Analisis Holding Period Saham Perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori
2.1.1 Pasar Modal
2.1.1.1Pengertian pasar modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan
sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2006:26).
Dalam kegiatannya, pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas kepada
perusahaan

yang

menawarkan

saham/obligasi

kepada


masyarakat,

dengan

memberikan kemudahan-kemudahan dan juga memberikan peraturan-peraturan agar
kepentingan masyarakat terjamin, sehingga setiap perusahaan yang akan go public
diteliti kelayakannya. Pasar modal di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1912,
tetapi karena suasana politik dan ekonomi, kegiatannya terhenti dan baru bisa
dikatakan aktif lagi tahun 1976.
Sewaktu pasar modal diaktifkan kembali, ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai. Pertama, untuk memobilisir dana diluar sistem perbankan. Kedua, untuk
memperluas distribusi kepemilikan saham-saham, terutama ke pemodal-pemodal
kecil. Dan ketiga, untuk memperluas dan memperdalam sektor keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya
serta lembaga profsi yang berkaitan dengan efek (iskandar, 2001:5)

Ada tiga defnisi pasar modal menurut Tandelilin (2001):
a)

Defenisi yang luas
Pasar modal adalah kebutuhn sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
bank-bank komersial dan semua perantar di bidang keuangan, serta surat-surat
kertas berharga/klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang
tidak berlangsung.

b)

Defenisi dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lmbaga yang
memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih
dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka
hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.

c)

Defenisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan sahamsaham dan obligasi-obligasi serta memakai jasa dari makelar, komisioner dan
para underwriter.
Secara umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak, sekaligus pasar

konkret dengan barang yang diperjualbelikan adalah sana yang bersifat abstak, dan
bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di bursa efek.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan pengertian bursa efek menurut J. Bogen: “Bursa efek adalah suatu
sistem yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual
dan pembeli efek secara langsung atau melalui wakil-wakilnya”.

2.1.1.2Bentuk-bentuk pasar modal
Pasar modal di Indonesia tediri dari berbagai macam:
a. Pasar perdana (pasar primer)
Pasar tempat pertama emiten melakukan penawaran umum sahamnya/surat
kepada masyarakat, biasanya dikenal dengaan istilah Initial Public Offering
(IPO). Dalam IPO, emiten akan memperkenalkan perusahaanya dan menawarkan
sahamnya untuk pertama kali kepada masyarakat dengan informasi yang benar,

dan informasi ini dapat dilihat dalam protektus yang diterbitkan oleh emiten.
b. Pasar sekunder
Pasar sekunder adalah pasar yang memerdagangkan saham/surat berharga setelah
pasar primer/IPO. Jadi, setelah perusahaan/emiten menjual sahamnya untuk
pertama kali (IPO), maka untuk selanjutnya saham tersebut akan diperdagangkan
di pasar sekunder. Di pasar sekunder inilah terjadinya mekanisme pasar, yaitu
tergantung dari besarnya permintaan dan penawaran akan saham tersebut.
c. Pasar tertier (Over The Counter Market)
Pasar tertier adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas di luar bursa dan
memperdagangkan efek yang diperjualbelikan di pasar sekunder tetapi jumlah
pembeliannya kurang dari satu lot. Di Indonesia bursa ini disebut bursa parallel.

Universitas Sumatera Utara

d. Pasar Kuarter
Pasar kuarter merupakan perdagangan efek sesama pedangan efek atau antar
investor dan pada umumnya jumlah yang besar (block sale).
2.1.1.3 Fungsi pasar modal
Menurut Husnan (1998), pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu: (1) pasar
modal dalam melaksanakan fungsi ekonominya adalah pasar modal menyediakan

fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan
kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan
dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi boroowers tersediaanya dana dari pihak luar
emungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana
dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini akan terjadi peningkatan
kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh indermeditasi keuangan
yang lainnya, seperti lembaga perbankan. (2) pasar modal dalam melakukan funsi
kuangannya adalah dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers
dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dlam kepemilikan
aktiva riil yang diperlukan uuntuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui
perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak jelas.

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.4 Instrumen pasar modal
Menurut Hadi (2013) instrumen yang diperjualbelikan di pasar modal adalah:
1. Saham merupakan bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada perusahaan.
2. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang mengenai janji pembayaran bunga
dan janji pelunasan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
3. Right merupakan hak yang di berikan kepada pemengang saham lama untuk

membeli tambahan saham baru yang diterbitkan oleh suatu peusahaan.
4. Waran adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu perushaan yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan.
5. Opsi, yaitu surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi
bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga yang telah
ditentukan sebelumnya.
6. Reksadana, merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan
sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal
berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang.

2.1.2 Saham
Saham ( stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemolikan seseorang atau badan dalam suatu peusahaan atau perseroan terbatas

Universitas Sumatera Utara

(Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Saham berwujud dalam selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemolik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan

surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Karakteristik yuridis kepemilikan saham
suatu perusahaan, antar lain:
a. Resiko terbatas (limited risk), artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab
sampai jumlah yang disetor ke dalam perusahaan.
b. Pengendalian utama (ultimate contol), artinya kepemegangan saham

(secara

kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.
c. Klaim sisa (residual claim), pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa
asset dalam proses likuiditas perusahaan.
2.1.2.1 Jenis-jenis Saham
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1. Saham Biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemilik nya
dalam posisi paling junior dalam pembagian dividend dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas.
2. Saham preferen (preferen stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik
gabungan antar obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan

tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor.
2. Dilihat dari cara peralihannya,

Universitas Sumatera Utara

1. Saham atas untuk (bearer stock), yaitu pada saham tersebut tidak tertulis nama
pemiliknya, agar mudah dipindahtagankan dari satu investor ke investor lain.
2. Saham atas nama (registered stock), yaitu saham dengan nama pemilik yang
ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan,
1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil, dan konsistensi dalam membayar deviden.
2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang
membayarkan pada tahun sebelumnya.
3. Saham pertumbuhan (growth stock—well-known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin

di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi.
4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun
belum pasti.
5. Saham siklikal (cynlical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Holding Period
Holding period adalah periode waktu perkiraan atau riil dimana sebuah
investasi diatribusikan kepada sebuah investor tertentu. Lamanya kepemilikan saham
oleh investor dikenal dengan dengan stock holding period. Secara umum keputusan
membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai
intrinsik dengan harga pasarnya (Halim, 2005).
Menurut Jones (1996), holding period adalah rata-rata panjangnya waktu
investor menahan saham perusahaan selama jangka waktu atau periode tertentu.
Sedangkan menurut Atkins and Dyl (1997), holding period merupakan lamanya
waktu investor menahan atau memiliki saham yang dibelinya.

Berdasarkan orientasi lamanya kepemilikan saham (holding period) seorang
investor dapat membedakan menginvestasikan modalnya. Biasanya investor jangka
panjang mengharapkan untung dari pembagian deviden dan peningkatan nilai saham
suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu sehingga investor tersebut akan
menahan saham yang dimilikinya dalam jangku waktu lama. Sedangkan investor
yang memilih jangka waktu pendek hanya mengharapkan keuntungan dari capital
gain. Sehingga investor dapat menetukan dengan tepat lamanya waktu dalam
menginvestasikan saham agar memperoleh keuntungan yang maksimal dengan
tingkat resiko tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan holding period
saham antara lain transaction cost, dividend payout ratio, market value dan volatilitas
harga.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Bid-ask Spread
Di pasar tradisional, sebelum terjadi suatu transaksi atau terbentuknya harga,
terjadi proses tawar-menawar oleh pembeli dan penjual. Demikian juga pada pasar
saham prinsip yang sama terjadi dalam transaksi surat berharga, namun tentunya
dengan beberapa aturan sesuai karakteristik pasar suratber harga tersebut. Dalam
transaksi saham, istilah bid menunjukkan harga yang diajukan oleh pihak yang akan

melakukan pembelian saham tersebut, dan sebalinya ask menunjukkan harga yang
ditawarkan oleh pihak yang akan menjual saham.
Sehingga Bid-Ask Spread didefinisikan sebagai selisih antara harga beli
tertinggi dari suatu saham dengan harga jual terendahnya (Syahrul, 2000 : 139). BidAsk Spread adalah fungsi dari transaction cost atau biaya transaksi, yaitu biaya untuk
membeli atau menjual suatu surat berharga yang terdiri dari komisi, ongkos, biaya
pelaksanaan dan biaya peluang (Fabozzi, 1999 : 256). Biaya transaksi tersebut
merupakan komponen dari biaya investasi.
Menurut Abdul Halim (2000), bid ask spread merupakan selisih harga tertinggi
yang trader tersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader
tersedia menjual saham tersebut.

2.1.5 Market Value
Market Value adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham (Jogiyanto,
1998:69 dalam Agus Setyanto) terlalu dikitnya informasi yang mengalir ke bursa
saham cenderung mengakibatkan harga saham ditentukan tekanan psikologis penjual

Universitas Sumatera Utara

atau pembeli (tindakan irrasional). Pada saat perusahaan mengalami peningkatan
maka keyakinan investor juga akan meningkat sehingga biasanya sahamnya
meningkat. Menurut Horowitz (2000) dalam Ratnasari dan Astuti (2014) market
value adalah nilai pasar ekuitas pemegang saham yang merupakan pencerminan
realitas keadaan ekuitas pemegang saham yang sebenarnya.

2.1.6 Variance Return
Variance Return saham adalah pengukuran besarnya resiko total yang dikaitkan
dengan expected return dari suatu investasi saham badan usaha selama periode waktu
tertentu. Besarnya variance ditentukan oleh pergerakan harga saham di pasar.
Pergerakan harga yang fluktuatif akan menghasilkan variasi yang besar juga.
Variance yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang besar juga dari adanya
perubahan harga, dan juga sebaliknya (Tjiptono dan Hendy, 2001) dalam (Arifin dan
Tanzil, 2008)

2.1.7 Dividend Payout ratio
Dividend payout ratio merupakan rasio pembanding dari deviden yang telah
dibayarkan terhadap laba per lembar saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2012).
Pembayaran dividen mencerminkan kondisi keuangan perusahaan dan memiliki
dampak terhadap persepsi pasar. Sehingga setiap pemegang memiliki kesempatan
untuk memperoleh deviden atas keuntungan perusahaan. Pemberian dividen yang
memadai akan mejadi salah satu pertimbangan investor dalam membeli dan menahan
saham yang dimilikinya (Basir dan Fakhruddin, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value,
Variance Return, dan Dividend Payout Ratio terhadap Holding Period saham
menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan menarik.
1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) meneliti tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan investasi saham biasa oleh investor khususnya
terhadap lamanya kepemilikan suatu saham (holding period). Landasan teori
penelitian tersebut telah disimpulkan oleh Amihud dan Mendelson (1986) yang
menyatakan bahwa asset dengan transaction cost yang lebih tinggi akan ditahan
atau dimiliki lebih lama oleh investornya, dan sebaliknya. Hasil dari studi Atkins
dan Dyl yang dilakukan pada New York Stock Exchange pada periode 1975
hingga 1989 dan Nasdaq pada periode 1983 hingga 1991 menemukan bahwa
seperti yang diprediksikan sejak awal penelitian, bahwa panjangnya holding
period investor berhubungan dengan bid-ask spread. Selain itu pula hubungan
antara kedua variable tersebut lebih kuat di Nasdaq yang spreadnya lebih besar
dibandingkan di NYSE yang spreadnya lebih kecil.
2. Penelitian dilakukan oleh Miapuspita et al. (2003) pada Bursa Efek Jakarta
periode 2001 hingga 2002. Studi tersebut untuk mengetahui pengaruh bid-ask
spread, market value, dan Risk of Return terhadap holding period dan untuk
mengetahui variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap holding period,
menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread dan variabel market value
berpengaruh signifikan terhadap holding period, akan tetapi variabel bid-ask

Universitas Sumatera Utara

spread bernilai negatif yang berarti bahwa apabila bid-ask spread mengalami
kenaikan, maka nilai holding period akan mengalami penurunan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh wisayang (2009) yang berjudul Analisis pengaruh
Bid-Ask Spread, Market Value, dan Varian Return saham terhadap Holding
Period pada saham LQ-45 bahwa variable bid-ask spread berpengaruh positif dan
signifikan terhadap holding period,market value berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap holding period, dan variance return berpengaruh positif dan
signifikan terhadap holding period. Ketiga hasil ini telah teruji secara signifikan
dan yang paling berpengaruh adalah bid-ask spread dan variance Returm.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah dan Yayuk (2011) yang berjudul
“Variabel-variabel Penentu Holding Periods Saham Syariah di Indonesia”.
Dengan hasil yang menunjukkan bid-ask spread dengan nilai signifikansi 0.045
sehingga berpengaruh positif terhadap holding period , dividend payout ratio
berpengaruh negatif dengan nilai 0.048, sedangkan market value dan variance
return yang masing-masing bernilai 0.71 dan 0.82 tidak berpengaruh terhadap
holding period.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ermawati dan Margasari (2013) berjudul,
Pengaruh Bid-Ask Spread, Dividend Payout Ratio, dan Market Value terhadap
Holding Period Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftardi BEI tahun
2011menunjukkan bahwa bid-ask spread berpengaruh negatif signifikan terhadap
holding period, dividend payout ratio dan market value masing-masing
berpengaruh positif signifikan terhadap holding period, serta bid-ask spread,

Universitas Sumatera Utara

dividend payout ratio, dan market value secara simultan berpengaruh terhadap
holding period.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Perangin-angin dan Fauzie (2013)

berjudul

Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return saham
terhadap Holding Period pada Sektor Pertambangan, dengan hasil penelitian
menunjukkan variabel bid-ask spread dan market value tidak berpengaruh
terhadap variabel holding period saham, sedangkan variabel variance of return
secara parsial berpengaruh negatif terhadap variabel holding period saham
7.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari, dan Astuti (2014) berjudul Pengaruh
Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return terhadap Holding Period,
menunjukkan bahwa secara parsial bid-ask spread berpengaruh negatif terhadap
holding period, market value berpengaruh positif terhadap holding period
saham, dan variance of return tidak berpengaruh terhadap holding period
saham.

Universitas Sumatera Utara

Table 2.1
Penelitian-penelitian terdahulu
No Nama peneliti
1 Ratnasari, dan
Astuti (2014)

Judul penelitian
Pengaruh Bid-Ask
Spread, Market Value,
dan Variance Return
terhadap Holding
Period

Variabel peneliti
Independen:
Bid-Ask Spread,
Market Value, dan
Variance Return
Dependen:
Holding Period

2

Peranginangin dan
Fauzie (2013)

Analisis Pengaruh BidAsk Spread, Market
Value, dan Variance
Return saham terhadap
Holding Period pada
Sektor Pertambangan

Independen:
Pengaruh Bid-Ask
Spread, Market
Value, dan
Variance Return
Dependen:
Holding Period

3

Ermawati dan
Margasari
(2013)

Pengaruh Bid-Ask
Spread, Dividend
Payout Ratio, dan
Market Value
terhadap Holding
Period Saham
Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI
tahun 2011
Variabel-variabel
Penentu Holding
Periods Saham Syariah
di Indonesia

Independen:
Bid-Ask Spread,
Dividend Payout
Ratio, dan Market
Value

4

Fitriyah dan
Yayuk (2011)

Hasil penelitian
bid-ask spread
berpengaruh negatif
terhadap holding period,
market value
berpengaruh positif
terhadap holding period
saham, variance of return
tidak berpengaruh
terhadap holding period
saham
bid-ask spread dan
market value tidak
berpengaruh terhadap
holding period variabel
variance of return
berpengaruh negatif
terhadap variabel holding
period
bid-ask spread, dividend
payout ratio, dan market
value secara simultan
berpengaruh terhadap
holding period

Dependen:
Holding Period
Independen: bid
ask spread,
dividend payout
ratio, market
value dan
variance return
Dependen
Holding period

bid-ask spread
berpengaruh positif
terhadap holding period ,
dividend payout ratio
berpengaruh sedangkan
market value dan
variance return yang
masing-masing tidak
berpengaruh terhadap
holding period.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan table 2.1
No
5

Nama
peneliti
wisayang
(2009)

6

Miapuspita
et al. (2003)

7

Atkins dan
Dyl (1997)

Judul penelitian

Variabel peneliti

Hasil penelitian

Analisis pengaruh BidAsk Spread, Market
Value, dan Varian Return
saham terhadap Holding
Period pada saham LQ45

Independen: BidAsk Spread,
Market Value, dan
Varian Return

Analisis Pengaruh BidAsk Spread, Market
Value, dan
Resiko Saham saham
terhadap Holding Period
pada saham teraktif yang
tercatat di Bursa Efek
Jakarta Periode 20012002
Transaction costs and
Holding Period for
common stocks.

Independen:
Bid-Ask Spread,
Market Value,
Resiko Saham
Dependen:
holding period

bid-ask spread dan
variance return
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
holding period, market
value berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
bid-ask spread dan
market value
berpengaruh signifikan
terhadap holding
period, bid-ask
spread bernilai negatif.

Dependen:
Holding Period

Independen:
bidask spread
Dependen:
Holding period

panjangnya holding
period investor
berhubungan dengan
bidask spread

Sumber : Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual
Bid Bid-Ask Spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk
mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus
di perhatikan investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu
yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara harga permintaan beli
(bid) dan harga tawaran jual (ask). Bid-Ask Spread yang merupakan fungsi dari
transaction cost diprediksi bahwa asset yang memiliki spread yang lebih besar

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan expected return yang lebih tinggi pula, akibatnya investor menyimpan
saham atau holding period yang panjang (Stoll,1983). Hal ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) dan penelitian yang dilakukan Subali dan
Zuhroh (2002). Hasil yang diperoleh Atkins dan Dyl (1997) dan Subali dan Zuhroh
(2002) bahwa variabel bid-ask spread mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap holding period.
Market value digunakan untuk mengukur nilai dari perusahaan yang
menyebabkan investor mau menanamkan dananya pada suatu surat berharga. Hal ini
dipergunakan untuk melihat kecenderungan investor terhadap ukuran suatu
perusahaan

tertentu.

Disamping

itu

perusahaan

besar

diasumsikan

lebih

dipertimbangkan oleh investor untuk berinvestasi daripada perusahaan kecil (Atkins
dan Dyl, 1997). Sehingga hasil yang mereka peroleh yaitu variabel Market value
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period.
Variance yang besar akan membuat investor memiliki peluang yang besar untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dari adanya perubahan harga, dan juga
sebaliknya. Seorang investor yang pencari risiko (risk seeker) akan cenderung
menginvestasikan dananya pada saham yang mempunyai variance yang besar. Hal ini
berkaitan dengan konsep high risk high return, karena investor meyakini sahamsaham yang memiliki risiko tinggi juga memiliki expected return yang tinggi.
Investor yang menghindari risiko (risk averter), apabila telah memperoleh
keuntungan dari adanya perubahan harga maka ia akan menjual saham tersebut.
Secara teoritis, perkembangan variance return saham yang tinggi akan menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

holding period saham menjadi lebih pendek (Arma, 2013). Investor akan menahan
saham yang memiliki tingkat fluktuasi harga yang stabil, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel variance return berpengaruh
negatif terhadap holding period saham.
Semakin besar dividend payout ratio maka akan menguntungkan investor,
sebaliknya jika dividend payout ratio rendah maka akan merugikan investor, karena
investor lebih menyukai pembagian dividen (Brigham dan Houston, 2006). Hal
tersebut akan memberikan dampak pada pengambilan keputusan dalam menentukan
holding period saham oleh investor, sehingga dividend payout ratio berpengaruh
positif terhadap holding period saham. Jadi kenaikan nilai dividend payout ratio
maka akan berdampak pada peningkatan holding period saham biasa. Maka dividend
payout ratio berpengaruh positif terhadap holding period.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan
teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut:

Bid-ask spread

Market value
Holding period
Variance return

Devidend Payout
ratio

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian adalah BidAsk, Market Value, Dividend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap Holding
Period Saham dan Variance of Return berpengaruh negatif terhadap Holding Period
Saham.

Universitas Sumatera Utara