Index of /ProdukHukum/kehutanan

DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
JAKARTA

PERATURAN
DI REKTUR JENDERAL REHABI LI TASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSI AL
Nomor : P. 05 / V-PTH/ 2007
TENTANG
PEDOMAN SERTI FI KASI MUTU BI BI T TANAMAN HUTAN
DI REKTUR JENDERAL REHABI LI TASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSI AL,

Menimbang

Mengingat

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (5) Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.10/ Menhut-I I / 2007 tentang Perbenihan
Tanaman Hutan maka perlu menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tentang Pedoman Sertifikasi
Mutu Bibit Tanaman Hutan.
:1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
3. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
I kan dan Tumbuhan;
4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004;
5. Undang-Undang
Nomor 32
tahun 2004
tentang
Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetik;
9. Keputusan Presiden Nomor 187/ M Tahun 2004 tentang Pembentukan

Kabinet I ndonesia Bersatu;
10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik I ndonesia;
11. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik I ndonesia;

12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/ Kpts-I I / 2003 tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan
Satwa Liar;
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
Organisasi dan Tata Kerja Departemen
beberapa kali diubah terakhir dengan
No. P.71/ Menhut-I I / 2006;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
Perbenihan Tanaman Hutan.

dan Peredaran Tumbuhan dan
P.13/ Menhut-I I / 2005 tentang
Kehutanan sebagaimana telah

Peraturan Menteri Kehutanan
P.10/ Menhut-I I / 2007 tentang

M EM UTUSKAN
Menetapkan :

PERATURAN DI REKTUR JENDERAL REHABI LI TASI LAHAN DAN
PERHUTANAN SOSI AL TENTANG PEDOMAN SERTI FI KASI MUTU BI BI T
TANAMAN HUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Perbenihan Tanaman Hutan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
konservasi sumberdaya genetik, pemuliaan tanaman hutan, pengadaan, peredaran
benih dan/ atau bibit.

2. Benih tanaman hutan yang selanjutnya di dalam keputusan ini disebut benih adalah
bahan tanaman yang berupa bagian generatif (biji) atau bagian vegetatif tanaman
yang antara lain berupa mata tunas, akar, daun, jaringan tanaman yang digunakan
untuk memperbanyak dan/ atau mengembangbiakan tanaman.
3. Bibit tanaman hutan yang selanjutnya di dalam keputusan ini disebut bibit adalah
tumbuhan muda hasil perbanyakan dan/ atau pengembangbiakan secara generatif
(biji) maupun vegetatif.
4. Bibit tanaman hutan yang akan dilakukan pemeriksaan mutunya adalah pada bibit
siap tanam.
5. Bibit siap tanam adalah bibit yang telah memiliki kecukupan sifat fisik-fisiologi untuk
ditanam dan tidak termasuk stump.
6. Kriteria mutu bibit adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan mutu
bibit.
7. Standar mutu bibit adalah spesifikasi teknis mutu bibit yang mencakup mutu genetik
dan fisik-fisiologi bibit.
8. Sertifikasi mutu bibit adalah proses pemberian sertifikat suatu lot bibit yang
menginformasikan kebenaran mutu bibit yang diperdagangkan
9. Lot bibit adalah bibit yang berasal dari satu sumber benih satu umur satu periode
penanganan, dan satu perlakuan
10. Prosedur sertifikasi mutu bibit adalah tahap dan mekanisme dalam pelaksanaan

sertifikasi.

11. Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada bibit

setelah diterbitkan
sertifikat mutu bibit atau keterangan hasil pemeriksaan bibit.
12. Dokumen asal usul adalah dokumen yang berupa surat keterangan yang berisi
tentang asal benih dan jumlah benih
13. Tim adalah petugas yang berjumlah lebih dari satu orang yang diserahi tugas untuk
memeriksa/ menguji bibit
14. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung
jawab di bidang perbenihan tanaman hutan.
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung
jawab di bidang perbenihan tanaman hutan
16. Balai adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal RLPS yang diserahi tugas dan
bertanggung jawab menangani perbenihan tanaman hutan
17. Lembaga Sertifikasi adalah badan hukum dan instansi pemerintah yang ditetapkan
dan diberi wewenang oleh Direktur Jenderal untuk melaksanakan sertifikasi mutu
benih dan/ atau mutu bibit tanaman hutan.
Bagian Kedua

Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1)

(2)

Pedoman Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman Hutan dimaksudkan untuk memberikan
petunjuk kepada pihak terkait, yaitu Balai dan/ atau Lembaga Sertifikasi (LS) serta
pengada dan/ atau pengedar bibit tanaman hutan mengenai prosedur dan
mekanisme sertifikasi mutu bibit tanaman hutan.
Tujuan penerbitan pedoman sertifikasi mutu bibit tanaman hutan adalah
terwujudnya sinergi diantara pihak terkait dalam rangka penyediaan bibit bermutu.
BAB I I
SERTI FI KASI MUTU BI BI T
Bagian Kesatu
Standar Mutu Bibit
Pasal 3

(1)


(2)
(3)

Standar mutu bibit terdiri dari :
a. Standar mutu fisik-fisiologis;
b. Standar mutu genetik.
Standar mutu fisik-fisiologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan nilai
kuantitatif dan kualitatif dari nilai sehat, diameter, tinggi dan kekompakan media.
Standar mutu genetik bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan klasifikasi sumber benih yang telah disertifikasi.

Bagian Kedua
Prosedur
Pasal 4
(1)

(2)
(3)
(4)
(5)

(6)

(7)

(8)
(9)

(10)
(11)
(12)
(13)

Surat permohonan sertifikasi mutu bibit diajukan oleh Perorangan, Koperasi,
BUMN, BUMD, BUMS, Dinas/ I nstansi Pemerintah kepada Balai atau Lembaga
Sertifikasi.
Format surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagaimana dimuat pada Lampiran I .
Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Balai atau
Ketua Lembaga Sertifikasi membentuk Tim penilai/ sertifikasi mutu bibit.
Tim melaksanakan pengambilan contoh bibit yang dilampiri dengan keterangan

asal usul benih dan sertifikat mutu benih selanjutnya melaksanakan penilaian.
Bibit yang tidak dilengkapi dengan keterangan asal usul benih dan sertifikat mutu
benih tersebut, maka sertifikasi mutu bibit tidak dilaksanakan.
Penilaian mutu bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
berdasarkan Petunjuk Teknis Penilaian Mutu Bibit yang diatur tersendiri oleh
Direktur Jenderal.
Hasil penilaian bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam Berita
Acara Penilaian Mutu Bibit dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II.
Sertifikat mutu bibit diterbitkan apabila memenuhi syarat mutu bibit yang
dikatagorikan pada kualitas pertama (P) atau kedua (D)
Balai atau Lembaga Sertifikasi menerbitkan Sertifikat Mutu Bibit berdasarkan hasil
penilaian dengan masa berlaku sesuai jenis tanaman paling lama 1 tahun sejak
diterbitkan sertifikat mutu bibit.
Format Sertifikat Mutu Bibit sebagaimana tercantum dalam Lampiran I I I .
Penerima sertifikat berhak menggunakan label sesuai dengan mutu yang tertera
dalam sertifikat.
Format label bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (10) seperti tercantum dalam
Lampiran I V.
Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu bibit tanaman

hutan apabila terbukti bahwa label bibit yang dipasang tidak sesuai dengan
sertifikat mutu bibit.
BAB I I I
PEMBI NAAN DAN PENGENDALI AN
Pasal 5

(1)

(2)
(3)

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial melakukan
pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penerbitan sertifikasi mutu
bibit.
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian pedoman,
arahan, pembinaan, penelitian dan supervisi.
Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemantauan dan
evaluasi.

(4)


Balai atau Lembaga Sertifikasi wajib menyampaikan laporan tiga bulanan dan
laporan tahunan kepada Direktur Jenderal.
BAB I V
PENUTUP
Pasal 6

(1) Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor 089/ Kpts/ V/ 2002 tentang Pedoman Sertifikasi
Mutu Bibit Tanaman Hutan dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 10 Oktober 2007

DI REKTUR JENDERAL,

I r. DARORI , MM
NI P 080049355

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth. :
Menteri Kehutanan;
Para Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan;
Para Pejabat Eselon I I lingkup Direktorat Jenderal RLPS;
Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
Kehutanan Seluruh I ndonesia;
5. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai seluruh I ndonesia;
6. Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan seluruh I ndonesia;
7. Ketua Lembaga Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman Hutan.

1.
2.
3.
4.

LAMPI RAN I
FORMAT SURAT PERMOHONAN SERTI FI KASI MUTU BI BI T
Nomor
Lampiran
Hal

:
:
: Permohonan Sertifikasi Mutu Bibit

Kepada Yth
Kepala BPTH / Ketua
Lembaga Sertifikasi
Di -

Dengan hormat,
Dengan ini kami
Nama

: ……………………………………………………………………………………

Alamat
: ……………………………………………………………………………………
Provinsi / Kabupaten/ Kecamatan / Desa
Nomor Tilpon/ Faximile : ………………………………………………………………………
Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu : Genetik / Fisik Bibit Tanaman
Nama Spesies : …………………………………………………………………………………
( Nama perdagangan / Nama latin )
Jumlah Bibit dalam Lot : ……………….. Batang
Lokasi
: ……………………………………………………………………………………
(Provinsi / Kabupaten / Kecamatan / Desa)
Bersama ini kami lampirkan Surat Keterangan asal-usul benih.

Demikian atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
………………………………….
( Ttd )

Pemohon

LAMPI RAN I I
BERI TA ACARA PENI LAI AN MUTU BI BI T

BERITA ACARA PENILAIAN MUTU BIBIT
Nomor. : BA ..................
Pada hari ini .............................. tanggal.................. bulan ..................... tahun
......... yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan penilaian mutu bibit :
a. Nama Species : ..........................................
b. Jumlah Bibit dalam Lot : ……………….. batang
c. Jumlah contoh : ……………… batang
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima hasil penilaian mutu
bibit dari PIHAK PERTAMA.
Demikian Berita Acara Penilaian Mutu Bibit ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA,
...................................

PIHAK PERTAMA,
.................................

LAMPI RAN I I I
CONTOH SERTI FI KAT MUTU BI BI T TANAMAN HUTAN
BAGIAN DEPAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
DI REKTORAT JENDERAL REHABI LI TASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSI AL

SERTIFIKAT
MUTU BI BI T TANAMAN HUTAN
Nomor. ……………………………….
Dengan ini kami menerangkan bahwa :

1. Jenis Tanaman
a. Nama Lokal
b. Nama Latin

:
:

2. Lokasi Pembibitan

:

3. Jumlah Bibit dalam Lot

:

4. Teknik Pembiakan
5. Asal benih/ Material

: Benih/ Cangkok/ Grafting/ Kultur
Jaringan/ Stek
:

6. Pemohon

:

7. Alamat

:

Telah memenuhi persyaratan bibit bersertifikat.
Demikian sertifikat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

…………………….., ………………………………….
Sertifikat ini berlaku s/ d

Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan/
Lembaga Sertifikasi
……………………………………………………….

…………………………………….
NI P.

BAGIAN BELAKANG
Nomor Sertifikat
……………………………….
HASIL PEMERIKSAAN

A. Keterangan Lot Bibit
Jumlah bibit dalam lot yang disertifikat
Umur bibit
Tanggal pemeriksaan
B. Pemenuhan persyaratan umum
% bibit normal = ..... %

C. Pemenuhan persyaratan khusus
% (1) + % (2) + % (3) + % (4)
4

= ..... %

D. Keterangan
Bibit termasuk standar mutu P / D ( ............ )

Pemeriksa Mutu Bibit

…………………………..
NIP.

Keterangan :
(1)
(2)
(3)
(4)

bibit yang tingginya memenuhi standar
bibit yang diameternya memenuhi standar
bibit yang medianya kompak (utuh)
bibit yang jumlah daunnya atau nilai LCR memenuhi standar.

LAMPIRAN IV
FORMAT LABEL BIBIT
BAGIAN DEPAN

Nama Perusahaan / Pemohon
Alamat

BIBIT BERSERTIFIKAT
No. Sertifikat : ………………………..

Jenis Tanaman

:

Nama local

:

Nama latin

:

Kwalitas

:

Keterangan

: P = Kualitas Pertama
D = Kualitas Kedua

BAGIAN BELAKANG

( Pemohon dan Alamat )
1. Ukuran bibit
Diameter rata-rata
Tinggi rata-rata

:
:

2. Kesehatan Bibit
3. Teknik Pembiakan

: Generatif/ Vegetatif

4. Nama Sumber Benih :
5. No. Sertifikat Sumber Benih

:

6. No. Sertifikat Mutu Benih :
7. Masa berlaku Pemeriksaan

8.Disertifikasi oleh

:

:

STANDAR OPERASI ONAL PROSEDUR ( SOP)
TENTANG SERTI FI KASI MUTU BI BI T
I.

Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman
b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman
c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/ Menhut-I I / 2007 tentang Perbenihan
Tanaman Hutan
d. Peraturan Direktur Jenderal Rehabiliasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor
P.05/ V-PTH/ 2007 tentang Pedoman Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman Hutan
e. Peraturan Direktur Jenderal Rehabiliasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor P.
07/ V-PTH/ 2007 tentang Kriteria, Standar dan Prosedur Permohonan I zin untuk
menjadi Lembaga Sertifikasi Mutu Benih dan / atau Mutu Bibit Tanaman Hutan

I I . Uraian Kegiatan
B. Urutan
1. Pemilik bibit mengajukan permohonan sertifikasi mutu bibit tanaman hutan
ke Balai Perbenihan Tanaman Hutan/ Lembaga Sertifikasi …. 1 hari
2. Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan/ Lembaga Sertifikasi membentuk
Tim Penilai mutu bibit tanaman hutan. …… 1 hari
3. Tim Penilai Mutu Bibit melakukan penilaian mutu bibit (fisik-fisiologi dan
mutu genetik) dan melaporkan hasilnya kepada Kepala BPTH / Lembaga
Sertifikasi ….. 1 - 3 hari
4. Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan/ Lembaga Sertifikasi menelaah hasil
pemeriksaan Tim Penilai/ Penguji Mutu Bibit …… 1 hari.
5. BPTH/ Lembaga Sertifikasi menyetujui atau menolak menerbitkan sertifikat
mutu bibit atau menerbitkan surat keterangan pemeriksaan kepada pemilik
bibit …… 1 hari

C. Unit Kerja Petugas Terkait
1. Pemilik bibit

2. Balai Perbenihan Tanaman Hutan/ Lembaga Sertifikasi

D. Waktu Penyelesaian ……… 5 - 8 hari

SKEMA PROSEDUR SERTI FI KASI
MUTU BI BI T TANAMAN HUTAN

Pemohon

6
1
Label
BPTH/LS

2

Cek
Dokumen
Penerbitan
Sertifikat

Tidak
Lengkap
Lengkap

5

3
Pengambilan
Contoh

4
Tidak
Memenuhi

Memenuhi
Pengujian
Mutu Bibit

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TENTANG SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN
Unit Penyelesaian

No
1

2

3

4

6

Tahapan Kegiatan

Pemilik Bibit

BPTH

Tim Pemeriksa
Mutu Bibit

Batas w aktu
maksimal
Penyelesaian
( Hari Kerja)

Pemilik bibit mengajukan permohonan sertifikasi mutu bibit
ke BPTH/ Lembaga Sertifikasi

1 hari

BPTH/ Lembaga Sertifikasi membentuk TI M penilaian mutu
bibit

1 hari

TI M penilaian/ Penguji mutu bibit melakukan pemeriksaan
mutu genetic dan mutu fisik-fisiologis bibit sesuai petunjuk
teknis pemeriksaan mutu bibit serta melaporkan hasilnya
kepada Kepala BPTH/ Lembaga Sertifikasi
Kepala BPTH/ Lembaga Sertifikasi menelaah hasil
pemeriksaan Tim Penilai/ Penguji Mutu Bibit
BPTH/ Lembaga Sertifikasi menyetujui atau menolak
menerbitkan sertifikat mutu bibit atau menerbitkan
keterangan pemeriksaan kepada pemilik bibit

1 - 3 hari

1 hari

1 hari

5 – 8 hari
Keterangan :

: Operation yaitu proses kegiatan penyusunan konsep surat dinas
: I nspektion yaitu konsep surat dinas telah diperiksa baik kualitas

maupun kuantitasnya
: Storage yaitu kegiatan penyimpanan / pengarsipan

: Transportation yaitu arus surat dinas