ProdukHukum BankIndonesia

Salinan sesuai dengan aslinya

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
No: 01/01/Auditama II/GA/V/2001
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
Kami telah mengaudit neraca, Bank Indonesia per 31 Desember 2000 dan 31 Desember 1999,
laporan surplus defisit, laporan perubahan ekuitas dan la poran arus kas untuk masa 1 Januari
2000 sampai dengan 31 Desember 2000. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
Bank Indonesia. Tanggungjawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan hasil audit kami.
Kami juga telah melakukan pengujian atas kepatuhan Bank Indonesia terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern. Struktur pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan adalah tanggung jawab manajemen Bank Indonesia.
Laporan atas hasil pengujian ini dilaporkan dalam laporan-laporan terpisah dari laporan auditor
independen atas laporan keuangan Bank Indonesia.
Kecuali seperti diuraikan dalam paragraf berikut ini. kami melaksanakan audit berdasarkan
Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Standar
tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar diperoleh keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlahjumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip

akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakini bahwa audit kami
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Seperti dijelaskan dalam Catatan C.7 atas Laporan Keuangan, dalam neraca terlampir, Bank
Indonesia mencatat Surat Utang Pemerintah (SUP) No. 1 dan SUP No.3 sebesar Rp. 144,5 triliun
yang berasal dari pengalihan tagihan BLBI kepada bank-bank, serta SUP No.4 untuk tambahan
BLBI sebesar Rp 14,449 triliun. Sesuai dengan persetujuan bersama antara Menteri Keuangan
dengan Gubemur Bank Indonesia tanggal 6 Pebruari 1999 ditetapkan bahwa atas pengalihan
tersebut akan dilakukan verifikasi yang disepakati bersama untuk menetapkan BLBI yang layak
dialihkan menjadi kewajiban Pemerintah. Pada tanggal 17 November 2000, sesuai permintaan
DPR, Pemerintah dan Bank Indonesia telah menanda tangani Pokok-pokok Kesepakatan
mengenai penyelesaian BLBI sebesar Rp. 144,5 triliun tersebut. Butir-butir. kesepakatan yang
signifikan adalah disepakatinya pembagian beban BLBI, dimana yang menjadi beban
Pemerintah adalah sebesar Rp 120 triliun sedangkan yang menjadi beban Bank Indonesia adalah

sebesar Rp 24,5 triliun. Dalam kesepakatan tersebut Pemerintah menegaskan tidak akan menarik
kembali SUP yang telah diterbitkan. Menindak lanjuti kesepakatan tersebut Bank Indonesia pada
tanggal 30 November 2000 mengirim surat ke DPR-RI No.2/17/DGS/BGub yang menyatakan
bahwa sambil menunggu konfirmasi atau penegasan DPR mengenai tindak lanjut penyelesaian
BLBI, Bank Indonesia akan segera menerbitkan Surat Utang sebesar Rp24,5 tri1iun. Pada

tanggal 5 Desember 2000 Bank Indonesia menerbitkan Surat Utang Bank Indonesia (SU-BI)
sebesar Rp24,5 triliun. Sementara itu Menteri Keuangan mengirimkan surat ke DPR No. S169/MK.06/2001 tanggal 2 April 2001 dan Surat ke Gubernur Bank Indonesia No. S174/MK.06/2001 tanggal 3 April 2001 yang menegaskan bahwa penyelesaian atas BLBI sebesar
Rp144,5 triliun masih menunggu pendapat Komisi XI DPR-RI. Dengan demikian masih terdapat
unsur ketidakpastian atas jumlah kerugian tidak tertagihnya BLBI yang tidak dapat dialihkan ke
Pemerintah Republik Indonesia walaupun jumlah tersebut telah semakin kecil dengan
dibukukannya kerugian oleh Bank Inonesia sebesar Rp24,5 triliun. Penerbitan SU -BI kepada
Pemerintah memerlukan adanya dasar hukum yang jelas, khususnya menyangkut tentang
prosedur dan tata cara penerbitannya. Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia belum mengatur tentang hal tersebut. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan
bahwa penerbitan suatu SUP hanya dapat dilakukan dengan tanda pengesahan (visum) BPK
(pasal 14 IAR Staatsblad Tahun 1933 No.320). Dengan demikian penerbitan SU-BI pun
seharusnya mendapat persetujuan dari DPR. Mengenai tambahan BLBI sebesar Rp 14,449
triliun masih memerlukan verifikasi lebih lanjut sehingga jumlahnya masih mengandung unsur
ketidakpastian.
Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu
dilakukan setelah terdapat penegasan dari DPR terhadap Pokok-pokok Kesepakatan antara
Pemerintah dan Bank Indonesia untuk penyelesaian permasalahan BLBI yang mempengaruhi
jumlah pokok utang pemerintah, tagihan saldo debet dan bunga BLBI dan piutang bunga yang
bersangkutan pada tanggal 31 Desember 2000 dan 31 Desember 1999, serta pendapatan bunga
untuk masa sejak 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2000, laporan keuangan yang

kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
Bank Indonesia per 31 Desember 2000 dan 31 Desember 1999, hasil usaha, serta arus kas untuk
masa sejak 31 Desember 1999 sampai dengan 31 Desember 2000 tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang bertaku umum dan kebijakan akuntansi khusus atas transaksi yang umumnya
dilakukan Bank Sentral seperti dijelaskan dalam Catatan 2 atas laporan keuangan.
Kami juga mencatat beberapa hal lain te ntang kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan pengendalian intern yang kami laporkan kepada manajemen Bank Indonesia
dalam suatu laporan terpisah No. 01/04/Auditama II/GA/2001 tanggal 8 Mei 2001.
Jakarta, 8 Mei 2001

Badan Pemeriksa Keuangan
Penanggung Jawab Audit
ttd
Drs. Seno, MSc, Ak
Register Negara No. D-416

LAPORAN SURPLUS DEFISIT
PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2000
(Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA

PER 31 DESEMBER 2000 DAN 1999
(Dalam Jutaan Rupiah)
AKTIVA
1. EMAS

2000

1999

8.170.712

6.404.639

2. UANG ASING

794.307

964.251

3. HAK TARIK KHUSUS


317.855

2.613

5.300.013

10.560.917

61.544.917

32.270.184

218.064.845

129.055.254

4. GIRO
5. DEPOSITO
6. SURAT BERHARGA

7. TAGIHAN

307.177.104

320.703.898

8. PENYISIHAN KERUGIAN AKTIVA

(27.654.796)

(30.595.662)

241.955

307.581

6.364.478

6.668.018


9. PENYERTAAN
10. AKTIVA LAIN-LAIN

KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
1. UANG DALAM PEREDARAN
2. GIRO
3. SURAT BERHARGA YANG
DITERBITKAN
4. PINJAMAN DARI PEMERINTAH
5. PINJAMAN LUAR NEGERI
6. KEWAJIBAN LAIN-LAIN
JUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS
1. MODAL
2. CADANGAN UMUM
3. CADANGAN TUJUAN
4. HASIL REVALUASI AKTIVA TETAP
5. HASIL REVALUASI KURS &
SURAT BERHARGA

6. HASIL INDEKSASI SURAT
UTANG PEMERINTAH
7. HASIL INDEKSASI SURAT
UTANG BANK INDONESIA
8. SALDO SURPLUS TAHUNTAHUN SEBELUMNYA
9. SURPLUS TAHUN BERJALAN

580.321.390

476.341.693

1999

PENERIMAAN
1. PENGELOLAAN MONETER

89.704.449
244.364.293

72.579.124

204.307.504

78.672.929
28.092.771
19.142.030
1.143.421

86.335.633
11.923.709
13.996.718
3.803.867

461.119.893

392.946.555

2.606.236
6.430.544
2.755.947
4.768.103


2.606.236
0
0
4.278.006

79.950.773

67.000.579

18.817.604

(1.449.640)

(476.122)

0

1.773.466
2.574.946


1.773.466
9.186.491

119.201.497

83.395.138

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 580.321.390

476.341.693

JUMLAH EKUITAS
JUMLAH AKTIVA

2000

2000

1999

46.223.030

11.471.001

2. PENYELENGGARAAN SISTEM
PEMBAYARAN

38.703

23.855

3. PENGATURAN PERBANKAN

32.509

49.094

3.295.396

1.054.414

49.589.638

12.598.364

(19.929.814)

(14.589.908)

(720.873)

(726.910)

(131.855)

(37.476)

(1.677.780)

(2.686.203)

JUMLAH PENGELUARAN :

(22.460.322)

(18.040.497)

SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM
POS LUAR BIASA

27.129.316

(5.442.133)

SALDO SURPLUS PENYESUAIAN
DUE DILLIGENCE NERACA AWAL

-

14.628.624

BEBAN KARENA POS LUAR BIASA

(24.554.370)

-

2.574.946

9.186.491

4. LAINNYA
JUMLAH PENERIMAAN :
PENGELUARAN
1. BEBAN PENGENDALIAN MONETER
2. BEBAN SISTEM PEMBAYARAN
3. BEBAN PENGATURAN DAN
PENGAWASAN BANK
4. BEBAN UMUM, ADMINISTRASI
DAN LAINNYA

DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA
Gubernur : Syahril Sabirin
Deputi Gubernur Senior : Anwar Nasution

Deputi Gubernur :
1. Miranda S. Goeltom
2. Aulia Pohan

3. Achwan
4. Achjar Iljas

5. Burhanuddin Abdullah

SURPLUS (DEFISIT) BERSIH S/D
AKHIR PERIODE

Catatan :
1. Laporan Keuangan ini telah diaudit oleh BPK-RI sesuai laporan No.01/01/Auditama II/GA/V/2001 tanggal 8 Mei 2001 dengan pendapat Wajar Dengan Pengecualian atas pos tagihan
karena adanya pengaruh Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Menurut pendapat BPK-RI masih diperlukan penegasan dari DPR terhadap Pokok-Pokok Kesepakatan tanggal
17 November 2000 antara Pemerintah dan Bank Indonesia mengenai penyelesaian BLBI dimaksud.
2. Kurs tengah tanggal 31 Desember 2000 : USD 1 = Rp 9.595.

Jakarta ,
Gubernur

Syahril Sabirin

BANK INDONESIA
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2000
(Dalam Jutaan Rupiah)

1. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
1.1 Surplus
1.2 Kenaikan Emas
1.3 Penurunan Uang Asing
1.4 Kenaikan Hak Tarik Khusus
1.5 Penurunan Giro
1.6 Kenaikan Deposito pd Bank Koresponden
1.7 Kenaikan Surat Berharga
1.8 Kenaikan Tagihan:
1.8.1 Kenaikan Tagihan kpd Pemerintah
1.8.2 Penurunan Tagihan kpd Bank
1.8.3 Kenaikan Tagihan kpd Lainnya
1.9 Penurunan Aktiva lain-lain
1.10 Penyesuaian:
1.10.1 Penyusutan Aktiva Tetap
1.10.2 Pemulihan Penyisihan Kerugian Aktiva
1.10.3 Pemanfaatan Penyisihan Kerugian Aktiva
1.10.4 Akrualisasi Penerimaan
1.10.5 Akrualisasi Biaya
1.10.6 Hasil Indeksasi Surat Utang Pemerintah
1.10.7 Hasil Indeksasi Surat Utang BI
1.10.8 Revaluasi Kurs dan SSB
1.10.9 Lain-lain
1.11 Kenaikan Uang Beredar
1.12 Kenaikan Giro:
1.12.1 Penurunan Giro Pemerintah
1.12.2 Kenaikan Giro Bank
1.12.3 Kenaikan Giro Pihak Swasta Lainnya
1.12.4 Kenaikan Giro Lembaga Keuangan Internasional
1.13 Penurunan Sertifikat Bank Indonesia
1.14 Penurunan Kewajiban Lain-lain
Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Operasi

2,574,946
(1,766,073)
169,944
(315,242)
5,260,904
(29,274,733)
(89,009,591)
13,526,793
(5,033,111)
19,050,160
(490,255)
824,390
30,290,547
138,546
(2,724,547)
(216,319)
(4,730,364)
1,405,728
20,267,244
(476,122)
12,950,193
3,676,188
17,125,325
40,056,789
903,116
7,037,864
895,995
31,219,815

2. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
2.1 Pembelian Aktiva Tetap
2.2 Penurunan Penyertaan
Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
3. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
3.1 Tambahan Modal dari Pemerintah
3.2 Penurunan Pinjaman dari Pemerintah
3.3 Pinjaman Pemerintah dari Surat Utang Bank Indonesia
3.4 Kenaikan Pinjaman Luar Negeri
Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
4.

KENAIKAN/PENURUNAN BERSIH ARUS KAS/SETARA KAS

(7,662,704)
(2,660,470)
(20,859,174)

(520,826)
65,626
(455,200)

0
(8,861,430)
25,030,492
5,145,312
21,314,374
0

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2000
(Dalam Jutaan Rupiah)

I. EKUITAS

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Modal
Cadangan Umum
Cadangan Tujuan
Hasil Revaluasi Aktiva Tetap
Hasil Revaluasi Kurs & SSB
Hasil Indeksasi SUP
Hasil Indeksasi SUBI
Surplus (Defisit) Th Sebelumnya
Surplus (Defisit) Th Berjalan
Jumlah

31 Des 1999
Penambahan
2,606,236
0
0
6,430,544
0
2,755,947
4,278,006
490,097
67,000,579
12,950,193
(1,449,640)
20,267,244
0
0
1,773,466
0
9,186,491
2,574,946
83,395,138
45,468,971

Pengurangan
0
0
0
0
0
0
476,122
0
9,186,491
9,662,613

II. KEWAJIBAN MONETER
III. RASIO
Modal + Cadangan Umum+ Hasil Revaluasi Aset Tetap =
Kewajiban Moneter

31 Des 2000
2,606,236
6,430,544
2,755,947
4,768,103
79,950,772
18,817,604
(476,122)
1,773,466
2,574,946
119,201,496
335,699,028

4,65%

IV. SETORAN ATAU PERMINTAAN TAMBAHAN MODAL KE PEMERINTAH = Rp 0,00