BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan
tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor
(Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus
Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai
tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada
tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang
Belgia) kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama
berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123
Ha.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa
menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,
perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami
penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di
Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940
Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah
mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan
jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen
perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja
sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan
kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan
produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia
terbesar tergeser oleh Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam
rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor
penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk
1
perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO
(Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah
yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).
Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini
menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO)
Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk
minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.
Manfaat dan Keunggulan Tanaman Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi
bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil
minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga
produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun)
juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha
kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita
minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini akan
terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsimsi per
kapita.
Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Indonesia
Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit (dalam hal ini minyaknya) mempunyai
peran yang cukup strategis, karena : (1) Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak
goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng
tersebut. Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok
kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat. (2)
Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai
2
prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. (3) Dalam proses
produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam Sejarah sawit indonesia tercatat bahwa sampai pertengahan tahun 1970 an
minyak kelapa merupakan pemasok utama dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri.
Baik minyak goreng maupun industri pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak
kelapa dari pada minyak sawit. Produksi kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun
terakhir ini menyebabkan pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa
pada awal tahun 1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat
sehingga kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri
minyak goreng. Dari segi perolehan devisa, selama beberapa tahun terkhir ini kondisinya
kurang baik. Volume ekspor selama dekade terakhir ini memang selalu meningkat, akan tetapi
peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan dalam nilainya. Hal ini terjdi karena
adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
2.2.1. Marketing Mix
Menurut Kotler & Armstrong (1997:48), “Bauran pemasaran atau marketing mix
adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, produk, harga, distribusi, dan
promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam
pasar sasaran”.
“Marketing mix adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-kegiatan marketing, agar
tercipta kombinasi maksimal sehingga memunculkan hasil paling memuaskan”. (Alma,
2005:205)
Sumarmi dan Soeprihanto (2010:274) menjelaskan, “Marketing mix adalah kombinasi
dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga,
promosi, dan distribusi. Dengan kata lain marketing mix adalah kumpulan dari variabel yang
dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen”.
1. Product (Produk)
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:274), “Produk adalah setiap apa saja yang
bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi
yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan”. Produk tidak hanya selalu berupa barang
tetapi bisa juga berupa jasa ataupun gabungan dari keduanya (barang dan jasa)
3
2. Price (Harga)
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:281) harga adalah, “Jumlah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari barang beserta pelayanannya”. Setelah produk yang diproduksi siap untuk dipasarkan,
maka perusahaan akan menentukan harga dari produk tersebut.
3. Place (Tempat)
Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan saluran distribusi, saluran dimana
produk tersebut sampai kepada konsumen. Definisi dari Sumarni dan Soeprihanto (2010:288)
tentang saluran distribusi adalah, “Saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan
produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai”
4. Promotion (Promosi)
Menurut Tjiptono (2008:219), pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
adalah suatu kelompok komponen pemasaran yang terdiri dari 4P: product, price, place dan
promotion yang saling terkait satu sama lain, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan konsumen serta mencapai tujuan perusahaan.
2.2.2. Segmentasi Pasar
Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar juga sebagai aktivitas
membagi–bagi pasar/market yang miliki sifat heterogen kedalam satu-satuan pasar yang
bersifat homogen. Sedang pengertian yang didapatkan dari Pride & Ferrel (1995)
menyampaikan bahwa segmentasi pasar yaitu satu sistem membagi pasar ke segmen-segmen
pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang memperlihatkan terdapatnya
kesamaan tingkah laku konsumen.
Dilain pihak, Pride & Ferrel (1995) mendeskripsikan segmentasi pasar juga sebagai
satu sistem pembagian pasar keseluruhnya jadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari
4
orang–orang yang secara relatif memiliki kepentingan product yang sama. Ada lagi pendapat
Swastha & Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar yaitu satu aksi membagi
pasar jadi segmen–segmen pasar spesifik yang dijadikan arah penjualan yang akan diraih
dengan marketing mix.
Menurut Kotler, Bowen serta Makens (2002, p. 254) pasar terdiri dari konsumen dan
konsumen berbeda-beda dalam beragam hal yang dapat membeli dalam hasrat, sumber daya,
tempat, sikap membeli, serta rutinitas membeli. Lantaran masing-masing mempunyai
keperluan serta hasrat yang unik, masing-masing konsumen adalah pasar potensial tersendiri.
Oleh karenanya penjual idealnya mendisain program pemasarannya sendiri untuk masingmasing konsumen.
2.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan
eksternal perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu
strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara
akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi
yang berhasil.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa analisis
SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu
masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor eksternal dan faktor internal yaitu
strength, opportunities, weaknesesses, threats.
definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi
yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga
kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna
analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan
untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang
mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
SWOT adalah singkatan dari:
S = Strength (kekuatan)
W = Weaknesses (kelemahan)
O = Opportunities (Peluang)
T = Threats (hambatan)
5
a. Strenght (S)
Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah
setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di
bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di
dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar
yang
membutuhkan
tingkat
teknologi
dan
juga
kualitas
yang
lebih
maju.
pengertian-analisis-SWOT
b. Weaknesses (W)
Yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam
sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan
suatu perusahaan atau organisasi.
c. Opportunity (O)
Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi
atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini
adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan
ataupun organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.
d. Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan
kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu
usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
6
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan
tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1848. Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya bogor
(Botanical Garden) Bogor, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus
Botanicus, Amsterdam (Belanda). Awalnya tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai
tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai pada
tahun 1911.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang
Belgia) kemudian budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama
berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123
Ha.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa
menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,
perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami
penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di
Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940
Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah
mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan
jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen
perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja
sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan
kondisi social politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan
produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia
terbesar tergeser oleh Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam
rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor
penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk
1
perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO
(Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah
yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN).
Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini
menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit (CPO)
Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk
minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil.
Manfaat dan Keunggulan Tanaman Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi
bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil
minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga
produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun)
juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha
kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita
minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini akan
terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsimsi per
kapita.
Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Indonesia
Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit (dalam hal ini minyaknya) mempunyai
peran yang cukup strategis, karena : (1) Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak
goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng
tersebut. Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok
kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat. (2)
Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai
2
prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. (3) Dalam proses
produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam Sejarah sawit indonesia tercatat bahwa sampai pertengahan tahun 1970 an
minyak kelapa merupakan pemasok utama dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri.
Baik minyak goreng maupun industri pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak
kelapa dari pada minyak sawit. Produksi kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun
terakhir ini menyebabkan pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa
pada awal tahun 1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat
sehingga kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri
minyak goreng. Dari segi perolehan devisa, selama beberapa tahun terkhir ini kondisinya
kurang baik. Volume ekspor selama dekade terakhir ini memang selalu meningkat, akan tetapi
peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan dalam nilainya. Hal ini terjdi karena
adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
2.2.1. Marketing Mix
Menurut Kotler & Armstrong (1997:48), “Bauran pemasaran atau marketing mix
adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, produk, harga, distribusi, dan
promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam
pasar sasaran”.
“Marketing mix adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-kegiatan marketing, agar
tercipta kombinasi maksimal sehingga memunculkan hasil paling memuaskan”. (Alma,
2005:205)
Sumarmi dan Soeprihanto (2010:274) menjelaskan, “Marketing mix adalah kombinasi
dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga,
promosi, dan distribusi. Dengan kata lain marketing mix adalah kumpulan dari variabel yang
dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen”.
1. Product (Produk)
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:274), “Produk adalah setiap apa saja yang
bisa ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi
yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan”. Produk tidak hanya selalu berupa barang
tetapi bisa juga berupa jasa ataupun gabungan dari keduanya (barang dan jasa)
3
2. Price (Harga)
Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010:281) harga adalah, “Jumlah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari barang beserta pelayanannya”. Setelah produk yang diproduksi siap untuk dipasarkan,
maka perusahaan akan menentukan harga dari produk tersebut.
3. Place (Tempat)
Tempat dalam marketing mix biasa disebut dengan saluran distribusi, saluran dimana
produk tersebut sampai kepada konsumen. Definisi dari Sumarni dan Soeprihanto (2010:288)
tentang saluran distribusi adalah, “Saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan
produk tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau industri pemakai”
4. Promotion (Promosi)
Menurut Tjiptono (2008:219), pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
adalah suatu kelompok komponen pemasaran yang terdiri dari 4P: product, price, place dan
promotion yang saling terkait satu sama lain, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan konsumen serta mencapai tujuan perusahaan.
2.2.2. Segmentasi Pasar
Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar juga sebagai aktivitas
membagi–bagi pasar/market yang miliki sifat heterogen kedalam satu-satuan pasar yang
bersifat homogen. Sedang pengertian yang didapatkan dari Pride & Ferrel (1995)
menyampaikan bahwa segmentasi pasar yaitu satu sistem membagi pasar ke segmen-segmen
pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang memperlihatkan terdapatnya
kesamaan tingkah laku konsumen.
Dilain pihak, Pride & Ferrel (1995) mendeskripsikan segmentasi pasar juga sebagai
satu sistem pembagian pasar keseluruhnya jadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari
4
orang–orang yang secara relatif memiliki kepentingan product yang sama. Ada lagi pendapat
Swastha & Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar yaitu satu aksi membagi
pasar jadi segmen–segmen pasar spesifik yang dijadikan arah penjualan yang akan diraih
dengan marketing mix.
Menurut Kotler, Bowen serta Makens (2002, p. 254) pasar terdiri dari konsumen dan
konsumen berbeda-beda dalam beragam hal yang dapat membeli dalam hasrat, sumber daya,
tempat, sikap membeli, serta rutinitas membeli. Lantaran masing-masing mempunyai
keperluan serta hasrat yang unik, masing-masing konsumen adalah pasar potensial tersendiri.
Oleh karenanya penjual idealnya mendisain program pemasarannya sendiri untuk masingmasing konsumen.
2.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan
eksternal perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu
strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara
akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi
yang berhasil.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa analisis
SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu
masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor eksternal dan faktor internal yaitu
strength, opportunities, weaknesesses, threats.
definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi
yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga
kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna
analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan
untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang
mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
SWOT adalah singkatan dari:
S = Strength (kekuatan)
W = Weaknesses (kelemahan)
O = Opportunities (Peluang)
T = Threats (hambatan)
5
a. Strenght (S)
Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah
setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di
bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di
dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar
yang
membutuhkan
tingkat
teknologi
dan
juga
kualitas
yang
lebih
maju.
pengertian-analisis-SWOT
b. Weaknesses (W)
Yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam
sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan
suatu perusahaan atau organisasi.
c. Opportunity (O)
Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi
atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini
adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan
ataupun organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.
d. Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan
kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu
usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
6