05 penjas adapted bagi tuna daksa ok

Oleh
Erwin Setyo Kriswanto
erwin_sk@uny.ac.id

PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

 Tunadaksa

adalah suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang,
otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
 Tunadaksa adalah suatu keadaan cacat tubuh, cacat anggota
badan atau cacat ortopedik sehingga penyandang cacat ini
terlihat kelainan bentuk tubuh, anggota atau otot,
berkurangnya kemampuan fungsi tulang otot sendi maupun
saraf-sarafnya.
Dari uraian di atas didapatkan kesimpulan, bahwa tunadaksa

merupakan suatu kerusakan atau gangguan pada fungsi
motorik seseorang akibat kerusakan pada tulang atau otot
yang mengurangi kapasitas normal individu untuk bergerak
dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Menurut Koening (dalam Soemantri, 2006)
 Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan
yang merupakan keturunan.
 Kerusakan pada waktu kelahiran
 Infeksi
 Kondisi traumatik
Menurut Mangunsong (1998), tunadaksa dibagi
menurut
tingkat kerusakan,yaitu :
 Cacat ringan
 Cacat sedang
 Cacat berat

A. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang
merupakan keturunan

1. Club foot ( kaki seperti tongkat)
2. Club hand (tangan seperti tongkat)
3. Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing
tangan atau kaki)
4. Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menermpel satu
dengan yang lainnya)
5. Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai
dimuka)
6. Spina bifida ( sebagian sumsum tulang belakang tidak
tertutup)

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

16.

Cretinism (kerdil/katai)
Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal)
Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)
Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)
Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)
Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian
paha)
Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa
anggota tertentu)
Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang)
Coxa valga (gangguan pad sendi paha)
Sypillis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit
syphilis)

B. Kerusakan pada waktu kelahiran
1. Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)
2. Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)
B. Infeksi

1. Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga
menjadi kaku)
2. Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang
belakang akibat bakteri)
3. Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)
4. Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang)
5. Still’s disease ( radang pada tulang)
6. Tuberculosis pada lutut atau paha.0

C. Kondisi traumatic atau kerusakan traumatic
1. Amputasi
2. Kecelakaan akibat luka bakar
3. Patah tulang
D.
1.
2.

Tumor
Oxoxtosis ( tumor tulang )
Osteosis fibrosa cystic ( kista yang berisi cairan)


E. Kondisi-kondisi lainnya
1. flatfeet (telapak kaki rata)
2. kyphosis ( bagian belakang sumsum
tulang belakang yang cekung)
3. Lordosis ( bagian muka sumsum tulang
belakang yang cekung)
4. Perthe’s disease (sendi paha rusak)
5. Ricket (tulang lunak karena nutrisi)
6. Scilosis (tulang belakang berputar, bahu
dan paha miring)

1. Kelainan pada sistem serebral (Cerebral

System)
Klasifikasi Cerebral Palsy
a. Derajat Kecacatan
1) golongan ringan,
2) golongan sedang,
3) golongan berat.


b. Tipograpi/banyaknya anggota badan yang cacat
1)

Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh
misalnya kaki kiri, sedangkan kaki kanan dan keduanya
tangannya normal.

2)

Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada
sisi yang sama, misalnya tangan dan kaki kanan , atau
tangan kiri dan kaki kiri.

3)

Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.

4)


Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki
kanan dan kiri(paraple-gia)

5)

Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan,
misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau
tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

6)

Quadriplegia, kelumpuhan seluruh anggota geraknya.
Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya.
Quadriplegia bisa juga disebut triplegia

c. Fisiologi kelainan geraknya.
1) Spastik : Tipe ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun
seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan
digerakkan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan

ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan
itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan
tenang, gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya
anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan
yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang
normal bahkan ada yang diatas normal.
2) Athetoid : Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau
kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan dengan
mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem
gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol
dan koordinasi gerak.

3) Ataxia : Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan

kehilangan keseimbangan,. Kekakuan memang tidak
tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu
berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini
terletak pada sistem koordinasi dan pusat
keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe
ini mengalami gangguan dalam kehidupan seharihari, misalnya pada saat makan mulut terkatup

terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan
sampai ujung mulut.
4) Tremor : Gejala yang tampak jelas pada tipe ini
adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan
kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga
tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu
dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.

5) Rigid : Pada tipe ini didapat kekakuan otot,

tetapi tidak seperti pada tipe spastik,
gerakannya tampak tidak ada keluwesan,
gerakan mekanik lebih tampak.
6) Tipe Campuran : Pada tipe ini seorang anak
menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna
CP sehingga akibatnya lebih berat bila
dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki
satu jenis/tipe kecacatan.

2. kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus

Skeletal System)
a) Poliomylitis.
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot
sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah,
peradangan akibat virus polio yang menyerang
sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun
sampai 6 (enam) tahun.
b) Muscle Dystrophy.
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot.
Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya
progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua
tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan
kedua kakinya.

 Faktor yang timbul sebelum kelahiran

1)
2)
3)

4)
5)

Faktor keturunan
Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan
Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak
Pendarahan pada waktu kehamilan
Keguguran yang dialami ibu

 Faktor yang timbul saat kelahiran

1) Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran (seperti tabung,
vacuum) yang tidak
lancar
2) Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran
 Faktor yang timbul sesudah kelahiran

1) Infeksi
2) Trauma
3) Tumor

1. Pengembangan intelektual dan akademik,
2. Membantu perkembangan fisik,
3. Meningkatkan perkembangan emosi dan
4.
5.
6.
7.

penerimaan diri anak,
Mematangkan aspek sosial,
Mematangkan moral dan spiritual,
Meningkatkan ekspresi diri,
Mempersiapkan masa depan anak.

Pendidikan jasmani khusus untuk anak

tunadaksa, harus dapat dipilih sesuai dengan
kondisi fisik anak tunadaksa. Pemilihan
tersebut bersifat individual, meskipun tidak
menutup kemungkinan penyelenggaraan
secara klasikal, selama kondisinya dapat
disamakan.
Program pembelajaran permainan tradisional
untuk tunadaksa tergantung dari hasil tes
kemampuan geraknya, keinginan untuk
bergerak, untuk meningkatkan fungsi gerak
dan meningkatkan persepsi anak tunadaksa
terhadap pola hidup sehat.

 Model pembelajaran pendidikan jasmani khusus untuk

anak tunadaksa harus mendasarkan pada :
1. pengurangan beban ketunaannya,
2. menjadwalkan kegiatannya pada pagi hari,
3. ruangan sumber belajar yang menopang
kebutuhannya,
4. saat istirahat yang dibutuhkan,
5. modifikasi berbagai macam jenis permainan,
6. tutorial oleh rekannya atau partnernya,
7. konseling,
8. ekkstra waktu untuk kesempatan mencatat,
9. waktu untuk mengevaluasi.