mengurangi efek langsung ke arah kaki pada pengendara sepeda motor ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Sepatu harus didesain untuk berkendara sepeda motor dan terbuat dari kulit atau bahan sintetis kuat lainnya. Dapat melindungi pergelangan kaki, memiliki alas sepatu yang mampu menapak dengan baik dan memiliki bagian yang diperkuat sebagai perlindungan tambahan. Sepatu tidak boleh memiliki anting-anting, tali-tali atau sisi yang elastis, karena dapat


(33)

menimbulkan masalah bagi pengendara dan dapat menyangkut pada motor atau pada saat kecelakaan.

2.4.3. Pemeriksaan Sebelum Berkendara

Pemeriksaan sebelum berkendara sangat penting untung menjadi perhatian sebelum berkendara, agar terhindar dari kondisi tak aman (unsafe condition) dalam berkendara. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan sebelum berkendara:

1) Alat kendali.

a. Rem, periksa rem depan dan belakang secara bersamaan. Tiap rem harus dapat menghentikan kendaraan dengan baik ketika melaju.

b. Kopling dan gas, kedua alat harus berfungsi dengan halus. Gas harus segera berbalik ketika telah dilepaskan.

c. Kabel-kabel, pastikan semua kabel dan tali dalam kondisi baik, berfungsi secara halus dan tidak terdapat kabel yang kusut dan dalam keadaan terurai. 2) Ban.

a. Tekanan, periksa tekanan ban (khususnya saat ketika kondisi ban masih dingin) karena berpengaruh pada pengendalian dalam berkendara.

b. Tapak ban, ban dengan permukaan yang tidak rata merupakan hal yang dapat membahayakan saat berkendara, khususnya pada saat melintas di jalan yang licin. Tapak ban harus memiliki alur kedalaman sedikitnya 1mm. Tiap ban memiliki indikator tapak ban. Sisi ban tidak boleh memiliki lebar lebih dari tapak ban. Jika ban mulai tidak rata, harus lebih hati-hati


(34)

c. Kerusakan, periksa apakah terdapat pecahan pada tapak ban, paku, ataupun potongan benda tajam lainnya. Bahkan sebuah lubang kecil sangatlah berbahaya.

3) Lampu dan sein.

Pastikan bahwa semua lampu utama dan sein dalam keadaan bersih dan dapat bekerja dengan baik.

a. Indikator, periksa semua lampu sein dan pastikan bahwa sein dapat berkedip dan cukup terang sehingga dapat terlihat dengan baik.

b. Lampu utama, periksa lampu utama dengan menaruh tangan di depan lampu utama saat lampu dalam keadaan menyala untuk memastikan bahwa lampu bekerja dengan baik, pada malam hari periksa lampu dim, untuk memastikan bahwa lampu jauh dan dekat dapat bekerja dengan baik pula. c. Lampu rem, coba semua tuas rem dan pastikan bahwa semua rem dapat

menyalakan lampu rem. Periksa nyala lampu rem dengan menaruh tangan di depan lampu rem atau dengan melihat pantulan cahanya pada dinding. d. Klakson, periksa klakson anda dan pastikan dapat bunyi dengan baik. 4) Spion.

Bersihkan dan setel posisi spion sebelum mulai berkendara. Sangat berbahaya jika menyetel spion sepeda motor pada saat berkendara. Spion harus disetel agar dapat melihat area di belakang. Dan juga harus dapat melihat lajur di sebelah dan di belakang pada kaca spion.


(35)

5) Rantai

Periksa rantai sepeda motor apakah telah dilumasi dan setelannya telah tepat. Baca buku manual kendaraan untuk mengetahui perawatan mengenai rantai. Sepeda motor harus dilengkapi dengan pelindung rantai agar pakaian tidak tersangkut pada rantai terkecuali rantai sudah tertutup oleh rangka.

2.5. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor

Berkendara dengan aman sangatlah penting bagi semua pengguna jalan, terutama bagi pengendara sepeda motor karena memiliki kerentanan yang lebih besar daripada pengendara kendaraan lainnya. Karena berkendara sepeda motor adalah pekerjaan kompleks yang memerlukan pengetahuan dan teknik tertentu, selain itu pengendara sepeda motor juga terpapar langsung dengan lingkungannya. Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di Indonesia pada tahun 2004 yaitu sebesar 54,8%. Mengendarai sepeda motor membutuhkan keterampilan yang memerlukan latihan selama bertahun-tahun dan praktek dengan menggunakan teknik berkendara yang tepat. Pengendara pemula memiliki peluang tiga kali lebih besar dalam terlibat kecelakaan daripada pengendara yang telah mahir. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun 2004 melibatkan anak muda dan pengendara pemula dengan usia antara 16-25 tahun (Dephub, 2006).

Menurut Warpani (2002), penyebab kecelakaan lalu lintas dapat dikelompokkan dalam empat unsur, yakni: manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Sedangkan dasar teori kecelakaan lalu lintas ada pada model Matriks


(36)

prinsip kesehatan masyarakat untuk masalah kecelakaan lalu lintas. Konsep ini dikembangkan oleh Dr William Haddon Jr lebih dari 35 tahun yang lalu (Wikipedia, 2009). Model matriks haddon ini membagi penyebab kecelakaan lalu lintas dalam tiga faktor, yaitu: manusia, kendaraan, dan lingkungan. William haddon mengembangkan konsep dimana faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu. Penerapan permodelan kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi tiga fase waktu, yaitu sebelum kecelakaan (pre-crash), saat kecelakaan (crash), dan setelah kecelakaan (post-crash). Konsep inilah yang digunakan untuk menilai cidera (O’neil, 2002).

Matriks ini terbagi atas baris dan kolom, variabel dari kolom terdiri dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sedangkan variabel baris terdiri dari tahapan-tahapan waktu terjadinya kecelakaan yang berfungsi untuk menentukan model pencegahan kecelakaan pada setiap tahapan kejadian (O’neil, 2002).

Menurut Warpani (2002) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, besarnya persentase masing-masing faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar 93,52%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, faktor jalan 3,23%, dan faktor lingkungan sebesar 0,49%. Secara umum, faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni: faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor lingkungan fisik.


(37)

Selanjutnya, akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor meliputi faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik.

2.5.1. Faktor Manusia

Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan mengemudi, mengendalikan, dan mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia adalah faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks, yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan dan menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya (Hobbs, 1995).

Manusia sebagai pengendara memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Keduanya adalah faktor dominan yang mempengaruhi manusia dalam berkendara di jalan raya. Faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem syaraf.

Perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan, kendaraan, dan manusia itu sendiri. Lalu kombinasi dari faktor fisiologis dan faktor psikologis menimbulkan reaksi dan aksi, yaitu timbulnya respon berkendara dari pengendara terhadap ransangan dari lingkungannya berkendara. Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu:


(38)

a. Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau diatas 30 tahun biasanya lebih memiliki tingkat kewaspadaan lebih tinggi dalam berkendara daripada orang yang berusia muda, alasannya karena orang yang berusia tua lebih banyak memiliki pengalaman dalam berkendara dan lebih bijak dalam berkendara dibanding dengan yang berusia muda yang terkadang menggebu-gebu dan tergesa-gesa dalam berkendara. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun 2004 melibatkan anak muda dan pengendara pemula dengan usia antara 16-25 tahun (Dephub RI, 2006).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan di jalan raya dalam berkendara. Selain itu jumlah pengguna sepeda motor lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki daripada jenis kelamin perempuan. Suatu penelitian di wilayah depok menunjukkan bahwa perbandingan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki lebih tinggi dengan persentase 92% dan perempuan 8% (Kartika, 2009).

c. Perilaku

Faktor perilaku juga mempunyai peranan penting dalam menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Dimana pada


(39)

pengendara yang berperilaku tidak baik ketika berkendara juga mempengaruhi keselamatan pengendara tersebut, seperti tidak memakai helm atau tidak memakai helm yang sesuai standar yang di anjurkan, tidak tertib ketika berkendara dengan melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan.

d. Kepemilikan SIM

SIM merupakan suatu tanda bukti bahwa pengendara sudah layak berkendara di jalan raya, terkhususnya SIM C yang wajib dimiliki pengendara sepeda motor. Surat izin mengemudi ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang. SIM juga didapatkan dengan ujian yang meliputi teori dan praktek keterampilan mengemudi, selain itu juga pengemudi harus memenuhi beberapa syarat, yakni: dapat menulis dan membaca huruf latin, memiliki pengetahuan mengenai lalu lintas, memenuhi batas usia minimum, dan sehat jasmani maupun rohani.

Oleh karena itu, pengemudi yang telah memiliki SIM dapat dikatakan telah menguasai ketrampilan dalam berkendara di jalan raya dan lebih mengetahui peraturan lalu lintas di jalan raya dibanding yang tidak memiliki SIM. Pengemudi yang memiliki SIM dapat menjadi tolak ukur dalam berkendara, akan tetapi semua itu tidak menjamin kemungkinan tidak terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Semua faktor-faktor yang disebutkan diatas merupakan karakteristik pengemudi sepeda motor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu


(40)

lintas. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor adalah:

a. Lengah

Lengah adalah salah satu faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya tidak fokus ketika berkendara. Lengah yang terjadi dapat berasal dari lingkungan ataupun perilaku pengemudi ketika berkendara, seperti pandangan tidak fokus atau berbincang di jalan raya sehingga tidak dapat mengantisipasi dalam menghadapi situasi lalu lintas dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat berubah mendadak.

b. Mengantuk

Mengantuk dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor karena pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dan/atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Warpani, 2002). Ciri-ciri pengemudi yang mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi, berhalusinasi, dan pandangan kosong.

c. Lelah

Faktor kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan, kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengemudi dalam mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi dalam berkendara. Suma’mur (2009) mengungkapkan, kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya


(41)

kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 pada pasal 240 menyebutkan pembatasan lamanya waktu mengemudi, akan tetapi pelanggaran masih sering terjadi.

Menurut Suma’mur (2009), tanda-tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan, antara lain: perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa berat pada mata, merasa susah berfikir, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, dan merasa kurang sehat.

d. Mabuk

Mabuk dapat disebabkan pengemudi kehilangan kesadaran antara lain karena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkotik. Warpani (2002) mengatakan, di Amerika Serikat dilaporkan 50% penyebab terjadinya kecelakaan fatal (meninggal dunia) adalah alkohol (Pignataro, 1973). Mabuk yang disebabkan alkohol memiliki peranan penting terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Oleh karena itu, pengendara dilarang mengkonsumsi alkohol sebelum berkendara atau tubuhnya mengandung alkohol ketika ingin berkendara.

Alkohol dan berkendara merupakan kombinasi yang fatal. Beberapa hal yang harus disadari antara lain:

1) Alkohol mempengaruhi penilaian, pengendara akan mengalami kesulitan dalam menilai jarak aman, kecepatan pengendara dan kecepatan kendaraan lain.


(42)

2) Alkohol mempengaruhi keseimbangan, bahkan dalam jumlah yang sedikit sekalipun alkohol dapat membuat pengendara sulit untuk menjaga keseimbangan.

3) Alkohol memberi rasa percaya diri semu, pengendara mungkin tidak menyadari seberapa besar alkohol mempengaruhi pengendara dalam berkendara dan seberapa besar resiko yang akan dihadapi.

4) Alkohol membuat sulit melakukan lebih dari satu hal dalam saat yang sama. Pengendara harus dapat berkonsentrasi ketika berkendara sepeda motor dan mengetahui posisi pengguna jalan lainnya. Jika pengendara baru saja mengkonsumsi minuman beralkohol, mungkin saja mampu mengendarai sepeda motor tetapi tidak dapat memperhatikan hal penting lainnya seperti lampu lalu lintas, mobil dari samping jalan atau pejalan kaki yang sedang menyeberang.

5) Alkohol dapat membuat lelah. Alkohol akan membuat reaksi pengendara menjadi lambat dan dapat membuat celaka.

Obat-obatan dan narkoba akan membuat pengendara lemah, pusing atau mengantuk. Ganja juga merupakan salah satu jenis narkoba yang dapat mempengaruhi kemampuan pengendara dalam berkendara, karena mempengaruhi perhatian dan mengurangi kemampuan pengendara dalam memproses informasi yang diterima (Dephub RI, 2006).


(43)

e. Tidak tertib

Tidak tertib dalam berlalu lintas merupakan ketidakdisiplinan pengendara dalam berkendara yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak tertibnya pengendara itu dapat disebabkan oleh perilaku berkendara yang buruk dan kesadaran akan berlalu lintas dengan benar yang rendah, seperti melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur kiri, dan sebagainya. Data menunjukkan lebih dari 90% faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas adalah manusia, yang sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia dalam tertib dan disiplin berlalu lintas di jalan (Dephub RI, 2008).

f. Tidak terampil

Mengendarai sepeda motor membutuhkan keterampilan yang memerlukan latihan selama bertahun-tahun dan praktek dengan menggunakan teknik berkendara yang tepat, contoh dari pengendara yang tidak terampil seperti tidak berjalan sesuai jalurnya atau terlalu ke kanan, tidak menjaga jarak aman. Pengendara pemula memiliki peluang tiga kali lebih besar dalam terlibat kecelakaan daripada pengendara yang telah mahir. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun 2004 melibatkan anak muda dan pengendara pemula dengan usia antara 16-25 tahun (Dephub RI, 2006). Oleh karena itu, mengendarai sepeda motor membutuhkan keterampilan yang di dapat melalui latihan dan pengalaman serta praktek dengan teknik berkendara yang baik.


(44)

g. Kecepatan tinggi

Kecepatan merupakan hal yang dapat dikontrol pengendara sesuai keinginannya, akan tetapi perilaku dari pengendara sering kali membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Faktor tersebutlah yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, karena terkadang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi tanpa menghiraukan jarak kendaraan dengan depan ataupun samping. Jarak yang aman antara kendaraan yang dikemudikan dengan kendaraan yang ada di depan adalah selang waktu 2 detik, jarak itulah yang dapat ditoleril agar pengendara dapat mengerem kendaraannya dengan baik.

2.5.2. Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan dalam hal ini yaitu sepeda motor merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Memilih sepeda motor yang cocok atau sesuai dengan kebutuhan adalah keputusan penting yang harus dipilih oleh seorang pengendara. Sepeda motor yang cocok akan memberi pengendara pengendalian yang baik. Pengendara harus mempertimbangkan ukuran tubuh ketika memilih sepeda motor. Beberapa sepeda motor berukuran besar dan sangat berat. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyeimbangkan dan mengendalikan sepeda motor tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kaki pengendara mampu berpijak ke tanah dengan baik ketika memilih sepeda motor (Dephub RI, 2008). Kondisi internal dari sepeda motor itu sendiri juga merupakan hal yang wajib menjadi perhatian karena berperan penting untuk keselamatan bagi pengendara sepeda motor tersebut. Kondisi internal tersebut yaitu perawatan terhadap rem, ban,


(45)

kaca spion, lampu utama, lampu sein, dan sebagainya. Faktor-faktor kendaraan yang beresiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, adalah:

a. Rem Blong

Rem merupakan komponen penting dari sepeda motor yang berfungsi untuk memperlambat laju atau memberhentikan sepeda motor. Sepeda motor memiliki dua rem, yaitu rem depan dan rem belakang. Rem depan lebih efektif dibandingkan rem belakang bahkan pada jalan dengan permukaan yang licin. Satu-satunya saat di mana rem depan tidak boleh digunakan adalah saat jalan ditutupi oleh es. Teknik pengereman yang baik adalah menggunakan kedua rem untuk memberhentikan atau mengurangi kecepatan sepeda motor, lalu menurunkan transmisi sepeda motor. Jarak terlalu dekat juga mempengaruhi pengereman, jika pengendara kurang memperhatikan jarak minimal dengan kendaraan di depan dan kecepatan kendaraannya maka jarak pandang henti akan berkurang dan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas (Dephub RI, 2008). Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem blong) sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan pada rem sepeda motor.

b. Ban

Hal-hal yang harus diperhatikan pada ban yaitu tekanan ban dan kerusakan ban. Kendala pada ban meliputi ban kempes dan ban pecah, ban kempes adalah kondisi dimana tekanan ban kurang ataupun berkurang walaupun sudah di pompa, hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya pentil ban


(46)

yang dapat disebabkan oleh ban yang tertusuk oleh paku, batu tajam, atau benda lainnya yang dapat melubangi ban.

Tekanan ban harus diperhatikan karena tekanan ban yang kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ban dan menimbulkan ancaman ketika berkendara terutama dalam kecepatan tinggi. Adapun hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan ban adalah ukuran ban, tipe ban, dan daya cengkeram ban pada jalan.

c. Selip

Selip adalah lepasnya kontak roda kendaraan dengan permukaan jalan atau saat melakukan pengereman roda kendaraan memblokir sehingga pengemudi tidak bisa mengendalikan kendaraan. Tapak ban juga mempengaruhi selip pada roda kendara, ban dengan permukaan yang tidak rata merupakan hal yang dapat membahayakan ketika berkendara, khususnya pada saat melintas di jalan yang licin. Tapak ban harus memiliki alur kedalaman sedikitnya 1mm. Tiap ban memiliki indikator tapak ban. Sisi ban tidak boleh memiliki lebar lebih dari tapak ban. Jika ban mulai tidak rata, pengendara harus lebih hati-hati dalam berkendara.

Faktor teknis yang mendukung terjadinya selip pada kendaraan, yakni lemahnya peredam kejut (shock breaker), ban sudah tidak memenuhi syarat, tekanan ban yang kurang, penyetelan kaki kendaraan (spooring) yang kurang sempurna, dan berat kendaraan yang melebihi daya angkut. Jalan yang licin dan jalan yang basah juga dapat menimbulkan selip pada roda ban yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas.


(47)

d. Lampu kendaraan

Lampu kendaraan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelekaan lalu lintas bagi pengendara sepeda motor terutama fungsinya pada malam hari. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 pasal 41, mengungkapkan sepeda motor dengan atau tanpa kereta samping harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan pemantul cahaya yang meliputi:

1) Lampu utama

Lampu utama terbagi menjadi dua, yaitu lampu utama dekat dan lampu utama jauh. Lampu utama berfungsi sebagai penerang utama bagi pengendara dan sebagai penanda keberadaan bagi pengendara lain. Ketika berkendara lampu utama dekat yang lebih sering dipergunakan, karena lampu utama jauh dapat mengganggu penglihatan pengendara lain yang berlawanan arah. Lampu utama jauh digunakan ketika berada pada jalanan sepi. Lampu utama dekat dan jauh berwarna putih atau kuning muda, lampu harus dapat menerangi jalan sekurang-kurangnya 40 meter ke depan sepeda motor untuk lampu utama dekat dan sekurang-kurangnya 100 meter ke depan sepeda motor untuk lampu utama jauh.

2) Lampu indikator/sein

Lampu ini wajib dimiliki sepeda motor yang letaknya sepasang di depan sepeda motor dan sepasang lagi dibelakang sepeda motor.


(48)

tujuan kita kepada pengendara dibelakang kita atau kendaraan di depan kita, selain itu juga dapat digunakan ketika akan berpindah jalur. Lampu ini berwarna putih atau kuning tua dan berkelip-kelip, harus dapat dilihat pada malam hari maupun siang hari.

3) Lampu rem

Lampu rem berfungsi untuk memberitahu pengendara lain di belakang agar mengurangi kecepatan dan sebagai tanda bahwa kendaraan mengurangi laju kecepatannya. Lampu ini harus berwarna merah terang tetapi tidak menyilaukan pengendara dibelakangnya.

2.5.3. Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik merupakan faktor dari luar yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, lingkungan fisik yang dimaksud terdiri dari dua unsur, yakni faktor jalan dan faktor lingkungan. Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang, licin, gelap, tanpa marka/rambu, dan tikungan/tanjakan/turunan tajam, selain itu lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan) dan volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas. Sedangkan faktor lingkungan berasal dari kondisi cuaca, yakni berkabut, mendung, dan hujan. Interaksi antara faktor jalan dan faktor lingkungan inilah yang akhirnya menciptakan faktor lingkungan fisik yang menjadi salah satu sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Berikut adalah uraian mengenai faktor lingkungan fisik yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor:


(49)

a. Jalan berlubang

Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang sempurna. Kecelakaan lalu lintas pada sepeda motor yang disebabkan jalan berlubang kebanyakan dikarenakan pengendara berusaha menghindari lubang secara tiba-tiba dalam kecepatan tinggi. Contoh lain adalah ketika roda ban sepeda motor melewati lubang yang berdiameter dan kedalaman yang cukup besar sehingga mengganggu pengendara menjaga keseimbangan dan kemampuan mengontrol sepeda motornya.

b. Jalan rusak

Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika berkendara, dan jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Jalan yang rusak dapat mengurangi kontrol dalam berkendara dan mengganggu keseimbangan pengendara sepeda motor, untuk itu pengendara sebaiknya mengurangi kecepatannya ketika melewati jalan dengan kondisi rusak.

c. Jalan licin/basah

Permukaan jalan yang licin dapat disebabkan oleh cuaca (hujan/tidak) maupun material lain yang menutupi permukaan jalan seperti tumpahan minyak, lumpur, ataupun tanah yang basah karena tersiram air hujan. Kondisi


(50)

sepeda motor, karena keseimbangan ketika berkendara akan berkurang saat melintasi jalan yang licin, lalu sepeda motor dapat tergelincir dan jatuh hingga menabrak kendaraan lain di dekatnya.

Ban juga berperan penting untuk melewati permukaan jalan yang licin/basah, dengan kondisi ban yang baik maka pengendara lebih dapat mengontrol kendaraannya. Selain itu, melakukan pengereman di permukaan jalan yang licin juga sebaiknya tidak secara mendadak karena akan berefek selip pada roda ban.

d. Jalan gelap

Jalan gelap dapat disebabkan karena lampu penerangan di jalan yang tidak ada atau tidak cukup penerangannya. Jalan yang gelap beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor karena pengendara tidak dapat melihat dengan jelas arah dan kondisi jalan serta lingkungan sekitarnya.

Jalan tanpa lampu penerang jalan akan sangat membahayakan dan minumbulkan potensi tinggi untuk menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, karena lampu penerangan yang hanya berasal dari sepeda motor terkadang tidak cukup untuk menerangi jalan di depannya. e. Tanpa marka/rambu

Jalan yang tidak memiliki marka jalan dan rambu lalu lintas sangat berpotensi menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Marka dan rambu jalan ini berguna untuk membantu pengaturan arus lalu lintas dan memberitahu pengendara mengenai kondisi jalan dan peraturan


(51)

di suatu jalan. Selain itu, marka dan rambu lalu lintas juga harus berfungsi dan berkondisi baik agar pengendara dapat melihat dan mematuhi rambu dan marka jalan di lingkungannya berkendara.

f. Tikungan tajam

Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180o. Untuk melewati kondisi jalan tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar tidak hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang tajam juga dapat menghalangi pandangan pengendara atau menutupi rambu lalu lintas. g. Hujan

Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan (Wikipedia). Hujan dapat membawa pengaruh kepada hal-hal lain seperti jalan yang menjadi licin, jarak pandang menjadi lebih pendek karena kabut, dan jarak pengereman menjadi lebih jauh. Cuaca buruk sangat mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas, bahkan dalam berbagai peristiwa, kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh cuaca buruk. Dalam cuaca buruk, misalnya hujan lebat atau berkabut, pandangan pengemudi sangat terbatas sehingga mudah sekali terjadi kesalahan antisipasi. Di samping itu, jalan juga menjadi sangat licin, semuanya bisa dikembalikan pada faktor manusia yakni kesadaran dan kehati-hatiannya pada kondisi hujan dan jalanan yang menjadi licin (Warpani, 2002).


(52)

2.6. Upaya Keselamatan Lalu lintas

Usaha dalam rangka mewujudkan keselamatan jalan raya merupakan tanggung jawab bersama antara pengguna jalan dan aparatur negara yang berkompeten terhadap penanganan jalan raya baik yang bertanggung jawab terhadap pengadaan dan pemeliharaan infra dan supra struktur, sarana dan prasarana jalan maupun pengaturan dan penegakkan hukumnya. Hal ini bertujuan untuk tetap terpelihara serta terjaganya situasi jalan raya yang terarah dan nyaman. Sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan suatu hal yang paling penting guna terwujudnya keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, sesuai dengan sistem perpolisian modern menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam menjaga keselamatan pribadinya akan berdampak terhadap keselamatan maupun keteraturan bagi pengguana jalan lainnya, untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan beberapa perumusan dalam bentuk 5 (lima) strategi penanganannya, berupa :

1. Engineering

Wujud strategi yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan pengamatan, penelitian dan penyelidikan terhadap faktor penyebab gangguan/hambatan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan saran-saran berupa langkah-langkah perbaikan dan penanggulangan serta pengembangannya kepada instansi-instansi yang berhubungan dengan permasalahan lalu lintas.


(53)

2. Education

Segala kegiatan yang meliputi segala sesuatu untuk menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam usaha menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas dengan sasaran masyarakat terorganisir dan masyarakat tidak terorganisir sehingga menimbulkan kesadaran secara personal tanpa harus diawasi oleh petugas.

3. Enforcement

Merupakan segala bentuk kegiatan dan tindakan dari polri dibidang lalu lintas agar undang-undang atau ketentuan perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh semua para pemakai jalan dalam usaha menciptakan kenyaman dan keselamatan berlalu lintas.

a. Preventif

Segala usaha dan kegiatan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan orang, benda, masyarakat termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan khususnya mencegah terjadinya pelanggaran yang meliputi pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas dan patroli lalu lintas.

b. Represif

Merupakan serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana yang


(54)

meliputi penindakan pelanggaran lalu lintas dan penyidikan kecelakaan lalu lintas.

4. Encouragement

Encouragement dapat diartikan sebagai desakan atau pengobar semangat. Bahwa untuk mewujudkan kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas juga dipengaruhi oleh faktor individu setiap pemakai jalan, dimana kecerdasan intelektual individu / kemampuan memotivasi dalam diri guna menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Menumbuhkan motivasi dalam diri bisa dipengaruhi oleh faktor internal (kesadaran diri seseorang) maupun eksternal (lingkungan sekitarnya). Selain dari pada itu desakan semangat untuk menciptakan situasi lau lintas harus dimiliki oleh semua stake holder yang berada pada struktur pemerintahan maupun non pemerintah yang berkompeten dalam bidang lalu lintas sehingga semua komponen yang berkepentingan serta pengguna jalan secara bersama memiliki motivasi dan harapan yang sama dengan mengaplikasikannya didalam aksi nyata pada kehidupan berlalu lintas di jalan raya.

5. Emergency Preparedness and response

Kesiapan dalam tanggap darurat dalam menghadapi suatu permasalahan lalu lintas harus menjadi prioritas utama dalam upaya penanganannya, kesiapan seluruh komponen stake holder bidang lalu lintas senantiasa mempersiapkan diri baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta hal lainnya dalam menghadapi situasi yang mungkin terjadi,


(55)

pemberdayaan kemajuan informasi dan teknologi sangat bermanfaat sebagai pemantau lalu lintas jalan raya disamping keberadaan petugas dilapangan, dalam mewujudkan Emergency Preparedness and response ini perlu adanya konsistensi yang jelas di seluruh stake holder dan dalam pelaksanaannya harus dapat bekerja sama secara terpadu sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan bersama.

Kelima strategi ini dipetakan dalam sektor-sektor yang ada dilingkungan tugas kepolisian sehingga dapat diketahui instansi mana yang berwenang terhadap sektor terkait termasuk masyarakat pengguna jalan, apabila strategi ini dapat diterapkan sesuai dengan konsepsi yang telah dirumuskan diharapkan mampu mewujudkan upaya penanganan secara bersama dimana masyarakat pengguna jalan dapat menumbuhkan pengamanan swakarsa serta Polri maupun instansi terkait lainnya dapat melaksanakan tugas secara profesonal dan proporsional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dalam arti kata lain etika, sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku bukan lagi menjadi suatu keharusan yang merupakan kewajiban dengan pemberlakuan reward and punishment dalam pelaksanaanya, tetapi menjadi sebuah keinginan bersama yang muncul dari setiap pribadi Polri, Instansi terkait dan pengguna jalan dalam upaya mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan raya.


(56)

2.7. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, faktor kecelakaan (manusia, kendaraan, dan lingkungan fisik) menjadi variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah akibat kecelakaan lalu lintas.

Faktor Kendaraan Lampu kendaraan Selip Faktor Manusia Lengah Mengantuk Mabuk Tidak tertib Tidak terampil Kecepatan tinggi Faktor Lingkungan Fisik

Jalan tanpa lampu Jalan rusak Jalan berlubang Jalan licin Tanpa marka/rambu Tikungan tajam Kabut/mendung Hujan

Akibat

Kecelakaan

Lalu Lintas

Pengendara

Luka

Pengendara

Meninggal

Dunia

Kondisi lalu lintas Jenis kecelakaan

Jenis tabrakan Waktu

Bulan Hari


(57)

2.8. Hipotesis

1. Ha: Ada hubungan antara faktor manusia (lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak terampil, kecepatan tinggi) dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor.

2. Ha: Ada hubungan antara faktor kendaraan (selip, lampu kendaraan) dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. 3. Ha: Ada hubungan antara faktor lingkungan fisik (jalan tanpa lampu,

jalan rusak, jalan berlubang, jalan licin, tanpa marka/rambu, tikungan tajam, kabut/mendung, hujan) dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor serta memperoleh hubungan antara beberapa variabel yang menyebabkan kejadian meninggal dunia berdasarkan data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2008 sampai 2010. Metode yang digunakan adalah desain studi cross sectional, karena outcome dan kausa yang akan diteliti dianalisis dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah bahwa data lengkap mengenai kecelakaan lalu lintas di kota Medan terhimpun di lokasi ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2012 sampai bulan Maret 2012.


(59)

3.3. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di wilayah kota Medan yang tercatat oleh Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan pada tahun 2008 sampai 2010, yaitu sebanyak 2.974 kecelakaan. Populasi ini didapat dari pemilahan kejadian kecelakaan, dimana yang diambil hanya kecelakaan yang melibatkan kendaraan jenis sepeda motor.

3.2.2. Sampel

Pada penelitian ini, jumlah sampel penelitian merupakan total populasi dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu yang memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah kejadian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor dimana pengendara sepeda motor sebagai tersangka atau yang menabrak, identitasnya dicatat dengan lengkap, dan duduk kejadian tercantum di BAP, sedangkan kasus tabrak lari, kecelakaan yang identitasnya tidak lengkap dan duduk kejadian belum diketahui digolongkan kedalam kriteria ekslusi. Berdasarkan kriteria diatas, maka didapat 851 kejadian yang memenuhi kriteria sampel penelitian. 3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan


(60)

lalu lintas pada pengendara sepeda motor di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan selama bulan Januari 2008 sampai Desember 2010. Data dipilah berdasarkan pengendara sepeda motor yang jadi tersangka atau yang menabrak.

3.5. Definisi Operasional

1. Faktor manusia adalah segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan manusia sebagai pengendara sepeda motor dan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Meliputi lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak terampil, dan kecepatan tinggi.

2. Faktor kendaraan adalah segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan kendaraan sepeda motor dan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Faktor ini meliputi rem blong, lampu kendaraan, dan selip.

3. Faktor lingkungan fisik adalah kondisi jalan dan cuaca tertentu yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas, seperti jalan tanpa lampu, jalan rusak, jalan berlubang, jalan licin, tanpa marka/rambu, tikungan tajam, kabut/mendung, dan hujan.

4. Akibat kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa pada lalu lintas jalan sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan cedera/luka atau meninggal dunia.

5. Jenis kecelakan adalah penggolongan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jumlah kendaraan yang terlibat. Terdiri dari kecelakaan tunggal jika hanya melibatkan satu kendaraan dan kecelakaan ganda apabila melibatkan dua atau lebih kendaraan.


(61)

6. Kondisi lalu lintas adalah kondisi padat/tidaknya jalan ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Terdiri dari kondisi lalu lintas padat, sedang, dan sepi.

7. Jenis Tabrakan adalah karakteristik kecelakaan lalu lintas berdasarkan arah tabrakan sepeda motor. Meliputi tabrak depan, depan samping, samping, dan belakang.

8. Bulan adalah bulan saat terjadinya kecelakaan yaitu Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, Desember.

9. Hari adalah hari saat terjadinya kecelakaan yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.

10.Waktu adalah saat terjadinya kecelakaan dilihat dalam satuan jam. Meliputi pukul 05.00-08.59 WIB, 09.00-12.59 WIB, 13.00-16.59 WIB, 17.00-20.59 WIB, 21.00-00.59 WIB, dan 01.00-04.59 WIB.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala Guttman. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah. Maka skala pengukuran pada penelitian ini, yaitu: 1. Ya adalah apabila kecelakaan disebabkan oleh faktor pada variabel tertera.

2. Tidak adalah apabila kecelakaan tidak disebabkan oleh faktor pada variabel tertera.


(1)

___________, 2009.Sepanjang 2009, 18.025 Orang Tewas Karena Kecelakaan

Lalu Lintas.

__________, 2009. Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1992-2009.

____________, 2010. Matriks Hadon.

September 2011.

__________, 2010. Kecelakaan Jalan Raya Di Indonesia Terjadi Setiap 9,1 Menit

_________, 2010. Manajemen Lalu Lintas/Keselamatan Lalu Lintas.

_________, 2011. Lalin Medan Tewaskan 5 Orang Setiap Hari.

__________, 2011. Pekan Keselamatan Di Jalan tanggal 20 juni 2011.


(2)

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Aspek Pengukuran Skala 1. Faktor Manusia

a. Lengah Faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya tidak fokus ketika berkendara atau

tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat berubah mendadak. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas

Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

b. Mengantuk Suatu keadaan dimana pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan/atau sudah berkendara selama 5 jam tanpa berhenti. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

c. Mabuk Suatu keadaan dimana pengemudi kehilangan kesadarannya akibat alkohol atau obat-obatan sehingga menimbulkan kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

d. Tidak tertib Pengemudi yang melanggar peraturan dan rambu-rambu lalu lintas seperti melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain melalui jalur kiri, dan sebagainya. Data diperoleh dari observasi laporan

1. Ya 2. Tidak


(3)

Variabel Definisi Operasional Aspek Pengukuran Skala kecelakaan Laka Lantas

Polresta Medan.

e. Tidak terampil Pengemudi yang tidak mampu mengendalikan kendaraannya sehingga menimbulkan kecelakaan, seperti tidak berjalan sesuai jalurnya atau terlalu ke kanan, serta tidak menjaga jarak aman. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

f. Kecepatan tinggi

Pengemudi yang mengendarai kendaraannya

dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

2. Faktor Kendaraan

a. Selip Lepasnya kontak roda kendaraan dengan permukaan jalan atau saat melakukan pengereman roda kendaraan

memblokir sehingga pengemudi tidak bisa mengendalikan kendaraan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1.Ya 2.Tidak

Nominal

b. Lampu kendaraan

Tidak berfungsinya lampu

kendaraan sehingga menimbulkan kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1.Ya 2.Tidak

Nominal

3. Faktor Lingkungan Fisik

a. Jalan rusak Kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan karena jalan

1. Ya 2. Tidak


(4)

belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika berkendara, dan jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

b. Jalan berlubang Kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak berpola. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

c. Jalan licin Permukaan jalan licin yang disebabkan oleh cuaca (hujan/tidak) maupun material lain yang menutupi

permukaan jalan seperti tumpahan minyak, lumpur, ataupun tanah yang basah karena tersiram air hujan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

d. Jalan tanpa lampu

lampu penerangan di jalan yang tidak ada atau tidak cukup penerangannya sehingga menimbulkan kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

e. Tanpa

marka/rambu

Jalan yang tidak memiliki marka jalan dan rambu lalu lintas yang menjadi penyebab kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan

1. Ya 2. Tidak


(5)

Variabel Definisi Operasional Aspek Pengukuran Skala kecelakaan Laka Lantas

Polresta Medan.

f. Tikungan tajam Jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180o dan menyebabkan kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

g. Kabut/mendung Kondisi di TKP ketika terjadi kecelakaan

(berkabut/mendung atau tidak). Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

h. Hujan Kondisi di TKP ketika terjadi kecelakaan (hujan atau tidak). Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Ya 2. Tidak

Nominal

4. Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

Dampak atau akibat dari kecelakaan lalu lintas dari data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2008-2010.

1. Pengendara Meninggal Dunia 2. Pengendara

Luka/Cedera

Nominal

5. Jenis Kecelakaan

Penggolongan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jumlah kendaraan yang terlibat. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Tunggal, jika hanya

melibatkan satu kendaraan. 2. Ganda, apabila

melibatkan dua atau lebih kendaraan.

Nominal

6. Jenis Tabrakan Karakteristik kecelakaan lalu lintas berdasarkan arah tabrakan sepeda motor. Data diperoleh dari observasi

1. Tabrak depan. 2. Tabrak depan

samping.

3. Tabrak samping.


(6)

laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

4. Tabrak belakang. 7. Kondisi Lalu

Lintas

Kondisi padat/tidaknya jalan ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Padat 2. Sedang 3. Sepi

Nominal

8. Waktu Saat terjadinya kecelakaan dilihat dalam satuan jam. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. 05.00-08.59 2. 09.00-12.59 3. 13.00-16.59 4. 17.00-20.59 5. 21.00-00.59 6. 01.00-04.59

Ordinal

9. Bulan Bulan saat terjadinya kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April 5. Mei 6. Juni 7. Juli 8. Agustus 9. September 10. Oktober 11. Nopember 12. Desember

Nominal

10. Hari Hari saat terjadinya

kecelakaan. Data diperoleh dari observasi laporan kecelakaan Laka Lantas Polresta Medan.

1. Senin 2. Selasa 3. Rabu 4. Kamis 5. Jumat 6. Sabtu 7. Minggu

Nominal

Keterangan:

Ya : Jika kecelakaan disebabkan oleh faktor pada variabel tertera Tidak : Jika kecelakaan tidak disebabkan oleh faktor pada variabel tertera