KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

(1)

78

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian dan Analisis Data

1. Kompetensi Peadagogik Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran PAI

Setelah peneliti bertemu dengan para informan, dan menanyakan mengenai kondisi siswa dan kondisi guru. Maka pertanyaan berlanjut pada inti dari fokus penelitian yang menjadi titik besar dalam penelitian ini. Setiap pertanyaan yang peneliti ajukan untuk wawancara merupakan indikator dari masing-masing kompetensi. Dan dari situlah data bisa peneliti dapatkan. Mulai dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam data kompetensi peadagogik, peneliti mendapatkan data sebagai berikut :

1.1 Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Dalam pengelolaan pembelajaran, Bapak Ihwan,S.Ag menegaskan sebagai berikut :

“Dalam mengelola pembelajaran, hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar. Dalam tahap perencanaan, saya mulai dengan menetukan strategi pembelajaran yang pas untuk materinya. Kemudian penggunaan medianya. Dan tahap pelaksanaan, sebisa mungkin saya berusaha untuk memberikan yang yang terbaik bagi anak didik. Melakukan pembelajaran sebagaimana telah saya rencanakan sebelumnya. Terakhir seusai habis materi pelajarannya, saya mengadakan evaluasi yaitu pemberian tugas dan ulangan harian.”1

1


(2)

Dari data di atas Ibu Insap Khotimah,S.Ag., juga menyatakan pendapatnya sebagai berikut :

“Menurut saya, dalam mengelola pembelajaran yang terpenting adalah pemilihan metode yang tidak itu-itu saja. Harus ada variasinya. Begitu pula dukungan dari media untuk menunjang metode yang saya terapkan. Misal minggu ini dalam penyampaian materi saya menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis saja. Minggu depan saya bisa menggunakan LCD. Atau bisa dengan kerja kelompok.”2

Pendapat selanjutnya diperkuat lagi oleh Ibu Fitri Agustin,S.Pd.I yang menegaskan bahwa :

“Mengelola pembelajaran harus ditampilkan secara menarik dan kreatif. Menariknya sebuah pembelajaran harus disertai dengan pemilihan metode dan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karakter siswa, kondisi ruang belajar. Misal ada ruang kelas yang tidak ada LCD nya, jadi kita dapat menyiasatinya mungkin dengan papan tulis, atau bisa untuk dibagi kelompok dan menggunakan sistem presentasi juga bisa.”3

Dari hasil wawancara ketiga informan tersebut. Peneliti kemudian berganti arah untuk mengeceknya pada observasi pembelajaran. Dalam observasi pembelajaran dari pernyataan informan, sudah bisa bisa dibuktikan. Data dari observasi adalah :

a. Dalam pengelolaan pembelajaran,Guru PAI selalu menyiapkan RPP terlebih dahulu sebagai acuan dalam pembelajaran.

b. Penggunaan metode yang tepat di setiap materi pelajaran yang dijelaskan. Seperti halnya pada waktu materi sholat jenazah, guru menggunakan metode demonstrasi.

Di sini menunjukkan adanya kesesuaian antara apa yang dinyatakan dengan apa yang ada di kenyataan. Guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung sudah menerapkan berbagai macam metode sesuai dengan gaya mengajar masing-masing.

2

Insap Khotimah,S.Ag, wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 pada pukul 10:30-11:30 WIB

3


(3)

Dari data wawancara dan dokumentasi tersebut sudah mendapat data untuk indikator yang pertama untuk kompetensi peadagogik dari guru PAI. Bahwa guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik salah satu caranya adalah dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sebenarnya perbedaan dengan guru mata pelajaran yang lain belum begitu terlihat. Namun menurut pendapat dari peneliti, guru PAI lebih bisa berkreasi dengan metode dan media yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Di dalam pelajaran PAI, yaitu materi yang dibagi menjadi 4, fikih, akidah akhlak, SKI, dan Al-Qur’an hadis, maka dibutuhkan penggunaan metode yang berbeda-beda. Tidak hanya ceramah dengan dibantu slide saja, namun juga bisa demontrasi, metode ibrah dan metode drama untuk pelajaran SKI, itu juga mampu menunjang kualitas dari pelajaran PAI itu sendiri.

1.2 Memahami Kemampuan dan Karakter Peserta Didik

Setelah indikator satu sudah terjawab, berlanjut pada indikator yang ke dua. Peneliti mendapatkan jawaban yang berbeda dari informan. Pendapat yang pertama yaitu disampaikan oleh informan 1 yang mengemukakan pendapat dan pengalaman beliau dalam memahami kemampuan dan karakter peserta didik. Pernyataannya adalah :

“Sebagai guru PAI, dalam memahami kemampuan siswa, yaitu dilihat dari segi keagaamannya terlebih dahulu. Dan yang paling menonjol adalah ketika dia bisa membaca Al-Qur’an atau tidak. Apalagi di SMK ini, terbilang latar belakang dari siswa sendiri juga jauh sangat berbeda dengan siswa yang ada di sekolah keagamaan misalnya MA. Untuk itu, yang pertama kali saya ujikan dalam pelajaran PAI adalah membaca Al-Qur’an, kemudian saya kelompok-kelompokan sesuai kemampuan masing-masing. Berawal dari situlah, saya bisa memahami masing-masing siswa. Kemudian juga bisa dilihat dari perkembangan prestasi yang didapat, adakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada siswa tersebut. Kalau ada kesalahan, bisa secara individu, saya membantu permasalahannya.


(4)

Namanya siswa kan seperti itu. Kadang semangat, kadang juga teledor.”4

Dari pendapat informan 1 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru PAI, mengecek kemampuan siswa melalui membaca Al-Qur’an.Baru bisa tahu bagaimana kemampuannya dalam keagamaan. Karena Al-Qur’an merupakan hal yang paling utama dan pertama yang harus dipelajari apalagi dalam pelajaran PAI. Untuk pendapat yang lebih jauh lagi disampaikan oleh informan yang ke 2 menyampaikan sebagai berikut :

“Ya, saya selalu mengatakan kepada siswa, bahwa pelajaran PAI adalah pelajaran dunia akhirat. Saya selalu membiasakan untuk membaca surat-surat pendek apada awal pembelajaran. Diharapkan seusai pelajaran PAI, mereka punya hafalan surat-surat pendek. Kan juga bisa digunakan dalam sholat atau ibadah yang lain. Untuk memahami siswa, saya selalu berusaha membangun kemistri terhadap siswa. Maunya apa, apalagi siswa laki-laki. Menumbuhkan semangat memperhatikannya saja ya ada yang semangat ada yang kurang. Tapi saya selalu berusaha, memberikan pengajaran yang baik. Agar mereka tida jenuh. Paham terhadap gaya belajar masing-masing siswa. Karena disini bukanlah hasil nilai yang terpenting, namun sikap keagamaan yang lebih meningkat adalah tujuan utamanya. Membentuk karakter siswa yang religius. Apalagi saya, yang sudah 20 tahun menjadi guru PAI, dan sedikit banyak tahu karakter siswa dari masa ke masa. Yang dulunya sifat tawadhu’ nya terhadap guru sangat tinggi. Sangat berbeda dengan kondisi sekarang ini.”5

Dari hasil wawancara tersebut juga bisa dinyatakan pada observasi pembelajaran yang berlangsung.

Dalam pembelajaran PAI, guru-guru PAI sebagaian besar sudah menerapkan hal yang sama. Yang pertama adalah mengedepankan kemampuan membaca Al-Qur’an nya terlebih dahulu. Mana-mana siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an, pasti guru PAI siap untuk membantu siswa. Tergantung siswanya mau belajar apa tidak. Semakin kuat keinginan untuk bisa baca Al-Qur’an, maka semakin cepat dia bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar. Kegiatan ini dilakukan saat berakhirnya pelajaran materi hari itu. Dan guru PAI memanggil satu persatu untuk mengaji. Dan di awal pelajaran, beliau

4

Insap Khotimah,S.Ag, wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 pada pukul 10:30-11:30 WIB

5


(5)

selalu menyuruh siswa untuk melafalkan surat-surat pendek. Dan yang belum bisa diberi pelayanan khusus. Artinya dibimbing secara intens, dengan cara memberikan perintah untuk menghafalkan surat tersebut, dan minggu depan harus sudah hafal. Dengan begitu, siswa akan berusaha untuk menghafalkannya. Di dalam pembelajaran juga seperti itu. Guru-guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini tidak pernah mempunyai kecenderungan pada satu atau dua siswa saja. Beliau semua mampu menguasai kelas dengan baik, sehingga tidak ada kecemburuan sosial antar siswa. Dari apa yang saya amati, guru selalu tahu mana-mana siswa yang tidak fokus, siswa yang melamun, dan yang tidak memperhatikan. Cara guru yaitu dengan cara mendekati siswa tersebut, dan menanyakan materi yang sedang disampaikan. Kalau si siswa tidak bisa menjawab, baru guru PAI mulai menanyakan kenapa dan ada apa. Baru guru PAI memberikan nasihat-nasihat.

Pendapat yang menguatkan lagi adalah berasal dari informan ke 3, yang menyatakan :

“Menurut saya, pemahaman terhadap peserta didik atau siswa, yaitu dengan cara memahami karakter siswa, gaya belajar siswa, asal usul siswa, atau latar belakang tempat tinggal siswa. Kalau misal menemui anak yang perilakunya berbeda dengan yang lain, maka saya akan memanggil dan menanyakan kenapa kok sikapnya seperti itu. Atau contoh sederhananya yaitu saat ada di kelas, dia tidak begitu fokus, dan nilai pelajaran juga semakin menurun, maka perlu dicari tahu penyebabnya.”6

Dari pendapat di atas, juga dapat dijadikan tambahan simpulan bahwa guru PAI, juga harus memahami peserta didik. Dan faktor yang mempengaruhi prestasi siswa itu banyak sekali. bisa dari diri sendiri atau bahkan orang lain. Sebagai guru PAI wajib mengetahuinya. Paham dengan apa yang dirasakan oleh siswanya. Begitu juga tidak boleh cuek dengan permasalahan atau kendala yang dihadapi siswanya.

1.3 Perancangan Pembelajaran

Indikator selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan pembelajaran. Di dalam merancang pembelajaran, pasti setiap guru

6


(6)

mempunyai strategi berbeda. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memcari tahu bagaimana guru merancang dan melaksanakan pembelajaran. Mulai dari informan 1 yang memberikan argumennya yaitu :

“Dalam merancang pembelajaran, yang pertama kali saya lakukan adalah mengembangkan isi yang ada di silabus ke dalam RPP. Dan saat penyusunan RPP, yang didalamnya ada strategi pembelajarannya, maka saya sesuaikan dulu dengan materinya apa. Baru saya menentukan metode dan media pelajaran yang saya gunakan. Setelah siap, maka akan saya terapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Terkadang meleset pula dengan apa yang telah direncanakan, namun sebagai guru harus punya banyak ide.”7

Dari apa yang dijelaskan informan 1, maka beliau menyadari bahwa perencanaan kadang tidak sesuai dengan pelaksanaan. Hal yang menarik dari beliau adalah, bahwa sebagai guru harus punya banyak ide. Peneliti teringat juga sebuah argumen bahwasannya guru sebagai sutradara dalam pembelajaran. Pembelajaran diibaratkan seperti drama, dan guru adalah yang mengatur jalannya cerita. Jadi guru harus dituntut kreatif dan banyak ide.

Untuk menguatkan pernyataan dari informan 1, maka informan 2 juga punya pendapat sendiri mengenai hal-hal yang beliau lakukan saat merancang dan melaksanakan pembelajaran, yaitu :

“Ya, yang paling terpenting dalam merancang pembelajaran adalah mengerti dulu karakter siswa. Bahasa kasarnya siswa bisa paham itu dengan cara apa dan bagaimana. Atau mungkin media yang bisa menarik perhatian siswa itu kayak apa. Ya, terus berkreatifitas untuk memberikan pemahaman pada siswa.”8

Memang benar, dari apa yang disampaikan oleh informan 2, perbedaan karakter siswa, juga akan menumbuhkan kreatifitas pada gurunya. Apalagi guru PAI sekarang, jangan sampai dibilang pelajaran PAI itu

7

Insap Khotimah,S.Ag, wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 pada pukul 10:30-11:30 WIB

8


(7)

monoton, pelajaran PAI itu menjenuhkan. Bukan lagi. Zaman semakin moderen, kemauan siswa juga semakin berkembang. Menyatukan kemistri kepada siswa itu sangat perlu. Seperti kita harus masuk ke dunia siswa itu, atau dengan membawa siswa masuk pada dunia kita. Salah satu hal yang diperlukan adalah dengan merancang pelajaran, dan diaktualisasikan dalam proses pembelajaran.

Setelah peneliti mendapatkan data di atas, rasa ingin tahu peneliti semakin dalam, kemudian peneliti menyakan kembali mengenai indikator yang selanjutnya dari kompetetensi peadagogik, yaitu tentang pemanfaatan teknologi.

1.4 Pemanfaatan Teknologi

Teknologi sering dikiatkan dengan keadaan zaman sekarang yang serba moderen. Begitu pula dengan pembelajaran. Hal yang paling dirasakan perbedaannya adalah dari guru PAI yang sudah mengajar selama 20 tahun, pasti keberadaan teknologi tidak seperti hari ini. Dulu saat belum ada komputer misalnya, membuat RPP juga harus ditulis tangan, tidak seperti hari ini sudah diketik menggunakan komputer. Dari data observasi didapatkan :

Begitu pula dengan guru PAI yang ada di SMK ini, yang telah saya amati, bahwa semua perangkat pembelajaran sudah diketik rapi menggunakan komputer. Didukung lagi untuk proses pembelajaran, guru PAI yang ada di sekolah ini sudah mahir semua dalam menggunakan dan membuat slide powerpoint. Apalagi juga sekolah sudah memberikan fasilitasnya dengan menyiapkan LCD hampir di semua ruang kelas.

Jadi, semua guru bahkan Guru PAI juga dapat berkreasi dengan menggunakan fasilitas tersebut. Dan untungnya lagi semua guru PAI, dari yang tua bahkan sekalipun, sudah mampu mengoperasikan komputer


(8)

dengan baik. Observasi ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh para informan :

“Di dalam pembelajaran,media yang saya gunakan salah satunya dengan slide powerpoint. Dengan adanya slide ini, juga mempermudah kami guru PAI, siswa juga lebih senang. Apalagi bila ditampilkan gambar-gambar dan video-video yang berkaitan dengan materi pelajaran. Di samping itu juga dapat mempercepat penuntasan materi.”9

Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu Insap Khotimah,S.Ag., yang menegaskan bahwa :

“Sekarang ini serba moderen, tidak seperti dulu. Kalau dulu mungkin kita masih patut menggunakan metode ceramah saja, karena tekonologi zaman dulu juga belum begitu mendukung. Karena pada hari ini, teknologi sudah semakin moderen, maka kita guru PAI juga harus mampu mempelajarinya, agar tidak kalah dengan guru-guru pelajaran yang lainnya.”10

Dari hasil wawancara dan observasi tentang pemafaatan teknologi tersebut, membuktikan bahwa guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung, sudah mampu menggunakan teknologi dengan baik untuk proses pembelajaran. Apalagi ada salah satu guru PAI juga yang mempunyai usaha fotocopy di rumahnya. Dan beliau juga yang mengurus segala sesuatunya. Artinya tidak ada keraguan lagi tentang kemampuan guru PAI dalam pemanfaatan teknologi. Pihak sekolah juga sudah memberikan fasilitas teknologi belajar yang memadai. Disamping ada LCD di hampir setiap kelas, sekolah ini juga ada wifi yang bisa digunakan oleh semua warga sekolah. Juga membantu dalam menambah referensi dan sumber belajar siswa dan guru.

9

Ihwan,S.Ag, wawancara pada tanggal 9 Februari 2016 pada pukul 10:40-11:30 WIB

10


(9)

Dari data di atas terkait dengan kompetensi peadagogik guru PAI di SMKN 1 Bandung maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

1. Guru PAI di SMKN 1 Bandung mengelola pembelajaran dengan cara membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penentuan media, metode dan sumber belajar yang tepat sangat diperlukan.

2. Dalam memahami peserta didik, guru selalu memerhatikan latar belakang peserta didik tersebut. Dari mana asalnya, bagaimana kemampuannya. Hal ini dapat menjadi bekal untuk menentukan strategi pembelajaran yang cocok.

3. Setiap akan melaksanakan pembelajaran, guru selalu membuat perancangan pembelajaran. Yaitu dengan menyiapkan RPP yang sesuai materi yang akan diajarkan. Menyiapkan medianya. Misal kalau menggunakan LCD, berarti guru menyiapkan powerpointnya.

4. Guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung sudah mampu memanfaatkan teknologi dengan baik. Hal ini terkait dengan penggunaan LCD yang telah disiapkan di setiap kelas untuk menunjang proses pembelajaran. Menggunakan internet sebagai sumber belajar PAI.

2. Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas


(10)

Untuk menjawab fokus penelitian yang kedua dari penelitian ini yaitu kompetensi kepribadian guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMKN 1 Bandung, peneliti menghimpun data dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sama dengan kompetensi peadagogik, kompetensi kepribadian juga memiliki beberapa indikator yang semuanya akan dipaparkan di bawah ini.

2.1 Berakhlak Mulia

Mengawali penelitian tentang kompetensi kepribadian ini, peneliti berpikir bahwa masing-masing individu mempunyai kepribadian yang beragam. Mempunyai ciri khas masing-masing. Namun, peneliti yakin guru PAI mempunyai kekhasan kepribadian yang harus dipunyai oleh semua guru PAI. Untuk itu, mari kita mulai menghimpun dan memaparkan hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi :

Saat pertama kali saya memasuki SMKN 1 Bandung, untuk pertama kalinya yaitu saat saya melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, kesan pertama saya untuk guru PAI adalah pembawaan dirinya adalah guru PAI sudah sangat terlihat jelas. Hal ini bisa dilihat dari cara berbicaranya dengan orang lain, cara berpakaiannya, dan lain-lain. Dan kejadian ini saya ulang lagi ketika saya melakukan penelitian disana. Pertama kali saat saya bertemu dengan guru PAI, beliau sangat menyambut gembira kedatangan saya. Dan dengan ramahnya beliau bertanya keadaan saya, dan keadaan keluarga. Sangat senang sekali rasanya bisa disambut dengan keramahan seperti ini. Dan beliau juga siap membantu saya untuk melaksanakan penelitian ini.

Untuk kompetensi kepribadian ini, yang pertama kali peneliti tanyakan kepada guru PAI adalah seberapa besar rasa bangga mereka menjadi guru PAI. Salah satu guru PAI menjawab :

“Tentu saja saya bangga menjadi guru PAI. Menjadi guru PAI itu sama halnya dengan menyampaikan ilmu dunia dan akhirat. Apalagi jika tahu bahwa apa yang kita sampaikan bermanfaat dan


(11)

dilaksanakan oleh orang lain. Ya, kita harus ikhlas dan sabar dalam menyampaikan ilmu agama. Sampaikan walau hanya satu ayat.”11 Dari apa yang disampaikan informan di atas peneliti juga bisa sekalian mengamati bagaimana kepribadian dari guru PAI. Dari hasil pengamatan :

Guru PAI ini mempunyai pemikiran yang mumpuni dalam keagamaannya. Kesadaran sebagai guru PAI nya juga sudah ada. Inilah yang membedakan antara guru PAI dengan guru mata pelajaran yang lain. Sikapnya yang selalu religius dan agamis. Pembawaan bahasa yang selalu menyejukkan jiwa. Yang selalu disertai nilai-nilai motivasi keIslamannya.

Tak puas dengan jawaban tersebut, peneliti beralih wawancara dengan informan selanjutnya tentang rasa bangga nya menjadi guru PAI,:

“Rasa bangga itu ketika kita mampu meberikan ilmu kita dan bermanfaat bagi orang lain. Apalagi memberikan ilmu agama. Misal kita mengajari siswa baca Al-Qur’an, sholat, dan siswa itu bisa karena pengajaran dari kita. Maka ilmu itu akan dipakai terus, dan sampai kita tak ada, pahala karena hal tersebut terus mengalir. Maka ya harus dengan disertai rasa ikhlas juga.”12

Beliau berulang-ulang mengatakan ikhlas dan sabar. Dalam mengajarkan ilmu agama memang harus disertai dua sifat itu, agar kelak Allah SWT memberikan balasan pahala. Guru PAI memang harus wajib menuntun orang lain terkhusus bagi siswa untuk ke arah yang lebih baik. Kebanggaan guru adalah melihat anak didiknya tidak hanya berprestasi akademik, namun juga mempunyai moral yang baik pula.

2.2 Disiplin, Arif, dan Berwibawa

Pembelajaran PAI tidak terlepas dari peran guru memberikan tauladan kepada siswa-siswanya. Tauladan itu dilakukan oleh guru PAI dengan perbuatan-perbuatan yang mendidik. Misalkan saja dengan

11Ibid 12


(12)

kedisplinannya saat jam pelajaran PAI. Sesuai dari wawancara dengan salah satu informan :

“Guru PAI yang ada disini ya sudah disiplin. Maksudnya beliau tidak masuk kelas ya memang karena sakit, atau memang karena hal yang tidak bisa ditinggalkan, atau bahkan oleh sekolah ditugaskan mengikuti kegiatan di luar sekolah. Tapi beliau juga tidak lepas tanggung jawab begitu saja, mereka selalu menitipkan tugas pada guru piket. Jadi kelas tidak kosong.”13

Dari wawancara tersebut dikuatkan dengan observasi tentang kedisiplinan guru PAI, saat itu tepat jam pelajaran guru juga cepat-cepat memasuki kelas. Dan saat itu juga saat saya masih PPL di sekolah ini, terlihat bahwa guru PAI yang tidak masuk juga menitipkan tugas ke guru piket.

Kedisiplinan yang dilakukan oleh guru PAI, akan memberikan tauladan ke siswanya. Jadi siswa akan berusaha untuk disiplin pula dalam masuk kelas, disiplin dalam mengerjakan tugas tepat waktu, juga disiplin dalam beribadah. Inilah salah satu bentuk tauladan yang diberikan guru PAI kepada siswa.

Bentuk ketauladanan yang lainnya adalah tentang ibadah. Guru PAI senantiasa sholat dimanapun keberadaan mereka. Di lingkungan temapat tinggal misalnya, sering ikut sholat berjamaah. Mungkin hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi orang lain juga.

Berbicara mengenai kegiatan guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini, guru PAI mempunyai program-program rutinan keagamaan yang dapat memberikan tauladan dan pembelajaran baik bagi siswa-siswa. Seperti yang disampaikan oleh informan :

13Qurrota A’yunina,S.Pd.I, M.Pd.,wawancara pada tanggal 15 Februari 2016 pada pukul


(13)

“Guru PAI disini rutin mengadakan santunan anak yatim setiap tahunnya. Kegiatan ini juga dapat memberikan ketauladanan kepada siswa agar mau menyisihkan sebagian rezekinya kepada orang lain. Dan menumbuhkan sikap simpati dan empati kepada orang yang membutuhkan.”14

Ketauladanan tidak hanya diwujudkan dalam kegiatan saja. Namun dengan cara bicara yang memotivasi dan memberikan inspirasi juga dapat menumbuhkan ketauladanan kepada siswa. Siswa akan merasa temotivasi untuk melakukan hal-hal yang baik.

Dari kompetensi kepribadian ini tidak banyak yang bisa peneliti tanyakan kepada guru PAI, peneliti banyak melakukan observasi saja tentang kepribadian guru PAI ini.

Saat wawancara kepribadian itu bisa ditunjukkan dengan cara bicaranya, sikap ramahnya saat memberikan jawaban-jawaban. Mau membantu saya dalam pencarian data ini. Itu merupakan salah satu indikator dari kompetensi guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini. Dan selain observasi saya, didukung lagi dengan pendapat yang diuraikan oleh guru mata pelajaran lain. Yang juga sependapat dengan apa yang saya pikirkan.

Kepribadian seorang guru berperan sangat penting terhadap keberhasilan dari pembelajaran tersebut. Karena guru adalah orang yang digugu dan ditiru, artinya memberikan tauladan yang baik bagi semua orang yang ada di sekitarnya. Dan pribadi seorang guru juga akan mempengaruhi pribadi siswanya. Apalagi sebagai guru PAI, harus dan wajib bagi kita untuk memberikan tauladan yang berkaitan dengan nilai-nilai keislaman.

Kepribadian selanjutnya dari indikator kompetensi kepribadian adalah berakhlaq mulia. Akhlak mulia ini juga tidak bisa ditanyakan langsung dengan guru PAI, untuk membuktikan hal ini saya melakukan penelitian.

14


(14)

Saya merasakan benar setiap guru PAI yang ada disini mempunyai akhlak mulia tersebut. Contoh sederhananya yaitu sikap beliau yang dengan senang hati membantu saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya ini, dengan siap membantu untuk saya wawancarai. Dan beliau juga menyebutkan bahwa menjadi guru PAI harus disertai ibadah. Memang benar menjadi guru PAI tidak semata-mata mendapat materi di dunia saja, tapi untuk bekal kebahagiaan di akhirat juga. Dari sini sudah bisa dikategorikan guru mempunyai akhlak yang mulia tersebut. Seperti halnya ketika kita menyuruh kebaikan, terlebih dahulu kita juga harus melaksanakan kebaikan itu. Orang akan lebih percaya dengan hal tersebut jika orang yang bicara juga melakukan nya.

2.3 Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa

Indikator selanjutnya dari kompetensi kepribadian ini adalah sikap guru PAI yang stabil, mantap dan dewasa. Berdasarkan hasil observasi :

Sikap ini bisa dilihat saat proses pembelajaran, guru PAI sudah mampu mengontrol emosi saat menemui anak-anak yang kurang memperhatikan. Beliau tidak dengan cara memarahi si anak dan menghukum untuk berdiri selama jam pelajaran di depan kelas itu tidak. Pertama yang beliau lakukan adalah mendekati si anak, lalu disuruh untuk mengulangi apa yang dijelaskan oleh guru, selanjutnya menanyakan kenapa tidak memperhatikan pelajaran. Saat saya melakukan observasi itu guru mendekati siswa yang kurang memperhatikan pelajaran dan ternyata siswa tersebut malah mengerjakan tugas pelajaran yang lain. Hal ini lantas tidak membuat guru harus marah-marah di depan siswa. Harus mampu mengoontrol emosinya. Kalaupun harus dihukum tidak dengan hukuman fisik, bisa dengan hukuman yang positif. Misal disuruh untuk ke depan kelas untuk membaca surat-surat pendek, atau membacakan materi pelajarannya. Guru yang seperti ini sudah bisa dikatakan sebagai guru yang mempunyai kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa.

Seperti pernyataan dari guru B.Inggris yaitu Ibu Qurrota A’yunina, M.Pd yang menyampaikan bahwa:


(15)

“Guru PAI disini saya rasa sudah mempunyai kepribadian yang religius yang menandakan beliau adalah guru PAI. Sikapnya yang begitu telaten membimbing siswa. Contohnya guru PAI siap memberikan fasilitas, keikhlasan untuk siswa yang benar-benar mau belajar Al-Qur’an. Guru PAI siap membimbing sampai siswanya benar-benar bisa membaca Al-Qur’an. Memberikan semangat dan motivasi serta ketauladanan yang baik kepada siswanya.”15

Dari pernyataan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa guru yang ada di sekolah ini mempunyai misi khusus untuk dapat memberikan yang terbaik kepada siswanya, apalagi di bidang keagaamaan.

Indikator dari kompetensi kepribadian yaitu kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa juga sudah ditumjukkan oleh guru PAI SMKN 1 Bandung ini. Hal ini dilihat dari hasil observasi. Contoh yang mencoloknya yaitu pada saat pembelajaran. Sikap seorang guru yang mampu menahan emosinya ketika mendapati siswa yang kurang disiplin. Bukannya dihukum secara fisik, namun disuruh untuk melafalkan surat-surat pendek. Kemarahan ini atau emosi ini mampu memberikan dampak positif bagi siswa. Kestabilan emosi yang lainnya adalah ketika mengajar sama sekali tidak terllihat kata-kata yang menyinggung perasaan siswa, selalu terlihat ramah dan santun. Hal ini yang membuat siswa merasa nyaman kepada guru tersebut. Berbicara mengenai stabilitas dan kematangan emosi guru akan semakin berkembang sejalan dengan pengalamannya. Jadi, tidak sekedar umur atau masa kerjanya yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalamaman masa lalu.

15


(16)

Demikian hasil yang dapat saya paparkan untuk kompetensi kepribadian ini. Dan guru PAI di SMKN 1 Bandung ini sudah sedikit banyak mempunyai kompetensi kepribadian ini sebagai syarat untuk memenuhi kompetensi Guru PAI dan membawa pengaruh pada kualitas pembelajaran PAI, beberapa temuan penelitiannya secara garis besar adalah :

1. Guru PAI di SMKN 1 Bandung selalu masuk kelas tepat waktu, memberikan tauladan disiplin kepada siswanya. 2. Sikapnya yang stabil dan dewasa mampu mengontrol emosi

dengan baik saat pembelajaran berlangsung.

3. Pembawaan yang berwibawa dalam bertindak dan berucap menunjukkan pribadi yang religious, dan mampu menjadi sosok yang patut untuk ditedani oleh siswa maupun warga sekolah.

4. Menyadari posisinya sebagai guru PAI yang semangat untuk beribadah dan siap mensyiarkan agama Islam kepada siswa khususnya dan orang lain pada umumnya.

3. Kompetensi Sosial Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran PAI di SMKN 1 Bandung

Kompetensi sosial adalah kompetensi yang harus dimiliki pula oleh guru PAI. Komunikasi yang dimaksud disini adalah guru gampang bergaul dengan siapa saja. Mampu membangun komunikasi yang baik antar peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat luas. Adapun beberapa data


(17)

yang saya peroleh dari kompetensi sosial tersebut adalah akan saya paparkan dalam pembahasan subbab ini.

3.1 Berkomunikasi dan Bergaul secara Efektif

Indikator kompetensi sosial yang pertama yang peneliti tanyakan adalah mengenai kemampuan guru dalam membangun komunikasi antar siswa. Dan pendapat dari informan peneliti dapatkan. Yaitu, informan pertama menyatakan bahwa :

“Untuk komunikasi yang saya bangun kepada siswa adalah berupaya memberikan kesempatan untuk dia berpendapat. Misal, saat saya menjelaskan materi di dalam kelas, saya memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Sehingga mereka bisa meluapkan pendapatnya terhadap materi tersebut. Atau bisa dengan kerja kelompok, jadi saya lebih gampang memandu siswa per kelompok. Materi mana yang belum paham, akan saya tanyakan dengan mendekati masing-masing kelompok. Ya ini salah satu cara saya untuk membina komunikasi kepada siswa. Mereka juga akan terlihat senang ketika kita memberikan perhatian, dan mengajak ngobrol saat pelajaran. Agar tidak terlalu tegang dalam pembelajaran.”16

Tak puas dengan jawaban tersebut, peneliti mencari informan lain untuk mencoba memberikan pendapatnya tentang membangun komunikasi kepada siswa. Dalam wawancara tersebut, informan menyampaikan:

“Dari memahami peserta didik pada awal wawancara tadi, bisa dikatakan saya membangun komunikasi bersama peserta didik. Saya harus sering ngobrol dengan siswa. Atau mencari cari tahu kelebihan dan kekurangan siswa, salah satu caranya yaitu dengan jalan membnagun komunikasi yang baik. Apalagi jika saya menemukan keganjalan pada salah satu siswa saya, maka saya tidak diam. Saya akan bicara secara pribadi dengan si anak.”17

Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini, mempunyai cara-cara sendiri dalam mengaktualisasikan komunikasi terhadap siswa yang dimaksud. Yaitu bisa

16Ibid 17


(18)

dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapatnya tentang materi. Bila ada siswa yang kurang memperhatikan, bisa didatangi dibangkunya dan menanyai kenapa siswa tidak memperhatikan. Dan jika menemui penyimpangan pada siswa, beliau langsung memanggil si siswa untuk mau mengatakan apa yang terjadi, dan guru siap untuk menasehati dan membantu mencari solusinya.

Saat bertemu dengan muridnya, juga tidak acuh. Saling menyapa, agar hubungan siswa guru tidak berbatas di ruang kelas saja, namun bisa menjalin persaudaraan. Menganggap siswa-siswanya sudah seperti keluarga sendiri, yang juga butuh perhatian dan kasih sayang mereka. Dan untuk indikator ini, guru PAI di SMKN 1 Bandung sudah mampu berkomunikasi dengan baik dengan siswanya.

Berlanjut untuk indikator kedua dari kompetensi sosial guru PAI adalah komunikasi yang dibangun antar sesama guru. Untuk komunikasi ini, pernyataan-pernyataan yang hampir sama disampaikan oleh beberapa informan. Salah satu pernyataannya adalah :

“Cara saya membangun komunikasi dengan sesama guru adalah. Dengan saling mengerti dan mengenal dengan masing-masing guru. Bersikap eduli, dan menganggap mereka tidak hanya rekan kerja melainkan sudah seperti keluarga sendiri. Kalau ada acara-acara penting misal nikahan, kelahiran putranya, kami selaku guru PAI ya sering hadir. Dan lagi saat kesusahan, kita juga sangat ikut berbela sungkawa. Ya sudah seperti keluarga sendirilah.”18

Pernyataan itu diperkuat oleh informan yang lain. Namun ada penambahan pendapat dari informan yang lain yang menyatakan :

“Komunikasi dengan sesama guru yaitu dengan cara saling sharing mengenai ilmu, mengenai perkembangan peserta didik.

18


(19)

sama membuat kegiatan juga selalu berkomunikasi dengan guru yang lain. Apalagi yang berhubungan dengan siswa. Mungkin ada siswa yang prestasinya sangat baik di pelajaran A, namun ternyata dipelajaran PAI kurang berprestasi. Mungkin dengan cara diskusi dengan guru lain maka akan menemukan jawaban dari segala permaslahan yang berhubungan dengan siswa. Kalau ada anak yang melakukan penyimpangan sosial, kita juga ikut andil dalam memecahkan permasalahan tersebut. Tidak cuek lah intinya.”19 Dari data hasil wawancara tersebut sudah dipastikan bahwa guru yang ada disini sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Saling berdiskusi untuk kepentingan bersama. Menganggapnya bukan lagi sebatas rekan kerja, namun sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Tidak terlihat adanya selisih paham yang berlarut pada guru. Dan peneliti melihat sendiri saat berada di ruang guru, yaitu pada saat melakukan wawancara bersama salah satu informan. Disana peneliti merasakan kekeluargaan antara guru. Mereka saling ngobrol. Dengan begitu komunikasi ini juga mampu menambah nilai plus untuk guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini.

3.2 Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Berlanjut dengan indikator selanjutnya adalah komunikasi yang dibangun oleh guru PAI terhadap walimurid. Sesuai dengan wawancara, salah seorang informan menjelaskan :

“Kalau komunikasi yang saya bangun dengan walimurid yaitu saya mengadakan perkumpulan dengan walimurid dan disana saya menjelaskan perkembangan masing-masing anak. Dengan begitu ada hubungan yang baik antara saya dengan walimurid. Walimurid juga akan tahu perkembangan anaknya di sekolah. Dan antar guru dan walimurid bisa bekerjasama untuk membawa anaknya ke arah yang lebih baik lagi.”20

19

Fitri Agustin,S.Pd.I, wawancara tanggal 10 Februari 2016 pada pukul 10:40-11:40 WIB

20


(20)

Informan lain menegaskan bahwa beliau mengadakan pertemuan dengan walimurid yaitu pada saat pembagian rapot. Disana ia bertemu dengan walimurid siswa yang beliau menjadi wali kelasnya. Walaupun tidak semua walimurid dari semua yang beliau ajar. Tapi kegiatan ini sudah merupakan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan guru PAI dalam berkomunikasi dengan walimurid.

Untuk memperkuat data tersebut, peneliti bertanya dengan informan yang lain. Dan beliau mengatakan :

“Bentuk komunikasi yang saya bangun dengan walimurid adalah dengan cara mengirim pesan, bisa telepon, atau berkunjung langsung ke rumahnya jika memang perlu. Misal saat saya menemui siswa yang kurang disiplin, beberapa kali tidak masuk sekolah, pasti saya akan berkoordinasi dengan walimuridnya, menyakan kenapa kok lama tidak masuk sekolah. Dan sebagainya. Nanti suatu saat jika ada keluarga dari siswa yang meninggal, saya juga mengusahakan untuk berbela sungkawa datang ke rumahnya.”21

Dari data hasil wawancara ini, dapat diambil garis besar bahwa guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini sudah memenuhi indikator ini. Mereka tidak berbatas mengajar di kelas saja, namun juga membangun kemunikasi yang baik dengan walimurid. Hal ini juga akan bermanfaat bagi siswa, dan dapat menunjang kualitas atau mutu dari pembelajaran yang dilakukan.

Indikator terakhir dari kompetensi sosial ini adalah komunikasi yang dibangun oleh guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung dengan masyarakat sekitar sekolah dan masyarakat sekitar tempat tinggal guru PAI. Di sini juga akan terlihat posisi guru PAI di mata masyarakat.

21


(21)

Untuk data yang pertama saya peroleh dari seorang informan yang menyatakan bahwa :

“Guru PAI disini sosialnya juga sangat tinggi. Ada salah satu guru PAI disini yang setiap minggu mengisi acara di Masjid Jami’ Bandung sebagai pembicara. Beliau sudah terkenal di masyarakat luas sebagai dai. Selain itu juga setiap tahunnya guru PAI di sekolah ini secara rutin mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan, misalkan saja setiap tahun ada kegiatan pembagian zakat dan pembagian daging kurban, selain itu ada kegiatan santunan anak yatim. Program-program ini menjalin keakraban antar guru dengan masyarakat dan juga membawa manfaat bagi sekolah dan guru PAI sendiri.”22

Dari apa yang disampaikan oleh informan di atas, berarti guru PAI disini juga sudah baik dalam kegiatan sosial. Apalagi dengan kegiatan sosial yang diadakan di sekolah yang mampu memberikan pembelajaran pula kepada siswa untu saling berbagi, menyisihkan sebagaian rezekinya untuk membantu orang lain, mempunyai rasa simpati dan empati. Dengan demikian kegiatan ini bisa ditiru oleh siswa. Memberikan pelajaran untuk esok saat dia sudah tidak belajar lagi di sekolah ini.

Disamping itu, guru juga tidak bisa sebatas melakukan komunikasi sosial di lingkungan sekolah saja. Namun, di masyarakat tempat tinggalnya juga butuh yang namanya komunikasi. Pengalaman kegiatan sosial di mayarakat tempat tinggal di sampaikan oleh seorang informan, yaitu :

“Kegiatan yang saya ikuti di lingkungan saya adalah muslimatan, yasinan, PKK, dan sebagainya. Kadang juga di acara muslimat itu saya sering mengisi acaranya. Karena itulah saya bisa menyampaikan beberapa ilmu dan pengalaman saya kepada mereka. kalau ada tetangga yang ada perlu, saya juga ikut membantu, kalau ada yang kesusahan, saya juga menjenguknya. Ya, biar nanti kalau ada apa-apa dengan kita, kita selalu ada yang membantu. Niscayalah, kita adalah manusia sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.”23

22Qurrota A’yunina,S.Pd.I, M.Pd.,wawancara pada tanggal 15 Februari 2016 pada pukul

09:00-10:00 WIB

23


(22)

Dari semua data wawancara dengan beberapa informan di atas, maka dapat diambil benang merah, bahwa semua guru PAI sudah memliki semua indikator yang ada dalam kompetensi sosial. Jadi guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini sudah bisa dikatakan berkompeten dalam bidang sosialnya. Secara garis besarnya temuan penelitian tersebut adalah :

1. Guru mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif dengan sesame siswa, orang tua siswa, sesame guru, dan masyarakat sekitar.

2. Guru mampu bersosialisasi dengan masyarakat dengan cara menjadi pendakwah maupun pengurus muslimat.

3. Bersama-sama membuat program keagamaan sekolah dengan melibatkan masyarakat sekitar sekolah, yaitu dengan mengadakan acara pembagian daging kurban, santunan anak yatim setiap tahunnya.

4. Secara kompetensi social yang dimiliki guru PAI di SMKN 1 Bandung, mampu memberikan pembelajaran kepada siswa untuk menumbuhkan sikap social dan tak acuh begitu saja demgan orang yang membutuhkan.

4. Kompetensi Profesional Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran PAI di SMKN 1 Bandung

Pemaparan data pada bab ini akhirnya sampai pada kompetensi profesional. Yaitu sesuai dengan fokus penelitian yang ada di bagian pendahuluan, mencantumkan bahwa kompetensi keempat yang harus dimiliki


(23)

oleh guru PAI adalah kompetensi profesional. Seperti halnya kompetensi-kompetensi yang lainnya, kompetensi-kompetensi profesional juga mempunyai beberapa indikator. Bila diperhatikan sebenarnya ada kemiripan dengan kompetensi peadagogik. Namun tetap ada perbedaannya. Namun semua kompetensi itu saling berhubungan satu sama lain yang akan membentuk kualitas pembelajaran.

Terfokus pada kompetensi profesional, maka saya akan memaparkan hasil penelitian saya tentang kompetensi profesional guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini. Untuk mengawali penelitian ini, saya akan meneliti satu per satu dari indikator kompetensi profesional. Indikator yang pertama adalah cara gurudalam mengolah materi pembelajaran secara kreatif dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dimulai dari informan 1 yang menyatakan :

“Hal-hal yang saya lakukan dalam mengolah materi pembelajaran adalah,yaitu dengan membaca dulu materi-materi pembelajaran. Mencari dan mengembangkan materi dengan mencari referensi-referensi dari berbagai macam sumber belajar, bisa dari buku, maupun internet. Kemudian saya tuangkan dalam strategi pembelajarannya. Menentukan media dan metode yang cocok dengan materi yang akan saya ajarkan.”24

Pendapat ini membuktikan bahwa guru selalu mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan pembelajaran di kelas. Tidak hanya terfokus pada satu sumber belajar saja, namun guru memaksimalkan dalam mencari referensi-referensi yang akan menunjang pengembangan materi pelajaran. Berbeda dengan informan lain yang menyatakan bahwa :

“Dalam mengembangkan materi pembelajaran, yang perlu disipkan terlebih dahulu yaitu melihat SKKD dari materi tersebut, baru kita

24


(24)

mengembangkannya di silabus dan RPP. RPP inilah yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Karena di dalamnya, saya sudah mengembangkan materi sedemikian rupa, dan setiap materi tersebut akan saya sampaikan kepada siswa melalui media dan metode yang benar dan sesuai perkembangan siswa. Artinya disesuaikan kemampuan siswa juga.”25

Dari kedua pendapat informan ini, semuanya benar. Dalam mengembangkan materi pelajaran, bisa dengan mengumpulkan referensi-referensi dari berbagai macam sumber belajar, dan selanjutnya guru bisa menuangkannya ke dalam RPP yang di dalamnya tercantum strategi pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Itulah data yang saya peroleh dari salah satu indikator kompetensi profesional. Dan guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung sudah memiliki indikator tersebut.

Untuk menguatkan data tersebut, saya berlanjut untuk meneliti indikator yang kedua yaitu memahami jenis-jenis materi pelajaran. Salah satu informan memberikan pendapatnya, yaitu :

“Kita sama tau, materi pelajaran PAI dibagi menjadi empat, yaitu akidah akhlak, SKI, Al-Quran Hadis, dan Fiqih. Oleh karena itu kita juga harus memahami jenis-jenis materi PAI tersebut. Kita harus benar-benar menguasai semua materinya. Dan dengan memahami, maka dengan mudah saya bisa menentukan metode yang akan saya gunakan. Misal pada materi fikih, selalu saya menggunakan metode demontrasi dan praktik. Percuma kalau dalam materi fikih, namun saya hanya menjelaskannya saja tanpa adanya praktik. Bagaimana siswa akan paham. Karena tujuan dari pelajaran fikih akan berlanjut pada sikap ibadahnya. Begitu pula dengan materi-materi yang lain. Guru PAI harus mampu menguasainya secara keseluruhan.”26

Dari pendapat informan tersebut juga sudah jelas bahwa salah satu indikator dari kompetensi profesional pada bagian memahami jenis-jenis materi pelajaran, sudah dilakukan oleh guru-guru PAI yang ada di SMKN 1

25

Insap Khotimah,S.Ag, wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 pada pukul 10:30-11:30 WIB

26


(25)

Bandung ini. Saya juga membuktikannya melaui observasi pembelajaran. Saat itu materi mengenai sholat jenazah yang dikategorikan pada bagian materi fikih. Disana saya lihat guru sudah mengajar dengan menggunakan metode demostrasi dan praktik. Awalnya guru mendemonstrasikan gerakan dan bacaan sholat jenazah kepada siswa. Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk bergantian mempraktekkan sholat jenazah di depan kelas. Hal ini membuktikan bahwa guru sudah mampu memilih metode yang sesuai dengan materi pelajarannya.

Observasi pembelajaran yang selanjutnya yaitu mengenai materi Al-Qur’an Hadis. Yang pada saat itu materinya yaitu tentang Asmaul Husna. Guru menggunakan metode pengulangan. Artinya guru mengucapkan satu persatu Asmaul Husna beserta artinya, kemudian siswa mengulanginya dengan berulang-ulang. Maka di akhir pelajaran, sedikit banyak siswa akan mengingatnya. Ini adalah tips agar siswa mampu menghafal dengan baik. Baru untuk penjelasannya guru menggunakan metode ceramah menggunakan media slide powerpoint.

Dari hasil wawancara dan observasi yang saya lakukan, guru PAI yang ada di sekolah ini sudah mampu dikatakan sebagai guru yang berkompeten pada kompetensi profesionalnya. Untuk menunjang lagi keprofesionalannya, guru-guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini sering ikut kegiatan workshop dan diklat sebagai wujud kesadaran mereka untuk menunjang kompetensi mereka. dan pastinya dalam kegiatan tersebut, guru-guru akan mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Di bawah ini ada macam


(26)

kegiatan yang selama ini telah diikuti oleh guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini.

Dari hasil penelitian ini dapat ditarikesmpulan bahwa :

1. Secara kompetensi professional, guru PAI di SMKN 1 Bandung sudah bergelar Sarjana, bahkan ada yang sudah Magister, dan bahkan ada yang merintis pendidikan Profesor nya sehingga wawasan keilmuannya sudah tidak diragukan lagi, dan secara kualifikasi akademik sudah mumpuni.

2. Guru PAI sudah mampu mengolah materi pembelajaran PAI sesuai dengan jenis materinya yaitu SKI,Fiqh, Al-Qur’an Hadis, dan Akidah Akhlaq yang dituangkan dengan pemilihan metode yang tepat.

3. Senantiasa belajar dan menambah wawasan keilmuannya dengan mengikuti berbagai macam kegiatan seminar di tingkat local maupun nasional.


(1)

Untuk data yang pertama saya peroleh dari seorang informan yang menyatakan bahwa :

“Guru PAI disini sosialnya juga sangat tinggi. Ada salah satu guru PAI disini yang setiap minggu mengisi acara di Masjid Jami’ Bandung sebagai pembicara. Beliau sudah terkenal di masyarakat luas sebagai dai. Selain itu juga setiap tahunnya guru PAI di sekolah ini secara rutin mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan, misalkan saja setiap tahun ada kegiatan pembagian zakat dan pembagian daging kurban, selain itu ada kegiatan santunan anak yatim. Program-program ini menjalin keakraban antar guru dengan masyarakat dan juga membawa manfaat bagi sekolah dan guru PAI

sendiri.”22

Dari apa yang disampaikan oleh informan di atas, berarti guru PAI disini juga sudah baik dalam kegiatan sosial. Apalagi dengan kegiatan sosial yang diadakan di sekolah yang mampu memberikan pembelajaran pula kepada siswa untu saling berbagi, menyisihkan sebagaian rezekinya untuk membantu orang lain, mempunyai rasa simpati dan empati. Dengan demikian kegiatan ini bisa ditiru oleh siswa. Memberikan pelajaran untuk esok saat dia sudah tidak belajar lagi di sekolah ini.

Disamping itu, guru juga tidak bisa sebatas melakukan komunikasi sosial di lingkungan sekolah saja. Namun, di masyarakat tempat tinggalnya juga butuh yang namanya komunikasi. Pengalaman kegiatan sosial di mayarakat tempat tinggal di sampaikan oleh seorang informan, yaitu :

“Kegiatan yang saya ikuti di lingkungan saya adalah muslimatan, yasinan, PKK, dan sebagainya. Kadang juga di acara muslimat itu saya sering mengisi acaranya. Karena itulah saya bisa menyampaikan beberapa ilmu dan pengalaman saya kepada mereka. kalau ada tetangga yang ada perlu, saya juga ikut membantu, kalau ada yang kesusahan, saya juga menjenguknya. Ya, biar nanti kalau ada apa-apa dengan kita, kita selalu ada yang membantu. Niscayalah,

kita adalah manusia sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.”23

22Qurrota A’yunina,S.Pd.I, M.Pd.,wawancara pada tanggal 15 Februari 2016 pada pukul 09:00-10:00 WIB

23


(2)

Dari semua data wawancara dengan beberapa informan di atas, maka dapat diambil benang merah, bahwa semua guru PAI sudah memliki semua indikator yang ada dalam kompetensi sosial. Jadi guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini sudah bisa dikatakan berkompeten dalam bidang sosialnya. Secara garis besarnya temuan penelitian tersebut adalah :

1. Guru mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif dengan sesame siswa, orang tua siswa, sesame guru, dan masyarakat sekitar.

2. Guru mampu bersosialisasi dengan masyarakat dengan cara menjadi pendakwah maupun pengurus muslimat.

3. Bersama-sama membuat program keagamaan sekolah dengan melibatkan masyarakat sekitar sekolah, yaitu dengan mengadakan acara pembagian daging kurban, santunan anak yatim setiap tahunnya.

4. Secara kompetensi social yang dimiliki guru PAI di SMKN 1 Bandung, mampu memberikan pembelajaran kepada siswa untuk menumbuhkan sikap social dan tak acuh begitu saja demgan orang yang membutuhkan.

4. Kompetensi Profesional Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran PAI di SMKN 1 Bandung

Pemaparan data pada bab ini akhirnya sampai pada kompetensi profesional. Yaitu sesuai dengan fokus penelitian yang ada di bagian pendahuluan, mencantumkan bahwa kompetensi keempat yang harus dimiliki


(3)

oleh guru PAI adalah kompetensi profesional. Seperti halnya kompetensi-kompetensi yang lainnya, kompetensi-kompetensi profesional juga mempunyai beberapa indikator. Bila diperhatikan sebenarnya ada kemiripan dengan kompetensi peadagogik. Namun tetap ada perbedaannya. Namun semua kompetensi itu saling berhubungan satu sama lain yang akan membentuk kualitas pembelajaran.

Terfokus pada kompetensi profesional, maka saya akan memaparkan hasil penelitian saya tentang kompetensi profesional guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini. Untuk mengawali penelitian ini, saya akan meneliti satu per satu dari indikator kompetensi profesional. Indikator yang pertama adalah cara gurudalam mengolah materi pembelajaran secara kreatif dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dimulai dari informan 1 yang menyatakan :

“Hal-hal yang saya lakukan dalam mengolah materi pembelajaran adalah,yaitu dengan membaca dulu materi-materi pembelajaran. Mencari dan mengembangkan materi dengan mencari referensi-referensi dari berbagai macam sumber belajar, bisa dari buku, maupun internet. Kemudian saya tuangkan dalam strategi pembelajarannya. Menentukan media dan metode yang cocok

dengan materi yang akan saya ajarkan.”24

Pendapat ini membuktikan bahwa guru selalu mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan pembelajaran di kelas. Tidak hanya terfokus pada satu sumber belajar saja, namun guru memaksimalkan dalam mencari referensi-referensi yang akan menunjang pengembangan materi pelajaran. Berbeda dengan informan lain yang menyatakan bahwa :

“Dalam mengembangkan materi pembelajaran, yang perlu disipkan terlebih dahulu yaitu melihat SKKD dari materi tersebut, baru kita

24


(4)

mengembangkannya di silabus dan RPP. RPP inilah yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Karena di dalamnya, saya sudah mengembangkan materi sedemikian rupa, dan setiap materi tersebut akan saya sampaikan kepada siswa melalui media dan metode yang benar dan sesuai perkembangan siswa. Artinya

disesuaikan kemampuan siswa juga.”25

Dari kedua pendapat informan ini, semuanya benar. Dalam mengembangkan materi pelajaran, bisa dengan mengumpulkan referensi-referensi dari berbagai macam sumber belajar, dan selanjutnya guru bisa menuangkannya ke dalam RPP yang di dalamnya tercantum strategi pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Itulah data yang saya peroleh dari salah satu indikator kompetensi profesional. Dan guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung sudah memiliki indikator tersebut.

Untuk menguatkan data tersebut, saya berlanjut untuk meneliti indikator yang kedua yaitu memahami jenis-jenis materi pelajaran. Salah satu informan memberikan pendapatnya, yaitu :

“Kita sama tau, materi pelajaran PAI dibagi menjadi empat, yaitu akidah akhlak, SKI, Al-Quran Hadis, dan Fiqih. Oleh karena itu kita juga harus memahami jenis-jenis materi PAI tersebut. Kita harus benar-benar menguasai semua materinya. Dan dengan memahami, maka dengan mudah saya bisa menentukan metode yang akan saya gunakan. Misal pada materi fikih, selalu saya menggunakan metode demontrasi dan praktik. Percuma kalau dalam materi fikih, namun saya hanya menjelaskannya saja tanpa adanya praktik. Bagaimana siswa akan paham. Karena tujuan dari pelajaran fikih akan berlanjut pada sikap ibadahnya. Begitu pula dengan materi-materi yang lain.

Guru PAI harus mampu menguasainya secara keseluruhan.”26

Dari pendapat informan tersebut juga sudah jelas bahwa salah satu indikator dari kompetensi profesional pada bagian memahami jenis-jenis materi pelajaran, sudah dilakukan oleh guru-guru PAI yang ada di SMKN 1

25

Insap Khotimah,S.Ag, wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 pada pukul 10:30-11:30 WIB 26


(5)

Bandung ini. Saya juga membuktikannya melaui observasi pembelajaran. Saat itu materi mengenai sholat jenazah yang dikategorikan pada bagian materi fikih. Disana saya lihat guru sudah mengajar dengan menggunakan metode demostrasi dan praktik. Awalnya guru mendemonstrasikan gerakan dan bacaan sholat jenazah kepada siswa. Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk bergantian mempraktekkan sholat jenazah di depan kelas. Hal ini membuktikan bahwa guru sudah mampu memilih metode yang sesuai dengan materi pelajarannya.

Observasi pembelajaran yang selanjutnya yaitu mengenai materi Al-Qur’an Hadis. Yang pada saat itu materinya yaitu tentang Asmaul Husna. Guru menggunakan metode pengulangan. Artinya guru mengucapkan satu persatu Asmaul Husna beserta artinya, kemudian siswa mengulanginya dengan berulang-ulang. Maka di akhir pelajaran, sedikit banyak siswa akan mengingatnya. Ini adalah tips agar siswa mampu menghafal dengan baik. Baru untuk penjelasannya guru menggunakan metode ceramah menggunakan media slide powerpoint.

Dari hasil wawancara dan observasi yang saya lakukan, guru PAI yang ada di sekolah ini sudah mampu dikatakan sebagai guru yang berkompeten pada kompetensi profesionalnya. Untuk menunjang lagi keprofesionalannya, guru-guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini sering ikut kegiatan workshop dan diklat sebagai wujud kesadaran mereka untuk menunjang kompetensi mereka. dan pastinya dalam kegiatan tersebut, guru-guru akan mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Di bawah ini ada macam


(6)

kegiatan yang selama ini telah diikuti oleh guru PAI yang ada di SMKN 1 Bandung ini.

Dari hasil penelitian ini dapat ditarikesmpulan bahwa :

1. Secara kompetensi professional, guru PAI di SMKN 1 Bandung sudah bergelar Sarjana, bahkan ada yang sudah Magister, dan bahkan ada yang merintis pendidikan Profesor nya sehingga wawasan keilmuannya sudah tidak diragukan lagi, dan secara kualifikasi akademik sudah mumpuni.

2. Guru PAI sudah mampu mengolah materi pembelajaran PAI sesuai dengan jenis materinya yaitu SKI,Fiqh, Al-Qur’an Hadis, dan Akidah Akhlaq yang dituangkan dengan pemilihan metode yang tepat.

3. Senantiasa belajar dan menambah wawasan keilmuannya dengan mengikuti berbagai macam kegiatan seminar di tingkat local maupun nasional.


Dokumen yang terkait

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DI SMKN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 45

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 15

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

KOMPETENSI GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI SMKN 1 BANDUNG-TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 20

KREATIVITAS GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMK SIANG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 19

KREATIVITAS GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMK SIANG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 12