this file 330 572 1 SM

(1)

FUNGSI TASAWUF TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK (ETIKA) KERJA:

Studi pada Murid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Kota Pontianak Kalimantan Barat

Fatmawati

Dosen FISIP Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail: fatma_indahnurfitri@yahoo.com

Abstract: Every adult male who works with various types of background work is a form of responsibility to provide for his family members . Observing one's work activities , this study analyzed the work activities on college institutes followers of Qadiriyah Naqsyabandiyah (QN) in Pontianak city. The research analyzes using perspective of Sociology of Religion , how functions can Sufism moral formation (ethics ) working his followers . Furthermore, this study used a qualitative approach comes with a descriptive method. Networking research data using the snowball technique in college institutes informant followers of Qadiriyah Naqsyabandiyah As-Salam and An-Nuur in Pontianak city QN flow assuming a more dominant in Pontianak. The next stage of data were analyzed using qualitative analysis. The results of the research—stageportrait of detainees practice Sufism by iḥsān; students were guided by mursyid (teacher like procession allegiance) and remembrance procession done consistently implications for morality (ethics) work has a spiritual dimension and Islamic values. Morality (ethics) refers to the working properties such as the nature of the Prophet Muhammad,ṣiddiq (right ), amanah (trust), faṭanah intelligence and tablīgh (sermons/promotion) which is still relevant today. When performing work activities of Qadiriyah Naqsyabandiyah (QN)followersfeel have the power within themselves so that they always feel to be watched. They are careful in their work and always maintain appropriate behavior Islamic morality .

Abstrak: Setiap laki-laki dewasa yang bekerja dengan berbagai latar belakang jenis pekerjaan adalah sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk memberi nafkah anggota


(2)

keluarga-nya. Mencermati aktivitas kerja seseorang, kajian ini meng-analisis aktivitas kerja pada pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (QN) di kota Pontianak. Adapun pisau analisis penelitian menggunakan persfektif Sosiologi Agama, bagimana fungsi tasawuf dapat pembentukan akhlak (etika) kerja para pengikutnya. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilengkapi dengan metode deskriptif. Penjaringan data penelitian ini meng-gunakan teknik snow ball yakni pada informan pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah As-Salam dan An-Nuur di kota Pontianak dengan asumsi aliran QN lebih dominan di Pontianak. Tahapan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian mengambarkan tahapan-tahahan pengamalan tasawuf oleh ikhsan/murid yang dibimbing oleh mursyid/guru seperti prosesi bai at ikrar dan prosesi zikir yang dilakukan secara konsisten berimplikasi pada akhlak (etika) kerja yang mempunyai dimensi spiritual dan nilai-nilai Islami. Akhlak (etika) kerja merujuk sifat-sifat Nabi Muhammad Saw seperti sifat ṣiddiq(benar), amanah (tangungjawab), faṭanah (kecerdasan) dan tablīgh (promosi) yang masih relevan hingga kini. Ketika melakukan aktivitas kerja para pengikut QN merasa mempunyai kekuatan spiritualdi dalam dirinya, yakni merasa selalu ada yang mengawasi. Mereka berhati-hati dalam bekerja dan selalu menjaga perilakunya sesuai akhlak Islami.

Keywords: tasawuf, tarekat, akhlak, etika. A. Pendahuluan

Kondisi faktual keberadaan tarekat di kota Pontianak masih menunjukkan eksistensinya, hal ini dapat dibuktikan semakin tersebarnya lembaga informal perguruan tarekat di berbagai wilayah kota Pontianak seperti wilayah Pontianak Barat, Pontianak Timur, Pontianak Selatan dan Pontianak Utara, bahkan tersebar hingga di beberapa Kabupaten Kalimantan Baratyang merupakan cabang aliran tarekat kota Pontianak. Diantara aliran tarekat yang tersebar di Kota Pontianak sebagian besar adalah aliran Tarekat Qadiriyah


(3)

Naqsabandiyah (QN) perguruan As-Salam dan An-Nuur.Pengaruh ajaran tarekat QN disebabkan sebagian besar penyebaran tarekat tersebut berada di Indonesia dan penyebarannya hingga ke Kalimantan Barat. Apabila diamati perilaku pengikut tarekat dalam kehidupan sehar-hari lebih memperlihatkan berperilaku agamis sesuai dengan nilai-nilai Islami.

Pembinaan pengamalan metode zikir menurut La Ode1melalui bimbingan oleh mursyid (guru tarekat) senantiasa diamalkan oleh setiap Ikhsan (murid) pengikut tarekatbertujuan untuk pensucian hati sehingga sudah terpatri dalam batinnya setiap saat mengingat dan menyebut Asma Allah diharapkan para ikhsan bisa mencapai tingkatan tertinggi yakni pada tingkatan dimensi hakekat. Apabila sudah mencapai tingkatan tersebut akan berpengaruh terhadap perilakuparamuriddalam kesehariannya dengan kecenderungan berakhlak yang terjaga karena ia merasa Allah senantiasa dekat dengan dirinya. Keberadaan perguruan tarekat QN di Pontianak lambat laun dapat meningkatkan pengetahuan keagamaan dan meningkatkan tingkat keimanan sekaligus memperbaiki perilaku para pengkitnya.

Pengemblengan motode tasawuf terhadap ikhsan/muridyang tergabung dalam aliran tarekat tertentu menjadikan sikap sifat

tawadhu’ (rendah hati) para pengikutnya, dan mereka tetap tidak meninggalkan kehidupan keduniawian, kenyataannya mereka sebagai manusia biasa hidup di tengah-tengah masyarakat yang mempunyai pekerjaan (disebut mencari nafkah) sebagai pegangan hidupnya untuk menghidupi diri dan keluarganya. Pekerjaan ini dilakukan semata-mata sebagai bagian dari ibadah kepada Allah dan menjalankan tanggungjawabnya kepada keluarga agar anggota keluarganya tidak terlantar. Pada saat mereka bekerja pada saat itu akhlaknya menjadi sandaran dan ini disebut dengan akhlak kerja para ikhsan.Selanjutnya kajian ini mengungkapkan para pengikut tasawuf dan implikasinya terhadap akhlak (etika) kerja ketika menjalanankan tugasnya mencari nafkah. Nilai-nilai akhlak (etika)


(4)

kerja yang dibangun berdasarkan sifat-sifat keteladanan Nabi Muhammad Saw yakni sifat amanah, siddiq, fathanah dan tabligh. Keempat sifat Nabi Muhammad Saw tersebut sebagai konstruksi akhlak mulia yang bersifat universal dan akan berlaku untuk seluruh kehidupan manusia hingga akhir zaman.

Selanjutnya sebagai pisau analisis kajian ini menganalisis keberadaan tarekat di Kota Pontianak, dengan menggunakan per-spektif sosiologi Agama.Maksudnya adalah memahami perilaku keberagamaan masyarakat dalam hubungannya dengan dunia supra natural dan hubungannya dengan sesama manusia.Profesi pekerjaan para pengikut tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah bermacam-macam yang tersebar di kota Pontianak juga sebagian besar pengikutnya laki-laki dewasa hanya sebagian kecil saja pengikut perempuan. Kesadaran keagamaan menumbuhkan keinginan pengikut tasawuf untuk senantiasa dekat dengan Allahdan diimplementasikan pada kegiatannya sehari-hari terutama pada saat bekerja mencari nafkah. Berbagai pengalaman yang dialami mereka pada saat melakukan aktivitas mencari nafkah banyak sekali godaan yang mengarah pada perbuatan menyimpang namun karena adanya kekuatan spritual maka godaan tersebut dapat dihindari.

B. Kajian Teoritis

1. Pengertian Tasawuf dan Tarekat

Usaha manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dilakukan berbagai cara, salah satunya adalah melaluitasawuf. Secara etimologitasawufdiambil dari kata ṣafā yang berarti bersih, yaitu bersih hati, pikiran, ucapan, dan perbuatan dari segala sifat yang tercela di hadapan Allah swt.2Pengertian Tasawuf menurut terminologi adalah suatu ilmu yang membahas mengenai tata cara dan proses pensucian diri dari segala sifat yang tercela, sehingga dapat berhubungan secara rohaniah dengan Allah swt. Selanjutnya pengertian tarekat berasal dari kata Arab yaitu ṭarīqah yang berarti jalan, keadaan, aliran atau garis pada suatu. Selanjutnya perbedaan


(5)

antara tasawuf dan tarekat, adalah apabila tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah.

Tarekat juga merupakan organisai dari pengikut sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya yang berada suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat(disebut juga zawiyah,

hangkahatau pekir). Perkembangan tarekat menurut muncul cabang-cabang baru akibat tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat ijazah tarekat dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari ilmu yang diperolehnya. Alumni tadi meninggalkan ribat gurunya dan membuka ribat baru didaerah lain. Namun, ribat-ribat tersebut tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan, dan amalan-amalan yang sama dengan syekhnya yang pertama.3

2. Signifikansi Tasawuf dan Tarekat dengan Akhlak Kerja Kajian tentang tasawufhubungannyaakhlak kerja dibahas sebagai pisau analisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi agama. Di dalam masyarakat seperangkat aturan atau norma-norma sosial yang berasal dari nilai-nilai ajaran agama. Perilaku masya-rakat yang beragama tidak terlepas dari aturan agama yang dianutnya.4Fungsi Agama dalam masyarakat jika merujuk pada istilah Odhea5 untuk menjaga keteraturan, melestarikan masyarakat dan menanamkan dasar bagi manusia. Merujuk pada pengertian agama seperti yang dijelaskan oleh Kuper dan Kuper,6agama me-libatkan semua kepercayaan pada kekuatan-kekuatan supra natural, didalamnya terdapat pengalaman-pengalaman keagaman dalam kelompok masyarakat hubungannya dengan dunia transendental. Diperjelas juga oleh Geerzt7, agama sebagai sistem kebudayaan menjadi suatu pondasi kepranataan, selain mendorong kedamaian kehidupan duniawi juga memberikan petunjuk kepada pemeluknya untuk mewujudkan kedamaian batin.


(6)

Pendekatan sosiologi agama dalam kajian ini menjelaskan tentang fungsi agama seperti dijelaskan Odhea8 bahwa fungsi agama bersifat laten yang bersifat positif untuk kesinambungan masya-rakat. Berdasarkan fungsi tersebut menurut penulis fungsi agama sebagai sistem kepercayaan yang memuat norma-norma di dalamya terdapat unsur yang bersifat supranatural dan mempunyai fungsi menciptakan ketenangan batin juga menciptakan keteraturan dalam masyarakat.

Salah satu fungsi agama adalah mendekatkan diri kepada dimensi supranatural (Tuhan) yang dilakukan melalui ritual tertentu. Prosesi ritual di sini proses perjalan hidup seseorang melakukan hubungan dengan Tuhannya. Merujuk pada ajaran Islam terdapat beberapa cara yang dilakukan seorang pemeluknya untuk mendekatkan diri kepada Allah salah satunya melalui pendekatan atau metode Tasawuf. Jika disimak makna Tasawufmenurut terminologi adalah suatu ilmu yang membahas mengenai tata cara dan proses pensucian diri dari segala sifat yang tercela, sehingga dapat berhubungan secara rohaniah dengan Allah swt. Pada proses pensucian diri pelaku Tasawuf melalui metode zikir dilakukan secara konsisten pada gilirannya melahirkan perasaan selalu dekat kepada Allah yang dapat menimbulkan kedamaian batin dan pensucian jiwa. Pengalaman batin selalu dekat dengan Allahpada akhirnya terinternalisasi melahirkan sifat-sifat yang baik bagi pengikutnya yang disebut dengan perilakuakhlak (perbuatan mulia). Adanya kedekatan dengan Allah sekaligus mempunyai fungsi kontrol untuk menjaga perilakunya dari perbuatan tercela. Hal ini menandakan ada hubungan yang erat antara tasawuf dengan perilaku akhlak.

Seseorang yang menjadikan tasawuf sebagai metode pencusian jiwa pada akhirnya berimplikasi pada perilaku yang sesuai norma-norma agama. Apabila perilaku akhlak (etika) berdasarkan nilai-nilai agama dilakukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, maka orang tersebut telah terbiasa melakukan perbuatan baik. Membahas


(7)

tentang akhlak atau moral agama kaitannya dengan orientasi nilai jika merujuk pada pendapat Kluckhohn (Koentjaraningrat)9 men-jelaskan bahwa setiap kelompok masyarakat mempunyai orientasi nilai budaya (cultural value orientation) yang meliputi segenap perilaku masyarakat. Orientasi nilaidijadikan pegangan hidup berdasarkan nilai-nilai luhur yang mencerminkan kepribadian masyarakatnya (way of life). Kemudian menurut Kluckhohn salah satu unsur orientasi nilai adalah makna tentang nilai kerja.

Nilai kerja apabila dirujuk kepada perbuatan akhlak (etika)ia menghasilkan suatu akhlak kerja (etika kerja) yang mempunyai dimensi perbuatan kerja yang didasarkan pada norma-normaagama (Islam)di dalam diri seseorang tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu. Maksud etika kerja seperti yang dijelaskan oleh Garna10 adalah sejumlah nilai-nilai budaya yang menjadi sikap dan tindakan seseorang atau sekelompok orang, di dalmnya terdapat nilai-nilai, moral dan pandangannya tentang kerja. Selanjutnya pemahanam akhlak (etika) kerja apabilameminjam istilah Goody11 kaitannya dengan supra natural maka akhlak atau etika kerja yang dilakukan seseorang semata-mata karena ketertundukan kepada Tuhannya. Maksudnya adalah aktivitas kerja yang dilakukan seseorang mengandung dimensi spiritual.

Manusia diwajibkan berusaha dan bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki, karena melalui hasil kerjanya manusia dapat mengubah keadaan menjadi baik.12 Manusia diharuskan untuk bekerja dan senantiasa mengharapkan rida Allah sebagaimana tertera dalam al-Quran:Wahai manusia! Sesungguhnya engkau musti bekerja keras, sesungguhnya menuju kepada (kereihaan) Tuhanmu, kemudian itu kamu akan menemui-Nya QS. al-Insyiqaq [84]: 6). Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya perintah bagi manusia untuk bekerja/berusaha sebagai tanggung jawabnya sebagai manusia. Dalam bekerja manusia mengharapkan keredhaan Allah kemudian manusia juga harus tunduk pada


(8)

aturan-aturan Allah karena akan dipertanggungjawabkan kelak hasil kerja/usahanya.

Bagaimana menjadikan akhlak kerja bisa berlaku pada koridor norma-norma agama dalam hal ini nilai-nilai Islami maka yang dapat dijadikan rujukan kajian ini adalah suatu perbuatan keteladanan yang terdapat pada sifat-sifat Nabi Muhammad saw yakni sifat

ṣiddiq, amanah, faṭanah dan tabligh. Dari sifat-sifatNabi Muhammad tersebut menunjukkan perilakunya sebagai rujukan keteladanan bagi umat manusia. Selanjutnya agar lebih jelas, berikut diuraikan sifat-sifat Nabi Muhammad. Sifat ṣiddiq artinya benar, bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.

Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sedangkan faṭanah

adalah kecerdasan maksudnya adalah suatu kompetensi yang dimiliki Nabi Muhammad dalam mensyiarkan ajaran agama, terakhir

tabligh artinya menyampaikan (mensyiarkan atau bentuk promosi) maksudnya sesuatu yang disampaikan sesuatu yang benar tanpa ditutup-tutupi. Dengan demikian akhlak kerja yang didasarkan pada akhlak Nabi Muhammad karena dimensi tasawuf sudah merasuk di dalam dirinya.

Pada dimensi tasawufsebagai suatu aktivitas yang mempunyai wadah berupa kelembagaan disebut dengan istilah tarekatdan didalamnya terdapat beberapa aliran. Para pengikut tarekat berasal dari kalangan masyarakat yang mempunyai latar belakang per-bedaan pekerjaan. Ketika melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari para pengikut tarekat pada dasarnya telah mempunyai pensucian jiwa sekaligus di dalam dirinya mempunyai kontrol diri, maka disinilah terdapat pengaruh akhlak kerja pengikut tarekat yang mempunyai dimensi ketertundukan dengan Allah.Terbentuknya akhlak kerja penganut tarekat karena mereka sudah mendapat bimbingan rohani dari mursyid sehingga bisa menekan pengaruh buruk di lingkungan kerja.


(9)

3. Metode Penelitian

Penelitian mengenai tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah telah banyak dilakukan dengan berbagai pendekatan, namun penelitian tentang hubungan pengikut tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah dengan akhlak kerja belum pernah dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatifdengan menekankan pada kualitas data yang diperoleh sedangkan jenis penelitian adalah jenis deskriptif (menggambarkan fenomena sebagaimana adanya)13. Subjek penelitian dibatasi pada dua lembaga/perguruan tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah, yakni perguruan tarekat As-Salam di kelurahan Pal Lima kecamatan Pontianak Barat dan perguruan An-Nuur di kelurahan Jeruju kecamatan Pontianak Barat. Ditetapkannya kedua perguruan tarekat tersebut karena jumlah para pengikutnya relatif banyak, dan karena eksistensinya cukup berkembang se-hingga bisa menarik minat masyarakat untuk menjadi pengikut tarekat.

Penjaringan data penelitian ini menggunakan teknik snow ball

pada informan yakni para pengikut aliran tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di kota Pontianak. Pemilihan lokasi di Kota Pontianak dengan pertimbangan bahwa kota Pontianak termasuk pengaruh aliran tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah cukup ber-kembang sehingga berpengaruh pada perilaku akhlak kerja para pengikutnya. Adapun teknik mengumpulan data dengan mengguna-kan observasi dan wawancara mendalam terhadap pengikut tarekat, bagaimana pandangannya tentang tasawuf serta bagaimana metode zikir yang dilakukan serta bagaimana pengaruhnya terhadap akhlak kerja. Selanjutnya analisis data dilakukan menggunakan teknik kualitatif yakni dengan menyusun data yang telah diperoleh ke-mudian diiterpretasi dengan memberikan makna yang mendalam dalam hal ini adanya keterkaitan konsep dengan kajian lapangan bagaimana fungsi tasawuf dan pengikut tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah terhadap akhlak kerja para pengikutnya.


(10)

C. Perkembangan aliran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Kota Pontianak

Awal mula perkembangan tarekat di Pontianak adalah salah satu aliran tarekat yang bernama tarekat Naqsyabandiyah. Ajaran tarekat ini mulai dikenal di Pontianak pada abad ke 18 yakni pada saat didirikannya kesultanan Pontianak oleh Sultan Syarif Abdurrahman tahun 1771. Perkembangan tarekat di kota Pontianak menurut Bruinessen14 pada awalnya disyiarkan berasal dari kesultanan Pontianak yang mempunyai garis keturunan Sayyid dari keluarga Alqadri dan mempunyai hubungan khusus dengan Abdallah al-Zawawi (Mekkah). Diantara keluarga sultan yang menjadi murid Zawawi di Mekkah ketika pulang ke Pontianak pada saat itu mereka mengajarkan aliran tarekat tersebut di lingkungan keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Kemudian dari sini berawal ber-kembangnya tarekat di kota Pontianak.

Syi ar tarekat Naqsyabandiyah diperluas ketika pada tahun 1884

Zawawi berkunjung ke Pontianak sekaligus menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah di lingkungan keraton hingga menyebar ke masyarakat umum. Atas jasanya menyebarkan syiar Islam Zawawi kemudian diangkat menjadi mufti di kota Pontianak pada tahun 1891. Selanjutnya tarekat Naqsyabandiyah mengalami kemunduran secara perlahan pada saat beralihnya kekuasaan kesultanan Pontianak kepada pemerintah Republik Indonesia. Namun per-kembangan tarekat ini mulai muncul kembali dengan kedatangan para kiyai-kiyai dari Jawa Timur sekitar tahun 1950-an. Diantara para syekh yang terkenal aliran tarekat Naqsyabadiyah adalah Muchsin Ali Al-Hindun (wafat tahun 1980).

Selain tarekat Naqsabadiyah di kota Pontianak terdapat aliran tarekat lain yang bernama tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah sebagai perpaduan kedua tarekat tersebut. Penyebaran tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah diperkenalkan oleh salah satu keluarga kesultanan Sambas bernama Akhmad Khatib Sambas. Untuk membantu perguruannya kemudian Akhmad Khatib mengangkat


(11)

menjadi muridnya bernama Abd Latib bin Abd Qadir Al-Sarawaki. Perkembangan tarekat ini juga disyiarkan oleh seorang guru bernama Sayyid Muhammad Ridho bin Yahya berasal dari Jawa yang mendirikan pesantren As-Salam kelurahan Pal Lima Kota Pontianak, hingga kini pesantren As-Salam semakin berkembang dengan jumlah santri yang semakin banyak. Diantara para muridnya menyebarkan ajaran tarekat diberbagai daerah di Kalimantan Barat.Metode perekrutannya melalui santri dari mulut ke mulut.

Diantara para guru yang menyebarkan tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah adalah K.H. Abdul Rani Mahmud (wafat tahun 1993) yang terletak di daerah Kelurahan Sungai Pontianak. Pengaruh K.H. Abdul Rani terhadap penyebaran tarekat ini sangat kuat karena berkat pengaruhnya maka sebagian besar aliran tarekat di kota Pontianak adalah aliran Qadiriyah Naqsyabandiyah. Perkembangan tarekat selanjutnya di kota Potianak terdapat dua aliran tarekat yakni aliran tarekat Naqsyabandiyah dan aliran tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Hingga saat ini di Kota Pontianak terdapat beberapa wadah aliran tarekat baik aliran tarekat Naqsabandiyah maupun aliran tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Aliran Qadiriyah Naqsabandiyah yang lebih banyak pengaruhnya terhadap perkembangan tarekat di Kota Pontianak.Berdasarkan perkembangan dan penyebaran aliran tarekat Qadiriyah Naqsya-bandiyah di Kota Pontianak hal ini dipengaruhi oleh aliran tarekat yang berasal dari Pulau Jawa disyiarkan melalui kiyai-kyiai atau syekh-syekh. Sebagian besar aliran tarekat di Pulau Jawa adalah aliran tersebut hingga pengaruhnya tersebar ke seluruh daerah termasuk pula di Kalimantan Barat dan Kota Pontianak. Penyebar-annya terdapat di beberapa wilayah di Pontianak diantaranya terdapat di Kelurahan Pal Lima, kelurahan Jeruju, kelurahan Sungai Jawi, kelurahan Saigon, kelurahan Beting, kelurahan Kota baru dan Kelurahan Siantan.


(12)

Pandangan Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah

Aliran tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah menurut Anggaz15 adalah nama sebuah tarekat yang merupakan penggabungan dari Tarekat Qadiriyah dengan Tarekat Naqsyabandiyah yang dilakukan oleh Syeikh Ahmad Khatib al-Syambasi atau biasa disebut juga dengan nama Syaikh Ahmad Khatib bin Abdul Ghaffar Sambasi al-Jawi. Beliau ulama besar dari Indonesia yang diangkat menjadi imam Masjidil Haram di Makkahal-Mukarramah. Beliau Sebagai mursyid melakukan modifikasi tersendiri dengan hasil ijtihad beliau dan kemudian hari aliran ini berkembang pesat di Indonesia hingga ke Pontianak.

Inti ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah menurut Abdullah (Novyar Nafis, Muhammad)16,adalah zikir. Amalan Dzikir dalam tarekat QN meliputi dzikir lisan dan zikir qalbu.Zikir lisan atau disebut juga zikir nafi itsbat yaitu ucapan lâ ilâha illa Allah. Pada kalimat ini terdapat hal yang menafikan yang lain dari pada Allah dan

mengitsbatkan Allah. Sedangkan zikir qalbu yaitu zikir yang tersembunyi di dalam hati, tanpa suara dan kata-kata.Zikir ini hanya memenuhi qalbu dengan kesadaran yang sangat dekat dengan Allah, seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluar masuknya nafas.Zikir qalbu atau zikir ismu zat adalah zikir kepada Allah dengan menyebut Allah, Allah, Allah secara sirr atau khafi (dalam hati) zikir ini juga disebut dengan zikir lathâif yang merupakan ciri khas tarekat Naqsyabandiyah.Pengamalan zikir qalbu dan zikir lisanmerasuk ke jiwa sanubari oleh para pengikut tarekat sehingga merasakan Allah senantiasa hadir dalam hatinya.

Akhlak kerja para pengikut Tarekat di Kota Pontianak

Pelaksanaan kegiatan tasawuf dengan berzikir menggunakan metode pengucapan zikir sebanyak-banyak dan dilakukan berulang-ulang secara konsisten sehingga mencapai kesucian rohani dan ditunjukkan akhlak yang baik di masyarakat. Apabila telah mencapai tingkatan tertentu para ikhsan berhak mendapat ijazah dari gurunya


(13)

yang dianggap layak untuk menjadi ikhsan/murid.Ajaran tasawuf ini berlandaskan perilaku para ikhsan yakni landasan taqwa kepada Allahdan meneladani perilaku Nabi Muhammad Saw yang mem-punyai akhlak terpuji, karenanya perilaku para ikhsan akhlaknya senantiasa terjaga.

Keberadaan jumlah pengikut atau ihksan/murid perguruan tarekat As-Salam maupun An-Nuur cukup banyak. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ikhwan bernama bapak Abdullah17 mengatakan bahwa Perguruan tarekat As-Salam di-bimbing seorang mursyid bernama Ustad Sufyan, dan mempunyai pengikut sekitar lebih dari 80-an orang. Dari beberapa ikhsan/murid yang dianggap layak membentuk kelompok kecil meneruskan tradisi tasawuf tentunya dengan bimbingan dan arahan mursyid. Mereka tersebar di berbagai kota Pontianak bahkan ada diantara ikhsan/ murid berasal dari desa-desa terdekat Kabupaten Kubu Raya. Demikian seterusnya penyebaran tarekat diteruskan oleh para ikhsan/murid yang sudah mendapat ijin mursyid untuk membuka kelompok baru pada akhirnya perguruan tarekat lambat laun menjadi berkembang.

Keberadaan perguruan tarekat An-Nuur berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ihksan bapak H. Iwan18 menyatakan bahwa perguruan tarekat An-Nuur dibimbing seorang mursyid berjumlah lebih dari 100 orang, hal ini disebabkan guru/mursyid perguruan tarekat An-Nuur mendirikan pondok pesantren di Jeruju Besar dan mempunyai KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) sekaligus menjadi pembimbing haji para jamaah setiap tahunnya tidak kurang dari 30-an orang. Diantara para jamaah haji ada yang tertarik menjadi pengikut tarekat yang dibimbing oleh mursyid atau sering disapa pak ustaz. Kondisi demikian menjadikan para pengikut tarekat An-Nuur semakin hari bertambah banyak seiring bertambahnya jemaah haji yang dibimbing oleh ustaz pada akhirnya para pengikut tarekat An-Nuur tersebar dimana-mana.


(14)

Eksistensi perguruan tarekat banyak menarik minat masya-rakat, karena manfaat tasawuf terhadap perilaku seseorang sangat besar diantaranya adalah menjadikan jiwa seseorang menjadi bersih, sifat tawadhu rendah hati/tidak sombong dan berakhlak mulia. Berubahnya perilaku para ikhsan disebabkan dalam prosesi ritual tasawuf menggunakan metode zikir secara berulang dan konsisten, melalui metode ini lama-kelamaan secara perlahan pengalaman batin para ikhsan menjadi tenang.Berikut ini bagaimana prosesi ritual tasawuf berpengaruh terhadap akhlak kerja para pengikutnya atau ikhsan berikut ini dipaparkan tahapan-tahapan prosesi ritual tasawuf yang dihimpun dari hasil observasi dan wawancara dengan mursyid dan para ikhsan perguruan tasawuf As-Salam dan An-Nuur. Pertama, prosesi Bai’at dan konsistensi perosesi zikir atas bimbingan Mursyid

Bai at secara etimologis berasal dari akar kata bay’a (menjadi

ba’a) yang berarti menjual.Baiat adalah kata jadian yang mengandung arti perjanjian, janji setia atau saling berjanji dan setia. Karena dalam pelaksanaannya selalu melibatkan dua pihak secara sukarela (Dunia Islam)19 Pengertian lain menurut Wikipedia bahasa Indonesia20 pengertian bai at berarti perjanjian atau ikrar bagi penerima dan sanggup memikul atau melaksanakan sesuatu yang dibai'atkan. Biasanya istilah bai'at digunakan di dalam penerimaan seorang murid oleh Syeikhnya untuk menerima wirid-wirid tertentu dan berpedoman terhadap bai'at sebagai suatu amanah.

Berdasarkan pengertian di atas dalam konteks tasawuf, bai at merupakan janji seorang murid terhadap gurunya yang harus ditepati. Janji yang diikrarkan adalah komitmen sorang ikhsan/ murid untuk menjaga segala perbuatan dan hatinya agartetap sesuai dengan perilaku yang sesuai dengan akhlak Islami seperti yang dicontohkan oleh mursyid yang berasal dari keteladanan akhlak Rasulullah Saw bahkan pada pemahaman yang lebih luas adalah menjalankan syariat )slam. Selain itu essensi bai at juga merupakan


(15)

komitmen setiap ikhsan/murid terhadap gurunya untuk menjalan-kan prosesi-prosesi ritual yang diberimenjalan-kan mursyid berupa pengamal-an zikir dengpengamal-an konsisten.

Pengaruh bai at ini menjadi landasan berperilaku para ikhsan

karena ia sudah berjanji pada diri sendiri, pada mursyid dan terutama kepada Allah Swt. Komitmennya adalah suatu janji yang harus dilakukan oleh ikhsan sehingga berimplikasi terhadap perilaku para pengikutnya. Demikian pula pada perilaku akhlak kerja pada para pengikut perguruan tarekat Qadriyah Naqsyabandiyah As-Salam dan An-Nuur di kota Pontianak. Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan pengikut tarekat QN mengatakan bahwa selama menjalankan aktivitas kerja atau usaha dirinya selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga pekerjaan atau usaha yang dilakukan kapan dan dimanapun harus dilakukan dengan berhati-hati dan dilakukan sesuai nilai-nilai Islami yang mengandung kebenaran.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mursyid Ustaz

Nuur21 mengatakan bahwa pada saat saya melakukan bai at kepada

para ikhsan/murid terlebih dahulu saya memberikan tausyiah bahwa apabila sudah menjadi murid di perguruan ini harus berakhlak mulia, hal ini merupakan salah satu peraturan bahwa apabila ingin menjadi murid harus menjaga menjaga perilakunya dari perbuatan tercela. Membahas masalah akhlak kerja, lebih lanjut ustaz Nuur menuturkan bekerja adalah fitrah manusia yang berakal. Manusia mengoptimalkan potensi akalnya untuk menghasilkan suatu karya yang bisa dijadikan pegangan hidupnya untuk anggota keluarganya. Dalam melakukan kerja atau menghasilkan suatu karya harus berdasarkan syariat Islam karena rejeki yang diperoleh dari hasil jerih payah yang diberikan kepada anggota keluarganya apabila berasal dari rejeki yang halal maka seluruh anggota keluarganya akan mendapat berkah.

Mengenai makna zikir secara sederhana dimaknai suatu kegiatan mengucapkan lafaz-lafaz zikir, yaitu mengingat Allah baik


(16)

bertujuan untuk menjalin ikatan batin (kejiawaan) antara hamba dengan Allah sehingga timbul rasa cinta dan jiwa muraqabah (merasa dekat dan merasa di awasi oleh Allah). Zikir tersebut dapat diamalkan kapan saja dan di mana saja, oleh orang-orang yang yakin kepada kebesaran Allah22.

Menurut penjelasan salah seorang penganut tarekat QN bapak H. Amiruddin23 mengatakan bahwa untuk pelaksanaan kegiatan berzikir biasanya dilakukan di perguruan tarekat bisa juga di rumah salah seorang murid secara bergiliran. Adapun pengucapan zikir yang dilakukan secara berulang-ulang baik dilakukan secara indivi-dual maupun kelompok dengan bimbingan dan arahan mursyid, sedangkan jumlah lapaz zikir ada yang sudah ditentukan terlebih dahulu dan ada juga yang tidak ditentukan seperti pada zikir qalbu (dalam hati). Selanjutnya bapak H. Amiruddin selain aktivitas zikir juga dilakukan kegiatan keagamaan lainnya seperti kegiatan diskusi dan tausyiah yang diberikan mursyid, kegiatan yasinan, dan kegiatan hari-hari besar seperti kegiatan mauludan, kegiatan )syra Mi raj, kegiatan tahun baru Islam, dan ada juga kegiatan sosial dengan membantu kaum orang yang kurang mampu. Banyaknya aktivitas keagamaan yang kami lakukan menimbulkan adanya rasa keber-samaan dan kepedulian terhadap seama.

Berdasarkan hasil penelitian yang dihimpun dari pengamatan dan berberapa wawancara dijelaskan bahwa untuk menjadi ikhsan suatu perguruan tarekat dilakukan berbagai program tahapan kegiatan disesuikan secara bertahap dan tingkatan kemampuan para ikhsan. Pada dasarnya inti dari proses tasawuf adalah diawali dengan tahapan pelajaran atau latihan riyāḍah) di bimbing oleh mursyid. Materi pelajarannya pemahaman tentang manfaat tentangtasawuf dan tata cara bertasawuf dan latihan-latihan serta pelajaran lainnya yang berhubungan dengan syariat Islam, di sini mursyid juga memberikan nasehat-nasehat kepada muridnya. Tahapan selanjutnya prosesi bai at apabila mursyid menganggap murid dianggap layak untuk di bai at Menurut pemahaman bai at


(17)

adalah suatu komitmen para ikhsan untuk mengikuti perintah guru dan selalu menjaga kepribadiannya berkahlak mulia. Tahapan selanjutnya adalah dan prosesi zikir adalah kegiatan mengucapkan lapaz zikir (mengingat Allah) dengan tata cara tertentu. Lapaz zikir ini dilakukan secara konsisten dan sesuai tata cara yang diajarkan oleh mursyid. Adapun essensi zikir adalah inti tasawuf untuk menuju pada tingkat tertinggi yakni menuju kepada dimensi hakekat.

Dari tahapan-tahapan prosesi tarekat tersebut dapat

di-simpulkan apabila prosesi bai at dan zikir. Jika bai at dapat mem

-berikan kesadaran akan janji setiap murid terhadap gurunya, sedangkan pengamalan zikir sebagai suatu kewajiban yang dilaku-kan secara konsisten pada seorang ikhsan/murid dan sekaligus dapat membentuk akhlak batin (jiwa) maupun akhlak/etika yang bersifat praktis/perbuatan. Kegiatan aktivitas zikir pengikut QN yang dilakukan penuh kesadaran hati pada dasarnya salah satu bentuk pembinaan akhlak batiniah (dalam jiwa) hingga berimplikasi pada adanya kesadaran untuk beribadah sekaligus kesadaran men-jaga perilakunya (mempunyai fungsi kontrol) agar perilakunya terhindar dari perbuatan tercela dan senantiasa tidak menyimpang dari syariat Islam.

Implementasi Akhlak kerja dari Ṣiddiq, Amanah, Faṭanah dan Tabligh

Tasawuf membentuk kesatuan jiwa dan perilaku menjadi peri-laku yang mulia berimplikasi terhadap akhlak kerja para pengikut tarekat QN As-Salam dan An-Nuur. Akhlak kerja yang dimaksud adalah akhlak kerja berdasarkan keteladanan pada diri Nabi Muhammad Saw, seperti sifat ṣiddiq, amanah, faṭanah dan tabligh. Keteladanan Nabi Muhammad terhadap akhlak kerja sudah dibuktikan oleh beliau ketika menjadi sorang wirausahawan dan menjadi negarawan. KeteladanNabi Muhamaad terkenal dengan julukan al-amiiin (terpercaya), modal dasar ini menjadi bekal bari


(18)

umatnya untuk berperilaku apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.

Para pengikut kedua perguruan tarekat As-Salam dan An-Nuur berbagai latar belakang pekerjaan, mereka diantaranya bekerja sebagai pegawai pemerintah, pegawai perusahaan swasta, pemilik usaha, anggota kepolisian, petani, nelayan dan pekerjaan lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ikhsan dari perguruan tarekat As-Salam bapak Abdullah24 mengatakan bahwa diantara ikhsan ada juga yang berprofesi sebagai pejabat, dari akademisi serta dari kalangan anggota DPRD. Pelaksanaan kegiatan tasawuf sudah terjadwal biasanya dilakukan pada malam hari dan hari libur kerja sehingga mereka bisa mengikuti kegiatan tanpa meninggalkan pekerjaannya. Tidak hanya para murid/ikhsan yang mempunyai pekerjaan, para mursyid juga mempunyai usaha atau pekerjaan. Pemimpin tarekat perguruan As-Salam selain berprofesi sebagai pengajar (pendidik) juga sebagai wirausahawan, sedangkan Pimpinan tarekat As-Salam ustaz Nuur disamping sebagai pengajar juga mempunyai kegiatan kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) An-Nuur. Para murid walaupun mempunyai pekerjaan pada dasarnya mereka sudah memiliki kesadaran keagamaan namun mereka ingin meningkatkan pengetahuan keagamaannya melalui perguruan tarekat, karena disana tidak hanya melakukan prosesi tasawuf juga diajarkan pengetahuan keagamaan lainnya melalui tausyiah yang diberikan oleh mursyid.

Apapun jenis pekerjaan para ikhsan/murid dari perguruan tarekat As-Salam dan An-Nuur ketika melakukan aktivitas kerja sehari-hari secara tidak langsung berpengaruh terhadap akhlak kerja yang sesuai dengan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw yakni sifat siddiq, amanah, fathonah dan tablig. Setiap aktivitas kerja dibarengi dengan keempat sifat tersebut, dan semuanya merupakan satu kesatuan dilakukan secara bersamaan.Ketika bekerja atau berusaha tentunya pekerjaan yang dilakukan harus berdimensi siddiq (benar) sesuai dengan aturan dan nilai-nilai Islami. Berdimensi amanah,


(19)

pekerjaan tersebut sebagai tanggungjawab atau amanah yang diberikan kepadanya maka harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya, sedangkan fathanah (kecerdasan) tentunya profesi yang dilakukan kemampuan dan keahlian yang dimiliki serta sikap professional, terakhir tabligh maksudnya adalah komunikasi atau promosi produk atau pekerjaan yang disampaikan dengan jujur, apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi tujuannya agar orang lain tidak merasa dibohongi atau ditipu.

Kasus yang pernah terjadi pada pengikut tarekat berprofesi sebagai penegak hukum (polisi).Pekerjaan sebagai polisi banyak godaan, seperti seseorang yang bersalah tetapi ingin terhindar dari jerat hukum, maka orang yang berbuat kesalah tersebut membujuk agar perkara hukumnya dibebaskan. Ia (polisi) tersebur menyadari bahwa kasus ini melanggar hukum, ia tetap pada komitmennya tidak akan terpengaruh bujukan tersebut. Hal ini disebabkann sifat siddiq dan amanah yang tertanam dalam jiwanyasehingga ber-implikasi pekerjaan yang dilakukan. Tugas yang dijalankan yakni sesuai tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) pekerjaan, dan itu dilakukan sesuai aturan kerja yang merupakan tanggungjawab pekerjaannya. Ia merasa ada yang mengawasi yaitu Allah Swt, secara otomatis ada kontrol dalam dirinya dengan demikian ia terlepas dari godaan tersebut

Pengamalan akhlak kerja terhadap pengikut QN yang berprofesi sebagai seorang wirausahawan seperti yang dituturkan seorang pedagang salah seorang ikhsan dari perguruan tarekat An-Nuur bernama Amir menuturkan yakni; usaha saya adalah berdagang buah-buahan di pasar Dahlia Sungai Jawi. Transaksi jual beli yang saya lakukan harus sesuai dengan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw, seperti sifat siddiq yang berarti benar, dan amanah yang berarti terpercaya serta tabligh.Promosi produk yang saya sampaikan sesuai kualitas produk tanpa ditutup-tupi karena ini untuk menjaga ke-puasan pelanggan. Perbuatan amanah yang saya lakukan pada saat menimbang buah, dilakukan dengan benar karena ini merupakan


(20)

tanggung jawab saya sebagai penjual dilakukan dengan jujur, sehingga para pembeli menjadi puas terhadap pelayanan saya, dengan demikian secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi saya selain mendapat untuk dari selisih nilai jual dan mendapat untung sebagai bagian dari promosi (tabligh) untuk menambah pelanggan baru.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat di simpulkan secara konseptual yakni adanya keterkaitan antaratasawufsebagai metode pensucian jiwa dengan akhlak (etika) kerja yakni adanya dimensi spiritual dalam diri seseorang dalam melakukan aktivitas kerja yang mengandung nilai-nilai moral agama. Rujukan akhlak (etika) kerja initerdapat dalam sifat-sifat Rasulullah Saw diantara-nya sifat siddiq, amanah, fathanah dan tabligh. Kemudian dijelaskan secara faktual pada para pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah berimplikasi pada perilakunya ketika melakukan aktivitas kerja senantiasa sesuai dengan nilai-nilai (moral) agama yakni sesuai dengan nilai-nilai Islami.

D. Penutup

Metode pensucian jiwa yang dibimbing oleh mursyid dalam prosesi tasawufseperti prosesi bai at dan zikir yang dilakukan secara konsisten, menimbulkan ketenangan jiwa dan sifat tawadhu terutama pada pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsya-bandiyah di Kota Pontianak.Pengamalan tasawufini terinternalisasi dalam diri pengikut tasawuf sebagai bentuk pembinaan akhlak dalam jiwa seseorang hingga berimplikasi pada adanya kesadaran untuk beribadah sekaligus kesadaran menjaga perilakunya (mempunyai fungsi kontrol) agar perilakunya terhindar dari perbuatan tercela dan senantiasa tidak menyimpang dari syariat Islam.

Aktivitas kerja yang berasal dari berbagai profesi pekerjaan pada para pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Kota Pontianak selalu beriringan dengan perilaku akhlak (etika)


(21)

kerja mereka, dan selalu merujuk pada nilai-nilai keteladan Nabi Muhammad Saw seperti sifat sifat siddiq, amanah, fathonah dan tabligh.Aktualisasi kerja para pengikut tareka QN ini didasarkan nilai-nilai Islami yang mempunyai dimensi spiritual sebagai bentuk pengabdian kepada Allah sekaligus sebagai bentuk tanggung-jawabnya kepada anggota keluarga dan masyarakat.

Catatan Akhir

1M. D. La Ode, Tiga Muka Etnis Cina- Indonesia, Fenomena di Kalimantan Barat: Perspektif Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1997, h. 44-45

2Amad bin Muḥammad bin Ajībah al-Ḥasanī, Īqāż al-(immam fī Syarḥ al-Ḥikam, Kairo: Dār al-Ma ārif, tth, h. 20.

3Adhie Widzaya Ochol, Makalah Tarekat )slam , diakses dari http://id.scribd.com/Makalah-Tarekat-Islam.

4Praja S. Juhaya, Sosiologi Agama dan system nilai pada masyarakat Indonesia, Makalah tidak diterbitkan. Bandung:Universitas Padjadjaran, 2004,h. 3.

5Thomas F. O dea, Sosiologi Agama, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Pers, 1990, h. 23.

6Adam Kuper dan Jessica, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000, h. 14.

7Clifford Geertz, Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi di Indonesia, Jakarta: Bharata KA, 1976, h. 90.

8Thomas F. O dhea, Sosiologi Agama, h. 138.

9Koentjaraningrat, Teori-teori Antropologi, Jakarta:UI Press, 1987, h. 13.

10Garna, Yudistira K., Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisil, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 1996, h. 7.

11Kuper, Adam & Jessica, Ensiklopedi, h. 914.

12Fatmawati, Etika Kerja dan Budaya Kewirausahaan menurut Kajian Sosiologis, Pontianak: Stain Pontianak Press, 2009, h. 20.

13Noeng Muhadjir, Metodologi penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003, h. 12.

14La Ode, Tiga Muka Etnis Cina- Indonesia, h. 43.

15Anggaz, Tarekat-Qodiriyah-wa-Naqsyabandiyah , diakses dari http:// anggaz.wordpress.com.


(22)

16Muhammad Novyar Nafis, Inti Ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, diakses dari http://hik4m.blogspot.com/inti-ajaran-tarekat-qadiriyah.

17Hasil wawancara, tanggal 22 Juni, 2013. 18Hasil wawancara tanggal 25 Juni 2013.

19Dunia Islam, (ukum, )slam, Bai at , diakses dari ww.republika.co.id/ berita/dunia-islam/khazanah/12/08/31/ensiklopedi-hukum-islam-baiat.

20Wikipedia bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/Aqabah_ pertama. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

21Hasil wawancara tanggal 24 Juni2013.

22Zainal Abidin, Zikir Suatu Tradisi Pesantren Menuju Terapeutik Depresif : Kajian Menuju Terapi Psikosomatik dan Neurosis , Jurnal Ibda`, Vol. 4, No. 1 , Jan-Jun i2006, h. 3.

23Hasil wawancara, 25 Juni 2013.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zinal, Zikir Suatu Tradisi Pesantren Menuju Terapeutik Depresif: Kajian Menuju Terapi Psikosomatik dan Neurosis ,

Jurnal Ibda` , Vol. 4, No. 1, Jan-Juni 2006.

Dunia Islam, (ukum, )slam, Bai at , ww.republika.co.id/ berita/ dunia-islam/khazanah/12/08/31/ensiklopedi-hukum-islam-baiat), diunduh 3-6- 2013.

Fatmawati, Etika Kerja dan Budaya Kewirausahaan menurut Kajian Sosiologis, Pontianak: Stain Pontianak Press, 2009.

Garna, Yudistira K., Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisil, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 1996.

Geertz, Clifford, Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi di Indonesia, Jakarta: Bharata KA, 1976.

Koentjaraningrat, Teori-teori Antropologi, Jakarta:UI Press, 1987. Kuper, Adam & Jessica, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2000.

La Ode, M.D., Tiga Muka Etnis Cina-Indonesia: Fenomena di Kalimantan Barat: Perspektif Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1997.

Muhadjir, Neong, Metodologi penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.

Nafis, Muhammad Novyar, Inti Ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah , (http://hik4m.blogspot.com/2011/06/inti-ajaran-tarekat-qadiriyah), diunduh 3-6- 2013.

Odhea, Thomas F, Sosiologi Agama, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.

Praja S. Juhaya, Sosiologi Agama dan system nilai pada Masyarakat Indonesia , Makalah tidak diterbitkan, Bandung: Universitas Padjadjaran, 2004..

Widzaya Ochol, Adhie, Makalah Tarekat Islam (http:// id.scribd.com/ Makalah-Tarekat-Islam), diiunduh 3-6- 2013. Wikipedia bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/Aqabah_

pertama. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas), diunduh3-6- 2013.


(1)

umatnya untuk berperilaku apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.

Para pengikut kedua perguruan tarekat As-Salam dan An-Nuur berbagai latar belakang pekerjaan, mereka diantaranya bekerja sebagai pegawai pemerintah, pegawai perusahaan swasta, pemilik usaha, anggota kepolisian, petani, nelayan dan pekerjaan lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang ikhsan dari perguruan tarekat As-Salam bapak Abdullah24 mengatakan bahwa diantara ikhsan ada juga yang berprofesi sebagai pejabat, dari akademisi serta dari kalangan anggota DPRD. Pelaksanaan kegiatan tasawuf sudah terjadwal biasanya dilakukan pada malam hari dan hari libur kerja sehingga mereka bisa mengikuti kegiatan tanpa meninggalkan pekerjaannya. Tidak hanya para murid/ikhsan yang mempunyai pekerjaan, para mursyid juga mempunyai usaha atau pekerjaan. Pemimpin tarekat perguruan As-Salam selain berprofesi sebagai pengajar (pendidik) juga sebagai wirausahawan, sedangkan Pimpinan tarekat As-Salam ustaz Nuur disamping sebagai pengajar juga mempunyai kegiatan kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) An-Nuur. Para murid walaupun mempunyai pekerjaan pada dasarnya mereka sudah memiliki kesadaran keagamaan namun mereka ingin meningkatkan pengetahuan keagamaannya melalui perguruan tarekat, karena disana tidak hanya melakukan prosesi tasawuf juga diajarkan pengetahuan keagamaan lainnya melalui tausyiah yang diberikan oleh mursyid.

Apapun jenis pekerjaan para ikhsan/murid dari perguruan tarekat As-Salam dan An-Nuur ketika melakukan aktivitas kerja sehari-hari secara tidak langsung berpengaruh terhadap akhlak kerja yang sesuai dengan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw yakni sifat siddiq, amanah, fathonah dan tablig. Setiap aktivitas kerja dibarengi dengan keempat sifat tersebut, dan semuanya merupakan satu kesatuan dilakukan secara bersamaan.Ketika bekerja atau berusaha


(2)

TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 2, JULI-DESEMBER 2013

pekerjaan tersebut sebagai tanggungjawab atau amanah yang diberikan kepadanya maka harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya, sedangkan fathanah (kecerdasan) tentunya profesi yang dilakukan kemampuan dan keahlian yang dimiliki serta sikap professional, terakhir tabligh maksudnya adalah komunikasi atau promosi produk atau pekerjaan yang disampaikan dengan jujur, apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi tujuannya agar orang lain tidak merasa dibohongi atau ditipu.

Kasus yang pernah terjadi pada pengikut tarekat berprofesi sebagai penegak hukum (polisi).Pekerjaan sebagai polisi banyak godaan, seperti seseorang yang bersalah tetapi ingin terhindar dari jerat hukum, maka orang yang berbuat kesalah tersebut membujuk agar perkara hukumnya dibebaskan. Ia (polisi) tersebur menyadari bahwa kasus ini melanggar hukum, ia tetap pada komitmennya tidak akan terpengaruh bujukan tersebut. Hal ini disebabkann sifat siddiq dan amanah yang tertanam dalam jiwanyasehingga ber-implikasi pekerjaan yang dilakukan. Tugas yang dijalankan yakni sesuai tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) pekerjaan, dan itu dilakukan sesuai aturan kerja yang merupakan tanggungjawab pekerjaannya. Ia merasa ada yang mengawasi yaitu Allah Swt, secara otomatis ada kontrol dalam dirinya dengan demikian ia terlepas dari godaan tersebut

Pengamalan akhlak kerja terhadap pengikut QN yang berprofesi sebagai seorang wirausahawan seperti yang dituturkan seorang pedagang salah seorang ikhsan dari perguruan tarekat An-Nuur bernama Amir menuturkan yakni; usaha saya adalah berdagang buah-buahan di pasar Dahlia Sungai Jawi. Transaksi jual beli yang saya lakukan harus sesuai dengan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw, seperti sifat siddiq yang berarti benar, dan amanah yang berarti terpercaya serta tabligh.Promosi produk yang saya sampaikan sesuai kualitas produk tanpa ditutup-tupi karena ini untuk menjaga ke-puasan pelanggan. Perbuatan amanah yang saya lakukan pada saat menimbang buah, dilakukan dengan benar karena ini merupakan


(3)

tanggung jawab saya sebagai penjual dilakukan dengan jujur, sehingga para pembeli menjadi puas terhadap pelayanan saya, dengan demikian secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi saya selain mendapat untuk dari selisih nilai jual dan mendapat untung sebagai bagian dari promosi (tabligh) untuk menambah pelanggan baru.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat di simpulkan secara konseptual yakni adanya keterkaitan antaratasawufsebagai metode pensucian jiwa dengan akhlak (etika) kerja yakni adanya dimensi spiritual dalam diri seseorang dalam melakukan aktivitas kerja yang mengandung nilai-nilai moral agama. Rujukan akhlak (etika) kerja initerdapat dalam sifat-sifat Rasulullah Saw diantara-nya sifat siddiq, amanah, fathanah dan tabligh. Kemudian dijelaskan secara faktual pada para pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah berimplikasi pada perilakunya ketika melakukan aktivitas kerja senantiasa sesuai dengan nilai-nilai (moral) agama yakni sesuai dengan nilai-nilai Islami.

D. Penutup

Metode pensucian jiwa yang dibimbing oleh mursyid dalam prosesi tasawufseperti prosesi bai at dan zikir yang dilakukan secara konsisten, menimbulkan ketenangan jiwa dan sifat tawadhu terutama pada pengikut perguruan tarekat Qadiriyah Naqsya-bandiyah di Kota Pontianak.Pengamalan tasawufini terinternalisasi dalam diri pengikut tasawuf sebagai bentuk pembinaan akhlak dalam jiwa seseorang hingga berimplikasi pada adanya kesadaran untuk beribadah sekaligus kesadaran menjaga perilakunya (mempunyai fungsi kontrol) agar perilakunya terhindar dari perbuatan tercela dan senantiasa tidak menyimpang dari syariat Islam.


(4)

TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 2, JULI-DESEMBER 2013

kerja mereka, dan selalu merujuk pada nilai-nilai keteladan Nabi Muhammad Saw seperti sifat sifat siddiq, amanah, fathonah dan tabligh.Aktualisasi kerja para pengikut tareka QN ini didasarkan nilai-nilai Islami yang mempunyai dimensi spiritual sebagai bentuk pengabdian kepada Allah sekaligus sebagai bentuk tanggung-jawabnya kepada anggota keluarga dan masyarakat.

Catatan Akhir

1M. D. La Ode, Tiga Muka Etnis Cina- Indonesia, Fenomena di

Kalimantan Barat: Perspektif Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1997, h. 44-45

2Amad bin Muḥammad bin Ajībah al-Ḥasanī, Īqāż al-(immam fī

Syarḥ al-Ḥikam, Kairo: Dār al-Ma ārif, tth, h. 20.

3Adhie Widzaya Ochol, Makalah Tarekat )slam , diakses dari

http://id.scribd.com/Makalah-Tarekat-Islam.

4Praja S. Juhaya, Sosiologi Agama dan system nilai pada masyarakat

Indonesia, Makalah tidak diterbitkan. Bandung:Universitas Padjadjaran, 2004,h. 3.

5Thomas F. O dea, Sosiologi Agama, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta:

Rajawali Pers, 1990, h. 23.

6Adam Kuper dan Jessica, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: PT

Raja Grafindo, 2000, h. 14.

7Clifford Geertz, Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi di

Indonesia, Jakarta: Bharata KA, 1976, h. 90.

8Thomas F. O dhea, Sosiologi Agama, h. 138.

9Koentjaraningrat, Teori-teori Antropologi, Jakarta:UI Press, 1987, h.

13.

10Garna, Yudistira K., Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisil, Bandung:

Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 1996, h. 7.

11Kuper, Adam & Jessica, Ensiklopedi, h. 914.

12Fatmawati, Etika Kerja dan Budaya Kewirausahaan menurut Kajian

Sosiologis, Pontianak: Stain Pontianak Press, 2009, h. 20.

13Noeng Muhadjir, Metodologi penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake

Sarasin, 2003, h. 12.

14La Ode, Tiga Muka Etnis Cina- Indonesia, h. 43.

15Anggaz, Tarekat-Qodiriyah-wa-Naqsyabandiyah , diakses dari


(5)

16Muhammad Novyar Nafis, Inti Ajaran Tarekat Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah, diakses dari http://hik4m.blogspot.com/inti-ajaran-tarekat-qadiriyah.

17Hasil wawancara, tanggal 22 Juni, 2013. 18Hasil wawancara tanggal 25 Juni 2013.

19Dunia Islam, (ukum, )slam, Bai at , diakses dari

ww.republika.co.id/ berita/dunia-islam/khazanah/12/08/31/ensiklopedi-hukum-islam-baiat.

20Wikipedia bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/Aqabah_

pertama. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

21Hasil wawancara tanggal 24 Juni2013.

22Zainal Abidin, Zikir Suatu Tradisi Pesantren Menuju Terapeutik

Depresif : Kajian Menuju Terapi Psikosomatik dan Neurosis , Jurnal Ibda`, Vol. 4, No. 1 , Jan-Jun i2006, h. 3.

23Hasil wawancara, 25 Juni 2013.


(6)

TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 2, JULI-DESEMBER 2013 DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zinal, Zikir Suatu Tradisi Pesantren Menuju Terapeutik Depresif: Kajian Menuju Terapi Psikosomatik dan Neurosis , Jurnal Ibda` , Vol. 4, No. 1, Jan-Juni 2006.

Dunia Islam, (ukum, )slam, Bai at , ww.republika.co.id/ berita/ dunia-islam/khazanah/12/08/31/ensiklopedi-hukum-islam-baiat), diunduh 3-6- 2013.

Fatmawati, Etika Kerja dan Budaya Kewirausahaan menurut Kajian Sosiologis, Pontianak: Stain Pontianak Press, 2009.

Garna, Yudistira K., Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisil, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 1996.

Geertz, Clifford, Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi di Indonesia, Jakarta: Bharata KA, 1976.

Koentjaraningrat, Teori-teori Antropologi, Jakarta:UI Press, 1987. Kuper, Adam & Jessica, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2000.

La Ode, M.D., Tiga Muka Etnis Cina-Indonesia: Fenomena di Kalimantan Barat: Perspektif Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1997.

Muhadjir, Neong, Metodologi penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.

Nafis, Muhammad Novyar, Inti Ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah , (http://hik4m.blogspot.com/2011/06/inti-ajaran-tarekat-qadiriyah), diunduh 3-6- 2013.

Odhea, Thomas F, Sosiologi Agama, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.

Praja S. Juhaya, Sosiologi Agama dan system nilai pada Masyarakat Indonesia , Makalah tidak diterbitkan, Bandung: Universitas Padjadjaran, 2004..

Widzaya Ochol, Adhie, Makalah Tarekat Islam (http:// id.scribd.com/ Makalah-Tarekat-Islam), diiunduh 3-6- 2013. Wikipedia bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/Aqabah_

pertama. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas), diunduh 3-6- 2013.