Proses pengambilan keputusan (decision making) mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja.

(1)

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Junaidi B97211117

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

INTISARI

Penelitian ini memiliki fokus penelitian yaitu menggambarkan dan mengungkapkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan triangulasi sebagai validasi data. Subjek penelitian adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang bekerja. Penelitian ini menemukan beberapa temuan, yaitu Informan 1 atau NA mengalami tahap sebagai berikut yaitu Menilai masalah, Mencari alternative pilihan, Membuat komitmen, Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik. Temuan selanjutnya pada penelitian ini adalah bahwa Informan 2 atau ZA mengalami tahap sebagai berikut yaitu Menilai masalah, Mencari alternative pilihan, Mempertimbangkan alternative pilihan, Membuat komitmen, Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik. Temuan selanjutnya pada penelitian ini adalah bahwa Informan 3 atau RN mengalami tahap sebagai berikut Menilai masalah, Mencari alternative pilihan, Membuat komitmen, Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Janis dan Mann (1977) Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Adakalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus.


(7)

xi

ABSTRACT

This research has a focus of research that describes and reveals the process of decision making by students to college while working. This research is a qualitative research, using triangulation as data validation. The subject of the research is a student of Sunan Ampel State Islamic University who works. This research found some findings, namely Informant 1 or NA experiencing the following stages: Assessing problems, Looking for alternative options, Making commitments, Preparing for feedback. The next finding in this research is that the informant 2 or ZA experience the following stages: Assessing the problem, Looking for alternative choice, Considering alternative choice, Making commitment, Preparing for feedback. The next finding in this research is that Informant 3 or RN experience the following stages Assessing problems, Looking for alternative options, Making commitments, Preparing for feedback. This is in accordance with the proposed by Janis and Mann (1977) In making decisions, the process is sometimes not always sequential. There are also non-consecutive decision-making. Sometimes individuals make decisions with a fast process. In this case, it can pass one or two stages at a time.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi 1. Definisi Kematangan Emosi ... 17

2. Ciri-ciri Kematangan Emosi ... 18

3. Faktor-faktor Kematangan Emosi ... 20

4. Aspek Kematangan Emosi ... 22

B. Pernikahan Dini 1. Definisi Pernikahan Dini ... 23

2. Tujuan Pernikahan Dini ... 24

3. Faktor-faktor Pernikahan Dini ... 25

4. Keuntungan dan Dampak Positif Pernikahan Dini ... 31

5. Pernikahan Dini dalam Perspektif Psikologi ... 32

C. Remaja Wanita ... 34

D. Dinamika Kematangan Emosi pada Wanita yang Melakukan Pernikahan Dini ... 42


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Sumber Data ... 51

C. Cara Pengumpulan Data ... 55

D. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 56

E. Keabsahan Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan ... 58

B. Temuan Penelitian 1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 61

2. Analisis Temuan Penelitian ... 93

C. Pembahasan ... 103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113 Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Gambaran umumdari Subyek ... 52

Tabel 2: Gambaran umum significant other dari Subyek 1 ... 53

Tabel 3: Gambaran umum significant other dari Subyek 2 ... 54


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, sehingga pendidikan diselenggarakan di setiap jenjang dan sesuai usia. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dibuat secara terencana untuk meningkatkan perkembangan serta potensi kemampuan yang dimiliki oleh individu agar dapat bermanfaat untuk kepentingan hidup dimasa depan. Pendidikan jika dilihat dari sudut perkembangan ditujukan untuk membantu individu dalam menghadapi dan melakukan tugas-tugas perkembangan, sehingga dapat dikatakan jika pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan besar dalam mencapai suatu keberhasilan individu (Islamudin, 2012).

Dalam UU SISDIKNAS No. 20 th. 2003 ditegaskan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dikerjakan secara sadar serta terencana untuk mewujudkan keadaan serta sistem evaluasi supaya peserta didik secara aktif dapat meningkatkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk mengasah kemampuan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya serta masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dapat masuk pada perguruan tinggi yang diharapkan mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan perkembangan dalam pendidikan yaitu dalam meningkatkan kemampuan intelektual yang ada didalam diri untuk mencapai


(12)

masa depan yang gemilang, dan dengan cara meningkatkan proses pembelajaran dengan baik dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan proses pemahaman dan wawasan akan menjadi lebih berkembang dari pada pendidikan sebelumnya. Mahasiswa adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Kata mahasiswa dibentuk dari dua kata dasar yaitu “maha” dan “siswa”. Maha berarti besar atau agung, sedangkan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kombinasi dua kata ini menunjuk pada suatu kelebihan tertentu bagi penyandangnya.

Di dalam PP No. 30 Tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu, yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

Dengan demikian, mahasiswa adalah anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan “elit” intelektual dengan tanggung-jawab terhadap ilmu dan masyarakat yang melekat pada dirinya, sesuai dengan “tridharma” lembaga tempat ia bernaung (Salim, 2010). Mahasiswa sebagai insan mandiri selalu ingin berusaha mengatasi masalah-masalahnya dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuannya. Ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi yang menuntutnya untuk mengambil sebuah keputusan dalam menentukan


(13)

langkah yang tepat bagi semua permasalahan yang sedang dihadapinya. Dalam perkembangan kognitifnya, mahasiswa tiba pada masa pengambilan keputusan. Setiap saat pegambilan keputusan kelak akan berpengaruh dalam kehidupannya dan orang lain. Pengambilan keputusan dimulai dari hal yang sederhana, seperti memilih warna baju, model pakaian, atau menu makanan. Pengambilan keputusan juga dilakukan dalam hal-hal kompleks seperti memilih teman, memilih tempat tinggal dan lulus kuliah tepat pada waktunya. Dewasa ini mahasiswa bukan lagi hanyalah seorang pelajar biasa yang hanya belajar. Mahasiswa dianggap sebagai seorang manusia yang memasuki dunia orang dewasa dimana tanggung jawab, kemandirian dan kreatifitas sudah dianggap mampu untuk dipikul sehingga banyak mahasiswa yang mulai sadar memanfaatkan waktu luang untuk bekerja. Mahasiswa memutuskan untuk bekerja karena terkadang memiliki tuntutan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar daripada pemasukan yang didapatkan. Beberapa kasus yang terjadi seperti mahasiswa yang kurang mampu, mahasiswa perantau yang memang tidak mendapat uang saku dari orang tuanya, dan ada mahasiswa yang orang tuanya sudah meninggal dunia.

Banyak hal yang menjadi kebutuhan mahasiswa, misalnya membeli buku, makanan sehari-hari, membayar biaya kost atau kontrakan, membayar tagihan air dan listrik, membeli pulsa untuk kebutuhan komunikasi, biaya mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Ketika kebutuhan yang banyak ini tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup, mau tidak mau mahasiswa harus mencari sumber dana secara mandiri, yakni dengan bekerja.


(14)

Dari sekian banyak mahasiswa di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang notabene mempunyai kesempatan yang sama untuk kuliah sambil bekerja tetapi ketiga informan yang telah dipilih untuk kemudian menjadi informan dalam penelitian ini cukup berbeda dengan mahasiswa pada umumnya yang kuliah sambil bekerja, yaitu komitmennya untuk berusaha bertanggungjawab terhadap tugas akademiknya, semisal menyelesaikan SKS di setiap semester seperti halnya informan 1.

Kemudian informan 2 dan informan 3, selain mengorbankan sebagian waktunya untuk bekerja, mereka berusaha sebaik mungkin untuk bisa lulus tepat waktu seperti yang dibuktikan oleh informan 2, yang mungkin tidak ditemui pada kebanyakan mahasiswa yang peneliti temukan pada observasi awal sebelum penelitian ini benar benar dilaksanakan. Dan hal inilah yang menurut penulis merupakan fenomena menarik dalam penelitian ini

Hal itulah yang menjadi gambaran dari kompleksitas permasalahan yang kemudian perlu dipahami bahwa pengambilan keputusan adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh pertimbangan dan pastinya melibatkan berbagai aspek psikologis dan sosial, sehingga menarik untuk dilakukan penelitian yang kemudian dituangkan dalam tulisan skripsi berjudul “Proses Pengambilan Keputusan (Decision Making) Mahasiswa untuk Kuliah Sambil Bekerja”


(15)

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada proses pengambilan keputusan mahasiswa untuk bekerja sambil kuliah, yaitu dengan mengungkap bagaimana gambaran proses pengambilan keputusan untuk kuliah sambil bekerja.

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari fokus penelitian di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan mengungkapkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja.

D. Manfaat Penelitian 1. ManfaatTeoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai pengambilan keputusan bagi disiplin ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi sosial khususnya. Serta menjadi informasi atau data yang mungkin belum ditemukan dalam penelitian terdahulu berkaitan dengan proses Pengambilan Keputusan.

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi menjadi refrensi bagi masyarakat dan para mahasiswa khususnya dalam mengambil sebuah keputusan untuk mencapai suatu target yang diharapkan.


(16)

E. Keaslian Penelitian

Dari penelitian sebelumnya, berikut beberapa penelitian yang berkenaan dengan pengambilan keputusan yang menjadi rujukan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Fransisca Yola meneliti tentang Pengambilan Keputusan pada Perempuan Jawa untuk menikah beda etnis. Subjek penelitiannya adalah tiga orang perempuan dewasa (usia 20-40 tahun) etnis Jawa yang menikah dengan pria non-Jawa (etnis Batak dan Papua). Metode observasi dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan usia dan keyakinan (agama) merupakan faktor yang dipertimbangkan subjek sebelum mengambil keputusan untuk menikah beda etnis. Dua dari tiga subjek menghadapi pertentangan dari orang tua mereka yang menginginkan subjek menikah dengan pria Jawa, sedangkan satu subjek lainnya memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidupnya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengambilan keputusan untuk menikah dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu penilaian informasi, survey alternatif, menimbang alternatif, dan menyatakan komitmen, serta bertahan dari umpan balik negatif. Cinta dan kebutuhan akan kehangatan merupakan faktor internal yang menjadi pertimbangan subjek dalam pengambilan keputusan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kore (2012) tentang pengambilan keputusan orang muda suku Dani untuk hidup dalam ketaatan, tanpa milik dan dalam kemurnian sebagai fransiskan dimana penelitian ini


(17)

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan life histori dimana pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui keseluruhan sejarah kehidupan kelima Fransiskan muda asal suku Dani dalam proses pengambilan keputusan. Subjek penelitian adalah lima orang biarawan dari suku Dani. Adapun hasil penelitian ini adalah pengambilan keputusan pada orang muda suku Dani diartikan sebagai suatu proses mental dalam memilih alternatif yang memantulkan bobot nilai yang terkandung di dalamnya.

Pilihan subyek untuk hidup sebagai Fransiskan merupakan nilai yang melekat pada diri mereka untuk bergerak melampaui nilai-nilai budaya atau nilai-nilai lain demi bersatu dan mencintai allah sepenuhnya. Karena nilai ini, mereka berani menghadapi tantangan yang datang dari luar (konflik dengan keluarga, tradisi budaya, aturan Fransiskan) maupun dari dalam diri sendiri (konflik dengan diri sendiri). Nilai hidup sebagai Fransiskan mempengaruhi seseorang dalam menghadirkan diri, dan berupaya mempengaruhi orang lain (memberi makna), serta mengaktualisasikan diri di dalam melayani umat dan masyarakat yang mendatangkan kepuasan batin dan kegembiraan dalam hidupnya.

Sedangkan dinamika pengambilan keputusan menabung pada pedagang kecil dipasar Gede Surakarta diteliti oleh Pradhaniasti (2012). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek dari penelitian ini adalah enam orang subjek dan tiga orang informan ahli. Penentuan subjek dengan menggunakan purposive sampling yaitu penentuan berdasarkan kriteria tertentu. Sedangkan pengumpulan datanya


(18)

melalui wawancara yang mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dalam pemilihan tempat untuk menabung, hampir semua subjek dalam proses pengambilan keputusannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan disekitar subjek, serta berkaitan dengan proses memperoleh informasi yang solutif.

Berdasarkan penelitian yang dipaparkan di atas, terdapat banyak perbedaan dengan beberapa penelitian yang disebutkan diatas, diantaranya dari segi pendekatan kualitatif yang digunakan, beberapa penelitian diatas mengungkapkan penelitiannya dengan beragam pendekatan mulai dari fenomenologi, life history, serta etnografi dan kualitatif deskriptif.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menitikberatkan pada proses pengambilan keputusan seorang mahasiswa aktif yang bersifat individu, namun sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain, dengan melibatkan banyak faktor dari luar diri mahasiswa. Dari uraian beberapa penelitian terdahulu di atas menunjukkan bahwa tidak ada kesamaan judul dan konsep dari beberapa penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini. Untuk tema dalam penelitian ini adalah proses pengambilan keputusan mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi dengan tegas. Pengambilan Keputusan (Decision Making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil (Dagun, 2006). Menurut J.Reason (1990), pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.

George R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin (Syamsi, 2000). Sedangkan Claude S. Goerge, Jr Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

Ahli lain yaitu Horold dan Cyril O’Donnell mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu


(20)

cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat dan P. Siagian mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan (Syamsi, 2000).

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari suatu perbuatan itu disebut keputusan (Desmita, 2008). Pengambilan keputusan dalam Psikologi Kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dalam kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana ditandai dengan situasi dimana sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang harus dan kapan diambil. Pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran, yang mana ditandai dengan sebuah proses oleh perpindahan seseorang dari apa yang telah mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut.

Menurut (Suharnan, 2005), pengambilan keputusan adalah poses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi prakiraan yang akan terjadi. Salah satu fungsi berpikir adalah


(21)

menetapkan keputusan (Rakhmat, 2007) Keputusan yang diambil seseorang beraneka ragam. Tapi tanda-tanda umumnya antara lain : keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat ditegaskan bahwa Pengambilan Keputusan dalam konteks penelitian ini merupakan suatu proses pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai prediksi kedepan.

2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan

George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku (Syamsi, 2000), antara lain :

a. Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :

1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.

2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.


(22)

waktu yang singkat untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.

b. Pengalaman

Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.

c. Fakta

Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

d. Wewenang

Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.


(23)

e. Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

Maka dasar-dasar pengambilan Keputusan antara lain berdasarkan intuisi, pengalaman, fakta, wewenang dan rasional.

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pengambilan Keputusan

Menurut Terry faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, yaitu :

a. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan c. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah

altenatif-alternatif tandingan.

d. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.

e. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.


(24)

yang lebih baik.

g. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.

h. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya.

Arroba menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan (Arroba, 1998), antara lain:

a. Informasi yang diketahui perihal masalah yang dihadapi b. Tingkat pendidikan

c. Personality

d. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan pengalaman (proses adaptasi)

e. Budaya

Sedangkan menurut Kotler (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain:

a. Faktor Budaya, yang meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas social b. Faktor sosial, yang meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status c. Faktor pribadi, yang termasuk usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,

keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri

d. Faktor Psikologis, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian.

Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan,


(25)

faktor perbedaan individu dan faktor psikologi, seperti rincian di bawah ini:

a. Faktor lingkungan tersebut, antara lain : 1) Lingkungan sosial

Dalam lingkungan sosial, pada dasarnya masyarakat memiliki strata sosial yang berbeda. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan sebagainya.

Keberadaan lingkungan sosial memegang peranan kuat terhadap proses pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan perilaku baik yang positif ataupun negatif karena dalam lingkungan sosial tersebut individu berinteraksi antara satu dengan lainnya.

2) Lingkungan keluarga

Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil dan juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Kotler dkk, 2000). Sedangkan menurut Mufidah keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat, namun memiliki peranan yang sangat penting (Mufidah, 2008). Dalam keluarga, seseorang mulai berinteraksi dengan orang lain. Keluarga merupakan tempat belajar pertama yang nantinya mempengaruhi keprbadian seseorang. Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua individu atau lebih yang berhubungan melalui darah, perkawinan, adopsi serta tinggal bersama.


(26)

Lingkungan keluarga sangat berperan penting pada bagaimana keputusan untuk melakukan perilaku negatif seperti seks pranikah, minum-minuman keras, balap motor dan sebagainya itu dibuat karena keluarga adalah lingkungan terdekat individu sebelum lingkungan sosialnya Bila dalam suatu keluarga tidak harmonis, atau seorang anak mengalami “broken home” dan kurangnya pengetahuan agama dan pendidikan, maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan melakukan perilaku yang beresiko.

b. Faktor Perbedaan Individu, antara lain : 1) Status Sosial

Status sosial merupakan kedudukan yang dimiliki seseorang dalam hubungannya dengan atau untuk membedakannya dari anggota-anggota lainnya dari suatu kelompok sosial. Status sosial dapat dijadikan alasan seseorang melakukan perilaku tertentu. Sedangkan Kotler menjelaskan bahwa status sosial merupakan kelompok yang relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang mirip (Kotler dkk, 2000). Status sosial akan menunjukkan bagaimana seseorang tersebut berperilaku dalam kehidupan sosialnya.

2) Kebiasaan

Kebiasaan adalah respon yang sama cenderung berulang-ulang untuk stimulus yang sama (Alwisol, 2009). Kebiasaan merupakan


(27)

perilaku yang telah menetap dalam keseharian baik pada diri sendiri maupun lingkungan sosialnya.

3) Simbol pergaulan

Simbol pergaulan adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting dalam lingkungan pergaulan sosial. Lingkungan pergaulan yang terdiri dari banyak individu yang beragam karaktrnya menunjukkan simbol dan ciri pada pergaulan tersebut.

4) Tuntutan

Adanya pengaruh dominan dalam keluarganya, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan maupun lingkungan sosialnya, maka dengan kesadaran diri ataupun dengan terpaksa seseorang akan melakukan prilaku beresiko.

c. Faktor Psikologi, antara lain : 1) Persepsi

Menurut Walgito, persepsi merupakan yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Walgito, 2002). Sedangkan menurut Rakhmat, persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya individual sehingga antara individu satu dengan yang lainnya dapat terjadi perbedaan individu terhadap objek yang sama (Rakhmat, 2007).

2) Sikap


(28)

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Rakhmat, 2007). Sikap merupakan kesiapan terhadap reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

3) Motif

Motif adalah kekuatan yang terdapat pada diri organisme yang mendorong untuk berbuat.Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku (Walgito, 2002). Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, dan bersikap tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

4) Kognitif

Menurut Rakhmat (Rakhmat, 2007), kognisi adalah kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk kemudian menjadi beberapa temuan pertimbangan dalam menentukan keputusan.

5) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Munandar A.S (2004) proses pengambilan keputusan dimulai berdasarkan adanya masalah antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang ada. Keadaan yang diinginkan biasanya dipengaruhi oleh:


(29)

b. Kelompok acuan, perubahan dalam kelompok dapat mengubah hal diinginkan

c. Ciri-ciri keluarga

d. Status atau harapan finansial

e. Keputusan-keputusan sebelumnya mempengaruhi pengenalan masalah f. Perkembangan individu dapat mempengaruhi keadaan yang diinginkan,

kematangan seseorang mempengaruhi pilihannya g. Situasi individu yang sedang berlangsung saat ini 4. Proses Pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya terdiri dari beberapa langkah. Janis dan Mann (1977) menjelaskan proses yang dilalui individu dalam mengambil keputusannya, yaitu:

a. Menilai masalah

Masalah dapat dikatakan sebagai konflik yang terjadi pada situasi riil dengan situasi yang dijadikan tujuan oleh individu. Dengan kata lain masalah dapa diidentifikasi oleh individu saat menyadari adanya kesenjangan antara situasi riil dengan yang diharapkan. Masalah menuntut individu untuk mengambil tindakan yang baru.

b. Mencari alternatif pilihan

Setelah mendapat pemahaman yang baik terhadap masalah yang sedang dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan yang biasanya ia lakukan. Namun, saat tindakan tindakan tersebut dianggap tidak tepat lagi, individu mulai memusatkan perhatian pada beberapa


(30)

alternatif pilihan, individu akan mencari informasi atau mencari masukan pada dari pihak lain yang dianggap lebih kompeten dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

c. Mempertimbangkan alternatif pilihan

Individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternative pilihan. Pertimbangan akan resiko juga menjadi dasar perbandingan dari setiap alternative pilihan. Biasanya individu akan memperhatikan informasi lain yang mungkin terlewat, sehingga tidak jarang individu mengalami kebimbangan dalam tahap ini.

d. Membuat komitmen

Setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat bagi masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusannya dalam kehidupannya. e. Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik

Keputusan individu telah dianggapnya tepat, dan ia yakin akan keputusannya tersebut. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya umpan balik yang negative. Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Adakalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus. Oleh Janis Maan hal ini disebut seversion.

Kotler (2000) menjelaskan proses pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut :


(31)

a. Identifikasi masalah

Dalam hal ini diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu keadaan.

b. Pengumpulan dan penganalisis data

Pengambil keputusan diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. c. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan

Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya.

d. Pemilihan salah satu alternatif terbaik

Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu untuk menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.

e. Pelaksanaan keputusan

Dalam pelaksanaan keputusan berarti seseorang mengambil keputusan harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.

f. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan

Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.


(32)

Jadi, proses pengambilan keputusan terstruktur atas identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif terbaik, pelaksanaan keputusan, pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.

5. Jenis Pengambilan keputusan

a. Pengambilan keputusan terprogram

Jenis pengambilan keputusan ini mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis- jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode- metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.

Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting. Misalkan keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dan lain-lain.


(33)

Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusanjenis ini meliputi proses-proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter-parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik.

Perluasan fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan periklanan kebijaksanaan manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintah pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung. Misalkan: Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak terprogram. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.


(34)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005). Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Umumnya mahasiswa berada pada tahapan remaja akhir, yaitu berusia 18–21 tahun. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak.

Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007).

Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana didalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya diantara mahasiswa ada yang sudah bekerja atau disibukan oleh kegiatan organisasi kemahasiswaan (Ganda, 2004).

Karakteristik mahasiswa secara umum yaitu stabilitas dalam kepribadian yang mulai meningkat, karena berkurangnya gejolak-gejolak yang ada didalam perasaan. Mereka cenderung memantapkan dan berpikir dengan matang terhadap sesuatu yang akan diraihnya, sehingga mereka memiliki pandangan yang realistik tentang diri sendiri dan lingkungannya. Selain itu, para


(35)

mahasiswa akan cenderung lebih dekat dengan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran dan saling memberikan dukungan, karena dapat kita ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa berada jauh dari orang tua maupun keluarga.

Karakteristik mahasiswa yang paling tampak adalah mandiri, dan memiliki prakiraan di masa depan, baik dalam hal karir maupun hubungan percintaan. Mereka akan memperdalam keahlian dibidangnya masing-masing untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja yang membutuhkan mental tinggi.

C.Perspektif Teoritis

Menurut Kozielecki (1981) sudah banyak teori yang berupaya menjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu mapun kelompok. Setidaknya terdapat dua tipe teori dalam pengambilan keputusan, yaitu preseptif dan deskriptif.

Teori pertama lebih menitikberatkan upayanya pada bagaimana pilihan yang rasional dapat tercipta, bagaimana menetapkan keseimbangan antara apa yang diperlukan dan apa yang mungkin digapai, kemudian bagaimana mencari solusi yang optimal dalam pengambilan keputusan.

Model teori berikutnya adalah deskriptif. Teori ini menitikberatkan pada penggambaran tingkah laku aktual individu atau kelompok saat membuat keputusan. Penjelasan yang ingin didapatkan adalah bagaimana keputusan dapat tercipta dan memperlihatkan faktor-faktor yang terlibat di dalam proses pengambilan keputusan (Meinarno, 2009).

Intisari dari pengambilan keputusan adalah harapan akan terciptanya suatu hasil yang baik. Secara umum pembahasan mengenai pengambilan keputusan


(36)

tidak hanya membahas pengambilan keputusannya saja, tetapi juga proses yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu, banyak tokoh-tokoh yang mendefinisikan pengambilan keputusan. Greeberg dan Baron (2009 dalam Dewi, 2006) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses membuat pilihan di antara beberapa pilihan.

Sweeney dan MnFarlin (2002) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses dalam mengevaluasi satu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil terbaik yang diharapkan. Kinicki dan Kreitner (2003) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses mengidentifikasi dan memilih solusi yang mengarah pada hasil yang diinginkan.

Dalam penelitian ini, teori yang dijadikan pijakan dalam menggambarkan proses pengambilan keputusan adalah sebagaimana dijelaskan oleh Janis dan Maan (1977) yang merinci sekian tahap proses yang diawai dengan menilai masalah, mencari alternative pilihan, mempertimbangkan alternative pilihan, membuat komitmen dan mempersiapkan diri menghadapi umpan balik.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan individu secara menyeluruh dengan tidak menggolongkan individu ke dalam variable atau hipotesis (Poerwandari, 2005). Seperti halnya yang dijelaskan oleh Smith (2009) bahwa sebagian peneliti kualitatif berbicara tentang dunia kehidupan personal, dan mereka mencoba untuk menggambarkan pengalaman seorang individu dalam wilayah khusus yang penuh makna dan penekanan dari riset-riset kualitatif adalah berpusat pada pengalaman.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan.(Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002).

Metode kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari,


(38)

menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa intervensi pihak luar.

Kasus didefenisikan sebagai fonomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi. Kasus dapat berupa individu, kelompok, peran, organisasi, komunitas, atau bahkan suatu bangsa. kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses, atau suatu peristiwa tertentu. Beberapa tipe unit yang dapat diteliti dalam bentuk studi kasus; individu, aksi dan interaksi, peninggalan atau artefak perilaku, setting, serta peristiwa atau insiden tertentu (Punch, 1998 dalam Poerwandari, 2005).

Dan yang menarik dalam penelitian ini adalah, dari sekian banyak mahasiswa di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang notabene mempunyai kesempatan yang sama untuk kuliah sambil bekerja tetapi ketiga informan yang telah dipilih untuk kemudian menjadi informan dalam penelitian ini cukup berbeda dengan mahasiswa pada umumnya yang kuliah sambil bekerja, yaitu komitmennya untuk berusaha bertanggungjawab terhadap tugas akademiknya, semisal menyelesaikan SKS di setiap semester seperti halnya informan 1.

Kemudian informan 2 dan informan 3, selain mengorbankan sebagian waktunya untuk bekerja, mereka berusaha sebaik mungkin untuk bisa lulus tepat waktu seperti yang dibuktikan oleh informan 2, yang mungkin tidak ditemui pada kebanyakan mahasiswa yang peneliti temukan pada observasi awal sebelum penelitian ini benar benar dilaksanakan.


(39)

Dengan pendekatan studi kasus diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, uraian, atau perilaku yang dapat diamati dari para informan yang akan dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik mengenai pengambilan keputusan untuk kuliah sambil bekerja. Namun kelemahan dari pendekatan studi kasus adalah masalah generalisasi. Karena skup penelitian baik isu maupun jumlah subjek tidak banyak maka kemampuan generalisasi dari temuan dalam penelitian sangat rendah.

B.Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Selain di lingkungan kampus informan, penggalian data juga dilakukan di kediaman masing-masing informan. Pertimbangan yang mendasari pemilihan tempat tinggal dan kampus informan sebagai lokasi penelitian karena tempat tersebut merupakan tempat informan melakukan sebagian aktivitas kesehariannya sehingga mempermudah dalam penggalian informasi baik melalui wawancara dan observasi.

C.Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan serta perilaku yang dapat diamati, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan sebagainya (Moleong, 2014). Dalam pendekatan studi kasus, metode pengumpulan datanya dapat diperoleh dari berbagai sumber dengan cara observasi, wawancara mendalam, serta studi dokumen, karya dan produk tertentu yang berkaitan dengan informan (Poerwandari, 2005).


(40)

Pemilihan informan yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Yaitu teknik untuk menentukan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Maka dari itu diperoleh dua mahasiswa dan satu mahasiswi sebagai berikut:

Informan 1

Nama : Nur Afia

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas : Fakultas Syariah dan Hukum (FSH)

Usia : 21 Tahun

Informan 2

Nama : Muhammad Zainal

Jenis kelamin : Laki-laki

Fakultas : Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK)

Usia : 24 tahun

Informan 3

Nama : Rubainah

Jenis kelamin : Perempuan

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

Usia : 23 tahun

Selain informan yang sudah disebutkan di atas, maka untuk mendapatkan data pendukung diperlukan significant other yang dilipih berdasarkan kedekatannya dengan informan yakni keluarga, tetangga, teman sebangku masa


(41)

kuliah dan rekan kerja yang sudah mendapat persetujuan atau diusulkan oleh informan.

D.Cara Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topic yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Banister dkk., 1994).

Pada penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam untuk menggali data dari informan bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan informan melalui tanya jawab, dasar-dasar pengambilan keputusan, faktor-faktor yang menyebabkan pengambilan keputusan serta bagaimana mengatasi kendala-kendala yang ada setelah penfambilan keputusan. Selain itu wawancara digunakan untuk menggali informasi mengenai informan melalui significant others dengan berpedoman pada guidance wawancara. Pedoman wawancara ini bersifat tentative, artinya pedoman tersebut masih bisa mengalami pengembangan dari pertanyaan yang sudah ada dan disesuaikan dengan situasi serta kondisi.

Yang bersedia menjadi Significant others dalam penelitian ini adalah Ika Furi Fuji Rahayu sahabat dan juga partner Informan 1 dalam bekerja, keduanya saling mengenal ketika sama sama duduk di semester 1.


(42)

Kemudian Dimas hardian bima putra, merupakan sabahat dari Informan 2, keduanya saling mengenal dari semester 1. Sedangkan Significant others untuk informan 3 adalah Novitasari yang merupakan sabahat dari Informan 3, keduanya saling mengenal sejak duduk di kelas 2 Aliyah (MAN Model bangkalan)

2. Observasi

Menurut Moleong (2014) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh informan penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti kehidupan budaya dari segi pandang dan anutan para informan pada keadaan waktu itu.

Dengan observasi peneliti mampu memahami bagaimana kebiasaan informan serta interaksi informan dengan tetangga, teman, dan lingkungan sekitar. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi pasif dimana peneliti dating ke tempat kegiatan informan yang diamati tetapi tidak terlibat dalam kegiatan informan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa dokumen-dokumen yang dapat diakses oleh peneliti dari informan yang dapat menambah informasi data bagi penelitian. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai


(43)

sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2009).

Untuk itu dalam penelitian ini dokumentasi diperlukan sebagai bahan data pendukung. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah berupa beberapa foto, transkip nilai dan piagam peghargaan yang didapat dari dokumen pribadi informan.

E.Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Prosedur analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis tematik dengan melakukan koding terhadap hasil transkip wawancara yang telah diverbatim. Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang diteliti. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan menemukan makna dari data yang telah dikumpulkan (Poerwandari, 2005).

Analisis data dilakukan secara terus-menerus dari awal hingga akhir penelitian, dengan induktif, dan mencari pola, model, tema serta teori. Proses analisis data kualitatif yaitu:

1. Mencatat hasil lapangan dengan memberikan kode.

2. Mengumpulkan dan mengklasifikasi, dan membuat koding.

3. Mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dengan lebih selektif (Seiddel dalam Moleong, 2014).


(44)

Langkah-langkah awal koding dapat dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Menyusun transkip verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangan sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan transkip. Hal ini akan memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatan tertentu pada transkip tersebut.

2. Kemudian secara urut dan kontinyu dilakukan penomoran pada baris-baris transkip dan atau catatan lapangan tersebut. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nomor secara urut dari satu baris ke baris lain atau dengan cara memberikan nomor baru untuk paragraph baru.

3. Selanjutnya memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Jangan lupa untuk membubuhkan tanggal pada tiap berkas.

Setelah melakukan koding selanjutnya dilakukan analisis sistematik terhadap data yang diperoleh. Analisis tematik adalah proses yang memungkinkan penerjemah gejala atau informasi kualitatif menjadi data kualitatif sesuai dengan kebutuhan peneliti. Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas.

Setelah tema ditemukan maka tahap selanjutnya adalah mengklasifikasikan pola tersebut dengan cara memberikan label, definisi atau deskripsi (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005). Dengan menggunakan analisis tematik ini


(45)

maka hasil penelitian berupa deskripsi dari pola-pola yang sudah ditetapkan dari hasil mengkoding data-data yang diperoleh dari hasil wawancara.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat penting, sebab melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian dapat dicapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan Triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data yang sudah ada (Moleong, 2007).

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, teknik ini digunakan untuk mengjuji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber kemudian dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama dan mana pandangan yang berbeda sehingga kemudian menghasilkan suatu kesimpulan (Sugiyono, 2007).

Triangulasi sumber dilakukan untuk pengecekan keabsahan data yang diperoleh dari wawancara dengan informan kunci dan kemudian dikonfirmasikan dengan dokumentasi yang berhubungan dengan informan, serta hasil pengamatan yang ada di lapangan sehingga kemurnian dan keabsahan data dapat dipertanggungjawabkan.

Keabsahan data dengan triangulasi dalam penelitian diambil dari hasil wawancara dengan significant other yaitu temen terdekat dan saudara


(46)

informan. Hasil wawancara dengan informan dilakukan pengecekan dengan sumber yang berbeda dalam hal ini significant other. Pengecekan difokuskan pada tema yang telah ditemukan peneliti berdasarkan hasil wawancara dan observasi yeng berbentuk verbatim, catatan lapangan, hasil rekaman audio informan dan data pendukung lainnya.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Subjek 1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama empat bulan mulai dari maret 2017 sampai 30 Juni 2017, penelitian ini dilakukan di beberapa tempat, yaitu salah satu ruang kelas Pasca Sarjana Uin Sunan Ampel Surabaya, di Gedung Twin Tower, kemudian di Gedung Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel, namun tetap dalam lingkungan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Peneliti melakukan penelitian di tempat beberapa tempat, mempertimbangkan jarak antara peneliti dan rumah subjek penelitian cukup jauh, yaitu antara Surabaya dan Madura, serta aktivitas subjek penelitian yang cukup padat.

Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi mulai dari awal hingga akhir dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh beberapa pihak untuk membantu kelancaran pelaksanaan. Pelaksanaan penelitian mengalami sedikit kendala saat melakukan penelitian, diantaranya waktu yang singkat, peneliti sulit untuk mendapatkan waktu yang panjang untuk mewawancarai subjek penelitian, dikarenakan mobilitas subjek penelitian yang cukup tinggi.

Adapun jadwal waktu dalam melakukan proses wawancara dan dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :


(48)

Tabel 1.

Jadwal Kegiatan Penelitian Wawancara dan Dokumentasi No. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Kamis / 16 Maret 2017 (10:45 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Informan 1 Nur Afia (NA) 2. Sabtu / 25 Maret 2017

(09:35 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Informan 3, Rubainah (RN)

3 Sabtu / 25 Maret 2017 (14:00 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Significant Other dari Informan 3 Novitasari (NV)

4 Rabu / 29 Maret 2017 (11:15 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Informan 2, M. Zainal Abidin (ZA)

5. Kamis / 08 Juni 2017 (09:35 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Significant Other dari Informan 1, Ika furi fuji rahaya (IF) 6 Kamis/ 08 Juni 2017

(12:00 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Significant Other dari Informan 2 Dimas hardian bima putra (DH)

7. Selasa / 20 Juni 2017 (11:35 AM)

Melakukan obervasi dan wawancara terhadap Significant Other dari Informan 3 Novitasari (NV)

2. Profil Subjek

Pemaparan atas hasil penelitian merupakan jawaban atas fokus pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam bab I. Sebelum memasuki pembahasan hasil penelitian, peneliti akan menggambarkan profil subjek penelitian terlebih dahulu.

a. Informan 1

Partisipan pertama dalam penelitian ini yang kemudian disebut Informan 1 adalah Nur Afia, Nur Afia, lahir dua puluh satu tahun yang lalu, anak kedua dari dua bersaudara ini memulai Pendidikan dasarnya di SDN Sukomanunggal III No. 107 Surabaya sampai kelas tiga, kemudian


(49)

dilanjutkan ke SDN Perreng 1 Burneh sampai lulus di kabupaten kelahirannya, Bangkalan. Perempuan yang akrab disapa Fia ini tamat sekolah menengah pertamanya di SMPN 2 Arosbaya dan sekolah menengah atas diselesaikannya di SMKN 1 Bangkalan. Mahasiswi smester 6 ini sekarang tinggal di Jalan Jemursari XVIII No. A-45 permukiman yang dipadati kost-an mahasiswa tidak jauh dari kampus, kurang lebih 500 M ke arah timur kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Sudah 13 bulan bekerja sebagai costumer service di online shop Farahdiba Moeslim Fashion.

b. Informan 2

Nama lengkapnya adalah M. Zainal Abidin, bekerja di Restoran makanan cepat saji McDonals’s, mahasiswa smester 8 ini dilahirkan di Lamongan pada 13 juli 1993 tepatnya di desa Nguwok, kecamatan Mudo kabupaten Lamongan. Pendidikan formalnya dilulai dari MI Islamiyah Nguwok, kemudian MTs Model Babat dan melanjutkan ke MA Babat dan lulus pada tahun 2011. Dari lahir sampai tamat sekolah menengah atas, Zainal tinggal di lamongan hingga akhirnya pada tahun 2012 melanjutkan kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya. Mahasiswa yang hobi olahraga futsal & renang ini tinggal Jemur Ngawinan Gg.1 no. 22 Surabaya

c. Informan 3

Partisipan berikutnya adalah Rubainah yang oleh teman-temannya akrab dipangil Ina, dilahirkan di Desa Larangan Timur kecamatan


(50)

Tanjung Bumi kabupaten Bangkalan pada 22 tahun silam. Sekolah dasarnya ditamatkan di SDN Banyu anyar 2 kemudian dilanjutkan ke SMP tanjung bumi 1 dan SMA-nya di MAN Model Bangkalan. Mahasiswi yang hobi menari dan make-up ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan memulai pengalaman kerjanya dari liburan semester satu, mulai dari menjadi SPG baju, tas, penjaga toko dan SPG parfum di salah satu pasar modern Surabaya.

Selain memperoleh data dari informan penelitian, dalam penelitian ini peneliti juga membutuhkan significant other untuk mendapatkan informasi yang sejenis sebagai pendukung kelengkapan data, memperkuat data yang diperoleh dari subjek penelitian, serta sebagai tolak ukur derajat kepercayaan data, Berikut gambaran profil significant other yang digunakan dalam penelitian ini.

a. Significant other dari Informan 1

Nama : Ika Furi Fuji Rahayu

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Madurame turi lamongan, daerah sukodadi Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 21 juli 1996

Usia : 21 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Significant other pada penelitian ini bernama Ika Furi Fuji Rahayu (IF) merupakan sahabat dan juga partner Informan 1 dalam bekerja, keduanya saling mengenal ketika sama sama duduk di semester 1


(51)

kemudian kedekatan keduanya terjalin semakin akrab mulai dari semester 3 hingga sekarang, kemudian Informan pernah tinggal bersama Significant other (IK) sebelum tinggal bersama dengan bos kerjanya. Pemilihan Significant other (IK) atas rekomendasi dari Infprman 1 dikarenakan menurut Informan 1 Significant other (IK) mengetahui banyak fakta kehidupan dari informan 1 san merupakan orang paling terdekat dari Informan 1.

b. Significant other dari Informan 2

Nama : Dimas hardian bima putra

Jenis Kelamin : Laki- laki

Tempat Tanggal Lahir : Nganjuk, 22 April 1995

Usia : 22 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Significant other Dimas hardian bima putra (DH) merupakan sabahat dari Informan 2, keduanya saling mengenal dari semester 1 pada jurusan psikologi, serta sama sama mengikuti organisasi LPM, Informan 2 sering bercerita dan berkeluh kesah tentang kehidupan kepada Significant other (DH), Aktivitas Significant other (DH) saat ini adalah wiraswasta, membantu orang tua Significant other (DH) berjualan, kemudian Significant other (DH) juga memiliki pengalaman bekerja sebagai tester psikotes di beberapa biro psikologi, kemudian pernah bekerja di sebuah CV yang bergerak dalam bidang Interior, kedekatan Significant other


(52)

(DH) dengan Informan 2 juga sebagai teman kerja ketika masih menjalani masa perkuliahan.

c. Significant other dari Informan 3

Nama : Novitasari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Sedate agung1 RT 05 RW 02 no. 23 Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 3 november 1995

Usia : 22 Tahun

Significant other Novitasari (NV) merupakan sabahat dari Informan 3, keduanya saling mengenal sejak duduk di kelas 2 Aliyah (MAN Model bangkalan), kemudian keduanya sama sama masuk ke perguruan tinggi Univeristas Islam Negeri Sunan Ampel, saat ini Significant other (NV) sedang duduk di semester 8, dan masih menyelesaikan 10 mata kuliah wajib dalam perkuliahannya, Significant other (NV) mengenal keluarga serta kehidupan keluarga dari Informan 3, hingga Significant other (NV) menganggap bahwa Informan 3 adalah saudara, lebih dari sabahat, keduanya sering menghabiskan waktu bersama, kemudian pernah tidur dalam tempat yang sama.


(53)

B.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Temuan

Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana tahap pengambilan keputusan atau proses pengambilan keputusan (decision making) mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja.

Dalam hal ini ada beberapa proses pengambilan keputusan yang dipaparkan oleh Janis dan Mann (1977) menjelaskan proses yang dilalui individu dalam mengambil keputusannya, yaitu Menilai masalah, Mencari alternatif pilihan, Mempertimbangkan alternatif pilihan, Membuat komitmen dan Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik Berdasarkan dari hasil wawancara, telah didapatkan beberapa temuan lapangan yang dapat digambarkan berikut ini, dan temuan tersebut di masukkan ke dalam tema-tema yang akan didiskripsikan sebagai berikut ini.

Mengawali hasil temuan lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap subjek tekait fokus penelitian sebagaimana di atas adalah gambaran proses-proses yang dilalui subjek ketika mengambil keputusan untuk bekerja sambil kuliah adalah sebagaimana hasil petikan wawancara berikut:

a. Informan 1

Informan 1 atau NA merasa perekonomian keluarga adalah sebuah masalah yang harus dihadapi sedari kecil hingga memasuki masa kuliah, selain hal tersebut subjek juga memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan walaupun keadaan ekonomi keluarga


(54)

tidak memungkinkan hal tersebut. Sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara berikut ini:

“Kalo pingin sih itu dari SMA itu dah pingin kuliah, lulus

SMK pinginnya kuliah tapi niat kuliah itu belum ada karena kebentur sama faktor ekonomi, tapi gatau kenapa bisa kuliah sampai saat ini, hehe, waktu itu kan emang bapak sakit itu udah gak bisa ngasih uang ya uang buat sehari-hari uang buat sekolah, sekolah pun dari SMK kelas dua itu dibiayai sama pakDe, pak de itu kakanya ibu” (WCRI1.289.H13)

Yaa SMK, mikirnya kan kalo aku kerja mungkin udah terbebas dari masalah biaya, ya belajar-belajar gitu masih bisa membantu orang tua, tapi pas ternya lulus SMK jadi nangis sendiri pingin kuliah, hehehe kalo pingin tuh pingin banget kuliah sampek ekasake’ bi’ engko’ (sampai sakit)” (WCRI1.436.H16)

“ya secara logika gini aja, sekolah SMK aja butuh perjuangan ekstra kayak gini apalagi kuliah, dari mana biayanya gitu” (WCRI1.303.H13)

Significant other (IK) dalam proses wawancara juga membenarkan bahwa NA mengalami kesulitan ekonomi dari mulai awal perkuliahan, karena paman NA sering telat dalam memberi uang bulanan kepadan NA

“Pas waktu dulu kenal, pas masih ngekos bareng, curhat masalah ekonomi, setau aku sebelum dia kerja dia kan dia di biayain pamannya, haduch pamanku belum ngasih, sebenernya dia sungkan seh soalnya pamannya juga ada tanggungan biayaain anak, mungkin pamanya masih mikirin buat anaknya sendiri, tanggungan keluarganya” (WCRSO1.36.H36)

NA selain mengalami masalah ekonomi kemudian juga harus menghadapi masalah yang lain yaitu ketidakhadiran sosok ayah dikarenakan meninggal semenjak NA duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas, sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:


(55)

He’em tapi sakitnya itu bukan sakit biasa tapi langusng tumbang, hehe, kalo pohon kan tumbang, gak bisa kerja apa-apa itu pun pas biaya pengobata ditanggung dibiayai perusahaan” (WCRI1.289.H13)

“Sakitnya, kalo sakitnya ya dari SMK kelas dua itu, tapi SMK kelas dua itu drop, drop banget gak bisa apa-apa struk kan, jadi gak bisa ngapa-ngapain, habis itu yah pemulihan, bisa lambat laun tuh bisa gerak, bisa jalan, ya sembuh biasa habis tuh pulang ke Madura, itu satu bulan

gak sampek kayaknya terus meninggal”

(WCRI1.289.H13)

NA di mata SO (IK) adalah pribadi yang pekerja keras, kehilangan sosok ayah dan semakin bertambah tuanya ibu dijadikan motivasi oleh NA untuk bekerja, sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

“Sepengetahuan aku, karena fia ini kan dia pekerja keras, dia mungkin merasa, ayah nya udah enggak ada, tinggal ibu, sudah tua juga untuk mencari kerja, akhirnya dia memutuskan untuk mencari kerja, dari situ dari terdorong termotivasi untuk bekerja. menurutku dia dengan bekerja kan berarti ekonominya menengah ke bawah” (WCRSO1.69.H36)

NA dalam menghadapi masalah perekonomian serta ketidakhadiran sosok ayah tersebut kemudian melihat sebuah peluang untuk meriah keinginan NA untuk berkuliah, saat itu ibu subjek bercerita tentang keinginan NA berkuliah kepada paman, dan paman NA bersedia membantu sedang pertimbangan ketika sudah memulai perkuliahan NA dapat mencari pekerjaan.

Ibuk ku tahu aku sakit karena apa, jadi ibu ku cerita ke paman, kalo aku pingin kuliah gitu, yawes diusahakanlah

samapaman, ikut SPMB itu” (WCRI1.048.H16)

“Yaa kembali ke itu tadi faktor ekonomi, semenjak semester 3 akhir, mau ke semester 4 itu yang biayain aku


(56)

sudah lepas tangan buat biaya kehidupan sehari-hari di Surabaya karena UKT sama biaya hidup di Surabaya itu lebih besar biaya sehari-hari, yaa gimana lagi harus, semenjak itu, semenjak paman bilang seperti itu, gimana caranya aku bisa kerja” (WCRI1.571.H19)

“Dari semester 2 itu kalo gak salah disuruh liat-liat

lingkungan sekitar gitu, lowongan-lowongan gitu, yang gak menyita waktu begitu banyak kalo ngelesi gitu” (WCRI1.584.H19)

SO (IK) sebagai sabahat NA, juga beranggapan bahwa kuliah sambil bekerja adalah salah satu pilihan yang harus di ambil oleh NA untuk tetap bisa melanjutkan proses perkuliahannya.

“Emang iku sudah jalannya, sudah terbaik, kalau enggak disambi sama kerja terus gimana kuliahnya, malah enggak bisa kuliah kan?” (WCRSO1.156.H10)

NA dalam melaksanakan keputusannya yaitu kuliah sambil bekerja, menatapkan hati untuk tidak menerima uang lagi, baik dari paman maupun dari ibu NA. dan menyisihkan gajinya untuk diberikan kepada ibunya. selain hal tersebut NA juga sebisa mungkin tidak mengeluh dalam melaksakan keputusannya tersebut, sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

Yaaa dibantu ya dibantu, kalo pulang itu pasti dikasih uang tapi aku gak mau, soalnya dulu pernah kalo pulang aku yang ngasih, jadi aku sisain berapa gajiku gitu buat ibu, tapi sekarang udah nggak, soalnya ada penurunan hehehe, tiap pulang aku dikasih tapi aku gamau, todus (malu), caoca’an mare alakoh masak gi’ minta’ah pessenah oreng tuah (dibilang udah kerja masak minta duit sama orang tua)” (WCRI1.403.H10)

“Tapi di sisi lain ya disyukuri kalo aku, dijalani, sebisa mungkin aku gak ngeluh gitu aja, ya bisa terlewati dan ujung-ujungnya nilai yang dikorbankan, gak dikorbankan sih tapi efeknya itu berimbas pada nilai” (WCRI1.552.H10)


(57)

Significant Other (IK) menambahkan bahwa NA mengetahui prioritas dalam hidupnya, walaupun menjalani tua aktivitas, NA juga dapat memutuskan dengan baik apabila pekerjaan menuntut dia untuk mengambil libur kuliah, maka dia akan mengambil libur, dan sebaliknya, dalam proses itu tidak nambah bahwa NA memiliki beban, NA menurut IK tetap terlihat bersemangat.

“Iya masih tetep stabil lah meskipun tugas kerjaan nya lebih banyak dari pada tugas kuliah, menurutku nilai nya stabil, ya meskipun nilai ipsnya naik turun kaya gunung, menurutku dia tau prioritas, jadi kan dia kuliah sambil kerja kan jadi dia tetep ngutamain kuliahnya, kerjanya cuman sampingnya, walaupun kerjaan di butuhkan tapi kuliah tetap stabil, dikelas anaknya juga aktif” (WCRSO1.90.H37)

“Apalagi kalau ada bazar, dia merelakan kuliahnya, padahal pas kuliah ada presentasi ada ujian, dia sering kok mas iku merelakan enggak masuk kuliah pas ada bazar, pameran dadak, iku sering dia enggak masuk juga” (WCRSO1.111.H37)

“Menurut aku setau aku pas dia memutuskan kerja sambil

kuliah, enggak kelihatan kalau dia tidak ada beban, atau apa, dia tetap semangat, walapun dia sempet ngeluh tapi tetepsemangat kok” (WCRSO1.186.H39)

“Bisa, meskipun salah satu itu ditanggalkan, maksudnya

ditinggalkan lah ya, kaya mungkin dia enggak enak sama bosnya misalkan ada pameran dadak meninggalkan taanggung jawab sebagai seorang karyawan, nah iku biasanya kuliahnya ditinggalkan, nah tapi kan biasanya kuliah nya bisa seh di lobi jam atau apalah gitu, kadang juga sebaliknya, pas dia kerja dah iku ternyata ada uas, bisa itu izin ke bosnya, dia bisa kok mengatur waktu antara bekerja dan kuliah, fia itu orang hebat kok orangnya” (WCRSO1.193.H39)

NA selama menjalani masa kuliah dan bekerja hanya menceritakan yang diangggap selepe kepada ibu, tujuan NA adalah agar tidak membebani ibu, kemudian NA memanfaatkan waktu


(58)

kosong dan juga malam hari untuk belajar dan mengerjakan tugas, sebagainya mana terlihat pada kutipan wawancara di bawah ini:

“Jadi kalo ada masalah di kerja, masalah di kuliah masalah yaa di dunia apapun itu pasti larinya ke ibu tapi eee kecuali masalah itu buat ibu nanti kepikiran atau jadi bingung gitu aku gak cerita, tapi kalo masalah sepele gitu aku cerita” (WCRI1.418.H16)

“Waktu, dan berpengaruh sama nilai, gimana yaa, kan

kalo gak kerja kita fokus kuliah, kalo ada tugas ya fokus tugas bisa ngerjakan sebagus mungkin, tapi kalo kita kerja ya udah kerjain sebisanya soalnya aku sibuk gak bisa lama-lama nihkerja dulu gitu” (WCRI1.544.H19)

“Kerja, gitu aku belajar cuma bisa malam hari, kecuali kalo ada ee jam kosong pas di kampus gak ada jam, dosennya gak ada gitu baru bisa curi-curi waktu buat ngerjain tugas” (WCRI1.565.H19)

Significant Other (IK) menambahkan bahwa NA cukup mahir dalam mengatasi masalah yang timbul dalam kaitannya bekerja dan kuliah, seperti NA mengganti jadwal kuliah di jam jam tertentu, kemudian NA juga pribadi yang mandiri, dan jarang meminta bantuan orang lain, seperti terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

“Untuk menghadapi masalah iku fia iku pinter kok, kaya ngelobi kuliah iku dia pinter, bagaimana cara nya dia ikut kuliah walapun enggak hari iku, enggak jam iku. Kalau masalah ekonomi, dia iku pinter lhuw enggak boros, dia pinter mengeluarkan sesuatu sesuai porsinya. iya itu salah satu cara dia biar bisa mencukupi kebutuhannya” (WCRSO1.116.H37)

“Fia iki menurutku tidak ingin merepotkan orang lain,

kalau dia bisa ngatesin sendiri pasti diatasin sendiri, walaupun sebenernya kan teman enggak papa kan meminta bantuan, selama ini sih enggak ada, kalau memang udah kepepet banget ya iku baru” (WCRSO1.133.H38)

Selain hal tersebut, Significant Other (IK) membenarkan bahwa NA adalah pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi sesuatu, setelah


(59)

menjadi aktivitas kuliah sambil bekerja, kemudian NA juga lebih dapat menghargai penggunaan uang dari pada orang lain.

“Dampak positif dia membiayai pekuliahannya sendiri,

yang saya lihat ya secara pribadi dia lebih dewasa, dalam menyikapi sesuatu itu juga, ya bedalah pokoknya, dari anak anak yang enggak bekerja, kan anak anak yang tidak bekerja tidak merasakan susahnya mencari kerja, jadi ya menurut saya dia lebih bisa menghargai uang lah, dia bisa, ya seperti itu lah” (WCRSO1.232.H40)

b. Informan 2

ZA mulai dari masa perkuliahan semester satu mendapatkan biaya dari orangtua, kemudian ketika menginjak semester ke delapan ZA merasa tidak enak hati untuk meminta biaya dari rumah dan berkomitmen untuk tidak meminta biaya dari orang tua.

“Masih orang tua dan sampai sekarang pun masih orang tua sampai kuliah semester 4 itu masih orang tua, selanjutnya aku berkomitmen kalau lebih dari 8 semester maka ya aku kok ngerasa gak enak masih dibiayai orang tua, maka aku memutuskan untuk bekerja. Ya setidaknya untuk meringankan beban orang tua, tapi sampai saat ini pun masih sering dikirimi sama orang tua” (WCRI2.053.H23)

ZA juga tidak mendapatkan kehadiran sosok ayah dari tahun 2011, tepatnya ketika ZA baru lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

“Bapak udah gak ada tahun 2011, setelah saya lulus SMA


(60)

Significant Other (DH) membenarkan bahwa ZA hanya tinggal bersama ibu ZA, dan ayah ZA telah meninggal, seperti terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

“Pernah seh cerita tentang keluarga dan memang saya main ke rumah nya, dan memang dia cuman tinggal sama ibunya saja, berdua” (WCRSO2.046.H42)

“Sudah meninggal, meninggalnya kalau tidak salah kecelakaan ditabrak” (WCRSO2.050.H42)

Masalah lain yang dihadapi ZA menurut penuturan DH adalah karena beasiswa ZA di cabut, karena nilai kuliah ZA tidak memuaskan, selain itu masalah ekonomi juga menjadi salah satu persoalan ZA dalam masa perkuliahannya.

“Menurutku karena dapat beasiswa ya termasuk kurang mampu lah, dan dia kerja juga buat ngidupin dirinya sendiri” (WCRSO2.059.H42)

“Ya yang jelas pertama karena beasiswanya di cabut, kemudian dia di surabaya kan ada tanggungan hidupnya sendiri, kos makan, dan itu yang dia cerita, tapi dia pernah cerita yang paling membuat dia ingin bekerja ya karena

beasiswanya di cabut” (WCRSO2.070.H42)

Ketika itu ZA mendapatkan rekomendasi dari teman ZA untuk melamar pada store McD, dan ZA secara antuasias melamar pekerjaan tersebut, namun disisi lain ibu ZA memberikan sebuah nasehat kenapa ZA bahwa apabila ZA tidak dapat mengatur waktu dengan baik, maka lebih baik ZA memfokuskan diri untuk berkuliah saja.

“Dari temen-temen ada temen yang merekom gitu, setiap

store McD tak taruh lamaran Alhamdulillah yang di Basra itu ada panggilan, Alhamdulillah sampai sekarang kerja disana” (WCRI2.103.H24)

“Kalo dari ibu sendiri sebelumnya udah mengingatkan eee kalo gak mampu mengatur waktu ya gak usah kerja kerana ibu sendiri kan kayak semacam memberi tahu


(61)

bahwasanya ibu masih sanggup untuk membiayai tapi dari saya kan ngerasa kok gak enak udah lebih dari 8

semester” (WCRI2.110.H24)

Beberapa solusi lain hadir menurut DH untuk ZA pada saat itu, seperti teman teman ZA termasuk DH tersedia mengumpulkan iuran untuk ZA agar ZA tetap bisa melanjutkan perkuliahan, kemudian beberapa senior berkenan mencarikan pekerjaan yang bagus untuk ZA, sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

“Teman teman sebenernya ingin dia tetap ngelanjutkan

kuliah, sempet ada usul biar anak anak iku iuran, tapi Zaenal nya yang enggak mau dan akhirnya memilih cuti, taunya kalau kerja itu yaa pas cuti itu enggak masuk kuliah, dan mau di biayayain sama senior, nanti di carikan kerja yang lumayan gitu” (WCRSO2.85.H43)

“Waktu itu mau dicarikan kerjaan yang lumayan tapi dia nolak karena dia sungkan, menurutku iku keputuan yang

terbaik” (WCRSO2.095.H43)

“Ada solusi lain, dia mau kuliah di jurusan lain, menurut dia soalnya di psikologi dia enggak srek sama dia, dia itu pengen ngambil hukum, waktu keputusan dia kerja iku dia cari info, minta tolong teman teman cari info kuliah hukum yang lebih murah” (WCRSO2.123.H44)

ZA kemudian memikirkan berbagai resiko dan juga keuntungan dalam keinginanya untuk tetap berkuliah dan komitmen nya untuk tidak menerima uang dari orang tuanya. sebagaimana terlihat dalam kutipan wawancara di bawah ini:

“Kemarin sebelumnya saya untuk memutuskan kuliah sambil kerja kan banyak-banyak ambil pertimbangan karena memang disatu sisi saya kerja kuliah saya berantakan otomatis kan saya gak berhasil tapi pada waktu itu saya bener-bener mempertimbangkan kalau saya kuliah sambil kerja dan dua-duanya berhasil berarti manajemen waktu saya berhasil disitu dan selama ini saya berusaha untuk membuktikan kepada siapapun, kepada orang tua bahwa kuliah sambil kerja memang aktivitas


(1)

74

Harapan sebagai penguat diri dalam persiapan menghadapi umpan balik dijelaskan oleh Scheier et al. (1994) bahwa optimis atau hope sebagai salah satu character subjek penelitian berhubungan dengan ketahanan dalam menghadapi stressor serta memperkecil resiko adanya masalah mental seperti depresi dan gangguan kecemasan, pada intinya seseorang yang memiliki hope seperti subjek penelitian akan melihat sebuah situasi yang menekan dengan pandangan yang lebih menarik dan dapat mengembangkan lebih banyak coping untuk stressor serta lebih banyak lagi upaya dalam mencegah timbulnya stress. Dengan adanya harapan tersebut ketiga subjek dengan mudah mempersiapkan diri, membangun opsi atau alternative solusi dalam mengadapi perubahan atas dampak dari pengambilan keputusan tersebut.

Pada penelitian ini menghasilkan sebuah temuan bahwa tidak semua tahap pengambilan keputusan dilewati oleh subjek penelitian, hanya subjek ZA yang melewati semua tahap, selebihnya subjek NA dan RN melewati tahap mempertimbangkan alternative pilihan solusi, Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Janis dan Mann (1977) Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Adakalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus. Oleh Janis Maan hal ini disebut seversion.


(2)

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Penelitian ini memiliki fokus penelitian yaitu untuk menggambarkan dan mengungkapkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja. Pada penelitian ini menghasilkan temuan bahwa Informan 1 atau NA mengalami proses sebagai berikut:

1. Menilai masalah

2. Mencari alternative pilihan 3. Membuat komitmen

4. Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik.

Temuan selanjutnya pada penelitian ini adalah bahwa Informan 2 atau ZA mengalami tahap sebagai berikut:

1. Menilai masalah

2. Mencari alternative pilihan

3. Mempertimbangkan alternative pilihan 4. Membuat komitmen

5. Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik.

Temuan selanjutnya pada penelitian ini adalah bahwa Informan 3 atau RN mengalami tahap sebagai berikut:

1. Menilai masalah

2. Mencari alternative pilihan 3. Membuat komitmen


(3)

76

4. Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik.

Ketidaksamaan dalam proses pengambilan keputusan tersebut di sebabkan oleh ZA adalah seorang mahasiswa yang berasal dari jawa timur, sedangkan NA dan RN adalah mahasiswa yang berasal dari Madura, setiap etnis di Indonesia memiliki keunikan karakter dan kepribadian yang berbeda, begitu pula dengan ketiga subyek, ZA yang berasal dari suku jawa memiliki karakter yang humble, mudah akrab dengan siapapun sehingga mudah mencari relasi, yang akhirnya memperluas jaringan pertemananya sehingga terbukti bahwa subyek mendapatkan beberapa opsi pilihan jawaban atas masalah yang ZA hadapi dari beberapa teman.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Janis dan Mann (1977) Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak berurutan. Adakalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus. Oleh Janis Maan hal ini disebut seversion.

B.Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diuraikan di atas maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi subjek penelitian terkait hasil temuan penelitian, subjek diharapkan untuk lebih baik dalam melewati setiap proses pengambilan keputusan dimasa yang akan datang, kemudian mempersiapkan diri menghadapi


(4)

77

umpan balik yang akan terjadi dimasa depan terkait keputusan yang pernah diambil.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap lebih mendalam lagi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja dengan metode yang lebih baik serta rentan waktu yang lebih lama, selain itu diharapkan pula untuk menambah jumlah subyek penelitian.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinek Cipta

Asmadi, Alsa & Ardiyanti, Difa. (2015). Pelatihan “PLANS” untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 1 (1) 1-17

Baron, R.A., D, Byrne. (2005). Psikologi Sosial. Jilid 2. 10th.ed. Jakarta: Erlangga Compton, W. C,. (2005). An Introduction to Positive Psychology. Belmont:

Thomson Wadsworth

Dagun, M. S. (2002). Psikologi Keluarga Peranan Ayah Dalam Keluarga, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mayasari, I P. (2010). Proses Pengambilan Keputusan Remaja Perempuan untuk Bergabung Dengan Komunitas Crust Punk. Jurnal Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya. (1), 1-13

Moerika, M. (2008). Proses Pengambilan Keputusan pada Individu Dewasa Muda yang Melakukan Konversi Agama Karena Pernikahan. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Moleong, J. L. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Moordiningsih & Faturochman (2006). Proses Pengambilan Keputusan

Dokter, Jurnal Psikologi,Vol 33 no 2

Holland, J, L. (1985). Making Vocational Choice: A theory of Vocational. Florida: INTI Publishing

Poerwandari, E. Kristi. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.

Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Rev.ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Scheier, M., & Carver, C., & Bridges, M. (1994). Distinguishing optimism from neuroticism (andtrait anxiety, self-mastery, and self-esteem): A reevaluation of the Life Orientation Test. Journal of Personality and


(6)

114

Soehartono, Irawan. (2002). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sarwono, S. W (2004). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Sarwono, S. W & Meinarno, Eko. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Sumaryanto. (2011). Upaya Pengambilan Keputusan yang Tepat. LKKMM Fakultas Ilmu Keolahragaan: Universitas Negeri Yogyakarta

Tuapattinaya, Y. I. F. & Hartati, Sri. 2014. Pengambilan Keputusan untuk Menikah Beda Etnis: Studi Fenomenologis pada Perempuan Jawa. Jurnal Psikologi Universtitas Diponegoro. 13 (1) 34-41

Widiyanti, P. D. R. (2012). Studi Kasus Mengenai Decision Making untuk Keluar dari Abusive Relationship pada Remaja Akhir. Surabaya: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 1 (1) 1-10