ProdukHukum BankIndonesia
BOKS 1
PENGARUH SHOCK NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENDAPATAN NEGARA MITRA
DAGANG TERHADAP EKSPOR PROPINSI BANTEN
Pendahuluan
Sektor industri di Banten yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Banten
(45,28% terhadap PDRB Banten tahun 2008) tidak dapat terlepas dari kegiatan
perdagangan internasional. Berdasarkan data PEB Bank Indonesia menurut ISIC, pada
tahun 2008 nilai ekspor sektor industri di Banten mencapai lebih dari 90% terhadap total
nilai ekspor Banten. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari industri di Banten yang
berorientasi ekspor. Namun di sisi lain, nilai impor Banten juga sangat besar dimana import
content dunia usaha di Banten sangat tinggi (86,76% terhadap total impor Banten pada
tahun 2008). Krisis keuangan global yang menimpa banyak negara maju di dunia berimbas
pada kegiatan ekspor dan impor Banten. Depresiasi nilai tukar Rupiah terjadi setelah krisis
yang seharusnya membantu peningkatan ekspor namun menjadi tertahan dan bahkan
mengalami penurunan karena pendapatan negara mitra dagang seperti USA juga menurun.
Growth Volume Ekspor (y-o-y)
Growth Nilai Ekspor (y-o-y)
120.00
100.00
80.00
60.00
% 40.00
20.00
0.00
-20.00 Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III
-40.00
2003
2004
2005
Growth Ekspor (y-o-y)
2006
2007
2008
200.00
150.00
Growth Nilai
Ekspor Banten
(y-o-y)
100.00
%
50.00
0.00
-50.00 Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw
I III I III I III I III I III I III
Poly. (Growth
Nilai Ekspor
Banten (y-o-y))
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Poly. (Growth Ekspor (y-o-y))
Grafik 1.1 Pertumbuhan Volume Ekspor Banten
Grafik 1.2 Pertumbuhan Nilai Ekspor Banten
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikaji bagaimana struktur ekspor Propinsi
Banten serta pengaruh dari shock nilai tukar Rupiah dan perubahan pendapatan negara
mitra dagang terhadap kegiatan ekspor Propinsi Banten. Hal ini penting untuk memberikan
gambaran dan rekomendasi mengenai komoditas utama ekspor Banten dan dampak dari
pergerakan nilai tukar serta pendapatan negara mitra dagang terhadap ekspor Propinsi
Banten. Penelitian tersebut dikembangkan dengan metode analisis deskriptif, melalui suatu
adaptasi terhadap model Performance-Importance Analysis untuk melihat komoditas
unggulan ekspor serta menggunakan metode Vector Auto Regression untuk melihat
dampak dari shock nilai tukar Rupiah dan pendapatan negara mitra dagang terhadap ekspor
Banten.
Hasil Penelitian
Alas kaki merupakan komoditas utama ekspor Banten dengan pangsa mencapai 18,67%
terhadap total ekspor, kemudian diikuti oleh beberapa produk mulai dari bahan plastik,
Boks 1 - 1
produk kimia organik dan lainnya hingga komoditas plastik olahan. Dilihat dari negara
tujuannya, USA merupakan negara tujuan utama ekspor Banten dengan rata-rata pangsa
sebesar 17,78%.
Komoditas yang memiliki rata-rata pangsa terhadap total nilai ekspor Banten tinggi dan ratarata pertumbuhannya pun tinggi adalah produk kimia organik sehingga digolongkan ke
dalam kuadran “dipertahankan” yang berarti kestabilan industri tersebut harus dijaga karena
menjadi penopang bagi ekspor Banten. Sedangkan untuk komoditas bahan plastik yang
memiliki rata-rata pangsa relatif tinggi namun pertumbuhannya rendah berada pada kuadran
“prioritas tinggi” yang berarti perlu didorong pertumbuhannya karena memiliki kontribusi
yang tinggi terhadap total ekspor.
Tabel 1. Sepuluh Komoditas Utama Ekspor Banten
No.
Jenis Barang Menurut Kode SITC
2 digit
Rata-rata
Pangsa
Terhadap Nilai
Ekspor
Rata-rata Pangsa
Terhadap Volume
Ekspor
1.
2.
85 - Alas Kaki
57 - Bahan plastik
18,67
10,60
1,80
14,81
3.
4.
51 - Produk Kimia Organik
84 - Pakaian Jadi
9,74
8,53
17,02
0,71
5.
6.
64 - Kertas dan olahannya
65 - Tekstil dan Produk Tekstil
7,17
6,35
16,35
3,10
7.
5,35
1,49
3,55
3,38
9.
68 - Logam bukan besi
63 - Barang-barang olahan dari
kayu dan gabus
67 - Besi dan baja
2,90
11,40
10.
58 - Plastik olahan
1.92
1,07
8.
Tabel 2. Sepuluh Negara Tujuan Utama Ekspor Banten
No.
Negara Tujuan
%
1
USA
17,78
2
China
11,46
3
Japan
10,70
4
Malaysia
6,04
5
Singapore
4,15
6
Belgium
4,06
7
Thailand
3,30
8
South Korea
3,12
9
Germany
2,98
10
Australia
2,95
Untuk komoditas besi dan baja, logam bukan besi, kertas dan olahannya, pakaian jadi serta
tekstil dan produk tekstil dikategorikan ke dalam “prioritas rendah” yang berarti
Boks 1 - 2
pengembangan jangka panjang dibutuhkan untuk menaikkan rating komoditas ini menuju
kuadran yang lebih baik. Karena industi besi dan baja, tekstil dan produk tekstil, serta
industri lainnya yang masuk ke dalam kuadran ini tingkat penyerapan tenaga kerjanya tinggi,
maka dibutuhkan perhatian khusus untuk menjaga eksistensi industri-industri tersebut.
Terakhir, untuk komoditas plastik olahan dan barang-barang olahan dari kayu dan gabus
karena pangsa maupun pertumbuhannya relatif rendah, digolongkan ke dalam kuadran
“potensial”, yang berarti masih potensial untuk dikembangkan di masa depan (Grafik 3).
20.00
18.00
85 - Alas kaki
20.00
51 - Produk kimia organik
18.00
57 - Bahan plastik
14.00
Prioritas Tinggi
dipertahankan
57 - Bahan plastik
14.00
Prioritas Tinggi
84 - Pakaian jadi
dipertahankan
80.00
100.00
64 - Kertas dan olahannya
tirk
a
e
lV
8.0060.00
10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
8.00
40.00
65 - Tekstil dan Produk Tekstil
50.00
60.00
70.00
6.00
67 - Besi dan Baja
6.00
64 - Kertas dan olahannya
4.00
68 - Logam bukan besi
4.00
67 - Besi dan Baja
2.00
63 - Barang-barang olahan dari Kayu
dan Gabus
0.00
Prioritas Rendah
Potensial
2.00
a
P
n
h
sg
rtd
e
p
N
ilE
k
(o
)
%
tirk
a
e
lV
a
P
n
h
sg
rtd
e
p
N
ilE
K
(o
)
%
40.00
68 - Logam bukan besi
65 - Tekstil dan Produk Tekstil
10.00
20.00
84 - Pakaian jadi
12.00
12.00
0.00
51 - Produk kimia organik
16.00
-S
b
u
m
-S
b
u
m
16.00
85 - Alas kaki
Prioritas Rendah
63 - Barang-barang olahan dari Kayu
dan Gabus
-
58 - Plastik olahan
Potensial
58 - Plastik olahan
Pertumbuhan volume (%)-Sumbu Horizontal
Pertumbuhan nilai (%) - Sumbu Horizontal
Grafik 4. Analisis Tingkat Kepentingan dan
Kinerja Ekspor Banten (2)
Grafik 3. Analisis Tingkat Kepentingan dan
Kinerja Ekspor Banten (1)
Jika dilihat dari hubungan antara pertumbuhan volume ekspor dengan kontribusinya
terhadap nilai ekspor, komoditas yang masuk ke dalam kuadran “dipertahankan” adalah alas
kaki dan produk kimia organik. Komoditas yang tergolong ke dalam kuadran “prioritas tinggi”
adalah bahan plastik, komoditas yang tergolong ke dalam kuadran “prioritas rendah” adalah
kertas dan olahannya, logam bukan besi, dan pakaian jadi. Tekstil dan produk tekstil, plastik
olahan, besi dan baja, serta barang-barang dari kayu dan gabus tergolong ke dalam
komoditas yang “potensial” untuk dikembangkan.
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Response of LNVOL_X to LNVOL_X
Response of LNVOL_X to LNYUS
Response of LNVOL_X to LNRER
.25
.25
.25
.20
.20
.20
.15
.15
.15
.10
.10
.10
.05
.05
.05
.00
.00
.00
-.05
-.05
-.05
-.10
-.10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-.10
1
10
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 5. Grafik Impulse Response antara Volume Ekspor dengan Nilai Tukar Riil dan PDB USA
Boks 1 - 3
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Response of LNX to LNX
Response of LNX to LNER
Response of LNX to LNY_US
.3
.3
.3
.2
.2
.2
.1
.1
.1
.0
.0
.0
-.1
-.1
-.1
-.2
-.2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-.2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 6. Grafik Impulse Response antara Nilai Ekspor dengan Nilai Tukar Nominal dan PDB USA
Respon yang diberikan oleh volume ekspor atas shock dari kenaikan nilai tukar riil adalah
negatif pada awal terjadinya shock dan juga pada periode selanjutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika nilai tukar Rupiah mengalami shock positif (terapresiasi) terhadap USD pada
saat periode ke-1, volume ekspor Propinsi Banten akan mengalami penurunan dari periode
ke-1 hingga periode ke-3 dan berangsur kembali ke titik keseimbangannya. Hal ini masih
sejalan dengan teori yaitu ketika nilai tukar riil dari suatu negara meningkat akibat mata
uangnya terapresiasi, maka harga barang-barang dari negara tersebut relatif menjadi
meningkat dibandingkan dengan sebelum terapresiasi. Dengan kata lain, jika berbicara
pada sisi sebaliknya, ketika rupiah terdepresiasi volume ekspor Banten secara empirikal
akan terdorong meningkat (ceteris paribus).
Jika dilihat dari kaitannya dengan risiko nilai tukar, depresiasi rupiah akan mengakibatkan
terjadinya set off, dimana ketika rupiah terdepresiasi volume ekspor secara empirikal akan
terdorong meningkat (nilai ekspor pun akan meningkat ceteris paribus) di sisi lain depresiasi
yang terjadi justru dapat meningkatkan harga barang impor (import content untuk industri di
Banten sekitar 80%). Akhirnya, depresiasi rupiah dapat menghambat ekspor dan
menimbulkan efek saling menghilangkan sehingga net ekspor tidak langsung terdorong
meningkat (exchange rate risk effect). Ditambah pula dengan adanya fakta bahwa import
content industri di Banten yang tinggi, depresiasi yang terjadi justru dapat membawa neraca
perdagangan Banten menjadi defisit. Begitu pula dengan respon dari volume ekspor
terhadap pendapatan USA yang baru terasa dampaknya mulai periode ke-2.
Berdasarkan Grafik 6 diketahui bahwa respon dari nilai ekspor terhadap shock positif
(apresiasi) nilai tukar Rupiah terhadap USD tidak segera menurunkan nilai ekspor, dan akan
terasa dampaknya pada periode ke-2 dan berangsur-angsur mendekati titik
keseimbangannya pada periode ke-4. Begitu pula halnya dengan respon dari nilai ekspor
terhadap shock positif pendapatan negara mitra dagang. Shock positif (peningkatan)
pendapatan USA tidak langsung meningkatkan nilai ekspor, namun membutuhkan waktu
penyesuaian. Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh
dari pendapatan negara mitra dagang lebih besar daripada pengaruh nilai tukar terhadap
ekspor Banten.
Boks 1 - 4
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S.E.
LNVOL_X
LNRER
LNYUS
0.177623
0.196528
0.201924
0.204518
0.206391
0.208008
0.209478
0.210831
0.212077
0.213223
100.0000
98.71280
97.24125
95.87642
94.60971
93.43305
92.35103
91.36539
90.47221
89.66427
0.000000
0.332747
0.415009
0.404581
0.448951
0.564366
0.721190
0.891713
1.059767
1.217961
0.000000
0.954454
2.343738
3.718997
4.941337
6.002580
6.927777
7.742897
8.468023
9.117765
Cholesky Ordering: LNVOL_X LNRER LNYUS
Tabel 3. Forecast Error Variance Decomposition Volume Ekspor
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S.E.
LNX
LNY_US
LNER
0.132747
0.175416
0.206791
0.217336
0.239378
0.268575
0.286900
0.295699
0.300958
0.304744
100.0000
96.35078
83.53206
83.24904
72.89449
59.20394
52.10268
49.06897
47.38359
46.26168
0.000000
1.550012
1.203692
2.558357
12.10781
24.81578
31.67795
34.20995
35.35055
36.22819
0.000000
2.099210
15.26425
14.19260
14.99770
15.98027
16.21937
16.72108
17.26585
17.51013
Cholesky Ordering: LNX LNY_US LNER
Tabel 4. Forecast Error Variance Decomposition Nilai Ekspor
Rekomendasi
Berdasarkan hasil uji empirikal dan analisis deskriptif terhadap pengaruh variabelvariabel yang diuji terhadap volume dan nilai ekspor Banten serta mengingat nilai
impor Banten lebih besar dibandingkan dengan ekspornya, perlu dicari cara-cara
untuk lebih meningkatkan ekspor dan mengurangi impor Banten seperti:
a. Krisis yang melanda perekonomian banyak negara maju yang menjadi mitra
dagang industri dari Banten mendorong penurunan ekspor, untuk itu
diharapkan pemerintah dapat bekerjasama dengan pengusaha untuk mencari
pasar-pasar yang baru di luar yang telah ada kini.
b. Mengingat pakaian jadi merupakan salah satu dari sepuluh produk utama
ekspor Banten namun perlu ditingkatkan pertumbuhan dan pangsanya,
pembangunan industri di wilayah Banten Selatan dapat dijadikan alternatif
solusi. Hal ini dikarenakan selain industri pakaian jadi dapat menyerap
banyak tenaga kerja, juga karena masih adanya kesenjangan pembangunan
di Banten Utara dan Banten Selatan, sehingga diharapkan pada jangka
panjang dapat meningkatkan kesejahteraan Propinsi Banten dan mengurangi
pengangguran.
c. Disarankan pula untuk menggiatkan pengusaha untuk mengekspor barang
jadi sehingga harga jualnya dapat lebih tinggi.
d. Pemerintah Daerah Banten disarankan untuk meningkatkan kondisi
infrastruktur dimana keadaan infrastruktur yang tidak memadai di sejumlah
kawasan industri (seperti jalan di kawasan Cilegon) dapat menghambat
kondisi usaha dan pada akhirnya kepada ekspor Banten.
Boks 1 - 5
e. Infrasturuktur pelabuhan di Banten seperti Merak, Ciwandan dan Cigading
saat ini belum memadai (sebagian besar digunakan sebagai lalu lintas
barang yang berbentuk curah dan tidak dapat digunakan untuk barangbarang manufaktur lainnya) sehingga banyak industri di Banten tetap
menggunakan jasa pelabuhan di Jakarta dan pada akhirnya meningkatkan
biaya. Untuk itu disarankan untuk mempercepat pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus yang di dalamnya termasuk pembangunan pelabuhan
Bojonegara, dimana hal ini dapat menguntungkan pengusaha karena akan
mengurangi biaya, dan pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian
Banten.
Boks 1 - 6
PENGARUH SHOCK NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENDAPATAN NEGARA MITRA
DAGANG TERHADAP EKSPOR PROPINSI BANTEN
Pendahuluan
Sektor industri di Banten yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Banten
(45,28% terhadap PDRB Banten tahun 2008) tidak dapat terlepas dari kegiatan
perdagangan internasional. Berdasarkan data PEB Bank Indonesia menurut ISIC, pada
tahun 2008 nilai ekspor sektor industri di Banten mencapai lebih dari 90% terhadap total
nilai ekspor Banten. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari industri di Banten yang
berorientasi ekspor. Namun di sisi lain, nilai impor Banten juga sangat besar dimana import
content dunia usaha di Banten sangat tinggi (86,76% terhadap total impor Banten pada
tahun 2008). Krisis keuangan global yang menimpa banyak negara maju di dunia berimbas
pada kegiatan ekspor dan impor Banten. Depresiasi nilai tukar Rupiah terjadi setelah krisis
yang seharusnya membantu peningkatan ekspor namun menjadi tertahan dan bahkan
mengalami penurunan karena pendapatan negara mitra dagang seperti USA juga menurun.
Growth Volume Ekspor (y-o-y)
Growth Nilai Ekspor (y-o-y)
120.00
100.00
80.00
60.00
% 40.00
20.00
0.00
-20.00 Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III Tw I Tw III
-40.00
2003
2004
2005
Growth Ekspor (y-o-y)
2006
2007
2008
200.00
150.00
Growth Nilai
Ekspor Banten
(y-o-y)
100.00
%
50.00
0.00
-50.00 Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw
I III I III I III I III I III I III
Poly. (Growth
Nilai Ekspor
Banten (y-o-y))
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Poly. (Growth Ekspor (y-o-y))
Grafik 1.1 Pertumbuhan Volume Ekspor Banten
Grafik 1.2 Pertumbuhan Nilai Ekspor Banten
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikaji bagaimana struktur ekspor Propinsi
Banten serta pengaruh dari shock nilai tukar Rupiah dan perubahan pendapatan negara
mitra dagang terhadap kegiatan ekspor Propinsi Banten. Hal ini penting untuk memberikan
gambaran dan rekomendasi mengenai komoditas utama ekspor Banten dan dampak dari
pergerakan nilai tukar serta pendapatan negara mitra dagang terhadap ekspor Propinsi
Banten. Penelitian tersebut dikembangkan dengan metode analisis deskriptif, melalui suatu
adaptasi terhadap model Performance-Importance Analysis untuk melihat komoditas
unggulan ekspor serta menggunakan metode Vector Auto Regression untuk melihat
dampak dari shock nilai tukar Rupiah dan pendapatan negara mitra dagang terhadap ekspor
Banten.
Hasil Penelitian
Alas kaki merupakan komoditas utama ekspor Banten dengan pangsa mencapai 18,67%
terhadap total ekspor, kemudian diikuti oleh beberapa produk mulai dari bahan plastik,
Boks 1 - 1
produk kimia organik dan lainnya hingga komoditas plastik olahan. Dilihat dari negara
tujuannya, USA merupakan negara tujuan utama ekspor Banten dengan rata-rata pangsa
sebesar 17,78%.
Komoditas yang memiliki rata-rata pangsa terhadap total nilai ekspor Banten tinggi dan ratarata pertumbuhannya pun tinggi adalah produk kimia organik sehingga digolongkan ke
dalam kuadran “dipertahankan” yang berarti kestabilan industri tersebut harus dijaga karena
menjadi penopang bagi ekspor Banten. Sedangkan untuk komoditas bahan plastik yang
memiliki rata-rata pangsa relatif tinggi namun pertumbuhannya rendah berada pada kuadran
“prioritas tinggi” yang berarti perlu didorong pertumbuhannya karena memiliki kontribusi
yang tinggi terhadap total ekspor.
Tabel 1. Sepuluh Komoditas Utama Ekspor Banten
No.
Jenis Barang Menurut Kode SITC
2 digit
Rata-rata
Pangsa
Terhadap Nilai
Ekspor
Rata-rata Pangsa
Terhadap Volume
Ekspor
1.
2.
85 - Alas Kaki
57 - Bahan plastik
18,67
10,60
1,80
14,81
3.
4.
51 - Produk Kimia Organik
84 - Pakaian Jadi
9,74
8,53
17,02
0,71
5.
6.
64 - Kertas dan olahannya
65 - Tekstil dan Produk Tekstil
7,17
6,35
16,35
3,10
7.
5,35
1,49
3,55
3,38
9.
68 - Logam bukan besi
63 - Barang-barang olahan dari
kayu dan gabus
67 - Besi dan baja
2,90
11,40
10.
58 - Plastik olahan
1.92
1,07
8.
Tabel 2. Sepuluh Negara Tujuan Utama Ekspor Banten
No.
Negara Tujuan
%
1
USA
17,78
2
China
11,46
3
Japan
10,70
4
Malaysia
6,04
5
Singapore
4,15
6
Belgium
4,06
7
Thailand
3,30
8
South Korea
3,12
9
Germany
2,98
10
Australia
2,95
Untuk komoditas besi dan baja, logam bukan besi, kertas dan olahannya, pakaian jadi serta
tekstil dan produk tekstil dikategorikan ke dalam “prioritas rendah” yang berarti
Boks 1 - 2
pengembangan jangka panjang dibutuhkan untuk menaikkan rating komoditas ini menuju
kuadran yang lebih baik. Karena industi besi dan baja, tekstil dan produk tekstil, serta
industri lainnya yang masuk ke dalam kuadran ini tingkat penyerapan tenaga kerjanya tinggi,
maka dibutuhkan perhatian khusus untuk menjaga eksistensi industri-industri tersebut.
Terakhir, untuk komoditas plastik olahan dan barang-barang olahan dari kayu dan gabus
karena pangsa maupun pertumbuhannya relatif rendah, digolongkan ke dalam kuadran
“potensial”, yang berarti masih potensial untuk dikembangkan di masa depan (Grafik 3).
20.00
18.00
85 - Alas kaki
20.00
51 - Produk kimia organik
18.00
57 - Bahan plastik
14.00
Prioritas Tinggi
dipertahankan
57 - Bahan plastik
14.00
Prioritas Tinggi
84 - Pakaian jadi
dipertahankan
80.00
100.00
64 - Kertas dan olahannya
tirk
a
e
lV
8.0060.00
10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
8.00
40.00
65 - Tekstil dan Produk Tekstil
50.00
60.00
70.00
6.00
67 - Besi dan Baja
6.00
64 - Kertas dan olahannya
4.00
68 - Logam bukan besi
4.00
67 - Besi dan Baja
2.00
63 - Barang-barang olahan dari Kayu
dan Gabus
0.00
Prioritas Rendah
Potensial
2.00
a
P
n
h
sg
rtd
e
p
N
ilE
k
(o
)
%
tirk
a
e
lV
a
P
n
h
sg
rtd
e
p
N
ilE
K
(o
)
%
40.00
68 - Logam bukan besi
65 - Tekstil dan Produk Tekstil
10.00
20.00
84 - Pakaian jadi
12.00
12.00
0.00
51 - Produk kimia organik
16.00
-S
b
u
m
-S
b
u
m
16.00
85 - Alas kaki
Prioritas Rendah
63 - Barang-barang olahan dari Kayu
dan Gabus
-
58 - Plastik olahan
Potensial
58 - Plastik olahan
Pertumbuhan volume (%)-Sumbu Horizontal
Pertumbuhan nilai (%) - Sumbu Horizontal
Grafik 4. Analisis Tingkat Kepentingan dan
Kinerja Ekspor Banten (2)
Grafik 3. Analisis Tingkat Kepentingan dan
Kinerja Ekspor Banten (1)
Jika dilihat dari hubungan antara pertumbuhan volume ekspor dengan kontribusinya
terhadap nilai ekspor, komoditas yang masuk ke dalam kuadran “dipertahankan” adalah alas
kaki dan produk kimia organik. Komoditas yang tergolong ke dalam kuadran “prioritas tinggi”
adalah bahan plastik, komoditas yang tergolong ke dalam kuadran “prioritas rendah” adalah
kertas dan olahannya, logam bukan besi, dan pakaian jadi. Tekstil dan produk tekstil, plastik
olahan, besi dan baja, serta barang-barang dari kayu dan gabus tergolong ke dalam
komoditas yang “potensial” untuk dikembangkan.
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Response of LNVOL_X to LNVOL_X
Response of LNVOL_X to LNYUS
Response of LNVOL_X to LNRER
.25
.25
.25
.20
.20
.20
.15
.15
.15
.10
.10
.10
.05
.05
.05
.00
.00
.00
-.05
-.05
-.05
-.10
-.10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-.10
1
10
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 5. Grafik Impulse Response antara Volume Ekspor dengan Nilai Tukar Riil dan PDB USA
Boks 1 - 3
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Response of LNX to LNX
Response of LNX to LNER
Response of LNX to LNY_US
.3
.3
.3
.2
.2
.2
.1
.1
.1
.0
.0
.0
-.1
-.1
-.1
-.2
-.2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-.2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 6. Grafik Impulse Response antara Nilai Ekspor dengan Nilai Tukar Nominal dan PDB USA
Respon yang diberikan oleh volume ekspor atas shock dari kenaikan nilai tukar riil adalah
negatif pada awal terjadinya shock dan juga pada periode selanjutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika nilai tukar Rupiah mengalami shock positif (terapresiasi) terhadap USD pada
saat periode ke-1, volume ekspor Propinsi Banten akan mengalami penurunan dari periode
ke-1 hingga periode ke-3 dan berangsur kembali ke titik keseimbangannya. Hal ini masih
sejalan dengan teori yaitu ketika nilai tukar riil dari suatu negara meningkat akibat mata
uangnya terapresiasi, maka harga barang-barang dari negara tersebut relatif menjadi
meningkat dibandingkan dengan sebelum terapresiasi. Dengan kata lain, jika berbicara
pada sisi sebaliknya, ketika rupiah terdepresiasi volume ekspor Banten secara empirikal
akan terdorong meningkat (ceteris paribus).
Jika dilihat dari kaitannya dengan risiko nilai tukar, depresiasi rupiah akan mengakibatkan
terjadinya set off, dimana ketika rupiah terdepresiasi volume ekspor secara empirikal akan
terdorong meningkat (nilai ekspor pun akan meningkat ceteris paribus) di sisi lain depresiasi
yang terjadi justru dapat meningkatkan harga barang impor (import content untuk industri di
Banten sekitar 80%). Akhirnya, depresiasi rupiah dapat menghambat ekspor dan
menimbulkan efek saling menghilangkan sehingga net ekspor tidak langsung terdorong
meningkat (exchange rate risk effect). Ditambah pula dengan adanya fakta bahwa import
content industri di Banten yang tinggi, depresiasi yang terjadi justru dapat membawa neraca
perdagangan Banten menjadi defisit. Begitu pula dengan respon dari volume ekspor
terhadap pendapatan USA yang baru terasa dampaknya mulai periode ke-2.
Berdasarkan Grafik 6 diketahui bahwa respon dari nilai ekspor terhadap shock positif
(apresiasi) nilai tukar Rupiah terhadap USD tidak segera menurunkan nilai ekspor, dan akan
terasa dampaknya pada periode ke-2 dan berangsur-angsur mendekati titik
keseimbangannya pada periode ke-4. Begitu pula halnya dengan respon dari nilai ekspor
terhadap shock positif pendapatan negara mitra dagang. Shock positif (peningkatan)
pendapatan USA tidak langsung meningkatkan nilai ekspor, namun membutuhkan waktu
penyesuaian. Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh
dari pendapatan negara mitra dagang lebih besar daripada pengaruh nilai tukar terhadap
ekspor Banten.
Boks 1 - 4
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S.E.
LNVOL_X
LNRER
LNYUS
0.177623
0.196528
0.201924
0.204518
0.206391
0.208008
0.209478
0.210831
0.212077
0.213223
100.0000
98.71280
97.24125
95.87642
94.60971
93.43305
92.35103
91.36539
90.47221
89.66427
0.000000
0.332747
0.415009
0.404581
0.448951
0.564366
0.721190
0.891713
1.059767
1.217961
0.000000
0.954454
2.343738
3.718997
4.941337
6.002580
6.927777
7.742897
8.468023
9.117765
Cholesky Ordering: LNVOL_X LNRER LNYUS
Tabel 3. Forecast Error Variance Decomposition Volume Ekspor
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S.E.
LNX
LNY_US
LNER
0.132747
0.175416
0.206791
0.217336
0.239378
0.268575
0.286900
0.295699
0.300958
0.304744
100.0000
96.35078
83.53206
83.24904
72.89449
59.20394
52.10268
49.06897
47.38359
46.26168
0.000000
1.550012
1.203692
2.558357
12.10781
24.81578
31.67795
34.20995
35.35055
36.22819
0.000000
2.099210
15.26425
14.19260
14.99770
15.98027
16.21937
16.72108
17.26585
17.51013
Cholesky Ordering: LNX LNY_US LNER
Tabel 4. Forecast Error Variance Decomposition Nilai Ekspor
Rekomendasi
Berdasarkan hasil uji empirikal dan analisis deskriptif terhadap pengaruh variabelvariabel yang diuji terhadap volume dan nilai ekspor Banten serta mengingat nilai
impor Banten lebih besar dibandingkan dengan ekspornya, perlu dicari cara-cara
untuk lebih meningkatkan ekspor dan mengurangi impor Banten seperti:
a. Krisis yang melanda perekonomian banyak negara maju yang menjadi mitra
dagang industri dari Banten mendorong penurunan ekspor, untuk itu
diharapkan pemerintah dapat bekerjasama dengan pengusaha untuk mencari
pasar-pasar yang baru di luar yang telah ada kini.
b. Mengingat pakaian jadi merupakan salah satu dari sepuluh produk utama
ekspor Banten namun perlu ditingkatkan pertumbuhan dan pangsanya,
pembangunan industri di wilayah Banten Selatan dapat dijadikan alternatif
solusi. Hal ini dikarenakan selain industri pakaian jadi dapat menyerap
banyak tenaga kerja, juga karena masih adanya kesenjangan pembangunan
di Banten Utara dan Banten Selatan, sehingga diharapkan pada jangka
panjang dapat meningkatkan kesejahteraan Propinsi Banten dan mengurangi
pengangguran.
c. Disarankan pula untuk menggiatkan pengusaha untuk mengekspor barang
jadi sehingga harga jualnya dapat lebih tinggi.
d. Pemerintah Daerah Banten disarankan untuk meningkatkan kondisi
infrastruktur dimana keadaan infrastruktur yang tidak memadai di sejumlah
kawasan industri (seperti jalan di kawasan Cilegon) dapat menghambat
kondisi usaha dan pada akhirnya kepada ekspor Banten.
Boks 1 - 5
e. Infrasturuktur pelabuhan di Banten seperti Merak, Ciwandan dan Cigading
saat ini belum memadai (sebagian besar digunakan sebagai lalu lintas
barang yang berbentuk curah dan tidak dapat digunakan untuk barangbarang manufaktur lainnya) sehingga banyak industri di Banten tetap
menggunakan jasa pelabuhan di Jakarta dan pada akhirnya meningkatkan
biaya. Untuk itu disarankan untuk mempercepat pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus yang di dalamnya termasuk pembangunan pelabuhan
Bojonegara, dimana hal ini dapat menguntungkan pengusaha karena akan
mengurangi biaya, dan pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian
Banten.
Boks 1 - 6