Index of /ProdukHukum/kehutanan

LAMPI RAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
Nomor
: P.02/Menhut-V/2004 SK.
/ Kpts-V/ 2004
Tanggal : 22 Juli 2004
PENYELENGGARAAN KEGIATAN GERAKAN NASI ONA L
REHABI LI TASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2004

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Degradasi hutan dan lahan di I ndonesia saat ini telah menjadi keprihatinan
banyak pihak baik secara nasional maupun internasional, yang menunjukkan
peningkatan kualitas maupun kuantitasnya. Secara indikatif, kawasan hutan
dan lahan yang mengalami kerusakan dan perlu direhabilitasi mencapai luas +
56 juta hektar, dengan laju deforestasi sebesar 1,6 juta sampai 2 juta ha per
tahun. Kerusakan hutan dan lahan tersebut telah mengakibatkan bencana alam
antara lain berupa banjir, tanah longsor dan kekeringan. Bencana tersebut
telah menimbulkan kerugian besar berupa kerusakan infrastruktur, berbagai
aset pembangunan serta terganggunya tata kehidupan masyarakat.
Penyebab utama terjadinya bencana tersebut adalah kerusakan lingkungan,

terutama di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah
tangkapan air. Untuk menanggulangi hal tersebut, perlu dilakukan upaya
pemulihan dan peningkatan kemampuan fungsi dan produktivitas hutan dan
lahan melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
Mengingat upaya RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional
maka perlu dilakukan percepatan pelaksanaan kegiatan dan diarahkan sebagai
gerakan berskala nasional yang terencana, terpadu, menyeluruh dengan
melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat
luas serta terkoordinasi. Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (GNRHL/ Gerhan).
Kegiatan GN RHL/ Gerhan direncanakan selama 5 (lima) tahun dengan sasaran
seluas 3.000.000 ha, yang dimulai tahun 2003 seluas 300.000 hektar tersebar
di 29 DAS, 15 Propinsi dan 145 Kabupaten/ Kota, yang penyelenggaraannya
diatur dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 349/ Kpts-I I / 2003 tentang
Penyelenggaraan Pelaksanaan GN RHL tahun 2003 dan No. 369/ Kpts-V/ 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan GN RHL tahun 2003. Sedangkan sasaran GN
RHL/ Gerhan tahun 2004 seluas 500.000 ha tersebar pada 141 DAS, 31
Provinsi, dan 372 Kabupaten/ Kota.
Sebagai konsekuensi dari upaya percepatan tersebut diperlukan tersedianya
fasilitas penganggaran.

Anggaran
untuk kegiatan GN RHL/ Gerhan
menggunakan Dana Reboisasi (DR), yang mekanismenya didasarkan kepada
Peraturan/ Ketentuan yang berlaku, yakni mekanisme penggunaan dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

1

Ketentuan Penyelenggaraan Pelaksanaan GN RHL tahun 2004 yang disusun ini
memuat sasaran lokasi, jenis kegiatan, organisasi pelaksana kegiatan dan pola
penyelenggaraan kegiatan yang melengkapi dan merupakan penyempurnaan
ketentuan pelaksanaan GN RHL/ Gerhan tahun 2003, yang disajikan dalam
Peraturan Menteri Kehutanan tentang Penyelenggaraan Kegiatan GN
RHL/ Gerhan tahun 2004.
B.

Tujuan
Tuj uan penyelenggaraan kegiatan GN RHL/ Gerhan Tahun 2004 adalah untuk
mempercepat upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada DAS Prioritas yang
diarahkan untuk penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor dan

kekeringan secara terpadu dengan peran serta semua pihak melalui mobilisasi
sumber daya.

C. Pengertian
1.

Dana Reboisasi (DR) adalah dana untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan
serta kegiatan pendukungnya yang dipungut dari Pemegang I zin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan dari hutan alam yang berupa kayu.

2.

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga.

3.

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/ Gerhan) adalah

suatu kegiatan terkoordinasi yang mendayagunakan segenap kemampuan
pemerintah dan masyarakat dalam merehabilitasi hutan dan lahan pada
wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

4.

Keproyekan GN RHL/ Gerhan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembiayaan pelaksanaan GN RHL/ Gerhan yang bersumber dari anggaran
SKO Rutin Dana Reboisasi.

5.

Pembina Harian adalah Kepala Satuan Kerja dimana kegiatan Gerhan tahun
2004 berada.

6.

Atasan Langsung dari Atasan Langsung Bendaharawan (Atasan Langsung
ALB) adalah atasan struktural dari Atasan Langsung yang ditunjuk.


7.

Atasan Langsung Bendaharawan (ALB) adalah personil yang ditunjuk untuk
menangani kegiatan GN RHL/ Gerhan t ahun 2004, yang merupakan personil
Dinas/ instansi yang telah ditetapkan sebagai satuan kerja penanganan GN
RHL/ Gerhan dan dipilih secara cermat, memenuhi persyaratan
administratif, mempunyai kondite baik dan mempunyai pengalaman teknis
yang memadai. Atasan Langsung Bendaharawan bertanggung jawab
secara penuh terhadap substansi kegiatan yang dikelolanya dan mampu
mempertanggungjawabkan seluruh anggaran kegiatan yang dikelolanya.

2

8.

Pimpinan Pelaksana (Pinlak) adalah personil dinas/ instansi yang ditunjuk
oleh Atasan Langsung Bendaharawan untuk melaksanakan fungsi
pemantauan, pengendalian dan koordinasi pelaksanaan kegiatan GN
RHL/ Gerhan pada wilayah tertentu.


9.

Bendaharawan adalah personil dinas/ instansi yang menangani GN
RHL/ Gerhan yang penunjukannya dilakukan secara cermat, memenuhi
persyaratan administratif, mempunyai kondite baik dan mempunyai
pengalaman yang memadai. Bendaharawan bertanggungjawab atas segala
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan yang dikelolanya.

10. Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK) adalah personil dinas/ instansi yang
menangani GN RHL/ Gerhan yang penunjukannya dilakukan secara cermat,
memenuhi persyaratan administratif, mempunyai kondite baik dan
mempunyai pengalaman yang memadai, yang ditunjuk oleh Atasan
Langsung Bendaharawan untuk dapat memudahkan pekerjaan administrasi
keuangan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan ini adalah kegiatan GN
RHL/ Gerhan tahun 2004 yang berada pada 461 satuan kerja pelaksana
kegiatan GN RHL/ Gerhan (372 satuan kerja pada Dinas Kehutanan
Kabupaten/ Kota, 20 Balai KSDA/ Taman Nasional, 31 Dinas Kehutanan Propinsi,
31 Balai Pengelolaan DAS, 6 Balai Perbenihan Tanaman Hutan dan 1 Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan).

3

BAB I I
SASARAN KEGI ATAN GN RHL/ GERHAN TAHUN 2004

A. Sasaran Lokasi
Penentuan sasaran lokasi GN RHL/ Gerhan tahun 2004 didasarkan atas
beberapa hal, antara lain :
1.

Termasuk DAS Prioritas.

2.

Hutan dan lahan kritis yang diindikasikan dari penutupan lahan.

3.


Areal rawan banjir, tanah longsor, dan kekeringan.

4.

Perlindungan bangunan vital : waduk, dam, bendungan, dan danau.

5.

Termasuk dalam Rencana Teknik Tahunan 2004.

6.

Hasil penilaian kinerja GN RHL/ Gerhan Tahun 2003.

7.

Usulan Gubernur/ Bupati/ Walikota.

8.


Kesiapan Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/ Kot a.

9.

Pertimbangan adanya kegiatan RHL dari sumber dana DAK-DR dan sisa
kegiatan GN RHL/ Gerhan Tahun 2003 yang harus diselesaikan.

Sasaran GN RHL/ Gerhan tahun 2004 yang merupakan kegiatan tahun kedua
adalah seluas 500.000 ha dari target GN RHL/ Gerhan lima tahunan seluas
3.000.000 ha. Kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun 2004 tersebar pada 141 DAS, 31
Provinsi, 372 Kabupaten/ Kota yang dilaksanakan pada kawasan hutan (hutan
produksi, hutan lindung, hutan konservasi) dan di luar kawasan hutan.
Sasaran lokasi GN RHL/ Gerhan Tahun 2004 secara rinci tercantum pada
lampiran 2 Peraturan Menteri Kehutanan tentang Penyelenggaraan Kegiatan
GN RHL/ Gerhan Tahun 2004.
B.

Sasaran Kegiatan
Kegiatan GN RHL/ Gerhan Tahun 2004 meliputi beberapa kegiatan antara lain :
1.


Pemulihan kerusakan hutan dan lahan melalui kegiatan vegetatif.
Kegiatan vegetatif ini yang berbentuk tanam menanam secara massal
dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan fungsi hutan dan lahan
yang ber kaitan dengan fungsi perlindungan, produktivitas, estetika,
maupun sosial budaya dalam ekosistem DAS, melalui kegiatan teknis :
a.

Reboisasi, diarahkan untuk perbaikan habitat satwa pada kawasan
hutan konservasi, pengaturan tata air pada hutan lindung, dan
produksi hasil hutan pada hutan produksi.

b. Hutan rakyat, diarahkan untuk menghasilkan kayu maupun hasil nir
kayu lainnya yang ber asal dari luar kawasan hutan.

4

c.

Rehabilitasi mangrove, diarahkan untuk mengantisipasi degradasi

wilayah pantai, intruisi air laut, dan meningkatkan produktivitas
wilayah pantai.

d. Penghijauan kota dan penanaman turus jalan, diarahkan untuk
memperbaiki kualiats lingkungan, menanggulangi pencemaran udara,
serta keindahan kota.
2.

Pengendalian erosi/ sedimentasi melalui kegiatan konservasi tanah.
Kegiatan ini diarahkan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya erosi
tanah dan membantu meningkatkan produktivitas lahan serta ketersediaan
air dalam tanah.

3.

Dukungan untuk memperkuat pelaksanaan kegiatan GN RHL/ Gerhan
melalui kegiatan spesifik
Kegiatan yang bersifat spesifik ini diarahkan untuk
pelaksanaan dan pengembangan kegiatan GN RHL/ Gerhan.

4.

mendukung

Memperkuat peran Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota serta pemberdayaan dan peningkatan partisipasi
masyarakat, melalui kegiatan yang bersifat mengembangkan kelembagaan
yang ada, dalam bentuk :
a.

Koordinasi antar Departemen.

b. Koordinasi antar I nstansi di tingkat Propinsi.
c.

Koordinasi antar I nstansi di tingkat Kabupaten/ Kota.

d. Pendampingan LSM dan penyuluh terhadap masyarakat/ kelompok tani.
5.

Diperolehnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan kegiatan
GN RHL/ Gerhan melalui pengawasan dan pengendalian yang efektif, baik
di tingkat Kabupaten/ Kota, Propinsi, maupun Nasional.

5

BAB I I I
JENI S KEGI ATAN DAN PELAKSANAAN GN RHL/ GERHAN TAHUN 2004

A. Kegiatan GN RHL/ Gerhan Tahun 2004
1.

Kegiatan pembibitan
a.

Kegiatan pembibitan mencakup pengadaan/ penyediaan bibit, renovasi
sentra produksi bibit dan renovasi persemaian permanen skala kecil
yang bertujuan untuk penyediaan bibit tanaman yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembuatan
tanaman reboisasi, hutan rakyat, rehabilitasi mangrove dan
penghijauan kota serta pengadaan bibit untuk pemeliharaan tanaman
tahun 2003. Pengadaan bibit tanaman kayu-kayuan, MPTS, endemik
dan bibit mangrove berada pada dokumen anggaran Pengembangan
Pembibitan pada 31 Balai Pengelolaan DAS (BPDAS).

b. Pengadaan bibit tanaman kayu-kayuan, MPTS dan endemik untuk
kegiatan reboisasi, hutan rakyat, turus jalan dan penghijauan kota
dilaksanakan oleh pihak I I I melalui proses penunjukan langsung
dengan mengacu peraturan perundangan yang berlaku. Sedang bibit
untuk kegiatan rehabilitasi mangrove dapat dibuat secara swakelola
atau melalui pengadaan pihak ke I I I . Jenis dan jumlah bibit yang akan
diadakan harus dikoordinasikan oleh BPDAS dengan pihak pelaksana
penanaman (Dinas yang mengurusi Kehutanan tingkat propinsi dan
kabupaten/ kota, dan UPT Ditjen PHKA).
c.

Pada dokumen kontrak antara Atasan Langsung Bendaharawan BPDAS
dengan pihak I I I harus memuat tentang jenis tanaman, jumlah bibit
masing-masing jenis tanaman, standar kualitas hasil bibit yang
diadakan, waktu pelaksanaan pengadaan, waktu serah terima bibit,
tempat serah terima bibit, dan sanksi-sanksi.

d. Pada kontrak juga harus ditegaskan bahwa pembayaran kegiatan
pengadaan bibit akan dilaksanakan setelah diadakan penilaian bibit
oleh Penilai yang diadakan oleh BPDAS atau Balai Perbenihan Tanaman
Hutan (BPTH) yang berada di wilayah propinsi setem pat. Penilai adalah
perguruan tinggi yang memiliki badan usaha. Hasil penilaian
dituangkan dalam Berita Acara yang akan dijadikan dasar bagi
pembayaran oleh Atasan Langsung Bendaharawan pada BPDAS.
e.

Proses penunjukan lembaga penilai oleh BPDAS atau BPTH
dilaksanakan melalui mekanisme penunjukan langsung sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Penunjukan lembaga penilai
dilaksanakan segera setelah kontrak pengadaan bibit dilaksanakan oleh
BPDAS. Tugas dari Penilai antara lain adalah melakukan penilaian
terhadap sarana prasarana pembibitan, proses pembuatan bibit
tanaman, jenis dan jumlah, asal usul, dan mutu fisik dan fisiologis
bibit, dokumen pembelian benih serta hasil pengujian benih.

6

f.

Mekanisme penilaian bibit diatur tersendiri dalam petunjuk pelaksanaan
penilaian bibit.

g. Mekanisme serah terima terima bibit tanaman adalah sebagai berikut :

2.

1)

Hasil penilaian dituangkan dalam suatu Berita Acara Hasil Penilaian
diserahkan kepada Atasan Langsung Bendaharawan pada BPDAS
atau BPTH dan diketahui oleh Kepala BPDAS atau Kepala BPTH.

2)

Khusus untuk penilaian yang anggarannya berada pada satker
BPTH, lembaga penilai menyerahkan hasil penilaian kepada Kepala
BPTH dan Kepala BPDAS dengan lembar asli ditujukan kepada
Atasan Langsung Bendaharawan di BPDAS sebagai dasar
pembayaran bibit.

3)

Berdasarkan hasil penilaian, Atasan Langsung Bendaharawan di BP
DAS memberitahukan kepada Pengada Bibit untuk menyerahkan
bibit kepada Atasan langsung Bendaharawan.

4)

Atas dasar pemberitahuan tersebut Pengada Bibit menyerahkan
bibit yang telah lulus penilaian kepada ALB yang dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima Bibit dan diketahui oleh Kepala BP DAS.

5)

Selanjutnya Atasan Langsung Bendaharawan menyerahkan bibit
kepada Kepala BPDAS yang dituangkan dalam suatu Berita Acara.

6)

Kepala BPDAS selanjutnya menyerahkan bibit kepada pihak
pelaksana penanaman (Kepala Dinas yang menangani bidang
kehutanan di Propinsi dan Kabupaten/ Kota, Kepala UPT Ditjen
PHKA). Penyerahan ini dituangkan dalam suatu Berita Acara.

7)

Selanjutnya bibit tersebut diserahkan kepada Atasan langsung
Bendaharawan Kegiatan GN RHL/ Gerhan pada instansi pelaksana
penanaman (Dinas yang menangani bidang Kehutanan Propinsi
dan Kabupaten/ Kota, UPT Ditjen PHKA Kabupaten/ Kota) untuk
dilakukan penanaman di lapangan.

8)

Pembayaran kepada pengada bibit dilaksanakan setelah serah
terima bibit dilaksanakan sebagimana tersebut pada butir 7).

Kegiatan pembuatan tanaman dan bangunan konservasi tanah
a.

Kegiatan pembuatan tanaman dan bangunan konservasi tanah
dilaksanakan oleh Dinas yang mengurus kehutanan di Propinsi dan
Kabupaten/ Kota, serta UPT Ditjen PHKA. Kegiatan pembuatan tanaman
meliputi reboisasi, rehabilitasi magrove, penghijuan kota, hutan rakyat
dan turus jalan, sedangkan pembuatan bangunan konservasi tanah
yaitu berupa pembangunan dam pengendali, dam penahan, pengendali
jurang (gully plug), embung dan sumur resapan. Setiap jenis kegiatan
fisik GN RHL/ Gerhan harus mengacu rancangan teknis kegiatannya.

7

b. Pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman pada kawasan hutan
(hutan lindung dan hutan produksi), hutan rakyat, rehabilitasi hutan
magrove dan pembuatan bangunan konservasi tanah, dilaksanakan
secara swakelola melalui sistem SPKS kepada kelompok tani. SPKS
dilakukan untuk pembayaran upah kerja pada kegiatan fisik.
c.

Kegiatan pembuatan tanaman pada hutan konservasi, turus jalan dan
penghijauan kota dilaksanakan secara swakeloka bekerjasama dengan
masyarakat setempat.

d. Pelaksanaan penanaman pada kawasan hutan yang berada di wilayah
terpencil dan tidak tersedia tenaga kerja dapat dilakukan melalui pola
kerjasama
dengan
memanfaatkan
kepeloporan
TNI
yang
pelaksanaanya diatur bukan seperti pemborongan kepada pihak ke I I I .
e.

Satuan kerja pelaksana kegiatan GN RHL/ Gerhan Tahun 2004 adalah :
1)

Kegiatan penanaman dan konservasi tanah dilaksanakan oleh
Dinas yang mengurus kehutanan pada 372 Kabupaten/ Kota.

2)

Kegiatan Rehabilitasi Hutan Konservasi dilaksanakan oleh UPT
Ditjen PHKA pada 20 Satker BKSDA/ BTN dan 6 Satker Dinas
Kehutanan Provinsi untuk Tahura.

3)

Kegiatan penanaman turus jalan oleh 8 Satker pada Dinas
Kehutanan Provinsi.

3.

Kegiatan pemeliharaan tanaman tahun 2003 (reboisasi pada hutan
produksi dan lindung serta hutan rakyat) dlaksanakan secara SPKS dengan
kelompok tani.

4.

Kegiatan Spesifik, terdiri dari:
a.

Pembuatan tanaman dengan sistem silvikultur insentif dilaksanakan
oleh 5 Satker BPDAS.

b. Pengembangan Jati Muna dilaksanakan oleh Satker pada Dinas
Kehutanan Propinsi Sulawesi Tenggara.
c.

Renovasi Sentra Produksi Bibit dilaksanakan oleh Satker Balai
Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) wilayah Kalimantan dan
Persemaian Permanen Skala kecil oleh Dinas Kehutanan Propinsi DI Y.

d. Pengembangan dan Penelitian oleh Satker Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.
5.

Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Gerhan Tahun 2004 dilaksanakan
oleh 31 Satuan Kerja Dinas yang mengurus kehutanan di Propinsi.

8

B.

Tolok Ukur dan Jenis Kegiatan
Tolok ukur dan jenis kegiatan pada setiap Kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun
2004:
1.

Kegiatan Pembibitan pada BPDAS
a.

Administrasi Kegiatan

b. Perencanaan
c.

Pengadaan Bibit,
1)

Kayu-kayuan

2)

Multi Purposes Tree Species (MPTS)

3)

Bibit Mangrove

d. Pengembangan kelembagaan

2.

e.

Penilaian bibit

f.

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan Penilaian Bibit pada BPTH
a.

Administrasi Kegiatan

b. Pengembangan kelembagaan
c.
3.

Pengawasan dan Pengendalian

Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Gerhan pada 31 Dinas
Kehutanan Propinsi;
a.

Administrasi Kegiatan

b. Pembinaan dan Pengendalian

c.
4.

1)

Penyelenggaraan Kesekretariatan Gerhan

2)

Pembinaan dan Monitoring Fisik Kegiatan Gerhan

3)

Penilaian tanaman

Pada beberapa Propinsi dilakukan kegiatan
pemeliharaan pada Taman Hutan Raya (Tahura)

rehabilitasi

dan

Kegiatan Penananam dan Konservasi Tanah
a.

Administrasi Kegiatan

b. Perencanaan Teknis
Perencanaan Teknis terhadap seluruh kegiatan fisik yang akan
dilaksanakan, meliputi perencanaan t eknis Reboisasi (di Hutan
Lindung, Hutan Produksi, dan Hutan Konservasi), Rehabilitasi
Mangrove, Penghijauan Kota, Hutan Rakyat, Dam Pengendali, Dam
Penahan, Gully Plug, Embung dan Sumur Resapan.

9

c.

Kegiatan Fisik
1)

Pelaksanaan kegiatan fisik yang akan dilaksanakan, meliputi
penanaman Reboisasi (di Hutan Lindung, Hutan Produksi, dan
Hutan Konservasi), Rehabilitasi Mangrove, Penghijauan Kota,
Hutan Rakyat, pembuatan Dam Pengendali, Dam Penahan, Gully
Plug, Embung dan Sumur Resapan

2)

Pemeliharaan tanaman kegiatan reboisasi dan hutan rakyat

d. Pengembangan Kelembagaan,

e.

1)

I nventarisasi data/ informasi sosekbud masyarakat sekitar lokasi,

2)

Pelatihan Petani Kader RHL,

3)

Pendampingan/ pemberdayaan
penguatan kelompok tani)

Kelompok

Tani

(temu

usaha,

Pembinaan dan Pengendalian
Bimbingan Teknis dan Monitoring Fisik Kegiatan Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

5.

Kegiatan Rehabilitasi Hutan di Kawasan Konservasi
a.

Administrasi Kegiatan

b. Perencanaan Teknis
Penyusunan rancangan teknis reboisasi hutan konservasi
c.

Kegiatan Fisik berupa pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi
dan pemeliharaan tanaman

d. Pembinaan dan Pengendalian berupa bimbingan teknis dan monitoring
fisik kegiatan rehabilitasi hutan konservasi
6.

Penanaman Turus Jalan
a.

Administrasi Kegiatan

b.

Penyusunan rencana penanam an turus jalan

c.

Penanaman turus jalan

d.

Monitoring dan evaluasi penanaman turus jalan

7.

Pembuatan Tanaman dengan Sistem Silvikultur I ntensif

8.

Pengembangan Jati Muna di Propinsi Sulawesi Tenggara

9.

Renovasi Sentra Produksi Bibit di Propinsi Kalimantan Selatan dan
Persemaian Permanen Skala Kecil di Propinsi DI Y.

10. Penelitian dan Pengembangan

10

C. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Gerhan tahun 2004 dilaksanakan oleh 461 Satuan Kerja (Satker)
Kegiatan, yang terdiri dari :
1.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

:

1 Satker Kegiatan

2.

Dinas Propinsi yang mengurusi kehutanan

:

31 Satker Kegiatan

3.

UPT Direktiorat Jenderal RLPS

:

37 Satker Kegiatan

4.

UPT Direktorat Jenderal PHKA

:

20 Satker Kegiatan

5.

Dinas Kabupaten/ Kota yang mengurusi kehutanan : 372 Satker Kegiatan

11

BAB I V
ORGANI SASI PADA TI NGKAT PELAKSANA KEGI ATAN

A. Organisasi Kegiatan
Organisasasi penyelenggaraan Kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun 2004 adalah
sebagaimana pada Gambar 1.

PEMBI NA HARI AN

ATASAN LANGSUNG ALB

ATASAN LANGSUNG BENDAHARAWAN (ALB)

STAF SEKRETARI AT

BENDAHARAWAN

PI NLAK

PUMK
Keterangan

:
= Garis Komando
= Garis Konsultasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Kegiatan GN RHL/ Gerhan Tahun 2004

B.

Tugas Personil Kegiatan
1.

Pembina Harian mempunyai tugas :
a.

Mengkoordinasikan rencana dan pelaksana kegiatan.

b. Melakukan pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian melekat
c.

Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan

d. Melaporkan pelaksanaan kegiatan GN RHL/ Gerhan kepada Direktur
Jenderal RLPS, apabila terjadi penyimpangan wajib menindaklanjuti
dan memberikan saran pemecahannya.
e.

Melaksanakan pemeriksaan kegiatan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam satu tahun yang menjadi tanggung jawabnya.

12

2.

Atasan Langsung Atasan Langsung Bendaharawan mempunyai tugas :
a.

Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan sesuai kebijaksanaan
teknis

b. Mengendalikan dan menilai pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku.
c.

Mengevaluasi ketepatan, ketaatan dan pencapaian target pelaksanaan
kegiatan

d. Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Pembina Harian, apabila
terdapat penyimpangan wajib menindaklanjuti dan memberikan saran
pemecahannya
e.

Melaksanakan koordinasi untuk kelancaran kegiatan

f.

Melaksanakan pemeriksaan pelaksanaan kegiatan sedikitnya 6 bulan
sekali.

g. Melaksanakan pengawasan melekat
3.

Atasan Langsung Bendaharawan mempunyai tugas :
a.

Bertanggung jawab atas penyelesaian kegiat an sesuai dengan jadwal
waktunya, baik dari segi keuangan maupun fisik untuk kegiatan yang
dipimpinnya

b. Membentuk dan menetapkan organisasi kegiatan
c.

Mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran yang dikelola sesuai
ketentuan yang berlaku

d. Melakukan pengujian terhadap setiap tagihan sebelum memberikan
persetujuan untuk dibayar
e.

Melakukan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan

f.

Menyusun
laporan
bulanan,
triwulan,
semesteran
dan
tahunan/ Akuntanbilitas
kegiatan
dan
bertanggungjawab
atas
penyampaian laporan kepada pejabat yang terkait sesuai ketentuan
yang berlaku

g. Memeriksa Kas Bendaharawan sedikitnya 3 bulan sekali
4.

Pemimpin Pelaksana (Pinlak) mempunyai tugas
a.

Membantu Atasan Langsung Bendaharawan dalam melaksanakan
kegiatan dan penggunaan anggaran

b. Melakukan koordinasi dan bimbingan teknis terhadap pelaksana
kegiatan operasional di lapangan
c.

Melakukan monitoring dan evaluasi
RHL/ Gerhan pada wilayah tertentu

pelaksanaan

kegiatan

GN

d. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan GN
RHL/ Gerhan kepada Atasan Langsung Bendaharawan.

13

e.
5.

Mengerjakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Atasan Langsung
Bendaharawan.

Bendaharawan Kegiatan mempunyai tugas :
a.

Menyelenggarakan pengelolaan keuangan yang diserahkan kepadanya
dengan
sebaik-baiknya
untuk
menerima,
menyimpan
dan
membayarkan uang atas perintah Atasan Langsung Bendaharawan.

b. Bertanggungjawab atas keadaan kas dan surat berharga yang menjadi
tanggungjawabnya.
c.

Sebelum
melaksanakan
pembayaran
bendaharawan
harus
mengadakan pengujian terlebih dahulu secara teliti atas keabsahan
tanda bukti/ tagihan sebelum melakukan pembayaran

d. Menyelenggarakan pembukuan dan menatausahakan keuangan secara
tertib, teratur dan terus menerus sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
e.

Selambat-lambatnya pada tanggal 10 setiap bulan berikutnya waj ib
mengirimkan laporan keadaan kas kegiatan (LKKK) bulan yang lalu
kepada Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dengan
tembusan disampaikan kepada Dirjen RLPS dan I nstansi lain terkait.

f.

Melakukan pungutan dan membukukan pajak penghasilan (PPh) dan
pajak pertambahan nilai (PPn) serta pajak lainnya atas pembayaran
yang dilakukannya dan menyetor ke Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara/ rekening KPKN pada Bank Pemerintah sesuai ketentuan yang
berlaku serta membuat dan menyampaikan laporan penerimaan dan
penyetoran pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Menyetor sisa anggaran yang tidak terserap pada akhir tahun
anggaran ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/ rekening KPKN
pada Bank Pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku
h. Mengajukan surat permintaan pembayaran dana UYHD/ tambahan
UYHD/ ganti UYHD (SPP-DU/ TU/ GU) ke KPKN setempat dengan
tembusan kepada Dirjen RLPS dilampiri bukti (untuk SPPGU bukti
pengeluaran + SPM lengkap)

6.

i.

Menyiapkan data keuangan kepada Atasan Langsung Bendaharawan
secara berkala atau pada saat diperlukan.

j.

Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Atasan
Langsung Bendaharawan

Staf Sekretariat Kegiatan mempunyai tugas :
a.

Membantu Atasan Langsung Bendaharawan
administrasi agar tertib dan lancar

dalam

pengelolaan

b. Mengoreksi/ memeriksa permintaan anggaran belanja dari unit-unit
kerja yang akan dibebankan pada anggaran kegiatan

14

c.

Mengoreksi/ memeriksa bukti-bukti pengeluaran dari unit-unit kerja dan
memberikan fiat sebelum dimajukan kepada Atasan Langsung
Bendaharawan.

d. Mempersiapkan pemeriksaan kas bendaharawan oleh Atasan Langsung
Bendaharawan untuk mengadakan pemeriksaan setiap 3 bulan sekali
e.

Menyusun konsep
Bendaharawan.

laporan

hasil

pemeriksaan

Atasan

Langsung

f.

Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan secara periodik (bulanan, triwulan)

g. Menyusun konsep laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan/
akuntabilitas
h. Melaksanakan tugas
Bendaharawan.

lainnya

yang

diberikan

Atasan

Langsung

i.

Membantu membuat
daftar
anggaran,
melakukan verifikasi,
menyelenggarakan pembukuan, pembuatan LKKA, LKKP menyusun
berkas pengajuan SPP.

j.

Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Atasan
Langsung Bendaharawan Kegiatan.

15

BAB V
PENYELENGGARAAN KEGI ATAN

A. Dasar Penyelenggaraan
Pedoman yang dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun
2004 adalah berupa :
1.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya

2.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

3.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah

4.

Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan

5.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2002 tentang Dana Reboisasi

7.

Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

8.

Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah

9.

Surat
Keputusan
Bersama
3
Menteri
Koordinator
Nomor
09/ KEP/ MENKO/ KESRA/ I I I / 2004, KEP.16/ M.EKON/ 03/ 2004, dan KEP.08/
MENKO/ POLKAM/ I I I / 2004 tanggal 31 Maret 2004 tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan Melalui Rehabilitasi dan Reboisasi
Nasional.

10. Peraturan Menteri Kehutanan tentang Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang diatur
tersendiri.
B.

Pola Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun 2004 dilaksanakan secara swakelola dan oleh
pihak I I I . Pada Tabel 1 berikut disajikan pola pelaksanaan kegiatan GN RHL/
Gerhan tahun 2004.

16

Tabel 1. Pola Penyelenggaraan Kegiatan Gerhan Tahun 2004

No.
I.

Kegiatan

Pola
Pengelolaan

Keterangan

Pengembangan Pembibitan pada BPDAS

a. Administrasi Kegiatan
b. Pengadaan bibit * )

• Kayu-kayuan
• MPTS
• Endemik
• Bibit mangrove
c. Pengembangan kelembagaan
d. Pemantauan dan evaluasi
e. Penilaian bibit

f. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan penyediaan bibit

Swakelola
Penunjukan Langsung
oleh Kepala BPDAS
Pihak I I I
Pihak I I I
Pihak I I I
Swakelola/ Untuk Swakelola tanpa
Pihak I I I Penunjukan Langsung
Swakelola
Pihak I I I

Penunjukan Langsung
oleh Kepala BPDAS
kepada Perguruan
Tinggi yang memiliki
badan usaha

Swakelola

I I . Penilaian Bibit pada BPTH
a. Administrasi Kegiatan
b. Pengembangan kelembagaan
c. Pengawasan dan Pengendalian
• Pelaporan
• Bintek dan Monev
• Pengawasan dan penilaian bibit

Swakelola
Swakelola
Swakelola
Swakelola
Pihak I I I

Penunjukan Langsung
oleh Kepala BPTH/
BPDAS kepada
Perguruan Tinggi yang
memiliki badan usaha

I I I . Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan
Gerhan pada Dinas Propinsi
a. Administrasi Kegiatan
Swakelola
b. Pembinaan dan Pengendalian
• Penyelenggaraan kesekretariatan Gerhan Swakelola
• Pembinaan dan monitoring fisik kegiatan Swakelola
Gerhan
• Penilaian tanaman
Pihak I I I

Penunjukan Langsung
oleh Kepala Dinas
Propinsi kepada
Perguruan Tinggi yang
memiliki badan usaha

17

No.

Pola
Pengelolaan

Kegiatan

c. Rehabilitasi dan pemeliharaan Tahura

Swakelola

Keterangan
Dilaksanakan pada
beberapa Dinas
Kehutanan Propinsi

I V. Penanaman dan Konservasi tanah pada
Dinas Kabupaten/ Kota
a. Administrasi Kegia tan
b. Perencanaan Teknis
• Penyusunan rancangan teknis reboisasi,
rehabillitasi mangrove, hutan rakyat,
penghijauan kota dan konservasi tanah.
c. Kegiatan Fisik
• Pembuatan
tanaman
reboisasi,
rehabilitasi mangrove, hutan rakyat,
penghijauan
kota dan
pembuatan
bangunan konservasi tanah
• Pemeliharaan tanaman reboisasi dan
hutan rakyat
d. Pengembangan Kelembagaan
• I nventarisasi dan identifikasi sosekbud
masyarakat sekitar lokasi
• Pelatihan petani kader rehabilitasi hutan
dan lahan
• Pendampingan/ pemberdayaan kelompok
tani rehabilitasi hutan dan lahan (temu
usaha, penguatan kelompok)
• Kepeloporan TNI
e. Monitoring dan evaluasi
• Bimbingan teknis dan monitoring fisik
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
serta pembuatan bangunan konservasi
tanah
V. Pembuatan
Konservasi

Tanaman

Reboisasi

Swakelola
Swakelola

Swakelola

Swakelola
Swakelola
Swakelola

Swakelola

Ditunjuk Pinlak pada
Satuan TNI setempat

Swakelola

Hutan

a. Administrasi Kegiatan
b. Perencanaan Teknis
• Penyusunan rancangan teknis reboisasi
hutan konservasi
c. Kegiatan Fisik
• Pembuatan tanaman reboisasi hutan
konservasi
• Pemeliharaan tanaman
d. Pembinaan dan Pengendalian
• Bimbingan teknis dan monitoring fisik
kegiatan rehabilitasi hutan konservasi

Swakelola
Swakelola

Swakelola

Pada lokasi tertentu

Swakelola

18

No.

Kegiatan

Pola
Pengelolaan

Keterangan

VI . Penanaman Turus Jalan
a. Administrasi Kegiatan
b. Penyusunan rencana penanaman
jalan
c. Penanaman turus jalan
d. Monitoring dan evaluasi

Swakelola
turus Swakelola
Swakelola
Swakelola

VI I . Pembuatan percontohan tanaman sistem Swakelola
silvikultur intensif
VI I I . Renovasi Sentra Produksi Bibit
Persemaian Permanen Skala Kecil

dan Pihak ke I I I

IX. Pengembangan Jati Muna

Swakelola

X. Penelitian dan Pengembangan

Swakelola

Catatan :
* ).

Metoda pemilihan penyedia bibit dan jasa konsulta nsi penilai bibit serta realisasi tanaman
diatur tersendiri dengan Keputusan Menteri Kehutanan
* * ). Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerhan diatur dengan Peraturan Menteri
Kehutanan

C. Perubahan/ Pergeseran dalam SKO-R
1.

Perubahan/ pergeseran dalam SKO-R diputuskan oleh Menteri Keuangan cq.
Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan usulan dari Menteri Kehutanan
atau pejabat yang ditunjuk.
a.

Pergeseran biaya tidak dapat dilakukan :
1)

Dari belanja modal ke belanja penunjang

2)

Dari belanja modal fisik ke belanja modal non fisik

b. Pengecualian ketentuan dalam butir (b) harus seijin Menteri Keuangan
c.

Keputusan perubahan SKO-R disampaikan kepada:
1)

Ketua Bapak Pemeriksa Keuangan (BPK);

2)

Menteri/ Pimpinan lembaga yang bersangkutan

3)

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

4)

Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP);

5)

Kepala Badan Akuntansi Negara (BAKUN)

6)

Direktur I nformasi dan Evaluasi Anggaran (DI EA), Direktorat
Jenderal Anggaran;

7)

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;

19

8)

Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN), dan

9)

Atasan Langsung Bendaharawan (ALB)

d. Departemen/ Lembaga menyampaikan perubahan SKO-R yang telah
disahkan kepada :

2.

1)

Direktur Jenderal/ Unit Eselon I yang bersangkutan

2)

I nspektur Jender al Departemen/ Unit Pengawasan pada Lembaga;

e.

Berdasarkan revisi SKO-R yang telah disahkan, disusun Rincian
Perhitungan (RP) oleh Pejabat Eselon I / pejabat lain dibawahnya yang
ditunjuk pada Depar temen/ Lembaga yang membawahkan kegiatan
bersangkutan.

f.

Departemen/ Lembaga menyampaikan RP yang telah direvisi kepada :
1)

Direktur Jenderal Anggaran

2)

ALB

Perubahan/ Revisi pada Rincian Perhitungan
Perubahan/ revisi pada suatu kegiatan dalam dokumen Rincian Perhitungan
(RP) baik menyangkut biaya satuan, jumlah biaya, volume fisik, lokasi,
maupun substansi kegiatannya sendiri, diperkenan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a.

Usulan revisi diajukan kepada ALB oleh pelaksana. Apabila pelaksana
berada di luar Satker ALB, maka usulan diketahui oleh Kepala Satker
pelaksana yang bersangkutan.

b. Usulan revisi ditelaah dan diajukan oleh ALB dengan diketahui oleh
Kepala Satuan Kerja. Kepala Satker diperkenankan memberikan
persetujuan revisi apabila usulan revisi yang diajukan hanya bersifat
kesalahan ketik
c.

Sedangkan usulan revisi yang bersifat perubahan biaya satuan, jumlah
biaya, volume fisik, lokasi, maupun substansi kegiatannya sendiri harus
terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari Eselon I penangungjawab
program.

d. Selanjutnya rekomendasi disampaikan kepada Koordinator Departemen
Kehutanan untuk diberikan penetapannya.
D. Pengawasan dan Pengendalian
1.

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan
GN RHL/ Gerhan tahun 2004, pengawasan dan pengendalian dilaksanakan
sebagai berikut :
a.

Pembinaan teknis melalui pemberian pedoman, bimbingan, arahan,
pelatihan dan supervisi.

b. Pengawasan dan Pengendalian terhadap penyelenggaraan program
GN RHL/ Gerhan di propinsi.

20

c.

Pengawasan dan Pengendalian terhadap
GN RHL/ Gerhan di kabupaten/ kota.

pelaksanaan

kegiatan

d. Pengawasan dan Pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan
GN RHL/ Gerhan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kehutanan.
e.
2.

Penyelenggaraan pelaporan pengawasan dan pengendalian.

Pelaksana kegiatan pengawasan dan pengendalian adalah sebagai berikut:
a.

Pengendalian dan pembinaan (teknis dan administrasi keuangan)
secara nasional dilaksanakan oleh Ditjen RLPS.

b. Khusus untuk pengawasan dari aspek keuangan akan dilaksanakan
oleh I nspektorat Jenderal Departemen Kehutanan dengan bekerja
sama dengan Bawasda setempat.
c.

Pengawasan dan Pengendalian terhadap penyelengaraan program GN
RHL/ Gerhan di kabupaten/ kota dilaksanakan oleh Gubernur.

d. Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan kegiatan GN RHL/ Gerhan
di kabupaten/ kota dilaksanakan oleh Bupati/ Walikota.

3.

e.

Bimbingan teknis terhadap pelaksanaan kegiatan GN RHL/ Gerhan di
BP-DAS dilaksanakan oleh Ditjen RLPS.

f.

Bimbingan teknis terhadap pelaksanaan kegiatan GN RHL/ Gerhan di
Kabupaten/ Kota dilaksanakan oleh Ditjen RLPS bersama UPT Ditjen
RLPS.

Tugas masing-masing institusi yang terkait dengan kegiatan GN
RHL/ Gerhan dalam kaitan pengawasan dan pengendalian adalah sebagai
berikut :
a.

Pengendalian dan pembinaan (teknis dan administrasi keuangan)
secara nasional oleh Menteri Kehutanan c.q. Ditjen RLPS.
1)

Menerbitkan petunjuk pelaksanaan sebagai bahan acuan bagi
propinsi dan kabupaten/ kota serta melaksanakan pemantauan atas
keterlaksanaan pedoman-pedoman tersebut.

2)

Melakukan
pemantauan
dan
pengendalian
atas
kinerja
penyelenggaraan GN RHL/ Gerhan di Propinsi, Kabupaten/ Kota dan
UPT Depar temen Kehutanan berdasarkan laporan yang diterima
dari Gubernur, Bupati/ Walikota dan UPT Departemen Kehutanan.

3)

Melakukan tindak korektif dan atau pemberian arahan atau
bimbingan secara langsung kepada para penyelenggara/ pelaksana
GN
RHL/ Gerhan.
Pelaksanaan
tindak
korektif
kepada
penyelenggara/ pelaksana GN RHL/ Gerhan di propinsi dilaksanakan
melalui koordinasi dengan Gubernur dan di kabupaten/ kota
dilaksanakan
melalui
koordinasi
dengan
Gubernur
dan
Bupati/ Walikota.

21

b. Pengawasan dan Pengendalian oleh Gubernur

c.

E.

1)

Melakukan pemantauan atas kinerja penyelenggaraan GN
RHL/ Gerhan yang dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan di propinsi
dan kabupaten/ kota .

2)

Melakukan tindak korektif melalui penyampaian usulan kepada
Menteri Kehutanan dan atau pemberian arahan atau bimbingan
secara langsung.

Pengawasan dan Pengendalian oleh Bupati/ Walikota
1)

Menyusun petunjuk teknis GN RHL/ Gerhan sesuai kebutuhan

2)

Melakukan pemantauan atas kinerja pelaksanaan kegiatan GN
RHL/ Gerhan pada Satuan Kerja di wilayahnya

3)

Melakukan tindak lanjut (tindak korektif) bilamana diperlukan.

Pelaporan GN RHL/ Gerhan
Ketentuan tentang pelaporan kegiatan GN RHL/ Gerhan diatur tersendiri dalam
Petunjuk Pelaksanaan Pelaporan GN RHL/ Gerhan.

22

BAB VI
PENUTUP
Penyelenggaraan kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun 2004 ini merupakan rangkaian
kegiatan GN RHL/ Gerhan tahun kedua dari yang direncanakan selama 5 tahun.
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraanya maka dilengkapi
pedoman dan petunjuk pelaksanaan kegiatan GN RHL/ Gerhan yang diatur
tersendiri.

MENTERI KEHUTANAN

MUHAMMAD PRAKOSA

23