PROS Franco BL Gustin T Analisis Pendapatan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya Fulltext

ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN
JAYAWIJAYA DARI SUMBANGAN PIHAK KETIGA
Franco Benony Limba
Gustin Tanggulungan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
The third-party donation according to local financing regulations intended as
voluntary participation, sincerely, from community groups or individuals for regional
development. It categorized as an original local government income (PAD). This study aims
to analyze the third-party donations - service charges and airline freight services - as part of
PAD source for Kabupaten Jayawijaya. The analysis focused on the regulation, contribution,
and public perception on it. Regulatory analised by comparing the local regulation to the
relevant regulations. The contribution analised by calculating the contribution to the Local
Government Income (PAD) and related account in the budget realisation report. The public
perception analysed by descriptive statistics. The results showed that the local regulations
regarding third-party donations have several mismatches with some related legislation.
However, it contributions on budget of Jayawijaya district was average 12.73% and
supported by public.
Keywords: the Third Party Donation, the Local Government Income (PAD),
Financing Regulations, Public Perception

PENDAHULUAN
Pembentukan Asean Community adalah tantangan dan peluang bagi pembangunan
kawasan. Sehubungan dengan itu pola pembangunan dengan mendekatkan keputusan pada
aras lokal dalam konteks otonomi daerah mendapatkan tantangan yang semakin besar. Daerah
tidak hanya akan bersaing dalam level nasional namun juga di level ASEAN. Daerah yang
tidak dapat menggali potensi lokal dengan maksimal, sebagaimana diharapkan dari era
otonomi daerah, akan kesulitan bersaing dalam kondisi tingkat kompetisi yang semakin
tinggi. Oleh karena itu sebagai regulator dan pelaku ekonomi di daerah pemda dituntut untuk
semakin kreatif dalam menglola pembangunan di daerah.
Kabupaten Jayawijaya adalah salah satu kabupaten otonom di propinsi Irian Barat
yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 12/1969. Berbeda dengan daerah-daerah lain yang
mengandalkan transportasi darat sebagai sarana lalu lintas maupun distribusi barang
kebutuhan, maka penerbangan udara adalah transportasi andalan di Kabupaten Jayawijaya.
(http://www.Jayawijayakab.go.id). Keunikan tersebut memunculkan salah satu sumber PAD
Kabupaten Jayawijaya yakni Sumbangan Pihak Ketiga (SPK) yang diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 13/2009. Menurut Perda tersebut, SPK pengguna jasa
angkutan udara dikenakan atas sumbangan oleh penumpang (pemilik tiket), sumbangan oleh
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 595

pihak perusahaan penerbangan atas barang yang masuk atau keluar melalui penerbangan

udara, serta sumbangan oleh pengunjung atau pengantar penumpang di Bandara.
Sistem pemungutan SPK dari penumpang dipungut bersamaan dengan airport tax
(pajak pusat). Dalam hal ini secara bersamaan terjadi dua macam pungutan kepada
penumpang pesawat. Dokumen pemungutan ketiga jenis SPK tersebut adalah bukti
pembayaran retribusi jasa penerbangan dan tidak sebagai bukti penerimaan sumbangan. SPK
dari pengunjung/pengantar penumpang hanya berjalan beberapa bulan setelah Perda
ditetapkan. Beberapa fenomena tersebut mengindikasikan adanya masalah perolehan APBD
Kabupaten Jayawijaya dari SPK tersebut.
Tulisan ini hendak menganalisis SPK Kabupaten Jawawijaya sebagai salah satu
sumber PAD Kabupaten Jayawijaya dari aspek kesesuaian dengan regulasi terkait,
kontribusinya terhadap PAD, serta persepsi masyarakat terhadap SPK tersebut. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Jayawijaya khususnya Dinas Pendapatan
Keuangan dan Aset dalam pelaksanaan Perda Nomor 13/2009 dan kepada pihak-pihak terkait
regulasi di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Regulasi PAD pada Era Otonomi Daerah
Sehubungan dengan otonomi daerah maka daerah diberikan hak mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahannya, mengelola kekayaan daerah, memungut pajak
daerah dan retribusi daerah, serta mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah (UU
Nomor 32/2004). Pemerintah daerah juga diberi kewajiban membentuk dan menerapkan

peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya. Sehubungan dengan itu maka
APBD sebagai rencana kerja tahunan pemerintah harus dikelola secara secara efisien, efektif,
transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan.
Menurut Undang-undang No. 17 tahun 2003, pemerintah daerah berhak mendapatkan
pendapatan dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sumber-sumber
PAD dapat berupa hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Lain-lain PAD meliputi hibah, dana
darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah (UU No. 32 tahun 2004). Hibah
merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah,
masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri.
Pengaturan lebih lanjut mengenai sumber-sumber PAD sebagaimana pada UU No. 33
tahun 2004 dan peraturan terkait lainnya adalah sebagai berikut :
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib pajak baik orang pribadi maupun
badan kepada daerah yang bersifat memaksa tanpa imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah tersebut. UU Nomor 28/2009 telah membatasi
objek pajak daerah atas 11 objek yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan
Perkotaan dan Pedesaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

b. Retribusi Daerah
596 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah kepada orang pribadi maupun badan. Objek retribusi dapat mencakup
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan perijinan tertentu. Setiap jenis retribusi
yang akan dipungut harus diatur didalam Perda dan memenuhi kriteria-kriteria yang
ditetapkan dalam Undang-undang.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yaitu bagian laba atas penyertaan modal
pada BUMN, BUMD, serta perusahaan milik swasta di daerah tersebut. Sumber
pendapatan ini adalah bagian investasi dari pemerintah daerah yang diharapkan
memberikan tambahan berupa laba untuk meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah disediakan untuk menganggarkan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain PAD yang sah meliputi
: komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Daerah diberi kewenangan untuk menggali potensi daerah sebagai sumber pendapatan
daerah. Untuk menghindari tumpang tindih pungutan yang membebani masyarakat maka
undang-undang keuangan negara mengatur bahwa pengelolaan segala macam sumber
pendapatan daerah baik pada tingkat kabupaten/kota maupun propinsi harus ditetapkan
dengan peraturan daerah yang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi maupun
peraturan lainnya.
Namun hingga April 2005, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah
Menteri
Keuangan
(www.djpk.depkeu.go.id/document.php/document/article/108/73/)
mencatat jumlah Perda yang dibatalkan Mendagri atas rekomendasi Menkeu mencapai 255
Perda (7,5 persen) dari 3.393 perda yang diterima oleh pemerintah pusat. Terdapat enam
masalah yang teridentifikasi oleh DJPK pada perda yang dibatalkan, yaitu (1) pungutan
dilakukan oleh daerah berdasarkan keputusan/peraturan kepala daerah, (2) muatan/materi
yang diatur dalam Perda tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan, (3) tumpang tindih dengan pungutan pusat, (4) retribusi yang bersifat
pajak, (5) pajak/retribusi merintangi arus lalu lintas manusia maupun barang/jasa antar daerah,
dan (6) pemungutan sumbangan pihak ketiga.
Meskipun demikian, KPPOD menilai jumlah pembatalan perda bermasalah oleh
Mendagri belum mencerminkan persentase yang memadai untuk mencegah timbulnya perda

bermasalah. Survei KPPOD pada tahun 2003 (Bappenas, 2005) sebagaimana pada Tabel 1
dinyatakan hanya sekitar 14,8 persen perda terkait PAD yang secara umum tidak bermasalah.
Masalah yang diidentifikasi KPPOD dalam perda-perda tersebut diantaranya masalah acuan
yuridis, dampak negatif terhadap ekonomi, kejelasan hak dan kewajiban wajib pungut,
kesesuaian filosofi dan prinsip pungutan, serta menghalangi akses masyarakat.
{sisipkan Tabel 1 di sini}
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 597

PAD dari Sumbangan Pihak Ketiga
SPK adalah pemberian pihak ketiga kepada daerah secara ikhlas, tidak mengikat,
perolehannya oleh pihak ketiga tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, baik berupa uang atau disamakan dengan uang maupun barang-barang baik
bergerak atau tidak bergerak (Permendagri Nomor 3/1978). Regulasi SPK harus disetujui
DPRD, mendapat pengesahan dari instansi vertikal (Mendagri dan/atau Gubernur), dan
digunakan untuk pembangunan daerah. Sumbangan dapat berupa pemberian, hadiah donasi,
wakaf, hibah, dan atau lain-lain sumbangan yang serupa. Penerimaan dalam bentuk uang
harus dicantumkan dalam APBD dan sumbangan berupa barang harus tercatat dan digunakan
sebagai kekayaan daerah.
Perda Sumbangan Pihak Ketiga terdapat pada berbagai Pemda di Indonesia. Pada
tahun 2002 hingga tahun 2009 Mendagri telah membatalkan 27 perda yang berkaitan SPK.

Perda tersebut diantaranya SPK atas hasil tambang yang keluar dari arena pertambangan
(Pemkab Tapin), SPK dari usaha sektor kehutanan (Pemkab Simalungun), dan SPK dari para
pemilik/pengusaha kendaraan bermotor luar daerah yang dioperasikan di Provinsi Jambi
(Pemprov Jambi).
METODE PENELITIAN
Data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah persepsi
masyarakat yang diperoleh dengan metode convinience sampling yakni responden terpilih
secara kebetulan dari penumpang dan pengunjung yang berada di ruang tunggu bandara pada
saat penyebaran kuesioner. Data sekunder adalah ketentuan perundangan terkait dan data
realisasi penerimaan SPK pada Laporan Realisasi Pendapatan 2009-2011.
Kesesuaian perda SPK dengan kebijakan terkait diukur pada aras nominal yakni
dengan mengidentifikasi kesesuaian aturan. Kontribusi SPK diukur pada aras rasio, yakni
dengan menghitung rasio efektivitas dan rasio kontribusi selama tiga tahun. Efektivitas
anggaran diukur dengan rumus sebagai berikut (Halim, 2002) :

Rasio kontribusi SPK dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Persepsi masyarakat diukur pada aras ordinal yakni dengan skala likert dan dianalisis
dengan teknik deskriptif statistik untuk setiap item pertanyaan yang telah lolos uji validitas
dan reliabilitas. Terdapat satu pertanyaan tidak valid sehingga tidak digunakan dalam analisis

lebih lanjut.
Konsep, definisi konsep, dan indikator empirik untuk mengukur persepsi masyarakat
adalah sebagaimana pada Tabel 2.
598 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

{sisipkan Tabel 2 di sini}
DATA DAN ANALISIS
Sumbangan Pihak Ketiga dan Regulasi Terkait
Peraturan perundangan lainnya terkait Perda Nomor 13/2009 tentang SPK adalah
Permendagri Nomor 3/1978, UU Nomor 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
dan UU Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Analisis
kesesuaian Perda Nomor 13/2009 dengan ketiga perundangan terkait terdapat pada Tabel 3.
{sisipkan Tabel 3 di sini}
Berdasarkan analisis tersebut, Perda SPK pada Kabupaten Jayawijaya tidak memenuhi
kriteria sebagai sumbangan namun merupakan pungutan yang dipaksakan bagi setiap
pengguna layanan penerbangan dari Bandara Wamena. Penerimaan yang dipaksakan,
diperuntukkan bagi kepentingan umum, dan tanpa kontraprestasi langsung adalah ciri
pemungutan pajak. Namun Pemda Jayawijaya tidak dapat mengatur pungutan tersebut sebagai
pajak daerah oleh karena tidak termasuk dalam 11 jenis objek pajak yang diperkenankan
menurut UU Pajak dan Retribusi Daerah. Pengaturan sebagai perda retribusi juga tidak

memungkinkan oleh karena pemerintah daerah tidak menyediakan layanan jasa maupun
barang terkait pungutan tersebut.
Perda 13/2009 tersebut selain bermasalah dalam aspek yuridisnya juga tidak konsisten
dalam implementasi. Pertama, sumbangan dari pengunjung telah dihentikan oleh karena tidak
memadainya kapasitas ruang tunggu untuk menampung jumlah pengunjung yang hendak
masuk ke ruang tunggu. Kedua, pada pasal 1 ayat (10) disebutkan penumpang adalah semua
orang yang menggunakan jasa penerbangan udara dari Wamena ke Sentani. Pada
pelaksanaannya pemungutan diberlakukan kepada semua penumpang dari Waimena ke
berbagai tujuan penerbangan. Ketiga, pada pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa sumbangan
penumpang sebesar Rp 10.000,00 dibayarkan bersamaan dengan pembelian tiket pesawat dan
disetorkan oleh perusahaan penerbangan maupun biro perjalanan yang telah ditunjuk. Namun
dalam pelaksanaannya dipungut saat sebelum penumpang masuk ke ruang tunggu, bersamaan
dengan pemungutan airport tax pada loket tersedia.
Dengan demikian, Perda 13/2009 pada Kabupaten Jayawijaya termasuk perda
bermasalah dari aspek yuridis dan konsistensi implementasinya. Meskipun demikian perda
tersebut tidak dibatalkan sebagaimana sejumlah perda bermasalah lainnya. Menurut Dr
Bambang PS Brodjonegoro, mantan Ketua Umum Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD), pemberlakuan perda-perda tersebut disebabkan belum otimalnya
pemerintah pusat mengawasi perda-perda yang bermasalah (Suara Karya, 2007)
Kontribusi Sumbangan Pihak Ketiga Dalam PAD Kabupaten Jayawijaya

Besaran nilai SPK, PAD, Retribusi dan Retribusi Umum, Lain-lain PAD dan
Pendapatan Jasa Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2009-2011 adalah sebagaimana pada
Tabel 4.
{sisipkan Tabel 4 di sini}
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 599

SPK yang terdiri dari Retribusi Pelayanan Penerbangan (RPP) dan Pendapatan Jasa
Angkutan Barang (PJAB), sepanjang tahun 2009-2011 memberi kontribusi terhadap APBD
rata-rata sebesar 12,73 persen sebagaimana terlihat pada grafik 1. Terjadi kenaikan rasio
kontribusi SPK pada tahun kedua pelaksanaanya dan kembali menurun pada tahun ketiga
meski jumlahnya masih lebih tinggi daripada tahun pertama. Fluktuasi besaran kontribusi
terkait dengan jumlah perusahaan penerbangan yang beroperasi, kebakaran yang terjadi pada
bulan September 2011, dan meningkatnya sumber PAD yang lain. Pada tahun 2009 ada enam
perusahaan penerbangan yang beroperasi yang meningkat menjadi delapan perusahaan pada
tahun 2010 namun kembali menjadi enam perusahaan pada tahun 2011. Kerusakan pesawat
pengangkut barang menjadi penyebab berkurangnya perusahaan penerbangan yang
beroperasi.
{sisipkan Grafik 1 di sini}
Grafik 2 menunjukkan PJAB memiliki kontribusi lebih tinggi daripada RPP
terhadap PAD. Artinya SPK dari kegiatan pengangkutan barang dari Wamena melebihi

penerimaan dari angkutan penumpang.
{sisipkan Grafik 2 di sini}
Nominal penerimaan RPP pada tahun kedua berkurang sebesar 1,72 persen
dibandingkan tahun pertama. Kemudian pada tahun ketiga berkurang sebesar 5,73 persen
dibandingkan tahun kedua. Namun dilihat dari rasio kontribusi terhadap retribusi jasa umum
(Grafik 3), terjadi penurunan dalam jumlah besar yakni 14,35 persen dan 5,68 persen.
Sedangkan terhadap total retribusi, rasio kontribusi menurun sebesar 1,58 persen dan 0,28
persen. Selain karena penurunan penerimaan, kontribusi menurun oleh karena sumber
retribusi lainnya telah mengalami peningkatan yakni dari Retribusi Pelayanan Pasar,
Retribusi Sewa Rumah Dinas Pemda, serta Retribusi Pelayanan Kesehatan.
{sisipkan Grafik 3 di sini}
PJAB dikelompokkan sebagai pendapatan jasa dari lain-lain pendapatan. Pada Grafik 4
terlihat peningkatan kontribusi pada tahun kedua penerapan perda SPK oleh karena
bertambahnya perusahaan penerbangan yang menandatangani kontrak dengan pemerintah
daerah yang meningkatkan volume pengiriman barang. Namun pada tahun ketiga menurun
karena berkurangnya maskapai penerbangan yang beroperasi. Grafik 4 juga menunjukkan
penurunan rasio kontribusi pendapatan jasa angkutan barang terhadap pendapatan jasa. Selain
disebabkan nominal penerimaan yang berkurang juga oleh meningkatnya komponen lain-lain
pendapatan khususnya dari jasa administrasi.
{sisipkan Grafik 4 di sini}

600 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Efektivitas pencapaian target penerimaan dari SPK terlihat berfluktuasi (Grafik 5)
yang antara lain dipengaruhi oleh belum tersedianya informasi memadai untuk penetapan
anggaran. Pada tahun pertama target anggaran terlalu rendah sedangkan pada tahun kedua
terlalu tinggi. Penyebab lainnya adalah kebakaran bandara dan kerusakan pesawat beberapa
perusahaan penerbangan sehingga aktivitas/fasilitas tidak berjalan dengan normal pada tahun
kedua.
{sisipkan Grafik 5 di sini}
Pada tahun pertama, dasar penentuan anggaran adalah empat perusahaan penerbangan
sedangkan lima perusahaan penerbangan yang beroperasi belum dianggarkan sebagaimana
kesepakatan perusahaan dengan pemerintah daerah. Satu diantara empat perusahaan yang
dianggarkan, yaitu Trigana Air Service melebihi target anggaran, tiga perusahaan tidak
mencapai target, dan terdapat dua perusahaan yang belum dianggarkan namun telah
kontribusi. Pada tahun kedua, Trigana Air Service, Manunggal Air, dan Hercules AURI
melampaui target anggaran yang ditetapkan sedangkan tujuh perusahaan penerbangan lainnya
belum memenuhi target anggaran. Merpati Nusantara Airlines dan Jayawijaya Dirgantara
tidak mencapai target disebabkan pesawat kargo kedua perusahaan penerbangan tersebut tidak
beroperasi. Pada tahun ketiga, dari enam perusahaan yang ditargetkan, empat perusahaan
penerbangan melampaui target anggaran, satu perusahaan mencapai tingkat efektivitas 100
persen, dan satu perusahaan hanya mencapai 38,53 persen target anggaran. Selama tiga tahun
pemberlakuan perda SPK, satu perusahaan yaitu Trigana Air Service yang selalu mencapai
efektivitas lebih dari 100 persen. Namun terdapat pula perusahaan yang belum pernah
merealisasi anggaran karena tidak beroperasi yaitu Jayawijaya Dirgantara.
Persepsi Masyarakat terhadap Sumbangan Pihak Ketiga
Tabel 5 menggambarkan karakteristik demografi dari 86 responden. Jumlah responden
laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Responden dengan usia produktif, tingkat
pendidikan SMA dan Sarjana, serta bekerja sebagai PNS adalah lebih dominan.
{sisipkan Tabel 5 di sini}
SPK dari Retribusi Pelayanan Penerbangan dan Pemungutan Jasa Angkutan Barang,
yang telah berlaku tiga tahun, berterima secara umum di masyarakat. Sebagaimana terlihat
pada Tabel 6, mayoritas responden menyatakan ikhlas berpartisipasi dalam pembangunan
daerah (66,3%) dan ikhlas membayar SPK yang ditarik melalui jasa penerbangan (67,44%).
{sisipkan Tabel 6 di sini}
Masyarakat bersikap rela membayar pungutan sebesar Rp 10.000 yang dipungut
bersama dengan airport tax sebesar Rp 11.000,00. Pada Tabel 7 nampak mayoritas
responden (62,8%) menyatakan SPK tidak perlu mengurangi kewajiban lain. Sebagian besar
responden (59,30%) berpendapat bahwa pungutan SPK adalah bentuk partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Hal ini tentu saja merupakan dukungan yang kuat bagi Pemda
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 601

Jayawijaya dalam menerapkan peraturan ini. Meskipun demikian data ini perlu diklarifikasi
kepada responden yang lebih luas mengingat sebagian besar responden penelitian adalah PNS
yang merupakan aparat pemerintah juga. Disamping itu tarif airport tax sebesar Rp 11.000,00
adalah jauh dibawah rata-rata tarif airport tax bandara lainnya di Indonesia yakni sebesar Rp.
40.000,00 (Surabayapost, 2010).
{sisipkan Tabel 7 di sini}
Sebagaimana Tabel 8, sebagian besar responden (70%) yang mengetahui bahwa SPK
di Kabupaten Jayawijaya diatur dalam Perda Nomor 13/2009 setuju bila SPK tidak perlu
mengurangi kewajiban lainnya.
{sisipkan Tabel 8 di sini}
Pada Tabel 9 terlihat bahwa pembayaran sumbangan dalam wujud uang didukung oleh
sebagian besar responden (69,77%) demikian pula untuk besaran tarif Rp 10.000,00 untuk
penumpang (60,46%), dan Rp 5.000,00 untuk pengunjung (55,81%). Pilihan pembayaran
SPK dalam wujud uang adalah pilihan yang rasional oleh karena uang adalah materi yang
mudah dibawa dan memiliki kepastian nilai. Tarif berlaku relatif murah mengingat tingkat
harga umum di wilayah Papua yang tinggi dan besaran SPK apabila dijumlahkan dengan
airport tax masih dibawah tarif airport tax bandara-bandara di Indonesia.
{sisipkan Tabel 9 di sini}
Sebagian besar responden yang juga mengetahui bahwa SPK diatur dengan Perda ,
menyetujui pemberian dalam bentuk uang (68%), besaran tarif penumpang (73%), dan
besaran tarif pengunjung bandara (73%), sebagaimana tersaji pada Tabel 10.
{sisipkan Tabel 10 di sini}
Mayoritas responden yang berpendidikan sarjana (Tabel. 11) mengetahui bahwa SPK
pelayanan penerbangan diatur dalam Perda. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan
lebih rendah dari sarjana lebih banyak yang tidak mengetahui hal tersebut, kecuali pada
tingkatan SMA yang mencapai 50 persen. Dengan demikian patut diduga bahwa tingkat
pendidikan berkaitan dengan tingkat pengetahuan terhadap aturan yang berlaku. Namun
dalam penelitian ini belum diukur intensitas pengetahuan responden yang kemungkinan
sebatas pengetahuan dari informasi pada kupon/karcis retribusi pelayanan penerbangan.
{sisipkan Tabel 11 di sini}
Kesimpulan dan Implikasi Penelitian
Sumbangan Pihak Ketiga (SPK) pada Kabupaten Jayawijaya yang diatur dengan Perda
Nomor 13/2009 adalah regulasi untuk menggali potensi dari lalu lintas penerbangan yang
tinggi di Kabupaten Jayawijaya. Bandara adalah terminal lalulintas yang penting berbeda
dengan Kabupaten lain di Indonesia yang dapat mengandalkan retribusi dari terminal
angkutan darat. SPK dari angkutan penerbangan, pada tiga tahun pemberlakuan telah
602 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

memberikan kontribusi memadai bagi APDB Kabupaten Jayawijaya. Prosentase kontribusi
yang menurun pada tahun kedua dan ketiga lebih disebabkan oleh kebakaran bandara dan
kerusakan pesawat serta telah meningkatnya sumber lain PAD. Inefektivitas target anggaran
disebabkan oleh belum memadainya basis data untuk perencanaan anggaran.
Perda tersebut bermasalah dalam hal ketidaksesuaian dengan regulasi lainnya dan
tidak konsisten dalam implementasinya. Meskipun demikian, masyarakat mendukung
pungutan tersebut dan rela membayar karena setelah dijumlahkan dengan airport tax,
jumlahnya masih lebih rendah dari rata-rata airport tax di Indonesia.
Pihak regulator perlu mencari solusi agar daerah dapat menggali potensi PAD tanpa
memunculkan perda bermasalah misalnya perda yang tidak sesuai dengan peraturan lainnya.
Dalam hal SPK di Kabupaten Jayawijaya perlu dikaji kemungkinan pembagian penerimaan
airport tax di bandara Waimena oleh karena sumber dari retribusi terminal angkutan darat
relatif terbatas di wilayah ini.
Keterbatasan penelitian
Pengambilan sample tidak dibatasi sehingga secara kebetulan mayoritas sample
terpilih adalah PNS yang adalah juga aparat Pemda Jayawijaya sendiri. Karakteristik
demikian kemungkinan menimbulkan bias persepsi responden.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Dalam Negeri, Daftar Keputusan Mendagri Tentang Pembatalan Perda dan
Keputusan KDH tahun 2002, http://www.depdagri.go.id/media/documents/
2010/03/05/d/a/daftar_kepmen_pembatalan_perda_data_2002-2009.pdf. Diunduh 27
Juni 2012
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan, Leafleat Pajak Daerah
dan
Retribusi
Daerah.
www.djpk.depkeu.go.id/document.php/document/
article/108/73/. Diunduh 7 Juni 2012
Halim, A. 2002. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat.
Jakarta.
Harian Ekonomi Neraca. 2001. Perda Bermasalah. http://perpustakaan.bappenas.go.
id/lontar/opac/themes/bappenas4/templateDetail.jsp?id=34133&lokasi=lokal
Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 13 Tahun 2009. Tentang Sumbangan Pihak
Ketiga Khusus Jasa Angkutan Barang dan Sumbangan Penumpang dan Pengunjung
Bandara kepada Pemerintah Daerah. Bagian Hukum SETDA Kabupaten Jayawijaya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1978 Tentang Penerimaan Sumbangan
Pihak Ketiga Kepada Daerah.
Suara Karya. 2007. Pemerintah Pusat Tak Tegas Cabut Perda Bermasalah.
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/opac/themes/bappenas4/templateDetail.jsp
?id=57931&lokasi=lokal. Diunduh 27 Juni 2012
Surabayapost. 2010. Bulan Depan, Tarif Airport Tax Naik. http://www.surabayapost.co.id/
?mnu=berita&act=view&id=30559c25e5bda64b63e9a9c0b4dbd24b&jenis=c81e728
d9d4c2f636f067f89cc14862c. Diunduh 27 Juni 2012
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 603

Tim Investasi, Direktorat Perencanaan Makro, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional, Bappenas. 2005. Iklim Investasi di Indonesia. www.bappenas.go.id/getfile-server/node/1896/ . Diunduh 27 Juni 2012
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 Tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat
dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Tabel 1. Statistik Peraturan Daerah (Perda) “Bermasalah” KPPOD
Jenis Pelanggaran/Masalah
Secara Umum Tidak Bermasalah
Relevansi Yurudis
Up to date Acuan Yuridis
Kelengkan Yuridis
Diskoneksi Tujuan dan Isi (Konsistensi Pasal)
Kejelasan Obyek
Kejelasan Subyek
Kejelasan Hak dan Kewajiban Wajib Pungut
Kejelasan Standar Waktu, Biaya, Prosedur, Struktur Tarif
Kesesuaian Filosofi dan Prinsip Pungutan
Keutuhan Wilayah Ekonomi Nasional & Prinsip Free
Internal Trade
Persaingan Sehat
Dampak Ekonomi Negatif
Menghalangi Akses Masyarakat, Perlindungan Lingkungan
Hidup
Pelanggaran Kewenangan Pemerintahan
Jumlah Peraturan Daerah
Sumber : Bappenas, 2007

Jumlah Persentase
152
14,76
30
2,91
162
15,73
58
5,63
32
3,11
76
7,38
5
0,49
81
7,86
234
22,72
46
4,47
24
9
95

2,33
0,87
9,22

11
15
1030

1,07
1,46
100

Tabel 2. Pengukuran Variabel
Konsep
Ikhlas
Kesesuaian

Definisi Konsep
kerelaan hati
memberikan sumbangan
Sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan terkait

Indikator Empiris
- Kerelaan berpartisipasi
- Kerelaan membayar
- Tidak menghambat pemenuhan
kewajiban lainnya
- Tidak
ada
aturan
yang

604 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Pembayaran

Pembayaran dengan alat
pembayaran yang sah.

dilanggar
- Berupa Uang
- Nominal Rp 10.000 untuk Penumpang
- Nominal
Rp
5.000
untuk
Pengantar/pengunjung

Tabel 3. Perbandingan Perda Nomor 13/2009 dengan Peraturan Terkait
Ketentuan dalam
peraturan
pembanding
Permendagri 1.Pemberian
berdasarkan
No. 3/1978
Tentang
keikhlasan dan
tidak mengikat
Sumbangan
Pihak Ketiga 2. Pemberian tidak
mengurangi
kewajiban lain
seperti pajak dan
retribusi
3. Sumbangan dapat
berupa uang dan
termasuk komponen
APBD
Peraturan
terkait

UU No.
28/2009
Tentang
Pajak Daerah
dan Retribusi
Daerah

1. Nama retribusi dan
golongan retribusi
harus dijelaskan
dalam Perda
2. Retribusi
merupakan
pembayaran atas
pemanfaatan jasa
atau layanan yang
disediakan oleh
pemerintah.
3. Pemungutan
retribusi tidak
tumpang tindih

Karakteristik Perda Nomor
13/2009
1. Memaksa oleh karena
Perda mewajibkan
pembayaran pada saat
memanfaatkan jasa
penerbangan
2. Dibayar bersamaan
dengan kewajiban Airport
Tax

Keterangan
1. Tidak Sesuai

2. Sesuai

3. Sesuai
3. Besarnya Rp. 10.000,00
untuk Penumpang dan
Rp.100,00/Kg untuk
setiap pengangkutan
barang. Target dan
realisasi pembayaran
dinyatakan dalam APBD
1. Perda mengaturnya
sebagai SPK dan bukan
perda retribusi pelayanan
penerbangan
2. Perda tidak menjelaskan
jasa atau layanan yang
disediakan pemda
sehubungan dengan jenis
retribusi tersebut.

1. Tidak Sesuai

2. Tidak Sesuai

3. Tidak sesuai
3. Dipungut bersamaan
dengan Airport Tax

ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 605

dengan pungutan
pusat

1. Daerah dilarang
1. Kewajiban membayar
1. Tidak Sesuai
UU No.
menetapkan
SPK menambah biaya
33/2004
Tentang
Peraturan Daerah
mobilitas penduduk
tentang pendapatan
maupun lalu lintas barang
Perimbangan
yang menghambat
dan jasa. Penambahan
Keuangan
mobilitas
biaya berpotensi
Pusat dan
penduduk, lalu
menghambat
Daerah
lintas barang dan
perekonomian.
jasa antar daerah,
dan kegiatan
impor/ekspor.
Sumber : Perda Nomor 13/2009, UU Nomor 28/2009, UU Nomor 33/2004, dan Permendagri
Nomor 3/1978

Tabel 4. SPK, Total PAD, Total Retribusi dan Retribusi Umum,
Lain-lain PAD dan Pendapatan Jasa, tahun 2009-2011
Tahun
Sumbangan Pihak Ketiga
Total PAD
Retribusi Pelayanan Penerbangan
Total retribusi
Retribusi Jasa umum
Pendapatan Jasa Angkutan Barang
Total lain-lain PAD yang sah
Pendapatan Jasa

2009

2010

2011

1,698,016,940.00
19,519,936,832.00
247,150,000.00
3,582,272,768.00
803,076,000.00
1,450,866,940.00
9,522,998,669.00

3,692,303,600.00
22,327,584,128.71
242,910,000.00
5,498,148,941.00
1,478,199,300.00
3,449,393,600.00
10,002,182,674.71

3,113,240,300.00
24,005,757,145.26
229,000,000.00
5,538,874,601.00
2,150,507,745.00
2,884,240,300.00
11,681,148,645.26

1,571,938,940.00

4,940,555,001.00

5,845,835,453.00

Sumber : APBD Kab Jayawijaya, 2009-2011

606 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Tabel 5. Demografi Responden
Jenis kelamin

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

46 Orang

40 Orang

Usia

Produktif (15-64 Tahun)

Tidak produktif

Jumlah

85 Orang

1 Orang

Pendidikan

SD

SMP

SMA

Sarjana

Lainnya

Jumlah

1 Orang

6 Orang

38 Orang

32 Orang

9 Orang

pekerjaan

PNS

Swasta

Jumlah

45 Orang

16 Orang

Wirausaha Lainnya
9 Orang

16 Orang

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 6. Tanggapan Keikhlasan Berpartisipasi dalam
Pembangunan Daerah dan Membayar SPK

Keterangan

Ikhlas berpartisipasi
dalam pembangunan
daerah

Tidak Ikhlas

Ikhlas dalam membayar
sumbangan pihak
ketiga

N

%

N

%

0

0

2

2,33

Kurang Ikhlas

2

2,3

4

4,65

ragu-ragu

4

4,7

11

12,79

Ikhlas

57

66,3

58

67,44

Sangat Ikhlas

23

26,7

11

12,79

Total

86

100

86

100

Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 7. Persepsi Tidak Perlunya SPK Mengurangi Kewajiban Lain
dan Sebagai Bentuk Partisipasi dalam Pembangunan
Perlu membayar SPK
tanpa mengurangi kewajiban Lain
N
Tidak perlu

Membayar SPK Sebagai Bentuk
Partisipasi Masyarakat dalam
pembangunan

%
13

N

15.10 Tidak Setuju

4

%
4.65

Kurang perlu

6

7.00 Kurang Setuju

8

9.30

Ragu-ragu

6

7.00 Ragu-ragu

12

13.95

51

59.30

11

12.79

86

100

Perlu
Sangat Perlu
Total

54
7
86

62.80 Setuju
8.10 Sangat Setuju
100 Total

Sumber : Data Primer yang diolah, 2012
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 607

Tabel 8. Responden yang mengetahui Perda No.13/2009 dan
Persepsinya mengenai Perlunya SPK Tidak Mengurangi Kewajiban Lainnya
Perlu membayar SPK
tanpa mengurangi kewajiban lainnya

Total

Tidak
perlu

Kurang
perlu

Raguragu

Perlu

Sangat
Perlu

Tahu SPK Diatur Tidak
dalam Perda No.
Ya
13/2009

10

2

4

16

2

34

3

4

2

38

5

52

Total

13

6

6

54

7

86

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2012

Tabel 9. Tanggapan Responden
untuk Pembayaran SPK dalam Bentuk Uang
Keterangan

SPK dalam bentuk
Uang
N

%

Tarif Rp 10.000
untuk penumpang
N

%

Tarif Rp 5.000,00
untuk pengunjung
N

%

Tidak Setuju

5

5.81

13

15.12

15

17.44

Kurang Setuju

7

8.14

11

12.79

6

6.98

Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Jumlah

8

9.30

2

2.33

13

15.12

60

69.77

52

60.46

48

55.81

6

6.98

8

9.30

4

4.65

86

100.00

86

100.00

86

100.00

Sumber: Data Primer yang Diolah 2012
Tabel 10. Responden yang mengetahui Perda No.13/2009

608 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

dan Persepsinya mengenai Bentuk dan Tarif SPK
SPK diberikan dalam bentuk Uang

Tahu SPK
Diatur
dalam
Perda No.
13/2009

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Setuju

Sangat
Setuju

Total

Ragu-ragu

Tidak

4

4

6

19

1

34

Ya

1

3

2

41

5

52

5

7

8

60

6

86

Total

Tarif Rp 10.000 dikenakan bagi Penumpang

Tahu SPK
Diatur
dalam
Perda No.
13/2009

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Setuju

Sangat
Setuju

Total

Ragu-ragu

Tidak

10

5

2

14

3

34

Ya

3

6

0

38

5

52

13

11

2

52

8

86

Total

Tarif Rp 5.000 dikenakan bagi Pengunjung
Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Setuju

Sangat
Setuju

Total

Ragu-ragu

13

1

4

13

3

34

2

5

9

35

1

52

15

6

13

48

4

86

Tahu SPK
Tidak
Diatur
dalam
Perda No.
Ya
13/2009
Total

Sumber: Data Primer yang Diolah 2012

Tabel 11. Responden yang mengetahui Perda No.13/2009
Berdasarkan Tingkatan Pendidikannya
Tingkat Pendidikan Terakhir Responden
SD

SMP

SMA

Diploma Sarjana
Total

Tahu SPK Diatur
dalam Perda No.
13/2009
Total

Tidak

0

1

19

8

6

34

Ya

1

5

19

1

26

52

1

6

38

9

32

86

Sumber: Data Primer yang Diolah 2012

ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 609

16,54
12,97
8,70

2009

2010

2011

.
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012
Grafik 1. Rasio Kontribusi SPK Terhadap PAD tahun 2009-2011

20

15,45
12,01

15
10

7,43

5

1,27

1,09

0,95

2009

2010

2011

Rasio Kontribusi
Pendapatan Jasa
Angkutan Barang
terhadap PAD

0

Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012
Grafik 2. Rasio Kontribusi RPP dan PJAB terhadap PAD

30,78
16,43
10,65
6,90
2009

4,42
2010

4,13

Rasio Kontribusi
Retribusi
Pelayanan
Penerbangan
terhadap Retribusi
Jasa Umum

2011

Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012
Grafik 3 Rasio Kontribusi RPP terhadap Total Retribusi & Retribusi Jasa Umum

120

92,3

69,82

100

49,34

80
60
40

34,49
15,24

24,69

20

Rasio Kontribusi
Pendapatan jasa
angkutan barang
terhadap
Pendapatan Jasa

0
2009

2010

2011

Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012
Grafik 4. Rasio Kontribusi PJAB terhadap Lain-lain PAD Yang Sah
610 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

& Pendapatan Jasa

67,17
277,70

139,32

105,49
69,4
2009

2010

100,44
2011

Rasio Efektivitas
Realisasi Lain-lain
Pendapatan Asli
daerah yang Sah

Rasio Efektivitas
Realisasi Retribusi
Pelayanan
Penerbangan

Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2012
Grafik 5. Rasio Efektivitas Realisasi Anggaran SPK

LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berkenaan dengan data pribadi Anda.
1. Nama (optional)
: ………………………
2. Usia
: ………………………
3. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Perempuan
4. Pekerjaan
: PNS
Pegawai Swasta
Pemilik Usaha/ Wirausaha
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berkenaan dengan pendapat dan penilaian Anda terhadap
Sumbangan Pihak Ketiga:
1. Apakah Anda Ikhlas bila diminta berpartisipasi dalam pembangunan daerah?
a. Sangat Ikhlas
d. Kurang Ikhlas
b. Ikhlas
e. Tidak Ikhlas
c. Ragu
2. Apakah Anda Ikhlas bila diminta berpartisipasi dalam mendanai pembangunan daerah
dengan membayar sumbangan pihak ketiga (Retribusi Jasa Penerbangan)?
a. Sangat Ikhlas
d. Kurang Ikhlas
b. Ikhlas
e. Tidak Ikhlas
c. Ragu
3. Apakah Anda keberatan dengan membayar sumbangan pihak ketiga (Retribusi Jasa
Penerbangan) bersamaan dengan airport tax?
a. Sangat Keberatan
d. Kurang Keberatan
b. Keberatan
e. Tidak Keberatan
c. Ragu
4. Apakah Anda mengetahui bahwa sumbangan pihak ketiga di Bandara (Retribusi Jasa
penerbangan) sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009?
ANALISIS PENDAPATAN PEMERINTAH KABUPATEN...(Franco Benony Limba, Gustin Tanggulungan) 611

a. Ya
b. Tidak
5. Menurut pendapat Anda, apakah masyarakat (penumpang) perlu membayar sumbangan
pihak ketiga (Retribusi Jasa Penerbangan), tanpa mengurangi kewajiban membayar
pajak dan retribusi?
a. Sangat Perlu
c. Kurang Perlu
b. Perlu
d. Tidak Perlu
c. Ragu
6. Apakah Anda setuju bahwa sumbangan pihak ketiga di Bandara (Retribusi Jasa
Penerbangan) sebagai bentuk partisipasi Anda dalam pembangunan daerah?
a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
c. Ragu
7. Apakah sumbangan pihak ketiga mempengaruhi keputusan Anda untuk menggunakan
jasa penerbangan?
a. Sangat Mempengaruhi
c. Kurang mempengaruhi
b. Mempengaruhi
d. Tidak Mempengaruhi
c. Ragu
8. Apakah Anda setuju sumbangan pihak ketiga diberikan dalam bentuk uang?
a. Sangat setuju
d. Kurang setuju
b. Setuju
e. Tidak setuju
c. Ragu
9. Apakah Anda setuju penumpang membayar sumbangan pihak ketiga sebesar Rp
10.000?
a. Sangat setuju
d. Kurang setuju
b. Setuju
e. Tidak setuju
c. Ragu
10. Apakah Anda setuju pengunjung/pengantar membayar sumbangan pihak ketiga sebesar
Rp 5.000?
a. Sangat setuju
d. Kurang setuju
b. Setuju
e. Tidak setuju
c. Ragu

612 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012