MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DI INDONESIA DARI MASA KE MASA | Hartono | AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA 1059 1978 1 SM

34 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DI INDONESIA
DARI MASA KE MASA

Yudi Hartono *

Abstrak
Pembangunan karakter bangsa telah menjadi agenda penting sejak awal kemerdekaan
Indonesia. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dari masa ke
masa berpengaruh terhadap model pembelajaran nilai-nialai karakter bangsa di sekolah. Pada
masa Orde Lama terutama era demokrasi terpimpin, cenderung menggunakan model
indoktrinatif dengan materi Tubapi (tujuh bahan pokok indoktrinasi), yaitu Pancasila dan
Manipol USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kebudayaan Indonesia). Pada masa Orde Baru juga cenderung indoktrinatif melaui Penataran P4,
Mata Pelajaran PMP dan PSPB. Pada era reformasi pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa di
sekolah diintegrasikan ke dalam setiap masa pelajaran, kegiatan pengembangan diri, dan budaya
sekolah. Pendidikan karakter semestinya dilaksanakan dalam rangka membentuk dan
memperkuat karakter bangsa, sehingga perlu dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan
secara bertahap agar tidak menjadi sekadar pengetahuan atau indoktrinasi. Pendidikan karakter
yang dikembangkan sudah seharusnya berakar dari budaya bangsa Indonesia yang menyepakati

Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak-anak lewat pendidikan
formal meliputi nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilai-nilai universal.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Nilai-nilai Karakter Bangsa

pengajaran berdasar atas asas -asas

Pendahuluan
Pembangunan karakter bangsa telah
menjadi

agenda

kemerdekaan
karakter

penting

Indonesia.


bangsa

sejak

awal

Pembangunan

dicanangkan

sebagai

yang termaktub dalam Pancasila, UUD
Negara

Republik

Indonesia

dan


atas

kebudayaan kebangsaan )ndonesia .

Kegiatan pendidikan di tanah air

tujuan utama pendidikan saat itu. UU

pada

No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar

diarahkan pada pemantapan nilai-nilai

Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah

nasionalisme,

(UUPP)


Pasal

pendidikan

3

dan

awal-awal

identitas

kemerdekaan

bangsa,

pondasi

dan


menegaskan,

Tujuan

pembangunan

ideologis

pengajaran

adalah

kehidupan berbangsa dan bernegara.

membentuk manusia susila yang cakap dan

Upaya

warga


serta

nasionalisme saat itu sangat tinggi, sehingga

bertanggung jawab tentang kesejahteraan

oleh Azyumardi Azra dipandang sebagai

masyarakat dan tanah air. Sementara Pasal

fase ke-2 tumbuhnya nasionalisme pada

4

negara

yang

menegaskan,


demokratis

Pendidikan

dan

bangsa

menggelorakan

Indonesia

(Maftuh,

* Yudi Hartono adalah Dosen Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI MADIUN

semangat

2008:135).


MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 35
Presiden pertama Republik Indonesia Ir.

dan menghapus nyanyian Kimiyago (lagu

Soekarno membawa semangat nation and

kebangsaan

character building dalam pendidikan (Riant

pelajaran bahasa Jepang, serta upacara yang

Nugroho, 2008:16). Pendidikan pada masa

berasal

kolonial


Memberi semangat kebasaan kepada semua

yang

terlalu

intelektualistis

diganti dengan pendidikan yang dapat
membentuk

kepribadian,

mengembangkan

diri,

dari

bala


4)

Menghapus

tentara

Jepang;

5)

murid (Mustafa & Abdullah, 1998:130).
Lebih lanjut, menurut Djumhur

dapat

kepercayaan

Jepang);


&

Danasuparta

(1975:222),

menimbulkan keberanian, inisiatif, dan

Pemerintahan Orde Lama melakukan

semangat kerja (Djumhur&Danasuparta,

pembaharuan

1975: 217).

mengarah

Beberapa

bulan

pendidikan

yang

pendidikan

watak

karakter

meliputi:

atau

sesudah

pendidikan

Menteri

Pembatasan bahan pelajaran sampai ke

Hajar

pengetahuan yang siap pakai secara

Dewantara mengeluarkan Instruksi Umum

efektif; b) Usaha ke arah individualisasi

yang isinya menyerukan supaya membuang

dan

sistem

dan

Melepaskan hubungan kelas yang kaku;

dalam

d) Menugaskan peserta didik untuk

bahwa

lebih banyak bekerja secara kelompok;

proklamasi

kemerdekaan,

pendidikan

pertama

pendidikan

mengutamakan
Instruksi

Ki

kolonial

patriotisme.

Umum

Di

dinyatakan

keaktifan

peserta

didik;

a)

c)

pendidikan haruslah membangun semangat

e)

kebangsaan

patriotisme

masyarakat; f) Mencurahkan perhatian

(Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan

lebih banyak kepada perkembangan

Kebudayaan, 1954:10; Moestoko, 1986:

perasaan nasionalis, etis, estetis, dan

148).

pembentukan watak.
Para

dan

semangat

guru

mengganti

Menghubungkan

sekolah

dengan

sistem

Pendidikan masa awal kemerdekaan

pengajaran kolonial dengan pengajaran

berlandaskan Pancasila yang merupakan

untuk membangun semangat kebangsaan

falsafah

(Sjamsuddin

Departemen

penentuan saja karena belum dijelaskan

Pendidikan Nasional, 1996: 75). Instruksi

bagaimana meletakkan dasar itu pada tiap-

umum tersebut

memerintahkan kepada

tiap pelajaran (Somarsono Moestoko, 1986:

semua kepala sekolah dan guru untuk: 1)

145). Kurikulum pada masa itu disebut

Mengibarkan Sang Merah Putih setiap hari
di halaman sekolah; 2) Melagukan lagu

dengan Rencana Pelajaran

kebangsaan

3)

yang artinya rencana pelajaran (Gunawan,

Menghentikan pengibaran bendera jepang

1986: 48). Rencana pelajaran 1947 ini pun

dkk.,1993:13;

Indonesia

Raya;

negara,

kendati

baru

pada

atau lebih

populer dengan leer plan (bahasa Belanda)

36 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat

(1983:37) mencatat Taman siswa yang

dunia

berdiri

pendidikan

masih

menerapkan

3

Juli

1922

sebagai

bentuk

rencana

perlawanan terhadap sistem pendidikan

pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya

kolonial yang banyak berorientasi pada

memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata

kepentingan

pelajaran dan jam pengajarannya, serta

among, pendidikan Taman Siswa bertujuan

garis-garis besar pengajarannya (Sanjaya,

membangun anak didik menjadi manusia

2007:8).

beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin,

kurikulum

Belanda.

Susunan

Rencana

mengutamakan

pelajaran

lebih

pendidikan

watak,

budi

Belanda.

pekerti

Melalui

luhur,

sistem

cerdas

dan

kesadaran bernegara dan bermasyarakat

berketerampilan, serta sehat jasmani rohani

daripada pendidikan intelektual sebagai

agar menjadi anggota masyarakat yang

antitesis dari pendidikan model kolonial.

mandiri

dan

bertanggung

jawab

atas

menilik

sejarah

kesejahteraan tanah air serta manusia pada

jauh

sebelum

umumnya. Taman Siswa selalu menuju pada

kemerdekaan para tokoh bangsa telah

pertumbuhan anak-anak secara harmonis.

merintis pendidikan karakter bangsa

Pendidikan kecerdasan, pikiran, kesusilaan,

Indonesia. Ki Hadjar Dewantara telah jauh

keindahan, dan keluhuran budi pekerti.

Apabila
bangsa

kita

sebenarnya

berpikir

dalam

masalah

karakter.

Mengasah

Menurut

pendidikan

kecerdasan

budi

Hajar

Ahmadi

Dewantara

(1987:56),

telah

pendidikan

Ki

dipelopori

karakter

bangsa

sungguh baik, karena dapat membangun

platform

budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga

Indonesia dengan tiga kalimat: Ing Ngarsa

dapat

kepribadian

Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,

(persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang

Tutwuri Handayani. Menurut Ki Hajar

berasas hukum) (Dewantara, 1977:24).

Dewantara dalam bukunya bagian pertama

mewujudkan

Menurut

Ki

(adjar,

…pendidikan

Pendidikan

:

mengungkapkan

merupakan daya upaya untuk memajukan

ada enam pilar karakter yang berasal dari

bertumbuhnya

(kekuatan

nilai-nilai luhur bangsa yaitu: memberi

batin, karakter), pikiran (intellect) dan

contoh (woorbeeld); pembiasaan (pakulinan,

tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh

gewoontevorming);

dipisahkan agar kita dapat memajukan

wulang-wuruk);

kesempurnaan

hukuman; laku, serta pengalaman lahir

budi

hidup

pekerti

anak-anak

kita.

batin

(Kemdiknas,2010:1)
Ki

Hajar

Taman Siswa

Dewantara

melalui

merintis pendidikan

berbasis karakter Indonesia. Bernadib

yang

nglakoni

pengajaran

perintah,

mencakup

(mengetahui,

melakukan).

(leering,

paksaan

ngerti,
merasa,

dan

ngroso,
dan

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 37
Demikian pula pendidikan karakter

Sebelum Ki Hajar ada R.A. Kartini
gigih

yang berlangsung di pesantren-pesantren

memperjuangkan hak-hak kaum perempuan

yang telah ada jauh sebelum kedatangan

untuk

Belanda.

(1879-1904)

yang

memperoleh

dengan

pendidikan

dengan

Pendidikan
akhlak

di

pesantren

merintis pendirian Sekolah Gadis di Jepara

mengutamakan

mulia.

Menurut

dibuka tahun 1903; dan Sekolah Gadis di

Dhofier (1985: 21) pendidikan di pesantren

Rembang (Hasbullah, 2001: 262).

bukan semata-mata untuk memperkaya

Pada usia 12 tahun dipingit dan

pikiran para santri dengan penjelasan-

tidak melanjutkan sekolah karena adat

penjelasan, melainkan untuk meninggikan

istiadat,

moral, melatih dan mempertinggi semangat,

namun

tidak

memadamkan

semangatnya untuk maju. Ia banyak belajar

menghargai

nilai-nilai

spiritual

dari membaca buku dan surat menyurat

kemanusiaan,

dengan teman dan kenalannya. Meskipun

tingkah laku yang jujur dan bermoral serta

banyak mengalami kekecewaan, Kartini

menyiapkan

berhasil membuka Sekolah wanita yang

sederhana dan bersih hati.

mengajarkan

para

santri

dan

sikap

untuk

dan

hidup

(Mudyahardjo,

Di antara cita-cita pendidikan yang

2001:285). Mencermati biografi Kartini,

penting di pesantren adalah melatih para

Manijo (2013) mengungkapkan Kartini

santri berdiri sendiri dan membina diri agar

sebagai

tidak

pertama

di

Indonesia.

karakter

dengan

seorang perempuan

sosok

ideal

pada masanya yang

menggantungkan

sesuatu

kecuali

kepada Tuhan. Pada masa penjajahan,

mandiri,

pesantren menjadi antitesis dari sistem

berwawasan luas dengan intelektualitas

pendidikan kolonial. Brugman (1987:185)

tinggi,

menggambarkan

berjiwa

kuat,

dinamis,

berpikiran

modern,

memiliki

kepekaan sosial dan jiwa nasionalisme serta

Pengajaran
pada
sistem
pendidikan
kolonial
terlalu
intelektualistis,
terlalu
banyak
dijejali dengan bermacam-macam
peraturan dan kurang berpijak pada
kultur Indonesia. Masa belajarnya
terlalu singkat bagi tercapainya hasil
belajar yang permanen. Biaya
sekolah sangat mahal, dua belas kali
lipat jika dibandingkan dengan biaya
pendidikan di pesantren.

Pemikirannya tentang pendidikan
dan pendidikan perempuan cukup progresif
masanya.

pendidikan

Ia

ilmu

berfikir

perlunya

pengetahuan

dan

pendidikan budi pekerti dilakukan bersama,
karena pendidikan budi pekerti merupakan
pendidikan
tanggung

paling
jawab

awal,
kaum

ia

menjadi

ibu.

Dengan

sendirinya kaum ibu perlu diberdayakan
melalui pendidikan.

pembelajaran

kolonial sebagai berikut.

rasa religiusitas yang mendalam.

pada

sistem

Kebijakan
bangsa

tidak

pendidikan
lepas

dari

karakter
berbagai

38 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

permasalahan dan tantangan yang dihadapi

dasar bahwa pendidikan merupakan hak

bangsa

semua

Indonesia.

Kebijakan

tersebut

berpengaruh terhadap model pembelajaran

pembelajaran

nilai-nilai

karakter bangsa mengalami perubahan.

masyarakat

tanpa

memandang kelas sosial (Yamin, 2009: 87).
Untuk

nilai-nilai karakter bangsa di sekolah. Model
pembelajaran

kelompok

menyesuaikan

kebijakan

pendidikan

dengan

Manipol,

Pendidikan

Dasar

dan

Menteri

Kebudayaan

Pembelajaran Nilai-nilai Karakter

menyusun rencana jangka pendek yang

Bangsa Masa Orde Lama

kemudian akan disusul dengan rencana

Manipol Presiden Soekarno setelah

jangka panjang. Rencana jangka pendek

Presiden 5 juli 1959 berdampak

disusunlah rencana yang disebut Sapta

pada pendidikan nasional. Dari sisi ideologi,

Usaha Tama (Tilaar,1995:103) . Sapta Usaha

menurut Wardiman Djojonegoro (1996),

Tama berisi: a) Penertiban aparatur dan

Manipol diindoktrinasikan pada seluruh

usaha-usaha Kementerian PP dan K; b)

lapisan

Menggiatkan kesenian dan olah raga; c)

Dekrit

rakyat

Indonesia

pada

semua

sehingga

tidak

dibenarkan adanya penafsiran-penafsiran

Menggiatkan

lain selain dari apa yang telah dirinci oleh

usaha-usaha koperasi; f) Mengadakan kelas

pemerintah. Dari sisi kebijakan pendidikan,

masyarakat; g) Membentuk regu kerja di

asas pendidikan nasional adalah Pancasila

kalangan

dan Manipol USDEK.

Universitas.

jenjang

Pendidikan,

usaha

halaman ;

d

Mengharuskan penabungan; e) Mewajibkan

Sekolah

Sebagai

Adapun tujuan pendidikan nasional

Lanjutan

Atas

langkah

dan

usaha

pada fase ini adalah untuk melahirkan

melaksanakan Sapta Usaha Tama tersebut

warga-warga sosialis Indonesia yang susila,

dibentuk suatu urusan khusus yang disebut

yang

urusan

bertanggung

terselenggaranya

jawab

masyarakat

atas
sosialis

Sapta

Pancawardhana.

Indonesia, adil dan makmur baik spiritual

mengusahakan

maupun

pendidikan

material

dan

yang

berjiwa

Usaha

Tama

dan

Pancawardhana
berjalannya

baru

yang

sistem

meliputi:

(1)

Pancasila, yaitu: (a). Ketuhanan Yang Maha

Perkembangan

Esa; (b). Perikemanusiaan yang adil dan

Perkembangan

moral

nasional;

(3)

beradab; (c). Kebangsaan; (d). Kerakyatan;

Perkembangan

artistik

emosional;

(4)

dan (e). Keadilan sosial seperti dijelaskan

Pengembangan skill; (5) Perkembangan

dalam

fisik (Said dan Affan, 1987: 78).

Manipol

USDEK.

Perincian

(Djojonegoro,1996:103).
Konsep

sosialisme

dalam

pendidikan pada masa ini memberikan

Pancawardhana

kecerdasan;

(2)

lebih

lanjut

bahwa

untuk

menyesuaikan kebijakan pendidikan dengan

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 39
manipol

maka

diinstruksikan

dan

Civics

menjadi

mata

pelajaran

yang

menetapkan Pancawardhana sebagai sistem

mengemban pendidikan ideologi bangsa

pendidikan yang berisi prinsip-prinsip: (a)

dan ini merupakan awal dari pendidikan

perkembangan cinta bangsa dan tanah air,

ideologi dalam kurikulum (Sjamsuddin,

moral nasional/ internasional/keagamaan;

Kosoh, Hamid, 1993:79). Mata pelajaran ini

(b)

(c)

adalah mata pelajaran yang berisikan materi

perkembangan emosional artistik atau rasa

pelajaran yang sangat ditentukan oleh

keharuan dan keindahan lahir batin; (d)

ideologi dan politik.

perkembangan

kecerdasan;

perkembangan keprigelan atau kerajinan

Tujuan dari sistem pendidikan yang

tangan; dan (e) perkembangan jasmani.

berdasarkan prinsip Pancawardhana adalah

Sejak saat itu seluruh kegiatan sekolah baik

membentuk manusia sosialis Indonesia

yang

berdasarkan cipta, rasa, karsa, dan karyanya

kurikuler

maupun

yang

ekstrakurikuler banyak berubah dan harus

pada

menyesuaikan dengan intruksi di atas.

kepribadian dan kebudayaan Indonesia; (2)

Berdasarkan

di

semangat patriot komplit dan paripurna; (3)

sekolah, Pancasila dan Manipol dijadikan

berasas pancasila; (4) bersemangat gotong

mata pelajaran di perguruan rendah sampai

royong; (5) memiliki jiwa pelopor (swadaya

dengan perguruan tinggi (Ahmadi, 1987:9).

dan daya cipta); (6) manusia susila dan

segi

materi

pelajaran

Panca Wardhana berimplikasi pada
dunia

pendidikan.

Kurikulum

harus

azas-azas

sebagai

berikut:

(1)

berbudi luhur; (7) kesadaran bersahaja dan
mengutamakan kejujuran;
(8)

diarahkan untuk mengembangkan kualitas

kesadaran

mendahulukan

yang dinyatakan dalam Panca Wardhana

kewajiban daripada hak; (9) kesadaran

dalam semangat Manipol-USDEK. Tujuan

mendahulukan kepentingan umum daripada

pendidikan berubah dari menghasilkan

kepentingan

manusia

demokratis

berkorban dan hidup hemat; (11) mengenal

menjadi manusia susila yang sosialis dan

asas demokrasi terpimpin; (12) mengenal

pelopor dalam membela Manipol-USDEK.

asas ekonomi terpimpin; (13) berdisiplin;

Perubahan yang sangat menonjol dalam

(14)

kurikulum adalah adanya mata pelajaran

menghargai

Civics yang diarahkan untuk pembentukan

rasional dan ekonomis; (16) kesadaran

warganegara

bekerja untuk membangun dengan bekerja

yang

susila

yang

dan

bercirikan

Manipol-

pribadi;

memiliki

(10)

kerelaan

kepandaian

untuk

waktu; (15) cara berfikir

USDEK. Liberalisme dan individualisme

keras

menjadi musuh dan harus dibersihkan

pendidikan Sapta Usaha Tama dan Panca

dalam pelajaran Civics karena bertentangan
dengan jiwa dan semangat Manipol-USDEK.

(Assegaf,

Wardhana

2005:

tersebut

81).

Kebijakan

tertuang

dalam

40 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

instruksi Menteri PP&K Nomor 1 Tahun

bahan pokok indoktrinasi atau disingkat

tubapi yang terdiri atas Pancasila, Manipol

1959.
Model pendidikan karakter bangsa

dan

USDEK

(UUD

1945,

Sosialisme

di masa Orde Lama juga dikuatkan dengan

Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi

Ketetapan

MPRS

II/MPRS/1960

Terpimpin dan Kebudayaan Indonesia)

Tentang

Garis-Garis

Besar

Pola

(Muchson, 2004:34). Sejarah mencatat,

Pembangunan Nasional Semesta Berencana

bahwa pada periode selanjutnya, yakni pada

Tahapan Pertama 1961-1969.

masa

No.

Dalam Pasal 2 TAP MPRS/II/1960

Orde

apa

yang

dilakukan oleh rezim Orde Lama itu

ditetapkan strategi pembangunan Bidang

dipandang

Mental/Agama/Kerohanian

indoktrinasi.

yaitu,

Baru,

sebagai

sebuah

upaya

Melaksanakan Manifesto Politik di lapangan

Pembelajaran Nilai-nilai Karakter

pembinaan Mental/Agama/Kerohanian dan

Bangsa Masa Orde Baru

Kebudayaan

dengan

syarat-

Pemerintahan Orde Baru membawa

syarat spiritual dan material agar setiap

jargon pembangunan ekonomi. Pada masa

warga

mengembangkan

ini, pendidikan nasional diarahkan untuk

kepribadiannya dan kebudayaan nasional

membekali generasi muda agar mampu

Indonesia

pengaruh-

membawa bangsa dan negara cepat sejajar

pengaruh buruk kebudayaan asing. Strategi

dengan bangsa dan negara lain yang lebih

selanjutnya adalah menetapkan Pancasila

maju (Mastuhu, 2003:33). Pendidikan diatur

dan Manipol sebagai mata pelajaran di

dengan sistem pendidikan nasional yang

perguruan

sangat erat kaitannya dengan kehidupan

negara

menjamin

dapat

serta

menolak

rendah

sampai

dengan

perguruan tinggi.

politik bangsa saat itu (Tilaar, 1998:4).

Kebijakan
bangsa

saat

pendidikan
itu

karakter

periode

ini

pendidikan

secara

menjadi

instrumen

sentralistik, sebagaimana dijelaskan oleh

program

pembangunan

Tilaar

bidang, khususnya bidang pedagogi,

(2003:2)

dilakukan

Pada

bahwa

kebijakan

pelaksanaan
di

berbagai

pendidikan di masa ini diarahkan pada

kurikulum,

proses indoktrinasi dan menolak segala

pendidikan diarahkan pada akselerasi

unsur budaya yang datangnya dari luar.

pelaksanaan

pembangunan.

Bahan-bahan yang diberikan pun bukan

pendidikan

pada

hanya tentang Pancasila dan UUD 1945,

diwarnai

tetapi

sentralistis yang mengarah pada fungsi

juga

bahan-bahan

yang

berisi

organisasi,

oleh

era

dan

Kegiatan

ini

kebijakan

sebagai

evaluasi

banyak
kebijakan

pandangan politik penguasa masa itu.

pendidikan

instrumen

Materi indoktrinasi dikenal dengan tujuh

pembangunan ekonomi nasional.

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 41
Pembangunan

karakter

bangsa

P4 adalah terwujudnya secara nyata sikap

secara eksplisit dimuat dalam produk

dan

politik tertinggi lembaga negara, MPR,

pemerintah dan warga masyarakat yang

berupa GBHN. Pendidikan karakter bangsa

sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945

pada masa ini diwujudkan dengan TAP MPR

(Madiri Thamrin Sianipar, 1984: 60). Proses

No.

indoktrinasi

II/MPR/1978

tentang

Pedoman

tingkah

laku

terjadi

segenap

dalam

aparatur

penerapan

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan

(Ekaprasetia Pancakarsa) disingkat P4.

Pengamalan Pancasila) yang dilakukan di
dan

sekolah-sekolah, sejak dari Sekolah Dasar

Nomor:

hingga Perguruan Tinggi yang berisi tentang

II/MPR/1978 diterbitkan Instruksi Presiden

butir-butir Pancasila. Penataran P4 menjadi

No. 10 tahun 1978 tentang Penataran

unsur yang sangat penting dan menentukan

Pegawai

bagi masa depan siswa pada masa Orde

Untuk

melaksanakan

menindaklanjuti

TAP

Republik

Hasil-Hasil

MPR

Indonesia

Sidang

Mengenai

Umum

Majelis

Baru.

Republik

Mata Pelajaran Pendidikan Moral

Indonesia Tahun 1978. Langkah selanjutnya

Pancasila pada masa itu berdiri sendiri

adalah menyelenggarakan penataran P-4

dalam struktur program kurikulum dalam

bagi masyarakat pada umumnya, serta

semua jenjang sekolah. Dalam konsep P-4,

pegawai negeri di instansi masing-masing.

Pancasila dirinci menjadi 36 butir yang

Untuk

suatu

menjadi standar kemampuan seseorang

Lembaga Pemerintah Non Departemen yang

dalam menguasai Pancasila,baik di tingkat

disebut

Pendidikan

sekolah maupun masyarakat. Penataran P-4

Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan

digalakkan mulai tingat kelurahan hingga

Pengamalan

tingkat nasional, termasuk di perguruan

Permusyawaratan

keperluan

Badan

Rakyat

ini

dibentuk

Pembinaan

Pancasila

disingkat

BP-7

dengan surat Keputusan Presiden No.10

tinggi,

tahun 1979 (Anggono, 2014:506-507).

kurikulum 1994,

Sejak tahun 1983, penataran P4

dosen

dan

Pendidikan

mahasiswa.

Pancasila

Dalam

mengalami

menjadi hal yang harus diikuti oleh setiap

perubahan dari mata pelajaran yang berdiri

siswa baru di semua sekolah di seluruh

sendiri, Pendidikan Pancasila lalu digabung

wilayah Indonesia (Darmaningtyas, 2004:

dalam mata pelajaran PPKn, singkatan dari

11). Pemerintahan Orde Baru menegaskan

Pendidikan

Pancasila

bahwa P4 adalah petunjuk operasional

Kewarganegaraan.

Pendidikan

untuk

diintegrasikan sebagai pengetahuan untuk

mengamalkan

Pancasila

dalam

semangat

dan
Pancasila

kehidupan sehari-hari, termasuk dalam

mempertebal

dan

jiwa

bidang pendidikan. Tujuan dari penataran

kebangsaan melalui ilmu kewarganegaraan.

42 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

Niels Mulder (2001:30-31) menggambarkan

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

indoktrinasi pada Mata Pelajaran Moral

Pancasila (P-4), Pendidikan Moral Pancasila

Pancasila sebagai berikut.

(PMP), dan Pendidikan Sejarah Perjuangan

Tema yang dibicarakan dalam
buku pelajaran kelas satu yaitu:
Kerapian ,
Cinta
Kasih ,
Kebanggaan , Ketertiban , Saling
Membantu ,
Kerukunan ,
Keberanian ,
Kebersihan
dan
Kesehatan ,
Sikap
(emat ,
Keadilan ,
Kepatuhan ,
Belas
Kasih , Kesetiaan , Bakti dan
Saling Menghormati . Tema-tema
ini diulang secara terus menerus
sampai dengan Sekolah Menegah
Atas. Pada tahun-tahun di antara
tahun pertama dan tahun kedua
belas, pendidikan nilai sedikit demi
sedikit menjadi indoktrinasi politik,
yang karena diulang-ulang, menjadi
tumpang tindih, dan perasaan bosan
dan jemu baru terlupakan setelah
tes atau ujiannya lulus.
Sebelum pemberlakuan kurikulum

1984, yaitu pada tahun 1983 mata pelajaran
Pendidikan Sejarah

Perjuangan Bangsa

(PSPB) ditetapkan sebagai mata pelajaran
wajib. Penetapan ini berdasarkan keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
0461/U/1983 yang ditandatangani Prof. Dr.
Nugroho Notosusanto. Posisi PSPB sebagai
materi dan mata kuliah wajib dalam
kurikulum mendapat kedudukan hukum
yang lebih kuat ketika MPR mengeluarkan
TAP MPR Nomor II/MPR/1983 dimana
dinyatakan

PSPB

sebagai

bagian

Pancasila

yang

pada masa Orde Lama menjadi PMP pada
masa

Orde

Baru

dalam

pandangan

Darmaningtyas (2004), memiliki dampak
politik yang cukup besar. Mata pelajaran
Civics atau Kewarganegaraan mengajarkan
hak-hak dan kewajiban sebagai warga
negara, dan juga kewajiban negara terhadap
rakyatnya (Darmaningtyas, 2004: 10).
Dengan demikian, setiap peserta
didik sudah diajarkan untuk bersikap kritis
terhadap negara. PSPB yang berlaku sejak
Kurikulum

1984,

menurut

sebagian

pengamat dinilai sebagai upaya hegemoni
pendidikan yang lekat dengan nuansa politis
karena

hanya

terfokus

pada

peranan

Angkatan Darat dalam menghadapi PKI
pada

tahun

1965-1966

Melalui

mata

pelajaran PSPB diharapkan secara evolutif
para lulusan pendidikan formal memiliki
apresiasi yang tinggi terhadap ABRI PMP,
P4,

ataupun

PSPB

bisa

dikatakan

merupakan upaya pemerintah Orde Baru
untuk membentuk watak bangsa Indonesia.
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter
Bangsa Masa Reformasi
Pendidikan karakter bangsa di masa

Dengan demikian maka pendidikan
dilakukan

Digantinya nama pelajaran Civics

dari

Pendidikan Pancasila.

idiologi

Bangsa (PSPB).

melalui

Pendidikan

memiliki

komponen

Orde Lama dan Orde Baru tampak diwarnai
pola-pola

penanaman

nilai-nilai

yang

indoktrinatif. Menurut Tilaar (2009:146)
indoktrinasi

merupakan salah satu pola

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 43
pelaksanaan

(praksis)

pendidikan

berdasarkan

kekuasaan.

Pembelajaran

singkat, sekaligus dipastikan memupuk
antipati,

kegersangan,

kebohongan,

dalam praksis pendidikan indoktrinasi juga

ketidakpedulian, kebencian, dan terutama

mengikuti pola indoktrinasi. Khususnya

perlawanan

pada masa Orde baru pada pertenganahan

2008:2).

terhadapnya.

Indoktrinasi

1980an, para ideolog pemerintah mencoba

(Surakhmad,

dalam

dunia

gagasan

pendidikan mematikan kreativitas peserta

indoktrinasi berskala nasional ke dalam

didik. Ideologi yang seharusnya menjadi

mengabungkan

kumpulan

teori negara yang bersifat koheren (David

pembimbing telah berubah menjadi alat

Baurchier, 2007:3).

penekan

Indoktrinasi

semacam

ini

tidak

dari

penguasa

dalam

mengendalikan sistem dan isi pendidikan

hanya terjadi di Indonesia. Gonzalo de

nasional

Amézola

tentang

indoktrinasi seperti itulah yang sempat

indoktrinasi melalui pembelajaran sejarah

melumpuhkan Pancasila, hampir sepanjang

di Argentina. Hasilnya adalah semua buku

usianya. Tetapi dari sejarah itu pula kita

teks sejarah yang terbit antara 1956 sampai

menemukan sebuah sebuah hikmah bahwa

1983 di Argentina selalu memuat konsep

ambisi politik penguasa di masa lalu telah

tentang tanah air, otoritas, keteraturan, dan

menjadi

tingkatan.

digambarkan

kekuasaan di masa lalu, ternyata bukan saja

sebagai suatu hal yang tak terhindarkan dan

tidak berhasil mengubah hakikat Pancasila,

wajar

tetapi

(2007)

meneliti

Kediktatoran

dalam

pemerintahan

Argentina.

Fenomena yang sama juga terjadi di Rusia.

(Tilaar,

2003:67).

blessing

juga

in

Pendekatan

Ambisi

disguise:

melahirkan

kekuatan

penghancuran diri.
Pancasila

Menurut Victor Shnirelman (2009)

seakan-akan

harus

wacana sejarah dalam buku pelajaran

dilahirkan kembali. Pembangunan karakter

sejarah di Rusia sangat tersentralisasi dan

bangsa Pancasila menjadi arus utama

dikuasai oleh negara. Wacana alternatif di

pembangunan

luar

reformasi saat ini. Hal ini tercermin dari

wacana

resmi

negara

tidak

nasional

misi

teks.

dan

memosisikan pendidikan karakter bangsa

penyeragaman wacana ini adalah adanya

sebagai misi pertama guna mewujudkan visi

beberapa kelompok etnis tertentu di Rusia

pembangunan

yang

tercantum dalam Rencana Pembangunan

dari

termarjinalkan

sentralisasi

dan

memori

kolektifnya tidak diakui oleh negara.
Indoktrinasi

melahirkan

keberhasilan semu dalam waktu yang

nasional

masa

diperkenankan untuk muncul dalam buku
Implikasi

pembangunan

pada

nasional,

yang

sebagaimana

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005–2025

(Undang-Undang

Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu

44 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

terwujudnya karakter bangsa yang tangguh,

pembentukan warga negara demokratis

kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral

sebagaimana idealitas universal dari misi

berdasarkan

dicirikan

pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.

dengan watak dan perilaku manusia dan

Berbeda dengan paradigma pendidikan

masyarakat

beragam,

kewarganegaraan di Indonesia selama lebih

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

dari tiga dekade era Orde Baru yang lebih

Maha

banyak

Pancasila,

yang

Indonesia

Esa,

berbudi

bergotong

luhur,

royong,

berkembang

yang

bertoleran,

berjiwa

dinamis,

dan

patriotik,
berorientasi

menitikberatkan

pembentukan karakter kepatuhan warga
negara

(siswa)

pemerintah.

ipteks (Pemerintah RI, 2010: 2-3).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

kepada

terhadap

terhadap

Kepatuhan
tafsir

tafsir
warga

pemerintah

resmi
negara

dianggap

Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal

sebagai kebajikan atau keutamaan warga

3 secara tegas mengamanatkan bahwa

negara

pendidikan

pendidikan kewarganegaraan ketika itu.

nasional

mengembangkan

berfungsi

kemampuan

dan

yang

Di

dilekatkan

bidang

pada

pendidikan

misi

karakter

membentuk watak serta peradaban bangsa

bangsa, Kurikulum 2004 yang disebut

yang

rangka

sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

atau KBK menghilangkan kata Pancasila dari

untuk

PPKn, tinggal menjadi PKn atau Pendidikan

bermartabat

dalam

berkembangnya

potensi

peserta

didikagar menjadi manusia yang beriman

Kewarganegaraan,

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Pancasila lagi. Pada tahun ini juga telah

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

dihasilkan

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

kecakapan hidup) yang diimplementasikan

yang demokratis serta bertanggung jawab.

dalam pembelajaran sebagai bagian dari

UUSPN dan RPJPN merupakan landasan

upaya membentuk kepribadian yang utuh,

yang kokoh untuk melaksanakan secara

memiliki kecakapan, baik dalam kehidupan

operasional pendidikan karakter bangsa.

sehari-hari maupun setelah lulus sekolah.

Di

bidang

pendidikan

konsep

tanpa

lifeskill

menyebut

(pendidikan

Belajar dari era sebelumnya yang

kewarganegaraan, dan umumnya dalam

cenderung

kurikulum kurikulum pendidikan formal di

karakter bangsa pada masa reformasi tidak

sekolah dasar hingga menengah, reformasi

dijadikan satu mata pelajaran khusus.

tidak hanya terbatas dalam substansi kajian,

Pendidikan karakter model ini terjadi

metode,

penilaiannya.

dengan lebih alamiah ketika dilaksanakan

Pembaharuan pendidikan kewarganegaraan

secara natural dan informal. Oleh karena itu,

telah

tidak perlu ada mata pelajaran khusus

dan

bergeser

sistem

kepada

paradigma

indoktrinatif,

pendidikan

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 45
tentang pendidikan karakter. Demikian juga,

sikap

tidak perlu ada usaha-usaha terprogram

pengetahuan

untuk

pendidikan

Kompetensi inti ini menjadi payung bagi

karakter yang nantinya malah terjatuh pada

semua mata pelajaran yang diajarkan pada

formalisme, atau lebih parah lagi jatuh pada

jenjang sekolah tertentu.

mengembangkan

indoktrinasi

spiritual,

KI

dan

Kompetensi

(Doni

sikap
KI

sosial,

KI

keterampilan.

Inti

selanjutnya

dijabarkan di masing-masing mata pelajaran

Koesoema, 2007: 9).
Pada Kurikulum Tingkat Satuan

dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD) yang

Pendidikan (KTSP) 2006, karakter bangsa

meliputi KD yang berasal dari sikap

tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan

spiritual, KD yang berasal dari sikap sosial,

tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,

KD yang berasal dari pengetahuan, dan KD

pengembangan diri, dan budaya sekolah.

dari

Setelah penerapan KTSP 2006 selama

pembelajaran yang dilakukan guru terhadap

kurang

pendidikan

siswa harus mencakup KD sikap spiritual,

karakter mengalami penurunan. Dalam

KD sikap sosial, KD pengetahuan dan KD

Rembug Nasional tahun 2010 dicanangkan

keterampilan sehingga kompetensi yang

target pendidikan karaket tahun 2010

berkembang dalam pribadi siswa tentu

sebesar 10%, tahun 2011 30%, dan tahun

menyeluruh dari semua domain sikap,

2012 menjadi 100%. Konsep pendidikan

pengetahuan dan keterampilan.

lebih

lima

tahun,

keterampilan.

Dalam

proses

karakter ini mencapai puncaknya pada

Salah satu ciri kurikulum 2013

tahun 2011 dan 2012 dengan format silabus

adalah selalau mengaitkan antara sikap,

dan RPP berbasis karakter. Model silabus

pengetahuan, dan keterampilan dalam satu

dan RPP sudah mulai mengintegrasikan

konteks pembelajaran. Guru menyampaikan

dengan komponen-komponen nilai yang

materi dari KD yang berasal dari KI 3 yaitu

menjadi bagian dari pendidikan karakter,

unsur

seperti tanggung jawab, menghormati orang

dikembangkan KD yang berasal dari KI 4

lain, serta sejumlah nilai lainnya.

yaitu

Kurikulum
kesempatan

pada

mengembangakan
pengetahuan
dituangkan

dan
dalam

2013

memberikan

siswa
domain
keterampilan
standar

pengetahuan,

unsur

selanjutnya

keterampilan,

barulah

dipikirkan sikap (KD yang berasal dari KI 1

dalam

dan 2) apa yang akan dikembangkan

sikap,

melalaui KD 3 dan KD 4 itu. Dengan

yang

demikian

satu

proses

pembelajaran

Kompetensi

berlangsung siswa akan mengembangkan

Lulusan (SKL) baik tingkat SD, SMP maupun

aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan

SMA/SMK yang selanjutnya diuraikan dalam

secara

Kompetensi Inti (KI) yang terdiri dari KI

kurikulum

bersama-sama,
2013

itu

artinya

dengan

diharapkan

akan

46 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

terbangun
otomatis

pendidikan
karena

karakter

penanaman

secara

nilai-nilai

nilai-nilai yang khas Indonesia dan nilainilai universal.

kehidupan (nilai-nilai karakter), termasuk
karakter bangsa terintegrasi dalam setiap
proses pembelajaran.

Abu Ahmadi. (1987). Pendidikan dari masa
ke masa. Bandung: Armico

Penutup
Pendidikan nilai

Daftar Pustaka

pada dasarnya

Ary

proses penanaman perilaku kepada peserta
didik yang diharapkan kepada siswa dapat
berperilaku sesuai dengan pandangan yang
dianggap baik dan tidak bertentangan

H.

Gunawan. (1985). Kebijakankebijakan pendidikan di indonesia.
Jakarta: Bina Aksara

As ad Said Ali.
. Negara Pancasila,
Jalan Kemaslahatan Bersama.
Jakarta: LP3S.

dengan norma–norma yang berlaku. Nilai
bagi seseorang tidaklah statis, tetapi dapat
berubah.

Setiap

orang

akan

selalu

menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan
pandangannya pada saat itu. Oleh sebab itu,
sistem nilai yang dimiliki seseorang bisa
dibina dan diarahkan. Komitmen seseorang
terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui
pembentukan sikap.
Pendidikan

karakter

yang

dilaksanakan di dunia pendidikan Indonesia
semestinya dilaksanakan dalam rangka
membentuk

dan

memperkuat

karakter

bangsa. Karena itu, pendidikan karakter
perlu dipersiapkan dengan matang dan
dilaksanakan secara bertahap supaya tidak
menjadi

sekadar

pengetahuan

atau

indoktrinasi. Selain itu, pendidikan karakter
yang

dikembangkan

sudah

seharusnya

berakar dari budaya bangsa Indonesia yang
menyepakati

Bhineka

Tunggal

Azyumardi Azra.
.
Pendidikan
Multikultural:
Membangun
Kembali
Indoneisa
Bhineka
Tunggal )ka , dalam Tsaqofah,
Menggagas
Pendidikan
Multikultural , Vol. ), Nomor ,
Tahun 2003:5.
________. (2012). Pendidikan karakter: peran
sekolah dan keluarga, Makalah
Disampaikan
pada
seminar
Pendidikan Karakter Teguhkan
Pribadi
Bangsa yang terselenggara atas
kerja sama PT Penerbit Erlangga
dan
Himpunan
Mahasiswa
Biologi, FMIPA, UNNES Semarang,
Minggu, 23 September, 2012.
Brugmans. I. J. (1987). Politik Pengajaran
dalam H. Baudet dan I.J.
Brugmans (peny.). Politik etis dan
revolusi kemerdekaan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
H.A.R.

Tilaar. (2003). Kekuasaan dan
pendidikan: suatu tinjauan dari
perspektif studi kultural. Magelang:
Indonesia Tera.

Ika.

Pendidikan karakter yang ditanamkan pada
anak-anak lewat pendidikan formal meliputi

________.(2012). Perubahan sosial dan
pendidikan pengantar pedagogik
transformatif untuk indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.

MODEL PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER ………| 47
________.
Hasbullah. (2001). Sejarah pendidikan islam
di indonesia. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
I. Djumhur & H. Danasuparta. 1975. Sejarah
pendidikan. Bandung: CV. Ilmu.
Ki Hajar Dewantara. (2004). Bagian pertama
pendidikan. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Ki Supriyoko.
. Pendidikan Karakter
Bangsa
sebagai
Strategi
Kebudayaan , dimuat dalam
Revolusi Mental sebagai Strategi
Kebudayaan.
Jakarta:
Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Kebudayaan.
Masnur Muslih. (2011). Pendidikan karakter
menjawab
tantangan
krisis
multidimensional. Jakarta; Bumi
Aksara.
Muh. Said & Juminar Affan. (1987). Mendidik
dari zaman ke zaman. Bandung:
Jemmars.
Mulder, Niels. (2001). Individu Masyarakat
dan Sejarah-Kajian Kritis BukuBuku
Pelajaran Sekolah di Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas.
(2009).
Pengembangan
dan
pendidikan
budaya & karakter bangsa:
pedoman sekolah, Jakarta: Puskur
Balitbang Kemdiknas.
_________.

(2011). Pedoman pelaksanaan
pendidikan karakter: berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan
rintisan,
Jakarta:
Puskur
Balitbang Kemdiknas.

Sartono

Kartodirdjo.(2014). Pendekatan
ilmu sosial dalam metodologi
sejarah. Yogyakarta: Ombak.

(2014).
Pemikiran
dan
perkembangan
historiografi
indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Sastrapetedja, M .
. Pancasi)a sebagai
Orientasi Pembangunan Bangsa
dan Pengembangan Etika Ilmu
Pengetahuan
Proseding
Simposium
dan
Sarasehan Pancasila sebagal
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Bangsa. Tanggal
14-15
Agustus
2006
di
Yogyakarta.
Sjamsuddin, Kosoh Sastradinata, Said Hamid
Hasan
(1993).
Sejarah
pendidikan di indonesia zaman
kemerdekaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Kebudayaan.
Somarsono Moestoko. (1986). Pendidikan
Indonesia dari jaman ke jaman.
Balai Pustaka: Jakarta.
Sukarno,

B. (2005). Pancasila dalam
Tinjauan Historis, Yuridis, dan
Filosofis
(Surakarta: Sebelas
Maret University Press.

Sunarjo

Wreksosuharjo. (2005). Ilmu
pancasila yuridis kenegaraan dan
ilmu
filsafat
pancasila,
Yogyakarta: Andi Offset.

________ (2014). Berfilsafat menuju ilmu
filsafat pancasila. Yogyakarta:
Andi Offset.
Surono.

. )nternalisasi nilai-nilai
pancasila dalam menyongsong
masyarakat ekonomi ASEAN
MEA
,
Makalah
disampaikan dalam Seminar
Wawasan
Kebangsaan
)mplementasi
Nilai-nilai
Pancasila dalam Menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN
tanggal 1 November 2014 di
Universitas
Mercu
Buana
Yogyakarta.

48 | JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017

________. (2015). Pancasila, kebhinekaan, dan
persaudaraan: sebuah refleksi,
Makalah disampaikan dalam
seminar Forum Kewaspadaan
Dini Masyarakat, Membangun
Wawasan Kebangsaan untuk
Meneguhkan
Nasionalisme
Antisipasi Disintegrasi Bangsa ,
tanggal 20 Agustus 2015, Kantor
Kesatuan Bangsa Kabupaten
Sleman.
Susanto Zuhdi. (
. )dentitas Bangsa,
Sejarah, dan Pendidikan Sejarah
di )ndonesia . dalam Endang Sri
Hardiati dan Rr. Triwulan
(Peny.). Pentas ilmu di ranah
budaya, sembilan windu prof. dr.
edi sedyawati. Denpasar: Pustaka
Larasan.
Sutari Imam Bernadib. (1983). Sejarah
pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Wardiman Djojonegoro (1996). Lima puluh
tahun perkembangan pendidikan
indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Winarno Surakhmad.
. Pendidikan
Pancasila (Pendekatan yang
meng)ndonesiakan .
Pelangi
Ilmu Vol 2, No 1, (2008).
Yudi Latief. (2011). Negara paripurna:
historisitas, rasionalitas, dan
aktualitas
pancasila. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
_________. (2014). Mata air keteladanan,
pancasila
dalam perbuatan.
Bandung: Mizan