Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual sebagai Prediktor Servant Leadership Pendeta di Gereja Kristen Sulawesi Tengah T2 832009005 BAB V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual dapat dijadikan prediktor servant leadership
pendeta di Gereja Kristen Sulawesi Tengah. Semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pendeta akan
berpengaruh pada meningkatnya kualitas perilaku servant leadership
pendeta.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dapat dirumuskan
beberapa saran sebagai berikut:
A. Sinode
Untuk dapat melaksanakan peran dan tanggung jawab
kepemimpinan serta meningkatkan kualitas perilaku servant
leadership dalam gereja maka sinode perlu memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual melalui:
a. Penyediaan literatur yang secara psikologis berhubungan
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan tujuan
pendeta GKST memiliki pengetahuan yang memadai guna
memperoleh informasi yang tepat dalam meningkatkan
kualitas pelayanan melalui transformasi nilai-nilai servant
leadership.
107
b. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual pendeta maka ada beberapa cara yang dapat
dilakukan:
Membuat program yang terencana baik dalam jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang dalam
hubunganya
dengan
pelatihan,
seminar,
dan
lokakarya kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual
guna
memfasilitasi
pendeta
untuk
memperoleh pengetahuan tentang langkah-langkah
praktis untuk mengembangkan kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual pendeta.
Membuat program yang
terencana tentang reatret
para pendeta GKST sebagai wahana perjumpaan para
pendeta untuk saling berbagi pengalaman pelayanan
dan sebagai sarana untuk
menciptakan ruang
transendensi diri yang memfasilitasi perjumpaan
pendeta
dengan
Allah
secara
pribadi
melalui
mengembangkan praktek praktek-praktek spiritualitas
seperti meditasi, kontemplasi, refleksi, dan doa.
B. Pendeta
a. Pendeta perlu memiliki komitmen untuk mengikuti pelatihan,
seminar, dan lokakarya guna memperoleh pengetahuan
tentang langkah-langkah praktis untuk mengoptimalkan
pengembangan
kecerdasan
emosional
dan
kecerdasan
spiritual serta mengevaluasi diri sehubungan dengan faktor
pendukung dan penghambat peningkatan kualitas kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
b. Pendeta
perlu
pengembangan
memiliki
kecerdasan
komitmen untuk melakukan
spiritual
melalui
meditasi,
108
refleksi,
kontemplasi,
dan
doa
untuk
mendapatkan
transformasi batin yang utuh dan menyeluruh sehingga
memancarkan keluar
keyakinan spiritual
yang dapat
mewarnai emosi dalam pelayanan maupun dalam sikap hidup
sehari-hari.
C. Majelis Jemaat
a. Pengembangan
kepemimpinan
dalam
gereja
harus
difokuskan pada kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual untuk menghasilkan sumber daya pelayan (majelis
jemaat) yang cerdas baik emosional maupun spiritual melalui
kegiatan-kegiatan sosial, membuka forum diskusi antara
pendeta, majelis jemaat, dan melatih majelis jemaat untuk
menginvetarisasi emosi yang dirasakan, melatih untuk secara
realistis, jujur, dan bertanggung-jawab.
b. Dalam
upaya
meningkatkan
mutu
pelayanan
dan
peningkatan kualitas perilaku servant leadership maka
majelis jemaat harus dilatih berpikir secara integralistis
supaya dapat menghubungkan kebenaran Alkitab dengan
kenyataan yang dialami melalui pengalaman hidup seharihari guna memaknai pengalaman hidup dalam perspektif
rohani
D. Jemaat
a. Supaya memberikan pengaruh yang menyeluruh dalam
kehidupan
bergereja
maka
pengembangan
kecerdasan
spiritual dan kecerdasan emosional harus diwacanakan dalam
program kegiatan gereja secara terpadu dan dilaksanakan
secara
berkesinambungan
dengan
melibatkan
semua
komponen gereja termasuk jemaat
109
b. Jemaat harus memiliki komitmen untuk mengikuti kegiatan
yang telah di rancang oleh gereja dalam memfasilitasi jemaat
untuk
mengembangkan
kecerdasan
emosional
dan
kecerdasan spiritual, seperti mengikuti kerja bakti masal,
pertandingan-pertandingan persaudaraan antar kelompok
pelayanan baik dalam kategorial bapak, ibu, pemuda, remaja,
dan anak-anak.
c. Membuat agenda pribadi untuk mencatat semua emosi yang
dirasakan,
mengapa
emosi
itu
muncul,
bagaimana
mengekspresikan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Hal ini bertujuan untuk mengasah
kesadaran diri, manajemen diri, manajemen relasi. Untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual jemaat harus melatih
kepekaan rohani melalui pertanyaan eksistensial. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa dia ada dan
untuk apa dia ada. Dengan mengetahui alasan keberadaan
dan tujuan keberadaan maka jemaat akan dapat menciptakan
makna hidup yang akan berdampak pada transformasi hidup
yang utuh dan menyeluruh.
E. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti
pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
terhadap servant leadership. Dengan demikian masih ada
variabel lain yang turut mempengaruhi servant leadership
pendeta yang belum dijelaskan dan diteliti dalam penelitian ini,
maka dari itu direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
menambahkan aspek psikologis yang lainnya seperti Kecerdasan
Intelektual (IQ), Kecerdasan Fisik (PQ) dan kompetensi
kepemimpinan lainnya seperti komunikasi dan lain sebagainya.
110
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual dapat dijadikan prediktor servant leadership
pendeta di Gereja Kristen Sulawesi Tengah. Semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pendeta akan
berpengaruh pada meningkatnya kualitas perilaku servant leadership
pendeta.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dapat dirumuskan
beberapa saran sebagai berikut:
A. Sinode
Untuk dapat melaksanakan peran dan tanggung jawab
kepemimpinan serta meningkatkan kualitas perilaku servant
leadership dalam gereja maka sinode perlu memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual melalui:
a. Penyediaan literatur yang secara psikologis berhubungan
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan tujuan
pendeta GKST memiliki pengetahuan yang memadai guna
memperoleh informasi yang tepat dalam meningkatkan
kualitas pelayanan melalui transformasi nilai-nilai servant
leadership.
107
b. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual pendeta maka ada beberapa cara yang dapat
dilakukan:
Membuat program yang terencana baik dalam jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang dalam
hubunganya
dengan
pelatihan,
seminar,
dan
lokakarya kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual
guna
memfasilitasi
pendeta
untuk
memperoleh pengetahuan tentang langkah-langkah
praktis untuk mengembangkan kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual pendeta.
Membuat program yang
terencana tentang reatret
para pendeta GKST sebagai wahana perjumpaan para
pendeta untuk saling berbagi pengalaman pelayanan
dan sebagai sarana untuk
menciptakan ruang
transendensi diri yang memfasilitasi perjumpaan
pendeta
dengan
Allah
secara
pribadi
melalui
mengembangkan praktek praktek-praktek spiritualitas
seperti meditasi, kontemplasi, refleksi, dan doa.
B. Pendeta
a. Pendeta perlu memiliki komitmen untuk mengikuti pelatihan,
seminar, dan lokakarya guna memperoleh pengetahuan
tentang langkah-langkah praktis untuk mengoptimalkan
pengembangan
kecerdasan
emosional
dan
kecerdasan
spiritual serta mengevaluasi diri sehubungan dengan faktor
pendukung dan penghambat peningkatan kualitas kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
b. Pendeta
perlu
pengembangan
memiliki
kecerdasan
komitmen untuk melakukan
spiritual
melalui
meditasi,
108
refleksi,
kontemplasi,
dan
doa
untuk
mendapatkan
transformasi batin yang utuh dan menyeluruh sehingga
memancarkan keluar
keyakinan spiritual
yang dapat
mewarnai emosi dalam pelayanan maupun dalam sikap hidup
sehari-hari.
C. Majelis Jemaat
a. Pengembangan
kepemimpinan
dalam
gereja
harus
difokuskan pada kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual untuk menghasilkan sumber daya pelayan (majelis
jemaat) yang cerdas baik emosional maupun spiritual melalui
kegiatan-kegiatan sosial, membuka forum diskusi antara
pendeta, majelis jemaat, dan melatih majelis jemaat untuk
menginvetarisasi emosi yang dirasakan, melatih untuk secara
realistis, jujur, dan bertanggung-jawab.
b. Dalam
upaya
meningkatkan
mutu
pelayanan
dan
peningkatan kualitas perilaku servant leadership maka
majelis jemaat harus dilatih berpikir secara integralistis
supaya dapat menghubungkan kebenaran Alkitab dengan
kenyataan yang dialami melalui pengalaman hidup seharihari guna memaknai pengalaman hidup dalam perspektif
rohani
D. Jemaat
a. Supaya memberikan pengaruh yang menyeluruh dalam
kehidupan
bergereja
maka
pengembangan
kecerdasan
spiritual dan kecerdasan emosional harus diwacanakan dalam
program kegiatan gereja secara terpadu dan dilaksanakan
secara
berkesinambungan
dengan
melibatkan
semua
komponen gereja termasuk jemaat
109
b. Jemaat harus memiliki komitmen untuk mengikuti kegiatan
yang telah di rancang oleh gereja dalam memfasilitasi jemaat
untuk
mengembangkan
kecerdasan
emosional
dan
kecerdasan spiritual, seperti mengikuti kerja bakti masal,
pertandingan-pertandingan persaudaraan antar kelompok
pelayanan baik dalam kategorial bapak, ibu, pemuda, remaja,
dan anak-anak.
c. Membuat agenda pribadi untuk mencatat semua emosi yang
dirasakan,
mengapa
emosi
itu
muncul,
bagaimana
mengekspresikan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Hal ini bertujuan untuk mengasah
kesadaran diri, manajemen diri, manajemen relasi. Untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual jemaat harus melatih
kepekaan rohani melalui pertanyaan eksistensial. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa dia ada dan
untuk apa dia ada. Dengan mengetahui alasan keberadaan
dan tujuan keberadaan maka jemaat akan dapat menciptakan
makna hidup yang akan berdampak pada transformasi hidup
yang utuh dan menyeluruh.
E. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti
pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
terhadap servant leadership. Dengan demikian masih ada
variabel lain yang turut mempengaruhi servant leadership
pendeta yang belum dijelaskan dan diteliti dalam penelitian ini,
maka dari itu direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
menambahkan aspek psikologis yang lainnya seperti Kecerdasan
Intelektual (IQ), Kecerdasan Fisik (PQ) dan kompetensi
kepemimpinan lainnya seperti komunikasi dan lain sebagainya.
110