PEMBERDAYAAN KESEHATAN PENGRAJIN KERAMIK MOZAIK DI DESA CAMPURDARAT KECAMATAN CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG.

PEMBERDAYAAN KESEHATAN PENGRAJIN KERAMIK MOZAIK DI
DESA CAMPURDARAT KECAMATAN CAMPURDARAT
KABUPATEN TULUNGAGUNG

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :
Muhammad Dikrul Hasan
B02212007

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK


Muhammad Dikrul Hasan, NIM B02212007 (2016), PEMBERDAYAAN
KESEHATAN PENGRAJIN KERAMIK MOZAIK DI DESA CAMPURDARAT
KECAMATAN CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG
Skripsi ini membahas tentang pemberdayaan kesehatan pengrajin keramik
mozaik yang terjangkit penyakit sesak nafas dan paru-paru. Tujuan dari penelitian
ini ialah adanya perubahan kesehatan para pekerja pemotong batu dan pengrajin
mozaik sehingga terhindar dari ancaman sakit sesak nafas dan paru-paru yang
diakibatkan oleh debu pemotongan batu.
Berangkat dari realitas problematika di atas metode penelitian yang
digunakan ialah metode PAR (Participatory Action Research.), PAR yang
digunakan dalam penelitian harus berdasarkan partisipasi dan aksi. Adapun proses
pendekatan yang dilakukan peneliti ialah inkulturasi kepada masyarakat
Campurdarat khususnya para pekerja pemotong batu dan pengrajin mozaik,
setelah komunikasi terjalin dengan baik maka diadakan FGD (Focus Group
Discution) untuk memecahkan masalah yang dialami oleh para pekerja pengrajin
mozaik. Program aksi yang dilakukan dalam pemberdayaan kesehatan pengrajin
mozaik ini ialah menumbuhkan kesadaran para pekerja pemotong batu dan
pengrajin keramik mozaik dalam menghindari bahaya debu pemotongan batu
dengan memberikan aksi pendidikan kritis bahaya debu bagi kesehatan serta

dampaknya yang bekerjasama dengan perawat Winarsih dari puskesmas
Campurdarat.
Melalui aksi pendidikan kritis ini menghasilkan peningkatan pengetahuan
para pekerja pemotong batu dan pengrajin batu baik bapak-bapak dan ibuk-ibu
serta munculnya kesadaran semua pekerja pemotong batu dan pengrajin mozaik
atas bahaya debu pemotongan batu bagi kesehatan para pekerja. Hal ini ditandai
dengan adanya para pekerja memakai alat pelindung diri (APD) disaat bekerja, ini
semua menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan para pekerja
keramik mozaik dalam menjaga kesehatan mereka setelah mengikuti pendidikan
kritis.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Pengrajin Keramik Mozaik, Kesadaran.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...

i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………….

ii

PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………….......

iii

PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………

iv

MOTTO ………………………………………………………………......

v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………

vi


ABSTRAK ………………………………………………………………..

viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..

ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………..

xi

DAFTAR BAGAN ………………………………………………………..

xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..

xiii


BAB I

BAB II

BAB III

: PENDAHULUAN
A. Realitas Problematik ………………………………..

1

B. Fokus Riset Pendampingan …………………………

13

C. Tujuan Riset Pendampingan ……………………….

13


D. Manfaat Riset Pendampingan ……………………..

13

E. Sistematika Pembahasan ……………………………

14

: KAJIAN TEORITIK
A. Teori Pemberdayaan ………………………………..

16

B. Teori Pembelajaran ……………..………………….

21

C. Teori Perubahan Sosial ……………………………..

28


D. Dakwah dalam Perspektif Pemberdayaan ………….

29

: METODE DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN
A. Metode Penelitian Pemberdayaan ………………..…

34

B. Strategi Pemberdayaan …..………………….…………

39

C. Subyek Dampingan ………………….……………..

41

D. Analisis Stakeholder (Pihak-Pihak yang Terkait) …


41

E. Jenis dan Sumber Data ……………………………..

44

F. Teknik Pengumpulan Data ………………..……….

46

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

BAB V

G. Teknik Validitas Data …………………..………….


47

H. Teknik Analisis Data ………………………………

48

: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Aspek Geografis ……………………..…………….

50

B. Aspek Demografis …………………………………

52

C. Aspek Ekonomi ……………………………………

54

D. Aspek Pendidikan …………………………………


57

E. Aspek Agama dan Kebudayaan ………………….

59

F. Aspek Kesehatan ………………………………….

64

: DINAMIKA PROSES PEMBERDAYAAN
A. Proses Membangun Kepercayaan dengan Masyarakat

70

B. Mengurai Masalah Bersama Para Pekerja Pemotong Batu 76
BAB VI

: DINAMIKA PROSES AKSI …………………………


BAB VII

: CATATAN SEBUAH REFLEKSI
A. Refleksi ………………………………………………

BAB VIII

96

107

: PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………….

113

B. Rekomendasi ………………………………………..

116

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...

117

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Realitas Problematik
Kondisi lingkungan dewasa ini ditengarai semakin mencemaskan. Di
banyak tempat, tanah semakin tidak produktif, bahkan sebagian tidak dapat
ditanami lagi. Air semakin tercemar dan tidak layak diminum. Udara pun
semakin terpolusi sehingga menyesakkan nafas.1 Sedikitnya ada dua faktor
penting yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Faktor yang pertama
adalah pesatnya peningkatan jumlah penduduk. Faktor yang kedua,
perkembangan industri. Perkembangan industri memang telah terbukti
mampu menjawab persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial, tetapi
ternyata harus dibayar mahal karena memiliki dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan. Pengembangan sebuah teknologi baru akan
bermanfaat hanya apabila manusia mau mempergunakannya. Secanggih
apapun sebuah teknologi menjadi tidak ada artinya selama manusia enggan
mempergunakannya. Dengan demikian, manfaat sebuah teknologi berkaitan
dengan perilaku manusia.
Industri di satu pihak membawa manfaat bagi kesejahteraan manusia,
di lain pihak dapat membawa bencana bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup.

Pencemaran

lingkungan

yang

ditimbulkannya

apabila

tidak

1

Sunyoto Usman, Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998) Hal. 225

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

ditanggulangi akan menurunkan kwalitas hidup manusia. Kualitas hidup
manusia yang menurun akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
manusia. Dengan teknologi manusia menciptakan lingkungan urban
disamping itu manusia mencemarkan lingkungan alamiahnya padahal
sebagian besar makanan manusia diambil dari lingkungan alami tersebut.2
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan dan mengamanahkan kepada kita semua
untuk mencintai dan menjaga lingkungan yang ada disekitar kita pada
khususnya dan lingkungan yang ada di dunia ini pada umumnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf [7] ayat
56 :

            
   

Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik”.3
Pada dasarnya tingkah laku manusia yang terwujud dalam suatu
kenyataan menggambarkan suatu keajegan yang berpola dan muncul secara
berkala sehingga dapat dipahami sebagai suatu fenomena yang tetap.
Fenomena bukan hanya tingkah laku itu sendiri yang diwujudkan oleh
individunya, akan tetapi juga pedoman yang mendasari munculnya tingkah
2

N. Daldjoeni, A. Suyitno, Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan (Bandung : PT Alumni,
2004) , Hal. 34
3
Kementrian Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung : Syaamil Quran, 2010)
Hal 157

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

laku itu sendiri.4 Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra’d [13] ayat 11 tentang
bagaimana usaha manusia untuk bisa mengubah keadaan atau kebiasaan yang
dihadapinya menjadi lebih baik itu dimulai dari diri sendiri atau pribadi
individu.

           
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri”5
Maksud dari kata keadaan berdasarkan penggalan ayat di atas yang
menyatakan Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri yakni
kondisi kejiwaan atau sisi dalam mereka seperti mengubah kesyukuran
menjadi

kekufuran,

ketaatan

menjadi

kedurhakaan,

iman

menjadi

penyekutuan Allah, dan ketika itu Allah akan mengubah nikmat menjadi
bencana, hidayat menjadi kesesatan, kebahagiaan menjadi kesengsaraan dan
seterusnya6.
Menurut sudut pandang sosiologi, kerja tidak hanya dilihat sebagai
aktifitas fisik, tetapi lebih dari itu adalah aktifitas sosial yang di dalamnya
terdapat hubungan sosial yang teroganisir dalam beberapa macam sistem.
Sistem hubungan kerja yang melekat dalam kehidupan masyarakat modernindustrial lebih kompleks dibandingkan dengan masyarakat tradisional4

Bambang Rudito, Melia Famiola, Social Mapping, (Yogyakarta: Rekayasa Sains, 2001) Hal. 1
Kementrian Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya, Hal 252
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol 6 (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) Hal 556

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

agraris. Sistem hubungan kerja tersebut dibangun di atas dua hal, yaitu: (1)
pilihan strategi yang dilembagakan pemberi kerja untuk mengontrol pekerja
(buruh), dan (2) pilihan respon yang dibangun oleh buruh dalam
mengakomodasi kontrol tersebut, baik di dalam proses produksi maupun
dalam masyarakat.7
Objek kajian dalam pendampingan ini adalah pengrajin keramik
mozaik di Desa Campurdarat. Desa Campurdarat merupakan salah satu desa
yang terletak di Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung Jawa
Timur. Desa Campurdarat ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
Tulungagung khususnya dan masyarakat luar Tulungagung pada umumnya,
karena Desa Campurdarat sudah banyak dikenal dengan hasil seni lokalnya
yaitu keramik marmer dan kerajinan keramik mozaik atau yang lebih sering
dikatan keramik mosek oleh orang-orang Tulungagung. Mozaik adalah salah
satu kerajinan tangan yang terbuat dari pecahan batu alam, batu fosil, batu
kali yang kemudian dirangkai menjadi bentuk yang bermacam-macam.
Kerajinan keramik mozaik ini bisa dijadikan salah satu hiasan rumah yang
sangat indah karena detail yang dirangkai begitu rapi, eksotis dan sangat
menarik, oleh karena itu keramik mozaik ini sangat banyak diburu oleh
masyarakat yang cinta akan keindahan batu alam, batu kali dan batu fosil.
Adapun produk keramik mozaik yang dihasilkan dari Desa Campurdarat ini

7

Sunyoto Usman, Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Hal. 87

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

sangat bervariasi diantaranya keramik mozaik jarjari (panjang-panjang),
mozaik koin (bundar-bundar), mozaik lima-lima (kotak-kotak).8
Pengrajin mozaik yang ada di Desa Campurdarat ini bisa dikatakan
lumayan banyak yaitu ada 20 lebih pengrajin. Adapun cara pengerjaannya ada
yang dilakukan di rumah masing-masing dan ada juga yang dikerjakan di
tempat pemotongan batu. Setelah semua selesai baru dikumpulkan kepada
satu juragan yang mempunyai produksi keramik mozaik tersebut. Dalam
sehari warga bisa membuat kerajinan keramik mozaik sebanyak 3 meter dan
satu meter keramik mozaik mendapatkan upah sebesar 7.500-8.000,
meskipun tidak begitu banyak upah yang diterima warga Campurdarat dari
hasil membuat keramik mozaik tersebut, akan tetapi warga sangat semangat
dan antusias menjalankan pekerjaan tersebut. Jika dibandingkan dengan harga
penjualan keramik mozaik yang mahal dan juga sudah menembus pasar
internasional yakni sudah di ekspor ke Negara Jerman, Singapura, Malaysia,
maka semestinya upah yang diberikan kepada warga Campurdarat harus
sesuai dengan harga yang begitu mahal dipasaran international. Membuat
keramik mozaik dari batu alam, batu kali, batu fosil ini tidak semudah apa
yang dibayangkan, akan tetapi sangat sulit dan butuh ketelitian dalam
merangkai desain keramik mozaik yang indah, serta membutuhkan waktu
yang lumayan lama9.

8

Hasil wawancara dengan Widyanto selaku penyuplay kardus mozaik pada tanggal 1 Februari
2016
9
Hasil wawancara dengan Dul Jalal selaku kepala desa Campurdarat pada tanggal 10 Februari
2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Warga Campurdarat memulai aktifitasnya merangkai batu alam, batu
kali, batu fosil menjadi keramik mozaik yang indah ini pukul 09.00- 15.00
WIB. Banyak warga yang mengalami luka pada tangannya karena tergores
batu yang akan dirangkainya apabila kurang berhati-hati, karena batu yang
akan dirangkai menjadi keramik mozaik tidak semua berbentuk halus, banyak
yang masih kasar dan tajam. Oleh karena itu sangat dibutuhkan ketelitian dan
keseriusan dalam mengerjakan keramik mozaik tersebut. Pekerjaan
merangkai batu kali, batu fosil, batu alam menjadi mozaik ini dilakukan oleh
bapak-bapak dan ibu-ibu rumah tangga Desa Campurdarat, dimana pekerjaan
ini adalah menjadi pekerjaan andalan para warga desa tersebut10.
Pembuatan kerajinan mozaik ini dirasa bisa membantu masyarakat
Campurdarat dalam hal perekonomian warga, walaupun hasilnya tidak begitu
sesuai dengan yang diharapkan oleh kebanyakan warga. Di satu sisi,
kerajinan mozaik ini sangat bagus karena mempunyai nilai seni yang tinggi
dan indah, akan tetapi di sisi yang lain ada banyak keluhan yang diutarakan
oleh masyarakat sekitar, diantaranya yaitu tentang serpihan debu di tempat
pabrik pemotongan bongkahan batu yang besar sebelum diproses menjadi
keramik mozaik. Dimana jarak tempat pemotongan batu besar tersebut
dengan tempat pemukiman warga Campurdarat tidak begitu jauh, sehingga
banyak debu dari pemotongan batu tersebut yang beterbangan sampai rumahrumah warga, dimana debu tersebut sangat mengganggu warga dalam
beraktifitas. Bukan hanya itu saja banyak rumah yang menjadi kotor akibat

10

Hasil wawancara dengan Rika selaku pengrajin mozaik pada tanggal 12 Februari 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

debu tersebut, bahkan banyak juga tanaman warga yang rusak akibat setiap
harinya terkena serpihan debu dari pemotongan batu besar tersebut.
Bukan hanya warga sekitar Campurdarat saja yang merasakan
serpihan debu tersebut, akan tetapi warga luar Desa Campurdarat yang
melintas di jalan Desa itu sering mengeluhkan adanya debu tersebut, karena
lokasi pabrik pemotongan batu besar tersebut terletak di pinggir jalan Desa
Campurdarat menuju ke Desa Wates. Sebenarnya banyak warga yang faham
atas bahaya debu tersebut bagi kelangsungan hidupnya apabila setiap hari
dihirup, terutama bagi para pekerja pemotong batu besar yang rata-rata
dikerjakan oleh bapak-bapak. Disaat bekerja, mereka sama sekali tidak
menghiraukan tentang keamanan dan kesehatan bagi dirinya, yang mana
mereka tidak menggunakan masker, kacamata dan sarung tangan untuk
melindungi anggota tubuhnya, dengan keadaan yang apa adanya, mereka
memotong batu besar dengan mesin potong yang sangat membahayakan
keselamatan mereka jika tidak menggunakan alat-alat pengaman.
Undang-undang (UU) No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(UU Ketenagakerjaan) mengatur tentang kesehatan kerja satu paragraf
dengan keselamatan kerja. Pengaturan dalam Pasal 86

dan 87 UU

ketenagakerjaan antara lain ditentukan sebagai berikut:
1. Setiap

pekerja

atau

buruh

mempunyai

hak

untuk

memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan
produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.11
Undang-undang di atas sudah sangat jelas bagi para pemilik usaha
untuk memberikan perlindungan bagi karyawan atau pekerja yaitu
memberikan keselamatan disaat bekerja dan kesehatan para pekerja. Akan
tetapi undang-undang tersebut belum bisa diaplikasikan oleh para pemilik
pengrajin mozaik yang ada di Campurdarat, hanya sebagian yang bisa
mengaplikasikan undang-undang tersebut. Kesehatan dan keselamatan
kerja bagi para pekerja perlu diperhatikan oleh pengusaha karena
kesehatan tersebut adalah hak semua orang.
Undang-undang No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab I pasal 2 disebutkan, yang dimaksud kesehatan dalam undang-undang
ini ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan
social, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kematian.12
Desa Campurdarat terdapat 6 dusun di dalamnya, diantaranya
Dusun Campurjanggrang, Campurdarat, Ngingas, Kauman, Gombang,
Campurkuntul. Di setiap dusun terdapat para pengrajin batu, akan tetapi
yang paling banyak terdapat di Dusun Campurjanggrang. Kurang lebih ada
11

http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/189. pada tanggal 10 Maret 2016 pukul 10.40
Dra. Endyah Murniati, S. Psi, M.B.A, Aku Tahu Tentang Cara Hidup Sehat 1, (Surabaya: Duta
Graha Pustaka, 2008) Hal 11

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

7 pengusaha marmer dan mozaik, diantaranya usaha milik pak Yatno, pak
Samsuri, pak Pri, pak Sahid, pak Abimanyu, pak jodo, pak Sumiran, pak
yono. Tempat produksi terletak di Dusun Campurjanggrang dan saling
bersebelahan antara tempat pengusaha satu dengan pengusaha yang
lainnya. Rata-rata mereka memperkerjakan lebih dari 10 karyawan lakilaki dan perempuan, bapak-bapak lebih banyak mengerjakan pemotongan
batu dan gaji perharinya ialah 45.000-50.000 rupiah, dan ibu-ibu yang
merangkai batu setelah dipotong menjadi keramik mozaik.13
Pekerja yang terjangkit penyakit pernafasan atau sesak ada 8 orang,
dan ada juga yang sampai menderita penyakit paru-paru dan ahirnya
meninggal ada 2 orang yaitu Syafi’i (49 tahun) dan Imam Buhori (38
tahun). Bermula dari terkena debu akan bisa mengakibatkan berbagai
penyakit seperti sesak nafas, Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
ISPA, sampai dengan sakit paru-paru. Menurut data dinas kesehatan
Kabupaten Tulungagung, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau
pneumonia masih menjadi penyebab utama kematian di Tulungagung.
Selama tahun 2015, angka kematian pada pasien dengan pneumonia
atipikal atau infeksi paru-paru dengan barbagai penyebab terdaftar
sebanyak 51 orang.14
Penyakit paru-paru banyak disebabkan oleh beberapa sebab.
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit obtrusi jalan
nafas karena bronkitis kronik atau emfisema. Obtruksi tersebut umumnya
13

Hasil wawancara dengan yatno selaku pengusaha keramik mozaik pada tanggal 15 Maret 2016
http://info-kesehatan-2016.blogspot.co.id/2016/04/ diakses pada tanggal 20 Maret 2016 pukul
12.30
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

bersifat progesif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat
reversible. Bronkitis kronik ditandai dengan batuk-batuk hamper setiap
hari disertai dengan pengeluaran dahak sekurang-kurangnyatiga bulan
berturut-turut dalam satu tahun dan paling sedikit selama dua tahun.
Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru-paru ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal
disertai kerusakan dinding alveolus. Etiologi atau faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya PPOK adalah:
1). Kebiasaan merokok
2). Polusi udara
3). Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4). Riwayat infeksi saluran nafas
5). Bersifat genetik yaitu defisiensi antitrypsin15
Untuk upaya pencegahan (preventif) bisa dilakukan dengan cara
promosi kesehatan yaitu meningkatkan upaya peran kesehatan perorangan
dan

masyarakatsecara

optimal,

mengurangi

penyebabnya

serta

meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. Perlindungan
khusus, dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut dengan cara
perbaikan status gizi individu. Diagnosis dini dan pengobatan segera
sangat perlu dilakukan dengan rutin ke puskesmas atau yang lain serta
mencegah kebiasaan merokok. Tindakan kuratif yang bisa dilakukan ialah
dengan teratur periksa ke rumah sakit dan mengkonsumsi obat yang sudah

15

Arif Mansjoer , Kapita Selekta Kedokteran, (Jakarta: Media Aesculapius, 2001) Hal 480

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

dianjurkan oleh dokter ahli, minum air putih untuk pemberian cairan yang
cukup akan mengencerkan sekret.
Kesehatan para pekerja pemotong batu dan pengrajin mozaik
semakin menurun, Itu semua dikarenakan tidak tersedianya alat pelindung
diri (APD) pekerja, belum adanya jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja bagi semua para pekerja, serta kurangnya kepedulian pengusaha
terhadap kesehatan para pekerja sehingga para pekerja hampir setiap hari
menghirup debu yang tidak baik bagi kesehatan mereka. Disamping itu,
para pekerja juga mengungkapkan kalau selama ini belum mengerti
tentang bahaya debu bagi kesehatan, belum pernah ada pendidikan kritis
tentang bahaya debu pemotongan batu bagi kesehatan warga, serta belum
ada yang memfasilitasi kegiatan pendidikan kritis tentang bahaya debu
bagi kesehatan mereka.16
Merekapun hanya diam dengan keadaan seperti ini. Setelah peneliti
konfirmasi ke Puskesmas Campurdarat dan mempertanyakan apakah
sudah pernah dari pihak Puskesmas melakukan pendidikan kritis tentang
bahaya debu pemotongan batu bagi kesehatan, ibu Winarsih (48 tahun)
selaku perawat puskesmas Campurdarat menjelaskan bahwa memang ada
wacana untuk melakukan pendidikan kritis itu, akan tetapi sampai
sekarang belum terlaksana.17 Ini sungguh sangat disayangkan bagi semua
warga Campurdarat.

16

Hasil wawancara dengan Imam selaku pemotong batu pada tanggal 11 Maret 2016
Hasil wawancara dengan Winarsih selaku perawat puskesamas Campurdarat pada tanggal 16
maret 2016
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Melihat keadaan yang demikian, warga hanya bisa diam dan tidak
ada perlawanan ataupun pengaduan terhadap pabrik pemotongan batu
tersebut, karena masyarakat sekitar pabrik tersebut setiap hari raya idul
fitri diberikan tunjangan dan parcel sebagai pengganti atas gangguan
serpihan debu yang mengganggu warga sekitar. Lebih anehnya lagi
masyarakat lebih memilih hadiah ataupun tunjangan tersebut dan berlaku
diam atas gangguan, dibandingkan dengan nilai kesehatan dirinya. Paulo
Fraire menggambarkan kebudayaan bisu sebagai kondisi kultural
sekelompok masyarakat yang ciri utamanya adalah ketidakberdayaan dan
ketakutan umum untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan sendiri.
Sehingga diam nyaris dianggap sesuatu yang sakral, sesuatu yang sopan
dan harus ditaati.18
Keadaan seperti ini sangat ironis dengan keberhasilan pabrik
keramik mozaik yang bisa tembus pasar international atau mengekspor
produk keramik mozaik sampai ke luar negri, akan tetapi para pekerja
pemotong batu dan warga sekitar tidak dihiraukan kesehatannya dan
keselamatan atas bahaya yang diakibatkan oleh pabrik pemotongan batu
tersebut. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji dan terlibat aktif dalam
proses pemberdayaan yang berjudul “PENDAMPINGAN KESEHATAN
PENGRAJIN KERAMIK MOZAIK DI DESA CAMPURDARAT
KECAMATAN

CAMPURDARAT

KABUPATEN

TULUNGAGUNG”.

18

Paulo Fraire, Pendidikan Kaum Tertindas, (Jakarta : LP3PS Indonesia, 2008), Hal. 18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

B. Fokus Riset Pendampingan
Fokus pendampingan yang akan dilakukan peneliti adalah bagaimana
menumbuhkan kesadaran tentang kesehatan dan keselamatan kerja dari
bahaya debu pemotongan batu bagi para pengrajin dan pekerja pemotongan
batu di Desa Campurdarat Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung.

C. Tujuan Riset Pendampingan
Tujuan riset pendampingan ini adalah adanya perubahan kesehatan
para pengrajin mozaik dan pekerja pemotong batu sehingga terhindar dari
ancaman sakit paru-paru yang diakibatkan oleh debu pemotongan batu di
Desa Campurdarat Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung.

D.

Manfaat Riset Pendampingan
1. Secara Teoritis
a. Penulisan penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya
hasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pemeberdayaan
masyarakat
b. Sebagai pengembangan studi ilmu tentang pengembangan masyarakat
di Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI)
2. Secara Praktis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

a. Menjadi bahan evaluasi bagi lembaga atau instansi terkait, khususnya
dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja
pemotong batu dan pengrajin keramik mozaik Desa Campurdarat.
b. Dapat menambah wawasan pengetahuan dan sebagai sumbangan
informasi bagi yang berminat mengadakan penelitian yang lebih jauh
tentang meningkatkan keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja
pemotong batu dan pengrajin keramik mozaik Desa Campurdarat.

E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan tidak keluar dari pokok pembahasan,
berikut peneliti akan menjelaskan sistematika pembahasan yang terdiri dari :
BAB I

: PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti mencoba menjelaskan gambaran
umum tentang arah pendampingan, sehingga diketahui
arah latar belakang pendampingan, fokus pendampingan,
tujuan pendampingan, dan sistematika pembahasan.

BAB II

: KAJIAN TEORITIK
Pada bab ini peneliti ingin menyajikan tentang teori
pemberdayaan, teori pembelajaran, teori perubahan sosial
dan dakwah dalam perspektif pemberdayaan

BAB III

: METODOLOGI DAN STRATEGI PENDAMPINGAN
Peneliti

menyajikan

konsep

pengertian

PAR

(Participatory Action Research), langkah-langkah riset

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

aksi dalam PAR, dan analisis stakeholder yang mana
adalah menjelaskan metodologi yang digunakan dalam
penelitian.
BAB IV

: GAMBARAN UMUM DESA CAMPURDARAT
Dalam bab ini peneliti menyajikan secara mendalam
tentang aspek geografis Desa Campurdarat, aspek
demografis, aspek ekonomi, aspek pendidikan, aspek
agama dan kebudayaan, aspek kesehatan

BAB V

: DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN
Dalam bab ini peneliti menyajikan sebuah data lapangan
apa yang menjadi masalah dan problem bagi masyarakat
pengrajin mozaik di Desa Campurdarat.

BAB VI

: DINAMIKA PROSES AKSI
Dalam bab ini peneliti bekerjasama dengan instansi dinas
kesehatan atau Puskesmas Campurdarat untuk melakukan
pendidikan kritis tentang bahaya debu pemotongan batu.

BAB VII

: REFLEKSI
Yakni peneliti menyajikan efektifitas program atau aksi
yang selama ini berjalan dan bagaimana kelanjutan dari
sebuah program tersebut.

BAB VIII

: PENUTUP
Pada bab ini hanya berisi inti dari skripsi dan kesimpulan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Teori Pemberdayaan
Secara

konseptual,

pemberdayaan

atau

pemberkuasaan

(empowerment) berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan.

Kekuasaan

seringkali

dikaitkan

kemampuan

kita

untuk

membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dengan
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan

berkaitan

dengan pengaruh dan

kontrol.1

Pemberdayaan

merupakan upaya untuk membangun kemampuan masyarakat dengan
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan
potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu
menjadi tindakan nyata.
Dalam hal lain pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses yang
ditunjukkan untuk membantu klien memperoleh daya khusus untuk
mengambil keputusan dalam menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang
terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan diri dan
sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

1

Edi Suharto, membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama,
2009) Hal 57

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki,
antara lain transfer daya lingkungannya2.
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam :
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukaan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan
2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasajasa yang mereka perlukan.
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.
Terdapat

tiga

jenis

keberdayaan

atas

power

(kuasa)

yang

sesungguhnya dimiliki oleh setiap individu maupun kelompok. Kuasa atau
keberdyaan itu diantaranya adalah 1) keberdayaan/power/kuasa tas milik, 2)
keberdayaan/power/kuasa atas kelola, 3) kekuatan/power/kuasa atas manfaat.
Keberdayaan tersebut dalam kehidupan sosial sehari-hari terwujud dalam
bentuk “asset masyarakat”. Bisa berupa asset ekonomi, asset sosial, asset
lingkungan atau sumber daya alam, asset budaya, (ilmu pengetahuan dan
teknologi), asset politik, asset sumber daya manusia dan asset spiritual
lainnya. Asset-asset masyarakat tersebut berkaitan langsung dengan
2

Fedian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2014) Hal 90

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kehidupan sehari-hari seperti masalah pangan, energi, air bersih, kesehatan,
pendidikan, lingkungan hidup, moral dan etika, serta aspek kehidupan
lainnya3.
Masyarakat atau sekelompok masyarakat dikatakan lemah dan tidak
berdaya bila mereka tidak memiliki tiga power/kuasa sama sekali asset yang
seharusnya mereka kuasai, atau mereka miliki, atau mereka kelola dan
mereka manfaatkan untuk dirinya. Ketidakberdayaan ini karena adanya pihak
lain yang menguasai, mengelola, memiliki dan memanfaatkan untuk
kepentingan lain, sehingga dengan demikian semakin hari kuasa mereka
semakin hilang, karena diambil atau dirampas kelompok sosial yang lain. Hal
inilah disebut sebagai proses pelemahan, atau proses ketidakberdayaan yang
terjadi pada masyarakat4.
Oleh karena itu untuk menciptakan kuasa masyarakat atas milik,
kelola dan manfaat asset mereka harus dilakukan pemberdayaan. Jadi
pemberdayaan adalah suatu proses menciptakan masyarakat untuk mampu
dan memiliki kuasa atas miliknya, kelola atas miliknya dan memanfaatkan
miliknya untuk sebesar-besarnya demi kesejahteraan mereka. Jadi secara
garis besar pemberdayaan merupakan proses menciptakan masyarakat, baik
individu maupun secara kelompok, untuk mampu secara mandiri mengatasi
segala persoalan yang dihadapinya, dan berkuasa atas segala aspek yang
terkait dengan kehidupannya, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik,
lingkungan dan budaya mereka.
3

Agus afandi, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press, 2013) Hal 136
4
Ibid, Hal 137

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Menurut Kieffer, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang
meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi
partisipatif. Parson juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang
merujuk pada :
1.

Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar.

2.

Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

3.

Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial yang dimulai
dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian
melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut
untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang
masih menekan5
Pemberdayaan sangatlah penting dilakukan bagi semua masyarakat,

khususnya bagi masyarakat yang tertindas atas hak-hak dasarnya. Dengan
adanya pemberdayaan, maka masyarakat akan mempunyai kemampuan atau
kekuasaan atas dirinya untuk mewujudkan kehidupan yang adil bagi dirinya.
Seperti halnya para pekerja pemotong batu dan pengrajin mozaik yang ada di
Campurdarat, selama ini mereka hanya bekerja sesuai dengan keinginan
majikannya, dimana setiap harinya mereka memotong batu yang besar,
setelah itu mereka merangkai batu yang sudah di potong menjadi kerajinan

5

Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

yang sangat indah yakni keramik mozaik, akan tetapi pekerjaan itu tidaklah
mudah dikerjakan karena setiap harinya mereka harus berjibaku dengan debu
hasil pemotongan batu tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) dimana
akan fatal akibatnya bagi kesehatan mereka apabila tidak memperhatikan
bahaya debu serpihan pemotongan batu tersebut.
Kesehatan para pekerja pemotong batu dan pengrajin mozaik serta
masyarakat semestinya lebih diperhatikan, karena setiap manusia berhak
untuk hidup dan memiliki kesehatan kenyataannya tidak semua orang
memperoleh atau mampu memiliki derajat kesehatan yang optimal karena
berbagai masalah, sepeti kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi
yang rendah, yang menyebabkan tidak terpenuhinyakebutuhan-kebutuhan
primer untuk hidup dalam memenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan
kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.
Undang-undang No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab I pasal 2 disebutkan, yang dimaksud kesehatan dalam undang-undang ini
ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan social, dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kematian. Apa
yang disebutkan di dalam undang-undang tersebut adalah sesuai dengan
definisi kesehatan dari WHO yang berbunyi Health is a state of complete
physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease
or infirmity. Bila dikaji pengertian-pengertian kesehatan tersebut maka
jelaslah bahwa setiap insan di dunia, khususnya di bumi Indonesia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

mempunyai hak untuk hidup sehat.6 Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan
seni

dalam mencegah

penyakit, memperpanjang hidup

manusiadan

mempertinggi derajat kesehatan serta efisiensi melalui usaha-usaha
masyarakat yang terorganisir untuk menciptakan lingkungan hidup yang
sehat, memberantas penyakit menular, pendidikan dalam soal-soal kebersihan
perorangan. Itu semua dilakukan karena setiap warga Negara mempunyai hak
untuk hidup sehat dan berumur panjang.7
Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative adalah agar setiap warga Negara dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental, social, serta diharapkan berumur panjang.8 Nyata sekali usaha
kesehatan masyarakat mempunyai ruang lingkup yang luas, yakni meliputi
semua kegiatan atau usaha yang ditujukan untuk melindungi dan
mempertinggi nilai kesehatan masyarakat dan dikerjakan secara terorganisir
dengan

mengikutsertakan

masyarakat

secara

aktif

di

dalam

menyelenggarakan usaha-usaha kesehatan tersebut.

B. Teori Pembelajaran
Dalam mewujudkan masyarakat yang sadar dan sehat akan dirinya
diperlukan adanya dorongan dari dirinya sendiri. Dorongan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.

6

Dra. Endyah Murniati, S. Psi, M.B.A, Aku Tahu Tentang Cara Hidup Sehat 1, (Surabaya: Duta
Graha Pustaka, 2008) Hal 11
7
Ibid, Hal 12
8
Syafrudin, SKM, M.Kes, Ilmu Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Trans Info Media, 2009) Hal 3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan.9 Dorongan tersebut bisa terjadi setelah
individu mau belajar dalam memahami masalah atau untuk sekedar
menambah ilmu.
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital
dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Belajar dirasakan sebagai
suatu kebutuhan yang vital karena makin pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagai perubahan pada
segenap aspek kehidupan manusia. Tanpa belajar, manusia akan mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Demikian belajar
menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang usia manusia sejak
lahir hingga ahir hayatnya.10
Melihat realita yang ada yang dialami oleh para pekerja pemotong
batu pengrajin mozaik dan masyarakat sekitar pembuatan keramik mozaik,
salah satu alternatif bagi mereka adalah memberikan pendidikan kritis tentang
kesehatan, dimana selama ini mereka hanya diam dengan keadaan yang
mereka alami yakni setiap harinya berjibaku dengan debu pemotongan batu.
Pekerja pemotong batu dan pengrajin keramik mozaik selama ini
hanya pasrah dengan keadaan yang mereka alami, yakni bekerja tidak
menggunakan alat pelindung diri karena tidak disediakan oleh pengusaha, dan
hampir setiap hari menghirup udara yang kurang bagus yaitu debu dari
9

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : PT Rineka Cipta 1999) Hal. 25
Anisah Basleman, Teori Belajar Orang Dewasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) Hal 1

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

pemotongan batu. Freire menjelaskan proses tersebut dengan analisis
kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri
yang digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran11, yaitu :
1.

Kesadaran magis (magical consciousness). Adalah sebuah keadaan
dimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas di sekitarnya
sekaligus dirinya sendiri. Bahkan dalam menghadapi kehidupan sehariharinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang telah menentukan dan
melihat kebenaran sebagai dogma (fatalis). Semua adalah kehendak
Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih mengarahkan penyebab
masalah dan ketidakberdayaan dengan faktor-faktor di luar manusia, baik
natural maupun supranatural. Mereka sadar mereka melakukan sesuatu
tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengubahnya.
Akibatnya, bukannya melawan atau mengubah realitas di mana mereka
hidup, mereka justru menyesuaikan diri dengan realitas yang ada.
Individu meyakini bahwa kebodohan adalah sesuatu yang sudah melekat
pada dirinya.

2.

Kesadaran naif (naivalconsciousness). Keadaaan yang dikategorikan
dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusia sebagai akar
permasalahan masyarakat. Adalah keadaan dimana seseorang mulai
mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa menganalisa
persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis. Apabila dikaitkan

11

Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press,
2001). Hal 30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks ini tidak pernah
mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur yang salah.
3.

Kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah keadaan dimana
seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa masalah yang
dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus kepada
individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada sistem yang
menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial memberikan ruang
bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidakadilan dalam
sistem dan struktur yang ada kemudian mampu melakukan analisis
bagaiman

sistem

dan

struktur

itu

bekerja

serta

bagaimana

mentransformasikannya
Kesadaran kritis dalam hal ini sangatlah diperlukan bagi para pekerja
pemotong batu dan pengrajin mozaik untuk bisa keluar dari keadaan yang
menindas mereka selama ini. Oleh karena itu masyarakat haruslah
mempunyai kesadaran kritis dengan keadaan yang dihadapinya, yakni
kesadaran lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah.12
Teori sosial kritis berpandangan bahwa dominasi bersifat struktural, yakni
kehidupan masyarakat sehari-hari dipengaruhi oleh institusi sosial yang lebih
besar. Teori sosial kritis mengungkap struktur ini untuk membantu
masyarakat dalam memahami akar global dan rasional penindasan yang
mereka alami.13 Cita-cita akan keadilan sosial mustahil dapat dicapai tanpa

12
13

Ibid, Hal. 32
Ben Agger, Teori Sosial Kritis, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003) Hal. 8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

melibatkan kesadaran mereka yang tertindas untuk terlibat dalam aksi refleksi
kritis.14
Pemikiran kritis yakni dimana masyarakat dapat melihat diri mereka
sendiri serta situasi sosial yang menekan kehidupan mereka. Salah satu
program yang tepat untuk bisa mengurai itu semua ialah dengan program
pendidikan kritis tentang kesehatan, dimana pendidikan ini di dalamnya
terdapat dialog antara para pengrajin mozaik, pemotong batu, pengusaha,
peneliti dan dari dinas kesehatan terkait yakni Puskesmas untuk menjawab
masalah yang dialami oleh para pekerja setiap harinya. Masalah tersebut
harus datang dari masyarakat bukan dari peneliti. Begitu mendesaknya
masalah yang harus segera dipecahkan sehingga kalau tidak ada jalan
keluarnya, maka hal tersebut akan semakin menyiksa kehidupan mereka.
Secara sederhana pendidikan memberikan arti sebagai suatu proses
perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu. Proses ini dapat
ditempuh melalui pendidikan formal dan non formal, karena jalur pendidikan
secara umum tidak mengenal deskriminasi terhadap siapapun. Pendidikan
dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya,
pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun
orang lain selama ia hidup. Pendidikan dimulai dari bayi sampai dewasa dan
berlanjut sampai mati, yang memerlukan berbagai metode dan sumbersumber belajar15.

14

Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Hal. 94
M. Saleh Marzuki, Pendidikan Non Formal (Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional,
Pelatihan, dan Andragogi) (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010) Hal. 36

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Pendidikan orang dewasa atau lebih dikenal dengan pendekatan
andragogi merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai
orang dewasa. Dibalik pengertian ini, Knowles mendefinisikan andragogi
secara terminologis bahwa andragogy is the art and science of helping adult
learn (andragogi adalah seni dan ilmu membantu orang dewasa untuk
belajar). Tampak jelas Knowles menghargai independensi sekaligus
kapabilitas orang dewasa untuk belajar, sehingga posisi pendidik dalam
andragogi hanya sekedar membantu atau memfasilitasi mereka belajar. Laird
mendefinisikan andragogi sebagai ilmu tentang orang dewasa belajar.
Sedangkan menurut M. Saleh Marzuki yang dikutip oleh Rosidin menilai
andragogi sebagai proses bantuan terhadap orang dewasa agar dapat belajar
secara maksimal. Maka kesimpulannya andragogi adalah seni dan ilmu
tentang bagaimana membantu orang dewasa belajar. Adapun wujud
bantuannya pasti berbeda dengan anak, karena karakteristik yang berbeda
antara keduanya16.
Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif
untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap
bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan
menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru
adalah sebagai fasilitator, dan bukan menggurui. Oleh karena itu relasi antara
guru dan murid bersifat multicommunication17.
Rosidin, Konsep Andragogi dalam Al-Qur’an (Sentuhan Islami pada Teori dan Praktik
Pendidikan Orang Dewasa) (Malang : Litera Ulul Albab, 2013) Hal. 21
17
Mansour Fakih, dkk, Pendidikan Populer (Membangun Kesadaran Kritis), (Yogyakarta : Read
Books, 2000) Hal. 31

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Pada metode pendidikan orang dewasa dikenal satu model daur
belajar

yang

menggunakan

prinsip

pendekatan

partisipatif.

Yakni

menggunakan pengalaman dan pengetahuan partisipan itu sendiri untuk
diproses dalam mendorong transformasi pemahaman baru yang akan
membawa hasil perubahan pengetahuan dan sikap dari partisipan itu sendiri.
Pada kenyataannya metode seperti itu justru yang menimbulkan nuansa lain
dalam belajar sekaligus merupakan tantangan bagi pelatih, pemandu atau
fasilitator yang ingin mendorong semangat belajar partisipannya. Fasilitator
harus mampu mendesain model belajar yang sama sekali berbeda dengan
biasanya yang selalu dianggap lazim, jika ingin berperan sebagai faktor
pendorong terjadinya perubahan18.
Dalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptakan ruang
untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis untuk
transformasi sosial. Dengan kata lain tugas utama pendidikan adalah
“memanusiakan” kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena
sistem dan struktur yang tidak adil. Menurut Freire, dengan aktif bertindak
dan berpikir sebagai pelaku, dengan terlibat langsung dalam permasalahan
yang nyata, dan dalam suasana yang dialogis, maka pendidikan kaum
tertindas dapat menumbuhkan kesadaran yang menjauhkan seseorang dari
“rasa takut akan kemerdekaan”19.
Pembebasan dan pemanusiaan manusia, hanya bisa dilakukan dalam
artian jika seseorang memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya
18
19

Ibid Hal. 50
Ibid Hal. 29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

sendiri dan dunia sekitarnya. Jadi sangatlah mustahil memahamkan seseorang
bahwa ia harus mampu memahami realitas dirinya dan dunia sekitarnya
sebelum dirinya sendiri benar-benar sadar bahwa kemampuan itu adalah
fitrah kemanusiaan serta pemahaman itu sendiri adalah penting dan memang
mungkin baginya.
Maka proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari
proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak
boleh berhenti, ia senantiasa harus terus berproses, berkembang dan meluas,
dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat “kesadaran naif” s