MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DI INDONESIA DARI MASA KE MASA | Hartono | AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA 1059 1978 1 SM
34 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DI INDONESIA
DARI MASA KE MASA
Yudi Hartono *
Abstrak
Pembangunan karakter bangsa telah menjadi agenda penting sejak awal kemerdekaan
Indonesia. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dari masa ke
masa berpengaruh terhadap model pembelajaran nilai-nialai karakter bangsa di sekolah. Pada
masa Orde Lama terutama era demokrasi terpimpin, cenderung menggunakan model
indoktrinatif dengan materi Tubapi (tujuh bahan pokok indoktrinasi), yaitu Pancasila dan
Manipol USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kebudayaan Indonesia). Pada masa Orde Baru juga cenderung indoktrinatif melaui Penataran P4,
Mata Pelajaran PMP dan PSPB. Pada era reformasi pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa di
sekolah diintegrasikan ke dalam setiap masa pelajaran, kegiatan pengembangan diri, dan budaya
sekolah. Pendidikan karakter semestinya dilaksanakan dalam rangka membentuk dan
memperkuat karakter bangsa, sehingga perlu dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan
secara bertahap agar tidak menjadi sekadar pengetahuan atau indoktrinasi. Pendidikan karakter
yang dikembangkan sudah seharusnya berakar dari budaya bangsa Indonesia yang menyepakati
Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak-anak lewat pendidikan
formal meliputi nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilai-nilai universal.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Nilai-nilai Karakter Bangsa
pengajaran berdasar atas asas -asas
Pendahuluan
Pembangunan karakter bangsa telah
menjadi
agenda
kemerdekaan
karakter
penting
Indonesia.
bangsa
sejak
awal
Pembangunan
dicanangkan
sebagai
yang termaktub dalam Pancasila, UUD
Negara
Republik
Indonesia
dan
atas
kebudayaan kebangsaan )ndonesia .
Kegiatan pendidikan di tanah air
tujuan utama pendidikan saat itu. UU
pada
No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar
diarahkan pada pemantapan nilai-nilai
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah
nasionalisme,
(UUPP)
Pasal
pendidikan
3
dan
awal-awal
identitas
kemerdekaan
bangsa,
pondasi
dan
menegaskan,
Tujuan
pembangunan
ideologis
pengajaran
adalah
kehidupan berbangsa dan bernegara.
membentuk manusia susila yang cakap dan
Upaya
warga
serta
nasionalisme saat itu sangat tinggi, sehingga
bertanggung jawab tentang kesejahteraan
oleh Azyumardi Azra dipandang sebagai
masyarakat dan tanah air. Sementara Pasal
fase ke-2 tumbuhnya nasionalisme pada
4
negara
yang
menegaskan,
demokratis
Pendidikan
dan
bangsa
menggelorakan
Indonesia
(Maftuh,
* Yudi Hartono adalah Dosen Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI MADIUN
semangat
2008:135).
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 35
Presiden pertama Republik Indonesia Ir.
dan menghapus nyanyian Kimiyago (lagu
Soekarno membawa semangat nation and
kebangsaan
character building dalam pendidikan (Riant
pelajaran bahasa Jepang, serta upacara yang
Nugroho, 2008:16). Pendidikan pada masa
berasal
kolonial
Memberi semangat kebasaan kepada semua
yang
terlalu
intelektualistis
diganti dengan pendidikan yang dapat
membentuk
kepribadian,
mengembangkan
diri,
dari
bala
4)
Menghapus
tentara
Jepang;
5)
murid (Mustafa & Abdullah, 1998:130).
Lebih lanjut, menurut Djumhur
dapat
kepercayaan
Jepang);
&
Danasuparta
(1975:222),
menimbulkan keberanian, inisiatif, dan
Pemerintahan Orde Lama melakukan
semangat kerja (Djumhur&Danasuparta,
pembaharuan
1975: 217).
mengarah
Beberapa
bulan
pendidikan
yang
pendidikan
watak
karakter
meliputi:
atau
sesudah
pendidikan
Menteri
Pembatasan bahan pelajaran sampai ke
Hajar
pengetahuan yang siap pakai secara
Dewantara mengeluarkan Instruksi Umum
efektif; b) Usaha ke arah individualisasi
yang isinya menyerukan supaya membuang
dan
sistem
dan
Melepaskan hubungan kelas yang kaku;
dalam
d) Menugaskan peserta didik untuk
bahwa
lebih banyak bekerja secara kelompok;
proklamasi
kemerdekaan,
pendidikan
pertama
pendidikan
mengutamakan
Instruksi
Ki
kolonial
patriotisme.
Umum
Di
dinyatakan
keaktifan
peserta
didik;
a)
c)
pendidikan haruslah membangun semangat
e)
kebangsaan
patriotisme
masyarakat; f) Mencurahkan perhatian
(Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan
lebih banyak kepada perkembangan
Kebudayaan, 1954:10; Moestoko, 1986:
perasaan nasionalis, etis, estetis, dan
148).
pembentukan watak.
Para
dan
semangat
guru
mengganti
Menghubungkan
sekolah
dengan
sistem
Pendidikan masa awal kemerdekaan
pengajaran kolonial dengan pengajaran
berlandaskan Pancasila yang merupakan
untuk membangun semangat kebangsaan
falsafah
(Sjamsuddin
Departemen
penentuan saja karena belum dijelaskan
Pendidikan Nasional, 1996: 75). Instruksi
bagaimana meletakkan dasar itu pada tiap-
umum tersebut
memerintahkan kepada
tiap pelajaran (Somarsono Moestoko, 1986:
semua kepala sekolah dan guru untuk: 1)
145). Kurikulum pada masa itu disebut
Mengibarkan Sang Merah Putih setiap hari
di halaman sekolah; 2) Melagukan lagu
dengan Rencana Pelajaran
kebangsaan
3)
yang artinya rencana pelajaran (Gunawan,
Menghentikan pengibaran bendera jepang
1986: 48). Rencana pelajaran 1947 ini pun
dkk.,1993:13;
Indonesia
Raya;
negara,
kendati
baru
pada
atau lebih
populer dengan leer plan (bahasa Belanda)
36 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat
(1983:37) mencatat Taman siswa yang
dunia
berdiri
pendidikan
masih
menerapkan
3
Juli
1922
sebagai
bentuk
rencana
perlawanan terhadap sistem pendidikan
pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya
kolonial yang banyak berorientasi pada
memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata
kepentingan
pelajaran dan jam pengajarannya, serta
among, pendidikan Taman Siswa bertujuan
garis-garis besar pengajarannya (Sanjaya,
membangun anak didik menjadi manusia
2007:8).
beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin,
kurikulum
Belanda.
Susunan
Rencana
mengutamakan
pelajaran
lebih
pendidikan
watak,
budi
Belanda.
pekerti
Melalui
luhur,
sistem
cerdas
dan
kesadaran bernegara dan bermasyarakat
berketerampilan, serta sehat jasmani rohani
daripada pendidikan intelektual sebagai
agar menjadi anggota masyarakat yang
antitesis dari pendidikan model kolonial.
mandiri
dan
bertanggung
jawab
atas
menilik
sejarah
kesejahteraan tanah air serta manusia pada
jauh
sebelum
umumnya. Taman Siswa selalu menuju pada
kemerdekaan para tokoh bangsa telah
pertumbuhan anak-anak secara harmonis.
merintis pendidikan karakter bangsa
Pendidikan kecerdasan, pikiran, kesusilaan,
Indonesia. Ki Hadjar Dewantara telah jauh
keindahan, dan keluhuran budi pekerti.
Apabila
bangsa
kita
sebenarnya
berpikir
dalam
masalah
karakter.
Mengasah
Menurut
pendidikan
kecerdasan
budi
Hajar
Ahmadi
Dewantara
(1987:56),
telah
pendidikan
Ki
dipelopori
karakter
bangsa
sungguh baik, karena dapat membangun
platform
budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga
Indonesia dengan tiga kalimat: Ing Ngarsa
dapat
kepribadian
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,
(persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang
Tutwuri Handayani. Menurut Ki Hajar
berasas hukum) (Dewantara, 1977:24).
Dewantara dalam bukunya bagian pertama
mewujudkan
Menurut
Ki
(adjar,
…pendidikan
Pendidikan
:
mengungkapkan
merupakan daya upaya untuk memajukan
ada enam pilar karakter yang berasal dari
bertumbuhnya
(kekuatan
nilai-nilai luhur bangsa yaitu: memberi
batin, karakter), pikiran (intellect) dan
contoh (woorbeeld); pembiasaan (pakulinan,
tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
gewoontevorming);
dipisahkan agar kita dapat memajukan
wulang-wuruk);
kesempurnaan
hukuman; laku, serta pengalaman lahir
budi
hidup
pekerti
anak-anak
kita.
batin
(Kemdiknas,2010:1)
Ki
Hajar
Taman Siswa
Dewantara
melalui
merintis pendidikan
berbasis karakter Indonesia. Bernadib
yang
nglakoni
pengajaran
perintah,
mencakup
(mengetahui,
melakukan).
(leering,
paksaan
ngerti,
merasa,
dan
ngroso,
dan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 37
Demikian pula pendidikan karakter
Sebelum Ki Hajar ada R.A. Kartini
gigih
yang berlangsung di pesantren-pesantren
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
yang telah ada jauh sebelum kedatangan
untuk
Belanda.
(1879-1904)
yang
memperoleh
dengan
pendidikan
dengan
Pendidikan
akhlak
di
pesantren
merintis pendirian Sekolah Gadis di Jepara
mengutamakan
mulia.
Menurut
dibuka tahun 1903; dan Sekolah Gadis di
Dhofier (1985: 21) pendidikan di pesantren
Rembang (Hasbullah, 2001: 262).
bukan semata-mata untuk memperkaya
Pada usia 12 tahun dipingit dan
pikiran para santri dengan penjelasan-
tidak melanjutkan sekolah karena adat
penjelasan, melainkan untuk meninggikan
istiadat,
moral, melatih dan mempertinggi semangat,
namun
tidak
memadamkan
semangatnya untuk maju. Ia banyak belajar
menghargai
nilai-nilai
spiritual
dari membaca buku dan surat menyurat
kemanusiaan,
dengan teman dan kenalannya. Meskipun
tingkah laku yang jujur dan bermoral serta
banyak mengalami kekecewaan, Kartini
menyiapkan
berhasil membuka Sekolah wanita yang
sederhana dan bersih hati.
mengajarkan
para
santri
dan
sikap
untuk
dan
hidup
(Mudyahardjo,
Di antara cita-cita pendidikan yang
2001:285). Mencermati biografi Kartini,
penting di pesantren adalah melatih para
Manijo (2013) mengungkapkan Kartini
santri berdiri sendiri dan membina diri agar
sebagai
tidak
pertama
di
Indonesia.
karakter
dengan
seorang perempuan
sosok
ideal
pada masanya yang
menggantungkan
sesuatu
kecuali
kepada Tuhan. Pada masa penjajahan,
mandiri,
pesantren menjadi antitesis dari sistem
berwawasan luas dengan intelektualitas
pendidikan kolonial. Brugman (1987:185)
tinggi,
menggambarkan
berjiwa
kuat,
dinamis,
berpikiran
modern,
memiliki
kepekaan sosial dan jiwa nasionalisme serta
Pengajaran
pada
sistem
pendidikan
kolonial
terlalu
intelektualistis,
terlalu
banyak
dijejali dengan bermacam-macam
peraturan dan kurang berpijak pada
kultur Indonesia. Masa belajarnya
terlalu singkat bagi tercapainya hasil
belajar yang permanen. Biaya
sekolah sangat mahal, dua belas kali
lipat jika dibandingkan dengan biaya
pendidikan di pesantren.
Pemikirannya tentang pendidikan
dan pendidikan perempuan cukup progresif
masanya.
pendidikan
Ia
ilmu
berfikir
perlunya
pengetahuan
dan
pendidikan budi pekerti dilakukan bersama,
karena pendidikan budi pekerti merupakan
pendidikan
tanggung
paling
jawab
awal,
kaum
ia
menjadi
ibu.
Dengan
sendirinya kaum ibu perlu diberdayakan
melalui pendidikan.
pembelajaran
kolonial sebagai berikut.
rasa religiusitas yang mendalam.
pada
sistem
Kebijakan
bangsa
tidak
pendidikan
lepas
dari
karakter
berbagai
38 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
permasalahan dan tantangan yang dihadapi
dasar bahwa pendidikan merupakan hak
bangsa
semua
Indonesia.
Kebijakan
tersebut
berpengaruh terhadap model pembelajaran
pembelajaran
nilai-nilai
karakter bangsa mengalami perubahan.
masyarakat
tanpa
memandang kelas sosial (Yamin, 2009: 87).
Untuk
nilai-nilai karakter bangsa di sekolah. Model
pembelajaran
kelompok
menyesuaikan
kebijakan
pendidikan
dengan
Manipol,
Pendidikan
Dasar
dan
Menteri
Kebudayaan
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
menyusun rencana jangka pendek yang
Bangsa Masa Orde Lama
kemudian akan disusul dengan rencana
Manipol Presiden Soekarno setelah
jangka panjang. Rencana jangka pendek
Presiden 5 juli 1959 berdampak
disusunlah rencana yang disebut Sapta
pada pendidikan nasional. Dari sisi ideologi,
Usaha Tama (Tilaar,1995:103) . Sapta Usaha
menurut Wardiman Djojonegoro (1996),
Tama berisi: a) Penertiban aparatur dan
Manipol diindoktrinasikan pada seluruh
usaha-usaha Kementerian PP dan K; b)
lapisan
Menggiatkan kesenian dan olah raga; c)
Dekrit
rakyat
Indonesia
pada
semua
sehingga
tidak
dibenarkan adanya penafsiran-penafsiran
Menggiatkan
lain selain dari apa yang telah dirinci oleh
usaha-usaha koperasi; f) Mengadakan kelas
pemerintah. Dari sisi kebijakan pendidikan,
masyarakat; g) Membentuk regu kerja di
asas pendidikan nasional adalah Pancasila
kalangan
dan Manipol USDEK.
Universitas.
jenjang
Pendidikan,
usaha
halaman ;
d
Mengharuskan penabungan; e) Mewajibkan
Sekolah
Sebagai
Adapun tujuan pendidikan nasional
Lanjutan
Atas
langkah
dan
usaha
pada fase ini adalah untuk melahirkan
melaksanakan Sapta Usaha Tama tersebut
warga-warga sosialis Indonesia yang susila,
dibentuk suatu urusan khusus yang disebut
yang
urusan
bertanggung
terselenggaranya
jawab
masyarakat
atas
sosialis
Sapta
Pancawardhana.
Indonesia, adil dan makmur baik spiritual
mengusahakan
maupun
pendidikan
material
dan
yang
berjiwa
Usaha
Tama
dan
Pancawardhana
berjalannya
baru
yang
sistem
meliputi:
(1)
Pancasila, yaitu: (a). Ketuhanan Yang Maha
Perkembangan
Esa; (b). Perikemanusiaan yang adil dan
Perkembangan
moral
nasional;
(3)
beradab; (c). Kebangsaan; (d). Kerakyatan;
Perkembangan
artistik
emosional;
(4)
dan (e). Keadilan sosial seperti dijelaskan
Pengembangan skill; (5) Perkembangan
dalam
fisik (Said dan Affan, 1987: 78).
Manipol
USDEK.
Perincian
(Djojonegoro,1996:103).
Konsep
sosialisme
dalam
pendidikan pada masa ini memberikan
Pancawardhana
kecerdasan;
(2)
lebih
lanjut
bahwa
untuk
menyesuaikan kebijakan pendidikan dengan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 39
manipol
maka
diinstruksikan
dan
Civics
menjadi
mata
pelajaran
yang
menetapkan Pancawardhana sebagai sistem
mengemban pendidikan ideologi bangsa
pendidikan yang berisi prinsip-prinsip: (a)
dan ini merupakan awal dari pendidikan
perkembangan cinta bangsa dan tanah air,
ideologi dalam kurikulum (Sjamsuddin,
moral nasional/ internasional/keagamaan;
Kosoh, Hamid, 1993:79). Mata pelajaran ini
(b)
(c)
adalah mata pelajaran yang berisikan materi
perkembangan emosional artistik atau rasa
pelajaran yang sangat ditentukan oleh
keharuan dan keindahan lahir batin; (d)
ideologi dan politik.
perkembangan
kecerdasan;
perkembangan keprigelan atau kerajinan
Tujuan dari sistem pendidikan yang
tangan; dan (e) perkembangan jasmani.
berdasarkan prinsip Pancawardhana adalah
Sejak saat itu seluruh kegiatan sekolah baik
membentuk manusia sosialis Indonesia
yang
berdasarkan cipta, rasa, karsa, dan karyanya
kurikuler
maupun
yang
ekstrakurikuler banyak berubah dan harus
pada
menyesuaikan dengan intruksi di atas.
kepribadian dan kebudayaan Indonesia; (2)
Berdasarkan
di
semangat patriot komplit dan paripurna; (3)
sekolah, Pancasila dan Manipol dijadikan
berasas pancasila; (4) bersemangat gotong
mata pelajaran di perguruan rendah sampai
royong; (5) memiliki jiwa pelopor (swadaya
dengan perguruan tinggi (Ahmadi, 1987:9).
dan daya cipta); (6) manusia susila dan
segi
materi
pelajaran
Panca Wardhana berimplikasi pada
dunia
pendidikan.
Kurikulum
harus
azas-azas
sebagai
berikut:
(1)
berbudi luhur; (7) kesadaran bersahaja dan
mengutamakan kejujuran;
(8)
diarahkan untuk mengembangkan kualitas
kesadaran
mendahulukan
yang dinyatakan dalam Panca Wardhana
kewajiban daripada hak; (9) kesadaran
dalam semangat Manipol-USDEK. Tujuan
mendahulukan kepentingan umum daripada
pendidikan berubah dari menghasilkan
kepentingan
manusia
demokratis
berkorban dan hidup hemat; (11) mengenal
menjadi manusia susila yang sosialis dan
asas demokrasi terpimpin; (12) mengenal
pelopor dalam membela Manipol-USDEK.
asas ekonomi terpimpin; (13) berdisiplin;
Perubahan yang sangat menonjol dalam
(14)
kurikulum adalah adanya mata pelajaran
menghargai
Civics yang diarahkan untuk pembentukan
rasional dan ekonomis; (16) kesadaran
warganegara
bekerja untuk membangun dengan bekerja
yang
susila
yang
dan
bercirikan
Manipol-
pribadi;
memiliki
(10)
kerelaan
kepandaian
untuk
waktu; (15) cara berfikir
USDEK. Liberalisme dan individualisme
keras
menjadi musuh dan harus dibersihkan
pendidikan Sapta Usaha Tama dan Panca
dalam pelajaran Civics karena bertentangan
dengan jiwa dan semangat Manipol-USDEK.
(Assegaf,
Wardhana
2005:
tersebut
81).
Kebijakan
tertuang
dalam
40 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
instruksi Menteri PP&K Nomor 1 Tahun
bahan pokok indoktrinasi atau disingkat
tubapi yang terdiri atas Pancasila, Manipol
1959.
Model pendidikan karakter bangsa
dan
USDEK
(UUD
1945,
Sosialisme
di masa Orde Lama juga dikuatkan dengan
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Ketetapan
MPRS
II/MPRS/1960
Terpimpin dan Kebudayaan Indonesia)
Tentang
Garis-Garis
Besar
Pola
(Muchson, 2004:34). Sejarah mencatat,
Pembangunan Nasional Semesta Berencana
bahwa pada periode selanjutnya, yakni pada
Tahapan Pertama 1961-1969.
masa
No.
Dalam Pasal 2 TAP MPRS/II/1960
Orde
apa
yang
dilakukan oleh rezim Orde Lama itu
ditetapkan strategi pembangunan Bidang
dipandang
Mental/Agama/Kerohanian
indoktrinasi.
yaitu,
Baru,
sebagai
sebuah
upaya
Melaksanakan Manifesto Politik di lapangan
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
pembinaan Mental/Agama/Kerohanian dan
Bangsa Masa Orde Baru
Kebudayaan
dengan
syarat-
Pemerintahan Orde Baru membawa
syarat spiritual dan material agar setiap
jargon pembangunan ekonomi. Pada masa
warga
mengembangkan
ini, pendidikan nasional diarahkan untuk
kepribadiannya dan kebudayaan nasional
membekali generasi muda agar mampu
Indonesia
pengaruh-
membawa bangsa dan negara cepat sejajar
pengaruh buruk kebudayaan asing. Strategi
dengan bangsa dan negara lain yang lebih
selanjutnya adalah menetapkan Pancasila
maju (Mastuhu, 2003:33). Pendidikan diatur
dan Manipol sebagai mata pelajaran di
dengan sistem pendidikan nasional yang
perguruan
sangat erat kaitannya dengan kehidupan
negara
menjamin
dapat
serta
menolak
rendah
sampai
dengan
perguruan tinggi.
politik bangsa saat itu (Tilaar, 1998:4).
Kebijakan
bangsa
saat
pendidikan
itu
karakter
periode
ini
pendidikan
secara
menjadi
instrumen
sentralistik, sebagaimana dijelaskan oleh
program
pembangunan
Tilaar
bidang, khususnya bidang pedagogi,
(2003:2)
dilakukan
Pada
bahwa
kebijakan
pelaksanaan
di
berbagai
pendidikan di masa ini diarahkan pada
kurikulum,
proses indoktrinasi dan menolak segala
pendidikan diarahkan pada akselerasi
unsur budaya yang datangnya dari luar.
pelaksanaan
pembangunan.
Bahan-bahan yang diberikan pun bukan
pendidikan
pada
hanya tentang Pancasila dan UUD 1945,
diwarnai
tetapi
sentralistis yang mengarah pada fungsi
juga
bahan-bahan
yang
berisi
organisasi,
oleh
era
dan
Kegiatan
ini
kebijakan
sebagai
evaluasi
banyak
kebijakan
pandangan politik penguasa masa itu.
pendidikan
instrumen
Materi indoktrinasi dikenal dengan tujuh
pembangunan ekonomi nasional.
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 41
Pembangunan
karakter
bangsa
P4 adalah terwujudnya secara nyata sikap
secara eksplisit dimuat dalam produk
dan
politik tertinggi lembaga negara, MPR,
pemerintah dan warga masyarakat yang
berupa GBHN. Pendidikan karakter bangsa
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
pada masa ini diwujudkan dengan TAP MPR
(Madiri Thamrin Sianipar, 1984: 60). Proses
No.
indoktrinasi
II/MPR/1978
tentang
Pedoman
tingkah
laku
terjadi
segenap
dalam
aparatur
penerapan
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan
(Ekaprasetia Pancakarsa) disingkat P4.
Pengamalan Pancasila) yang dilakukan di
dan
sekolah-sekolah, sejak dari Sekolah Dasar
Nomor:
hingga Perguruan Tinggi yang berisi tentang
II/MPR/1978 diterbitkan Instruksi Presiden
butir-butir Pancasila. Penataran P4 menjadi
No. 10 tahun 1978 tentang Penataran
unsur yang sangat penting dan menentukan
Pegawai
bagi masa depan siswa pada masa Orde
Untuk
melaksanakan
menindaklanjuti
TAP
Republik
Hasil-Hasil
MPR
Indonesia
Sidang
Mengenai
Umum
Majelis
Baru.
Republik
Mata Pelajaran Pendidikan Moral
Indonesia Tahun 1978. Langkah selanjutnya
Pancasila pada masa itu berdiri sendiri
adalah menyelenggarakan penataran P-4
dalam struktur program kurikulum dalam
bagi masyarakat pada umumnya, serta
semua jenjang sekolah. Dalam konsep P-4,
pegawai negeri di instansi masing-masing.
Pancasila dirinci menjadi 36 butir yang
Untuk
suatu
menjadi standar kemampuan seseorang
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
dalam menguasai Pancasila,baik di tingkat
disebut
Pendidikan
sekolah maupun masyarakat. Penataran P-4
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
digalakkan mulai tingat kelurahan hingga
Pengamalan
tingkat nasional, termasuk di perguruan
Permusyawaratan
keperluan
Badan
Rakyat
ini
dibentuk
Pembinaan
Pancasila
disingkat
BP-7
dengan surat Keputusan Presiden No.10
tinggi,
tahun 1979 (Anggono, 2014:506-507).
kurikulum 1994,
Sejak tahun 1983, penataran P4
dosen
dan
Pendidikan
mahasiswa.
Pancasila
Dalam
mengalami
menjadi hal yang harus diikuti oleh setiap
perubahan dari mata pelajaran yang berdiri
siswa baru di semua sekolah di seluruh
sendiri, Pendidikan Pancasila lalu digabung
wilayah Indonesia (Darmaningtyas, 2004:
dalam mata pelajaran PPKn, singkatan dari
11). Pemerintahan Orde Baru menegaskan
Pendidikan
Pancasila
bahwa P4 adalah petunjuk operasional
Kewarganegaraan.
Pendidikan
untuk
diintegrasikan sebagai pengetahuan untuk
mengamalkan
Pancasila
dalam
semangat
dan
Pancasila
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam
mempertebal
dan
jiwa
bidang pendidikan. Tujuan dari penataran
kebangsaan melalui ilmu kewarganegaraan.
42 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Niels Mulder (2001:30-31) menggambarkan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
indoktrinasi pada Mata Pelajaran Moral
Pancasila (P-4), Pendidikan Moral Pancasila
Pancasila sebagai berikut.
(PMP), dan Pendidikan Sejarah Perjuangan
Tema yang dibicarakan dalam
buku pelajaran kelas satu yaitu:
Kerapian ,
Cinta
Kasih ,
Kebanggaan , Ketertiban , Saling
Membantu ,
Kerukunan ,
Keberanian ,
Kebersihan
dan
Kesehatan ,
Sikap
(emat ,
Keadilan ,
Kepatuhan ,
Belas
Kasih , Kesetiaan , Bakti dan
Saling Menghormati . Tema-tema
ini diulang secara terus menerus
sampai dengan Sekolah Menegah
Atas. Pada tahun-tahun di antara
tahun pertama dan tahun kedua
belas, pendidikan nilai sedikit demi
sedikit menjadi indoktrinasi politik,
yang karena diulang-ulang, menjadi
tumpang tindih, dan perasaan bosan
dan jemu baru terlupakan setelah
tes atau ujiannya lulus.
Sebelum pemberlakuan kurikulum
1984, yaitu pada tahun 1983 mata pelajaran
Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa
(PSPB) ditetapkan sebagai mata pelajaran
wajib. Penetapan ini berdasarkan keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0461/U/1983 yang ditandatangani Prof. Dr.
Nugroho Notosusanto. Posisi PSPB sebagai
materi dan mata kuliah wajib dalam
kurikulum mendapat kedudukan hukum
yang lebih kuat ketika MPR mengeluarkan
TAP MPR Nomor II/MPR/1983 dimana
dinyatakan
PSPB
sebagai
bagian
Pancasila
yang
pada masa Orde Lama menjadi PMP pada
masa
Orde
Baru
dalam
pandangan
Darmaningtyas (2004), memiliki dampak
politik yang cukup besar. Mata pelajaran
Civics atau Kewarganegaraan mengajarkan
hak-hak dan kewajiban sebagai warga
negara, dan juga kewajiban negara terhadap
rakyatnya (Darmaningtyas, 2004: 10).
Dengan demikian, setiap peserta
didik sudah diajarkan untuk bersikap kritis
terhadap negara. PSPB yang berlaku sejak
Kurikulum
1984,
menurut
sebagian
pengamat dinilai sebagai upaya hegemoni
pendidikan yang lekat dengan nuansa politis
karena
hanya
terfokus
pada
peranan
Angkatan Darat dalam menghadapi PKI
pada
tahun
1965-1966
Melalui
mata
pelajaran PSPB diharapkan secara evolutif
para lulusan pendidikan formal memiliki
apresiasi yang tinggi terhadap ABRI PMP,
P4,
ataupun
PSPB
bisa
dikatakan
merupakan upaya pemerintah Orde Baru
untuk membentuk watak bangsa Indonesia.
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
Bangsa Masa Reformasi
Pendidikan karakter bangsa di masa
Dengan demikian maka pendidikan
dilakukan
Digantinya nama pelajaran Civics
dari
Pendidikan Pancasila.
idiologi
Bangsa (PSPB).
melalui
Pendidikan
memiliki
komponen
Orde Lama dan Orde Baru tampak diwarnai
pola-pola
penanaman
nilai-nilai
yang
indoktrinatif. Menurut Tilaar (2009:146)
indoktrinasi
merupakan salah satu pola
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 43
pelaksanaan
(praksis)
pendidikan
berdasarkan
kekuasaan.
Pembelajaran
singkat, sekaligus dipastikan memupuk
antipati,
kegersangan,
kebohongan,
dalam praksis pendidikan indoktrinasi juga
ketidakpedulian, kebencian, dan terutama
mengikuti pola indoktrinasi. Khususnya
perlawanan
pada masa Orde baru pada pertenganahan
2008:2).
terhadapnya.
Indoktrinasi
1980an, para ideolog pemerintah mencoba
(Surakhmad,
dalam
dunia
gagasan
pendidikan mematikan kreativitas peserta
indoktrinasi berskala nasional ke dalam
didik. Ideologi yang seharusnya menjadi
mengabungkan
kumpulan
teori negara yang bersifat koheren (David
pembimbing telah berubah menjadi alat
Baurchier, 2007:3).
penekan
Indoktrinasi
semacam
ini
tidak
dari
penguasa
dalam
mengendalikan sistem dan isi pendidikan
hanya terjadi di Indonesia. Gonzalo de
nasional
Amézola
tentang
indoktrinasi seperti itulah yang sempat
indoktrinasi melalui pembelajaran sejarah
melumpuhkan Pancasila, hampir sepanjang
di Argentina. Hasilnya adalah semua buku
usianya. Tetapi dari sejarah itu pula kita
teks sejarah yang terbit antara 1956 sampai
menemukan sebuah sebuah hikmah bahwa
1983 di Argentina selalu memuat konsep
ambisi politik penguasa di masa lalu telah
tentang tanah air, otoritas, keteraturan, dan
menjadi
tingkatan.
digambarkan
kekuasaan di masa lalu, ternyata bukan saja
sebagai suatu hal yang tak terhindarkan dan
tidak berhasil mengubah hakikat Pancasila,
wajar
tetapi
(2007)
meneliti
Kediktatoran
dalam
pemerintahan
Argentina.
Fenomena yang sama juga terjadi di Rusia.
(Tilaar,
2003:67).
blessing
juga
in
Pendekatan
Ambisi
disguise:
melahirkan
kekuatan
penghancuran diri.
Pancasila
Menurut Victor Shnirelman (2009)
seakan-akan
harus
wacana sejarah dalam buku pelajaran
dilahirkan kembali. Pembangunan karakter
sejarah di Rusia sangat tersentralisasi dan
bangsa Pancasila menjadi arus utama
dikuasai oleh negara. Wacana alternatif di
pembangunan
luar
reformasi saat ini. Hal ini tercermin dari
wacana
resmi
negara
tidak
nasional
misi
teks.
dan
memosisikan pendidikan karakter bangsa
penyeragaman wacana ini adalah adanya
sebagai misi pertama guna mewujudkan visi
beberapa kelompok etnis tertentu di Rusia
pembangunan
yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan
dari
termarjinalkan
sentralisasi
dan
memori
kolektifnya tidak diakui oleh negara.
Indoktrinasi
melahirkan
keberhasilan semu dalam waktu yang
nasional
masa
diperkenankan untuk muncul dalam buku
Implikasi
pembangunan
pada
nasional,
yang
sebagaimana
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005–2025
(Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu
44 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
terwujudnya karakter bangsa yang tangguh,
pembentukan warga negara demokratis
kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral
sebagaimana idealitas universal dari misi
berdasarkan
dicirikan
pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.
dengan watak dan perilaku manusia dan
Berbeda dengan paradigma pendidikan
masyarakat
beragam,
kewarganegaraan di Indonesia selama lebih
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
dari tiga dekade era Orde Baru yang lebih
Maha
banyak
Pancasila,
yang
Indonesia
Esa,
berbudi
bergotong
luhur,
royong,
berkembang
yang
bertoleran,
berjiwa
dinamis,
dan
patriotik,
berorientasi
menitikberatkan
pembentukan karakter kepatuhan warga
negara
(siswa)
pemerintah.
ipteks (Pemerintah RI, 2010: 2-3).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
kepada
terhadap
terhadap
Kepatuhan
tafsir
tafsir
warga
pemerintah
resmi
negara
dianggap
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal
sebagai kebajikan atau keutamaan warga
3 secara tegas mengamanatkan bahwa
negara
pendidikan
pendidikan kewarganegaraan ketika itu.
nasional
mengembangkan
berfungsi
kemampuan
dan
yang
Di
dilekatkan
bidang
pada
pendidikan
misi
karakter
membentuk watak serta peradaban bangsa
bangsa, Kurikulum 2004 yang disebut
yang
rangka
sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
atau KBK menghilangkan kata Pancasila dari
untuk
PPKn, tinggal menjadi PKn atau Pendidikan
bermartabat
dalam
berkembangnya
potensi
peserta
didikagar menjadi manusia yang beriman
Kewarganegaraan,
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pancasila lagi. Pada tahun ini juga telah
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
dihasilkan
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
kecakapan hidup) yang diimplementasikan
yang demokratis serta bertanggung jawab.
dalam pembelajaran sebagai bagian dari
UUSPN dan RPJPN merupakan landasan
upaya membentuk kepribadian yang utuh,
yang kokoh untuk melaksanakan secara
memiliki kecakapan, baik dalam kehidupan
operasional pendidikan karakter bangsa.
sehari-hari maupun setelah lulus sekolah.
Di
bidang
pendidikan
konsep
tanpa
lifeskill
menyebut
(pendidikan
Belajar dari era sebelumnya yang
kewarganegaraan, dan umumnya dalam
cenderung
kurikulum kurikulum pendidikan formal di
karakter bangsa pada masa reformasi tidak
sekolah dasar hingga menengah, reformasi
dijadikan satu mata pelajaran khusus.
tidak hanya terbatas dalam substansi kajian,
Pendidikan karakter model ini terjadi
metode,
penilaiannya.
dengan lebih alamiah ketika dilaksanakan
Pembaharuan pendidikan kewarganegaraan
secara natural dan informal. Oleh karena itu,
telah
tidak perlu ada mata pelajaran khusus
dan
bergeser
sistem
kepada
paradigma
indoktrinatif,
pendidikan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 45
tentang pendidikan karakter. Demikian juga,
sikap
tidak perlu ada usaha-usaha terprogram
pengetahuan
untuk
pendidikan
Kompetensi inti ini menjadi payung bagi
karakter yang nantinya malah terjatuh pada
semua mata pelajaran yang diajarkan pada
formalisme, atau lebih parah lagi jatuh pada
jenjang sekolah tertentu.
mengembangkan
indoktrinasi
spiritual,
KI
dan
Kompetensi
(Doni
sikap
KI
sosial,
KI
keterampilan.
Inti
selanjutnya
dijabarkan di masing-masing mata pelajaran
Koesoema, 2007: 9).
Pada Kurikulum Tingkat Satuan
dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD) yang
Pendidikan (KTSP) 2006, karakter bangsa
meliputi KD yang berasal dari sikap
tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan
spiritual, KD yang berasal dari sikap sosial,
tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
KD yang berasal dari pengetahuan, dan KD
pengembangan diri, dan budaya sekolah.
dari
Setelah penerapan KTSP 2006 selama
pembelajaran yang dilakukan guru terhadap
kurang
pendidikan
siswa harus mencakup KD sikap spiritual,
karakter mengalami penurunan. Dalam
KD sikap sosial, KD pengetahuan dan KD
Rembug Nasional tahun 2010 dicanangkan
keterampilan sehingga kompetensi yang
target pendidikan karaket tahun 2010
berkembang dalam pribadi siswa tentu
sebesar 10%, tahun 2011 30%, dan tahun
menyeluruh dari semua domain sikap,
2012 menjadi 100%. Konsep pendidikan
pengetahuan dan keterampilan.
lebih
lima
tahun,
keterampilan.
Dalam
proses
karakter ini mencapai puncaknya pada
Salah satu ciri kurikulum 2013
tahun 2011 dan 2012 dengan format silabus
adalah selalau mengaitkan antara sikap,
dan RPP berbasis karakter. Model silabus
pengetahuan, dan keterampilan dalam satu
dan RPP sudah mulai mengintegrasikan
konteks pembelajaran. Guru menyampaikan
dengan komponen-komponen nilai yang
materi dari KD yang berasal dari KI 3 yaitu
menjadi bagian dari pendidikan karakter,
unsur
seperti tanggung jawab, menghormati orang
dikembangkan KD yang berasal dari KI 4
lain, serta sejumlah nilai lainnya.
yaitu
Kurikulum
kesempatan
pada
mengembangakan
pengetahuan
dituangkan
dan
dalam
2013
memberikan
siswa
domain
keterampilan
standar
pengetahuan,
unsur
selanjutnya
keterampilan,
barulah
dipikirkan sikap (KD yang berasal dari KI 1
dalam
dan 2) apa yang akan dikembangkan
sikap,
melalaui KD 3 dan KD 4 itu. Dengan
yang
demikian
satu
proses
pembelajaran
Kompetensi
berlangsung siswa akan mengembangkan
Lulusan (SKL) baik tingkat SD, SMP maupun
aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
SMA/SMK yang selanjutnya diuraikan dalam
secara
Kompetensi Inti (KI) yang terdiri dari KI
kurikulum
bersama-sama,
2013
itu
artinya
dengan
diharapkan
akan
46 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
terbangun
otomatis
pendidikan
karena
karakter
penanaman
secara
nilai-nilai
nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilainilai universal.
kehidupan (nilai-nilai karakter), termasuk
karakter bangsa terintegrasi dalam setiap
proses pembelajaran.
Abu Ahmadi. (1987). Pendidikan dari masa
ke masa. Bandung: Armico
Penutup
Pendidikan nilai
Daftar Pustaka
pada dasarnya
Ary
proses penanaman perilaku kepada peserta
didik yang diharapkan kepada siswa dapat
berperilaku sesuai dengan pandangan yang
dianggap baik dan tidak bertentangan
H.
Gunawan. (1985). Kebijakankebijakan pendidikan di indonesia.
Jakarta: Bina Aksara
As ad Said Ali.
. Negara Pancasila,
Jalan Kemaslahatan Bersama.
Jakarta: LP3S.
dengan norma–norma yang berlaku. Nilai
bagi seseorang tidaklah statis, tetapi dapat
berubah.
Setiap
orang
akan
selalu
menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan
pandangannya pada saat itu. Oleh sebab itu,
sistem nilai yang dimiliki seseorang bisa
dibina dan diarahkan. Komitmen seseorang
terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui
pembentukan sikap.
Pendidikan
karakter
yang
dilaksanakan di dunia pendidikan Indonesia
semestinya dilaksanakan dalam rangka
membentuk
dan
memperkuat
karakter
bangsa. Karena itu, pendidikan karakter
perlu dipersiapkan dengan matang dan
dilaksanakan secara bertahap supaya tidak
menjadi
sekadar
pengetahuan
atau
indoktrinasi. Selain itu, pendidikan karakter
yang
dikembangkan
sudah
seharusnya
berakar dari budaya bangsa Indonesia yang
menyepakati
Bhineka
Tunggal
Azyumardi Azra.
.
Pendidikan
Multikultural:
Membangun
Kembali
Indoneisa
Bhineka
Tunggal )ka , dalam Tsaqofah,
Menggagas
Pendidikan
Multikultural , Vol. ), Nomor ,
Tahun 2003:5.
________. (2012). Pendidikan karakter: peran
sekolah dan keluarga, Makalah
Disampaikan
pada
seminar
Pendidikan Karakter Teguhkan
Pribadi
Bangsa yang terselenggara atas
kerja sama PT Penerbit Erlangga
dan
Himpunan
Mahasiswa
Biologi, FMIPA, UNNES Semarang,
Minggu, 23 September, 2012.
Brugmans. I. J. (1987). Politik Pengajaran
dalam H. Baudet dan I.J.
Brugmans (peny.). Politik etis dan
revolusi kemerdekaan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
H.A.R.
Tilaar. (2003). Kekuasaan dan
pendidikan: suatu tinjauan dari
perspektif studi kultural. Magelang:
Indonesia Tera.
Ika.
Pendidikan karakter yang ditanamkan pada
anak-anak lewat pendidikan formal meliputi
________.(2012). Perubahan sosial dan
pendidikan pengantar pedagogik
transformatif untuk indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 47
________.
Hasbullah. (2001). Sejarah pendidikan islam
di indonesia. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
I. Djumhur & H. Danasuparta. 1975. Sejarah
pendidikan. Bandung: CV. Ilmu.
Ki Hajar Dewantara. (2004). Bagian pertama
pendidikan. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Ki Supriyoko.
. Pendidikan Karakter
Bangsa
sebagai
Strategi
Kebudayaan , dimuat dalam
Revolusi Mental sebagai Strategi
Kebudayaan.
Jakarta:
Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Kebudayaan.
Masnur Muslih. (2011). Pendidikan karakter
menjawab
tantangan
krisis
multidimensional. Jakarta; Bumi
Aksara.
Muh. Said & Juminar Affan. (1987). Mendidik
dari zaman ke zaman. Bandung:
Jemmars.
Mulder, Niels. (2001). Individu Masyarakat
dan Sejarah-Kajian Kritis BukuBuku
Pelajaran Sekolah di Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas.
(2009).
Pengembangan
dan
pendidikan
budaya & karakter bangsa:
pedoman sekolah, Jakarta: Puskur
Balitbang Kemdiknas.
_________.
(2011). Pedoman pelaksanaan
pendidikan karakter: berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan
rintisan,
Jakarta:
Puskur
Balitbang Kemdiknas.
Sartono
Kartodirdjo.(2014). Pendekatan
ilmu sosial dalam metodologi
sejarah. Yogyakarta: Ombak.
(2014).
Pemikiran
dan
perkembangan
historiografi
indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Sastrapetedja, M .
. Pancasi)a sebagai
Orientasi Pembangunan Bangsa
dan Pengembangan Etika Ilmu
Pengetahuan
Proseding
Simposium
dan
Sarasehan Pancasila sebagal
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Bangsa. Tanggal
14-15
Agustus
2006
di
Yogyakarta.
Sjamsuddin, Kosoh Sastradinata, Said Hamid
Hasan
(1993).
Sejarah
pendidikan di indonesia zaman
kemerdekaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Somarsono Moestoko. (1986). Pendidikan
Indonesia dari jaman ke jaman.
Balai Pustaka: Jakarta.
Sukarno,
B. (2005). Pancasila dalam
Tinjauan Historis, Yuridis, dan
Filosofis
(Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Sunarjo
Wreksosuharjo. (2005). Ilmu
pancasila yuridis kenegaraan dan
ilmu
filsafat
pancasila,
Yogyakarta: Andi Offset.
________ (2014). Berfilsafat menuju ilmu
filsafat pancasila. Yogyakarta:
Andi Offset.
Surono.
. )nternalisasi nilai-nilai
pancasila dalam menyongsong
masyarakat ekonomi ASEAN
MEA
,
Makalah
disampaikan dalam Seminar
Wawasan
Kebangsaan
)mplementasi
Nilai-nilai
Pancasila dalam Menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN
tanggal 1 November 2014 di
Universitas
Mercu
Buana
Yogyakarta.
48 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
________. (2015). Pancasila, kebhinekaan, dan
persaudaraan: sebuah refleksi,
Makalah disampaikan dalam
seminar Forum Kewaspadaan
Dini Masyarakat, Membangun
Wawasan Kebangsaan untuk
Meneguhkan
Nasionalisme
Antisipasi Disintegrasi Bangsa ,
tanggal 20 Agustus 2015, Kantor
Kesatuan Bangsa Kabupaten
Sleman.
Susanto Zuhdi. (
. )dentitas Bangsa,
Sejarah, dan Pendidikan Sejarah
di )ndonesia . dalam Endang Sri
Hardiati dan Rr. Triwulan
(Peny.). Pentas ilmu di ranah
budaya, sembilan windu prof. dr.
edi sedyawati. Denpasar: Pustaka
Larasan.
Sutari Imam Bernadib. (1983). Sejarah
pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Wardiman Djojonegoro (1996). Lima puluh
tahun perkembangan pendidikan
indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Winarno Surakhmad.
. Pendidikan
Pancasila (Pendekatan yang
meng)ndonesiakan .
Pelangi
Ilmu Vol 2, No 1, (2008).
Yudi Latief. (2011). Negara paripurna:
historisitas, rasionalitas, dan
aktualitas
pancasila. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
_________. (2014). Mata air keteladanan,
pancasila
dalam perbuatan.
Bandung: Mizan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DI INDONESIA
DARI MASA KE MASA
Yudi Hartono *
Abstrak
Pembangunan karakter bangsa telah menjadi agenda penting sejak awal kemerdekaan
Indonesia. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dari masa ke
masa berpengaruh terhadap model pembelajaran nilai-nialai karakter bangsa di sekolah. Pada
masa Orde Lama terutama era demokrasi terpimpin, cenderung menggunakan model
indoktrinatif dengan materi Tubapi (tujuh bahan pokok indoktrinasi), yaitu Pancasila dan
Manipol USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kebudayaan Indonesia). Pada masa Orde Baru juga cenderung indoktrinatif melaui Penataran P4,
Mata Pelajaran PMP dan PSPB. Pada era reformasi pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa di
sekolah diintegrasikan ke dalam setiap masa pelajaran, kegiatan pengembangan diri, dan budaya
sekolah. Pendidikan karakter semestinya dilaksanakan dalam rangka membentuk dan
memperkuat karakter bangsa, sehingga perlu dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan
secara bertahap agar tidak menjadi sekadar pengetahuan atau indoktrinasi. Pendidikan karakter
yang dikembangkan sudah seharusnya berakar dari budaya bangsa Indonesia yang menyepakati
Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak-anak lewat pendidikan
formal meliputi nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilai-nilai universal.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Nilai-nilai Karakter Bangsa
pengajaran berdasar atas asas -asas
Pendahuluan
Pembangunan karakter bangsa telah
menjadi
agenda
kemerdekaan
karakter
penting
Indonesia.
bangsa
sejak
awal
Pembangunan
dicanangkan
sebagai
yang termaktub dalam Pancasila, UUD
Negara
Republik
Indonesia
dan
atas
kebudayaan kebangsaan )ndonesia .
Kegiatan pendidikan di tanah air
tujuan utama pendidikan saat itu. UU
pada
No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar
diarahkan pada pemantapan nilai-nilai
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah
nasionalisme,
(UUPP)
Pasal
pendidikan
3
dan
awal-awal
identitas
kemerdekaan
bangsa,
pondasi
dan
menegaskan,
Tujuan
pembangunan
ideologis
pengajaran
adalah
kehidupan berbangsa dan bernegara.
membentuk manusia susila yang cakap dan
Upaya
warga
serta
nasionalisme saat itu sangat tinggi, sehingga
bertanggung jawab tentang kesejahteraan
oleh Azyumardi Azra dipandang sebagai
masyarakat dan tanah air. Sementara Pasal
fase ke-2 tumbuhnya nasionalisme pada
4
negara
yang
menegaskan,
demokratis
Pendidikan
dan
bangsa
menggelorakan
Indonesia
(Maftuh,
* Yudi Hartono adalah Dosen Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI MADIUN
semangat
2008:135).
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 35
Presiden pertama Republik Indonesia Ir.
dan menghapus nyanyian Kimiyago (lagu
Soekarno membawa semangat nation and
kebangsaan
character building dalam pendidikan (Riant
pelajaran bahasa Jepang, serta upacara yang
Nugroho, 2008:16). Pendidikan pada masa
berasal
kolonial
Memberi semangat kebasaan kepada semua
yang
terlalu
intelektualistis
diganti dengan pendidikan yang dapat
membentuk
kepribadian,
mengembangkan
diri,
dari
bala
4)
Menghapus
tentara
Jepang;
5)
murid (Mustafa & Abdullah, 1998:130).
Lebih lanjut, menurut Djumhur
dapat
kepercayaan
Jepang);
&
Danasuparta
(1975:222),
menimbulkan keberanian, inisiatif, dan
Pemerintahan Orde Lama melakukan
semangat kerja (Djumhur&Danasuparta,
pembaharuan
1975: 217).
mengarah
Beberapa
bulan
pendidikan
yang
pendidikan
watak
karakter
meliputi:
atau
sesudah
pendidikan
Menteri
Pembatasan bahan pelajaran sampai ke
Hajar
pengetahuan yang siap pakai secara
Dewantara mengeluarkan Instruksi Umum
efektif; b) Usaha ke arah individualisasi
yang isinya menyerukan supaya membuang
dan
sistem
dan
Melepaskan hubungan kelas yang kaku;
dalam
d) Menugaskan peserta didik untuk
bahwa
lebih banyak bekerja secara kelompok;
proklamasi
kemerdekaan,
pendidikan
pertama
pendidikan
mengutamakan
Instruksi
Ki
kolonial
patriotisme.
Umum
Di
dinyatakan
keaktifan
peserta
didik;
a)
c)
pendidikan haruslah membangun semangat
e)
kebangsaan
patriotisme
masyarakat; f) Mencurahkan perhatian
(Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan
lebih banyak kepada perkembangan
Kebudayaan, 1954:10; Moestoko, 1986:
perasaan nasionalis, etis, estetis, dan
148).
pembentukan watak.
Para
dan
semangat
guru
mengganti
Menghubungkan
sekolah
dengan
sistem
Pendidikan masa awal kemerdekaan
pengajaran kolonial dengan pengajaran
berlandaskan Pancasila yang merupakan
untuk membangun semangat kebangsaan
falsafah
(Sjamsuddin
Departemen
penentuan saja karena belum dijelaskan
Pendidikan Nasional, 1996: 75). Instruksi
bagaimana meletakkan dasar itu pada tiap-
umum tersebut
memerintahkan kepada
tiap pelajaran (Somarsono Moestoko, 1986:
semua kepala sekolah dan guru untuk: 1)
145). Kurikulum pada masa itu disebut
Mengibarkan Sang Merah Putih setiap hari
di halaman sekolah; 2) Melagukan lagu
dengan Rencana Pelajaran
kebangsaan
3)
yang artinya rencana pelajaran (Gunawan,
Menghentikan pengibaran bendera jepang
1986: 48). Rencana pelajaran 1947 ini pun
dkk.,1993:13;
Indonesia
Raya;
negara,
kendati
baru
pada
atau lebih
populer dengan leer plan (bahasa Belanda)
36 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat
(1983:37) mencatat Taman siswa yang
dunia
berdiri
pendidikan
masih
menerapkan
3
Juli
1922
sebagai
bentuk
rencana
perlawanan terhadap sistem pendidikan
pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya
kolonial yang banyak berorientasi pada
memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata
kepentingan
pelajaran dan jam pengajarannya, serta
among, pendidikan Taman Siswa bertujuan
garis-garis besar pengajarannya (Sanjaya,
membangun anak didik menjadi manusia
2007:8).
beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin,
kurikulum
Belanda.
Susunan
Rencana
mengutamakan
pelajaran
lebih
pendidikan
watak,
budi
Belanda.
pekerti
Melalui
luhur,
sistem
cerdas
dan
kesadaran bernegara dan bermasyarakat
berketerampilan, serta sehat jasmani rohani
daripada pendidikan intelektual sebagai
agar menjadi anggota masyarakat yang
antitesis dari pendidikan model kolonial.
mandiri
dan
bertanggung
jawab
atas
menilik
sejarah
kesejahteraan tanah air serta manusia pada
jauh
sebelum
umumnya. Taman Siswa selalu menuju pada
kemerdekaan para tokoh bangsa telah
pertumbuhan anak-anak secara harmonis.
merintis pendidikan karakter bangsa
Pendidikan kecerdasan, pikiran, kesusilaan,
Indonesia. Ki Hadjar Dewantara telah jauh
keindahan, dan keluhuran budi pekerti.
Apabila
bangsa
kita
sebenarnya
berpikir
dalam
masalah
karakter.
Mengasah
Menurut
pendidikan
kecerdasan
budi
Hajar
Ahmadi
Dewantara
(1987:56),
telah
pendidikan
Ki
dipelopori
karakter
bangsa
sungguh baik, karena dapat membangun
platform
budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga
Indonesia dengan tiga kalimat: Ing Ngarsa
dapat
kepribadian
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,
(persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang
Tutwuri Handayani. Menurut Ki Hajar
berasas hukum) (Dewantara, 1977:24).
Dewantara dalam bukunya bagian pertama
mewujudkan
Menurut
Ki
(adjar,
…pendidikan
Pendidikan
:
mengungkapkan
merupakan daya upaya untuk memajukan
ada enam pilar karakter yang berasal dari
bertumbuhnya
(kekuatan
nilai-nilai luhur bangsa yaitu: memberi
batin, karakter), pikiran (intellect) dan
contoh (woorbeeld); pembiasaan (pakulinan,
tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
gewoontevorming);
dipisahkan agar kita dapat memajukan
wulang-wuruk);
kesempurnaan
hukuman; laku, serta pengalaman lahir
budi
hidup
pekerti
anak-anak
kita.
batin
(Kemdiknas,2010:1)
Ki
Hajar
Taman Siswa
Dewantara
melalui
merintis pendidikan
berbasis karakter Indonesia. Bernadib
yang
nglakoni
pengajaran
perintah,
mencakup
(mengetahui,
melakukan).
(leering,
paksaan
ngerti,
merasa,
dan
ngroso,
dan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 37
Demikian pula pendidikan karakter
Sebelum Ki Hajar ada R.A. Kartini
gigih
yang berlangsung di pesantren-pesantren
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
yang telah ada jauh sebelum kedatangan
untuk
Belanda.
(1879-1904)
yang
memperoleh
dengan
pendidikan
dengan
Pendidikan
akhlak
di
pesantren
merintis pendirian Sekolah Gadis di Jepara
mengutamakan
mulia.
Menurut
dibuka tahun 1903; dan Sekolah Gadis di
Dhofier (1985: 21) pendidikan di pesantren
Rembang (Hasbullah, 2001: 262).
bukan semata-mata untuk memperkaya
Pada usia 12 tahun dipingit dan
pikiran para santri dengan penjelasan-
tidak melanjutkan sekolah karena adat
penjelasan, melainkan untuk meninggikan
istiadat,
moral, melatih dan mempertinggi semangat,
namun
tidak
memadamkan
semangatnya untuk maju. Ia banyak belajar
menghargai
nilai-nilai
spiritual
dari membaca buku dan surat menyurat
kemanusiaan,
dengan teman dan kenalannya. Meskipun
tingkah laku yang jujur dan bermoral serta
banyak mengalami kekecewaan, Kartini
menyiapkan
berhasil membuka Sekolah wanita yang
sederhana dan bersih hati.
mengajarkan
para
santri
dan
sikap
untuk
dan
hidup
(Mudyahardjo,
Di antara cita-cita pendidikan yang
2001:285). Mencermati biografi Kartini,
penting di pesantren adalah melatih para
Manijo (2013) mengungkapkan Kartini
santri berdiri sendiri dan membina diri agar
sebagai
tidak
pertama
di
Indonesia.
karakter
dengan
seorang perempuan
sosok
ideal
pada masanya yang
menggantungkan
sesuatu
kecuali
kepada Tuhan. Pada masa penjajahan,
mandiri,
pesantren menjadi antitesis dari sistem
berwawasan luas dengan intelektualitas
pendidikan kolonial. Brugman (1987:185)
tinggi,
menggambarkan
berjiwa
kuat,
dinamis,
berpikiran
modern,
memiliki
kepekaan sosial dan jiwa nasionalisme serta
Pengajaran
pada
sistem
pendidikan
kolonial
terlalu
intelektualistis,
terlalu
banyak
dijejali dengan bermacam-macam
peraturan dan kurang berpijak pada
kultur Indonesia. Masa belajarnya
terlalu singkat bagi tercapainya hasil
belajar yang permanen. Biaya
sekolah sangat mahal, dua belas kali
lipat jika dibandingkan dengan biaya
pendidikan di pesantren.
Pemikirannya tentang pendidikan
dan pendidikan perempuan cukup progresif
masanya.
pendidikan
Ia
ilmu
berfikir
perlunya
pengetahuan
dan
pendidikan budi pekerti dilakukan bersama,
karena pendidikan budi pekerti merupakan
pendidikan
tanggung
paling
jawab
awal,
kaum
ia
menjadi
ibu.
Dengan
sendirinya kaum ibu perlu diberdayakan
melalui pendidikan.
pembelajaran
kolonial sebagai berikut.
rasa religiusitas yang mendalam.
pada
sistem
Kebijakan
bangsa
tidak
pendidikan
lepas
dari
karakter
berbagai
38 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
permasalahan dan tantangan yang dihadapi
dasar bahwa pendidikan merupakan hak
bangsa
semua
Indonesia.
Kebijakan
tersebut
berpengaruh terhadap model pembelajaran
pembelajaran
nilai-nilai
karakter bangsa mengalami perubahan.
masyarakat
tanpa
memandang kelas sosial (Yamin, 2009: 87).
Untuk
nilai-nilai karakter bangsa di sekolah. Model
pembelajaran
kelompok
menyesuaikan
kebijakan
pendidikan
dengan
Manipol,
Pendidikan
Dasar
dan
Menteri
Kebudayaan
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
menyusun rencana jangka pendek yang
Bangsa Masa Orde Lama
kemudian akan disusul dengan rencana
Manipol Presiden Soekarno setelah
jangka panjang. Rencana jangka pendek
Presiden 5 juli 1959 berdampak
disusunlah rencana yang disebut Sapta
pada pendidikan nasional. Dari sisi ideologi,
Usaha Tama (Tilaar,1995:103) . Sapta Usaha
menurut Wardiman Djojonegoro (1996),
Tama berisi: a) Penertiban aparatur dan
Manipol diindoktrinasikan pada seluruh
usaha-usaha Kementerian PP dan K; b)
lapisan
Menggiatkan kesenian dan olah raga; c)
Dekrit
rakyat
Indonesia
pada
semua
sehingga
tidak
dibenarkan adanya penafsiran-penafsiran
Menggiatkan
lain selain dari apa yang telah dirinci oleh
usaha-usaha koperasi; f) Mengadakan kelas
pemerintah. Dari sisi kebijakan pendidikan,
masyarakat; g) Membentuk regu kerja di
asas pendidikan nasional adalah Pancasila
kalangan
dan Manipol USDEK.
Universitas.
jenjang
Pendidikan,
usaha
halaman ;
d
Mengharuskan penabungan; e) Mewajibkan
Sekolah
Sebagai
Adapun tujuan pendidikan nasional
Lanjutan
Atas
langkah
dan
usaha
pada fase ini adalah untuk melahirkan
melaksanakan Sapta Usaha Tama tersebut
warga-warga sosialis Indonesia yang susila,
dibentuk suatu urusan khusus yang disebut
yang
urusan
bertanggung
terselenggaranya
jawab
masyarakat
atas
sosialis
Sapta
Pancawardhana.
Indonesia, adil dan makmur baik spiritual
mengusahakan
maupun
pendidikan
material
dan
yang
berjiwa
Usaha
Tama
dan
Pancawardhana
berjalannya
baru
yang
sistem
meliputi:
(1)
Pancasila, yaitu: (a). Ketuhanan Yang Maha
Perkembangan
Esa; (b). Perikemanusiaan yang adil dan
Perkembangan
moral
nasional;
(3)
beradab; (c). Kebangsaan; (d). Kerakyatan;
Perkembangan
artistik
emosional;
(4)
dan (e). Keadilan sosial seperti dijelaskan
Pengembangan skill; (5) Perkembangan
dalam
fisik (Said dan Affan, 1987: 78).
Manipol
USDEK.
Perincian
(Djojonegoro,1996:103).
Konsep
sosialisme
dalam
pendidikan pada masa ini memberikan
Pancawardhana
kecerdasan;
(2)
lebih
lanjut
bahwa
untuk
menyesuaikan kebijakan pendidikan dengan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 39
manipol
maka
diinstruksikan
dan
Civics
menjadi
mata
pelajaran
yang
menetapkan Pancawardhana sebagai sistem
mengemban pendidikan ideologi bangsa
pendidikan yang berisi prinsip-prinsip: (a)
dan ini merupakan awal dari pendidikan
perkembangan cinta bangsa dan tanah air,
ideologi dalam kurikulum (Sjamsuddin,
moral nasional/ internasional/keagamaan;
Kosoh, Hamid, 1993:79). Mata pelajaran ini
(b)
(c)
adalah mata pelajaran yang berisikan materi
perkembangan emosional artistik atau rasa
pelajaran yang sangat ditentukan oleh
keharuan dan keindahan lahir batin; (d)
ideologi dan politik.
perkembangan
kecerdasan;
perkembangan keprigelan atau kerajinan
Tujuan dari sistem pendidikan yang
tangan; dan (e) perkembangan jasmani.
berdasarkan prinsip Pancawardhana adalah
Sejak saat itu seluruh kegiatan sekolah baik
membentuk manusia sosialis Indonesia
yang
berdasarkan cipta, rasa, karsa, dan karyanya
kurikuler
maupun
yang
ekstrakurikuler banyak berubah dan harus
pada
menyesuaikan dengan intruksi di atas.
kepribadian dan kebudayaan Indonesia; (2)
Berdasarkan
di
semangat patriot komplit dan paripurna; (3)
sekolah, Pancasila dan Manipol dijadikan
berasas pancasila; (4) bersemangat gotong
mata pelajaran di perguruan rendah sampai
royong; (5) memiliki jiwa pelopor (swadaya
dengan perguruan tinggi (Ahmadi, 1987:9).
dan daya cipta); (6) manusia susila dan
segi
materi
pelajaran
Panca Wardhana berimplikasi pada
dunia
pendidikan.
Kurikulum
harus
azas-azas
sebagai
berikut:
(1)
berbudi luhur; (7) kesadaran bersahaja dan
mengutamakan kejujuran;
(8)
diarahkan untuk mengembangkan kualitas
kesadaran
mendahulukan
yang dinyatakan dalam Panca Wardhana
kewajiban daripada hak; (9) kesadaran
dalam semangat Manipol-USDEK. Tujuan
mendahulukan kepentingan umum daripada
pendidikan berubah dari menghasilkan
kepentingan
manusia
demokratis
berkorban dan hidup hemat; (11) mengenal
menjadi manusia susila yang sosialis dan
asas demokrasi terpimpin; (12) mengenal
pelopor dalam membela Manipol-USDEK.
asas ekonomi terpimpin; (13) berdisiplin;
Perubahan yang sangat menonjol dalam
(14)
kurikulum adalah adanya mata pelajaran
menghargai
Civics yang diarahkan untuk pembentukan
rasional dan ekonomis; (16) kesadaran
warganegara
bekerja untuk membangun dengan bekerja
yang
susila
yang
dan
bercirikan
Manipol-
pribadi;
memiliki
(10)
kerelaan
kepandaian
untuk
waktu; (15) cara berfikir
USDEK. Liberalisme dan individualisme
keras
menjadi musuh dan harus dibersihkan
pendidikan Sapta Usaha Tama dan Panca
dalam pelajaran Civics karena bertentangan
dengan jiwa dan semangat Manipol-USDEK.
(Assegaf,
Wardhana
2005:
tersebut
81).
Kebijakan
tertuang
dalam
40 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
instruksi Menteri PP&K Nomor 1 Tahun
bahan pokok indoktrinasi atau disingkat
tubapi yang terdiri atas Pancasila, Manipol
1959.
Model pendidikan karakter bangsa
dan
USDEK
(UUD
1945,
Sosialisme
di masa Orde Lama juga dikuatkan dengan
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Ketetapan
MPRS
II/MPRS/1960
Terpimpin dan Kebudayaan Indonesia)
Tentang
Garis-Garis
Besar
Pola
(Muchson, 2004:34). Sejarah mencatat,
Pembangunan Nasional Semesta Berencana
bahwa pada periode selanjutnya, yakni pada
Tahapan Pertama 1961-1969.
masa
No.
Dalam Pasal 2 TAP MPRS/II/1960
Orde
apa
yang
dilakukan oleh rezim Orde Lama itu
ditetapkan strategi pembangunan Bidang
dipandang
Mental/Agama/Kerohanian
indoktrinasi.
yaitu,
Baru,
sebagai
sebuah
upaya
Melaksanakan Manifesto Politik di lapangan
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
pembinaan Mental/Agama/Kerohanian dan
Bangsa Masa Orde Baru
Kebudayaan
dengan
syarat-
Pemerintahan Orde Baru membawa
syarat spiritual dan material agar setiap
jargon pembangunan ekonomi. Pada masa
warga
mengembangkan
ini, pendidikan nasional diarahkan untuk
kepribadiannya dan kebudayaan nasional
membekali generasi muda agar mampu
Indonesia
pengaruh-
membawa bangsa dan negara cepat sejajar
pengaruh buruk kebudayaan asing. Strategi
dengan bangsa dan negara lain yang lebih
selanjutnya adalah menetapkan Pancasila
maju (Mastuhu, 2003:33). Pendidikan diatur
dan Manipol sebagai mata pelajaran di
dengan sistem pendidikan nasional yang
perguruan
sangat erat kaitannya dengan kehidupan
negara
menjamin
dapat
serta
menolak
rendah
sampai
dengan
perguruan tinggi.
politik bangsa saat itu (Tilaar, 1998:4).
Kebijakan
bangsa
saat
pendidikan
itu
karakter
periode
ini
pendidikan
secara
menjadi
instrumen
sentralistik, sebagaimana dijelaskan oleh
program
pembangunan
Tilaar
bidang, khususnya bidang pedagogi,
(2003:2)
dilakukan
Pada
bahwa
kebijakan
pelaksanaan
di
berbagai
pendidikan di masa ini diarahkan pada
kurikulum,
proses indoktrinasi dan menolak segala
pendidikan diarahkan pada akselerasi
unsur budaya yang datangnya dari luar.
pelaksanaan
pembangunan.
Bahan-bahan yang diberikan pun bukan
pendidikan
pada
hanya tentang Pancasila dan UUD 1945,
diwarnai
tetapi
sentralistis yang mengarah pada fungsi
juga
bahan-bahan
yang
berisi
organisasi,
oleh
era
dan
Kegiatan
ini
kebijakan
sebagai
evaluasi
banyak
kebijakan
pandangan politik penguasa masa itu.
pendidikan
instrumen
Materi indoktrinasi dikenal dengan tujuh
pembangunan ekonomi nasional.
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 41
Pembangunan
karakter
bangsa
P4 adalah terwujudnya secara nyata sikap
secara eksplisit dimuat dalam produk
dan
politik tertinggi lembaga negara, MPR,
pemerintah dan warga masyarakat yang
berupa GBHN. Pendidikan karakter bangsa
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
pada masa ini diwujudkan dengan TAP MPR
(Madiri Thamrin Sianipar, 1984: 60). Proses
No.
indoktrinasi
II/MPR/1978
tentang
Pedoman
tingkah
laku
terjadi
segenap
dalam
aparatur
penerapan
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan
(Ekaprasetia Pancakarsa) disingkat P4.
Pengamalan Pancasila) yang dilakukan di
dan
sekolah-sekolah, sejak dari Sekolah Dasar
Nomor:
hingga Perguruan Tinggi yang berisi tentang
II/MPR/1978 diterbitkan Instruksi Presiden
butir-butir Pancasila. Penataran P4 menjadi
No. 10 tahun 1978 tentang Penataran
unsur yang sangat penting dan menentukan
Pegawai
bagi masa depan siswa pada masa Orde
Untuk
melaksanakan
menindaklanjuti
TAP
Republik
Hasil-Hasil
MPR
Indonesia
Sidang
Mengenai
Umum
Majelis
Baru.
Republik
Mata Pelajaran Pendidikan Moral
Indonesia Tahun 1978. Langkah selanjutnya
Pancasila pada masa itu berdiri sendiri
adalah menyelenggarakan penataran P-4
dalam struktur program kurikulum dalam
bagi masyarakat pada umumnya, serta
semua jenjang sekolah. Dalam konsep P-4,
pegawai negeri di instansi masing-masing.
Pancasila dirinci menjadi 36 butir yang
Untuk
suatu
menjadi standar kemampuan seseorang
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
dalam menguasai Pancasila,baik di tingkat
disebut
Pendidikan
sekolah maupun masyarakat. Penataran P-4
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
digalakkan mulai tingat kelurahan hingga
Pengamalan
tingkat nasional, termasuk di perguruan
Permusyawaratan
keperluan
Badan
Rakyat
ini
dibentuk
Pembinaan
Pancasila
disingkat
BP-7
dengan surat Keputusan Presiden No.10
tinggi,
tahun 1979 (Anggono, 2014:506-507).
kurikulum 1994,
Sejak tahun 1983, penataran P4
dosen
dan
Pendidikan
mahasiswa.
Pancasila
Dalam
mengalami
menjadi hal yang harus diikuti oleh setiap
perubahan dari mata pelajaran yang berdiri
siswa baru di semua sekolah di seluruh
sendiri, Pendidikan Pancasila lalu digabung
wilayah Indonesia (Darmaningtyas, 2004:
dalam mata pelajaran PPKn, singkatan dari
11). Pemerintahan Orde Baru menegaskan
Pendidikan
Pancasila
bahwa P4 adalah petunjuk operasional
Kewarganegaraan.
Pendidikan
untuk
diintegrasikan sebagai pengetahuan untuk
mengamalkan
Pancasila
dalam
semangat
dan
Pancasila
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam
mempertebal
dan
jiwa
bidang pendidikan. Tujuan dari penataran
kebangsaan melalui ilmu kewarganegaraan.
42 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
Niels Mulder (2001:30-31) menggambarkan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
indoktrinasi pada Mata Pelajaran Moral
Pancasila (P-4), Pendidikan Moral Pancasila
Pancasila sebagai berikut.
(PMP), dan Pendidikan Sejarah Perjuangan
Tema yang dibicarakan dalam
buku pelajaran kelas satu yaitu:
Kerapian ,
Cinta
Kasih ,
Kebanggaan , Ketertiban , Saling
Membantu ,
Kerukunan ,
Keberanian ,
Kebersihan
dan
Kesehatan ,
Sikap
(emat ,
Keadilan ,
Kepatuhan ,
Belas
Kasih , Kesetiaan , Bakti dan
Saling Menghormati . Tema-tema
ini diulang secara terus menerus
sampai dengan Sekolah Menegah
Atas. Pada tahun-tahun di antara
tahun pertama dan tahun kedua
belas, pendidikan nilai sedikit demi
sedikit menjadi indoktrinasi politik,
yang karena diulang-ulang, menjadi
tumpang tindih, dan perasaan bosan
dan jemu baru terlupakan setelah
tes atau ujiannya lulus.
Sebelum pemberlakuan kurikulum
1984, yaitu pada tahun 1983 mata pelajaran
Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa
(PSPB) ditetapkan sebagai mata pelajaran
wajib. Penetapan ini berdasarkan keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0461/U/1983 yang ditandatangani Prof. Dr.
Nugroho Notosusanto. Posisi PSPB sebagai
materi dan mata kuliah wajib dalam
kurikulum mendapat kedudukan hukum
yang lebih kuat ketika MPR mengeluarkan
TAP MPR Nomor II/MPR/1983 dimana
dinyatakan
PSPB
sebagai
bagian
Pancasila
yang
pada masa Orde Lama menjadi PMP pada
masa
Orde
Baru
dalam
pandangan
Darmaningtyas (2004), memiliki dampak
politik yang cukup besar. Mata pelajaran
Civics atau Kewarganegaraan mengajarkan
hak-hak dan kewajiban sebagai warga
negara, dan juga kewajiban negara terhadap
rakyatnya (Darmaningtyas, 2004: 10).
Dengan demikian, setiap peserta
didik sudah diajarkan untuk bersikap kritis
terhadap negara. PSPB yang berlaku sejak
Kurikulum
1984,
menurut
sebagian
pengamat dinilai sebagai upaya hegemoni
pendidikan yang lekat dengan nuansa politis
karena
hanya
terfokus
pada
peranan
Angkatan Darat dalam menghadapi PKI
pada
tahun
1965-1966
Melalui
mata
pelajaran PSPB diharapkan secara evolutif
para lulusan pendidikan formal memiliki
apresiasi yang tinggi terhadap ABRI PMP,
P4,
ataupun
PSPB
bisa
dikatakan
merupakan upaya pemerintah Orde Baru
untuk membentuk watak bangsa Indonesia.
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
Bangsa Masa Reformasi
Pendidikan karakter bangsa di masa
Dengan demikian maka pendidikan
dilakukan
Digantinya nama pelajaran Civics
dari
Pendidikan Pancasila.
idiologi
Bangsa (PSPB).
melalui
Pendidikan
memiliki
komponen
Orde Lama dan Orde Baru tampak diwarnai
pola-pola
penanaman
nilai-nilai
yang
indoktrinatif. Menurut Tilaar (2009:146)
indoktrinasi
merupakan salah satu pola
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 43
pelaksanaan
(praksis)
pendidikan
berdasarkan
kekuasaan.
Pembelajaran
singkat, sekaligus dipastikan memupuk
antipati,
kegersangan,
kebohongan,
dalam praksis pendidikan indoktrinasi juga
ketidakpedulian, kebencian, dan terutama
mengikuti pola indoktrinasi. Khususnya
perlawanan
pada masa Orde baru pada pertenganahan
2008:2).
terhadapnya.
Indoktrinasi
1980an, para ideolog pemerintah mencoba
(Surakhmad,
dalam
dunia
gagasan
pendidikan mematikan kreativitas peserta
indoktrinasi berskala nasional ke dalam
didik. Ideologi yang seharusnya menjadi
mengabungkan
kumpulan
teori negara yang bersifat koheren (David
pembimbing telah berubah menjadi alat
Baurchier, 2007:3).
penekan
Indoktrinasi
semacam
ini
tidak
dari
penguasa
dalam
mengendalikan sistem dan isi pendidikan
hanya terjadi di Indonesia. Gonzalo de
nasional
Amézola
tentang
indoktrinasi seperti itulah yang sempat
indoktrinasi melalui pembelajaran sejarah
melumpuhkan Pancasila, hampir sepanjang
di Argentina. Hasilnya adalah semua buku
usianya. Tetapi dari sejarah itu pula kita
teks sejarah yang terbit antara 1956 sampai
menemukan sebuah sebuah hikmah bahwa
1983 di Argentina selalu memuat konsep
ambisi politik penguasa di masa lalu telah
tentang tanah air, otoritas, keteraturan, dan
menjadi
tingkatan.
digambarkan
kekuasaan di masa lalu, ternyata bukan saja
sebagai suatu hal yang tak terhindarkan dan
tidak berhasil mengubah hakikat Pancasila,
wajar
tetapi
(2007)
meneliti
Kediktatoran
dalam
pemerintahan
Argentina.
Fenomena yang sama juga terjadi di Rusia.
(Tilaar,
2003:67).
blessing
juga
in
Pendekatan
Ambisi
disguise:
melahirkan
kekuatan
penghancuran diri.
Pancasila
Menurut Victor Shnirelman (2009)
seakan-akan
harus
wacana sejarah dalam buku pelajaran
dilahirkan kembali. Pembangunan karakter
sejarah di Rusia sangat tersentralisasi dan
bangsa Pancasila menjadi arus utama
dikuasai oleh negara. Wacana alternatif di
pembangunan
luar
reformasi saat ini. Hal ini tercermin dari
wacana
resmi
negara
tidak
nasional
misi
teks.
dan
memosisikan pendidikan karakter bangsa
penyeragaman wacana ini adalah adanya
sebagai misi pertama guna mewujudkan visi
beberapa kelompok etnis tertentu di Rusia
pembangunan
yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan
dari
termarjinalkan
sentralisasi
dan
memori
kolektifnya tidak diakui oleh negara.
Indoktrinasi
melahirkan
keberhasilan semu dalam waktu yang
nasional
masa
diperkenankan untuk muncul dalam buku
Implikasi
pembangunan
pada
nasional,
yang
sebagaimana
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005–2025
(Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu
44 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
terwujudnya karakter bangsa yang tangguh,
pembentukan warga negara demokratis
kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral
sebagaimana idealitas universal dari misi
berdasarkan
dicirikan
pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.
dengan watak dan perilaku manusia dan
Berbeda dengan paradigma pendidikan
masyarakat
beragam,
kewarganegaraan di Indonesia selama lebih
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
dari tiga dekade era Orde Baru yang lebih
Maha
banyak
Pancasila,
yang
Indonesia
Esa,
berbudi
bergotong
luhur,
royong,
berkembang
yang
bertoleran,
berjiwa
dinamis,
dan
patriotik,
berorientasi
menitikberatkan
pembentukan karakter kepatuhan warga
negara
(siswa)
pemerintah.
ipteks (Pemerintah RI, 2010: 2-3).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
kepada
terhadap
terhadap
Kepatuhan
tafsir
tafsir
warga
pemerintah
resmi
negara
dianggap
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal
sebagai kebajikan atau keutamaan warga
3 secara tegas mengamanatkan bahwa
negara
pendidikan
pendidikan kewarganegaraan ketika itu.
nasional
mengembangkan
berfungsi
kemampuan
dan
yang
Di
dilekatkan
bidang
pada
pendidikan
misi
karakter
membentuk watak serta peradaban bangsa
bangsa, Kurikulum 2004 yang disebut
yang
rangka
sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
atau KBK menghilangkan kata Pancasila dari
untuk
PPKn, tinggal menjadi PKn atau Pendidikan
bermartabat
dalam
berkembangnya
potensi
peserta
didikagar menjadi manusia yang beriman
Kewarganegaraan,
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pancasila lagi. Pada tahun ini juga telah
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
dihasilkan
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
kecakapan hidup) yang diimplementasikan
yang demokratis serta bertanggung jawab.
dalam pembelajaran sebagai bagian dari
UUSPN dan RPJPN merupakan landasan
upaya membentuk kepribadian yang utuh,
yang kokoh untuk melaksanakan secara
memiliki kecakapan, baik dalam kehidupan
operasional pendidikan karakter bangsa.
sehari-hari maupun setelah lulus sekolah.
Di
bidang
pendidikan
konsep
tanpa
lifeskill
menyebut
(pendidikan
Belajar dari era sebelumnya yang
kewarganegaraan, dan umumnya dalam
cenderung
kurikulum kurikulum pendidikan formal di
karakter bangsa pada masa reformasi tidak
sekolah dasar hingga menengah, reformasi
dijadikan satu mata pelajaran khusus.
tidak hanya terbatas dalam substansi kajian,
Pendidikan karakter model ini terjadi
metode,
penilaiannya.
dengan lebih alamiah ketika dilaksanakan
Pembaharuan pendidikan kewarganegaraan
secara natural dan informal. Oleh karena itu,
telah
tidak perlu ada mata pelajaran khusus
dan
bergeser
sistem
kepada
paradigma
indoktrinatif,
pendidikan
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 45
tentang pendidikan karakter. Demikian juga,
sikap
tidak perlu ada usaha-usaha terprogram
pengetahuan
untuk
pendidikan
Kompetensi inti ini menjadi payung bagi
karakter yang nantinya malah terjatuh pada
semua mata pelajaran yang diajarkan pada
formalisme, atau lebih parah lagi jatuh pada
jenjang sekolah tertentu.
mengembangkan
indoktrinasi
spiritual,
KI
dan
Kompetensi
(Doni
sikap
KI
sosial,
KI
keterampilan.
Inti
selanjutnya
dijabarkan di masing-masing mata pelajaran
Koesoema, 2007: 9).
Pada Kurikulum Tingkat Satuan
dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD) yang
Pendidikan (KTSP) 2006, karakter bangsa
meliputi KD yang berasal dari sikap
tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan
spiritual, KD yang berasal dari sikap sosial,
tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
KD yang berasal dari pengetahuan, dan KD
pengembangan diri, dan budaya sekolah.
dari
Setelah penerapan KTSP 2006 selama
pembelajaran yang dilakukan guru terhadap
kurang
pendidikan
siswa harus mencakup KD sikap spiritual,
karakter mengalami penurunan. Dalam
KD sikap sosial, KD pengetahuan dan KD
Rembug Nasional tahun 2010 dicanangkan
keterampilan sehingga kompetensi yang
target pendidikan karaket tahun 2010
berkembang dalam pribadi siswa tentu
sebesar 10%, tahun 2011 30%, dan tahun
menyeluruh dari semua domain sikap,
2012 menjadi 100%. Konsep pendidikan
pengetahuan dan keterampilan.
lebih
lima
tahun,
keterampilan.
Dalam
proses
karakter ini mencapai puncaknya pada
Salah satu ciri kurikulum 2013
tahun 2011 dan 2012 dengan format silabus
adalah selalau mengaitkan antara sikap,
dan RPP berbasis karakter. Model silabus
pengetahuan, dan keterampilan dalam satu
dan RPP sudah mulai mengintegrasikan
konteks pembelajaran. Guru menyampaikan
dengan komponen-komponen nilai yang
materi dari KD yang berasal dari KI 3 yaitu
menjadi bagian dari pendidikan karakter,
unsur
seperti tanggung jawab, menghormati orang
dikembangkan KD yang berasal dari KI 4
lain, serta sejumlah nilai lainnya.
yaitu
Kurikulum
kesempatan
pada
mengembangakan
pengetahuan
dituangkan
dan
dalam
2013
memberikan
siswa
domain
keterampilan
standar
pengetahuan,
unsur
selanjutnya
keterampilan,
barulah
dipikirkan sikap (KD yang berasal dari KI 1
dalam
dan 2) apa yang akan dikembangkan
sikap,
melalaui KD 3 dan KD 4 itu. Dengan
yang
demikian
satu
proses
pembelajaran
Kompetensi
berlangsung siswa akan mengembangkan
Lulusan (SKL) baik tingkat SD, SMP maupun
aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
SMA/SMK yang selanjutnya diuraikan dalam
secara
Kompetensi Inti (KI) yang terdiri dari KI
kurikulum
bersama-sama,
2013
itu
artinya
dengan
diharapkan
akan
46 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
terbangun
otomatis
pendidikan
karena
karakter
penanaman
secara
nilai-nilai
nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilainilai universal.
kehidupan (nilai-nilai karakter), termasuk
karakter bangsa terintegrasi dalam setiap
proses pembelajaran.
Abu Ahmadi. (1987). Pendidikan dari masa
ke masa. Bandung: Armico
Penutup
Pendidikan nilai
Daftar Pustaka
pada dasarnya
Ary
proses penanaman perilaku kepada peserta
didik yang diharapkan kepada siswa dapat
berperilaku sesuai dengan pandangan yang
dianggap baik dan tidak bertentangan
H.
Gunawan. (1985). Kebijakankebijakan pendidikan di indonesia.
Jakarta: Bina Aksara
As ad Said Ali.
. Negara Pancasila,
Jalan Kemaslahatan Bersama.
Jakarta: LP3S.
dengan norma–norma yang berlaku. Nilai
bagi seseorang tidaklah statis, tetapi dapat
berubah.
Setiap
orang
akan
selalu
menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan
pandangannya pada saat itu. Oleh sebab itu,
sistem nilai yang dimiliki seseorang bisa
dibina dan diarahkan. Komitmen seseorang
terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui
pembentukan sikap.
Pendidikan
karakter
yang
dilaksanakan di dunia pendidikan Indonesia
semestinya dilaksanakan dalam rangka
membentuk
dan
memperkuat
karakter
bangsa. Karena itu, pendidikan karakter
perlu dipersiapkan dengan matang dan
dilaksanakan secara bertahap supaya tidak
menjadi
sekadar
pengetahuan
atau
indoktrinasi. Selain itu, pendidikan karakter
yang
dikembangkan
sudah
seharusnya
berakar dari budaya bangsa Indonesia yang
menyepakati
Bhineka
Tunggal
Azyumardi Azra.
.
Pendidikan
Multikultural:
Membangun
Kembali
Indoneisa
Bhineka
Tunggal )ka , dalam Tsaqofah,
Menggagas
Pendidikan
Multikultural , Vol. ), Nomor ,
Tahun 2003:5.
________. (2012). Pendidikan karakter: peran
sekolah dan keluarga, Makalah
Disampaikan
pada
seminar
Pendidikan Karakter Teguhkan
Pribadi
Bangsa yang terselenggara atas
kerja sama PT Penerbit Erlangga
dan
Himpunan
Mahasiswa
Biologi, FMIPA, UNNES Semarang,
Minggu, 23 September, 2012.
Brugmans. I. J. (1987). Politik Pengajaran
dalam H. Baudet dan I.J.
Brugmans (peny.). Politik etis dan
revolusi kemerdekaan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
H.A.R.
Tilaar. (2003). Kekuasaan dan
pendidikan: suatu tinjauan dari
perspektif studi kultural. Magelang:
Indonesia Tera.
Ika.
Pendidikan karakter yang ditanamkan pada
anak-anak lewat pendidikan formal meliputi
________.(2012). Perubahan sosial dan
pendidikan pengantar pedagogik
transformatif untuk indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 47
________.
Hasbullah. (2001). Sejarah pendidikan islam
di indonesia. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
I. Djumhur & H. Danasuparta. 1975. Sejarah
pendidikan. Bandung: CV. Ilmu.
Ki Hajar Dewantara. (2004). Bagian pertama
pendidikan. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Ki Supriyoko.
. Pendidikan Karakter
Bangsa
sebagai
Strategi
Kebudayaan , dimuat dalam
Revolusi Mental sebagai Strategi
Kebudayaan.
Jakarta:
Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Kebudayaan.
Masnur Muslih. (2011). Pendidikan karakter
menjawab
tantangan
krisis
multidimensional. Jakarta; Bumi
Aksara.
Muh. Said & Juminar Affan. (1987). Mendidik
dari zaman ke zaman. Bandung:
Jemmars.
Mulder, Niels. (2001). Individu Masyarakat
dan Sejarah-Kajian Kritis BukuBuku
Pelajaran Sekolah di Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas.
(2009).
Pengembangan
dan
pendidikan
budaya & karakter bangsa:
pedoman sekolah, Jakarta: Puskur
Balitbang Kemdiknas.
_________.
(2011). Pedoman pelaksanaan
pendidikan karakter: berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan
rintisan,
Jakarta:
Puskur
Balitbang Kemdiknas.
Sartono
Kartodirdjo.(2014). Pendekatan
ilmu sosial dalam metodologi
sejarah. Yogyakarta: Ombak.
(2014).
Pemikiran
dan
perkembangan
historiografi
indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Sastrapetedja, M .
. Pancasi)a sebagai
Orientasi Pembangunan Bangsa
dan Pengembangan Etika Ilmu
Pengetahuan
Proseding
Simposium
dan
Sarasehan Pancasila sebagal
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Bangsa. Tanggal
14-15
Agustus
2006
di
Yogyakarta.
Sjamsuddin, Kosoh Sastradinata, Said Hamid
Hasan
(1993).
Sejarah
pendidikan di indonesia zaman
kemerdekaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Somarsono Moestoko. (1986). Pendidikan
Indonesia dari jaman ke jaman.
Balai Pustaka: Jakarta.
Sukarno,
B. (2005). Pancasila dalam
Tinjauan Historis, Yuridis, dan
Filosofis
(Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Sunarjo
Wreksosuharjo. (2005). Ilmu
pancasila yuridis kenegaraan dan
ilmu
filsafat
pancasila,
Yogyakarta: Andi Offset.
________ (2014). Berfilsafat menuju ilmu
filsafat pancasila. Yogyakarta:
Andi Offset.
Surono.
. )nternalisasi nilai-nilai
pancasila dalam menyongsong
masyarakat ekonomi ASEAN
MEA
,
Makalah
disampaikan dalam Seminar
Wawasan
Kebangsaan
)mplementasi
Nilai-nilai
Pancasila dalam Menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN
tanggal 1 November 2014 di
Universitas
Mercu
Buana
Yogyakarta.
48 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017
________. (2015). Pancasila, kebhinekaan, dan
persaudaraan: sebuah refleksi,
Makalah disampaikan dalam
seminar Forum Kewaspadaan
Dini Masyarakat, Membangun
Wawasan Kebangsaan untuk
Meneguhkan
Nasionalisme
Antisipasi Disintegrasi Bangsa ,
tanggal 20 Agustus 2015, Kantor
Kesatuan Bangsa Kabupaten
Sleman.
Susanto Zuhdi. (
. )dentitas Bangsa,
Sejarah, dan Pendidikan Sejarah
di )ndonesia . dalam Endang Sri
Hardiati dan Rr. Triwulan
(Peny.). Pentas ilmu di ranah
budaya, sembilan windu prof. dr.
edi sedyawati. Denpasar: Pustaka
Larasan.
Sutari Imam Bernadib. (1983). Sejarah
pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Wardiman Djojonegoro (1996). Lima puluh
tahun perkembangan pendidikan
indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Winarno Surakhmad.
. Pendidikan
Pancasila (Pendekatan yang
meng)ndonesiakan .
Pelangi
Ilmu Vol 2, No 1, (2008).
Yudi Latief. (2011). Negara paripurna:
historisitas, rasionalitas, dan
aktualitas
pancasila. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
_________. (2014). Mata air keteladanan,
pancasila
dalam perbuatan.
Bandung: Mizan