Jurnal TS Vol 2 (April 2016)

Vol. 2 No.2 April 2016

ISSN:2477–5258

&

ISSN : 2477 – 5258

Page |i

STREERING COMMITE
1. Dean of Engineering Faculty of Teuku Umar University
2. Head of Departement of Civil Engineering of Teuku Umar University

TIM MITRA BESTARI EDITORIAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.


Prof. Madya Dr. Ir. Abdul Naser Bin Abdul (Universiti Sains Malaysia)
Prof. Bambang Sunendar, M.Eng (Instisut Teknologi Bandung)
Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D (Universitas Gadjah Mada)
Dr. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T ( Universitas Udayana)
Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, M.Sc., Eng (Universitas Syiah Kuala)
Dr. Azmeri, S.T., M.T (Universitas Syiah Kuala)

TIM PENGELOLA JURNAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengarah
Penanggung Jawab
Koordinator
Redaktur

Editor
Desain Grafis

: Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, S.E., MBA
: Dr. Ir. H. Komala Pontas
: Astiah Amir S.T., M.T
: Muhammad Ikhsan, S.T., M.T
: Dewi Purnama Sari, S.T., M.Eng
: Muhammad Arrie Rafshanjani Amin, S.T., M.T

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | ii

DAFTAR ISI

Editorial ........................................................................................................................ i

Daftar Isi ....................................................................................................................... ii
Kajian Prioritas Penanganan Sistem Drainase Kota Sabang-Provinsi Aceh ................ 1
Perilaku Lentur Balok Profil Double Kanal (C) Ferro Foam Concrete ........................ 10
Analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Penghematan
Waktu Perjalanan .......................................................................................................... 19
Pengaruh Zat Tambah Abu Cangkang Sawit Terhadap Kuat Tekan
Beton Mutu Tinggi ....................................................................................................... 29
Analisis Proporsi Bubur Kertas dan Pasir Terhadap Sifat Mekanis
Beton Kertas (Papercrete) ............................................................................................ 37
Sensitivitas Model Pemilihan Moda Angkutan Umum ................................................ 48
Pemanfaatan Limbah Kerak Cangkang Sawit Terhadap Balok Beton
Bertulang Mutu Tinggi ................................................................................................. 59

Analisis Kelayakan Ekonomi Transportasi .................................................................. 71
Penentuan Kadar Aspal Optimum Campuran Aspal Porus Menggunakan
Retona Blend 55 Dengan Metode Australia ................................................................. 80
A Case Study of Foundation Failure in The Existing Residential Building ................. 91

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar


ISSN : 2477 – 5258

P age |1

Kajian Prioritas Penanganan Sistem Drainase
Kota Sabang-Provinsi Aceh
1,2,3

4

Azmeri1, Eldina Fatimah2, Nina Shaskia3, Amir Hamzah Isa4

Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111
Dinas Pekerjaan Umum, Bidang Tata Guna Air dan Pengairan, Kabupaten Pidie Jaya

e-mail: 1azmeri73@unsyiah.ac.id, 2eldina@tdmrc.org, 3nina.shaskia@gmail.com,
4
amirhamzah_isa@yahoo.co.id


Abstract
Sabang city is one of the major tourist destinations in Aceh province and needs to ensure its
area is in a low-risk flood inundation zone. However Sabang city has not had a good and comprehensive
drainage system yet and often experienced flood. Its Sabang's topographical feature which consists of
mountains, hills, and plains, has caused the drainage system of Sabang to be unique and special.
According to Sabang Spatial Plan Year 2012 to 2017, Sabang should improve the function of its drainage
infrastructures immediately. Nonetheless, due to budget constraints it is necessary to determine the
handling priority of drainage system of Sabang city during the next 20 years. Determination of handling
priority of Sabang’s drainage system is based on the physical, demographic, and environmental aspect
and is in accordance with survey results and analysis of secondary data. The selection of priority of
service areas is performed by weighted average method. Based on the analysis of the three factors
described above, it can be seen that the handling priority of subwatershed for short-term is in
subwatershed Anoi Itam, subwatershed Krueng Balohan and sub-watershed Pria Laot; medium-term is in
subwatershed Keunekai, subwatershed Ceunohot, subwatershed Aneuk laot, subwatershed Paya Seunara;
and long-term is in subwatershed Ceuhum, subwatershed Ujung Bau, subwatershed Gua Sarang,
subwatershed Teupin Kareung and subwatershed Iboih.
Keywords : Priority, drainage system, weighting average, Sabang city

Abstrak
Kota Sabang merupakan salah satu tujuan wisata di Provinsi Aceh dan berkepentingan untuk

menjaga kenyamanan wilayahnya dari banjir genangan. Namun saat ini Kota Sabang belum memiliki
sistem drainase yang baik dan menyeluruh dan masih sering dilanda banjir. Wilayahnya yang berupa
pegunungan, perbukitan, dan sedikit dataran, menyebabkan sistem drainase di Sabang menjadi unik dan
khusus. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sabang Tahun 2012-2017, perlu
segera meningkatkan fungsi sarana dan prasarana drainase. Namun karena keterbatasan anggaran daerah
maka perlu dilakukan penentuan prioritas penanganan sistem drainase Kota Sabang selama 20 tahun
mendatang. Penentuan prioritas penanganan sistem sistem drainase perkotaan Kota Sabang berdasarkan
aspek fisik, demografi, dan lingkungan sesuai hasil survey dan analisis terhadap data sekunder. Pemilihan
prioritas daerah layanan dilakukan dengan metode weighted average. Berdasarkan hasil analisis dari
ketiga faktor yang dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa prioritas penanganan SubDAS untuk jangka
pendek pada SubDAS Anoi Itam, SubDAS Krueng Balohan dan subDAS Pria Laot. Jangka menengah pada
SubDAS Keunekai, SubDAS Ceunohot, SubDAS Aneuk Laot, SubDAS Paya Seunara. Dan jangka panjang
pada SubDAS Ceuhum, SubDAS Ujung Bau, SubDAS Gua Sarang, SubDAS Teupin Kareung, dan
SubDAS Iboih.
Kata kunci : Prioritas, system drinase, weighted average, Kota Sabang

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P age |2

1. PENDAHULUAN

Saat ini Kota Sabang belum memiliki sistem drainase yang baik dan menyeluruh yang
didukung dengan bangunan pelengkap. Wilayahnya yang berupa pegunungan, perbukitan, dan
sedikit dataran, menyebabkan sistem drainase di Sabang menjadi unik dan khusus. Saat musim
kemarau, hanya sedikit aliran air di sungai, saluran utama, dan sekundernya. Namun pada saat
hujan, drainase baru erisis aliran air. Pada kondisi hujan baru terdeteksi bahwa banyak wilayah
yang bermasalah dengan sistem drainasenya.
Sistem saluran drainase Kota Sabang terbagi menjadi dua yaitu sistem drainase makro
dan mikro. Genangan sering terjadi pada ruas-ruas jalan pada Saluran sekunder dan tersier
terutama pada waktu hujan. Salah satu penyebabnya karena masyarakat masih punya kebiasaan
membuang sampah sembarangan. Disamping itu perawatan drainase oleh masyarakat masih
kurang, sehingga terjadi pendangkalan oleh sedimen lumpur atau rumput. Permasalahan
prioritas yang dihadapi terkait dengan masih minimnya ketersediaan sarana drainase skala besar

baik di permukiman padat penduduk maupun tempat-tempat umum seperti pasar, tempat
wisata,dan taman [1]. Kota Sabang yang salah satunya merupakan wilayah tujuan wisata tentu
berkepentingan untuk menjaga kenyamanan wilayahnya dari banjir genangan. Pertumbuhan
penduduknya yang cukup signifikan setiap tahunnya juga menjadi persoalan tersendiri.
Pertumbuhan penduduk secara linier akan mengakibatkan terjadinya peningkatan sarana dan
prasarana yang berakibat terhadap perubahan tata guna dan tutupan lahan.
Banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase
yang tepat akan mengganggu keseimbangan pemanfaatan ruang terhadap siklus hidrologi yang
tidak mampu meresapkan air ke dalam tanah. Bila konversi penggunaan lahan ini tidak diikuti
dengan perencanaan drainase yang benar, maka akan menyebabkan potensi banjir di beberapa
zona dihilirnya. Di samping itu, kondisi drainase yang belum tertata dengan baik, saluransaluran yang tertutup oleh sampah dan air limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke
saluran yang dapat memungkinkan terjadi genangan/banjir serta pencemaran air tanah dan laut.
Menurut [2] saluran drainase perkotaan terdapat pada 88% dari seluruh jumlah
kelurahan di kota-kota, namun saluran drainase yang baik hanya terdapat di 48,4% dari seluruh
keluharan dan desa. Kurang berfungsinya drainase perkotaan dapat menggambarkan
menurunnya layanan drainase perkotaa diakibatkan antara lain oleh waktu dan kurang baiknya
pengelolaan drainase.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan sistem drainase di Kota Sabang,
diperlukan suatu upaya perencanaan sistem drainase secara komprehensif dan terpadu. Oleh
karena itu penelitian ini akan menganalisis pemilihan prioritas penanganan sistem drainase

perkotaan Kota Sabang berdasarkan aspek fisik, demografi, dan lingkungan. Pemilihan prioritas
penanganan Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan untuk jangka pendek, menengah dan
panjang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Aceh dan
Kota Sabang. Melalui penentuan prioritas perencanaan, maka diharapkan prioritas
pembangunan dapat tersusun dengan konsep sistem terencana dan komprehensif.
2. METODE PENELITIAN
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dan
analisis data sekunder. Metode pengolahan data menggunakan metode weighted average, untuk
penentuan perangkingan berdasarkan pembobotan sehingga menghasilkan prioritas penanganan
sistem drainase primer Kota Sabang.
Analisis Weighted Average adalah pengambilan nilai rata-rata yang didasarkan kepada
perhitungan rata-rata dengan memberikan bobot pada masing-masing nilai yang akan diambil
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258


P age |3

nilai rata-ratanya. Bobot masing-masing tidak sama, jika semua bobot adalah sama maka
perhitungannya merupakan rata-rata aritmatik biasa [3].
Perhitungan rata-rata dengan teknik ini hampir sama dengan perhitungan rata-rata
aritmatika biasa, hanya sedikit penambahan pada perhitungan bobotnya. Elemen data yang ada
diperhitungkan bobotnya dulu, dimana data yang memiliki bobot lebih banyak akan lebih
berpengaruh dari pada data dengan bobot lebih sedikit. Bobot tidak boleh negatif, beberapa
diantaranya mungkin bobotnya nol, namun tidak mungkin jika semua bobotnya nol, karena jika
terjadi demikian maka perhitungan tidak mungkin dilakukan. Metode ini banyak digunakan
pada analisa sistem data, perhitungan diferensial dan perhitungan kalkulus integral.
Berdasarkan penelitian [3], metode Weighted Average dilakukan dengan menggunakan
formula berikut:

w1. x1  w2 . x2  w3. x3.........  wn . xn
w1  w2  w3  .........  wn
dengan:
: rata-rata nilai rangking;
x : nilai tiap faktor/aspek yang ditinjau; dan
w : bobot tiap faktor/aspek yang ditinjau.


(1)

x

Penentuan skala prioritas penanganan sistem drainase Kota Sabang dilakukan sampai
periode 20 tahun mendatang [4]. Data kondisi tataguna lahan eksisting dan tataguna lahan
berdasarkan pengembangan Kota Sabang yang bersumber dari Dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Tahun 2012-2032 Kota Sabang. Penentuan prioritas didasarkan atas beberapa
aspek, yaitu:
a. Aspek fisik, meliputi panjang saluran, luas DAS, dimensi saluran, dan luas genangan dengan
melakukan survey ke lapangan.
b. Aspek demografi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2013 Kota Sabang
[5]dan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sabang Tahun 2012-2032 [6].
c. Aspek lingkungan yaitu menggunakan data Studi Enviromental High Risk Assesment
(EHRA) Tahun 2013, dengan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) [1]. Hasil dari studi EHRA ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku higiene dalam
skala kota Sabang.
Selain menyusun prioritas penanganan sistem drainase berdasarkan 3 aspek tersebut,
prioritas juga diajukan kepada pihak terkait di Kota Sabang, seperti Bappeda, Dinas Pekerjaan
Umum Cipta Karya, Bapedal dan Pengairan Kota Sabang. Sehingga hasil analisis prioritas
tersebut sesuai dengan kepentingan mendesak untuk segera dilakukan penanganan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem jaringan utama (major urban drainage) kota Sabang adalah sistem jaringan
drainase yang mengikuti pola radial, seluruh salurannya berpencar menuju ke laut. Hal ini
disebabkan kondisi topografi kota Sabang yang berpegunungan, berbukit, dan hanya sedikit
yang merupakan dataran rendah. Kondisi ini di satu sisi menguntungkan, karena semua aliran
dapat mengalir secara gravitasi. Namun di sisi lain perlu pertimbangan desain yang khusus,
karena hampir semua saluran memiliki dasar saluran yang terjal. Kondisi ini memerlukan
penentuan kecepatan aliran yang tepat untuk menghindari gerusan pada dasar dan tebing
saluran.
Dari hasil survey dan invetarisasi kondisi eksisting saluran drainase makro dan mikro
Kota Sabang, ditemukan 73 saluran primer berupa alur dan hanya 2 buah sungai saja yaitu
sungai Pria Laot dan Alue Raya. Seluruh saluran tersebut berorde tunggal dan hampir seluruh
saluran tidak memiliki anak-anak sungai atau alur yang berhubungan langsung dengan saluran
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P age |4

primer. Saluran-saluran tersebut berupa sungai-sungai alam maupun alur-alur yang terbentuk
secara alamiah mengikuti perubahan topografi dan merupakan outlet-outlet dari sub-DAS yang
ada [7]. Hanya sungai Pria Laot dan Alu Raya saja yang ada airnya, sementara hampir seluruh
alur tidak ada airnya. Hanya pada musim hujan saja, alur-alur tersebut dialiri oleh air hujan.
Identifikasi sebaran kawasan kritis resapan dan kawasan banjir untuk zonasi pelayanan drainase
pernah dilakukan [8]. Pembagian Sub-DAS Kota Sabang diberikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Pembagian Sub-DAS Kota Sabang
a.

Hasil survey sistem drainase

Berdasarkan hasil survey melalui pengukuran diperoleh informasi bahwa saluran alam
dan sungai di Kota Sabang tidak panjang. Sungai terpanjang adalah sungai Pria Laot 3.862,28
meter yang berada di sub-DAS Pria Laot. Saluran atau alur yang terpendek adalah Saluran
Primer Iboih sepanjang 50,59 meter yang berada di sub-DAS Iboih. Umumnya saluran memiliki
lebar yang kecil dengan dinding saluran hampir vertikal. Secara keseluruhan, kondisi saluran
primer Kota Sabang kurang teratur dan tidak dapat dibedakan antara saluran primer maupun
saluran sekundernya.
Inventarisasi saluran di daerah permukiman dilakukan untuk kedua kecamatan, yaitu
Kecamatan Sukakarya dan Sukajaya, yang terdiri dari 18 gampong. Sebagian besar lokasi yang
didata merupakan permukiman penduduk yang menyebar dari satu gampong ke gampong yang
lain. Berdasarkan dokumen RTRW 2012-2032, sebaran pemukiman berkategori “jarang” berada
di Bate Shok, Beurawang, dan Keunekai. Untuk sebaranan perumahan berkategori “sedang”
berada di wilayah Kuta Ateuh, Kuta Barat, Paya Seunara, Krueng Raya, Balohan, Jaboi, Paya,
Keunekai, dan Beurawang. Sebaran perumahan berkategori “tinggi” berada di wilayah Kuta
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P age |5

Ateuh, Kuta Barat, Ie Meulee, Balohan, Cot Abeuk, Cot Bau, dan Aneuk Laot. Wilayah-wilayah
ini kerap mengalami banjir genangan saat hujan, sehingga sistem drainasenya perlu ditangani
secara terpadu, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Berdasarkan hasil survey, permasalahan drainase di Kota Sabang sebagai berikut:
1. Kota Sabang belum memiliki data dan peta sistem drainase eksisting. Sehingga cukup sulit
bagi pemerintah daerah untuk menjalankan program program pembuatan saluran baru,
perbaikan, operasi, dan pemeliharaan. Belum terhubungkan dengan baik antara saluran
primer yang sudah ada dengan saluran sekunder dan tersier di Kota Sabang. Sehingga
terlihat target penanganannya hanya bersifat parsial dan temporer saja.
2. Belum tersedianya peraturan perundangan tingkat kabupaten/kota terkait dengan sistem
drainase. Hal ini dibuktikan dengan belum tersedianya SOP yang jelas tentang kawasanzona yang boleh menjadi tempat tinggal masyarakat, aturan pengalokasian pendanaan dan
pelaksanaan Operasi dan pemeliharaan rutin belum tersedia. Belum tersingkronkannya
kerjasama baik dalam penetapan regulasi maupun program kegiatan antara Dinas Pu dengan
dinas lainnya seperti Bappeda, Bapedalkep, dan LSM.
3. Kondisi fisik wilayah kajian yang dari satu sisi baik, karena topografinya yang mendukung,
dimana saat hujan air dapat mengalir langsung ke laut. Namun di sisi lain, akibat
kemiringan lahan yang cukup terjal, sehingga perlu pertimbangan yang baik terkait dengan
kecepatan aliran. Kecepatan aliran yang tinggi dapat merusak saluran drainase yang ada.
Berdasarkan hasil investigasi di lapangan, banyak ditemukan saluran primer dan sekunder,
di mana pada bagian dasarnya berlubang dan tebingnya tergerus. Di beberapa tempat,
dinding saluran yang sudah pernah diperkuat dengan pasangan batu, tetapi sudah
mengalami keruskan dan keruntuhan, sehingga perlu diperkuat kembali, seperti yang
ditemukan di saluran primer Tapak Gajah, Balohan, dan Lam Kuta.
4. Hampir semua saluran primer yang disurvey memiliki dimensi yang tidak beraturan,
dipenuhi pepohonan dan semak belukar sehingga rawan genangan saat hujan seperti yang
ditemukan di saluran primer Tapak Gajah.
5. Jenis tanah permukaan Kota Sabang yang berupa batuan muda, menyebabkannya cukup
rawan terhadap erosi tebing bila tidak dilakukan perkuatan tebing di wilayah-wilayah yang
bertebing terjal dan curam, seperti yang ditemukan di saluran primer Cot Ba’u dan Cot
Abeuk. Demikian juga dengan sedimentasi yang terjadi di saluran primer cukup signifikan,
banyak saluran yang menjadi dangkal dan dipenuhi batu-batu besar.
6. Pengaruh rob ditemukan di seluruh muara saluran alam yang ada di Kota Sabang seperti di
saluran primer Balohan, Jalan Perdagangan dan Tapak Gajah.
7. Belum ada interkoneksi ataupun pembeda yang jelas antara saluran primer dengan saluran
sekunder maupun tertier. Dimensi dari setiap saluran sekunder maupun tersier merupakan
dimensi saluran lama yang tidak memiliki perencanaan yang jelas apakah sudah memenuhi
kebutuhan kapasitas atau tidak. Disamping itu didalam satu saluran sekunder yang berada di
sepanjang jalan yang ada tidak memiliki keseragaman dimensi.
8. Belum terpetakannya peran serta masyarakat dan swasta dalam kegiatan pemeliharaan dan
perawatan sistem saluran drainase. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
menjaga keberadaan sistem saluran drainase. Semestinya masyarakat tidak membangun
pemukiman di badan saluran, mempersempit saluran, bahkan meniadakannya untuk
kepentingan pribadi. Sulitnya upaya pembebasan lahan untuk perbaikan dan pengembangan
sistem drainase oleh pemerintah, karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang
pentingnya pengaturan sistem drainase di Kota Sabang.
b.

Hasil analisis prioritas penangangan

Hasil rekapitulasi analisis yang telah dilakukan disusun perangkingan untuk
mendapatkan prioritas penanganan subDAS, diawali dengan analisis aspek fisik yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P age |6

Tabel 1 Analisis Aspek Fisik

No.

Nama DAS

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Balohan
Balohan
Balohan
Balohan
Paya
Paya
Paya
Iboih
Iboih
Iboih
Iboih
Iboih

Nama SubDAS
Anoi Itam
Krueng Balohan
Keunekai
Krueng Ceunohot
Ceuhum
Ujung Bau
Guasarang
Aneuk Laot
Paya Seunara
Pria Laot
Teupin Kareng
Iboih

Luas Area
SubDAS
(ha)
2.109,13
1.124,17
1.141,37
968,64
800,64
708,15
714,59
418,22
1.133,24
919,06
729,94
1.011,8

Panjang Saluran
Primer (m)
1.242,0
2.099,0
1.228,0
1.266,0
1.050,9
258,8
1080
457,4
2.898,0
3.862,0
1.389,0
380,9

Luas
Genangan
(ha)
48,037
25,165
14,258
2,768
0,108
11,760
15,881
-

Berdasarkan aspek fisik untuk panjang saluran primer berada di SubDAS Pria Laot dengan total
panjang 3.862 meter dan disusul SubDAS Paya Seunara dengan panjang 2.898 m sedangkan
luas genangan terluas berada di SubDAS Anoi Itam dengan total 48,037 Ha.
Berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan RTRW Kota Sabang 2012-2032, maka
data aspek demografi diproyeksikan sampai Tahun 2032 dengan tingkat pertumbuhan penduduk
rata-rata sebesar 1,106% [5]. Selengkapnya aspek demografi diberikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Analisis Aspek Demografi
Penduduk (jiwa)
Tahun 2010

Penduduk (jiwa)
Tahun 2032

Anoi Itam

20.034

23.701

2.

Krueng Balohan

2.963

3.876

3.

Keunekai

1.172

1.795

4.

Krueng Ceunohot

861

1.434

5.

Ceuhum

15

17

6.

Ujung Bau

10

12

7.

Guasarang

10

12

8.

Aneuk Laot

841

1.410

9.

Paya Seunara

918

1.502

10.

Pria Laot

3.168

4.115

11.

Teupin Kareng

10

12

12.

Iboih

651

1.192

No.

Nama SubDAS

1.

Jumlah penduduk terbanyak berada di SubDAS Anoi Itam dengan jumlah 23.701 jiwa
sementara di tahun 2010 sebanyak 20.034 jiwa. Jumlah penduduk terendah berada di SubDAS

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P age |7

Ceuhum, Ujung Bau, Gua Sarang, dan Teupin Kareung. Hal ini sesuai dengan RTRW Kota
Sabang Tahun 2012-2032 dikarenakan kawasan tersebut bukan diperuntukan untuk kawasan.
Analisis untuk aspek lingkungan dilakukan berdasarkan hasil studi EHRA [1] yang
selengkapnya diberikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Analisis Aspek Lingkungan
No.

Nama DAS

Indek Risiko
Sanitasi (IRS)
120,0
65,0
35,0
37,5
5,0
17,5
12,5

Nama SubDAS

1.
Balohan
2.
Balohan
3.
Balohan
4.
Balohan
5.
Paya
6.
Paya
7.
Paya
8.
Iboih
9.
Iboih
10.
Iboih
11.
Iboih
12.
Iboih
Sumber: Studi EHRA, 2012

Anoi Itam
Krueng Balohan
Keunekai
Krueng Ceunohot
Ceuhum
Ujung Bau
Guasarang
Aneuk Laot
Paya Seunara
Pria Laot
Teupin Kareng
Iboih

Dalam studi EHRA diperoleh nilai Indek Risiko Sanitasi (IRS) tertinggi berada di
subDAS Anoi Itam. Nilai total gampong-gampong yang berada di SubDAS Anoi Itam
sebanyak 120% (IRS). Nilai terendah genangan pada SubDAS Ceuhum, Ujung Bau, Gua
Sarang, Aneuk Laot, dan Teuping Kareung.
Setelah diperoleh data dari aspek fisik, demografi dan lingkungan, selanjutnya dengan
melakukan perangkingan weighted average yang diberikan pada Tabel 4 dan Gambar 2.
Tabel 4 Hasil Analisis Prioritas Penanganan Sistem Drainase Kota Sabang

1

Rangking
Aspek
Demografi
1

Rangking
Aspek
Lingkungan
1

Krueng Balohan

2

3

3.

Keunekai

4

4.

Krueng Ceunohot

5.

Total

Urutan
Prioritas

3

1

2

7

2

4

4

12

4

6

6

3

15

5

Ceuhum

9

9

9

27

9

6.

Ujung Bau

12

11

12

35

12

7.

Guasarang

11

12

11

34

11

8.

Aneuk Laot

7

7

8

22

7

9.

Paya Seunara

5

5

7

17

6

10.

Pria Laot

3

2

5

10

3

11.

Teupin Kareng

10

10

10

30

10

No.

Nama SubDAS

1.

Anoi Itam

2.

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Rangking
Aspek Fisik

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

No.

Nama SubDAS

12.

Iboih

P age |8

Rangking
Aspek Fisik
8

Rangking
Aspek
Demografi
8

Rangking
Aspek
Lingkungan
6

Total

Urutan
Prioritas

22

8

Gambar 2 Pembagian Prioritas Penanganan Sistem Drainase Kota Sabang
Berdasarkan hasil analisis dari ketiga faktor yang dipaparkan diatas, dapat dilihat bahwa
prioritas penanganan SubDAS untuk jangka pendek diperoleh pada SubDAS Anoi Itam,
SubDAS Krueng Balohan dan subDAS Pria Laot. Jangka menengah pada SubDAS Keunekai,
SubDAS Ceunohot, SubDAS Aneuk Laot, SubDAS Paya Seunara. Jangka panjang pada SubDAS
Ceuhum, SubDAS Ujung Bau, SubDAS Gua Sarang, SubDAS Teupin Kareung, dan SubDAS
Iboih.
Prioritas pertama berada pada Blok Perumahan Pusat Kota Sabang dan Blok Perumahan
Lingkungan Gampong Anoi Itam (GAI), yang berada di wilayah DAS Balohan dan subDAS
Kota Sabang merupakan kawasan yang perlu segera ditangani. Blok Perumahan Pusat Kota
Sabang sendiri terdiri atas Gampong Kuta Ateuh (Kec. Sukakarya), Kuta Timu (Kec.
Sukakarya) Kuta Barat (Kec. Sukakarya), Ie Meulee (Kec. Sukajaya), dan Cot Ba’u (Kecamatan
Sukajaya).
Ketiga gampong itu cukup luas dan tidak mungkin untuk dilakukan penanganan dalam
waktu yang bersamaan. Sebenarnya bila ditinjau dari dampak genangan yang terjadi, Gampong
Kuta Ateuh tidak berpotensi mengalami genangan karena berada di daerah yang tinggi dan
sudah memiliki sistem drainase yang memadai. Gampong Kuta Ateuh dan Kota Barat sendiri
adalah bagian dari pusat Kota Sabang, yang perlu dipertimbangkan untuk ditangani sistem
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P age |9

drainasenya. Sementara Gampong Ie Meulee dan Cot Ba’u merupakan gampong yang kerap
mengalami banjir saat hujan, sehingga sudah selayaknya keduanya dipilih untuk menjadi
prioroitas. Namun, bila dilihat dari sumber terjadinya penggenangan banjir di Ie Meulee, yang
berasal dari daerah hulu yang merupakan kawasan Cot Ba’u, maka perlu dikaji kembali
kelayakan penetapan prioritas gampong-gampong yang berada di subDAS Anoi Itam tersebut.

4. KESIMPULAN
1. Terdapat saluran sekunder yang tidak terawat dan sudah dipenuhi dengan sampah, rumput
liar, dan tertimbun sedimen. Hal ini disebabkan karena belum adanya kegiatan operasi dan
pemeliharaan yang rutin untuk drainase Kota Sabang.
2. Pemilihan Prioritas penanganan Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan aspek fisik,
demografi dan lingkungan dengan perangkingan weighted average diperoleh pada SubDAS
Anoi Itam diperingkat pertama, peringkat kedua berada pada SubDAS Krueng Balohan dan
ketiga di subDAS Pria Laot.
5. SARAN
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk dalam penyusunan prioritas penanganan sistem
drainase, yang menitikberatkan pada aspek kelembagaan untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan drainase perkotaan Kota Sabang.
2. Kajian prioritas perlu dilakukan khusus daerah ini dengan melihat kembali dari segi
kelayakan fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan, tetapi sudah lebih mendetailkan ke arah
gampong-gampong yang berada di SubDAS Anoi Itam, untuk ditetapkan wilayah atau
gampong mana yang menjadi prioritas mendesak untuk ditangani pada 5 tahun yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Buku Putih Sanitasi Kota Sabang, 2013, Studi Enviromental High Risk Assesment (EHRA),
Bappeda Kota Sabang.
[2] Andayani, S., 2012, Indikator Tingkat Layanan Drainase Perkotaan, Jurnal Teknik Sipil,
Vol 11 No. 2, halaman 148-157.
[3] Nugraheni S, D., 2012. Menentukan Waduk Prioritas di Daerah Aliran Sungai
Cisanggarung, Tesis, Program Pasca Sarjana Sumber Daya Air, Universitas Diponegoro,
Semarang.
[4] Kementrian Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya, 2013, Buku I Penyusunan Materi Bidang
Drainase, penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya, Jakarta.
[5] Badan Pusat Statistik Kota Sabang dalam Angka 2013, Kota Sabang.
[6] Pemerintah Kota Sabang, 2012, Qanun Rencana Tata Ruang Kota Sabang Tahun 20122032, Kota Sabang.
[7] Isa, H. A., Fatimah, E., Azmeri, 2015, Analisis Debit Drainase Primer di Kota Sabang
terhadap Perubahan Tata Guna Lahan, Jurnal Teknik Sipil Program Pasca Sarjana,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Volume 4, No. 1, halaman 21-29.
[8] Sosiawati, N., 2012, Penzonaan Pelayanan Drainase di Kawasan Kritis Resapan Kecamatan
Kota Kuala Simpang, Tesis Modular Pusbintek Kementerian Pekerjaan Umum, Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh.

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 1 - 9

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 10

Perilaku Lentur Balok Profil Double Kanal (C)
Ferro Foam Concrete
(studi kasus beda tebal web (tw) dan tebal sayap(tf))
Aulia Rahman*
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar
Alue Penyareng, Meulaboh Aceh Barat 23615, email: *auliaaliza@gmail.com

Abstract
Aceh province is an area that is prone to earthquake, so that when construction is built
(buildings, bridges, housing, etc.) have a great weight will cause damage. From previous studies it has
been found that the lightweight concrete conclusion that quality foam f'c> 30 MPa has been successfully
created beam canal profile ferro foam concrete. However, from these studies has not obtained
information about the elements or the ratio of cross-sectional dimensions of effective and efficient to use
as civil engineering construction. This research was conducted in order to determine the capacity of the
beam section canal profile ferro foam concrete to the concrete flexural strength capacity. Specimens used
in this study was 6 Specimens Profile Canal C are assembled into 3 profiles I with height (h): 450 mm
the width of the flens (bf): 250 mm, thickness variation of the body (t w): 30 mm, 35 mm and 40 mm,
thickness variation of the flens (tf): 60 mm, 70 mm and 80 mm. Has planned concrete compressive
strength (f'c)> 35 MPa and the reinforcing steel used is an iron screw with quality D8 (f y) = 4217.14
MPa.The research results obtained are capable of maximum load borne by the double profile canal (C)
for the high-profile 450 mm is able to accept a maximum load of 20.07 tonnes with a deflection of 49.35
mm, namely the test specimen PCPBB 450.30.60, The results obtained can be applied in the construction
of short span bridges (less than 40 m).
Keywords: Capacity Sectional, Beam Profile Double Canal (C), Flens thickness (t f), web thickness (t w).
Abstrak
Provinsi Aceh merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempa, sehingga apabila
kontruksi yang dibangun (gedung, jembatan, perumahan, dll) memiliki bobot yang besar akan
menyebabkan kerusakan. Dari penelitian-penelitian sebelumnya telah didapatkan kesimpulan bahwa
dengan beton ringan busa yang mutunya f’c > 30 Mpa telah berhasil dibuat balok profil kanal ferro foam
concrete. Namun dari penelitian-penelitian tersebut belum didapatkan informasi tentang dimensi elemen
atau rasio penampang yang efektif dan efisien untuk penggunaannya sebagai kontruksi teknik sipil.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas penampang balok profil kanal
ferrofoam concrete terhadap kapasitas kuat lentur beton. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 6 Benda uji Profil Kanal C yang dirangkai menjadi 3 profil I dengan variasi tinggi (h) : 450 mm
lebar sayap (bf) : 250 mm, variasi tebal badan (tw) : 30 mm, 35 mm, dan 40 mm, variasi tebal sayap (t f) :
60 mm, 70 mm, dan 80 mm. Beton direncanakan memiliki kuat tekan (f’c) > 35 MPa dan baja tulangan
yang digunakan yaitu besi ulir D8 dengan mutu (fy) = 4217,14 MPa. Hasil penelitian yang didapat yaitu
beban maksimum yang mampu dipikul oleh profil double kanal (C) untuk profil dengan tinggi 450 mm
mampu menerima beban maksimum sebesar 20,07 ton dengan lendutan sebesar 49,35 mm yaitu pada
benda uji PCPBB 450.30.60. Hasil yang diperoleh ini dapat diaplikasikan dalam pembangunan jembatanjembatan bentang pendek (kurang dari 40 m).
Kata Kunci : Kapasitas Penampang, Balok Profil Double Kanal (C), Tebal Flens (tf), dan Tebal web (tw).

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 11
1. PENDAHULUAN

Provinsi Aceh merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempa, sehingga
apabila kontruksi yang dibangun (gedung, jembatan, perumahan, dll) memiliki bobot yang besar
akan menyebabkan kerusakan, hal ini banyak membuat para ahli konstruksi berupaya untuk
memberikan berbagai solusi agar resiko akibat terjadinya gempa dapat dikurangi. Salah satu
alternatifnya adalah dengan mengurangi berat bangunan yaitu dengan menggunakan beton
ringan.
Penelitian sebelumnya telah didapatkan kesimpulan bahwa dengan beton ringan busa
yang mutunya f’c > 30 Mpa telah berhasil dibuat balok profil kanal ferro foam concrete yang
artinya sudah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai elemen-elemen struktural pada
suatu kontruksi teknik sipil. Namun dari penelitian-penelitian tersebut belum didapatkan
informasi tentang dimensi elemen atau rasio penampang yang efektif dan efisien untuk
penggunaannya sebagai kontruksi teknik sipil. Berdasarkan alasan di atas maka perlu kiranya
dibuat penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan rasio kapasitas penampang balok profil kanal
yang secara efektif dan efisien penggunaannya untuk kontruksi teknik sipil.
Salah satu rencana aplikasi balok profil kanal yang akan diteliti ini adalah untuk
mengatasi keterisoliran suatu daerah yang tidak tersedia infrastruktur jembatan. Dengan
keterisoliran suatu daerah maka laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan bergerak
sangat lambat. Selain itu penggunaan jembatan konvensional ini juga memerlukan alat-alat berat
yang berukuran besar dirasa sangat tidak efektif pelaksanaan pekerjaanya pada daerah yang
terisolir dan terpencil, oleh karena itu alternatif penggunaan balok profil kanal sebagai
pengganti gelagar jembatan diharapkan bisa menjadi solusi untuk pembangunan jembatan di
daerah-daerah yang terpencil, karena mobilisasi material bisa dilakukan secara efektif dan
efisien dari sisi biaya dan waktu
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Inovasi teknologi beton selalu dituntut guna menjawab tantangan akan kebutuhan beton
yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi meliputi kekuatan dan daya tahan tanpa
mengabaikan nilai ekonomis. Kelemahan beton yakni berupa massa yang berat juga diharapkan
dapat diatasi dengan melakukan suatu penelitian berkelanjutan untuk menghasilkan beton ringan
yang memiliki kekuatan yang lebih baik, selain penggunaan beton ringan yang dapat
mengurangi bobot dari kontruksi teknik sipil perlu juga dipikirkan tentang rasio penampang
elemen-elemen struktural yang akan kita bangun.
Penggunaan beton ringan untuk tujuan sebagai gelagar jembatan di daerah-daerah
terpencil sangatlah efektif dan efisien, karena memberikan kemudahan dalam pengangkutan dan
pemasangan di lapangan, dan cocok digunakan pada daerah yang potensi agregatnya sedikit.
Selain kelebihan, beton ringan memiliki beberapa kekurangan yaitu rendahnya tegangan tarik,
yang pada penelitian ini coba diatasi dengan memasang wiremesh (kawat ikat) diharapkan dapat
menjadi solusi untuk lemahnya tegangan tarik pada beton ringan. Kekurangan lainnya yaitu
bersifat getas dan relatif mahal karena kandungan semennya relatif tinggi, salah satu alternatif
yang digunakan pada penelitian ini ditambahkan bahan pengganti semen yaitu pozzolan.
Dengan telah diberikan solusi-solusi dari kekurangan beton ringan diatas diharapkan beton
dapat mencapai kuat lentur maksimumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kapasitas penampang balok profil kanal
ferrofoam concrete terhadap variasi tebal flens (tf) dan tebal web (tw) yang berbeda terhadap
kapasitas kuat lenturnya. Variasi tebal flens (tf) pada profil kanal yaitu 60 mm, 70 mm, dan 80
mm dan tebal web (tw) 30 mm, 35 mm, dan 40 mm.
Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik
Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Benda uji yang akan dibuat 6 (Enam) buah profil
kanal yang akan dirangkai menjadi profil I 3 (Tiga) buah.
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 12

Hasil pengujian terhadap beton busa kuat tekan silinder beton rata-rata sebesar 35,297
MPa. Tegangan luluh tulangan yang digunakan sebesar 421,714 MPa dan tegangan luluh
wiremesh yang digunakan sebesar 530,313 MPa. Balok profil kanal (C) yang dikonfigurasi I
dengan tinggi 450 mm, lebar sayap 225 mm, tebal web (tw) 30, dan tebal sayap (tf) 60 mm
mampu menahan beban maksimum sebesar 20,07 ton dengan lendutan yang terjadi sebesar
49,35 mm. Balok profil kanal (C) yang dikonfigurasi I dengan tinggi 450 mm, lebar sayap 225
mm, tebal web (tw) 35, dan tebal sayap (tf) 70 mm mampu menahan beban maksimum sebesar
17,24 ton dengan lendutan yang terjadi sebesar 14,25 mm. Balok profil kanal (C) yang
dikonfigurasi I dengan tinggi 450 mm, lebar sayap 225 mm, tebal web (t w) 40, dan tebal sayap
(tf) 80 mm mampu menahan beban maksimum sebesar 17,17 ton dengan lendutan yang terjadi
sebesar 17,65 mm.
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi tentang kapasitas penampang balok
profil kanal ferrofoam concrete terhadap variasi tebal sayap (tf) dan tebal web (tw) yang berbeda
terhadap kapasitas kuat lenturnya. Hasil yang diperoleh ini dapat diaplikasikan dalam
pembangunan jembatan-jembatan bentang pendek (kurang dari 40 m).
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1

Peralatan dan Bahan/material

Peralatan digunakan dalam penelitian ini sebagian besar telah tersedia di Laboratorium
Konstruksi dan Bahan Bangunan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Peralatan utama
yang digunakan untuk mendukung penelitian adalah: alat ukur, timbangan, molen pengaduk
beton, foam generator, silinder test, peralatan pengetesan dan perangkat komputer untuk
pengolah data.
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland tipe I, air,
pozzolan, tulangan baja ulir D8, foam agent, wiremesh dan admixture. Semen yang digunakan
adalah semen portland tipe I produksi dari PT. Semen Padang. Pemeriksaan laboratorium
terhadap semen tidak dilakukan karena semen telah dianggap memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) No.1-2049-1994 dan ASTM (American Standard Testing of Material) C.15081. Pemeriksaan yang dilakukan hanya pengamatan visual terhadap kantong pembungkus dan
pemeriksaan kegemburan, kehalusasn serta warna semen tersebut.
Pasir Pozzolan alami yang digunakan harus dibersihkan dari sampah organik dan
disaring dengan menggunakan saringan 4,76 mm. Pasir pozzolan alami ini juga diperiksa sifat
fisisnya berupa pemeriksaan berat jenis, pemeriksaan absorpsi, dan modulus kehalusan. Selain
itu juga di uji sifat kimia di laboratorium Pengujian Balai Riset dan Standarisasi Industri di
Banda Aceh.
Air yang digunakan pada campuran beton busa adalah air yang tersedia di laboratorium
konstruksi dan bahan bangunan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala yang berasal dari
sumur. Air ini telah sesuai syarat anonim (1982) yaitu bersih, tidak mengandung lumpur,
minyak, benda terapung dan garam-garam yang dapat merusak beton.
Foam agent yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari busa sintetik yang telah
diolah dengan menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan busa yang sejenis busa sabun
sehingga dapat digunakan sebagai pengisi campuran beton.
Tulangan yang digunakan untuk tulangan tarik adalah tulangan baja ulir dengan
diameter 8 mm. Wiremesh yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari toko bangunan
terdekat. Wiremesh yang akan digunakan pada penelitian ini berdiameter 1 mm dan jarak as
tulangan 12,71 mm. kawat jala ini berbentuk persegi dan sesuai dengan ASTM (American
Standard Testing Material) A- i85. Admixture yang digunakan adalah superplasticizer (SP)
SIKA NN.
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258
2.1.1

P a g e | 13

Tahapan Persiapan

Desain Profil Kanal
Ukuran penampang benda uji profil kanal yang digunakan adalah lebar flens 150 mm,
225 mm, dan 300 mm, tebal sayap (tf) 60 mm, 70 mm, dan 80 mm, tebal web (tw) 30 m, 35 mm,
40 mm, panjang bersih 2000 mm, panjang keseluruhan 2200 mm dengan tinggi benda uji 300
mm, 450 mm, 600 mm.

0,5h-bw

tf

b
b1

D8
D8
D8

0,5h-bw

h

tw

Lapisan
wiremesh

Gambar 1. Penampang Profil C
Profil kanal seperti pada Gambar 1, selanjutnya dikonfigurasikan menjadi bentuk I
menggunakan baut yang dapat di lihat pada Gambar 2. Tujuan dikonfigurasikan I adalah,
pertama memudahkan pengujian, kedua berdasarkan studi literatur pada bab II sifat mekanik 2
bentuk kanal yang digabung menjadi bentuk I relatif berbanding lurus, dan yang ketiga karena
di lapangan gelagar pada menghasilkan ide berkaitan dengan cara lain untuk menjalankan
fungsi-fungsi.

tf

b
b1

tw

D8
D8
D8
Lapisan
wiremesh

Gambar 2. Penampang Profil I

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 14

Tabel 1. Benda Uji Ferro Foam Concrete Dengan Variasi Tebal Flens (tf) dan Tebal Web (tw)

Nama Benda Uji
PCPBB.450.30.60

Jumlah Jumlah
Tebal
Tinggi (h)
Wiremes Tulangan
flens (tf)
h
11 D 8
60 mm

PCPBB.450.35.70

11 D 8

PCPBB.450.40.80

11 D 8

450 mm

Tebal web
(tf)

Lebar Sayap
(bf)

30 mm

70 mm

35 mm

80 mm

40 mm

bf = 225 mm

Mix Design Foam Concrete
Mix design untuk foam concrete sebagai pengisi dilakukan berdasarkan kepada jenis
material yang akan digunakan. Dari mix design ini akan diketahui berapa kebutuhan semen, air,
foam, kebutuhan pozzolan serta kebutuhan-kebutuhan material lainnya. Untuk mix design foam
concrete dengan pozzolan merujuk kepada penelitian Azzani (2010).
Pengecoran Profil Kanal
Pekerjaan pengecoran dilakukan berdasarkan jumlah dan komposisi campuran pada
perencanaan campuran, material yang telah disiapkan ditimbang sesuai dengan komposisi
campuran pada perencanaan campuran. Selanjutnya cetakan yang telah disiapkan dibersihkan
dan diolesi vaselin agar cetakan mudah dibuka setelah beton mengeras. Besi tulangan dan
wiremesh yang telah terangkai selanjutnya dimasukan kedalam bekisting. Untuk membuat
lubang pada profil pipa yang telah disiapkan sebelumnya dipasang pada bagian wiremesh yang
telah dilubangi. Molen dan wadah penampungan adukan dibersihkan terlebih dahulu dan bahanbahan yang tertinggal didalamnya. Demikian juga dengan kerucut slump harus dalam keadaan
bersih.
Pengadukan beton dilakukan dengan memasukan material pembentuk foam concrete
yaitu, semen, foam agent dan air yang telah dicampur superplacticizer. Lama pengadukan
dilakukan sekitar 5 menit. Selanjutnya slump diukur dengan menggunakan kerucut Abraham’s
sesuai ASTM (American Standard Testing Material) C 143 – 78. Alat ini dibuat dari logam
dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm yang berbentuk kerucut
terpancung. Alat ini dilengkapi dengan sebuah pelat baja dengan ukuran 45 cm x 45 cm dan
sebuah alat pemadat dari besi dengan diameter 1,6 cm panjang 60 cm dan salah satu ujungnya
dibulatkan. Kekentalan adukan beton yang diperoleh juga dicek dengan mengukur besar
penurunan permukaan kerucut beton yang terbentuk setelah kerucut ditarik vertikal ke atas.
Perawatan Profil Kanal dan Silinder Kontrol
Perawatan benda uji baik profil kanal dan benda uji silinder dilakukan dengan menutup
tampang profil dan silinder dengan goni basah. Perawatan dilakukan setiap 24 jam sekali sampai
dengan beton berumur 28 hari. Tujuan dari perawatan ini untuk menjaga agar selama
berlangsung pengerasan beton tidak kekurangan air.

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 15

Tahapan Pengujian

Gambar 3. Setting Pembebanan Balok Profil Kanal
Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan adalah hasil uji silinder kontrol dan profil Kanal. Data yang
diperoleh pada silinder kontrol adalah kuat tekan diuji dengan memberikan beban tetap secara
kontinyu sampai hancur.
Pengujian struktur balok ferrofoam concrete dilakukan pengukuran data-data sebagai berikut :
a.

Pengukuran beban
Pengukuran beban akan dilakukan dengan cara menempatkan rol beban di atas balok
yaitu pada tempat yang telah ditentukan, kemudian beban disalurkan dengan menggunakan load
cell tipe CLP – 100B yang telah dihubungkan dengan data Logger. Dan pembebanan diberikan
secara bertahap dengan menggunakan compressor merk macros tipe HJ – 15A, yang

kemudian hasil pembebananya diperoleh melaui print out Data Logger.
b.
Pengukuran Ledutan
Pengukuran ledutan dilakukan dengan cara menempatkan transduser tipe CDP –
100 pada tengah bentang profil dan ujung-ujung profil. Tujuannya adalah untuk
membaca ledutan yang terjadi pada tengah bentang. Semua data ini dimonitor
dan direkam melalui portable data Logger TTD 302.
c.
Pengamatan pola retak
Tahapan yang penting juga perlu dicatat adalah pola retak yang terjadi pada
setiap kenaikan beban. Pola retak ini akan direkam langsung pada posisi
samping balok dimana pada profil di cat putih dan digambar persegi berukuran 5
cm x 5 cm menggunakan spidol.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Ferrocement
Menurut (Naaman, 2000:9) yang dikutip dari Americans Concrete Institute (ACI) 549
(1999:2), ferrocement adalah sejenis beton bertulang yang tipis yang terdiri dari mortar semen

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 16

hidraulik dengan jarak lapisan yang rapat dan ukuran jaringan kawat, dan tulangan rangka
(Djausal, 2004:12).
2.2

Ferro Foam Concrete
Abdullah (2010), menyatakan bahwa hasil uji sifat mekanis dari beton busa dengan
penambahan pozzolan, cangkang sawit dan serat nylon memberikan pengaruh yang signifikan
dalam meningkatkan kuat tekan beton. Hasil ini menjadikan bahan pertimbangan untuk
menjadikan bahan ini sebagai bahan pengganti dari lapisan mortar pada ferrocement.
Diharapkan dengan mengganti semen dengan bahan foam concrete ini, maka kualitas dari profil
kanal dengan material foam concrete ini akan memberikan peningkatan kemampuan profil kanal
tersebut dalam memikul beban-beban yang berkerja, serta kemampuan struktur tersebut dalam
menahan defleksi.
2.3

Profil Kanal
Profil kanal merupakan salah satu profil yang dibuat secara dingin (cold formed
shapes). Hal yang penting pada profil ini ialah profil ini memiliki rasio lebar dan tebal yang
besar. Profil semacam ini akan disebut profil yang tidak kompak dan akan mudah sekali
mengalami tekukan. Beberapa cara untuk mengatasi ketidak kompakan profil semacam ini telah
dilakukan, diantaranya dengan memberi perkuatan baja tulangan yang menghubungkan antara
sayap atas dan bawah pada bagian sisi profil yang terbuka (Wigroho, 2007).
Bahan Pembentuk Ferro Foam Concrete :

1. Pasir Pozzolan Alami
Menurut American Standard Testing Material (ASTM) C 618-91, pozzolan merupakan
bahan yang mengandung senyawa silica dan alumina. Bahan – bahan pozzolan ini tidak
mempunyai sifat mengikat seperti semen, dalam bentuknya yang halus dan bila ada air maka
senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida yang dibebaskan dari hasil
proses pengikatan semen pada suhu kamar.
2. Jaringan Kawat (wiremesh)
Pada ferro foam concrete sama seperti pada ferrocement diberi tulangan jaringan kawat
yang relatif kecil diameternya dan tersebar merata dalam beberapa lapisan. Kawat tulangan
tersebut adalah tulangan kawat baja atau bahan lain yang sesuai kebutuhan (Naaman 2000 ; 17).
Afifudin, dkk (2013), menyatakan bahwa lapisan wiremesh pada ferro foam concrete
dengan penambahan serat nylon memperlihatkan hasil yang berbeda apabila digunakan lapisan
wiremesh 2,3, 4 dan 5 lapis dimana pola kehancuran terjadi pada benda uji dengan lapisan
wiremesh 3 lapis dan memperlihatkan pola kehancuran yang daktail, sedangkan benda uji
dengan jumlah wiremesh 4 dan 5 mengalami pola kehancuran yang getas dengan kemampuan
menahan beban sebesar 18,90 ton dan 20,76 ton.
3. Tulangan Rangka
Tulangan baja yang digunakan berfungsi sebagai rangka untuk memperoleh bentuk
yang diinginkan dan sebagai tempat untuk memasang kawat anyam jala dan tulangan baja
tersebut tidak berfungsi sebagai tulangan struktur tetapi berfungsi sebagai pembentuk
konstruksi. Ukuran tulangan baja bervariasi antara 0,165 in (4,20 mm) sampai 0,375 in (9,5
mm) untuk diameternya. Sedangkan yang lebih umum digunakan adalah diameter 0,25 in (6,25
mm) dan pula menggunakan diameter yang lebih kecil secara bersamaan. (Masdar Helmi,
2007).

Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 17
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perencanaan campuran beton (concrete mix design)
Tabel 2. Perencanaan Campuran Beton Busa
Pozzolan (Kg)
SG

Semen (Kg)

1,6

1028,57

160,0

Air (Kg)

Busa (l)

411,43

178,71

Perhitungan proporsi campuran sesuai dengan sub bab 3.2.2 dimana mix design untuk
ferro foam cocrete dengan menggunakan pozzolan alami merujuk pada penelitian Azzani
(2010). Persentase pozzolan alami yang digunakan sebesar 10 % dengan SG yaitu 1,6.
Hasil pengujian kuat tekan beton
Tabel 3. Kuat Tekan Rata-rata Benda uji

Dalam pengujian kuat tekan silinder beton ini didapatkan kuat tekan rata-rata dari
silinder yang di uji, yaitu 352,970 Kg/cm2 (35,29 MPa) dimana kuat tekan ini sesuai dengan
kuat tekan yang direncanakan yaitu 35 MPa.
Tabel 4. Rekapitulasi hasil berat, beban maksimum dan lendutan maksimum

Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa semakin besar dimensi penampang, maka
semakin besar pula beban yang dapat dipikul oleh balok profil double kanal C, kecuali pada
ukuran benda uji 450.30.60 dan benda uji 600.35.70. beban maksimum yang mampu dipikul
Vol. 2 No.1 April 2016
pp. 10 - 18

Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar

ISSN : 2477 – 5258

P a g e | 18

balok doubel kanal C yaitu 26,76 ton, sedangkan beban minimum yang mampu dipikul oleh
balok double kanal C yaitu 10,20 ton.
4. KESIMPULAN

1.
2.

Beban maksimum profil dengan tinggi 450 mm sebesar 20,07 ton dengan
lendutan sebesar 49,35 mm yaitu pada benda uji PCPBB 450.30.60.
Model keruntuhan yang terjadi pada setiap profil adalah keruntuhan geser, yang
diindikasikan dengan terbentuknya retak bersudut di sekitar daerah tumpuan.
Pada daerah tengah bentang hanya terdapat retak-retak rambut.
5. SARAN

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti lain, dengan memperhatian
beberapa hal dan saran sebagai berikut :
1. Untuk memastikan beban yang diberikan tersalur secara proporsional dan
berimbang, perlu dilakukan langkah pembebanan awal pada profil kanal (C)
ferro foam concrete sebelum uji sesungguhnya dilakukan.
2. Memperkuat