HOMOSEKSUAL PERSPEKTIF AL QUR’AN : STUDI MAUDHU’I TAFSIR MUHAMMAD ‘ALI AL SABUNI DALAM KITAB SHAFWAH AT TAFASIR.

(1)

HOMOSEKSUAL PERSPEKTIF AL-

QUR’A>N

(Studi Maudhu>’i> Tafsir Muhammad ‘Ali< al-S}a>bu>ni> dalam Kitab Shafwah at-Tafa>sir)

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

ISYFINA WARDALINA NIM: E23212133

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Isyfina Wardalina, NIM: E23212133, Judul: Homoseksual Perspektif Al-Qur’a>n (Studi Maudhu>’i> Tafsir Muhammad ‘Ali< al-S}a>bu>ni> dalam Kitab Shafwah at-Tafa>sir), Skripsi Jurusan Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana metode penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ? 2. Bagaimana penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami pandangan Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual serta analisis tafsir oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research) dan menggunakan metode Maudhu>’i> (tematik) yaitu menggambarkan atau menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n sesuai dengan judul atau tema yang telah ditetapkan (ayat-ayat tentang homoseksual) berdasarkan perspektif Al-Qur’a>n. Fokus kajian dalam penelitian ini untuk mengetahui serta memahami makna al-Fa>hisyah dalam ayat-ayat yang dikumpulkan secara tematik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama metode yang digunakan oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual dengan menggunakan metode ijmali>. Yaitu metode penafsiran serta global (umum) yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n secara ringkas, namun mencakup dengan bahasa yang populer, mudah di mengerti, serta menggunakan bahasa yang digunakan oleh al-Qura>n (lafadz yang digunakan tidak jauh berbeda dengan gaya bahasa al-Qur’a>n). Kedua, M. ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> menjelaskan makna al-Fa>hisyah dalam QS. Al-A’ra>f ayat 80-81 yang didalamnya menceritakan tentang kisah Nabi Luth, menafsirkan bahwa Fa>hisyah adalah perbuatan keji dan buruk yang merupakan suatu pelanggaran atau hal yang buruk di luar ukuran dan melampaui batas yaitu perbuatan homoseksual (menyetubuhi laki-laki di duburnya).


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 8

F. Penegasan Judul ... 8

G. Kajian Pustaka ... 10

H. Metode Penelitian ... 11


(8)

BAB II HOMOSEKSUAL ... 17

A. Pendapat Para Ulama Tentang LGBT ... 17

B. Pengertian Homoseksual... 20

C. Awal Munculnya dan Penyebab Terjadinya Homoseksual ... 23

D. Homoseksual dalam Pandangan Hukum Islam dan Psikologi... 25

BAB III HOMOSEKSUAL DALAM PANDANGAN Muhammad ‘ALI< AL-S}A<BU<NI< ... 35

A. Biografi Muhammad ‘Ali> Al-S}a>bu>ni> ... 35

1. Riwayat hidup ... 35

2. Pendidikan ... 36

3. Karya-karya ... 38

4. Metode dan corak penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni ... 38

B. Penafsiran Ayat-Ayat al-Qur’a>n Tentang Homoseksual Menurut Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> ... 41

1. Penafsiran QS. Al-A’ra>f ayat 80-84... 41

2. Penafsiran QS. Asy-Syu’ara>’ ayat 160-166 ... 48

3. Penafsiran QS. An-Naml ayat 54-58 ... 52

4. Penafsiran QS. Al-Ankabu>t ayat 28-29 ... 56


(9)

C. Analisis Homoseksual Perspektif Al-Qur’a>n Menurut

Pandangan Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> ... 61

1. Metode penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ... 61

2. Analisis tafsir menurut pandangan Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ... 64

BAB IV PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur a>n merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat

manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu,al-Qur a>n juga berfungsi sebagai pemberi penjelas terhadap segala sesuatu dan pembeda antara kebenaran dan kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan darial-Qur a>n,telah dilakukan berbagai upaya oleh sejumlah pakar dan ulama yang berkompeten untuk melakukan penafsiran terhadap al-Qur a>n, sejak masa awal hingga sekarang ini.1 Al-Qur a>n memuat semua hal sehingga tepat untuk dijadikan pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia serta menjadi penolong dalam mempersiapkan kehidupan di akhirat. Disamping itu, a

l-Qur a>n berlaku sepanjang masa dan dapat ditafsirkan sesuai dengan

kebutuhan manusia. Hal itu tentu menunjukkan bahwa al-Qur a>n memang benar-benar kalam Allah yang mukjizatnya tak tertandingi.

Untuk menangkap semua kandungan al-Qur a>n tidak cukup hanya membacanya. Diperlukan kemampuan dalam memahami dan mengungkap isinya. Untuk itu, muncullah tafsir al-Qur a>n, karena tafsir disebut dengan kemampuan. Tafsir berupaya menjelaskan makna ayat al-Qur a>n. Selain itu, tafsir juga mengadaptasikan ayatal-Qur a>nke dalam situasi kekinian.2Untuk,

1

M. Hanafi Muchlis, Tafsir al-Qur an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2012), 19.

2


(11)

2

itu sangatlah penting bagi seorang Mufassir dalam menafsirkan al-Qur a>n, dituntut untuk menguasai beberapa cabang ilmu untuk dapat menafsirkan sesuai dengan kaidah tafsir al-Qur a>n. Seorang Mufassir tidak memiliki kewenangan untuk menafsirkan bila ia tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menjadi seorang Mufassir. Metode tafsir (cara yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur a>n) yang digunakan pun harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, para sahabat, tabi in serta para ulama. Seorang Mufassir

yang hendak menafsirkan al-Qur a>n mestilah terlebih dahulu menguasai Ulumul Qur an (ilmu-ilmu al-Qur a>n). Salah satu ilmu yang harus dikuasai yaitu kaidah-kaidah tafsir, kaidah tersebut dapat membantu para Mufassir

dalam memahami ayat-ayatAl-Qur a>n.

Di lingkungan masyarakat, manusia selalu diikuti oleh keberadan status sosial yang dikenal masyarakat sebagai "gaya hidup". Seiring dengan perkembangan zaman gaya hidup yang dimunculkan seringkali tidak biasa atau terlihat menyimpang. Belakangan ini muncul wacana pasangan sejenis yang menarik perhatian di masyarakat. Sejumlah orang terang-terangan mempublikasikan diri sebagai kaum homoseksual. Mereka pun akhirnya bertemu dan membentuk suatu komunitas. Perbuatan menyimpang ini masuk dalam wacana umum yaitu wacana panas yang membahas tentang LGBT

(Lesbian,Gay, BiseksualdanTransgender). Kabar ini selalu menjadi bola liar

nan panas yang selalu mendapat sorotan banyak pihak.

Keberadaan kelompok/komunitas LGBT ini merupakan fenomena penyimpangan seksual. Fenomena penyimpangan seksual yang tengah hangat


(12)

3

diperbincangkan di zaman sekarang ini, ternyata sudah muncul jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada masa Nabi Luth. Selain melakukan homoseksual mereka (kaum Sodom) melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam, seperti: merampok, suka berkhianat, dan selalu dalam jurang kemungkaran. Sampai dikatakan bahwa mereka sering kentut dalam sebuah majelis dan lebih anehnya lagi tidak ada rasa malu sama sekali pada diri mereka. Pada saat itu, Nabi Luth mengajak kaum Sodom untuk

meninggalkan segala perbuatan mungkar terutama perbuatan

homoseksualnya. Hampir semua kitab tafsir mengabadikan kisah tersebut, dimana para Mufassir menyingkap kandungan ayat-ayat yang membahas tentang homoseksual menurut perspektifal-Qur a>n.

Untuk mengetahui jawabannya yaitu melalui cara menguraikan

ayat-ayat al-Qur a>n yang berkaitan dengan cerita tentang kisah Nabi Luth. Lebih

khususnya lagi berkaitan tentang Homoseksual baik Gay maupun Lesbian, yaitu ayat-ayat yang menyinggung tentang homoseksual secara jelas serta mengutuk dan melaknat praktek homoseksual karena bertentangan dengan kodrat dan kenormalan manusia. Larangan LGBT diterangkan dalam

al-Qur a>nsuratAl-A ra>fayat 80-81 yang berbunyi:


































(13)

4

Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan

faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)

sebelummu?". Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al-A ra>f ayat 80-81).3

Mayoritas Mufassir berpendapat bahwa ayat diatas merupakan ayat yang sangat erat kaitannya dengan perilaku homoseksual yang terjadi pada zaman Nabi Luth. Disebutkan dalam ayat diatas tentang al-Fa>hisyah. al-Fa>hisyah dalam ayat tersebut diatas merupakan jenis perbuatannya (orientasi seksualnya/nama perbuatannya yaitu homoseksual), sedangkan pelakunya adalah laki-laki yang mendatangi dubur sesama laki-lakinya yaitu dalamQS.

Al-A ra>f ayat 80-81 disebutkan kata ar-rija>la yang bermakna mendatangi

dubur/anus laki-laki, yaitu pelaku dari perbuatanal-Fa>hisyahatau para homo-homo seks tersebut.

Ketika memahami makna al-Fa>hisyah dalam kitab tafsir, dapat dipahami bahwa maknanya ialah homoseksual atau sekarang diartikan dengan LGBT (Lesbian,Gay, Biseksual dan Transgender). Namun, dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan untuk membahas tentanggay atau perbuatan menyimpang yang disebut dengan homoseksual. Untuk mempermudah dalam menganalisis tentang homoseksual sesuai dengan perspektif al-Qur a>n, maka penulis mengutip pendapat atau penfasiran dari seorang ulama sekaligus ahli tafsir yang terkenal yaitu Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>. Jawaban dalam menemukan maknaal-Fa>hisyahsebagai homoseksual dilakukan melalui studi tematik atau yang disebut dengan studiMaudhu> i>.

3

Departemen Agama RI, Al-Qur an Tajwid dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), 160.


(14)

5

Penulis menganggap, bahwa metode penafsiran dari Muhammad Ali<

Al-S}a>bu>ni> merupakan metode penafsiran yang tepat dalam menafsirkan

makna al-Fa>hisyah. Sebab, Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur a>n mengumpulkan serta mengambil argumen yang paling dianggap s}ahih. Lalu mengklasifikasi mana saja ayat-ayat yang dianggap memiliki permasalahan. Selain itu, Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> mumpuni dalam menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur a>n dari segi kebahasaannya, mampu menjelaskan asbabun nuzul sebuah ayat al-Qur a>n dan mampu dari

segibalaghah (gaya bahasa). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,

yaitu untuk mengetahui serta memahami penjelasan Muhammad Ali<

Al-S}a>bu>ni> tentang homoseksual. Ayat-ayat yang menyinggung tentang

homoseksual dalam al-Qur a>n sangatlah banyak, namun penulis membatasi ayat-ayat tersebut dalam penelitian ini. Al-Qur a>n menyinggung tentang perilaku LGBT atau lebih khususnya tentang homoseksual.

Dalam penelitian ini, sudah penulis kategorikan surat-surat mana saja yang akan penulis kaji dimana surat-surat tersebut membahas serta menyinggung tentang perilaku homoseksual. Meskipun, banyak ayat-ayat dalam al-Qur a>n membahas tentang perilaku homoseksual, namun penulis memilih ayat-ayat tertentu saja, dikarenakan ayat-ayat dibawah ini merupakan surat-surat utama yang sering penulis baca atau telusuri dalam kitab-kitab tafsir, selain itu surat-surat yang penulis pilih adalah surat-surat yang spesifik. Diantaranya: Surat al-A ra>f ayat 80-84, Surat Asy-Syu ara> ayat 160-166,


(15)

6

Surat An-Naml ayat 54-58, Surat Al-Ankabu>t ayat 28-29, dan Surat Al-Qamar ayat 33-39.

Sejalan dengan permasalahan diatas, penulis menganggap bahwa kasus tentang homoseksual perlu untuk dikaji, terlebih dengan menggunakan analisis tafsir dariMufassir yang terkenal sepertiMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>. Selain itu, sudah banyak kasus yang ada di lingkungan kita bahwa ditemukannya beberapa kelompok atau individu yang melakukan perilaku menyimpang seperti homoseksual. Dengan demikian, perlu adanya kajian secara mendalam tentang kasus homoseksual terutama pandangan dari para

Mufassir mengenai respon mereka tentang homoseksual dengan

menggunakan studi Maudhu> i>. Untuk menemukan jawaban, apakah homoseksual itu diperbolehkan apa tidak menurut al-Qur a>n sebagaimana

tertera dalam 5 (lima) surat yang cenderung membahas tentang perilaku

homoseksual dan lebih spesifik. Oleh karena itu, penulis menggunakan pola kajian yang diformulasikan dengan judul Homoseksual Perspektif

Al-Qur a>n (Studi Maudhu> i> Tafsir M. Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam Kitab Shafwah

at-Tafa>sir) .

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah menjelaskan kemungkinan-kemungkinan

cakupan yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi kemungkinan yang dapat diduga sebagai masalah. Ayat-ayat


(16)

7

berhubungan dengan homoseksual, khususnya kisah tentang Nabi Luth bersama kaum Sodom. Adanya kisah ini, muncul sikap proaktif dari para

Mufassirdalam menelaah kasus homoseksual di zaman Nabi Luth.

Untuk memudahkan penulis dalam mengidentifikasi masalah serta menganalisis, penulis menggunakan metode penafsiran atau pandangan seorang ahli tafsir yang terkenal yaitu Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> tentang homoseksual dalam kitab tafsirnya yang berjudul Shafwatut Tafa>sir.Adapun identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah, yaitu:

1. Metode penafsiranMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayattentang homoseksual

2. Analisis Tafsir terhadap ayat-ayat tentang homoseksual berdasarkan perspektifal-Qur a>nmenurutMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifkasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah untuk memperkuat fokus penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana metode penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual?

2. Bagaimana penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual?


(17)

8

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1. Mengetahui dan memahami pandangan Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual

2. Mengetahui dan memahami bagaimana analisis tafsir oleh Muhammad

Ali< Al-S}a>bu>ni>dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna sekurang-kurangnya 2 (dua) aspek, yaitu:

1. Aspek teoritis

Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam penelitian tafsir yang terkait dengan teori yang digunakan olehMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>. 2. Aspek praktis

Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi agar dapat memberi solusi terhadap masyarakat serta solusi terhadap perilaku homoseksual yang biasanya terjadi di masyarakat.

F. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini yakni Homoseksual Perspektif Al-Qur a>n (Studi Maudhu> i> Tafsir


(18)

9

kiranya untuk memperjelas maksud dari judul penelitian tersebut dengan definisi sebagai berikut:

Homoseksual: Keadaan tertarik terhadap orang dari jenis

kelamin yang sama (laki-laki dengan laki-laki). Atau, hubungan seks dengan pasangan sejenis (pria dengan pria).

StudiMaudhu> i>: Membahas ayat-ayat al-Qur a>n sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan (ayat-ayat tentang homoseksual) dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek, diantaranya: asba>b al-nuzu>l, kosakata dan sebagainya.

Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>: Ulama dan ahli tafsir yang memiliki nama

lengkap Muhammad Ali bin Ali bin Jamil ash-Shabuni (1347 H/1928 M). Beliau memperoleh Magister Syari ah pada tahun 1953 M. Berasal dari Aleppo Syria. Kemampuannya dalam mengkritisi karya-karya terdahulu dalam khazanah keilmuan Islam.

Shafwah at-Tafa>sir: Sebuah kitab tafsir yang ringkas, merupakan

hasil karya yang paling populer. Kitab ini terdiri dari 3 (tiga) jilid. Seperti namanya,


(19)

10

Shafwah at-Tafa>sir yaitu kitab yang

mengandung intisari daripada kitab-kitab tafsir besar yang telah beliau susun lebih ringkas, tertib, mudah dan jelas.

Demikianlah penegasan judul diatas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan judul penelitian ini yaitu untuk memberikan pemahaman terhadap istilah yang digunakan. Sepengetahuan dari penulis, masih belum ada karya yang sama dengan judul skripsi ini.

G. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian atau penelitian yang telah ada. Pada dasarnya, bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.

Maka, penulis temukan beberapa kajian diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Muiyah yang berjudul Homoseksual dalam

pandanganal-Qur a>n .

Dari penelitian tersebut, menyimpulkan bahwa penelitiannya membahas homoseksual menurut paraMufassir. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode tafsir maudhu i yaitu metode yang ditempuh oleh


(20)

11

berbicara tentang suatu masalah serta mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan.4

2. Skripsi yang ditulis oleh Nuriyanti yang berjudul Ancaman bagi

homoseksual dalam hadis sunan at-Tirmidhi no indeks 1456 .

Dari penelitian tersebut, menyimpulkan bahwa penelitiannya hanya mendeskripsikan tentang ancaman bagi homoseksual yang berupa ancaman dibunuh karena homoseksual sama halnya dengan pelaku zina yang ancamannya hanya dirajam, dicambuk dan diasingkan. Akan tetapi pada ancaman homoseksual terdapat perbedaan yaitu ancaman dibunuh, dengan demikian kemungkinan terdapat sesuatu yang berbeda dalam kejadiannya.5

Permasalahan-permasalahan yang ada dalam skripsi-skripsi diatas lebih cenderung pada penelitian tentang makna homoseksual dalam pandangan al-Qur a>n (homoseksual menurut Mufassir secara umum). Sedangkan penelitian skripsi yang kedua membahas hadis yang membahas tentang homoseksual. Sementara itu, penelitian yang akan penulis angkat adalah lebih menekankan pada analisis tafsir menurut pandangan atau penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual menurut perspektifal-Qur a>n.

4

Muiyah, Homoseksual Dalam Pandangan al-Qur an (Skripsi, Surabaya, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel, 2007), 10-11.

5

Nuriyanti, Ancaman Bagi Homoseksual Dalam Hadis Sunan at-Tirmidhi No Indeks 1456 (Skripsi, Surabaya, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel, 2013), 10-11.


(21)

12

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya. Dengan kata lain, metode penelitian adalah ilmu tentang alat-alat untuk penelitian.6Antara lain:

1. Metode penelitian

Penelitian ini bertajuk tentang studi Maudhu> i>. Dimana, studi tematik yang khusus membahas tentang ayat-ayat yang membahas tentang homoseksual. Penulis akan mencoba mengemukakan metode tafsir apa yang digunakan oleh Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual, dimana hal tersebut merupakan persoalan tentang permasalahan yang tengah diteliti. Kemudian, penulis melakukan penafsiran dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pernyataan.

2. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research) dengan mengumpulkan data dan informasi dari data-data tertulis baik berupa literatur berbahasa arab maupun literatur berbahasa Indonesia yang mempunyai relevansi dengan penelitian. Sedangkan, metode yang digunakan dalam mengkaji topik ini menggunakan studi Maudhu> i>

6


(22)

13

(tematik) yaitu membahas ayat-ayat al-Qur a>n sesuai dengan judul atau tema yang telah ditetapkan (ayat-ayat tentang homoseksual).7

3. Sumber data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini, bersumber dari dokumen perpustakaan tertulis seperti kitab, buku ilmiah dan referensi tertulis lainnya. Data-data tertulis tersebut terbagi menjadi dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data penelitian ini, dapat dihimpun dari:

a. Sumber data primer merupakan rujukan data utama dalam penelitian ini, yaitu kitabTafsirShafwah at-Tafa>sir.

b. Sumber data sekunder merupakan data yang sudah tertulis atau diolah oleh orang lain atau suatu lembaga, buku-buku, surat-surat, catatan harian, laporan, dan sebagainya.8 Data sekunder dalam penelitian ini merupakan referensi pelengkap sekaligus sebagai data pendukung terhadap sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini diantaranya:

1) Tafsir Al- Misbah,karangan M. Quraish Shihab

2) Tafsir Al-Azhar,karangan Hamka

3) Fi Zhilalil Qur an,karangan Sayyid Quthb

4) Tafsir Ibnu Katsir, karangan Ibnu Katsir

5) Al-Qur an dan Tafsirnya,karangan Kementerian Agama RI

7

Nashruddin Baidan,Metodologi Penafsiran al-Qur an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 151.

8


(23)

14

6) Metodologi Penafsiran Al-Qur an,karangan Nashruddin Baidan

7) Pengantar Ilmu Tafsir,karangan Samsurrohman

4. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui metode dokumentasi, diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Data yang telah ditelaah sesuai dengan fokus pembahasan yang sedang diteliti (ayat-ayat tentang homoseksual) berdasarkan studi Maudhu> i>(tematik). Prosedur yang harus dilalui dalam menafsirkan

ayat-ayatal-Qur a>n,sebagai berikut:9

1) Menetapkan masalah yang akan dibahas

2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut 3) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai

pengetahuan mengenaiasba>b al-nuzu>l-nya

4) Memahami kondisi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing 5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna

6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan


(24)

15

7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang memiliki pengertian yang sama atau

mengkompromikan antara yang amm (umum) dan yang khass

(khusus), muthlaq dan muqayyad atau yang pada lahirnya

bertentangan sehingga semuanya bertemu dalam satu muara tanpa pemaksaan

5. Teknik analisis data

Untuk sampai pada prosedur akhir penelitian, maka penulis menggunakan metode analisa data untuk menjawab persoalan yang akan muncul di sekitar penelitian ini. Setelah tahapan pengumpulan data serta pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu menganalisis data. Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi.

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Metode Deskriptif-Analitis. Deskriptif yaitu menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya dengan menuturkan atau menafsirkan data yang


(25)

16

berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.10

Penelitian Deskriptif-Analitis yang dimaksud dalam penelitian ini yakni dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan homoseksual dalamal-Qur a>n. Penelitian yang bersifat tematik, bertujuan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.11 Dengan menggunakan metode ini akan dideskripsikan mengenai perihal masalah tersebut. Selanjutnya, setelah melakukan pendeskripsian, lalu dianalisa dengan melibatkan penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni dan beberapa pandanganMufassirlainnya sebagai pendukung.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dan memahami apa yang ada dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematikanya menjadi 4 (empat) bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang satu sama lainnya saling berkorelasi sehingga terperinci, sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan Pendahuluan. Bab ini berisi pemaparan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan judul, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

10

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 3.

11

Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 274.


(26)

17

Bab kedua, memuat penjelasan mengenai homoseksual secara umum, meliputi: sejarah munculnya homoseksual, definisi homoseksual, faktor terjadinya homoseksual, homoseksual dalam pandangan psikologi dan hukum Islam.

Bab ketiga, memaparkan hasil penelitian, meliputi: biografi

Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni, metode penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni

terhadap ayat-ayat tentang homoseksual dalam KitabShafwah at-Tafa>sir, dan analisis penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual.

Bab keempat, memuat tentang kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah dan saran.


(27)

BAB II

HOMOSEKSUAL

Berbicara tentang homoseksual, tentunya erat kaitannya dengan LGBT. Dimana, LGBT telah penulis deskripsi dalam bagian pendahuluan. Bahwa LGBT merupakan induk dari homoseksual, LGBT adalah akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Namun, LGBT ini tetap menjadi wacana yang cukup ramai diperbincangkan oleh para Ulama ataupun para Mufassir tentang hukum dari LGBT. Maka, perlu penulis paparkan terdahulu tentang pendapat para Mufassir terkait LGBT, setelah itu dilanjutkan tentang landasan teori homoseksual.

A.Pendapat Para Ulama Tentang LGBT

LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang bertentangan dengan fitrah manusia, agama, adat masyarakat. Lesbian yaitu bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya (baik itu secara fisik, seksual, emosional) kepada sesama perempuan. Gay adalah istilah yang merujuk pada homoseksual yaitu memiliki orientasi seksual sesama laki-laki. Biseksual merupakan individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan). Transgender ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Menurut pandangan agama Islam, LGBT bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri, dan dari adat serta norma-norma yang ada sangatlah bertentangan. Jelas,


(28)

19

bahwa hukum dari LGBT ini adalah haram, karena Allah SWT telah menunjukkan kekuasaan serta ketidaksukaannya terhadap perilaku kotor dan keji ini kepada kaum Nabi Luth dengan azab yang sangat besar.

Dalam Islam LGBT dikenal dengan 2 (dua) istilah, yaitu liwath (gay) yaitu perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki, ini merupakan perbuatan yang keji (fahisyah) dan melampaui batas (musrifun), dan sihaaq (Lesbian) yaitu hubungan cinta birahi antar sesama wanita dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan annggota tubuhnya (farji’) nya hingga keduanya merasakan kelezatan dalam berhubungan tersebut.1

Syaikh Sayyid Sabbiq menyatakan bahwa homoseksual termasuk kriminalitas yang paling besar, dan ia termasuk salah satu perbuatan keji yang dapat merusak eksistensi manusia dan fitrah manusia, agama dan dunia, bahkan bagi kehidupan itu sendiri. Karena, Allah SWT memberi hukuman bagi pelaku kriminalitas ini dengan hukuman yang paling keras. Dia menenggelamkan bumi dan segala isinya akibat perbuatan kaum Luth AS serta menghujani mereka dengan batu dari tanah liat yang terbakar.Rasulullah SAW memerintahkan umat beliau untuk membunuh dan melaknat pelaku homoseks.2

Syaikh Ali Ahmad al-Jurjawi yang menjabat sebagai Direktur Asosiasi Riset Ilmiah Universitas Al-Azhar Mesir, mendefinisikan homoseksual dalam bukunya yang berjudul Indahnya Syariat Islam” menggambarkan buruk dan hinanya homoseksual dengan menyatakan “Liwath” (homo) bertentangan dengan tabiat, adab dunia dan agama. Ia bertentangan dengan adab dunia dan agama

1 Sayyid Sabbiq, Fiqhus Sunnah, Cet.I (Kairo: Dar al-Fath Lil I’lam Al’arobi, 2000), 51. 2Syaikh Sayyid Sabbiq, Fiqih Sunnah Jilid 4(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010), 156.


(29)

20

karena seorang pria merdeka yang bersih tidak rela memposisikan diri sebagai wanita dan tidak mau mengenakan pakaian wanita lebih-lebih menjadi objek bagi nafsu syahwat pria lain. Alat kelamin masuk ke lubang dubur tempat keluar kotoran dimana mendengar namanya saja jiwa tidak suka, maka lebih-lebih menyentuhnya.3

Pernyataan diatas mengambarkan betapa buruknya praktik homoseksual, sekaligus menjadi jawaban atas pernyataan bodoh orang-orang yang menolak pengharaman homoseksual lantaran pelaku homoseksual saat ini tidak diazab sebagaimana diazabnya kaum Nabi Luth terdahulu. Selain itu, Para Imam Mazhabsepakat bahwa homoseksual hukumnya adalah haram, dan termasuk jinayat yang besar. Apakah pelakunya dikenai had?. Menurut pendapat Maliki, Syafi’idanHambali bahwa: Pelakunya wajib dikenai had. Hanafiberkata: Di-ta’zir jika dilakukan pertama kali. Sedangkan jika berulang kali melakukannya maka ia wajib dibunuh.4

Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT saat ini karena ideologi sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan atau fash al-din ‘an al-hayah). Oleh sebab itu, dalam rangka memelihara keturunan manusia dan nasabnya, Islam telah mengharamkan zina, gay, lesbian, dan penyimpangan seksual lainnya. Bahkan, Islam harus menjatuhkan hukuman bagi pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian dalam sebuah hubungan.

3Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, Indahnya Syariat Islam, terj. dari buku Hikmatut Tasyri Wa

Falsafatuh (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2013), 408-409.

4Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mazhab(Bandung:


(30)

21

B. Pengertian Homoseksual

Allah SWT telah mensyari’ahkan perkawinan dan menjadikan terbatas hanya antara laki-laki dan perempuan. Setiap hubungan (seksual) yang dilakukan bukan cara yang mulia dan suci, pasti akan melahirkan bahaya bagi diri manusia yaitu timbullah berbagai penyakit jiwa dan kesehatan, yang terkadang tidak dapat diobati oleh manusia.5 Dalam budaya tradisional Indonesia, ketika seorang anak laki-laki atau perempuan mencapai usia pubertas, hubungan dan interaksi antara mereka segera dibatasi. Norma dan moral tradisional-terutama di pedasaan dan wilayah pedalaman menentang kaum remaja berpacaran, karena dianggap dapat mengarah pada hubungan seks pra-nikah. Moral tradisional juga menentang berkumpulnya antara gadis yang belum menikah dengan laki-laki, karena dapat mengarah pada skandal perzinahan.

Hubungan persahabatan yang erat dan ikatan antar laki-laki justru dianjurkan. Pengalaman homoerotik atau bahkan insiden hubungan homoseksual mungkin saja terjadi di lingkungan serba laki-laki; misalnya di asrama, pondok pesantren, kamar kost, hingga barak militer, dan panjara. Terdapat laporan dan desas-desus insiden hubungan homoseksual di tempat-tempat tersebut, akan tetapi karena kuatnya budaya malu di Indonesia, insiden semacam ini biasanya langsung ditutupi dan dirahasiakan agar tidak mencemari reputasi institusi tersebut.6

Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti “sama”. Istilah homoseksual diciptakan tahun 1896 oleh Dr. Karl Maria Kerbeny, seorang

5 M. Mutawali Asy-Sya’rawi, Dosa-dosa Besar (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 171.

6Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Homoseksualitas di Indonesia”,


(31)

22

dokter berkebangsaan Jerman-Hongaria.7 Homoseksual dapat digunakan sebagai kata sifat atau kata benda yang menggambarkan laki-laki atau wanita yang memiliki daya tarik seksual khusus untuk orang-orang yang berjenis kelamin sama dengan periode waktu yang signifikan. Homoseksual adalah ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang sama. Ketertarikan seksual ini yang dimaksud adalah orientasi seksual, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku seksual dengan laki-laki atau perempuan. Dengan kata lain, homoseksual adalah sifat laki-laki yang senang berhubungan seks dengan sesamanya (gay). Sedangkan lesbianberarti sifat perempuan yang senang berhubungan seks dengan sesamanya pula.

Istilah homoseksual, dijumpai dalam agama Islam sebagai istilah َا

ُطا َﻮِّﻠﻟ

,

yang pelakunya disebut ﱡﻲِط ْﻮﱡﻠﻟَا ;yang dapat diartikan secara singkat oleh bahasa Arab dengan perkataan: َﻞُﺟﱠﺮﻟا ﻲِﺗْﺄَﯾ ُﻞُﺟﱠﺮﻟَا (laki-laki yang selalu mengumpuli sesamanya). Sedangkan istilah lesbian, juga dijumpai dalam agama Islam sebagai Istilah قﺎَﺤﱠﺴﻟَا ,yang pelakunya disebut ُﻖ ِﺣﺎﱠﺴﻟَا yang dapat diartikan secara singkat oleh bahasa Arab dengan perkataan: ُةَأ ْﺮَﻤﻟْا ﻰِﺗْﺄَﺗُةَأ ْﺮَﻤْﻟَا (perempuan yang selalu mengumpuli sesamanya). Definisi homoseksual sendiri adalah kelainan orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sama. Istilah yang sudah umum dikenal di masyarakat tentang orang yang masuk dalam kategori homoseksual, adalah dengan sebutan gay (untuk lelaki) dan lesbian (untuk wanita).

7Rama Azhari, Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual (Jakarta:


(32)

23

Selain itu, ada pula banciyaitu laki-laki yang mempunyai kecenderungan seperti wanita dan tomboy yaitu wanita yang mempunyai kecenderungan seperti laki-laki.8 Dari keterangan tersebut dapat di mengerti bahwa istilah yang diterangkan diatas, memang perilaku seksual yang menyimpang, dan telah menyedot perhatian masyarakat tentang keberadaan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Maka dalam hal ini, dapat ditarik suatu pengertian, bahwa gay adalah kebiasaan seorang laki-laki melampiaskan seksual pada sesamanya.Sedangkan lesbian adalah kebiasaan seorang perempuan melampiaskan nafsu seksual pada sesamanya pula.9

Homoseksual sebagai orang yang orientasi seksualnya mengarah kepada individu yang bergender sama dengan dirinya. Homoseksual dalam pembahasan ini sesuai dengan makna dari QS. Al-A’ra>f ayat 80-81yang menyatakan bahwa homoseksual adalah perbuatan yang menyerupai seperti perbuatan menyimpang kaum Nabi Luth yaitu perbuatan yang berarti fa>hisyah. Homoseksualtersebut dilakukan dengan cara memasukkan penis ke dalam anus (dubur) sedangkan lesbian dilakukan dengan cara melakukan masturbasi satu sama lain atau dengan cara lainnya mendapatkan orgasme (puncak kenikmatan).

C.Awal Munculnya dan PenyebabTerjadinya Homoseksual

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak

8Ibid., 25.


(33)

24

wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologisatau kejiwaan, yang diperoleh dari pengalaman sewaktu kecil, maupun dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.10 Saat ini, kata sifat homoseks digunakan untuk menunjukkan hubungan intim atau hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin sama, yang mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian.11

Istilah tersebut disebarkan pertama kali di Jerman melalui pamflet tanpa nama. Kemudian penyebarannya ke seluruh dunia dilakukan oleh Richard Freiher Von Krafft-Ebing dalam bukunya yang berjudul “Pshychopatia Sexualis” mengatakan bahwa gay muncul sebagai salah satu bentuk seksualitas ketika dialihkan dari praktek sodomi menjadi semacam androgini (percampuran dari ciri-ciri maskulin dan feminin) batin.12 Jika ingin flashback, kiprah perilaku homoseksual dan lesbian telah dikenal dalam masyarakat dari masa kemasa. Tetapi, pada kurun waktu tertentutepatnya di masa Nabi Luth perilaku ini semakin mengkristal dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu. Akibat perilaku sekelompok masyarakat maka berimbas pada generasi berikutnya karena kesinambungan antar generasi merupakan proses alam untuk memperiksis dan melestarikan kehidupan umat manusia.

Hubungan kelamin antara sesama jenis laki-laki diistilahkangay, sedangkan hubungan kelamin antara perempuan dan perempuan atau sesama jenis diistilahkan lesbian. Kegitan homoseksual atau lesbian ini dimaksudkan untuk menyalurkan keinginan syahwatnya untuk memperoleh kepuasaan biologis,

10Kelly Brook, Education of Sexuality For Teenager (North Carolina: Charm Press, 2001), 89. 11Harold I. Kaplan, dkk., Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi

Ketujuh (Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), 207.

12Michel Foucault, Seks dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas, terj. Rahayu S. Hidayat (Jakarta: PT.


(34)

25

meskipun pada hakikatnya tidak memenuhi krteria persetubuhan menurut syari’at Islam.13Karena Islam menghendaki persetubuhan yang dilakukan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang diawali dengan pernikahan. Justru homoseksual dan lesbian tidak dapat dilakukan secara profesional dan maksimal, manakala seorang (lelaki-perempuan) mendatangi seorang (lelaki-wanita) lain dengan tujuan mengadakan (melakukan) hubungan intim sebagai upaya pelampiasan syahwatnya.

Faktor-faktor yang menyebabkan homoseksual, ada beberapa pendekatan. Beberapa peneliti yakin bahwa homoseksualitas adalah akibat dari pengalaman masa kanak-kanak, khususnya interaksi antara anak dan orang tua. Beberapa kajian ilmiah, menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab orang menjadi homoseksual, sebagai berikut:14

a) Susunan kromosom

b) Herediter atau ketidakseimbangan hormon c) Struktur otak

d) Kelainan susunan saraf

e) Faktor psikodinamika yaitu adanya gangguan perkembangan seksual sejak kecil

f) Faktor sosiokultural yaitu adat istiadat yang memberlakukan homoseksual dengan alasan yang tidak benar

g) Pengaruh lingkungan dimana memungkinkan hubungan para lelaki homoseksual menjadi erat

13Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh

Kontemporer(Jakarta: Restu Ilahi, 2005), 64.


(35)

26

h) Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan ibunya, sehingga timbul kebencian/antipati terhadap ibunya dan semua wanita. Lalu muncul dorongan homoseksual yang menetap

D.Homoseksualdalam Pandangan Hukum Islam dan Psikologi 1. Homoseksual dalam pandangan hukum Islam

Islam mengakui bahwa manusia memiliki hasrat yang sangat besar untuk melangsungkan hubungan seks.Oleh karena itu, hukum Islam mengatur penyaluran kebutuhan biologis tersebut melalui perkawinan yang telah ditetapkan berdasarkan al-Qur’a>n maupun hadist nabi, yang bertujuan untuk menciptakan kebahagiaan dan memadukan cinta kasih sayang antara dua insan yang berlainan jenis (pria dan wanita). Walaupun Islam telah mengatur hubungan biologis yang halal, namun penyimpangan tetap saja terjadi baik berupa perzinaan, homoseksual maupun lesbian.

Semua itu terjadi karena dororngan biologis yang tidak terkontrol dengan baik.15Istilah homoseksual dalam bahasa Arab disebut dengan:16

a) Al-mitsliyyah al-jinsiyah yang diambildari akar kata al-matsal yang artinya homo, dan al-jinsiyah yang artinya seks. Jadi arti Al-mitsliyyah al-jinsiyah adalah homoseksual.

b) Asy-Syudzuz al-jinsiyyah yang diambil dari kata asy-syudzuz yang artinya penyimpangan dan al-jinsiyah yang artinya seks. Jadi, Asy-Syudzuz al-jinsiyyah adalah penyimpangan seksual.

15M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 57.


(36)

27

c) Al-liwath. Istilah ini digunakan dalam terminologi Islam, bahwa kata tersebut dinisbatkan kepada kaum Nabi Luth. Mereka adalah penduduk kota Sodom dan Gomuroh.

Dalam al-Qur’a>n Allah SWT menyebut zina dengan kata Fa>hisyah

(tanpa alif lam), sedangkan homoseksual dengan al-Fa>hisyah (dengan alif lam), (jika ditinjau dari bahasa Arab) tentunya perbedaan dua kata tersebut sangat besar. Firman Allah SWT, yang berbunyi:











 







   

“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia

berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,

yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?".(QS. Al-A’ra>f ayat 80).17

Kata Fa>hisyah tanpa alif dan lam dalam bentuk nakirah (indefinitif) yang dipakai untuk makna perzinaan menunjukkan bahwa zina merupakan salah satu perbuatan keji dari sekian banyak perbuatan keji. Akan tetapi, untuk perbuatan homoseksual dipakai kata al-Fa>hisyah dengan alif dan lam yang menunjukkan bahwa perbuatan itu mencakup kekejian seluruh perbuatan keji.Penggunaan alif lamtersebut hanya pada penyebutan LGBT yang berarti pengkhususan terhadap perilaku tersebut. Dimana tidak ada perbuatan keji lain setelah itu.Secara tidak langsung karena LGBT juga telah merangkupi perbuatan-perbuatan keji lain, diantaranya perbuatan pembunuhan karena

17Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media,


(37)

28

memutuskan keturunan, merusak tatanan kehidupan sosial, khamr, zina, dan lainnya yang timbul sebab perilaku tersebut. Maka, perbuatan Fa>hisyahjuga ditujukan kepada perbuatan zina. Sesuai dengan firman Allah:

  

 

 

 

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra>’ ayat 32).18

Ayat tersebut menerangkan bahwa zina adalah salah satu perbuatan keji, sedangkan ayat sebelumnya (QS. Al-A’ra>f ayat 80) menerangkan bahwa perbuatan homoseksual mencakup kekejian.

Hukum dari homoseksual baik gay dan lesbianyaitu haram dalam ajaran Islam.Karena termasuk perbuatan zina. Homoseksual dalam agama Islam dikenal dengan istilah liwath. Istilah homoseksual dan lesbianisme bukanlah perkara baru. Penyimpangan ini terjadi pertama kali pada kaum Nabi Luth, beliau diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah menyebarkan agama Islam dan memperkuat amar ma’aruf nahi munkar agar bisa meninggalkan perbuatan atau kebiasaan yang diharamkan tersebut. Imam Ibnu Qudamah mengatakan bahwa telah sepakat (ijma’) seluruh ulama mengenai haramnya homoseksual. Hukuman untuk homoseks adalah hukuman mati.19

Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

ﺎَﻓ َﻞِﻋﺎَﻔﻟا َﻞَﻤَﻋ ِمْﻮَـﻗ ٍطﻮُﻟ ُﻞَﻤْﻌَـﻳ ْﻦَﻣ ُﻩﻮُُﲤ ْﺪَﺟَو َلﻮُﻌْﻔَﻤْﻟاَو ِﻪِﺑ اﻮُﻠُـﺘْـﻗ

18Ibid., 285.


(38)

29

“Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan perbuatan kaum Luth (liwath), maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul bih (partner) nya.” (HR. Tirmidzi : 1456).

Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian mereka mengatakan hukumannya sebagaimana hukuman zina yaitu dirajam bagi yang muhshan (sudah pernah menikah) dan dicambuk dan diasingkan bagi yang belum menikah. Sebagian yang lain mengatakan, kedua-duanya dirajam dalam keadaan apapun, menerapkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, “Bunuhlah yang menyetubuhi dan yang disetubuhi”. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

Para sahabat telah menerapkan hukum bunuh terhadap pelaku homoseksual. Mereka hanya berselisih pendapat bagaimana cara membunuhnya.

Para ulama hukum Islambanyak yang berpendapat tentang sanksi (ganjaran) yang harus diberikan kepada pelakunya. Antara lain dikemukakan oleh Zainuddin bin Abdil ‘Aziz Al Malibaary dengan mengatakan:

Al Baghawiyyu berkata; Ahli Ilmu Hukum Islam berbeda pendapat dalam (masalah) ganjaran hukum praktek homoseksual.Maka ada sekelompok (Ulama Hukum Islam) yang menetapkan bahwa pelakunya wajib dihukum sebagaimana menjatuhkan ganjaran hukum perzinaan.Apabila pelakunya tergolongan orang yang sudah pernah kawin, maka wajib didera sebanyak

seratus kali.20

Pendapatdiatas menetapkan bahwa terhadap laki-laki yang dikumpuli oleh homoseksual, mendapatkan ganjaran dera sebanyak seratus kali atau diasingkan setahun; baik laki-laki maupun perempuan yang pernah kawin maupun yang belum pernah. Ada juga segolongan (Ulama Hukum Islam)

20Hamid Laonson dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh


(39)

30

berpendapat, bahwa pelaku homoseksual wajib dirajam, meskipun ia belum pernah kawin.

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:

اَﺬََِو ُﺬُﺧْﺄَﻧ ِﻢْﺟَﺮِﺑ ْﻦَﻣ ُﻞَﻤْﻌَـﻳ اَﺬَﻫ َﻞَﻤَﻌْﻟا ﺎًﻨَﺼُْﳏ َنﺎَﻛ ْوَأ َﺮْـﻴَﻏ ٍﻦَﺼُْﳏ

“Maka dengan (dalil) ini, kami menghukum orang yang melakukan

perbuatan gay dengan rajam, baik ia seorang yang sudah menikah atau

belum.”

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ganjaran hukum pelaku orang yang dikumpuli oleh homoseksual menjadi 3 (tiga) klasifikasi pendapat yaitu:21

1. Memberikan ganjaran hukum bagi pelaku homoseksual, bersama dengan orang-orang yang dikumpulinya, dengan hukuman rajam bila ia sudah pernah kawin, dan hukuman dera seratus kali bila ia sudah pernah kawin. 2. Memberikan ganjaran hukum bagi pelaku homoseksual dan lesbian bersama

dengan orang-orang yang dikumpulinya, dengan hukuman rajam; meskipun ia belum pernah kawin.

3. Larangan homoseksual dan lesbian yang disamakan dengan perbuatan zina dalam ajaran Islam, bukan hanya karena merusak kemuliaan dan martabat kemanusiaan, tetapi resikonya lebih jauh lagi; yaitu dapat menimbulkan penyakit kanker kelamin, AIDS dan sebagainya. Tentu saja, perkawinan waria yang telah menjalani operasi penggantian kelamin dengan laki-laki, dikategorikan sebagai praktek homoseksual, karena tabiat kelaki-lakiannya

21Hamid Laonson dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh


(40)

31

tetap tidak bisa diubah oleh dokter, meskipun ia sudah memiliki kelamin perempuan buatan.

Menurut Nashir Qasim bin Ibrahimdan Imam Syafi’i di dalam salah satu pendapat mereka, pelaku homoseksual dan lesbian yang pelakunya jejaka atau bukan hukumnya dibunuh, yang bentuk dan cara membunuh pelakunya terjadi perbedaan pendapat ulama, khususnya para sahabat adalah:

1. Umar dan Usman menyatakan, pelakunya harus dijatuhkan dengan benda-benda yang keras dan berat sampai mati.

2. Abu Bakar dan Ali mengatakan, pelakunya harus dibunuh, yang cara dipancung dengan pedang.

3. Ibnu Abbas menyatakan, pelakunya dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau dilemparkan dari atas tebing yang memungkinkan pelakunya mati dalam sekejap sehingga menderita kesakitan.

4. Al-Zuhri, Malik, Ahmad dan Ishak menyatakan, pelakunya dirajam atau dipukuli sampai mati.22

Perbuatan kaum homoseksual, baik seks antar sesama pria (gay), maupun seks antar sesama wanita (lesbian) merupakan kejahatan (jarimah/jinayah) yang dapat diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun menurut hukum pidana di Indonesia. Menurut Fiqh Jinayah, pelaku homoseksual (baik gay maupun lesbian) termasuk dalam kategori dosa besar. Perbuatan tersebut bertentangan dengan norma agama dan norma kesusilaan, karena menyimpang dari eksistensi kemanusiaan. Disamping itu perbuatan


(41)

32

tersebut dipandang menantang sunnatullah dan fitrah manusia sebab Allah SWT menjadikan manusia terdiri dari pria dan wanita adalah agar berpasang-pasangan sebagai suami istri untuk mendapatkan keturunan yang sah dan untuk memperoleh ketenangan dan kasih sayang.

Maka di sinilah, terlihat kesempurnaan ajaran Islam dalam menetapkan suatu larangan bagi manusia.Larangan tersebut mengandung unsur tanggung jawab sebagai hamba kepada Tuhan-nya, etika hidup (akhlak mulia) dan unsur kesehatan manusia, yang menjadi salah satu sarana untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini.23 Sebelum pelaku homoseksual dan

lesbian dihadapkan dengan azab Allah SWT, mereka juga dikenakan sanksi hukum yang akan dijalaninya semasa hidup di dunia ini.

2. Homoseksual dalam pandangan psikologi

Menurut pandangan dari aspekpsikologi bahwa perbuatan homoseksual dapat merusak jiwa dan kegoncangan yang terjadi dalam diri seseorang.Pelaku homoseksual merasakan adanya kelainan-kelainan perasaan terhadap kenyataan dirinya. Dalam perasaannya, ia merasa sebagai seorang wanita, sementara kenyataannya organ tubuhnya adalah laki-laki sehingga ia lebih simpati pada orang yang sejenis dengan dirinya untuk memuaskan libido seksualnya.

Homoseksual dalam dunia psikologis yaitu: hubungan seks antar jenis kelamin yang sama; dan, daya tarik seksual bagi jenis kelamin yang sama.24 Psikologi cenderung mengabaikan permasalahan homoseksualitas gay dan

23Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, 36.


(42)

33

lesbian atau menganggap orang dengan penyimpangan perilaku seksual itu sebagai orang yang abnormal.25Namun, masalah seksualitas dianggap perilaku yang abnormal, diartikan sebagai gangguan mental dan dalam konteks yang lebih luas sama artinya dengan perilaku maladatif.26 Dalam dunia psikologis mempelajari permasalahan homoseksualitas seperti gay dan lesbian dalam ilmunya yang bernama “British Psychlogical Society” dengan tujuan memperbaiki pemahaman psikologi masyarakat.

Pengaruh homoseksual terhadap pikiran manusia, antara lain:27

a. Terjadi suatu syndrome atau himpunan gejala-gejala penyakit mental yang disebut dengan penyakit lemah syaraf (neurasthenia)

b. Terjadinya depresi mental yang mengakibatkan ia lebih suka menyendiri dan mudah tersinggung sehingga tidak dapat merasakan kebahagiaan hidup c. Terjadinya penurunan daya pikir. Ia hanya dapat berfikir secara global, daya

abstraksinya berkurang dan minatnya juga sangat lemah, sehingga secara umum dapat dikatakan otaknya menjadi lemah

Secara tersistematis psikologi memberikan perspektif terhadap penyebab mengapa individu mengalami kecenderungan untuk berperilaku seksual yang menyimpang, sebagai berikut:28

a) Pengaruh lingkungan di sekitar individu menimbulkan situasi sosial yang sangat berpengaruh terhadap orientasi kejiwaan individu

25Matt Jarvias, Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku, Perasaan

Dan Pikiran Manusia (Bandung: Nusa Media, 2009), 202.

26Tristiadi Ardhi Wardani, Psikologi Klinis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 21.

27Yatimin, Etika Seksual dan Penyimpangannya Dalam Islam: Tinjauan Psikologi Pendidikan

dari Sudut Pandang Islam (Pekanbaru: Amzah, 2003), 111.


(43)

34

b) Pengalaman seksual yang menyimpang yang didapatkan oleh individu didalam masa pertumbuhannya (seperti pemerkosaan sejenis)

c) Pengaruh homophobia dalam bentuk interaksi (seperti video porno homoseksual)

d) Kondisi kehidupan individu terpisah dari lawan jenis seksualnya e) Kondisi genetik individu


(44)

BAB III

HOMOSEKSUAL DALAM PANDANGAN

MUHAMMAD ‘ALI< AL-S{A<BU<NI<

A.Biografi Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>

1. Riwayat Hidup

Nama lengkap adalah Muhammad bin Ali bin Jamil As-Shabuni. Beliau lahir di kota Helb Syiria pada tahun 1347 H/1928 M. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang terpelajar. Ayah beliau merupakan salah seorang ulama di Aleppo.1 Syekh Ali Ash Shobuni belajar di kuliyah al-Syari’ah wa al-Dirasah al-Islamiyah di Mekkah. Setelah beliau menamatkan di Tsanawiyah al-Syari’ah, beliau menuntut Ilmu ke Suriah, dan beliau memperoleh syahadah al-Aliyah (cumlaude) pada tahun 1371 H/ 1952 M, dan di sana juga juga dia memperoleh Magister Syari’ah pada tahun 1953 M.2

Salah satu guru beliau adalah sang Ayah yaitu Jamil al-S{abuni. Ia juga berguru pada ulama terkemuka di Aleppo. Seperti Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Syekh Ahmad Shama, Syekh Muhammad Said al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib al-Tabbakh dan Syekh Muhammad Najib Khayatah. Untuk menambah pengetahuannya, Muhammad ‘Ali<

1Republika, “Berita Dunia Islam Khazanah Hujjatul Islam Syekh Ali Ash Shabuni”,

http://www. Rebublik.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/17/m7bb0f-hujjatul-islam-syekh-ali-ashshabuni (Senin, 01 Agustus 2016, 21.45)

2 Muhammad ad-Dzahabi Hussain, At-Tafsir wa al-Mufassirun (Cairo: Maktabah, 2003),


(45)

36

S}a>bu>ni juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid.

Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> menghabiskan waktu mengajar di 2 (dua) universitas selama 28 tahun. Dikarenakan, prestasi akademik dan kemampuan beliau yang tinggi dalam bidang penulisan ketika menjadi Pensyarah di Universitas Umm al-Qura. Beliau pernah menyandang jabatan sebagai Ketua Fakulti Syari’ah. Beliau juga diberi kepercayaan untuk menjadi Ketua Pusat Kajian Akademik dan Warisan Islam. Disamping mengajar di universitas, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> kerap memberikan ceramah bagi masyarakat umum di Masjidil Haram. Beliau juga turut memberi ceramah tentang tafsir di salah satu masjid di kota Jeddah. Aktivitas ceramah yang disampaikan oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> akan direkam dalam bentuk kaset, proses rekaman ceramah beliau berjaya dan diselesaikan pada tahun 1998.

2. Pendidikan

Untuk menambah pengetahuannya, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>

juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid. Setelah menamatkan pendidikan dasar, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah milik pemerintah, Madrasah al-Tijariyah. Di sini ia hanya mengenyam pendidikan selama satu tahun. Kemudian ia meneruskan pendidikan di sekolah khusus Syariah, Khasrawiyya, yang berada di Aleppo. Saat bersekolah di Khasrawiyya, ia tidak hanya mempelajari


(46)

37

bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata pelajaran umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus tahun 1949.

Atas beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Mesir, hingga selesai strata satu dari Fakultas Syariah pada tahun 1952. Dua tahun berikutnya, di Universitas yang sama, ia memperoleh gelar magister pada konsentrasi Peradilan Syariah (Qudha asy-Syariyyah). Studinya di Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf Suria.

Selepas dari Mesir, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> kembali ke kota kelahirannya, beliau mengajar di berbagai sekolah menengah atas yang ada di Aleppo. Pekerjaan sebagai guru sekolah menengah atas ini ia lakoni selama delapan tahun, dari tahun 1955 hingga 1962. Setelah itu ia mendapatkan tawaran untuk mengajar di Fakultas Syariah Universitas Umm al-Qur’an dan Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz.3

Selain itu Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dikenal dengan kecerdasannya tentang wawasannya mengenai sejarah dan perspektif Islam dan mampu mengkritisi karya-karya terdahulu dalam khazanah keilmuan Islam, serta Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> menulis banyak karya tulis tentang keIslaman, terutama tentang al-Qur’a>n dan luar Islam (outsider), yakni para Orientalis dan para pemikir Sekuler. Sistematikanya pun jelas dan runtut dalam hal menetapkan perisitiwa


(47)

38

keIslaman serta menyangga tuduhan pada musuh Islam dalam karya-karya kontroversialnya.4

3. Karya-karya

Disamping sibuk mengajar, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> aktif dalam Organisasi Liga Muslim Dunia. Beliau menjabat sebagai Penasehat Dewan Kajian Ilmiah mengenai al-Qur’a>n dan Sunnah, serta beliau aktif dalam organisasi ini beberapa tahun. Banyak sekali karya yang dihasilkan oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>, diantara karya-karyanya sebagai berikut:5

a. Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir dalam tiga jilid b. Mukhtasar Tafsir al-Thabari jami’ul Bayan c. Al-Tibyan fi Ulumul al-Qur’an

d. Al-Mawarits fi Syari’ah Islamiyah ‘ala Dhou’il kitab wa al-Sunnah

e. Tanwir al-Adham min Tafsir Ruh Al-Bayan f. Rawaiul Bayan atau Tafsir Ahkam

g. Shafwah at-Tafa>sir, ini merupakan karya mutakhir Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dan sekaligus menjadi karya monumental dalam bidang tafsir 4. Metode dan corak penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>

Untuk memahami al-Qur’a>n secara baik dan benar diperlukan penafsiran yang tepat. Tiada lain upaya untuk memberi petunjuk bagi yang

4 M. Yusron, dkk., Studi Kitab Tafsir Kontemporer, Cet.I(Yogyakarta: Teras, 2006), 51. 5Akhmad Syaifuddin, “Studi Kitab Tafsir Shafwah at-Tafasir”,

http://penyejukhatipenguatiman.blogspot.co.id/2013/06/studi-kitab-tafsir-shafwah-at-tafasir.html (Senin, 01 Agustus 2016, 20.45)


(48)

39

lain dalam mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang lebih baik dengan pengetahuan yang baik pula dengan cara memberikan penafsiran yang baik guna menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia. Berbicara tentang kitab tafsir, tentunya Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> sebagai Mufassir yang termasyhur memiliki karya kitab tafsir yang fenomenal di masanya. Kitab yang paling popular ialah Shafwah at-Tafa>sir. Kitab yang ditulis oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> ini terdiri dari pada 3 (tiga) jilid. Kitab tafsir ini menggunakan metode-metode yang sederhana. Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> telah menulis kitab tafsir ini selama lebih 5 tahun dan beliau tidak menulis sesuatu tentang tafsir sehingga beliau membaca terlebih dahulu apa yang telah ditulis oleh para Mufassir yang terdahulu.

Dari keempat metode penafsiran al-Qur’a>n yang ada, seperti: ijmali>, tahli>li>, muqa>rin, dan maudhu>’i. Adapun metode yang diterapkan oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual ini yaitu menggunakan metode penafsiran ijmali>. Metode penafsiran ijmali> (global) yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti, dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menuruti susunan ayat-ayat didalam mush-haf. Disamping itu, penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’a>n, sehingga pendengar maupun pembaca seakan-akan


(49)

40

masih tetap mendengar al-Qur’a>n padahal yang didengarnya itu adalah tafsirannya.6

Metode ijmali> (global) sangat membantu dan merupakan metode yang tepat, terutama dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n yang berbicara tentang homoseksual. Sebab, metode ijmali> (global) sangat ringkas, tidak berbelit-belit, mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Secara sederhana metode ijmali> (global), sebagai berikut:7 a. Menjelaskan surat al-Qur’a>n secara global, kemudian merinci

maksud-maksud yang terkandung dalam surat tersebut

b. Menjabarkan hubungan antar ayat sebelum dan sesudahnya

c. Pembahasan tentang hal yang berhubungan dengan bahasa, seperti akar kalimat, dan bukti-bukti kalimat yang diambil dari ungkapan orang Arab

d. Pembahasan tentang Asbab al-Nuzu>l yang memiliki latar belakang penurunan ayat

e. Pembahasan tentang tafsir ayat secara substansi (isi kandungan) f. Pembahasan ayat dari segi balaghah-nya atau aspek sastranya

g. Penjelasan tentang hikmah-hikmah/faedah-faedah dan makna apa saja dari ayat yang dibahas

Bagaimanapun bentuk sebuah metodologi ia tetap merupakan produk dari ijtiha>di> yakni hasil dari olah pikir manusia. Manusia diberi

6 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),

14.


(50)

41

kemampuan kepintaran yang luar biasa, namun mereka juga memiliki kelemahan serta keterbatasan yang tidak bisa mereka hindari (sifat lupa lalai). Adapun kelebihan dari metode ijmali> (global), sebagai berikut:8 a. Praktis dan mudah dipahami

b. Bebas dari penafsiran israilliyat (pemikiran yang tidak sejalan dengan pemahaman al-Qur’a>n) dan terhindar pemikiran yang spekulatif (meragukan)

c. Akrab dengan bahasa al-Qur’a>n, pembaca dapat memahami kosakata dari ayat-ayat al-Qur’a>n, karena Mufassir akan menjelaskan pengertian kata atau ayat dengan sinonimnya dan tidak mengemukakan ide atau pendapatnya secara pribadi

Adapun kelemahan dari metode ijmali> (global), sebagai berikut:9 a. Menjadikan petunjuk al-Qur’a>n bersifat parsial

b. Tak ada ruangan untuk mengemukakan analisis yang memadai

B.Penafsiran Ayat-Ayat al-Qur’a>n Tentang Homoseksual Menurut

Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>

1. Penafsiran QS. Al-A’ra>f ayat 80-84

a. Lafadz dan terjemah























8 Ibid., 22-24.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Menurut pandangan Muhammad Ali Al-S{abuni, “Al-fahisyah”

dalam QS. Al-A’ra>f ayat 80-81 menafsirkan bahwa Fa>hisyah adalah perbuatan menyetubuhi laki-laki di duburnya, sebagaimana artinya:“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita”. Ini adalah penjelasan dari al-fa>hisyah

(perbuatan keji) yang dilarang itu, bukan kepada wanita-wanita yang telah di halalkan Allah kepada mereka. Dimana, istilah populernya disebut dengan “homoseksual” selain itu ada beberapa ayat dalam al-Qur’a>n yang menjelaskan tentang larangan praktek homoseksual.

Selain itu, sebagai salah satu ajaran keyakinan yang mengajarkan kesempurnaan. Maka, secara garis besar bahwa Islam memandang homoseksual sebagai salah satu perbuatan yang tidak pernah jauh beda dengan perbuatan zina karena merusak kemulian dan martabat kemanusiaan.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

BAB

V

PENUTUP

A. Kesimpulan

✁✂✄☎ ✆✝ ✆✄✞ ✆✟ ✠ ✆✝✡☛ ☞ ✂✟ ✂☛✡ ✌✡ ✆✟✍ ✂✟✎ ✂✟✆✡ ✠✏✍ ✏ ✝ ✂✞✝ ✑ ✆☛ ☎✆☛ ✆✍ ☞ ✂✄ ✝☞✂✞✌✡ ✒ ✓✔✕ ✖✗✘✥ ✙✚✛✜ ✙✢✙✣☎✡ ✆✍✤✡☛✝ ✑✆ ✌✑✞ ✂✝✡✍☞ ✑☛ ✆✟✝✂✤✆✎✆✡✤✂✄✡ ✞✑ ✌✦

✧★ ✩✟✌✑ ✞ ✍✂✟✆✒✝✡ ✄✞ ✆✟ ✆✪✆✌✫✆✪✆✌ ✙✔✕✖✗✘ ✥ ✙✚✛ ✪✆✟ ✎ ✤✂✄✞ ✆✡ ✌✆✟ ✌✂✟ ✌✆✟✎ ✠✏✍ ✏ ✝✂✞ ✝ ✑✆☛✬ ✭✗✮✙✯ ✯✙✜ ✰✓✔✱✲ ✓ ✔✕ ✳✴✙✚✵✗✚✛✱ ✍ ✂✟ ✎✎✑ ✟✆✞ ✆✟ ✍ ✂✌✏☎ ✂ ✱jmali> ✪✆✡ ✌✑ ✍ ✂✟ ✆✒✝✡ ✄ ✞✆✟ ✆✪✆✌✫✆✪✆✌ al-Qur a>n ✝ ✂✶✆✄✆ ✎☛ ✏✤✆☛ ✷✑✍✑✍✸✹ Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni ✍ ✂✍✤✆✠ ✆✝ ✆✪✆✌ ☎ ✂✍ ✡ ✆✪✆✌ ✝✂✝ ✑ ✆✡ ☎ ✂✟ ✎ ✆✟ ✑ ✄✑✌ ✆✟ ✪✆✟ ✎ ✆☎✆ ☞✆☎✆ ✺✻✼ ✽ ✾✿ ✬ ☛ ✆☛ ✑ ✍ ✂✟ ✎✂✍✑✞ ✆✞✆✟ ✆✄✌✡✆✌✆✑✍ ✆✞ ✟✆ ✪✆✟ ✎☎✡✍✆✞✝ ✑☎☎✆☛ ✆✍✆✪✆✌✫✆✪✆✌✌✂✄✝ ✂✤✑✌✝ ✂✶✆✄ ✆ ✎☛ ✏✤✆☛✹ ❀✆✞ ✟ ✆✪✆✟ ✎☎ ✡ ✝✆✍☞✆✡ ✞✆✟ ✤✡ ✆✝ ✆✟✪✆☎✡☛ ✂✌✆ ✞✞ ✆✟☎ ✡ ☎✆☛ ✆✍ ✄ ✆✟✎ ✞✆✡ ✆✟ ✆✪✆✌ ✆✌✆✑✍✂✟✑ ✄✑✌☞✏☛ ✆✫☞ ✏☛ ✆✪✆✟ ✎☎ ✡ ✆✞✑✡ ✏☛ ✂✠❁ ✑✍✠✑ ✄✩☛ ✆✍ ✆❂☎ ✆✟✍ ✑☎ ✆✠☎✡☞✆✠✆✍ ✡ ✏☛ ✂✠ ✝ ✂✍ ✑ ✆ ✏ ✄✆✟ ✎ ✷☞✂✍✤✆✶✆✸✹ ❃☎ ✆☞✑✟ ✤✆✠✆✝ ✆ ✪✆✟ ✎ ☎✡ ✎ ✑✟ ✆✞✆✟✬ ✍ ✂✟ ✎✎✑ ✟✆✞ ✆✟ ✤✆✠ ✆✝✆ ✪✆✟ ✎ ☎ ✡ ✑☞✆✪✆✞ ✆✟ ☛ ✆✒✆☎ ❄ ✟✪✆ ✍✡ ✄✡☞ ✤✆✠✞ ✆✟ ✝ ✆✍ ✆ ☎✂✟ ✎✆✟ ☛ ✆✒✆☎ ❄ ✪✆✟ ✎ ☎✡ ✎✑ ✟✆✞ ✆✟al-Qur a>n✝ ✂✠✡ ✟ ✎✎ ✆☞ ✂✍✤✆✶✆✤✡ ✝ ✆✍ ✂✄✆ ✝✆✞ ✆✟✤✆✠❅✆✑ ✄✆✡ ✆✟✌✆✒✝✡ ✄✟✪✆ ✌✡☎ ✆✞ ❆ ✆✑✠ ✤✂✄✤✂☎✆ ☎ ✆✄✡ ✎✆✪✆ ✤✆✠✆✝ ✆ al-Qur a>n ☎ ✆✟ ✌✂✄ ✞✂✝ ✆✟ ✤✆✠ ❅✆ ✠✆☛ ✡ ✌✑ ✤✂✟ ✆✄✫ ✤✂✟✆✄✍✂✍☞✄✂✝ ✂✟✌✆✝✡ ✞ ✆✟☞✂✝ ✆✟al-Qur a>n✹

❇ ❈❉❊ ❋❊ ●❍ ■❉❏ ■❉❑ ■❉Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni❏ ■▲ ■▼QS. Al-A ra>f ayat 80-81 ▼ ❈❉◆ ❈▲ ■❖P ■❉◗ ■❘❙ ■❚■◗❯❱❊ ● ❘❏❯❊●❊ ❖❊❉●❊P▼ ❈▼◗ ❈❉ ■❋P ■❉■qidah dari kaum❲❳ ❨❳ ❩yang telah melakukan perbuatan keji (perbuatan❬❭❪ ❫ ❬❴❵ ❛❜❝ ❬❵).❫ ❬❴❵❛❜❝❬❵ ❞Yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah menyetubuhi laki-laki di duburnya, yang mana dalam istilah


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

❡❢ ❡❣ ❤✐❥ ❦❧ ♠ ♥♦♣✐q❣r s❢t❢♣✐✉♣❣ ♠❤✈ ♣✐ ❤ ♠♦❦ ♦r❣ ♠♥♠ q✐q✐❥ ♠ ❡♠ ♠❧ ♠r ♠ ❤✇① ❣❥ ② ♠❦ ❧ ♠❦③ t✐ ❦④✐ ❤ ♠♣ ✉♠❦r✐ ❦r♠❦③❤ ♠❥♠❦③♠❦❡❥ ♠✉r ♦ ✉s❢t❢♣✐✉♣❣♠❤❧ ♠❦③♣✐❥♦❦③r✐❥④♠♥ ♦♣♠♠r♦❦♦✈

B. Saran

⑤⑥⑦ ⑧⑨⑩❶ ❷⑥ ❷⑩⑨⑩❸⑩ ❹⑥❹ ⑥❺ ❻❼ ❻ ❶ ❻❺ ❻⑦ ❽ ❻⑦ ❾ ❿ ❻❼❻➀ ❿⑩ ❾ ⑧⑦❻❸ ❻⑦ ➁⑨⑥➂ ❶⑩ ❻❼ ❻❼⑧⑦ ➀⑥❺ ⑧ ➀❻❷❻ ❿❻⑨ ❻❷ ❼⑥⑦⑥⑨⑩ ➀⑩ ❻⑦ ❶ ❸❺ ⑩ ❼❶ ⑩ ⑩⑦ ⑩ ❶ ⑥❹ ❻❾❻⑩ ❷ ➁❷⑥⑦ ➀⑧ ❷ ⑧⑦ ➀⑧❸ ❷⑥⑨ ❻❸ ⑧❸ ❻⑦ ⑩⑦➀❺ ➁❼⑥❸❶ ⑩ ❿⑩❺⑩ ⑧⑦ ➀⑧❸ ❷⑥⑦ ➃⑩ ❼ ➀❻❸ ❻⑦ ❸ ⑥➂⑩ ❿ ⑧❼ ❻⑦ ❽ ❻⑦❾ ❶ ⑥❶ ⑧❻⑩ ❿⑥⑦❾❻⑦ ➄⑩ ➀❺❻➂ ❶ ⑥❹❻❾❻⑩ ❷ ❻⑦ ⑧❶⑩ ❻❽ ❻⑦❾❿⑩ ➃⑩ ❼➀❻❸❻⑦ ➁⑨⑥➂➅⑨⑨ ❻➂➆➇ ➈➉❶⑥❹❻❾❻⑩❹ ⑥❺⑩❸⑧➀➊

➋➌ ⑤⑥⑦ ⑧⑨⑩❶ ❹ ⑥❺➂ ❻❺❻❼ ❶ ⑥ ❷➁ ❾❻ ❼⑥⑦ ⑥⑨⑩ ➀⑩ ❻⑦ ⑩⑦⑩ ❹⑥❺ ❷ ❻⑦➄❻❻➀ ❹ ❻❾⑩ ❼⑥ ❷❹❻➃❻ ❸➂⑧❶ ⑧❶ ⑦ ❽ ❻ ❸⑥⑩⑨ ❷ ⑧❻⑦ ❷⑥⑦ ❾⑥⑦ ❻⑩ ❷⑥ ➀➁ ❿⑥ ❼⑥⑦❻➄❶ ⑩❺ ❻⑦ ❿ ❻⑨ ❻❷ ➍➎➏ ➐➑ ➒➓ ➍➔→➣ ❿⑩ ❷❻⑦❻ ❷⑥ ➀➁ ❿⑥ ❽ ❻⑦❾ ❿⑩ ❾⑧⑦ ❻❸❻⑦ ➁⑨⑥➂❼⑥⑦ ⑧⑨⑩❶❷⑥⑦❾⑥⑦❻⑩❷⑥ ➀➁ ❿⑥↔jmali>.

↕➌ Penulis berharap semoga ada penelitian lanjutan dalam rangka melakukan penelusuran lebih lanjut mengenai ayat-ayat tentang homoseksual yang belum penulis sampaikan dalam skripsi ini, kemudian ada penelitian lanjutan yang berkaitan dengan ayat-ayat homoseksual dari segi perspektif ➙➛ ➜➝➞➞ ➟➠ selain Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Adit, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2004. Ali Al-S{abuni, Syaikh Muhammad. Shafwah at-Tafa>sir. Jilid II. Jakarta Timur:

Pustaka al-Kautsar, 2011.

____________________________.Shafwah at-Tafa>sir. Jilid III. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2011.

____________________________. Shafwah at-Tafa>sir. Jilid IV. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2011.

____________________________.Shafwah at-Tafa>sir. Jilid V. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2011.

Asy-Sya’rawi, M. Mutawali. Dosa-dosa Besar. Jakarta: Gema Insani Press, 2000. Agama RI, Departemen. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Jakarta: PT.

Syaamil Cipta Media, 2006.

Agama RI, Kementerian. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan). Jakarta: Widya Cahaya, 2011.

Azhari, Rama. Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual. Jakarta: Hujjah Press, 2008.

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

________________. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Boerce, George. Personality Theories: Melacak Kepribadian. Sleman: Prismashopic, t.th.

Brook, Kelly. Education of Sexuality For Teenager. North Carolina: Charm Press, 2001.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abu Fida Isma’il Ibnu Kas<|ir.Tafsir Ibnu Kas|ir. Jilid 6. terj. Salim Bahreisy. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.

ad-Dzahabi Hussain, Muhammad. At-Tafsir wa al-Mufassirun. Cairo: Maktabah, 2003.

Foucault, Michel. Seks dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas. terj. Rahayu S. Hidayat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Hamka, Tafsir Al-Azhar. Juz VII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007.

Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Jarvias, Matt. Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku, Perasaan Dan Pikiran Manusia. Bandung: Nusa Media, 2009. Kaplan, Harold I., dkk. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.

al-Kholidy, Shalah Abdu al Fattah.al Tafsir al-Maudhu’i>. Beirut: Dar al Fikr, 1997.

Laonso, Hamid dan Muhammad Jamil. Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh Kontemporer. Jakarta: Restu Ilahi, 2005.

Mahjuddin. Masailul Fiqhiyah. Jakarta: Kalam Mulia, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Muchlis, M. Hanafi. Tafsir al-Qur’an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2012.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Muiyah. Homoseksual Dalam Pandangan al-Qur’an. Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007.

Nuriyanti. Ancaman Bagi Homoseksual Dalam Hadis Sunan at-Tirmidhi No Indeks 1456. Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Qudamah, Ahmad bin. Al-Mughni. Juz 2. Beirut: Dar Al-Kutb al-Ilmiyah, t.th. Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an. Jilid IV. terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta:

Gema Insani Press, 2002.

Sadr. Pendekatan Tematik Terhadap Tafsir aI-Qur’an dalam Ulumul Qur’an. Vol I. Jakarta: Gramedia, 1990.

Samsurrohman. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah, 2014.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. Vol 5. Jakarta: Lentara Hati, 2002. Wardani, Tristiadi Ardhi. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Yusron, M., dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Cet.I. Yogyakarta: Teras, 2006.

Sumber Internet:

Akhmad Syaifuddin, “Studi Kitab Tafsir Shafwah at-Tafasir”, http://penyejukhatipenguatiman.blogspot.co.id/2013/06/studi-kitab-tafsir-shafwah-at-tafasir.html (Senin, 01 Agustus 2016, 20.45)

Republika, “Berita Dunia Islam Khazanah Hujjatul Islam Syekh Ali Ash Shabuni”,http://www.Rebublik.co.id/berita/duniaislam/khazanah/12/07/17/ m7bb0f-hujjatul-islam-syekh-ali-ashshabuni (Senin, 01 Agustus 2016, 21.45)

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Homoseksualitas di Indonesia”, http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas_di Indonesia (Selasa, 26 Juli 2016, 19.50)