ProdukHukum BankIndonesia
Boks 5
Perkembangan Pola Hubungan Bank dengan
Kelompok Sw adaya M asyarakat (PHBK)
di Nusa Tenggara Barat
Pola Hubungan Bank dengan Kelompok Sw adaya M asyarakat at au disingkat
PHBK adalah program yang bert ujuan unt uk menghubungkan ant ara perbankan
d en g an kelompok pengusaha mikro yang usahanya dipandang layak namun belum
bankable. PHBK pert ama kali dikenalkan dalam bent uk pilot project di 2 provinsi yakni
Provinsi Sumat ra Ut ara dan Daerah Ist imew a Yogyakart a pada t ahun 1989-1993.
Set elah pilot project ini dipandang berhasil yakni t erjalin hubungan ant ara perbankan
dengan kelompok pengusaha mikro maka dilakukan penyebarluasan program yang
mencakup w ilayah Sumat ra, Jaw a, Bali, Nusa Tenggara Barat , Kalimant an dan Sulaw esi
mulai t ahun 1993-2003.
Tabel 1. Transaksi Keuangan ant ara Bank dengan KSM
Posisi Bulan M aret 2009
No.
1
Nam a
Jum lah
Plaf on
BPR
Kelom pok
(Rp)
Dal am Al as
6
Baki Debet
Ko l ekt i b i l i t as
(Rp)
46,500
1
2
3
22,299
4
6
2
Labuhan Sum baw a
2
60,000
28,318
2
3
Bim a Abdi Sw adaya
5
26,000
16,485
5
4
M o nt abar u
1
13,000
3,310
5
Bajo
48
144,000
120,000
12
142,916
61,765
1
17,000
294
1
48
6
Tent e
7
Kayangan
3
8
Gerung
18
156,000
43,719
1
9
Per am puan
5
475,000
18,237
2
10
Sow an Ut am a
2
265,000
2,852
1
11
Tulen Am anah
2
65,000
1,685
1
12
Am penan Ut ar a
12
120,000
3,448
12
13
Janapr ia
22
995,000
62,785
19
14
Aikm el
4
23,000
6,610
9
1
17
3
1
1
1
2
4
15
Belo
15
105,000
45,000
16
M ujur
25
1,876,400
1,492,649
12
13
17
M oyo
6
81,000
41,024
1
5
18
Segar a Anak
4
34,000
19,499
3
1
19
Lem b u ak
17
1,261,000
40,898
8
9
207
3,150,916
2,064,555
70
Jumlah
15
2
66
69
Sumber : Laporan Bank Perkredit an Rakyat
Sejak t ahun 2007, PHBK di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan
kinerja, hal ini dit unjukkan dengan banyaknya kredit bermasalah yang dialami oleh
Bank Perkredit an Rakyat (BPR) pesert a PHBK. Akibat nya pada t ahun berikut nya (2008
hingga sekarang) sebagian BPR t idak menyalurkan lagi kredit secara kelompok. Pada
t ahun 2003 t erdapat 42 BPR pesert a PHBK yang kemudian menurun pada t ahun 2009
menjadi 19 BPR.
34a
Pada t abel 1 diket ahui t erdapat 19 BPR di NTB yang masih menyalurkan kredit
kepada 207 kelompok dengan nilai plaf on (realisasi) sebesar Rp3,15 miliar dan baki
debet sebesar Rp2,06 miliar pada M aret 2009. Dari 207 kelompok t erdapat 70
kelompok (33,8% ) kolekt ibilit as kredit nya dalam kondisi lancar sedangkan 137
kelompok (66,2% ) dalam kondisi bermasalah. Hal ini menunjukkan bahw a penyaluran
kredit secara kelompok yang dilakukan oleh BPR dapat dipast ikan mengalami gagal
bayar. Kondisi gagal bayar t ersebut menimbulkan akibat t erhadap semakin besar
penyisihan pengh apusan aktiva produkt if yang w ajib dilakukan berdampak pada
semakin besar biaya yang harus dit anggung oleh BPR.
Banyak f akt or penyebab yang mendasari kegagalan penyaluran kredit
kelompok, secara umum dapat dikelompokkan kedalam f akt or int ernal dan ekst ernal
BPR. Fakt or int ernal adalah penyaluran kredit kurang memenuhi prinsip kehat i -hat ian
misalnya kredit t anpa agunan, sedangkan f akt or ekst ernal ant ara lain disebabkan
karena debit ur mengalami kegagalan usaha, karakt er debit ur buruk, penyimpangan
keuangan kelompok oleh ket ua at au anggot a.
Hal-hal t ersebut mendasari Bank Indonesia unt uk mempert imbangkan kembali
penyaluran kredit secara kelompok. Apabila dilakukan analisa SWOT maka dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. St rengt h
- M empercepat peningkat an plaf on kredit daripada menyalurkan kredit secara
perorangan/individu.
- M empercepat peningkat an individu yang akan memperoleh kredit .
b. Weakness
- M empert inggi risiko kredit apabila t erjadi gagal bayar apabila t idak didukung
oleh penyert aan agunan kredit .
- M emerlukan pembinaan yang int ensif , sedangkan kapasit as personil BPR unt uk
melakukan pembinaan sangat t erbat as baik dari kapasit as jumlah personil BPR
maupun w akt u yang diperlukan unt uk melakukan pembinaan t ersebut .
c. Opport unit y
Banyak kelompok -kelompok pengusaha mikro yang t erdapat di Nusa Tenggara
Barat , baik kelompok f ormal (Kelompok-kelompok t ani) maupun kelompok
inf ormal (kelompok PKK, kelompok keagamaan, paguyuban, dan lain -lain).
d. Threat
Adanya konf lik ant ar ket ua dengan anggot a kelompok yang berisiko t erhadap
keseriusan pelunasan kredit .
Unt uk meminimalisir hal t ersebut maka BPR perlu memperkecil kelemahan dan
mengurangi ancaman ant ara lain dengan menerapkan persyarat an agunan dan
melakukan seleksi ket at t erhadap kelompok yang akan memperoleh kredit .
Pemaparan hasil riset dari Pusat Pendidikan dan St udi Kebansent ralan (PPSK)
Bank Indonesia yang t elah melakukan survei t erhadap Usaha M ikro Inf ormal (UM I)
pada t ahun 2008 menunjukan bahw a :
1) Populasi UM I sangat besar, menyangkut sebagian besar masyarakat Indonesia
2) Usahanya prof it able t et api t idak bankable
3) Pemberian kredit kepada UM I t idak bisa diproses dengan t at a cara, ukuran, dan
krit eria bank umum
4) Kondisi UM I t er-marginal-kan oleh keadaan, padahal merupakan segmen t erbesar
dalam masyarakat Indonesia
34b
St rat egi yang dit aw arkan oleh PPSK unt uk menghubungkan UM I dengan
perbankan adalah melalui kerjasama t erf okus ant ara Bank Pembangunan Daerah
(BPD) dan Koperasi unt uk pembiayaan Usaha M ikro Inf ormal (UM I) dengan
pendekat an kepada kelompok, yait u:
1. Kerjasama BPD dengan Koperasi
Koperasi yang bekerjasama dengan BPR memiliki krit eri a :
- Tingkat Kesehat an 2 (dua) t ahun t erakhir bert urut–t urut Sehat
- Sisa Hasil Usaha (SHU) meningkat 2 (dua) t ahun t erakhir dan posisi 1 (sat u) t ahun
t erakhir posit if
- Koperasi dengan out st anding pinjaman yang diberikan diat as Rp 1 (sat u) miliar
w ajib diaudit oleh Akunt an Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Syarat
- Rasio M odal / Tot al Asset : 2,5% (set elah diberikan pinjaman oleh BU)
- M odal sendiri sesuai ket ent uan yang berlaku t ent ang Koperasi
- M inimal beroperasi 3 t ahun bert urut–t urut
- M emiliki NPF maksimum 5%
2. Koperasi menyalurkan kredit kepada UM I
- Persyarat an pinjaman, yang meliput i plaf on dan jangka w akt u pinjaman, suku
bunga pinjaman, agunan, penjaminan dan jadw al angsuran. Proses pinjaman
yang dilakukan dengan t ahapan pembent ukan kelomp ok, pengajuan
permohonan, perset ujuan, pencairan dan pengembalian angsuran.
- Adanya Pola penjaminan. Pola penjaminan yang dapat dit erapkan dalam bent uk
adanya Simpanan Anggot a, Tanggung Rent eng dan penjaminan kredit oleh
Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD), Lembaga Penjaminan Kredit kepada
Koperasi.
3. Adanya Pengaw asan Pinjaman
- Pengaw asan pinjaman dilakukan oleh BPD (eligibilit as debit ur, persyarat an
pinjaman, penggunaan dan pengembalian pinjaman)
- Pengaw asan pinjaman dilakukan oleh Koperasi (penggunaan pinjaman dan
pengembalian pinjaman)
4. Pengaw asan dan Pembinaan oleh Pemerint ah Daerah dan Dinas Koperasi dan
UMKM
- Pengelolaan dat a dan inf ormasi mengenai koperasi yang ikut dalam pembiayaan
UM I t erf okus.
- Peningkat an kinerja dan t ingkat kesehat an koperasi.
- Peningkat an kualit as kelembagaan koperasi.
- Keberlangsungan pola kerjasama UM I t erf okus.
- Pelat ihan kepada pengurus koperasi.
- Pembinaan dalam rangka pemberdayaan koperasi
34c
Perkembangan Pola Hubungan Bank dengan
Kelompok Sw adaya M asyarakat (PHBK)
di Nusa Tenggara Barat
Pola Hubungan Bank dengan Kelompok Sw adaya M asyarakat at au disingkat
PHBK adalah program yang bert ujuan unt uk menghubungkan ant ara perbankan
d en g an kelompok pengusaha mikro yang usahanya dipandang layak namun belum
bankable. PHBK pert ama kali dikenalkan dalam bent uk pilot project di 2 provinsi yakni
Provinsi Sumat ra Ut ara dan Daerah Ist imew a Yogyakart a pada t ahun 1989-1993.
Set elah pilot project ini dipandang berhasil yakni t erjalin hubungan ant ara perbankan
dengan kelompok pengusaha mikro maka dilakukan penyebarluasan program yang
mencakup w ilayah Sumat ra, Jaw a, Bali, Nusa Tenggara Barat , Kalimant an dan Sulaw esi
mulai t ahun 1993-2003.
Tabel 1. Transaksi Keuangan ant ara Bank dengan KSM
Posisi Bulan M aret 2009
No.
1
Nam a
Jum lah
Plaf on
BPR
Kelom pok
(Rp)
Dal am Al as
6
Baki Debet
Ko l ekt i b i l i t as
(Rp)
46,500
1
2
3
22,299
4
6
2
Labuhan Sum baw a
2
60,000
28,318
2
3
Bim a Abdi Sw adaya
5
26,000
16,485
5
4
M o nt abar u
1
13,000
3,310
5
Bajo
48
144,000
120,000
12
142,916
61,765
1
17,000
294
1
48
6
Tent e
7
Kayangan
3
8
Gerung
18
156,000
43,719
1
9
Per am puan
5
475,000
18,237
2
10
Sow an Ut am a
2
265,000
2,852
1
11
Tulen Am anah
2
65,000
1,685
1
12
Am penan Ut ar a
12
120,000
3,448
12
13
Janapr ia
22
995,000
62,785
19
14
Aikm el
4
23,000
6,610
9
1
17
3
1
1
1
2
4
15
Belo
15
105,000
45,000
16
M ujur
25
1,876,400
1,492,649
12
13
17
M oyo
6
81,000
41,024
1
5
18
Segar a Anak
4
34,000
19,499
3
1
19
Lem b u ak
17
1,261,000
40,898
8
9
207
3,150,916
2,064,555
70
Jumlah
15
2
66
69
Sumber : Laporan Bank Perkredit an Rakyat
Sejak t ahun 2007, PHBK di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan
kinerja, hal ini dit unjukkan dengan banyaknya kredit bermasalah yang dialami oleh
Bank Perkredit an Rakyat (BPR) pesert a PHBK. Akibat nya pada t ahun berikut nya (2008
hingga sekarang) sebagian BPR t idak menyalurkan lagi kredit secara kelompok. Pada
t ahun 2003 t erdapat 42 BPR pesert a PHBK yang kemudian menurun pada t ahun 2009
menjadi 19 BPR.
34a
Pada t abel 1 diket ahui t erdapat 19 BPR di NTB yang masih menyalurkan kredit
kepada 207 kelompok dengan nilai plaf on (realisasi) sebesar Rp3,15 miliar dan baki
debet sebesar Rp2,06 miliar pada M aret 2009. Dari 207 kelompok t erdapat 70
kelompok (33,8% ) kolekt ibilit as kredit nya dalam kondisi lancar sedangkan 137
kelompok (66,2% ) dalam kondisi bermasalah. Hal ini menunjukkan bahw a penyaluran
kredit secara kelompok yang dilakukan oleh BPR dapat dipast ikan mengalami gagal
bayar. Kondisi gagal bayar t ersebut menimbulkan akibat t erhadap semakin besar
penyisihan pengh apusan aktiva produkt if yang w ajib dilakukan berdampak pada
semakin besar biaya yang harus dit anggung oleh BPR.
Banyak f akt or penyebab yang mendasari kegagalan penyaluran kredit
kelompok, secara umum dapat dikelompokkan kedalam f akt or int ernal dan ekst ernal
BPR. Fakt or int ernal adalah penyaluran kredit kurang memenuhi prinsip kehat i -hat ian
misalnya kredit t anpa agunan, sedangkan f akt or ekst ernal ant ara lain disebabkan
karena debit ur mengalami kegagalan usaha, karakt er debit ur buruk, penyimpangan
keuangan kelompok oleh ket ua at au anggot a.
Hal-hal t ersebut mendasari Bank Indonesia unt uk mempert imbangkan kembali
penyaluran kredit secara kelompok. Apabila dilakukan analisa SWOT maka dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. St rengt h
- M empercepat peningkat an plaf on kredit daripada menyalurkan kredit secara
perorangan/individu.
- M empercepat peningkat an individu yang akan memperoleh kredit .
b. Weakness
- M empert inggi risiko kredit apabila t erjadi gagal bayar apabila t idak didukung
oleh penyert aan agunan kredit .
- M emerlukan pembinaan yang int ensif , sedangkan kapasit as personil BPR unt uk
melakukan pembinaan sangat t erbat as baik dari kapasit as jumlah personil BPR
maupun w akt u yang diperlukan unt uk melakukan pembinaan t ersebut .
c. Opport unit y
Banyak kelompok -kelompok pengusaha mikro yang t erdapat di Nusa Tenggara
Barat , baik kelompok f ormal (Kelompok-kelompok t ani) maupun kelompok
inf ormal (kelompok PKK, kelompok keagamaan, paguyuban, dan lain -lain).
d. Threat
Adanya konf lik ant ar ket ua dengan anggot a kelompok yang berisiko t erhadap
keseriusan pelunasan kredit .
Unt uk meminimalisir hal t ersebut maka BPR perlu memperkecil kelemahan dan
mengurangi ancaman ant ara lain dengan menerapkan persyarat an agunan dan
melakukan seleksi ket at t erhadap kelompok yang akan memperoleh kredit .
Pemaparan hasil riset dari Pusat Pendidikan dan St udi Kebansent ralan (PPSK)
Bank Indonesia yang t elah melakukan survei t erhadap Usaha M ikro Inf ormal (UM I)
pada t ahun 2008 menunjukan bahw a :
1) Populasi UM I sangat besar, menyangkut sebagian besar masyarakat Indonesia
2) Usahanya prof it able t et api t idak bankable
3) Pemberian kredit kepada UM I t idak bisa diproses dengan t at a cara, ukuran, dan
krit eria bank umum
4) Kondisi UM I t er-marginal-kan oleh keadaan, padahal merupakan segmen t erbesar
dalam masyarakat Indonesia
34b
St rat egi yang dit aw arkan oleh PPSK unt uk menghubungkan UM I dengan
perbankan adalah melalui kerjasama t erf okus ant ara Bank Pembangunan Daerah
(BPD) dan Koperasi unt uk pembiayaan Usaha M ikro Inf ormal (UM I) dengan
pendekat an kepada kelompok, yait u:
1. Kerjasama BPD dengan Koperasi
Koperasi yang bekerjasama dengan BPR memiliki krit eri a :
- Tingkat Kesehat an 2 (dua) t ahun t erakhir bert urut–t urut Sehat
- Sisa Hasil Usaha (SHU) meningkat 2 (dua) t ahun t erakhir dan posisi 1 (sat u) t ahun
t erakhir posit if
- Koperasi dengan out st anding pinjaman yang diberikan diat as Rp 1 (sat u) miliar
w ajib diaudit oleh Akunt an Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Syarat
- Rasio M odal / Tot al Asset : 2,5% (set elah diberikan pinjaman oleh BU)
- M odal sendiri sesuai ket ent uan yang berlaku t ent ang Koperasi
- M inimal beroperasi 3 t ahun bert urut–t urut
- M emiliki NPF maksimum 5%
2. Koperasi menyalurkan kredit kepada UM I
- Persyarat an pinjaman, yang meliput i plaf on dan jangka w akt u pinjaman, suku
bunga pinjaman, agunan, penjaminan dan jadw al angsuran. Proses pinjaman
yang dilakukan dengan t ahapan pembent ukan kelomp ok, pengajuan
permohonan, perset ujuan, pencairan dan pengembalian angsuran.
- Adanya Pola penjaminan. Pola penjaminan yang dapat dit erapkan dalam bent uk
adanya Simpanan Anggot a, Tanggung Rent eng dan penjaminan kredit oleh
Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD), Lembaga Penjaminan Kredit kepada
Koperasi.
3. Adanya Pengaw asan Pinjaman
- Pengaw asan pinjaman dilakukan oleh BPD (eligibilit as debit ur, persyarat an
pinjaman, penggunaan dan pengembalian pinjaman)
- Pengaw asan pinjaman dilakukan oleh Koperasi (penggunaan pinjaman dan
pengembalian pinjaman)
4. Pengaw asan dan Pembinaan oleh Pemerint ah Daerah dan Dinas Koperasi dan
UMKM
- Pengelolaan dat a dan inf ormasi mengenai koperasi yang ikut dalam pembiayaan
UM I t erf okus.
- Peningkat an kinerja dan t ingkat kesehat an koperasi.
- Peningkat an kualit as kelembagaan koperasi.
- Keberlangsungan pola kerjasama UM I t erf okus.
- Pelat ihan kepada pengurus koperasi.
- Pembinaan dalam rangka pemberdayaan koperasi
34c