85.PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI DESA SENDANG AGUNGKABUPATEN SLEMAN
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI DESA SENDANG AGUNG
KABUPATEN SLEMAN2
Jaka Sriyana1, Arif Rachman2, Muhammad Bambang Subekti3
1
Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Akuntansi, Universitas Islam Indonesia
3
Pusat Penelitian Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini memaparkan hasil pelaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM)
dalam bentuk program pengembangan kerajinan bambu di Dusun Sendang Agung, Kecmatan
Minggir, Kabupaten Sleman. Analisis permasalahan dilakukan dengan pendekatan SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Hasil dari analisis SWOT dihasilkan rekomendasi
prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana prasarana, kelembagaan dan pemasaran. Pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan
pengembangan desa wisata kerajinan bambu Desa Brajan dalam mendukung keberlanjutan
kerajinan anyaman bambu ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pendampingan untuk
mendukung pengembangan desa wisata di Dusun Brajan.
Kata kunci: kerajinan, bambu Desa Brajan
ABSTRACT
This article describes the results of implementing community service activities (PKM) in the
form of bamboo handicraft development program in the hamlet of Spring Court, Kecmatan Minggir,
Sleman. Analysis of the issue carried out by the approach of SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity and Threat). The results of the SWOT analysis is generated on program priorities based
on each aspects, namely human resources, infrastructure, institutional and marketing. The
implementation of development assistance PPM bamboo craft village tourism village Brajan in
supporting the sustainability of woven bamboo crafts can be followed up with assistance activities
to support the development of rural tourism in the hamlet Brajan.
Keywords: Move aside, handicrafts, bamboo village Brajan
LATAR BELAKANG
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah untuk merombak
dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem pemerintahan ke arah desentralisasi
(otonomi daerah). Dengan desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan
kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota. Dalam rangka
mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah membuat kebijakan yang dituangkan
dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan. Berdasarkan peraturan tersebut Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi
2
Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja NyataProgram Pemberdayaan Masyarakat) yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat (DRPM),
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2016 berdasarkan Surat Tugas Nomor: 006/STRek/80/DPPM/KKN PPM-KEMENRISTEKDIKTI/III/2016.
85
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
wewenang melakukan berbagai upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk
mengimplementasikan berbagai program pengentasan kemiskinan, termasuk melibatkan sektor
keuangan dan koperasi (Situmorang, 2007). Program-program pengentasan kemiskinan yang
diimplementasikan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas
kesempatan kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat terus berkurang secara simultan
(Burhan, 2004; Syafi’i, 2011). Di beberapa daerah upaya yang telah dilakukan Pemerintah
(Pusat dan Daerah) telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin (Yulianto, 2005). Namun
diakui pula, di sisi lainnya, sebagai akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional dan
berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula menciptakan kantong-kantong
kemiskinan baru (Pattinama, 2009).
Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia terus mengupayakan
percepatan pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan pada
konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu pemberdayaan masyarakat berbasis
UMKM. Demi suksesnya percepatan penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional dan
lokal, program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan pemerintah daerah
diintegrasikan dengan program-program nasional dalam Pemberdayaan Masyarakat
(Sahudiyono, 2009). Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen Pemerintah guna membangun
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Desa Wisata Kerajinan Bambu Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sleman yang memiliki potensi
industri karena beberapa pengusaha industri kerajinan bambu tersentra di daerah tersebut.
Sejalan dengan kegiatan pendampingan permasalahan baru muncul berkaitan dengan
permodalan usaha di karenakan sistem bayar dari pemesan yang menggunakan sistem termin
sehingga mengakibatkan perajin harus memiliki uang lebih dalam menunjang usahanya
tersebut. Oleh karena itu perlu dilaksanakan program pengembangan kerajinan bambu dalam
bentuk pengabidan kepada masyarakat (PKM) ini.
PERMASALAHAN
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu tujuan wisata utama di
Indonesia selain Bali dan Jakarta. Dalam perkembangannya para wisatawan dalam menikmati
objek wisata tidak semata-mata menikmati keramaian dan keindahan artificial tetapi banyak
yang ingin menikmati suasana kehidupan di pedesaan yang masih alami dengan berbagai
keindahan alam, keramah-tamahan penduduk, ketenangan dan menikmati nilai-nilai budaya
pedesaan.
86
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
Sejalan dengan dinamika, perubahan perkembangan pariwisata tersebut, maka
pengembangan pariwisata saat ini mengarah pada pengembangan desa wisata. Desa wisata di
wujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakat yang menonjolkan keaslian
identitas atau ciri khas daerah seperti keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan
tersebut.
Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan desa sentra industri bambu yang sedang berkembang menjadi desa
wisata. Lokasi dusun di Desa Sendangagung meliputi Dusun Brajan, Diro, Kwayuhan, dan
Saidan. Wilayah tersebut merupakan sentra produksi kerajinan anyaman bambu. Dusun Brajan
merupakan wilyah sentra kerajinan anyaman bambu terbesar di Desa Sendangagung, karena 80
% penduduknya merupakan perajin. Sedangkan 3 wilayah dusun lainnya yaitu Dusun Diro,
Kwayuhan, dan Sayidan merupakan dusun yang memenuhi permintaan pesanan dari Dusun
Brajan. Adanya potensi kerajinan anyaman bambu tersebut maka pada tahun 2002 Dusun
Brajan ditetapkan sebagai desa wisata kerajinan oleh pemerintah Kabupaten Sleman.
Kemampuan kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan di dapatkan dari warisan yang
turun temurun. Produksi kerajinan bambu di wilayah Dusun Brajan mulai berkembang pada
tahun 1985 dengan produksi kerajinan berupa besek dan ceting . Saat ini terdapat 15 UKM di
Dusun Brajan , 3 UKM di Dusun Diro, 1 UKM di Dusun Kwayuhan, dan 1 UKM di Dusun
Saidan. Produk yang dihasilkan antara lain : tempat tisu, besek, tempat pinsil, kap lampu,
placemet, tempat buah dll. Pasar produk kerajinan dusun Brajan selain lokal seperti,
Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Sumatera dan Jakarta juga telah mencapai pasar internasional
seperti Malaysia, Belanda, Italia, Jerman, Jepang dll.
Luas desa wisata Dusun Brajan seluas + 34 ha yang terdiri dari 3 Rukun Warga (RW) dan
6 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk dusun ini 663 jiwa yang tergabung dalam 185
Kepala Keluarga. Jumlah penduduk laki-laki adalah 348 jiwa dan perempuan adalah 315.
Penduduk yang beragama Islam sejumlah 371 jiwa sedangkan yang beragama Kristen Katolik
sejumlah 292 jiwa.
Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan pada tahun 2014 di
dominasi oleh wisata lokal yang berasal dari sekitar Desa Sendangagung, berikut jumlah
kunjungan wisata ke Desa Wisata Dusun Brajan pada tahun 2014.
Stagnasi pengembangan desa wisata kerajinan anyaman bambu di desa wisata Dusun
Brajan merupakan akibat dari berbagai faktor yang terus terjadi dalam jangka panjang.
Sehingga memunculkan berbagai permaslahan sebagai berikut:
87
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
1) Sumber daya pengelola merupakan perajin
Pengelola desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan merupakan perajin yang
memiliki kegiatan rutinitas sebagai perajin, akibatnya pengembangan desa wisata tidak
terurus dan di biarkan saja tanpa adanya perencanaan dan program wisata yang jelas. Di
sisi lain sumber daya manusia memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing, dan
lemahnya pemasaran
2) Keterlibatan generasi muda sangat minim
Generasi muda tidak terlibat aktif dalam pengembangan desa wisata, hal tersebut akibat
dari kurang sadarnya generasi muda dan ketertarikan generasi muda dalam pengembangan
desa wisata
3) Rendahnya peran masyarakat dalam mendukung desa wisata
Masyarakat perajin belum memiliki kesadaran akan keberadaan desa wisata, karena selama
ini kunjungan wisata hanya di terima di rumah kepala dusun. Penginapan hanya ada 3
rumah yang semuanya merupakan pengelola desa wisata.
4) Minimnya sarana dan Prasarana desa wisata
Sarana penunjang desa wisata sangat terbatas hal tersebut akibat dari ketiadaan
perencanaan dalam bentuk masterplan desa wisata sebagai upaya pengembangan sarana
dan prasana yang terencana dalam jangka pendek dan panjang melalui usulan dana desa.
5) Kelembagaan Desa Wisata belum terkelola dengan baik
Kelembagaan desa wisata belum memiliki tata kelola yang baik, hal tersebut akibat dari
faktor lembaga yang disusun secara parsial dan tidak adanya kemampuan pengelola dalam
pengembangan desa wisata. Lembaga belum memiliki sumber daya manusia yang mampu
mengelola pemasaran desa wisata baik secara manual maupun online.
METODE ANALISIS
Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan
strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersama-sama dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan
demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri
atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini (Suharto, 2010;
88
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
Wardhani, 2010). Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model
diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:
5) Menentukan faktor-faktor strategi eksternal
Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan
eksternal perusahaan dengan kegiatnnya seperti analisis terhadap competitor, analisis
terhadap nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan
sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi
perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun
faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS (Eksternal Strategic Factors
Analysis Summary).
6) Menentukan faktor strategi internal
Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti
sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi
internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS (Internal
Strategic Factors Analysis Summary).
7) Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik
SWOT.
Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan
kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik
SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah:
e)
Dalam sel opportunities (O) buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus
mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
f)
Dalam sel Treats (T) buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi
perusahaan.
g) Dalam sel Strengths (S) buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini
maupun masa mendatang.
h) Dalam sel Weakness (W) susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan.
8) Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT
Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan
kombinasi keempat faktor tersebut.
e)
Strategi SO
89
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat
dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
f)
Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur
ancaman.
g) Strategi WO
Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
h) Strategi WT
Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan
yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT
IFAS
STRENGTHS (S)
WEAKNESS (W)
Tentukan faktor-faktor kelemahan
Tentukan 5-10 faktor-
EFAS
internal
faktor kekuatan internal
OPPORTUNITIES
STRATEGI SO
STRATEGI WO
(O)
Ciptakan strategi yang menggunakan
Ciptakan strategi yang
Tentukan
faktor kekuatan untuk memanfaatkan
peluang eksternal
peluang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
TREATHS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Tentukan faktor
Ciptakan strategi yang menggunakan
Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal
kekuatan untuk mengatasi ancaman
meminimalkan
kelemahan-kelemahan dan
menghindari peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1,
dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut.
90
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
Tabel 2. Hasil Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Peluang (O)
Terbukanya pasar ekspor dan
pertumbuhan pasar domestik
Peningkatan permintaan
produk yang variatif dan
berorientasi kualitas
Kekuatan (S)
SDM
memiliki
keterbatasan
dalam
menggali potensi yang
ada dalam mendukung
atraksi wisata
SDM
memiliki
keterbatasan
dalam
melakukan perencanaan
dan
pengembangan
wisata
Keterbatasan generasi
muda
dalam
mengembangkan desa
wisata
SDM didominasi oleh
perajin
sehingga
wawasan pengembangan
wisata terbatas
SDM perajin saat ini
merupakan generasi
terakhir sehingga sangat
mengancam keberadaan
desa wisata di Dusun
Brajan
Strategi S-O
1. Pendampingan
pemetaan potensi desa
wisata
2. Pendampingan
Penyusunan
rencana
pengembangan
desa
wisata
3. Pendampingan motivasi
generasi muda dalam
pengembangan
desa
wisata
4. Melibatkan
generasi
muda dan kaderisasi
dalam pengurusan desa
wisata
Kelemahan (W)
Pemasaran
bersifat
konfensional
Sarana
web,
blog
pemasaran
yang
difasilitasi
dinas
pariwisata
tidak
terkelola
dan
termanfaatkan dengan
baik
Belum adanya media
pemasaran melalui
handphone
Kelembagaan
terbentuk secara parsial
Kelembagaan
desa
wisata belum terkelola
dengan baik terutama
dari segi manajemen
dan keuangan
Kelembagaan terdiri
dari unsur anggota
yang kurang
mengetahui tentang
sadar wisata
Strategi W-O
1. Membentuk
kepengurusan
lembaga
berbasis
entrepreneur dan sadar
wisata
2. Pendampingan
kelembagaan berbasis
manajemen
dan
keuangan
3. Optimalisasi
SDM
berwawasan wisata
91
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
Ancaman (T)
Tidak adanya peta kawasan
wisata
Tidak adanya masterplan
pengembangan sarana dan
prasarana
Tidak
adanya
sarana
informasi wisata kerajinan
yang baik
Strategi S-T
4. Terciptanya media iklan
melalui hand phone
5. Pembuatan peta desa
wisata
6. Pembuatan perencanaan
dalam
bentuk
masterplan
7. Membentuk
sarana
informasi wisata.
Strategi W-T
4. Meningkatkan
pemasaran
melalui
media online
5. Pendampingan
peningkatan
skill
generasi muda dalam
mengelola pemasaran
6. Perbaikan
media
online
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat
dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran (Tabel 3).
Tabel 3. Prioritas kegiatan program PKM pengembangan desa wisata di Dusun Brajan
No
Aspek
Permasalahan
1.
Sumber daya
1.
manusia
Prioritas program
SDM memiliki keterbatasan 1. Pendampingan pemetaan
dalam menggali potensi yang
potensi desa wisata
ada dalam mendukung atraksi 2. Pendampingan
2.
wisata
Penyusunan
SDM memiliki keterbatasan
pengembangan
dalam melakukan perencanaan
wisata
dan pengembangan wisata
3.
4.
Keterbatasan generasi
generasi
muda
pengembangan
wisata
wisata
SDM didominasi oleh perajin 4. Melibatkan
wawasan
desa
3. Pendampingan motivasi
dalam mengembangkan desa
sehingga
5.
muda
rencana
muda
dan
dalam
desa
generasi
kaderisasi
pengembangan wisata terbatas
dalam pengurusan desa
SDM perajin saat ini merupakan
wisata
generasi
terakhir
sehingga
sangat mengancam keberadaan
desa wisata di Dusun Brajan
2.
Sarana dan
Prasarana
92
1.
Tidak adanya peta kawasan 1. Pembuatan
wisata
wisata
peta
desa
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
2.
Tidak
adanya
pengembangan
masterplan 2. Pembuatan perencanaan
sarana
dan
prasarana
3.
dalam bentuk masterplan
3. Membentuk
Tidak adanya sarana informasi
sarana
informasi wisata.
wisata kerajinan yang baik
3.
Kelembagaan 1.
Kelembagaan terbentuk secara 4. Membentuk
parsial
2.
kepengurusan
Kelembagaan
desa
wisata
belum terkelola dengan baik
lembaga
berbasis entrepreneur dan
sadar wisata
terutama dari segi manajemen 5. Pendampingan
3.
dan keuangan
kelembagaan
Kelembagaan terdiri dari unsur
manajemen
anggota
keuangan
mengetahui
yang
kurang
tentang
sadar 6. Optimalisasi
Pemasaran
dan
SDM
berwawasan wisata
wisata
4.
berbasis
1. Pemasaran bersifat konfensional 4. Meningkatkan pemasaran
2. Sarana web, blog pemasaran
melalui media online
yang difasilitasi dinas pariwisata 5. Pendampingan
tidak
terkelola
dan
termanfaatkan dengan baik
3. Belum adanya media pemasaran
melalui handphone
peningkatan
generasi
muda
skill
dalam
mengelola pemasaran
6. Perbaikan media online
7. Terciptanya media iklan
melalui handphone
Pelaksanaan Program
Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya
program dapat berkelanjutan adalah dengan kaderisasi, pelatihan, pendampingan, studi
lapangan, dan implementasi
Profil Mitra kerjasama
Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan
jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan
93
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki
komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu :
1)
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman
Melalui bidang perindustrian yang mengelola usaha kecil di Kabupaten Sleman, Dinas
memiliki andil yang cukup besar dalam mendukung keberlanjutan program
melalui dana-dana pelatihan dan pengadaan alat produksi
2)
Pemerintah Desa Sendangagung, dan perangkat Dusun.
Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah
dianggarkan dalam musrenbang Desa Sendanagung di bidang ekonomi sehingga dapat
mensuport pengembangan dan keberlanjutan kerajinan anyaman bambu
Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: (1) Perangkat Desa dan Dusun
mulai dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RW/RT, Lembaga Desa; (2)
Kelompok
Pemuda karangTaruna; (3) Kumpulan bapak-bapak, (4) PKK ; (5)
Kelompok pengelola desa wisata
Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan
kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:
4) Persiapan dan Pembekalan
c)
Sosialisasi ke masayarakat penguna program
d) Persiapan dan pembekalan
5) Pelaksanaan kegiatan
a)
Pendampingan perencananaan kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi
masyarakat
b) Pendampingan pemetaan potensi ekonomi desa
c)
Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
d) Pendampingan kelembagaan desa wisata
e)
Pendampingan pemasaran melalui media online dan handphone
Tabel 3. Rincian kegiatan PPM
No
Nama Pekerjaaan
1.
Pendampingan perencananaan kawasan Peningkatan
wisata
yang
terintegrasi
Program Prioritas
Kapasitas
kelompok
berbasis masyarakat dalam menggali potensi dusun
partisipasi masyarakat dan potensi lokal
melalui survai dusun sendiri
2.
Pendampingan pemetaan potensi wilayah Peningkatan
kapasitas
kelompok
masyarakat dalam melakukan pemetaan
94
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
wilayah
3.
Pendampingan pemetaan ekonomi desa 1) Peningkatan
wisata
kapasitas
kelompok
masyarakat dalam pembuatan peta
ekonomi desa
2) Desain dan cetak potensi ekonomi
desa
4.
Pendampingan penguatan sumber daya Peningkatan kapasitas SDM berwawasan
manusia berwawasan sadar wisata
5.
sadar wisata
Pendampingan kelembagaan desa wisata Perbaikan kepengurusan pengelola desa
wisata
7.
Pendampingan pemasaran melalui media Peningkatan pemasaran melalui media
online dan handphone
online dan handphone
1) Pembuatan vidio iklan
2) Pelatihan komunikasi
3) Perbaikan media online Web
10
Seminar Hasil PKM
Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke
pihak terkait
Tahapan Realisasi Program
Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi
program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk
terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan
dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau
membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.
1) Pendampingan perencananaan pengembangan kawasan wisata yang terintegrasi
berbasis partisipasi masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan PKM dalam membuat perencanaan pengembangan desa
wisata dengan melibatkan peran masyarakat dan perangkat desa dengan luaran program
berupa masterplan pengembangan desa wisata dan vidio perencanaan. Perencaaan yang
dilakukan dalam kegiatan ini terbagi atas 5 perencaaan yang meliputti perencanaan aula,
kolam, outbond, photoboth dan showroom.
Showroom di Dusun Brajan tata kelolanya belum tertata dengan baik, akibatnya wisatawan
yang berkunjung hanya tertuju di satu titik showroom di tempat Bapak Dukuh sehingga
95
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
berakibat tidak adanya pemerataan pendapatan dan seringkali menimbulkan konflik.Hal
tersebut akibat dari akses jangkauan yang paling mudah dikunjungi bertempat di tempat
pak Dukuh. Dengan adanya perencanaan Showroom yang terintegrasi diharapkan perajin
dapat bersama-sama menjual kerajinannya.
2) Perencanaan penataan kolam
Keberadaan kolam ikan yang di miliki oleh kelompok ikan dapat menjadikan daya tarik
tambahan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan. Kolam ikan dapat menjadi
alternatif wisata berupa memancing atau menangkap ikan.
3) Pendampingan Pemetaan potensi Desa Wisata
Desa wisata Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir belum memiliki
pemetaan potensi desa wisata yang di miliki. Keterbatasan sumber daya manusia dalam
melakukan pemetaan potensi ekonomi desa ini menjadikan desa wisata di Dusun Brajan
hanya di dominasi oleh wisata edukasi pembuatan kerajinan anyaman bambu. Berdasarkan
permasalahan tersebut wisatawan banyak mengeluh ke pengelola desa wisata untuk
diadakan kegiatan wisata yang lain. (Hasil pemetaan terlampir)
4) Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
Masyarakat Desa wisata di Dusun Brajan Desa Sendangagung belum memiliki kemampuan
dalam sadar wisata. Penetapan desa wisata karena adanya faktor potensi yang dimiliki
berupa kerajinan anyaman bambu tanpa memperkuat sumber daya manusia yang ada.
Sehingga berakibat kurang optimalisasi masyarakat dalam menerima kunjungan. Faktor
lainnya adalah dengan rendahnya pengetahuan masayarakat tentang sadar wisata
mengakibatkan pengelolaan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari hasil
kerajinan tidak termanfaatkan dan di buang dengan baik, sehingga terkesan kumuh dan
menganggu wisatawan. Pendampingan yang dilakukan dalam pelaksanaan PKM ini berupa
studi banding ke desa wisata Sukunan.
5) Pendampingan kelembagaan desa wisata
Kelembagaan pengurus desa wisata di Dusun Brajan tersusun secara parsial dan tidak
adanya peran generasi muda dalam pengurusan desa wisata. Mayoritas pengelola
merupakan perajin sehingga dalam mengurus desa wisata berjalan stagnant. Desa wisata
kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan jika dikelola dengan baik akan dapat
menambah perekonomian warga masyarayakat di Dusun Brajan dan Desa Sendangagung.
Keterlibatan generasi muda dilibatkan dalam bidang promosi.(Bagan struktur pengurus
terlampir)
96
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
6) Pendampingan pemasaran melalui media online dan Handphone
Dusun Brajan menjadi desa yang bisa melakukan kegiatan berupa pemasaran melalui
media online. Dalam pelaksanaan PKM ini dilakukan perbaikan media online pemasaran
desa wisata. Hal tersebut dikarenakan konten yang ada di media online masih konten lama
dan belum dilakukan pembaharuan atau penambahan data. Di samping kegiatan tersebut
melalui PKM ini mahasiswa melakukan pembuatan iklan tentang desa wisata di dusun
Brajan dengan durasi waktu satu menit yang dapat dipublikasikan melalui media whatsaap
sehingga memudahkan dalam meningkatkan pemasaran. Media ini digunakan dikarenakan
saat ini whatsapp sudah sangat umum dimiliki oleh setiap orang yang memiliki handphone
android.
7) Pengukuhan Sentra Bambu Brajan
Perencanaan pengembangan desa wisata di Dusun Brajan mendapatkan respon positif dari
pemerintah Kabupaten Sleman dengan di kukuhnya Dusun Brajan sebagai satu-satunya
sentra bambu di Kabupaten Sleman pada tanggal 26 September 2016 oleh Bupati
Kabupaten Sleman yang saat penyerahan di wakilkan oleh wakil bupati.
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan laporan kegiatan kemajuan pendampingan pengembangan desa
wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa
Sendangagung Sleman ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
4) Pelaksanaan PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa, Dinas
Perindutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman dan UKM kerajinan anyaman
bambu dan pengelola desa wisata.
5) Hasil dari perencanaan /masterplan di gunakan sebagai usulan dana desa pada tahun 2017
6) Kegiatan PKM ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan pelaksanaan PKM pada
periode berikutnya dengan program pendampingan realisasi program
Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan
dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa Sendangagung Sleman ini
dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan ke masyarakat supaya hasil luaran yang
dihasilkan dari kegiatan ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk pengembangan desa wisata
di Dusun Brajan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat
(DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
97
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja NyataProgram Pemberdayaan Masyarakat) ini.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, R.N., (2004), “Grameen Bank sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi
Kasus Penerapan Metode Grameen Bank Oleh BPR Persahabatan di Desa Cibarusah
Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi)”. Tesis tidak dipublikasikan, Universitas
Indonesia Jakarta.
Pattinama, M. J., (2009), Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau
Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat), Jurnal Makara Sosial Humaniora , 13 (1), 1-12.
Safi’i, M., (2011), Ampih Kemiskinan; Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam
Perspektif Teori dan Praktik, Cet. ke-1, Averroes Press: Malang.
Sahudiyono (2009), Memberdayakan Masyarakat Pesisir dengan Pendekatan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Jurnal Riset Daerah BAPEDA
Bantul, 7(3), 1169-1189.
Situmorang, J., (2007), Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga
Keuangan Alternatif, Jurnal Infokop, 2, 24-35.
Suharto, E., (2010), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Cet. ke-4, PT Refika Aditama:
Bandung.
Wardhani, I.M., (2010), Evaluasi Program Community Development Mengentaskan
Kemiskinan (CD-MK) di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2009 (Study Kasus Desa
Bangunharjo dan Desa Timbulharjo)”, Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yulianto, T., (2005), Fenomena Program-Program Pengetasan Kemiskinan di Kabupaten
Klaten (Studi Kasus di Desa Jotangan Kecamatan Bayat), Tesis tidak dipublikasikan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
http://www.ampta.ac.id/desa-wisata#.VUMkUtw0FVg diakses 28 Juli 2016
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-14009-Chapter1.pdf-98671.pdf diakses 28
Juli 2016
http://catatanpamong.blogspot.com/2014/01/undang-undang-no-6-tahun-2014tentang.html diakses 28
98
Yogyakarta, 30 November 2016
PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI DESA SENDANG AGUNG
KABUPATEN SLEMAN2
Jaka Sriyana1, Arif Rachman2, Muhammad Bambang Subekti3
1
Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Akuntansi, Universitas Islam Indonesia
3
Pusat Penelitian Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini memaparkan hasil pelaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM)
dalam bentuk program pengembangan kerajinan bambu di Dusun Sendang Agung, Kecmatan
Minggir, Kabupaten Sleman. Analisis permasalahan dilakukan dengan pendekatan SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Hasil dari analisis SWOT dihasilkan rekomendasi
prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana prasarana, kelembagaan dan pemasaran. Pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan
pengembangan desa wisata kerajinan bambu Desa Brajan dalam mendukung keberlanjutan
kerajinan anyaman bambu ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pendampingan untuk
mendukung pengembangan desa wisata di Dusun Brajan.
Kata kunci: kerajinan, bambu Desa Brajan
ABSTRACT
This article describes the results of implementing community service activities (PKM) in the
form of bamboo handicraft development program in the hamlet of Spring Court, Kecmatan Minggir,
Sleman. Analysis of the issue carried out by the approach of SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity and Threat). The results of the SWOT analysis is generated on program priorities based
on each aspects, namely human resources, infrastructure, institutional and marketing. The
implementation of development assistance PPM bamboo craft village tourism village Brajan in
supporting the sustainability of woven bamboo crafts can be followed up with assistance activities
to support the development of rural tourism in the hamlet Brajan.
Keywords: Move aside, handicrafts, bamboo village Brajan
LATAR BELAKANG
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah untuk merombak
dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem pemerintahan ke arah desentralisasi
(otonomi daerah). Dengan desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan
kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota. Dalam rangka
mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah membuat kebijakan yang dituangkan
dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan. Berdasarkan peraturan tersebut Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi
2
Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja NyataProgram Pemberdayaan Masyarakat) yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat (DRPM),
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2016 berdasarkan Surat Tugas Nomor: 006/STRek/80/DPPM/KKN PPM-KEMENRISTEKDIKTI/III/2016.
85
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
wewenang melakukan berbagai upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk
mengimplementasikan berbagai program pengentasan kemiskinan, termasuk melibatkan sektor
keuangan dan koperasi (Situmorang, 2007). Program-program pengentasan kemiskinan yang
diimplementasikan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas
kesempatan kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat terus berkurang secara simultan
(Burhan, 2004; Syafi’i, 2011). Di beberapa daerah upaya yang telah dilakukan Pemerintah
(Pusat dan Daerah) telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin (Yulianto, 2005). Namun
diakui pula, di sisi lainnya, sebagai akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional dan
berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula menciptakan kantong-kantong
kemiskinan baru (Pattinama, 2009).
Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia terus mengupayakan
percepatan pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan pada
konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu pemberdayaan masyarakat berbasis
UMKM. Demi suksesnya percepatan penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional dan
lokal, program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan pemerintah daerah
diintegrasikan dengan program-program nasional dalam Pemberdayaan Masyarakat
(Sahudiyono, 2009). Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen Pemerintah guna membangun
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Desa Wisata Kerajinan Bambu Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sleman yang memiliki potensi
industri karena beberapa pengusaha industri kerajinan bambu tersentra di daerah tersebut.
Sejalan dengan kegiatan pendampingan permasalahan baru muncul berkaitan dengan
permodalan usaha di karenakan sistem bayar dari pemesan yang menggunakan sistem termin
sehingga mengakibatkan perajin harus memiliki uang lebih dalam menunjang usahanya
tersebut. Oleh karena itu perlu dilaksanakan program pengembangan kerajinan bambu dalam
bentuk pengabidan kepada masyarakat (PKM) ini.
PERMASALAHAN
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu tujuan wisata utama di
Indonesia selain Bali dan Jakarta. Dalam perkembangannya para wisatawan dalam menikmati
objek wisata tidak semata-mata menikmati keramaian dan keindahan artificial tetapi banyak
yang ingin menikmati suasana kehidupan di pedesaan yang masih alami dengan berbagai
keindahan alam, keramah-tamahan penduduk, ketenangan dan menikmati nilai-nilai budaya
pedesaan.
86
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
Sejalan dengan dinamika, perubahan perkembangan pariwisata tersebut, maka
pengembangan pariwisata saat ini mengarah pada pengembangan desa wisata. Desa wisata di
wujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakat yang menonjolkan keaslian
identitas atau ciri khas daerah seperti keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan
tersebut.
Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan desa sentra industri bambu yang sedang berkembang menjadi desa
wisata. Lokasi dusun di Desa Sendangagung meliputi Dusun Brajan, Diro, Kwayuhan, dan
Saidan. Wilayah tersebut merupakan sentra produksi kerajinan anyaman bambu. Dusun Brajan
merupakan wilyah sentra kerajinan anyaman bambu terbesar di Desa Sendangagung, karena 80
% penduduknya merupakan perajin. Sedangkan 3 wilayah dusun lainnya yaitu Dusun Diro,
Kwayuhan, dan Sayidan merupakan dusun yang memenuhi permintaan pesanan dari Dusun
Brajan. Adanya potensi kerajinan anyaman bambu tersebut maka pada tahun 2002 Dusun
Brajan ditetapkan sebagai desa wisata kerajinan oleh pemerintah Kabupaten Sleman.
Kemampuan kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan di dapatkan dari warisan yang
turun temurun. Produksi kerajinan bambu di wilayah Dusun Brajan mulai berkembang pada
tahun 1985 dengan produksi kerajinan berupa besek dan ceting . Saat ini terdapat 15 UKM di
Dusun Brajan , 3 UKM di Dusun Diro, 1 UKM di Dusun Kwayuhan, dan 1 UKM di Dusun
Saidan. Produk yang dihasilkan antara lain : tempat tisu, besek, tempat pinsil, kap lampu,
placemet, tempat buah dll. Pasar produk kerajinan dusun Brajan selain lokal seperti,
Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Sumatera dan Jakarta juga telah mencapai pasar internasional
seperti Malaysia, Belanda, Italia, Jerman, Jepang dll.
Luas desa wisata Dusun Brajan seluas + 34 ha yang terdiri dari 3 Rukun Warga (RW) dan
6 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk dusun ini 663 jiwa yang tergabung dalam 185
Kepala Keluarga. Jumlah penduduk laki-laki adalah 348 jiwa dan perempuan adalah 315.
Penduduk yang beragama Islam sejumlah 371 jiwa sedangkan yang beragama Kristen Katolik
sejumlah 292 jiwa.
Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan pada tahun 2014 di
dominasi oleh wisata lokal yang berasal dari sekitar Desa Sendangagung, berikut jumlah
kunjungan wisata ke Desa Wisata Dusun Brajan pada tahun 2014.
Stagnasi pengembangan desa wisata kerajinan anyaman bambu di desa wisata Dusun
Brajan merupakan akibat dari berbagai faktor yang terus terjadi dalam jangka panjang.
Sehingga memunculkan berbagai permaslahan sebagai berikut:
87
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
1) Sumber daya pengelola merupakan perajin
Pengelola desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan merupakan perajin yang
memiliki kegiatan rutinitas sebagai perajin, akibatnya pengembangan desa wisata tidak
terurus dan di biarkan saja tanpa adanya perencanaan dan program wisata yang jelas. Di
sisi lain sumber daya manusia memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing, dan
lemahnya pemasaran
2) Keterlibatan generasi muda sangat minim
Generasi muda tidak terlibat aktif dalam pengembangan desa wisata, hal tersebut akibat
dari kurang sadarnya generasi muda dan ketertarikan generasi muda dalam pengembangan
desa wisata
3) Rendahnya peran masyarakat dalam mendukung desa wisata
Masyarakat perajin belum memiliki kesadaran akan keberadaan desa wisata, karena selama
ini kunjungan wisata hanya di terima di rumah kepala dusun. Penginapan hanya ada 3
rumah yang semuanya merupakan pengelola desa wisata.
4) Minimnya sarana dan Prasarana desa wisata
Sarana penunjang desa wisata sangat terbatas hal tersebut akibat dari ketiadaan
perencanaan dalam bentuk masterplan desa wisata sebagai upaya pengembangan sarana
dan prasana yang terencana dalam jangka pendek dan panjang melalui usulan dana desa.
5) Kelembagaan Desa Wisata belum terkelola dengan baik
Kelembagaan desa wisata belum memiliki tata kelola yang baik, hal tersebut akibat dari
faktor lembaga yang disusun secara parsial dan tidak adanya kemampuan pengelola dalam
pengembangan desa wisata. Lembaga belum memiliki sumber daya manusia yang mampu
mengelola pemasaran desa wisata baik secara manual maupun online.
METODE ANALISIS
Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan
strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersama-sama dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan
demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri
atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini (Suharto, 2010;
88
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
Wardhani, 2010). Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model
diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:
5) Menentukan faktor-faktor strategi eksternal
Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan
eksternal perusahaan dengan kegiatnnya seperti analisis terhadap competitor, analisis
terhadap nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan
sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi
perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun
faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS (Eksternal Strategic Factors
Analysis Summary).
6) Menentukan faktor strategi internal
Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti
sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi
internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS (Internal
Strategic Factors Analysis Summary).
7) Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik
SWOT.
Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan
kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik
SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah:
e)
Dalam sel opportunities (O) buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus
mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
f)
Dalam sel Treats (T) buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi
perusahaan.
g) Dalam sel Strengths (S) buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini
maupun masa mendatang.
h) Dalam sel Weakness (W) susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan.
8) Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT
Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan
kombinasi keempat faktor tersebut.
e)
Strategi SO
89
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat
dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
f)
Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur
ancaman.
g) Strategi WO
Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
h) Strategi WT
Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan
yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT
IFAS
STRENGTHS (S)
WEAKNESS (W)
Tentukan faktor-faktor kelemahan
Tentukan 5-10 faktor-
EFAS
internal
faktor kekuatan internal
OPPORTUNITIES
STRATEGI SO
STRATEGI WO
(O)
Ciptakan strategi yang menggunakan
Ciptakan strategi yang
Tentukan
faktor kekuatan untuk memanfaatkan
peluang eksternal
peluang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
TREATHS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Tentukan faktor
Ciptakan strategi yang menggunakan
Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal
kekuatan untuk mengatasi ancaman
meminimalkan
kelemahan-kelemahan dan
menghindari peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1,
dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut.
90
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
Tabel 2. Hasil Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Peluang (O)
Terbukanya pasar ekspor dan
pertumbuhan pasar domestik
Peningkatan permintaan
produk yang variatif dan
berorientasi kualitas
Kekuatan (S)
SDM
memiliki
keterbatasan
dalam
menggali potensi yang
ada dalam mendukung
atraksi wisata
SDM
memiliki
keterbatasan
dalam
melakukan perencanaan
dan
pengembangan
wisata
Keterbatasan generasi
muda
dalam
mengembangkan desa
wisata
SDM didominasi oleh
perajin
sehingga
wawasan pengembangan
wisata terbatas
SDM perajin saat ini
merupakan generasi
terakhir sehingga sangat
mengancam keberadaan
desa wisata di Dusun
Brajan
Strategi S-O
1. Pendampingan
pemetaan potensi desa
wisata
2. Pendampingan
Penyusunan
rencana
pengembangan
desa
wisata
3. Pendampingan motivasi
generasi muda dalam
pengembangan
desa
wisata
4. Melibatkan
generasi
muda dan kaderisasi
dalam pengurusan desa
wisata
Kelemahan (W)
Pemasaran
bersifat
konfensional
Sarana
web,
blog
pemasaran
yang
difasilitasi
dinas
pariwisata
tidak
terkelola
dan
termanfaatkan dengan
baik
Belum adanya media
pemasaran melalui
handphone
Kelembagaan
terbentuk secara parsial
Kelembagaan
desa
wisata belum terkelola
dengan baik terutama
dari segi manajemen
dan keuangan
Kelembagaan terdiri
dari unsur anggota
yang kurang
mengetahui tentang
sadar wisata
Strategi W-O
1. Membentuk
kepengurusan
lembaga
berbasis
entrepreneur dan sadar
wisata
2. Pendampingan
kelembagaan berbasis
manajemen
dan
keuangan
3. Optimalisasi
SDM
berwawasan wisata
91
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
Ancaman (T)
Tidak adanya peta kawasan
wisata
Tidak adanya masterplan
pengembangan sarana dan
prasarana
Tidak
adanya
sarana
informasi wisata kerajinan
yang baik
Strategi S-T
4. Terciptanya media iklan
melalui hand phone
5. Pembuatan peta desa
wisata
6. Pembuatan perencanaan
dalam
bentuk
masterplan
7. Membentuk
sarana
informasi wisata.
Strategi W-T
4. Meningkatkan
pemasaran
melalui
media online
5. Pendampingan
peningkatan
skill
generasi muda dalam
mengelola pemasaran
6. Perbaikan
media
online
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat
dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran (Tabel 3).
Tabel 3. Prioritas kegiatan program PKM pengembangan desa wisata di Dusun Brajan
No
Aspek
Permasalahan
1.
Sumber daya
1.
manusia
Prioritas program
SDM memiliki keterbatasan 1. Pendampingan pemetaan
dalam menggali potensi yang
potensi desa wisata
ada dalam mendukung atraksi 2. Pendampingan
2.
wisata
Penyusunan
SDM memiliki keterbatasan
pengembangan
dalam melakukan perencanaan
wisata
dan pengembangan wisata
3.
4.
Keterbatasan generasi
generasi
muda
pengembangan
wisata
wisata
SDM didominasi oleh perajin 4. Melibatkan
wawasan
desa
3. Pendampingan motivasi
dalam mengembangkan desa
sehingga
5.
muda
rencana
muda
dan
dalam
desa
generasi
kaderisasi
pengembangan wisata terbatas
dalam pengurusan desa
SDM perajin saat ini merupakan
wisata
generasi
terakhir
sehingga
sangat mengancam keberadaan
desa wisata di Dusun Brajan
2.
Sarana dan
Prasarana
92
1.
Tidak adanya peta kawasan 1. Pembuatan
wisata
wisata
peta
desa
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
2.
Tidak
adanya
pengembangan
masterplan 2. Pembuatan perencanaan
sarana
dan
prasarana
3.
dalam bentuk masterplan
3. Membentuk
Tidak adanya sarana informasi
sarana
informasi wisata.
wisata kerajinan yang baik
3.
Kelembagaan 1.
Kelembagaan terbentuk secara 4. Membentuk
parsial
2.
kepengurusan
Kelembagaan
desa
wisata
belum terkelola dengan baik
lembaga
berbasis entrepreneur dan
sadar wisata
terutama dari segi manajemen 5. Pendampingan
3.
dan keuangan
kelembagaan
Kelembagaan terdiri dari unsur
manajemen
anggota
keuangan
mengetahui
yang
kurang
tentang
sadar 6. Optimalisasi
Pemasaran
dan
SDM
berwawasan wisata
wisata
4.
berbasis
1. Pemasaran bersifat konfensional 4. Meningkatkan pemasaran
2. Sarana web, blog pemasaran
melalui media online
yang difasilitasi dinas pariwisata 5. Pendampingan
tidak
terkelola
dan
termanfaatkan dengan baik
3. Belum adanya media pemasaran
melalui handphone
peningkatan
generasi
muda
skill
dalam
mengelola pemasaran
6. Perbaikan media online
7. Terciptanya media iklan
melalui handphone
Pelaksanaan Program
Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya
program dapat berkelanjutan adalah dengan kaderisasi, pelatihan, pendampingan, studi
lapangan, dan implementasi
Profil Mitra kerjasama
Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan
jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan
93
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki
komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu :
1)
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman
Melalui bidang perindustrian yang mengelola usaha kecil di Kabupaten Sleman, Dinas
memiliki andil yang cukup besar dalam mendukung keberlanjutan program
melalui dana-dana pelatihan dan pengadaan alat produksi
2)
Pemerintah Desa Sendangagung, dan perangkat Dusun.
Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah
dianggarkan dalam musrenbang Desa Sendanagung di bidang ekonomi sehingga dapat
mensuport pengembangan dan keberlanjutan kerajinan anyaman bambu
Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: (1) Perangkat Desa dan Dusun
mulai dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RW/RT, Lembaga Desa; (2)
Kelompok
Pemuda karangTaruna; (3) Kumpulan bapak-bapak, (4) PKK ; (5)
Kelompok pengelola desa wisata
Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan
kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:
4) Persiapan dan Pembekalan
c)
Sosialisasi ke masayarakat penguna program
d) Persiapan dan pembekalan
5) Pelaksanaan kegiatan
a)
Pendampingan perencananaan kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi
masyarakat
b) Pendampingan pemetaan potensi ekonomi desa
c)
Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
d) Pendampingan kelembagaan desa wisata
e)
Pendampingan pemasaran melalui media online dan handphone
Tabel 3. Rincian kegiatan PPM
No
Nama Pekerjaaan
1.
Pendampingan perencananaan kawasan Peningkatan
wisata
yang
terintegrasi
Program Prioritas
Kapasitas
kelompok
berbasis masyarakat dalam menggali potensi dusun
partisipasi masyarakat dan potensi lokal
melalui survai dusun sendiri
2.
Pendampingan pemetaan potensi wilayah Peningkatan
kapasitas
kelompok
masyarakat dalam melakukan pemetaan
94
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
wilayah
3.
Pendampingan pemetaan ekonomi desa 1) Peningkatan
wisata
kapasitas
kelompok
masyarakat dalam pembuatan peta
ekonomi desa
2) Desain dan cetak potensi ekonomi
desa
4.
Pendampingan penguatan sumber daya Peningkatan kapasitas SDM berwawasan
manusia berwawasan sadar wisata
5.
sadar wisata
Pendampingan kelembagaan desa wisata Perbaikan kepengurusan pengelola desa
wisata
7.
Pendampingan pemasaran melalui media Peningkatan pemasaran melalui media
online dan handphone
online dan handphone
1) Pembuatan vidio iklan
2) Pelatihan komunikasi
3) Perbaikan media online Web
10
Seminar Hasil PKM
Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke
pihak terkait
Tahapan Realisasi Program
Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi
program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk
terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan
dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau
membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.
1) Pendampingan perencananaan pengembangan kawasan wisata yang terintegrasi
berbasis partisipasi masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan PKM dalam membuat perencanaan pengembangan desa
wisata dengan melibatkan peran masyarakat dan perangkat desa dengan luaran program
berupa masterplan pengembangan desa wisata dan vidio perencanaan. Perencaaan yang
dilakukan dalam kegiatan ini terbagi atas 5 perencaaan yang meliputti perencanaan aula,
kolam, outbond, photoboth dan showroom.
Showroom di Dusun Brajan tata kelolanya belum tertata dengan baik, akibatnya wisatawan
yang berkunjung hanya tertuju di satu titik showroom di tempat Bapak Dukuh sehingga
95
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
berakibat tidak adanya pemerataan pendapatan dan seringkali menimbulkan konflik.Hal
tersebut akibat dari akses jangkauan yang paling mudah dikunjungi bertempat di tempat
pak Dukuh. Dengan adanya perencanaan Showroom yang terintegrasi diharapkan perajin
dapat bersama-sama menjual kerajinannya.
2) Perencanaan penataan kolam
Keberadaan kolam ikan yang di miliki oleh kelompok ikan dapat menjadikan daya tarik
tambahan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan. Kolam ikan dapat menjadi
alternatif wisata berupa memancing atau menangkap ikan.
3) Pendampingan Pemetaan potensi Desa Wisata
Desa wisata Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir belum memiliki
pemetaan potensi desa wisata yang di miliki. Keterbatasan sumber daya manusia dalam
melakukan pemetaan potensi ekonomi desa ini menjadikan desa wisata di Dusun Brajan
hanya di dominasi oleh wisata edukasi pembuatan kerajinan anyaman bambu. Berdasarkan
permasalahan tersebut wisatawan banyak mengeluh ke pengelola desa wisata untuk
diadakan kegiatan wisata yang lain. (Hasil pemetaan terlampir)
4) Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
Masyarakat Desa wisata di Dusun Brajan Desa Sendangagung belum memiliki kemampuan
dalam sadar wisata. Penetapan desa wisata karena adanya faktor potensi yang dimiliki
berupa kerajinan anyaman bambu tanpa memperkuat sumber daya manusia yang ada.
Sehingga berakibat kurang optimalisasi masyarakat dalam menerima kunjungan. Faktor
lainnya adalah dengan rendahnya pengetahuan masayarakat tentang sadar wisata
mengakibatkan pengelolaan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari hasil
kerajinan tidak termanfaatkan dan di buang dengan baik, sehingga terkesan kumuh dan
menganggu wisatawan. Pendampingan yang dilakukan dalam pelaksanaan PKM ini berupa
studi banding ke desa wisata Sukunan.
5) Pendampingan kelembagaan desa wisata
Kelembagaan pengurus desa wisata di Dusun Brajan tersusun secara parsial dan tidak
adanya peran generasi muda dalam pengurusan desa wisata. Mayoritas pengelola
merupakan perajin sehingga dalam mengurus desa wisata berjalan stagnant. Desa wisata
kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan jika dikelola dengan baik akan dapat
menambah perekonomian warga masyarayakat di Dusun Brajan dan Desa Sendangagung.
Keterlibatan generasi muda dilibatkan dalam bidang promosi.(Bagan struktur pengurus
terlampir)
96
ISBN: 978-602-60361-3-1
Yogyakarta, 30 November 2016
6) Pendampingan pemasaran melalui media online dan Handphone
Dusun Brajan menjadi desa yang bisa melakukan kegiatan berupa pemasaran melalui
media online. Dalam pelaksanaan PKM ini dilakukan perbaikan media online pemasaran
desa wisata. Hal tersebut dikarenakan konten yang ada di media online masih konten lama
dan belum dilakukan pembaharuan atau penambahan data. Di samping kegiatan tersebut
melalui PKM ini mahasiswa melakukan pembuatan iklan tentang desa wisata di dusun
Brajan dengan durasi waktu satu menit yang dapat dipublikasikan melalui media whatsaap
sehingga memudahkan dalam meningkatkan pemasaran. Media ini digunakan dikarenakan
saat ini whatsapp sudah sangat umum dimiliki oleh setiap orang yang memiliki handphone
android.
7) Pengukuhan Sentra Bambu Brajan
Perencanaan pengembangan desa wisata di Dusun Brajan mendapatkan respon positif dari
pemerintah Kabupaten Sleman dengan di kukuhnya Dusun Brajan sebagai satu-satunya
sentra bambu di Kabupaten Sleman pada tanggal 26 September 2016 oleh Bupati
Kabupaten Sleman yang saat penyerahan di wakilkan oleh wakil bupati.
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan laporan kegiatan kemajuan pendampingan pengembangan desa
wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa
Sendangagung Sleman ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
4) Pelaksanaan PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa, Dinas
Perindutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman dan UKM kerajinan anyaman
bambu dan pengelola desa wisata.
5) Hasil dari perencanaan /masterplan di gunakan sebagai usulan dana desa pada tahun 2017
6) Kegiatan PKM ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan pelaksanaan PKM pada
periode berikutnya dengan program pendampingan realisasi program
Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan
dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa Sendangagung Sleman ini
dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan ke masyarakat supaya hasil luaran yang
dihasilkan dari kegiatan ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk pengembangan desa wisata
di Dusun Brajan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat
(DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
97
Prosiding Pengabdian Seminar Nasional seri 6
"Menuju Masyarakat Madani dan Lestari"
hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja NyataProgram Pemberdayaan Masyarakat) ini.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, R.N., (2004), “Grameen Bank sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi
Kasus Penerapan Metode Grameen Bank Oleh BPR Persahabatan di Desa Cibarusah
Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi)”. Tesis tidak dipublikasikan, Universitas
Indonesia Jakarta.
Pattinama, M. J., (2009), Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau
Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat), Jurnal Makara Sosial Humaniora , 13 (1), 1-12.
Safi’i, M., (2011), Ampih Kemiskinan; Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam
Perspektif Teori dan Praktik, Cet. ke-1, Averroes Press: Malang.
Sahudiyono (2009), Memberdayakan Masyarakat Pesisir dengan Pendekatan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Jurnal Riset Daerah BAPEDA
Bantul, 7(3), 1169-1189.
Situmorang, J., (2007), Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga
Keuangan Alternatif, Jurnal Infokop, 2, 24-35.
Suharto, E., (2010), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Cet. ke-4, PT Refika Aditama:
Bandung.
Wardhani, I.M., (2010), Evaluasi Program Community Development Mengentaskan
Kemiskinan (CD-MK) di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2009 (Study Kasus Desa
Bangunharjo dan Desa Timbulharjo)”, Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yulianto, T., (2005), Fenomena Program-Program Pengetasan Kemiskinan di Kabupaten
Klaten (Studi Kasus di Desa Jotangan Kecamatan Bayat), Tesis tidak dipublikasikan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
http://www.ampta.ac.id/desa-wisata#.VUMkUtw0FVg diakses 28 Juli 2016
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-14009-Chapter1.pdf-98671.pdf diakses 28
Juli 2016
http://catatanpamong.blogspot.com/2014/01/undang-undang-no-6-tahun-2014tentang.html diakses 28
98